MAKALAH
MANAJEMEN SEWA GUNA USAHA
Oleh:
KELOMPOK 2
no Nama Nim
1 Anggriani Jolo 1903070003
2 Rezka Putriayu R.W 1903070008
3 Maria Hidha Radja 1803070001
PENGERTIAN
Beberapa pengertian sewa guna usaha atau dikenal dengan istilah leasing yang dikemukakan beberapa sumber, adalah sebagai berikut:
Financial Accounting Standard Board (FASB-13):
Sewa guna usaha adalah suatu perjanjian penyediaan barang-barang modal yang d untuk suatu jangka waktu tertentu.
The International Accounting Standard (IAS-17):
Sewa guna usaha adalah suatu perjanjian di mana lessor menyediakan barang (atser) hak penggunaan oleh lessee dengan imbalan pembayaran sewa untuk suatu jangka waktu
The Equipment Leasing Association (ELA-UK):
Sewa guna usaha adalah suatu kontrak antara lessor dengan lessee untuk penyewaan jenis barang (asser) tertentu langsung dari pabrik atau agen penjual oleh lessee. Hak kepemilikan barang tetap berada pada lessor. Lessee memiliki hak pakai atas barang tersebut dengan membayar sewa dengan jumlah dan dengan jangka waktu yang telah ditetapkan.
The Accounting Standards Committee of European Countries:
Pada prinsipnya definisi sewa guna usaha menurut versi ini sama dengan definisi menurut ELAUK Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya, yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna waha, di mana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha . Pada prinsipnya definisi sewa guna usaha menurut versi ini sama dengan definisi menurut ELAUK
Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 21 Nopember 1991 tentang Kegiatan Sewa Guna Usaha: Sewa guna usaha adalah kegiatan pembiayaan dalam bentuk penyediaan barang modal baik secara sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) maupun sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease), untuk digunakan oleh lessee selama jangka waktu tertentu berdasarkan pembayaran secara berkala. Selanjutnya, yang dimaksud dengan finance lease adalah kegiatan sewa guna waha, di mana lessee pada akhir masa kontrak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha berdasarkan nilai sisa yang disepakati. Sebaliknya operating lease tidak mempunyai hak opsi untuk membeli objek sewa guna usaha
Dari berbagai definisi tersebut di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa sewa guna usaha merupakan suatu kontrak atau persetujuan sewa-menyewa. Objek sewa guna usaha adalah barang modal dan pihak lessee memiliki hak opsi dengan harga berdasarkan nilai sisa.
Dalam setiap transaksi leasing di dalamnya selalu melibatkan 3 pihak utama, yaitu:
a. Lessor adalah perusahaan sewa guna usaha atau dalam hal ini pihak yang memiliki hak atas barang.
b. Lesser adalah perusahaan atau pihak pemakai barang yang bisa memiliki hak opsi pada akhir perjanjian.
c. Supplier adalah pihak penjual barang yang disewagunausahakan.
Dari segi pandangan hukum, kegiatan sewa guna usaha memiliki 4 (empat) ciri yaitu:
Pertama: Perjanjian antara lessor dengan pihak lessee.
Kedua : Berdasarkan perjanjian sewa guna usaha, lessor mengalihkan hak penggunaan barang kepada pihak lessee.
Ketiga: Lessee membayar kepada lessor uang sewa atas penggunaan barang (asser).
Keempat: Lessee mengembalikan barang tersebut kepada lessor pada akhir periode yang ditetapkan lebih dahulu dan jangka waktunya kurang dari umur ekonomi barang tersebut.
SEJARAH DAN PERKEMBANGAN LEASING
Usaha leasing sesungguhnya memiliki perjalanan sejarah yang sangat panjang. Kegiatan usaha ini meskipun tidak diketahui pasti tahunnya secara tepat, diyakini telah terjadi sejak tahun 2.000 sebelum masehi oleh orang-orang Sumeria. Dokumen leasing orang Sumeria yang dibuat dari tanah liat, mencatat transaksi leasing mulai dari peralatan pertanian, hak-hak penggunaan tanah dan air, sampai lembu dan binatang-binatang lainnya. Temuan terakhir, tahun 1984 menunjukkan bahwa pendeta dari suatu kuil pada masa itu telah melakukan transaksi leasing (sebagai lessor) dengan para petani di wilayahnya (sebagai leszee). Namun demikian, tidak tertutup kemungkinan bahwa kegiatan transaksi leasing telah pula dilakukan di berbagai tempat, namun belum ada dokumen yang mendukung eksistensi usaha tersebut sejak periode awal.
Dalam perkembangannya, banyak sistem hukum mencantumkan mengenai leasing sebagai salah satu metode pembiayaan. Dokumen yang paling penting adalah peraturan mengenai leasing yang diperkenalkan oleh Raja Babylonia. Hammurabi dengan menggabungkan hukum-hukum leasing bangsa Sumeria menjadi suatu undang undang leasing tersendiri. Di sebelah tenggara Babylonia, bangsa Nippur telah mengembangkan dan memperkenalkan lembaga perbankan dan leasing kira-kira tahun 400-450 sebelum masehi. Bangsa Nippur telah menyediakan jasa-jasa keuangan yang menggambarkan keadaan perekonomian dan sosial kekaisaran bangsa Persi.
Mereka mengkhususkan dalam usaha leasing tanah, alat-alat pertanian dan juga pemberian pinjaman benih tanaman.
Selanjutnya, peradaban kuno Yunani, Roma dan Mesir telah menemukan bahwa leasing merupakan usaha yang cukup menarik dan dapat dijadikan sebagai suatu usaha, dan hanya leasing yang merupakan metode pembiayaan peralatan, pertanahan dan peternakan. Berabad-abad lamanya leasing untuk barang pribadi tidak dikenal dalam undang-undang (common law) di Inggris sampai tahun 1284. Sejak awal tahun 1800-an mulai terjadi peningkatan jenis barang yang dapat dijadikan sebagai objek leasing di Inggris. Perkembangan di bidang industri pertanian, manufaktur, dan transportasi membawa banyak jenis peralatan yang memungkinkan untuk dibiayai dengan cara leasing.
Sejalan dengan pertumbuhan leasing di Inggris, maka di Amerika Serikat bentuk pembia yaan dengan menggunakan leasing telah pula dikenal. Transaksi leasing barang pribadi pertama dilakukan pada tahun 1700-an berupa kuda dan kereta. Kemudian jenis barang yang dapat di lease- kan tersebut bertambah sejalan dengan bertambahnya jenis kebutuhan. Namun perkembangan leasing di Amerika Serikat tumbuh pesat dengan dilakukannya pembangunan jaringan rel kereta api di sebagian besar wilayah. Pembiayaan industri rel kereta api ini dilakukan dengan cara leasing.
Pada awal tahun 1900-an perusahaan leasing di bidang kereta api menyadari bahwa banyak perusahaan pengangkutan atau ekspedisi tidak membutuhkan peralatan atau kepemilikan barang leasing tersebut untuk jangka panjang, akan tetapi mereka menghendaki dan membutuhkan peng gunaan barang yang jangka pendek saja. Untuk memenuhi kebutuhan tersebut perusahaan leasing mulai menawarkan kontrak learing jangka pendek dan di akhir kontrak objek leasing dikembalikan kepada perusahaan leasing yang bersangkutan. Bentuk transaksi leasing tersebut merupakan awal dimulainya atau dikenalnya istilah true atau operating lease yang saat ini sangat banyak dan umum digunakan dalam kontrak leasing lease. Produsen atau vendor dalam usaha meningkatkan penjualannya, menawarkan program pembayaran secara cicilan kepada pembeli sesuai dengan barang yang diuntungkan dank arena kejadian itu merupakan awal operasionalnya pembayaran dalam bentuk leasing vendor.
Kemudian transaksi berlanjut dengan memberikan pembiayaan inting dalam bentuk barang-barang modal. Transaksi leasing barang modal dilakukan sebagai salah produk leating yang banyak digunakan atau dipilih dewasa Kegiatan leasing kemudian berkembang mulai dari barang yang sederhana sampai peralatan atau barang modal berat dan kompleks. Tahun merupakan tahun dimulainya leasing secara moders mana The Bell Telephone Company mulai menyewakan barang-barang produksinya Amerika Serikat Pada 1952, seorang terkenal. Henry Schoenfield, di Amerika mendirikan perusahaan dengan pembiayaan secara leasing selama diabaikan sebagai salah alternatif pembiayaan. Perusahaan kemudian menjadi perusahaan pertams Amerika Serikat dengan modal US$ 20,000 dan perusahaan leasing terkemuka saat ini. Perusahaan tersebut awalnya bernama US LEASON CORPORATION kemudian berganti menjadi Leasing International, INC
Kegiatan usaha leaeng selanjutnya meluas dan menyebar ke berbagai negara dengan pesat, Unusnya Eropa Amerika terutama setelah tahun 1950-an ketentuan tingkat penyusutan tuk perpajakan dinaikkan. Di samping itu pemerintah mengeluarkan peraturan bidang learing.
