PENINGKATAN HASIL BELAJAR FIKIH MATERI SHALAT IDAIN MELALUI MODEL PROBLEM BASED LEARNING
SISWA KELAS IV MIN 4 BANJAR TAHUN PELAJARAN 2023/2024
Fahrin1
1Institut Agama Islam Negeri Palangka Raya E-mail: [email protected]1
Abstract
Proses pembelajaran di dalam kelas hanya berfokus kepada kemampuan anak untuk menghafal informasi; otak anak dipaksa untuk mengingat dan menimbun berbagai informasi, dan anak dituntut untuk memahami informasi yang diingatnya itu untuk menghubungkannya dengan kehidupan nyata. sedangkan Guru kurang mengoptimalkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran. Rendahnya hasil belajar siswa MIN 4 Banjar sebabkan karena dari aspek Sekolah Kurangnya sarana dan prasarana yang memadai seperti jaringan internet yang sering mengalami kendala. Aspek Guru Kurangnya kemampuan guru dalam pengembangan iptek Aspek Siswa Kurangnya minat belajar siswa. Dengan latar belakang tersebut, diperlukan penelitian untuk meningkatkan hasil belajar Fiqih siswa Kelas IV MIN 4 Banjar. Rumusan masalah dalam penelitian tindak kelas ini adalah sebagai berikut: “Bagaimana peningkatan hasil belajar fikih materi shalat idain melalui model problem based learning (PBL) siswa MIN 4 Banjar kelas IV tahun pelajaran 2023/2024”. Bentuk penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (PTK), dimana objek peneliti hanya berpusat pada proses pembelajaran dengan menggunakan model problem based learning, adapun dalam metode pengumpulan data menggunakan metode tes, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa : dengan menggunakan model problem based learning hasil belajar Fiqih peserta didik kelas IV MIN 4 Banjar mengalami peningkatan. Hasil belajar siswa dari siklus I nilai rata-rata post tes mencapai ketuntasan 75% mengalami peningkatan pada siklus II menjadi 100%.
Kata kunci:Hasil Belajar, shalat idain, model problem based learning
Pendahuluan
Pembelajaran adalah proses interaksi antara pendidik dengan peserta didik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar. Pembelajaran adalah suatu proses yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu proses perubahan perilaku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil dari pengalaman individu sendiri dalam berintraksi dengan keadaan
lingkungan.(Dr. Hafsah, MA, 2016:21)
Fikih menurut bahas berarti al-fahm (pemahaman), yang pada hakikatnya adalah pemahaman terhadap ayat ayat ahkam yang terdapat di dalam Al Qur’an dan Hadist hadist ahkam. Para fuqoha mengeluarkan hukum dari sumbernya dan tidak di sebut membuat hukum, sedangkan yang membuat hukum adalah Allah SWT. Fikih dalam pengertian sederhana adalah ketentuan ketentuan hukum syara’ mengenai perbuatan manusia mengatur hubungan manusia dengan Allah, manusia dengan alam, di gali dari dalil dalil terperinci. Hukum yang di bahas dalam fikih menyangkut
‘ammaliyyi atau hukum mengenai perbuatan manusia, menyangkut bidang ibadah, bidang muamalah, perkawinan, mawaris, jinayah, dan siyasyah dan lainya.(Dr. Hafsah, MA, 2016:3)
Dari pengertian diatas pembelajaran fikih merupakan jalan yang dilakukan secara sadar, terarah dan terencana mengenai hukum hukum islam yang berhubungan dengan ibadah maupun muamalah yang bertujuan agar anak didik mengetahui, memahami dan melaksanakan ibadah sehari hari. Dalam pembelajaran fikih tidak hanya terjadi proses interaksi antara guru dan siswa di dalam kelas. Dan pembelajaran dilakukan juga dengan berbagai interaksi baik di lingkungan kelas maupun musholla sebagai tempat praktek praktek yang menyangkut ibadah. VCD, film atau lainnya yang mendukung dalam pembelajaran fikih bisa dijadikan dalam proses pembelajaran itu sendiri. Termasuk pula kejadian kejadian sosial baik yang terjadi di masa sekarang maupun masa lampau, yang bisa dijadikan cerminan dalam perbandingan dan penerapan hukum islam oleh siswa.
