Praktikum Pengolahan Bahan Tambang Laboratorium Tambang
M - VI
DERAJAT LIBERASI
Disusun Oleh :
Nama : Muhamad Shafa S F
NPM : 10070119031
Shift : I (Satu)
Hari/Tanggal Praktikum : Senin / 11 Maret 2024 Hari/Tanggal Laporan : Senin / 11 Maret 2024
Assisten : 1. M Alfan Sanjaya
2. Urfan Fatin Haq
Acc Laporan Nilai Akhir
PROGRAM STUDI TEKNIK PERTAMBANGAN FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG
1445 H / 2024 M
i
KATA PENGANTAR
Assaamu’alaikum Warahmatuullahi Wabarakatuh Bismillahirahmanirrahim
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan kasih dan sayang-Nya sehingga dapat menyelesaikan laporan praktikum ini. Shalawat serta salam semoga terlimpah curah kepada jungjunan alam Nabi besar Muhammad SAW, beserta keluarganya, para sahabatnya dan kita selaku umatnya yang senantiasa tunduk akan ajarannya sampai akhir zaman.
Penyusun Laporan Awal Praktikum ini merupakan syarat untuk mengikuti kegiatan praktikum selanjutnya dalam praktikum Pengolahan Bahan Tambang.
Ungkapan terima kasih penulis sampaikan kepada semua pihak yang telah memberikan bimbingan, saran dan dorongan semangat untuk menyelesaikan laporan ini. Penulis menyadari bahwa laporan ini masih jauh dari kata sempurna, unutk itu kritik yang membangun sangat diharapkan untuk perbaikan dimasa yang akan mendatang. Semoga laporan ini dapat bermanfaat bagi penulisn khususnya dan bagi yang membaca umumnya. Aamiin
Wassalaamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh
Bandung, 10 Maret 2024 Penulis
Muhamad Shafa S F
NPM 10070119031
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ...i
DAFTAR ISI ... ii
M-V DERAJAT LIBERASI ... V-1
5.1 Tujuan ... V-1 5.2 Teori Dasar ... V-1 5.2.1 Mineral ... V-1 5.2.2 Derajat Liberasi ... V-2 5.3 Alat dan Bahan ... V-6 5.3.1 Alat ... V-6 5.3.2 Bahan ... V-6 5.4 Prosedur Percobaan ... V-6 5.5 Rumus Yang Digunakan ... V-7DAFTAR PUSTAKA... V-8
LAMPIRAN
VI-1
M – VI
DERAJAT LIBERASI
5.1 Tujuan
Adapun untuk tujuan dari percobaan mengenai derajat liberasi ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui mineral-mineral pengotor yang ada pada mineral yang di uji.
2. Mengetahui derajat kebebasan dari suatu mineral.
3. Mengetahui seberapa banyak mineral berharga dalam suatu batuan.
5.2 Teori Dasar
5.2.1 MineralMineral merupakan suatu benda padat anorganik yang tersusun secara alamiah di alam dengan memiliki sifat fisik dan kimia tertentu. Mineral-mineral ini biasanya tersusun atas kristal-kristal yang berbeda dalam satu mineral tersebut.
Ada beberapa jenis mineral yang memiliki sifat dan bentuk susunan dalam keadaan padatnya yang disebut dengan kristalografi. Mengenai jenis mineral yang ada di bumi ini, jumlahnya itu sangatlah banyak sekitar 4000 jenis. Akan tetapi untuk mineral yang sering dilihat oleh kita itu hanya ada 50 buah.
Sumber : Sathorhaman, 2012 Gambar 5.1
Mineral
Dalam mineral-mineral ini tidak semuanya mineral tersebut mengandung nilai ekonomis, sehingga untuk memisahkan mineral berharga dari mineral pengotornya dibutuhkan suatu proses yakni derajat liberasi.
VI-2
5.2.2 Derajat Liberasi
Liberasi merupakan suatu metode yang bertujuan untuk melepaskan atau membebaskan mineral berharga dari mineral ikatannya atau mineral pengotornya. Pelepasan mineral tersebut yakni mineral yang ada di satu butir yang sama atau bongkah yang sama, sehingga setelah melalui proses ini nantinya akan terpisah antara mineral berharga dengan mineral pengotornya.
Adapun untuk pengertian dari derajat liberasi sendiri adalah suatu tingkat kebebasan butiran mineral dari suatu fraksi ukuran.
Pada derajat liberasi ini bisa dihitung dengan hasil bagi antara jumlah dari berat butiran sempurna dengan jumlah dari berat butiran yang bebas sempurna dan ditambah juga dengan butiran mineral terikat dari mineral tertentu yang ada dalam fraksi tersebut dan untuk hasil akhirnya itu biasanya dinyatakan dengan persen. Derajat liberasi adalah perbandingan antara jumlah berat mineral bebas dan berat mineral yang sama seluruhnya (bebas dan terikat). Proses pengolahan berlangsung secara mekanis tanpa merubah sifat-sifat kimia dan fisik dari mineral-mineral tersebut atau hanya sebagian dari sifat fisik saja yang berubah.