Berkembangnya bisnis tidak terlepas dari adanya keuntungan dan kemudahan yang diberikan kepada lesser, misalnya perbaikan keadaan likuiditas dan pembayaran lebih ringan dibanding kalau membeli secara tunai yang cukup menarik adalah tidak perlunya transaksi leasing ditampilkan dalam laporan keuangan lease (off balance sheet)
PERKEMBANGAN LEASING INDONESIA
Usaha leasing Indonesia pada prinsipnya relatif baru. Kegiatan usaha ini formal baru diperkenalkan pada tahun 1974 berdasarkan Surat Keputusan Bersama Menteri Keuangan, Menteri Perindustrian Menteri Perdagangan Kep. 122/MK/IV/2/1974, No. M/SK/2/1974, No.
30/Kpb/1/1974 tanggal Februari 1974 tentang Perizinan usaha Selanjutnya sebagai yang bertugas berwenang memberi bagi perusahaan leasing, Menteri Keuangan mengeluarkan Surat Keputusan No. 649/MK/TV/S/1974 tanggal 6 1974 mengatur mengenai tata perizinan dan usaha learing esia.
Untuk mendukung usaha ini Menteri Keuangan selanjutnya mengeluarkan Surat 650/MK/5/1974 tanggal 6 Mei 1974 tentang penegasan ketentuan pajak penjualan besarnya bea meterai terhadap leasing. Perlakuan perpajakan terhadap setiap transaksi atau kontrak leasing antara perusahaan leasing (lessor)dan lessee berdasarkan surat keputusan tersebut bukan merupakan suatu objek pajak dan karenanya tidak dikenakan Pajak Penjulan. Sejak itu terutama pada decade 1980-an jumlah perusahaan leasing bertambah, jalan dengan itu volume transaksinya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Industri leasing dewasa ni perannya cukup besar sebagai alternative sumber pebiayaan dalam dunia usaha.
Pihak-Pihak Yang Terlibat Dalam Leasing
Setiap transaksi leasing sekurang-kurangnya melibatkan 4 (empat) pihak yang berkepentingan yaitu: lessor, lessee, supplier, dan bank atau kreditor.
1. Lessor adalah perusahaan leasing atau pihak yang memberikan jasa pembiayaan kepada lessee dalam bentuk barang modal. Lessor dalam financial lease bertujuan untuk member kembali biaya
yang telah dikeluarkan untuk membiayai penyediaan barang mod dengan mendapatkan keuntungan. Sedangkan dalam operating lease, lessor bertujuan mendapatkan keuntungan dari penyediaan barang serta pemberian jasa-jasa yang berkenaan dengan pemeliharaan pengoperasian barang modal tersebut.
2. Lessee adalah perusahaan atau pihak yang memperoleh pembiayaan dalam bentak barang dari lessor. Lessee dalam financial lease bertujuan mendapatkan pembiayaan berupa barang peralatan dengan cara pembayaran angsuran atau secara berkala. Pada akhir kontrak memiliki hak opsi atas barang tersebut. Maksudnya, pihak lessee memiliki hak untuk membeli barang yang di-lease dengan harga berdasarkan nilai sisa. Dalam operating lease, lasee memenuhi kebutuhan peralatannya di samping tenaga operator dan perawatan atas alat tersebut dan risiko bagi lessee terhadap kerusakan.
3. Supplier adalah perusahaan atau pihak yang mengadakan atau menyediakan barang untu dijual kepada lessee dengan pembayaran secara tunai oleh lessor. Dalam mekanisme financi supplier langsung menyerahkan barang kepada lessee tanpa melalui pihak lessor sebagai pihak yang memberikan pembiayaan. Sebaliknya, dalam operating lease, supplier menjual langsung kepada lessor dengan pembayaran sesuai dengan kesepakatan kedua belah pihak secara tunai atau berkala.
4. Bank, dalam sauatu perjanjian atau kontrak leasing, pihak bank atau kreditor tidak terlibat secara secara langsung dalam kontrak tersebut, hal penyediaan dan kepada dalam mekanisme leverage lease mana somber pembiayaan diperoleh melalui bank. Pihak dalam ini tidak tertutup kemungkinan menerima redit untuk memperoleh barang-barang yang nantinya akan dijual sebagai leasing les atau lessor.
PENGGOLONGAN PERUSAHAAN LEASING
Perusahaan leasing dalam menjalankan kegiatan usahanya dapat di golongkan ke dalam 3 kelompok, yaitu:
Independent Leasing ompany
Perusahaan leasing jenis ini mewakili sebagian besar bank industri leasing. Perusahaan tipe ini berdiri sendiri atau independen dari supplier mungkin dapat sekaligus sebaagai pihak produsen barang dalam memenuhi kebutuhan barang modal nasabahinya (lessee). Perusahaan dapat membelinya dari berbagai supplier produsen kemudian di-lease kepada pemakai. Untuk memperoleh gambaran jelas mengenai mekanisme leasing jenis ini dapat dilihat Gambar 14 . Lembaga keuangan yang terlibat dalam kegiatan usaha leasing, misalnya bank-bank, dapat pula dsebut sebagai leasor independen. Banyak lembaga keuangan yang bertindak sebagai lessor tidak hanya memberikan pembiayaan leasing kepada lessee tetapi juga memberikan pendanaan kepada perusahaan leasing. lessor dapat pula memberikan pembiayaan kepada supplier (manufacturer) yang sering disebut dengan vendor program.
Coptive Lessor
Coptive lessor akan tercipta apabila supplier atau produsen mendirikan perusahaan leaasing sendiri untuk membiayai produk-produknya. Hal ini dapat terjadi apabila pihak supplier berpendapat bahwa dengan menyediakan pembiayaan leasing sendiri akan dapat meningkatkan kemampuan penjualan melebihi tingkat penjualan dengan menggunakan pembiayaan tradisional.
Captive lessor ini sering pula disebut dengan twoparty lessor. Pihak pertama terdiri atas perusahaan induk dan anak perusahaan leasing (rubsidiary) dan pihak kedua adalah leasse atau pemakai barang.
Lease Broker Atau Packager
Bentuk akhir dari perusahaan leasing adalah lease broker atau packager. Broker leasing berfungsi mempertemukan calon lessee dengan pihak lessor yang membutuhkan suatu barang modal dengan cara leasing. Broker leasing biasanya tidak memiliki barang atau peralatan untuk menangani transaksi leasing untuk atas namanya. Di samping itu perusahaan broker leasing memberikan satu atau lebih jasa-jasa dalam usaha leasing tergantung apa yang dibutuhkan dalam suatu transaksi leasing.
PROSES DAN MEKANISME TRANSAKSI LEASING
Leasing pada prinsipnya merupakan industri multidisiplin yang meliputi antara lain bidang perpajakan, keuangan dan konsep akuntansi. Dari definisi leasing yang telah dibahas pada awal bab ini dapat disimpulkan bahwa leasing mengandung arti suatu perjanjian antara pemilik barang (lessor) dengan pemakai barang (lessee). Mekanisme leasing tersebut merupakan dasar-dasar dalam suatu transaksi leasung (basic leasing). Pihak lasse berkewajiban membayar sewa secara periodic kepada leasor sebagai kompensasi atas penggunaan barang tersebut (lihat Gambar 14-4).
Dalam definisi ini hanya dua pihak yang terkait yaitu lessor dan lessee padahal dalam praktiknya pihak supplier merupakan pihak yang terlibat dalam suatu mekanisme transaksi leasing.
Perjanjian atau kontrak leasing umumnya dalam bentuk tertulis, dan memuat berbagai persyaratan termasuk kondisi dan persyaratan transaksi leasing. Persyaratan-persyaratan dalam perjanjian tersebut antara lain memuat jangka waktu barang tersebut akan digunakan, jumlah dan cara pelaksanaan angsuran leasing, spesifikasi barang yang di-lease dan persyaratan pengalihan pada akhir masa kontrak leasing.