Mata pelajaran Fiqih merupakan salah satu diantara mata pelajaran yang lebih ditekankan dibanding mata pelajaran lain. namun banyak siswa yang merasa kurang mampu dalam mempelajari fiqih. fakta umum yang banyak dijumpai di sekolah saat ini adalah pembelajaran fiqih bersifat tradisional yang meletakkan guru sebagai pusat pembelajaran siswa. Karena siswa memiliki kebutuhan belajar, teknik belajar, dan perilaku belajar, maka guru perlu mempelajari metode dan teknik pembelajaran, memahami materi dan yang sesuai dengan kebutuhan belajarnya, dan bertindak membelajarkan siswa. Guru harus dapat memilih kegiatan pembelajaran dengan cara menghindari kebosanan siswa dan menciptakan lingkungan belajar yang interaktif, efektif dan efisien. Guru berperan dalam memotivasi, mengajar dan membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran.di sisi lain siswa berperan dalam memecahkan masalah dan belajar kembali untuk meningkatkan taraf hidupnya dengan berpikir dan berbuat di kehidupan
nyata. Untuk menyelesaikan masalah pembelajaran yang demikian, maka perlu dilakukan upaya pengembangan. pembelajaran. Pengembangan pembelajaran yang diperlukan saat ini adalah pembelajaran inovatif yang dapat meningkatkan kreatifitas, serta memberikan iklim yang kondusif dalam perkembangan mutu siswa.
Pembelajaran fiqih diperlukan suatu usaha dalam bidang pendidikan untuk memahamkan arti, makna, ruang lingkup, hukum yang ada dalam ilmu fiqih. Pentingnya pembelajaran fiqih di lembaga pendidikan Islam dan umum khususnya pada sekolah dan madrasah. Lembaga pendidikan ini pada dasarnya sama akan tetapi ada sedikit perbedaan yaitu lembaga pengelolanya. Jika pembelajaran fiqih di madrasah lebih spesifik menjadi satu mata pelajaran, sedangkan pelajaran fiqih di sekolah umum hanya sebagai materi atau topik pada Pendidikan agama Islam. Selain itu, pendidikan yang berbasis keislaman memiliki tujuan salah satunya adalah menanamkan pemahaman Islam secara komprehensif agar siswa mampu mengetahui ilmu-ilmu Islam sekaligus mempunyai kesadaran untuk mengamalkannya. Dengan begitu akan menghasilkan output yang berkepribadian dan berakhlak yang baik sehingga dapat berguna bagi bangsa dan negara.( Firman Mansir, Halim Purnomo, h. 11, 2020).
Dalam realita yang berkembang selama ini, strategi pembelajaran pendidikan agama khususnya fikih belum mencapai hasil yang maksimal sebagaimana yang diharapkan oleh semua pihak. Guru sering mendapat reaksi negatif dari anak didik, seperti : anak didik yang kurang menghormati gurunya, motivasi belajar anak didik dalam fiqih menurun, rendahnya pemahaman anak didik dan kurangnya mengamalkan nilai-nilai agama dalam kehidupan sehari hari. Serta Dalam proses pembelajaran, anak kurang didorong untuk mengembangkan kemampuan berpikir.
