Nama : Namira Meilina
NPM : 240320101010002
MK : Hukum Islam (A)
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Ali, M.Ag
1. https://www.youtube.com/watch?v=MNSsCq0N8yg a) Syariah
Definisi Syariah yaitu diambil dari kata Arab yang berarti "jalan menuju air."
Dimana mewakili jalan ilahi yang ditetapkan oleh Allah SWT dan Nabi Muhammad untuk kehidupan yang baik di dunia dan akhirat yaitu mencakup panduan keseluruhan dari pembuat hukum kepada subjek hukum.
 Syariah merupakan prinsip umum hukum Islam yang tetap dan tidak dapat diubah.
 Syariah berasal dari dua sumber utama: Al-Qur'an (kitab suci) dan Hadis (perkataan dan tindakan Nabi Muhammad).
 Syariah sudah ada sebelum Nabi Muhammad, dengan nabi-nabi sebelumnya memiliki hukum masing-masing.
 Syariah bertujuan untuk memberikan pedoman bagi umat Islam dalam menjalani kehidupan yang baik dan bermoral. Mencakup aspek spiritual, sosial, ekonomi, dan politik, serta mengatur hubungan antarindividu dan masyarakat.
b) Fiqh
Fiqh Berasal dari kata Arab yang berarti "memahami" atau "mengetahui,"
mencakup pengetahuan tentang hukum Islam yang dihasilkan melalui proses penalaran. Fiqh merupakan pemahaman dan interpretasi manusia terhadap Syariah, yang dapat bervariasi dan tunduk pada ijtihad (penalaran independen).
 Fiqh bersifat relatif dan dapat menghasilkan pendapat yang berbeda di kalangan para ulama.
 Pemahaman dan interpretasi manusia terhadap Syariah, yang dapat bervariasi dan bersifat relatif.
 Fiqh melibatkan ijtihad (penalaran independen) dan dapat menghasilkan berbagai pendapat di kalangan ulama.
 Fiqh adalah interpretasi dan pemahaman manusia terhadap Syariah.
Fiqh terdapat berbagai mazhab seperti Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali.
Mazhab-mazhab ini, seperti Hanafi, Maliki, Syafi'i, dan Hanbali, memiliki
pendekatan dan metode yang berbeda dalam memahami dan menerapkan hukum Islam.
Fiqh menggunakan berbagai metode untuk mencapai kesimpulan hukum, termasuk:
- Qiyas: Analogi, di mana hukum suatu kasus baru ditentukan berdasarkan kesamaan dengan kasus yang sudah ada.
- Ijma' : Konsensus para ulama mengenai suatu masalah hukum.
- Maslahah Mursalah : Pertimbangan kepentingan umum yang tidak secara eksplisit disebutkan dalam Syariah.
2. https://www.youtube.com/watch?v=gWNdF1iZVHk&t=10s Asas Menghilangkan Kesulitan
Hukum Islam dirancang untuk memudahkan umat manusia dalam menjalani kehidupan beragama. Allah tidak ingin umat-Nya merasa terbebani dengan hukum yang sulit dipatuhi. Ini mencerminkan sifat rahmat dan kasih sayang Allah kepada hamba-Nya.
Dalam Al-Qur'an, terdapat ayat yang menegaskan bahwa Allah tidak membebani seseorang di luar batas kemampuannya (Al-Baqarah 286). Ayat ini menjadi landasan penting dalam memahami bahwa setiap perintah dan larangan dalam Islam harus sesuai dengan kemampuan individu.
Hadis Nabi: Nabi Muhammad SAW menekankan bahwa agama itu mudah dan tidak dipersulit. Dalam sebuah hadis, beliau menyatakan, "Bergembiralah dan janganlah kamu membuat orang lari (dari agama)". Hal ini menunjukkan bahwa pendekatan yang ramah dan penuh kasih dalam beragama sangat penting.
Dalam berpuasa, ada kelonggaran bagi orang yang sakit, bepergian, atau menyusui. Mereka diperbolehkan untuk tidak berpuasa dan menggantinya di hari lain atau dengan memberi makan orang miskin. Ini menunjukkan bahwa hukum Islam memperhatikan kondisi kesehatan dan situasi individu.
Dalam Shalat, jika seseorang tidak mampu berdiri saat shalat karena sakit, mereka diperbolehkan untuk duduk. Jika tidak mampu duduk, mereka bisa shalat dengan cara berbaring. Ini menunjukkan fleksibilitas dalam pelaksanaan ibadah.
Asas Menyedikitkan Beban Hukum
Hukum Islam juga berusaha untuk mengurangi beban yang ditanggung oleh individu. Jika ada kesulitan atau masalah, hukum memberikan kelonggaran untuk meringankan beban tersebut.
Contoh penerapan pada kondisi khusus : orang yang lupa atau tidak sadar (seperti orang yang pingsan atau gila) tidak dibebani dengan hukum. Ini menunjukkan bahwa hukum Islam bersifat fleksibel dan memperhatikan kondisi manusia. Misalnya, jika seseorang tidak ingat untuk berpuasa karena sakit, mereka tidak dikenakan sanksi.
Dalam hukum pidana, ada prinsip bahwa seseorang tidak dapat dihukum jika mereka tidak memiliki kesadaran atau tidak mampu memahami tindakan mereka. Ini mencerminkan keadilan dan kemanusiaan dalam penerapan hukum. Misalnya, anak-anak dan orang yang tidak waras tidak dikenakan hukuman yang sama dengan orang dewasa yang sadar.
Hukum Islam dirancang untuk dapat beradaptasi dengan berbagai situasi dan kondisi yang dihadapi oleh umat. Ini mencakup pertimbangan terhadap kesehatan, usia, dan keadaan darurat.
Dalam ibadah, terdapat banyak contoh di mana hukum memberikan kelonggaran, seperti dalam shalat, puasa, dan zakat. Misalnya, jika seseorang tidak mampu membayar zakat karena keadaan ekonomi yang sulit, mereka tidak diwajibkan untuk melakukannya. Dalam hal shalat, jika seseorang tidak dapat melaksanakan shalat di masjid karena alasan tertentu, mereka diperbolehkan untuk melaksanakan shalat di rumah.
Prinsip Keadilan dalam Hukum Islam
Hukum Islam tidak hanya memperhatikan kemudahan, tetapi juga keadilan.
Setiap individu diperlakukan dengan adil, dan hukum tidak boleh memberatkan seseorang tanpa alasan yang jelas. Hukum Islam juga mengatur hubungan antar individu dan masyarakat, memastikan bahwa hak-hak setiap orang dihormati dan dilindungi.
Hukum Islam tidak hanya bersifat kaku, tetapi juga memperhatikan kemudahan dan keadilan bagi umat manusia. Prinsip menghilangkan kesulitan dan menyedikitkan beban hukum adalah dua pilar penting yang menunjukkan bahwa Islam adalah agama yangrahmatan lil 'alamin(rahmat bagi seluruh alam).