TEKNIK-TEKNIK PEMBIAYAAN LEASING
Teknik pembiayaan leasing dapat dilihat dari jenis transaksi leasing yang secara garis besar dapat dibagi dua kategori pembiayaan yaitu: Finance lease dan Operating lease
1. Finance lease
Teknik pembiayaan menurut finance lease ini, perusahaan leasing sebagai leasor adalah yang membiayai penyedaiaan barang modal. Penyewa usaha (leasse) biasanya memilih modal yang dibutuhkan dan atas nama perusahaan leasing, sebagai pemilik barang modal tersebut melakukan pemesanan, pemeriksaan serta pemeliharaan barang modal yang menjadi objek transaksi leasing. Selama masa leasing, lesse melakukan pembayaran secara berkala sebesar jumlah seluruhnya diatambah dengan pembayaran nilai sisa (residual value).
finance lease dapat dibagi dalam beberapa bentuk transaksi sebagai berikut:
a. Direct Financial Lease
Transaksi leasing dalam bentuk direct financial lease, sering pula disebut true-lease, disingkat direct lease saja; merupakan suatu bentuk transaksi leasing mana lessor membeli satu barang permintaan pihak lessee sekaligus menyewagunausahakan barang tersebut kepada see yang bersangkutan. Spesifikasi barang di-lease tersebut termasuk penentuan dan penentuan supplier dapat dilakukan oleh lessee. Tujuan utama lessee pada dasarnya adalah semata-mata untuk mendapatkan pembiayaan dengan leasing, guna memperoleh barang modal yang dapat digunakan dalam proses produksi dan meningkatkan kapasitas produksi. Sedangkan proses pembelian mulai dari order pembelian dilakukan pihak lessor semata-mata untuk kebutuhan lesse.
b. Sale and Lease Back
Transaksi learing dalam bentuk sale and lease back ini pada prinsipnya adalah pihak lessee sengaja menjual barang modalnya kepada lessor untuk kemudian dilakukan kontrak sewa guna usaha atas barang tersebut. Lessee dalam hal ini berperan sebagai pihak yang menjual barang untuk digunakan selama masa lease yang disetujui kedua pihak. Metode leasing ini dimaksudkan untuk memperoleh tambahan dana untuk modal kerja. Jadi transaksi leasing di sini bersifat refi mancing.
Transaksi leasing seperti ini banyak dilakukan di Indonesia akibat adanya masalah impor barang modal, perizinan serta pengoperasian, maupun pembiayaan kembali terhadap pinjaman yang telah diperoleh lessee untuk memperoleh barang modal yang semula tidak melalui transaksi lease.
Dengan adanya kendala atau masalah impor barang modal ini terutama dalam hal pengenaan bea masuk atau pajak dalam rangka pengadaan suatu barang modal, umumnya pihak lesser akan membeli lebih dahulu atas nama sendiri barang impor atau eks-impor, termasuk membayar bea masuk dan bea impor lainnya. Selanjutnya barang tersebut dijual kepada lessor untuk selanjutnya diserahkan kembali kepada lessee untuk digunakan sesuai dengan jangka waktu yang disetujui dalan kontrak leasing.
c. Leveraged Lease
Pada prinsipnya leveraged lease merupakan salah satu teknik pembiayaan dalam finance lease yang digunakan lessor. Teknik pembiayaan ini dimulai pada akhir dekade 60-an dan berkembang pesat sejak tahun 1970-an. Menurut teknik ini, di samping melibatkan lessor dan lessee juga melibatkan kreditor jangka panjang dalam membiayai suatu objek leasing. Pihak
kreditor jangka panjang inilah yang memiliki porsi terbesar dalam membiayai transaksi leasing ini.
Sedangkan porsi pembiayaan pihak lessor biasanya berkisar 20 % -40% dari keseluruhan pembiayaan, sisanya disediakan oleh kreditor. Kreditor tersebut dapat berupa bank atau lembaga keuangan lainnya. Status kreditor di sini hanya sebagai penyedia dana kepada lessor, sedangkan jaminannya biasanya adalah objek leasing in sendiri. Perbedaannya dengan teknik direct lease adalah terletak pada jumlah pembiayaan yang diberikan oleh lessor 100%. Oleh karena itu, lessor bertanggung jawab langsung kepada kreditor sesuai dengan jumlah pembiayaannya.
Dalam leveraged lease, umumnya menyangkut masalah-masalah antara lain:
merupakan direct finance lease.
melibatkan (tiga) pihak yaitu: lessor, lessee, pemberi jangka panjang.
Lessor menyediakan suatu pembiayaan terhadap harga barang yang akan di-leaser bisa berkisar 20%-40%.
Kreditor jangka panjang, biasanya lembaga keuangan menyediakan pembiayaan60%-80%
dari total biaya barang. Jumlah pembiayaan diberikan oleh pihak kredit dengan leveraged debt. Utang ini merupakan without recourse kepada pihak lessee apabila pihak lesse tidak dapat meneruskan dan memenuhi kewajiban-kewajiban lessor tidak memiliki kewajiban untuk membayar utang lessee sebesar sisa porsi pembayaran oleh kreditor yang bersangkutan. Jaminan pengembalian pinjaman tersebut berasal dari pembayaran angsuran atau barang yang di-leaser tersebut. Sejalan dengan itu tingkat bunga yang dikenakan kreditor sangat dipengaruhi oleh credit rating dari lessee yang bersangkutan.
Selanjutnya dalam pengadaan barang lease, dilakukan dengan membelinya dari pabrik atau supplier/dealer, kemudian di-lease kepada lessee. Untuk itu pihak lessor menerima pembayaran secara berkala dari lessee dan sekaligus mengatur pembayaran pokok dan bunga kepada kreditor. Nilai sisa atau residual value dari barang pada akhir periode penggunaan atau kontrak akan ditahan pihak lessor. Umumnya, investasi neto lessor menurun pada tahun awal kontrak dan naik pada tahun akhir kontrak.
d. Syndicated Lease
Syndicated lease adalah pembiayaan leasing yang dilakukan oleh lebih dari satu lessor atas suatu objek leasing. Syndicated lease terjadi apabila lessor karena alasan-alasan risiko tidak bersedia, atau karena alasan tidak memiliki kemampuan pendanaan untuk menutup sendiri suatu transaksi learing yang nilainya cukup besar yang dibutuhkan oleh lessee. Untuk memenuhi permintaan atau kebutuhan lessee tersebut, maka beberapa perusahaan leasing melakukan perjanjian kerja sama untuk membiayai objek leasing dimaksud. Selanjutnya, dalam pelaksanaannya dari kelompok lessor, berdasarkan persetujuan ditunjuk salah satu lessor untuk bertindak sebagai koordinator dalam melaksanakan perjanjian leasing dengan pihak lessee termasuk dengan pihak supplier.
e. Cross Border Lease
Cross border lease adalah transaksi leasing yang dilakukan di luar batas suatu negara, di mana lessor berkedudukan di negara berbeda dengan negara lessee. Jenis transaksi leasing ini kadang kadang disebut pula sebagai leasing lintas negara atau transaksi leasing internasional karena transaksi yang dilakukan melibatkan dua negara yang berbeda. Metode pembiayaan ini merupakan hal yang kompleks dan bersifat khusus. Transaksi leasing ini mengandung banyak risiko bagi les or karena bagaimanapun juga akan melibatkan mekanisme hukum, perpajakan dan masalah-masalah lainnya dari masing-masing negara yang bersangkutan. Untuk mengatasi kendala-kendala tersebut biasanya transaksi leasing antara negara dilakukan oleh afiliasinya atau subsidiary perusahaan transaksi leasing internasional tidak dilakukan sebagaimana mekanisme yang sebenarnya. Transaks biasanya dilakukan cara perjanjian penjualan bersyarat yaitu see diwajibkan membeli barang yang di-lease-nya akhir kontrak. Cara pada dasarnya hanya melindungi lessor kompleksitas peraturan dan ketentuan-ketentuan negara Mekanisme cross border lease dapat pada Gambar Kompleksitas dalam leasing internasional bagi lessor ini meliputi beberapa masalah antara sebagai berikut:
Pertimbangan politis yaitu menyangkut stabilitas negara lessee
Peraturan mengenai pemilikan pihak asing
Perpajakan menyangkut ketentuan Ketentuan pajak ganda (double taxation)
Ketentuan repatriasi penghasilan termasuk masalah pengaturan penggunaan valuta asing Negara lesse.
Peraturan penyusutan
Bea masuk barang dan ketentuan impor lainnya.
e. Vendor program
Vendor program atau disebut juga vendor lease adalah sautu metode penjualan yang dilakukan oleh produsen atau dealer dimana perusahaan leasing memberikan atau menyediakan leasing kepada pembeli barang. Dalam mekanisme transaksi vendor program membayar kepada vendor sesun dengan barang yang atau ditentukan oleh pembeli selanjutnya pembayaran sewa atau angsuran oleh lessee dapat dilakukan langsung kepada atau dibayarkan melalui vendor yang bersangkutan. Cara pembayaran tersebut dapat sesuai perjanjian.