Sumber : Andy, Yahya, 2016 Gambar 5.2 Derajat Liberasi
Pada umumnya derajat liberasi ini masih ada hubungannya dengan kominusi, hanya saja dalam tahapan kominusi ini melakukan pembebasan secara fisik dan untuk media pengahncurnya itu menggunakan crusher, sedangkan untuk derajat liberasi ini memperhitungkan kebebasan dari suatu sampel. Oleh sebab itu sebelum dilakukannya pembebasan mineral ini dilakukanlah proses sebelumnya yakni, seperti tahapan primary crushing,
VI-3
secondary crushing dan tertiary crushing. Berikut penjelasan dari tahapan kominusi yang telah dilewati pada tahap-tahap sebelumnya:
1. Primary Crushing, dilakukan penghancuran ditahap kominusi ini karena ini adalah tahap paling awal pengolahan bahan galian karena pada saat ini dilakukanya penghancuran suatu bahan galian yang keadaanya masih fresh, tanpa ada pengolahan sebelumnya, yang berarti bentuk dari suatu batuan disini masih sangat besar dan berupa bongkahan besar, biasanya alat yang digunakan pada tahap ini sangatlah besar, tujuan dari tahap ini adalah berhubungan dengan derajat liberasi yang tadi, dikarenakan pada tahap derajat liberasi dibutuhkan data agar mendapatkan hasil dari derajat liberasi suatu bahan galian tersebut.
2. Secondary Crushing, Selanjutnya adalah tahapan kedua yang digunakan dan dilakukan pada tahapan setelah penghancuran, lebih tepatnya mungkin untuk penghancuran namun lebih kecil, dan condong ke arah sizing yang digunakan agar material yang akan diolah masuk kedalam alat tertiary crusher, yang akan dilakukanya peremukan di dalam alat.
3. Tertiary Crushing, Tahapan akhir ini biasanya digunakan dengan media peremuk seperti alat pendukung contohnya bola besi pada ball mill yang bertujuan untuk meremukan suatu bahan galian yang di butuhkan untuk tahap pengayakan dan permintaan konsumen.
Tahapan tersebut dilakukan langkah demi langkah untuk hasil ekonomi dalam kegiatan pertambangan, kegiatan tersebut ini digunakan juga sebagai pengambilan data dan pengolahan data, yang salah satunya untuk mencukupi data derajat liberasi. Dalam melakukan kegiatan derajat liberasi ini biasanya menggunakan loope sebagai media pembantu untuk melihat atau menghitung butirnya, tidak mudah karena keterbatasan menggunakan loope dan kemampuan mata manusia.
Untuk nilai dari derajat liberasi suatu bahan galian akan berbanding lurus dengan nilai bahan galian yang bebas dan akan berbanding terbalik dengan bahan galian yang mana butirnya itu terikat. Mineral dengan butir bebas berarti suatu mineral yang akan kita amati dan telah terliberasi atau telah terpisahkan dari mineral pengotornya. Ukuran ayakan pada proses ini dapat ditentukan dengan mesh atau mm, sedangkan perbandingan antara luas lubang bukaan dengan luas screen disebut dengan presentase opening. Lolosnya material pada
VI-4
screen dapat dihitung dengan mengetahui ukuran material yang sesuai dengan ayakannya, ukuran rata-rata material yang diayak,dengan kadar air pun harus diperhitungkan. Faktor lain yang mempengaruhi efisiensi dalam proses creening yaitu waktu yang diperlukan material dalam screen, jumlah dan kecepatan material dalam prosesnya, dan ketebalan materialnya.
Sumber : Andy, Yahya, 2016 Gambar 5.3 Proses Pengayakan
Derajat liberasi ini digunakan juga sebagai analisa dalam dunia pertambangan untuk mendapatkan mineral yang ditargetkan atau mineral utama karena hasil dari penambangannya tidak selalu menghasilkan mineral utama yang benar-benar murni mineral akan tetapi pasti dalam mineral tersebut terdapat material-material yang menempel pada mineral utama tersebut. Dengan penggunaan metode ini akan dihasilkan jumlah persentase bahan galian yang dapat dimanfaatkan dan dapat dihitung kadarnya agar sesuai dengan permintaan konsumen. Derajat liberasi dapat dianalisakan mineralnya terlebih dahulu misalkan dari sifat fisiknya, dari sifat kimia dan lainnya adapun sifat mineral untuk penentuan derajat liberasi yaitu:
1. Warna mineral Warna mineral ini erat kaitannya dengan cara proses pengolahan liberasinya baik itu secara hand sorting atau hand picking yaitu pemisahan mineral
2. Kekerasan atau Hardness Sifat ini merupakan parameter yang akan menentukan kuat atau tidaknya suatu mineral terhadap alat, kekerasan yang dimaksud ialah kekerasan terhadap ikatan mineral utama dengan ikatan pengotornya.