Pembelajaran berbasis masalah berasal dari bahasa Inggris Problem-based learning (PBL) merupakan pendekatan pembelajaran yang diawali dengan pemecahan masalah,tetapi untuk menyelesaikan itu peserta didik memerlukan pengetahuan baru untuk dapat menyelesaikanya.Problem Based Learning (PBL) atau pembelajaran berbasis masalah adalah metode pengajaran yang bercirikan adanya permasalahan nyata sebagai konteks untuk para peserta didik belajar berpikir kritis dan keterampilan memecahkan masalah,dan memperoleh pengetahuan (Duch,1995). Problem Based Learning dapat dikatakan sebagai salah satu bentuk pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar dasar pengetahuan dan keterampilan
dengan menerapkan agar siswa dapat dapat berperan aktif sebagai pemecah permasalahan sehari hari yang tidak terstruktur. Dua definisi di atas mengandung arti bahwa PBL merupakan setiap suasana pembelajaran yang diarahkan oleh suatu permasalahan sehari hari.(Herminarto Sofyan dkk, 2017:48)
PBL (Problem Based Learning) adalah salah satu model pembelajaran yang berpusat pada siswa dengan cara menghadapkan para siswa tersebut dengan berbagai masalah yang dihadapi dalam kehidupannya. Dengan pembelajaran model ini, siswa dari sejak awal sudah dihadapkan kepada berbagai masalah kehidupan yang mungkin akan ditemuinya kelak pada saat mereka sudah lulus dari bangku sekolah. Problem Based Learning (PBL) dapat dimaknai sebagai metode pendidikan yang mendorong siswa untuk mulai mengenal cara belajar dan bekerjasama dalam kelompok untuk mencari penyelesaian masalah- masalah yang ada di dunia nyata. Simulasi masalah digunakan untuk merangsang rasa ingin tahu siswa sebelum siswa mulai mempelajari suatu mata pelajaran. PBL mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan analitis serta memperoleh dan menggunakan sumber belajar yang tepat. (Marhamah Saleh, 2013: 14-15)
Model pembelajaran Problem Based Learning dinilai memiliki berbagai kelebihan sebagai berikut: a) Dapat membuat pendidikan di sekolah menjadi lebih relevan dengan kehidupan, khususnya dengan dunia kerja; b) Dapat membiasakan para mahasiswa menghadapi dan memecahkan masalah secara terampil, yang selanjutnya dapat mereka gunakan pada saat menghadapi masalah yang sesungguhnya di masyarakat kelak; c) Dapat merangsang pengembangan kemampuan berpikir secara kreatif dan menyeluruh, karena dalam proses pembelajarannya, para siswa secara langsung melakukan proses mental dengan menyoroti permasalahan dari berbagai aspek. (Marhamah Shaleh, 2013:19)
Sedangkan kekurangan PBL (Problem Based Learning) antara lain: a).
Sering mengalami kesulitan dalam menemukan permasalahan yang sesuai dengan tingkat berpikir para siswa. Hal ini terjadi, karena adanya perbedaan tingkat kemampuan berpikir pada para siswa. b). Memerlukan waktu yang lebih banyak dibandingkan dengan penggunaan metode konvensional lainya.
Hal ini terjadi karena dalam memecahkan masalah tersebut sering keluar dari konteksnya atau cara pemecahannya yang kurang efisien; c).
Sering mengalami kesulitan dalam perubahan kebiasaan belajar dari yang
semula belajar dengan mendengar, mencatat dan menghafal informasi yang disampaikan guru, menjadi belajar dengan cara mencari data, menganalisis, menyusun hipotesis, dan memecahkan masalah sendiri. (Marhamah Shaleh, 2013:21).
Metode/Metodologi
Penelitian tindakan kelas berasal dari bahasa Inggris classroom action research, artinya penelitian yang dilakukan pada suatu kelas untuk mengetahui akibat tindakan yang diterapkan pada suatu subyek penelitian di kelas tersebut.(Paizaluddin dan Ermalinda,2013:6) Penelitian tindakan kelas (PTK) adalah suatu penelitian yangdikembangkan berdasarkan permasalahan yang muncul dalam proses pembelajaran yang bertujuan untuk memperbaiki dan meningkatkan proses belajar mengajar di kelas.
Penelitian tindakan kelas terdiri dari empat rangkaian kegiatan yang dilakukan dalam siklus berulang, di mana peneliti menggunakan 2 siklus.
Proses penelitian ini terdiri dari empat tahapan kegiatan dalam setiap siklusnya.
1. Perencanaan (planning)
Pada fase ini, peneliti merencanakan dengan membuat pertanyaan tentang apa, mengapa, kapan, di mana, siapa, dan bagaimana melakukan tindakan.
2. Tindakan (action)
Pada fase ini, peneliti melakukan apa yang telah direncanakan pada fase perencanaan.
3. Pengamatan (observing)
Peneliti menggunakan lembar observasi untuk mengamati siswa selama proses belajar mengajar.
4. Refleksi (reflection)
Pada fase ini peneliti dan guru menganalisis data dari kegiatan belajar mengajar yang dilakukan sesuai dengan tujuan yang direncanakan. Kemudian analisis ini digunakan untuk merencanakan tindakan lebih lanjut.
Bagan Tahapan dalam Penelitian Tindakan
.
Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian ini terdiri atas dua jenis, yaitu:
1. Instrumen Tes
Tes tertulis ini berupa tes awal (pretes) dan tes akhir (postes). Tes awal (prestes) adalah tes yang dilaksanakan sebelum bahan pelajaran diberikan kepada peserta didik untuk mengetahui sejauh mana pemahaman siswa tentang materi yang akan diajarkan. Sedangkan tes akhir (postes) adalah bahan-bahan pelajaran yang telah di ajarkan kepada para peserta didik dan biasanya naskah tes akhir ini dibuat sama dengan naskah tes awal.
2. Instrumen Non Tes
Dalam instrumen non tes ini digunakan instrumen sebagai berikut:
Lembar observasi. Observasi adalah kegiatan pengamatan untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai sasaran.(Kunandar,2010:143) Lembar observasi yang digunakan pada penelitian ini adalah lembar observasi untuk melihat aktivitas siswa ketika proses pembelajaran berlangsung dan lembar observasi kegiatan guru. Aktivitas siswa yang diamati ketika proses pembelajaran
disesuaikan dengan sintaks modelproblem based learning.
Analisis data diperlukan untuk mengetahui keefektifan metode dalam kegiatan pembelajaran. Data hasil observasi guru dan siswa selama pembelajaran, sesuai indikator observasi disusun dan menunjukkan peningkatan pada setiap pertemuan.
Hasil Penelitian dan Pembahasan
Penelitian tindakan kelas ini dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih dengan menerapkan model pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) pada siswa Kelas IV MIN 4 Banjar Tahun pelajaran 2023/2024. Penelitian ini dilakukan dalam dua siklus dari tanggal 21 Juli hingga 21 Agustus 2023. Hasil penelitian ini bersifat kualitatif dan kuantitatif, karena observasi memberikan data kualitatif dan hasil tes memberikan data kuantitatif pada setiap akhir siklus.
Hasil penelitian siklus 1
Rekapitulasi Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus I
Uraian Keterangan
Jumlah siswa seluruhnya 20
Jumlah peserta tes 20
Nilai rata rata siswa 72,00
Jumlah siswa yang tuntas 15 Jumlah siswa yang tidak tuntas 5
Ketuntasan belajar 75 %
Dari tabel di atas terlihat bahwa hasil belajar siswa Siklus I adalah 72,00 dengan 75% (15) tuntas dan 25% (5) tidak tuntas. Persentase integritas siswa kelas II pada Siklus I menunjukkan bahwa hasil belajar siswa sudah memenuhi standar ketuntasan minimal yaitu 75%. Untuk itu peneliti perlu melanjutkan ke Siklus II untuk memperbaiki kelemahan- kelemahan yang ditemui pada Siklus I dan meningkatkan hasil belajarnya
Hasil Penelitian Siklus 2
Rekapitulasi Hasil Ketuntasan Belajar Siswa Siklus 2
Uraian Keterangan
Jumlah siswa seluruhnya 20
Jumlah peserta tes 20
Nilai rata rata siswa 87,00
Jumlah siswa tuntas 20
Jumlah siswa belum tuntas 0
Ketuntasan belajar 100%
Dari tabel di atas, terlihat bahwa hasil belajar dan kemahiran siswa mengalami peningkatan dari siklus sebelumnya. Berdasarkan tabel penilaian siklus II yang diikuti oleh 20 siswa, hal ini meningkat, dengan 100%
presentasi integritas siswa mencapai standar 85 % integritas yang ditentukan secara klasikal. Hasil tersebut terbukti berhasil dalam penelitian ini, sehingga peneliti tidak perlu melanjutkan ke siklus berikutnya.
1. Siklus I
Hasil penelitian pembelajaran pada siklus I, peningkatan hasil belajar fikih materi ketentuan shalat idain kelas IV MIN 4 Banjar tahun pelajaran 2023/2024 masih belum dipahami anak. Beberapa hal yang menyebabkan ini adalah: pertama siswa kurang termotivasi untuk belajar fikih, serta strategi pembelajaran yang diterapkan guru masih belum bisa membuat siswa aktif dalam pembelajaran di kelas dua hasil belajar akhir siklus pembelajaran ke I ini semakin meningkat dibanding sebelum siklus, Namun, secara klasikal belum tuntas.