Vendor program ini sangat menarik bagi lessor karena pemasaran leasing dilakukan oleh vendor melalui usaha penjualan barangnya yang sekaligus disertai dengan fasilitas leasing, Penagihan uang sewa atau angsuran merupakan kewajiban vendor yang juga berperan sebagai jaminan. Dalam hal pihaks lessee tidak dapat memenuhi kewajibannya sesuai dengan kontrak atau default, pihak vendor akan membayar penuh sesuai dengan sisa angsuran lessed. Komitmen ini disebut full recourse collateral. Sedangkan dalam limited recourse collateral, vendor hanya akan membayar sejumlah persentase tertentu apabila terjadi default.
2 Operating lease
Dalam leasing bentuk ini, lessor sengaja membeli barang modal dan selanjutnya di-lease- kan. Berbeda dengan finance lease, dalam operating lease jumlah seluruh pembayaran berkala tidak mencakup jumlah biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh barang modal tersebut berikut dengan bunganya. Perbedaan ini disebabkan perusahaan leasing mengharapkan keuntungan justru dari penjualan barang modal yang di-lease-kan atau melalui beberapa kontrak leasing lainnya.
Operating lease atau kadang-kadang juga disebut dengan sewa guna usaha biasa adalah suatu perjanjian kontrak antara lessor dengan lessee di mana:
Lessor sebagai pemilik objek leasing kemudian menyerahkan kepada pihak Jessee untuk digunakan dengan jangka waktu relatif lebih pendek daripada umur ekonomis barang modal tersebut.
Lessee atas penggunaan barang modal tersebut, membayar sejumlah sewa secara berkala kepada lessor yang jumlahnya tidak meliputi jumlah keseluruhan biaya perolehan barang tersebut beserta bunganya atau disebut juga non full pay out lease.
Lessor menanggung segala risiko ekonomis dan pemeliharaan atas barang-barang tersebut.
Lessee pada akhir kontrak harus mengembalikan objek lease pada lessor,
Lessee biasanya dapat membatalkan perjanjian kontrak leasing sewaktu-waktu cancellable.
Operating lease dalam pelaksanaannya membutuhkan suatu keahlian khusus terutama pada pemeliharaannya dan penasaran kembali barang modal yang di-lease-kan tersebut. Oleh karena itu berbeda dengan finance lease, pada operating lease objek leasing di akhir masa kontrak merupakan hak milik lessor untuk kemudian dilakukan pemasaran kembali barang modal Lessor dalam operating lease bertanggung jawab atas segala biaya pelaksanaan lease misalnya, biaya asuransi, pembayaran pajak dan pemeliharaan barang modal. Perbedaan finance lease adalah angsuran operating lease tidak menggambarkan keseluruhan biayant barang. Hal ini disebabkan lessor mengharapkan keuntungan dari kontrak leaning Beberapa kasus khusus ini jarang terjadi, pihak lessee mengajukan hak opsi untuk memi leasing tersebut dengan harga pasar yang biasanya relatif tinggi.
Kegiatan operating lease di beberapa negara, termasuk Indonesia tidak begitu umum dirikan. Hal ini akibat adanya alasan-alasan tertentu, antara lain tidak tersedianya dukungan sekunder atas barang bekas leasing dan alasan-alasan teknis lainnya, misalnya diperlukannya gudang penampungan.
Selanjutnya menurut Keputusan Menteri Keuangan No.-1169/KMK.01/1991 Nopember 1991 kegiatan leasing dapat dilakukan dengan cara berikut:
a. Sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease) b. Sewa guna usaha tanpa hak opsi (operating lease),
Penggolongan suatu transaksi leasing menurut ketentuan Menteri Keuangan tersebut dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Leasing digolongkan sebagai finance lease apabila memenuhi semua kriteria berikut:
a. Jumlah pembayaran sewa guna usaha selama masa sewa guna usaha pertama di dengan nilai sisa barang modal, harus dapat menutup harga perolehan barang moda keuntungan lessor.
b. Masa sewa guna usaha untuk barang modal ditetapkan sekurang-kurangnya:
- 2 tahun untuk Golongan 1 -3 tahun untuk Golongan II dan III - 7 tahun untuk Golongan bangunan
c. Perjanjian sewa guna usaha memuat ketentuan, mengenai hak opsi.
2. Leasing digolongkan sebagai operating lease apabila memenuhi criteria berikut :
Jumlah pembayaran leasing selama masa leasing pertama tidak dapat meneutupi harga barang modal yang di-leassekan ditembah keuntungan yang diperhitungkan oleh leassor
Perjanjian leasing tidak memuat ketentuan mengenai hak opsi bagi leassor
PERBEDAAN PEMBIAYAAN LEASING DENGAN PEMBIAYAAN LAINNYA
Pembiayaan melalui perusahaan leasing memiliki beberapa perbedaan pokok dengan metode pembiayaan yang diberikan melalui lembaga-lembaga keuangan lain misalnya bank atau dengan teknik-teknik pembiayaan lain seperti sewa menyewa dan sewa beli.
Leasing dengan Sewa Menyewa
Dalam suatu transaksi leasing, lessor adalah pemilik atas objek leasing, sementara lesser hanyalah pemakai saja. Di samping itu kontrak learing bersifat non-cancelled artinya kontrak tidak
dapat dibatalkan kecuali terjadi hal-hal yang berupa kelalaian. Lessee memiliki hak opsi (option right) untuk membeli objek leating sesuai dengan nilai sisa barang. Sedangkan sewa menyewa menurut KUH Perdata Pasal 1548 disebutkan bahwa:
"Sewa-menyewa ialah suatu persetujuan, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk memberikan kepada pihak yang lainnya kenikmatan dari suatu barang, selama suatu waktu tertentu dan dengan pembayaran suatu harga, yang oleh pihak tersebut belakangan itu disanggupi pembayarannya".
Dengan definisi sewa menyewa seperti tersebut di atas akan terlihat perbedaan prinsipil sewa menyewa dengan leasing yang terletak pada tidak adanya hak opsi bagi penyewa untuk membeli barang yang disewanya tersebut. Unsur terpenting dalam perjanjian sewa menyewa ini adalah kenikmatan dari suatu barang yang disewakan dan harga sewa. Namsh dalam praktik, dalam perjanjian sewa-menyewa dapat dicantumkan ketentuan-ketentuan khusus yang memberikan hak kepada penyewa suatu hak opsi yaitu untuk melanjutkan sewa menyewa atau membeli barang yang disewakan pada saat jangka waktu sewa-menyewa berakhir.
Leasing dengan Sewa Beli
Selanjutnya, sewa beli atau hire purchase tidak diatur secara khusus dalam KUH Perdata.
Tran saksi sewa beli ini pada prinsipnya timbul untuk memenuhi kebutuhan transaksi dalam masya rakat. Hal tersebut dimungkinkan sepanjang dilakukan persetujuan kedua pihak dengan memenuhi ketentuan atau syarat-syarat yang diperlukan untuk sahnya persetujuan-persetujuan yang diatur dalam KUH Perdata 1320, Menurut Kamus Bahasa Indonesia definisi sewa beli adalah membeli secara mencicil (mengangsur) dan sebelum terbayar lunas dianggap sebagai menyewa barang bersangkutan. Namun secara umum sewa beli dapat didefinisikan sebagai berikut yaitu
"persetujuan antara pihak penjual barang dengan penyewa, di mana penyewa berhak menggunakan barang yang bersangkutan untuk suatu jangka waktu yang disepakati bersama dengan pembayaran secara berkala yang ditetapkan oleh penjual barang".
Dalam definisi ini hak pemilikan atas barang tersebut berada pada pihak penjual dan akan beralih kepada pihak penyewa begitu pembayaran berkala tersebut telah lunas. Dari definisi tersebut terlihat bahwa perbedaan sewa-beli dengan leasing adalah pada sewa-beli hak milik secara mutlak beralih kepada penyewa pada akhir perjanjian dan semua pembayaran telah dibayar penuh.
Sementara dalam leasing hak kepemilikan tidak mutlak langsung beralih kepada penyewa (lessee) tetapi terdapat hak opsi yaitu apakah penyewa akan memiliki barang tersebut dengan cara membelinya seharga nilai sisa atau memperpanjang penggunaan barang tersebut dengan memperbarui perjanjian leasing atau akan mengembalikannya kepada pemilik atau lessor.