3. Spesific Grafity (SG) Berkaitan dengan gravitasi terhadap sifat kemagnetan dari suatu mineral (Magnetic Suceptibility). Untuk mengetahui derajat liberasi
VI-5
dari mineral juga dapat dilihat dari sifat kemagnetannya. adapun sifat kemagnetan berbeda-beda yaitu sifat kemagnetan kuat dan sifat kemagnetan lemah dan adapun yang tidak tertarik oleh magnet sekalipun. Dari perbedaan itulah mineral juga dapat dibagi lagi menjadi beberapa kategori sesuai dengan pendeskripsiannya dan dapat dibedakan dengan menggunakan alat magnet separator.
Adapun untuk cara yang digunakan dalam pemisahan mineral pengikut atau mineral pengotor dari mineral utamanya takni dengan cara dewatering.
Dewatering sendiri adalah suatu proses penghilangan kadar air dari suatu mineral. Berikut proses dari tahapan-tahapan dewatering adalah sebagai berikut:
1. Thickening
Thickening merupakan suatu tahapan dari pemisahan mineral berharga dari mineral pengotornya. Pada tahapan ini proses yang dilakukan yakni dengan cara mengendapkan mineral dalam pulp dan media yang digunakan adalah thickener.
Sumber : Ragil, 2015 Gambar 5.4 Alat Tickener 2. Filtrasi
Filtrasi merupakan suatu proses pemisahan mineral utama dengan mineral pengganggu dengan cara memfilter atau menyaring yang akan didapat persentase solid faktor.
3. Drying
Drying merupakan proses pemisahan mineral utama dengan mineral pengganggu dengan cara pemanasan sehingga nantinya mineral-mineral itu bebas dari pengotonya.
VI-6
5.3 Alat dan Bahan
5.3.1 AlatAdapun untuk alat yang dipergunakan pada percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Mesin screen 2. Timbangan
3. Screen (8#, 12#, 14#, 16#, 20#, 30#, 40#, 70#, 80#) 4. Sendok
5. Nampan 6. Kantong plastik 7. Loope atau mikroskop 5.3.2 Bahan
Adapun untuk bahan yang digunakan pada percobaan kali ini adalah batu ryolit.
5.4 Prosedur Percobaan
Adapun untuk prosedur percobaan pada praktikum kali ini adalah sebagai berikut:
1. Batu ryolit yang sudah melewati tahap kominusi ditimbang.
2. Susun ayakan atau screen dengan ukuran yang paling awal 8#, 12#, 14#, 16#, 20#, 30#, 40#, 70#, 80#. Setelah disusun batu ryolit tersebut kemudian dimasukkan ke dalam ayakan dan tutup.
3. Kemudian masukkan susunan ayakannya itu ke dalam mesin screen.
4. Lalu hidupkan motor screen dan dilakukan proses pengayakan kurang lebih 10 menit.
5. Lalu ditaburkan secara merata ke papan grain counting berukuran 5 x 10 cm2.
6. Jumlah butir bebas dan terikat dari batu ryolit ini kemudian dihitung dengan menggunakan alat bantu yakni loope.
7. Kemudian hitung juga derajat liberasi rata-rata dari batu ryolit tersebut.
8. Setelah selesai semuanya, masukan data yang dihasilkan dari proses tersebut ke dalam table.
VI-7
Tabel 5.1 Tabel Perhitungan No
Kotak
Jumlah Mineral Bebas (btr)
Jumlah Mineral Terikat (btr)
Jumlah Total Mineral (btr)
Derajat Liberasi Mineral (%)
5.5 Rumus Yang Digunakan
Adapun untuk riumus yang digunakan dalam percobaan kali ini adalah sebagai berikut:
1. Derajat Liberasi
DL SiO2= x 100%....(3.1)
2. Derajat Liberasi
DL SiO2= x 100%...(3.2)
VI-8
DAFTAR PUSTAKA
1. Ramadhan, Hilman Muhammad, 2015, “Laporan Akhir Derajat Liberasi”
Scribd.id, Diakses pada 9 Maret 2024 pukul 22.44 WIB.
2. Hamdani, Burhan, 2015, “Derajat Liberasi” Scribd.id, Diakses pada 9 Maret 2024 pukul 22.49 WIB.
3. Iqbal, Dachi, 2015, “Laporan Modul 2 PBG” Academia.edu, Diakses pada 9 Maret 2024 pukul 22.53 WIB
VI-9