2. Siklus II
Pada siklus II ini pengamatan yang diperoleh adalah: pertama keaktifan siswa untuk mengikuti pembelajaran semakin meningkat, karena pembelajaran dengan model PBL lebih membuat semua siswa dapat berperan aktif secara merata, kedua komunikasi antar guru dan siswa juga sering terjadi karena guru memperhatikan dan menghargai ide atau pendapat siswa, ketiga hasil belajar akhir siklus pembelajaran ke II ini semakin meningkat dibanding siklus I, dari Dengan demikian, secara klasikal hasil belajar fikih dinilai tuntas.
Pada Siklus I dan Siklus II tahapan-tahapan tersebut dilakukan dengan baik dan dapat memberikan dampak positif bagi siswa dan meningkatkannya. Oleh karena itu, penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran fiqih Kelas IV MIN 4 Banjar. Tabel berikut menunjukkan peningkatan hasil belajar.
Tabel Peningkatan Hasil Belajar Siklus 1 dan II
No Kriteria Siklus 1 Siklus 2
1 Hasil Observasi Guru 80% 95%
2 Hasil Observasi Siswa 75% 95%
3 Rata rata Kelas 72,00 87,00
4 Siswa tuntas belajar 75% 100%
5 Siswa belum tuntas belajar 25% 00%
Dari data diatas dalam proses pembelajaran fikih di MIN 4 Banjar dengan menggunakan model Problem Based Learning mengalami peningkatan.data ini dapat diketahui dari tabel di atas. Dengan demikian, penerapan model PBL dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Hal ini dibuktikan dengan adanya peningkatan observasi aktivitas guru dan siswa serta hasil belajar siswa dari Siklus I ke Siklus II. Hasil analisis peneliti setelah melakukan penelitian tindakan kelas yaitu penerapan model problem based learning pada materi shalat idain meningkat. Pada siklus I observasi aktivitas guru mencapai 80% dan pada siklus II 95% tergolong dalam kategori “sangat baik”. Dan aktivitas siswa Pada siklus I mencapai 75% dan pada siklus II meningkat menjadi 95%. Hasil rata-rata siklus I mencapai 72,00 mengalami kenaikan di siklus II mencapai 87,00 kategori sangat baik. dan hal ini juga terlihat dari hasil ketuntasan belajar siswa yang mengalami peningkatan dari siklus I mencapai 75% dan meningkat pada siklus II mencapai 100%. Beberapa perbaikan dan kekurangan pada siklus sebelumnya telah meningkatkan hasil belajar siswa materi pembelajaran ketentuan shalat idain Dengan menggunakan metode model Problem Based Learningdapat meningkatkan hasi belajar siswa.
Kesimpulan
Berdasarkan paparan data pembahasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih kelas IV MIN 4 Banjar. Berdasarkan data di atas, dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis masalah dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada mata pelajaran Fiqih Kelas IV MIN 4 Banjar. Hal ini terlihat pada peningkatan pada hasil belajar rata rata kelas meningkat, pada siklus I (72,00 dan siklus II (87,00). Demikian pula pada kemampuan klasikal atau hasil belajar meningkat, pada siklus 1 mencapai 75% dan pada siklus II
kemampuan belajar mencapai 100%. Berdasarkan data di atas, model pembelajaran berbasis masalah (PBL) meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran Fiqih Kelas IV MIN 4 Banjar tahun pelajaran 2023/2024.
Referensi
Anas Sudjono,Pengantar Statistik Pendidikan, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 2005)
Daradjat, Zakiah.Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam. Jakarta: Bumi Aksara, 1995
Departemen Agama Republik Indonesia.al-Qur’an dan Terjemahan. Semarang:
CV Adi Grafika, 1994
Hafsah,MA.Pembelajaran Fiqh.Bandung: Citapustaka Media Perintis, 2016 Mansir firman dan Purnomo Halim. Journal of Islamic Education Studies.
Volume V, Nomor 2, November 2020; p-ISSN: 2541-2051; online -ISSN:
2541-3961 Available online at
h p://ejournal.uniramalang.ac.id/index.php/alwijdan
Masykur, rizqillah Mohammad, Jurnal Al-Makrifat Vol 4, No 2, Oktober 2019 Nasri, Jurnal Pendidikan dan Sains Volume 2, Nomor 1, Januari 2022;
64-78
h ps://ejournal.yasin-alsys.org/index.php/masaliq
Paizaluddin dan Ermalinda. Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research). Bandung: Alfabeta, 2013
Sofyan, Herminarto dkk,Problem Based Learning dalam Kurikulum 2013.
Yogyakarta: UNY Press, 2017