Kegiatn transaksi yang hampir menyerupai leasing adalah jual dengan cicilan. Persamaan terletak pada pembayaran berkala atau penggunaan suatu barang suatu harga disepakati.
Sedangkan perbedaannya adalah dalam beli dengan cicilan pemilikan barang pada saat dilakukannya transaksi. Sementara dalam leasing hak pemilikan tetap pada dengan cicilan pada prinsipnya sama dengan jual beli yang diatur KUH 1457. beli adalah persetujuan di mana pihak yang mengikatkan dirinya menyerahkan suatu kebendaan, dan pihak lain membayar harga sesuai telah dijanjikan. Sebagai jaminan barang dijual dalam metode jual dengan cicilan, terutama kelangsungan teratur selama periode yang disepakati kedua pihak, maka antara penjual dengan pembeli mengdakan ikatan secara notarial penyerahan hak milik secara fiducia.
Fleksibilitas dalam Leasing
Sewa guna usaha merupakan metode pembiayaan yang fleksibel dalam memenuhi berbagai kebutuhan pihak lessee. Fleksibilitas Leasing sebagai sumberbpembayaan antara lain sebagai berikut:
Step Lease, yaitu suatu kontrak yang memungkinkan pihak melakukan pembayaran baik dalam rangka untuk meningkatkan (step-up-lease)maupun untuk mengurangi atau menurunkan (step-down lease) jangka waktu leasing, guna mengatasi keterbatasan arus kas lesse.
Skipped Payment Lease, yaitu suatu perjanjian atau kontrak leasing yang menghendaki lessee untuk melakukan pembayaran selama pada periode bulan atau tahun. Skipped Payment Lease, distruktur untuk memenuhi kebutuhan musiman atau untuk mengatasi masalah arus sedang dihadapi oleh lessee.
Swap lease, memungkinkan lessee untuk melakukan penukaran atas barng yang di- lease apabila barang tersebut mengalami kerusakan dan atau memerlukan
perbaikan dan pergantian pada komponen tertentu. Penukaran dengan barang lain yang sejenis selama barang tersebut diservis untuk menghindari penambahan biaya pemeliharaan dan penundaan.
Upgrade Lease, leasing dengan cara ini memberikan pilihan yang lebuh fleksibel bagi lesse yang memungkinkan meminta tambahan barang lease guna meningkatkan kapasitas atau efisiensi. Upgrade lease dapa dilakukan dengan menukar barang atau peralatan di-lease yang sejenis tetapi canggih akibat terjadinya perkembangan teknologi.
Master lease, merupakan cara leasing mana lessor memberikan yang lessee untuk menambah barang peralatan untuk op jumlah periode tertentu), persyaratan yang sama sebelumnya, perlu dilakukan negosiasi dan
Short-term Experimental Lease Kadang-kadang perjanjian atau kontrak dilakukan dengan jangka waktu pendek atau diberikan masa percobaan penggunaan barang yang lease. Selama masa percobaan tersebut lessee memutuskan apakah barang yang bersangkutan akan cocok sampai jangka waktu yang diinginkan dan yang lebih penting apakah tersebut meningkatkan keuntungan lesse. Hal tersebut akan menhilangkan risiko spekulasi lesse dLm uaH memperoleh suatu barang.
KELEBIHAN LEASING SEBAGAI SUMBER PEMBIAYAAN
Leasing sebagai alternatif sumber pembiayaan memiliki beberapa kelebihan dibanding sumber-sumber pembiayaan lain sebagai berikut :
Pembiayaan Penuh, Transaksi leasing sering dilakukan tanpa perlu uang muka dan pembiayaannya dapatdi peroleh sampai 100% (full pay out). hal ini akan membantu cash flow terutama bagi perusahaan yang baru beroperasi dan perusahaan yang mulai berkembang.
Lebih Fleksibel, Dipandang segi perjanjiannya, leasing lebih luwes karena leasing lebih mudah menyesuaikan keadaan keuangan lease dibandingkan perbankan. Pembayaran angsuran secara bertahap akan ditetapkan berdasarkan yang dihasilkan lessee sehingga pengaturan angsuran secara berkala dapat disesuaikan dengan pendapatan yang dihasilkan objek lease. Artinya pembayaran sewa dilakukan setelah barang modal yang di-lease tersebut
mulai produktif. Selain perusahaan leasing melakukan pengaturan yang gelembung (baloon payment) pada awal atau akhir masa lease, pembayaran musiman (kususnya apabila lessee bergerak, dalam pertanian, perkebunan peternakan) bahkan mulai pula suatu tenggang waktu pembayaran yang sesuai dengan keadaan keuangan lessee
Sumber Pembiayaan Alternatif, Leasing merupakan sumber pembiayaan lain bagi perusahaan tanpa mengganggu fasilitas kredit (credit line) yang telah dimiliki. Dari segi jaminan leasing tidak terlalu menuntut adanya jaminan ambahan yang lebih banyak dibandingkan apabila lessee memperoleh pinjaman dari pihak lainnya. Karena hak kepemilikan sah atas objek lease serta pengaturan pembayaran lease sesuai dengan pendapatan yang dihasilkan oleh objek lease sehingga merupakan jaminan bagi leasing itu sendiri. Dengan demikian harta yang telah dijaminkan untuk kredit tetap dapat menjamin kredit yang sudah ada.
Off Balance Sheet, Tidak adanya ketentuan keharusan mencantumkan transaksi leasing dalam neraca memberi daya tarik tersendiri kepada karena tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti prosedur pembelian barang perlu dipenuhi secara terperinci karena mungkin masih dalam batas kewenangan direksi (seringkali kewenangan pembelian barang modal apabila disetujui Dewan Komisaris atau bahkan Rapat Pemegang Saham). Dengan demikian keputusan cepat dan tepat lebih mudah dilakukan direksi. Dipihak lain, tanpa mencantumkan sebagai aktiva berarti tidak ada keharusan mencantumkan sebagai kewajiban. Hal ini mempunyai dampak positif terhadap kondisi rasio keuangan perushaan lesse karena transaksi leasing tersebut tidak akan terlihat dalam neraca sebagai komponen utang. Kondisi ini Disebut Off Balance Sheet financing.
Arus Dana, Keluwesan pengaturan pembayaran sewa sangatlah penting dalam perencanaan arus dana karena pengaturan ini mempunyai dampak berarti terhadap pendapatan lessee. Disamping itu, persyaratan pembayaran di muka yang relatif lebih kecil akan sangat berpengaruh pada arus dana terlebih apabila pertimbangan kelambatan menghasilkan laba dalam investasi.
Proteksi Inflasi, Leasing dapat merupakan pelindung terhadap inflasi meskipun dalam beberapa keadaan sering dikatakan hal ini kurang relevan. Dalam tahun-tahun berikutnya setelah kontrak leasing dilakukan, kususnya apabila leasing berdasarkan tariff suku bunga tetap, maka lesse akan membayar dengan jumlah tetap atas sisa kewajibannya yang berasal dari pelunasan pembelian yang dilakukan dimasa lalu.
Perlindungan Akibat Kemajuan Teknologi, Dengan memanfatkan lessing dapat terhindar dari kerugian akibat barang yang diisewa tersebut mengalami ketinggalan model teknologi disebabkan oleh pesatnya perkembangan teknologi,
Sumber Pelunasan Kewajiban, Pembatasan pembelanjaan dalam perjanjian kredit diatasi melalui learing karena pada umumnya pelunasan atau pembayaran angsuran hampir selalu diperkirakan berasal dari modal kerja yang akan mempengaruhi pelunasan kredit dimasukin oleh adanya barang yang di lease elah diberikan dapat diatasi.
Kapitalisasi Biaya, adanya biaya-biaya tambahan selain harga perolehan seperti biaya penyerahan, instalasi, pemeriksaan, konsultan, percobaan dan sebagainya dapat dipertimbangkan sebagai biaya modal dapat dibiayai dalam leasing dan dapat disusutkan berdasarkan lamanya masa leasing Dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating lease yang berjangka wakts relatif singkat
Risiko Keusangan, dalam keadaan yang serba tidak menentu, operating leaseing yang berjangka waktu singkat dapat mengatasi kekhawatiran lessee terhadap risiko keuangan (obsolescence) sehingga lessee tidak perlu mempertimbangkan risiko pada tahap dini yang mungkin terjadi.
Kemudahan Penyusutan Anggaran, Adanya pembayaran sewa secara berkala yang jumlahnya relatif tetap akan merupakan-kemudahan dalam penyusunan anggaran tahunan lessee. Selain itu lessee juga dapat memilih cara pembayaran sewa berkala secara bulanan, kuartalan atau kesepakatan lainnya di samping adanya kebebasan dalam penentuan dasar suku bunga tetap atau mengambang.
Pembiayaan Proyek Skala Besar, Adanya keengganan untuk memikul risiko investasi dalam pembiayaan proyek yang seringkali menjadi masalah di antara pemberi dana, masalah tersebut biasanya dapat diatasi melalui perusahaan leasing sepanjang tersedianya suatu jaminan penuh yang dapat diterima dan serta kemudahan untuk menguasai barang yang dibiayai apabila terjadi suatu kelalaian.
Meningkatkan Debt Capacity, Perolehan barang modal melalui leasing tidak otomatis menaikkan debt equity ralio yang mempengaruhi bankability dari lessee yang bersangkutan.
PEMBAYARAN ANGSURAN SEWAGUNA USAHA (LEASE PAYMENT
Pengaruh finasial timbul dari transaksi leasing adalah berapa besarnya uang sewa atau yang harus dibayar kepada lessor akhir periode kontrak. Besarnya angsuran lease payment yang dibayarkan lessee merupakan penjumlahan dari bunga dan cicilan pokok dengan kata lain angsuran leasing terdiri unsur dan pokok.Besarnya lease payment setiap periode ditentukan faktor- faktor sebagai berikut:
Nilai Barang Modal.
Nilai barang modal pada prinsipnya merupakan penjumlahan harga modal dengan nilai sisanya pada akir periode kontrak. Nilai tersebut merupakan penilaian kontrak leasing
Simpanan Jaminan.
Simpanan atau security deposit dalam transaksi jual beli fungsinya barangkali dapat dikatakan sebagai uang jaminan atau muka lesser kontrak leasing. Besarnya simpanan jaminan ini tergantung pada kesepakatan antara leaser dengan lessee. Namun umumnya, simpanan jaminan tersebut besarnya berkisar 80%-90% hubungan dengan pembayaran sewa, semakin besar simpanan jaminan, semakin besar pula pembayaran sewanya.
Nilai Sisa.
Nilai sisa atau residual value adalah perkiraan wajar atas nilai suatu yang di-lease pada akhir kontrak. Pada akhir kontrak sering nilai tersebu relatif lebih besar terutama apabila umur ekohomis barang modal yang di-lease melebihi jangka waktu kontrak. Metode apa yang dipilih atau digunakan dalam pembayaran uang guna usaha, barang modal diperkirakan di merupakan hal yang penting dipertimbangkan untuk menetapkan dari setiap guna usaha. sisa dan pembayaran sewa merupakan sumber utama pemasar lessor. Semakin tinggi perkiraan sisa, semakin kecil pembayaran sewa yang dikeluarkan lessor. Misalnya, apabila lessor memperkirakan akan menjual barang modal pada akhir waktu kontrak leasing sebesar 10% dari total harga, berarti lesor hanya membutuhkan dari harga barang tersebut melalui pembayaran sewa.
Jangka waktu,
waktu kontrak leasing secara teoritis dikaitkan dengan jangkau kegunaan ekonomis atau manfaat barang modal tersebut. Namun dalam praktiknya provit arus kas lesse merupakan fakor yang sangat penting dalam penentuan jangka waktu leasor.
Jangka waktu yang umum dilakukan di Indonesia berkisar antara 2 sampai 5 tahun. semakin lama jangka waktu lease ini semakin rendah pula pembayaran sewa. Pada akir jangka waktu leasing, lessor memberkan kesempatan kepada lesse untuk memilih salah satu dari tiga alternantif berikut:
Mengembalikan barang modal tanpa timbul kewajiban, kecuali mungkin biaya pembongkaran (deinstallation) dan transportasi ada.
Membeli barang modal dengan harga yang ditetapkan berdasarkan tafsiran harga pasar pada akhir kontrak (fair market value purchase option) atau membeli barang tersebur berdasarkan perjanjian yang disteujui pada awal kontrak (fixed purchase option)
Memperpanjang jangka waktu leasing dengan harga yang ditentukan kembali.
Tingkat Banga.
Tingkat bunga yang umum digunakan dalam perhitungan pembayaran leasing adalah tingkat bunga efektif yang ditetapkan oleh lessor dihitung berdasarkan besarny baya dana ditambahan dengan tingkat keuntungan yang diinginkanleeasor.
Metode Perhitungan Lease Payment
Penghitungan angsuran sewa dapat menggunakan dua cara. Penggunaan dua cara tersebut memiliki konsekwensin terhadap jumlah angsuran sewa atau lease payment yang dibayarkan setiap bulannya. (Diolah kembali dari bahan kursus leasing , departemen keuangan)
a. Payment in advance, Pembayaran angsuran dilakukan muka kontrak leasing telah disetujui. Oleh karena itu metode ini sering pula disebut dengan angsuran sewa yang dibayar dimuka atau payment in advance.
b. Payment in arrears, Pembayaran angsuran sewa dilakukan di belakang setelah kontrak lesing disetujui, misalnya sebulan setelah penarikan. Oleh karena itu metode ini sering disebut dengan angsuran dibayar dibelakang (payment in arrears).
Renyelesaian Masalan Hukum Dalam Perjanjian Leasing,
Jika timbul masalah hukum dalam suatu hubungan leasing terutama antara lesso tersedia beberapa cara untuk menyelesaikan masalah tersebut antara lain sebagai berikut:
a. Upaya non legal, Yaitu upaya-upaya sah yang tidak menggunakan pendekatan hukum untuk menyelesaikan persoalan hukum, misalnya menggunakan bantuan pihak ketiga yang dihormati sebagai tor untuk merundingkan penyelesaian persoalan. Dalam penyelesaian cara ini, tidak ukuran-ukuran dan terminologi hukum, tetapi digunakan ukuran-ukuran kepatutan din Amerika Serikat cara ini disebut Alternative Dispute Resolution (ADR)
b. Upaya legal, Yaitu upaya-upaya yang menggunakan pendekatan, terminologi dan ukuran- ukuran hukum ddan legal dibedakan dalam dua macam yaitu:
• Upaya nan litigasi, yaitu upaya legal diluar atau sebelum adanya proses penyelesaian mal melalui institusi penegak hukum (kepolisian, kejaksaan, badan peradilan) atau termasuk teguran (sommatie) dan negosiasi diluar atau sebelum memasuki proses lease mal melalui instansi penegak hukum.
• Upaya litigasi yaitu upaya penyelesaian melalui proses formal di muka instansi hukum (kepolisian, kejaksaan, lembaga peradilan) atau arbitrase. Upaya ligitasi ini ditempuh dalam dua cara yaitu: upaya gugatan perdata dan upaya pelaporan atau pengaruh pidana. Upaya ligitasi ini biasanya merupakan alternatif terakhir untuk ditempuh dan benar-benar dipertimbangkan keuntungan dan kerugian sebelum melakukan upaya tersebut.
Deteksi Kredit (Leasing) Bermasalah
Beberapa langkah yang dapat dilakukan oleh lessor dalam rangka deteksi leasing yaitu:
a. Monitoring aktivitas lessee b. Monitoring pembayaran lessee:
• lessee membayar langsung kepada lessor
• lessor mengirimkan kuitansi penagihan
• lessor meminta lessee membuat standing order kepada bank lessee untuk mentransaksi sejumlah dana setiap bulan kepada rekening lessor.
• lessee menyerahkan post dated check atau bilyet giro mundur senilai sewa per bulan dengan jumlah jatuh tempo pambayaran
Faktor-faktor dapat menyebabkan macetnya pembiayaan leasing
Faktor-faktor dapat menyebabkan macetnya pembiayaan leasing yang diberikan kepada nasabah atau lessee meliputi faktor internal dan eksternal.
a. Faktor meliputi:
Mismanagement
over Investment karena terlalu ekspansif
over financing sehingga leverage lesse menjadi sangat besar
perselisihan keluaega / pemegang saham b . factor ekternal meliputi:
Regulasi Pasar lesu yang berkepanjangan
Bencana alam
Perubahan teknologi untuk industri terkait
Penanganan Kredit (Leasing) Bermasalah
Langkah-langkah penanganan yang dapat dilakukan leasor dalam hal pembiayaan leasing, yaitu:
a. surat pemberitahuan, surat peringatan
b. negosiasi: rescheduling, penyerahan kembali obyek leasing
c. possission yaitu pengambilalihan objek leasing secara paksa dari lessor apabila semua ditempuh.
Dalam proses repossission ini perlu diperhatikan:
membuat salinan seluruh data dan dokumen perjanjian
mempersiapkan teknisi peralatan khusus, jika diperlukan
laporkan maksud tujuan kepada pihak berwajib dan perangkat warga setempat, bila situasi memungkinkan
d. upaya hukum melalui pengadilan
Pengajuan gugatan melalui pengadilan merupakan pilihan terakhir dalam menangani kredit bermasalah meskipun kurang bagitu popular bagi lessor karena akan menyita waktu, tenaga dan biaya sementara obyek leasing tetap dimanfaatkan lessee tanpa membayar. Pada saat gugatan dimenangkan lessor nilai jual obyek leasing sudah tidak sesuai dengan sisa kewajiban lessee.
Kesalahan Persepsi Terhadap Leasing,
Ada beberapa kesalahan persepsi yang sering terjadi dalam pembiayaan leasing yaitu:
a. Leasing tidak memerlukan tambahan jaminan (collateral). Untuk jenis barang modal tertentu lessor tetap membutuhkan adanya jaminan tambahan sebagai upaya lessor meng-cover jumlah pembiayaan yang diberikan kepada lessee. Misalnya, peralatan yang memili spesifikasi khusus yang digunakan untuk industri tertentu saja sehingga akan menyulitkan lessor untuk menjualnya kembali apabila terjadi wanprestasi kemudian dilakukan repossission.
b. Kontrak lease dapat dibatalkan (cancellable) setiap saat. Kontrak sewa guna usaha pada dasarnya tidak dapat dibatalkan (non cancellable) sepihak Kalaupun terjadi pembatalan kontrak atas persetujuan kedua pihak, lessor biasanya meminta persyaratan tertentu.
c. Leasing dianggap sebagai kredit biasa. Setiap kontrak leasing melibatkan 3 pihak dan selalu ada barang yang menjadi obyek perjanjian. Obyek leasing secara hukum adalah milik lessor, sementara lessee memiliki kewajiban membayar sejumlah sewa sampai berakhir masa kontrak untuk kemudian mempergunakan hak opsinya. Jadi berbeda dengan transaksi kredit perbankan.
Sumber Pendanaan Lessor (Funding)
Berbeda halnya dengan bank, perusahaan pembiayaan atau perusahaan leasing tidak diperkenankan melakukan penarikan dana masyarakat secara langsung berupa giro, tabungan, deposito atau sertifiakt deposito. Oleh karena itu sumber dana perusahaan pembiayaan sangat terbatas yaitu sebagai berikut:
a. Sumber dana internal yang berasal dari:
net worth
collection dari customer
subordinated loan
intial public offering (IPO)
right issue
b. Sumber dana eksternal yaitu melalui pinjaman perbankan atau lembaga keuangan berupa:
on share loan: rupiah atau valas, pinjaman melalui sindikasi, atau bilateral, baik committed or uncommitted.
offshore loan: valas, melalui sindikasi dengan commited atau
dengan cara penerbitan obligasi
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kemampuan Pendanaan Perusahaan Pembiayaan sebagai Lessor
a. manajemen perusahaan b. pemilik/group perusahaan
c. financial performance: asset and profitability growth d. prospek usaha
e. peraturan pemerintah Jangka Waktu Sumber Dana.
Sumber dana perusahaan pembiayaan yang antara lain melakukan kegiatan leasing berdasarkan jangka waktu jatuh temponya terdiri dari:
a. Short term : 1 tahun atau kurang b. Medium term : 1 s/d 5 tahun c. Long term : 5 tahun ke atas
Rasio Keuangan Calon Lessee
Sebagaimana halnya dengan pihak kreditur lain, lessor perlu melakukan penilaian terhadap beberapa rasio keuangan utama terhadap calon lessee. Analisis keuangan ini perlu dilakukan untuk memperkecil potensi terjadinya leasing bermasalah. Rasio keuangan yang dapat digunakan untuk mengevaluasi kondisi keuangan calon lessee antara lain sebagai berikut:
a. debt to equity ratio b. debt to total assets c. return on equity d. return on assets
e. net profit margin (net income/total income) f. interest coverage (EBIT/interest)
Pembayaran Leasing Fee
Pembayaran fee yang dikenakan oleh lessor kepaedea lessee terdiri dari beberapa jenis yaitu:
a. Facility fee, Fee ini untuk menutup biaya yang telah dikeluarkan lessor dalam mencari sumber dana dari pihak ketiga. Fee ini sering juga disebut dengan istilah provisi (kredit bank), open-end fee, participation fee. Umumnya dibayarkan satu kali dimuka selama jangka waktu kontrak lear ing. Besarnya fee berkisar antara 0,25% -1% flat dari jumlah pembiayaan.
b. Commitment fee, Merupakan biaya pengikatan diri untuk menyediakan dana atau pembiayaan sesuai dengan yang dibutuhkan oleh lessee.
c. Arrangement fee, Fee ini timbul dari transaksi syndication lease sebagai imbalan jasa bagi lessor yang bertindak sebagai arranger. Besarnya fee berkisar 0,25% -1%.
METODE AKUNTANSI SEWA GUNA USAHA
Metode akuntansi sewa guna usaha didasarkan pada aspek memanfaatkan ekonomis barang modal yang di-lease. Berdasarkan pandangan tersebut, maka metode perlakuan akuntansi sewa guna usaha dibedakan antara finance Lease dan operating lease
Finance leasese Method a. Prahaan Leasing (Lessor)
Apabila transaksi leasing digolongkan sebagai finance lease maka metode perlakuan akuntansi lessor adalah finance method. Metode ini didasarkan prinsip bahwa sewa pausaha merupakan suatu pembiayaan sehingga aktiva yang di-lease maya dilakukan berdasarkan jumlah bruto, yang terdiri atas:
jumlah pembiayaan
pendapatan sewa guna usaha berupa bunga belum diakui
biaya-biaya lainnya harus ditanggung lessor, misalnya premi asuransi, biaya pemeliharaan dan pajak
nilai sisa barang modal yang disewagunausahakan.
b. Jurnal Metode Finance Lease bagi Lessor 1. pada saat permulaan sewa guna usaha : Piutang sewa guna uusaha : xxx
Nilai sisa : xxx
Pendapatan yang belum di akui : xxx
Simpanan jaminan : xxx
Aktiva yang dileasekan : xxx
2. Apabila lessor mengeluarkan biaya penyiapan sewa guna usaha misalnya, biaya notaris, komisi dll. Biaya tersebut diperhitungkan dengan mengurangi pendapatan yang belum diakui.
Biaya pennyiapan : xxx
Pendapatan yang belum diakui : xxx
Kas / bank : xxx
Pendapatan sewa guna usaha : xxx
3. Pada saat penerimaan pembayaran sewa guna usaha berkala:
Kas/Bank : xxx
Piutang sewa guna usaha bruto : xxx
4. Pengakuan pendapatan sewa guna usaha pada saat menerima pembayaran berkala Pendapatan yang belum diakui : xxx
Pendapatan sewa guna usaha : xxx
5. Pencatatan pelaksanaan hak opsi pada akhir masa sewa guna usaha : Simpanan jaminan : xxx
Nilai sisa yang terjamin : xxx c. Penyewa Guna Usaha (Lessee)
Apabila sewa guna usaha dikelompokkan sebagai finance lease, maka metode perlakuan akuntansi bagi lessor adalah metode kapitalisasi atau capital method. Metode ini didasarkan pada prinsip sewa guna usaha harus dicatat sebagai suatu kewajiban sejumlah nilai tunai seluruh pembayaran sewa guna usaha minimum. Namun demikian jumlah tersebut tidak dapat melebihi nilai wajar aktiva yang disewagunausahakan. Biaya-biaya pelaksanaan misalnya operasi, pajak atau biaya perawatan yang dibayarkan melalui lessor tidak termasuk dalam jumlah ini. Sejalan dengan itu pencatatan atas barang modal yang disewagunausahakan oleh lessee sebagai aktiva, maka leszee harus melakukan depresiasi atas aktiva tersebut. Metode kapitalisasi ini sering pula disebut on balance sheet presentation karena transaksi leasing tersebut dicatat atau tercantum dalam neraca lessee
d. Jurnal Metode Finance Lease bagi Lessee 1. Pada saat permulaan sewa guna usaha Aktiva yang disewagunausahakan : xxx
Utang sewa guna usaha : xxx 2. Pada saat pembayaran sewa guna usaha berkala Utang sewa guna usaha : xxx
Biaya bunga : xxx
3. Pencatatan penyusutan aktiva yang disewagunausahakan:
Kas Bank : xxx
Piutang sewa guna usaha bruto : xxx
4. Pengakuan pendapatan sewa guna usaha pada saat menerima pembayaran berkala Pendapatan yang belum diakui : xxx
Pendapatan sewa guna usaha : xxx
Simpanan jaminan : xxx
Nilai sisa yang terjamin : xxx e. Penyewa Guna Usaha (Lessee)
Apabila sewa guna usaha dikelompokkan sebagai finance lease, maka metode perlakuan akuntansi bagi lessor adalah metode kapitalisasi atau capital method. Metode ini didasarkan pada prinsip sewa guna usaha harus dicatat sebagai suatu kewajiban sejumlah nilai tunai seluruh pembayaran sewa guna usaha minimum. Namun demikian jumlah tersebut tidak dapat melebihi nilai wajar aktiva yang disewa-guna-usahakan. Biaya-biaya pelaksanaan misalnya operasi, pajak atau biaya perawatan yang dibayarkan melalui lessor tidak termasuk dalam jumlah ini. Sejalan dengan itu pencatatan atas barang modal yang disewa-guna-usahakan oleh lessee sebagai aktiva, maka lessee harus melakukan depresiasi atas aktiva tersebut. Metode kapitalisasi ini sering pula disebut on balance sheet presentation karena transaksi leasing tersebut dicatat atau tercantum dalam neraca lessee.
Jurnal Metode Finance Lease bagi Lessee 1. Pada saat permulaan sewa guna usaha:
Aktiva yang disewagunausahakan : xxx
Utang sewa guna usaha : xxx
2. Pada saat pembayaran sewa guna usaha berkala:
Utang sewa guna usaha : xxx
Biaya bunga : xxx
3. Pencatatan penyusutan aktiva yang disewagunausahakan:
Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan : xxx Akumulasi penyusutan aktiva yang disewagunausahakan : xxx Operating Lease Method
Perusahaan Leasing (Lessor)
Apabila suatu sewa guna usaha digolongkan sebagai operating lease maka metode perlakuan akuntansi bagi lessor adalah operating method. Menurut metode ini, lessor tetap mencatat aktiva yang disewagunausahakan tersebut sebagai bagian dari aktiva tetap milik perusahaan leasing. Oleh karena itu, lessor tetap melakukan penyusutan atas aktiva yang di-lease tersebut.
Selanjutnya, pembayaran sewa guna usaha berkala oleh lessee akan dicatat sebagai pendapatan sewa guna usaha. Kemudian apabila lessor mengeluarkan biaya penyiapan misalnya komisi, biaya notaris dan sebagainya maka biaya tersebut akan dtanggungkan dan diakui secara proporsional dengan pendapatan sewa guna usaha.
Jurnal metode operating Lease bagi Lessor 1. Pada saat permulaan sewa guna usaha;
Aktiva sewa guna usaha : xxx
Simpanan jaminan Kas/Bank : xxx 2. Pencatatan penerimaan sewa guna usaha berkala:
Kas/Bank : xxx
Pendapatan sewa guna usaha : xxx
3. Pencatatan penyusutan aktiva yang disewagunausahakan:
Penyusutan aktiva yang disewagunausahakan : xxx Akumulasi penyusutan aktiva yang disewagunausahakan : xxx
4. Penangguhan biaya-biaya penyiapan (komisi, notaris dan sebagainya) Biaya penyiapan yang ditangguhkan : xxx
Kas/Bank : xxx
5. Pengakuan biaya-biaya penyiapan secara berkala:
Biaya-biaya penyiapan : xxx
Biaya-biaya penyiapan yang ditangguhkan : xxx
Penyewa Guna Usaha (Lessee)
Apabila sewa guna usaha digolongkan sebagai operating lease, maka metode perlakun bagi lessee adalah metode operasional atau operating method. Metode ini relatif murti sederhana karena pembayaran sewa guna usaha berkala diperlakukan langsung berdasarkan metode garis lurus.
Metode ini sering pula disebut sebagai off balance sh tation karena dalam neraca lessee tidak tercantum transaksi sewa guna usaha yang tersebut.
Jurnal Metode Operating Lease bagi Lessee
Perlakuan akuntansi untuk metode ini hanyalah dengan menjurnal setiap dilakukannya pem sewa guna usaha berkala, sebagai berikut:
Biaya sewa guna usaha : xxx
Kas/Bank : xxx
PERLAKUAN PAJAK BAGI SEWA GUNA USAHA Sewa Guna Usaha dengan Hak Opsi (Finance Lease)
1. Perlakuan perpajakan sewa guna usaha dengan hak opsi menurut Pasal 14, 15, Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/1991 tanggal 27 November 1991 dapat dibedakan antara perlakuan pajak penghasilan bagi lessor dengan lessee.
a. Penghasilan lessor yang dikenakan Pajak Penghasilan adalah sebagian dari pembayaran sewa guna usaha dengan hak opsi yang berupa imbalan jasa sewa guna usaha.
b.Leasor tidak boleh menyusutkan barang modal yang disewagunausahakan dengan hak opsi
c. Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek daripada masa yang ditentukan dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan tersebut di atas, maka Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pengakuan penghasilan pihak lessor.
d. Lenor dapat membentuk cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto, setinggi-tingginya sejumlah 2,5% dari rata-rata saldo awal dan saldo
e. Kerugian yang diderita karena piutang sewa guna usaha yang nyata-nyata tidak dapat ditagih lagi dibebankan pada cadangan penghapusan piutang ragu-ragu yang telah dibentuk pada awal tahun pajak yang bersangkutan.
f. Dalam hal cadangan penghapusan piutang ragu-ragu tersebut tidak atau tidak sepenuhnya dibebani untuk menutup kerugian dimaksud, makd sisanya dihitung sebagai penghasilan, akhir piutang sewa guna usaha dengan hak opsi. sedangkan apabila cadangan tersebut tidak mencukupi maka kekurangannya dapat dibebankan sebagai biaya yang dikurangkan dari penghasilan bruto.
2 Pelakan pajak penghasilan bagi lessee adalah sebagai berikut:
a. Selama masa sewa guna usaha, lessee tidak boleh melakukan penyusutan atas barang mo dal yang disewagunausahakan, sampai saat lessee menggunakan hak opsi untuk membeli.
b. Setelah lessee menggunakan hak opsi untuk membeli barang modal tersebut, lessee melakukan penyusutan, dan dasar penyusutan adalah nilai sisa (residual value) barang modal yang bersangkutan.
c. Pembayaran sewa guna usaha yang dibayar atau terutang oleh lessee kecuali pembebanan tas tanah, merupakan biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto lessee, sepanjang transaksi sewa guna usaha tersebut memenuhi ketentuan dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan.
d. Dalam hal masa sewa guna usaha lebih pendek daripada masa yang ditentukan dalam Pasal 3 Keputusan Menteri Keuangan, Direktur Jenderal Pajak melakukan koreksi atas pembe banan biaya sewa guna usaha.
Di samping itu lessee tidak diperkenankan memotong pajak penghasilan yang diatur dalam Pasal 23 yaitu dividen dari perseroan dalam negeri; bunga; sewa, royalti; dan imbalan yang dibayarkan uk jasa teknik dan jasa manajemen yang dilakukan di Indonesia, atas pembayaran sewa guna waha yang dibayar atau terutang berdasarkan perjanjian sewa guna usaha dengan hak opsi (finance lease).
Perlakuan perpajakan tanpa hak opsi menurut Keputusan Menteri Keuangan No. 1169/KMK.01/
1991 tanggal 29 November 1991 tersebut di atas juga dibedakan antara perlakuan pajak penghasilan bagi lessor dan pajak penghasilan bagi lessor.
1. Perlakuan pajak penghasilan bagi lessor adalah sebagai berikut:
a. Seluruh pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang diterima atau diperoleh lessor merupakan objek pajak penghasilan.
b. Lessor membebankan biaya penyusutan atas barang modal yang disewagunausahakan tanpa hak opsi, sesuai dengan ketentuan Pasal 11 UU Pajak Penghasilan 1984 beserta peraturan pelaksanaannya.
2. Perlakuan pajak penghasilan bagi lessee adalah sebagai berikut:
a. Pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayar atau terutang oleh lessee adalah biaya yang dapat dikurangkan dari penghasilan bruto.
b. Lessee wajib memotong pajak penghasilan Pasal 23 Keputusan Menteri Keuangan atas pembayaran sewa guna usaha tanpa hak opsi yang dibayarkan atau terutang kepada lessor
Di samping itu, atas penyerahan jasa dalam transaksi sewa guna usaha tanpa hak opsi dari lessor kepada lessee, terhutang pajak pertambahan nilai. Pada saat penyusutan buku ini, UU tentang pajak penghasilan sedang dibahas di DPR.