• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan Kemampuan Teknik Mencolet Batik untuk Siswa Tunagrahita Ringan di SLB Sleman

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Peningkatan Kemampuan Teknik Mencolet Batik untuk Siswa Tunagrahita Ringan di SLB Sleman"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

273 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

MEDIA PILON UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN TEKNIK MENCOLET KETERAMPILAN BATIK

PADA SISWA TUNAGRAHITA RINGAN

Sri Wantini

SLB Negeri 1 Sleman DI. Yogyakarta [email protected]

ABSTRAK

Kebutuhan penguasaan ketrampilan dalam menjawab tantangan dunia di era modern berlaku pula untuk anak-anak berkebutuhan khusus salah satunya tunagrahita.

permasalahan apakah mereka dapat bersaing dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus lainnya dan juga dengan anak-anak normal serta apakah ada peluang mereka dapat memiliki karir yang layak merupakan hal yang membutuhkan perhatian lebih. Salah satu upaya untuk merespon kondisi tersebut adalah perlunya peningkatan kualitas pembelajaran vokasi untuk peningkatan ketrampilan dalam membatik yakni dengan teknik mencolet dengan media pilon. Tempat penelitian yakni di SLB Negeri 1 Sleman. Metode yang digunakan dalam pengumpulan data yaitu obervasi siswa belajar, observasi guru mengajar, dan tes hasil belajar siswa. Adapun metode yang digunakan untuk menganalisis data yakni diskriptif kuantitatif dengan persentase. Penelitian ini digunakan untuk mengukur sejauh mana peningkatan kemampuan mencolet menggunakan media pilon bagi anak kelas XII SMALB Tunagrahita Ringan / C di SLB Negeri 1 Sleman.

Kata kunci : teknik mencolet, media pilon, tunagrahita

PENDAHULUAN

Perkembangan zaman mengkondisikan setiap individu untuk memiliki ketrampilan vokasional. Kebutuhan-kebutuan pasar era modern menuntut penguasaan ketrampilan dibidang-bidang vokasi dalam hal penciptaan produk barang maupun jasa. Kondisi ini berlaku untuk semua individu termasuk juga generasi muda. Dari keseluruhan generasi muda yang patut mendapatkan perhatian lebih yaitu anak-anak berkebutuhan khusus.

Penelitian ini memfokuskan pada anak-anak berkebutuhan khusus yakni tunagrahita ringan. Anak tunagrahita ringan adalah seseorang yang secara fisik tidak menampakkan secara jelas kelainanannya tetapi setelah berada di sekolah dasar nampak kurang mampu mengikuti pelajaran yang bersifat akademik (Mumpuniarti, 2003 :23).

Menurut pendapat Astati (2001 : 5-7) menjelaskan bahwa tunagrahita ringan memiliki karakteristik pertumbuhan fisik seperti halnya anak normal namun kesehatan tubuh serta kematangan motorik lebih lemah dibandingkan anak normal pada usia sebayanya. Anak tunagrahita ringan tidak hanya dapat dilatih tentang tugas-tugas yang

(2)

274 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

lebih tinggi atau kompleks dalam kehidupan sehari-hari, namun dapat pula dididik dalam bidang sosial dan intelektual pada batas-batas tertentu.

Permasalahan yang muncul adalah bagaimana cara mengupayakan jaminan pendidikan lanjut bagi anak-anak tunagrahita ringan dan bagaimana penanganan setelah peserta didik tunagrahita ringan menyelesaikan pendidikan di tingkat sekolah. Lebih dari itu dengan tingginya tingkat persaingan dalam kehidupan modern apakah mereka dapat bersaing dengan anak-anak dengan kebutuhan khusus lainnya dan juga dengan anak- anak normal serta apakah ada peluang mereka dapat memiliki karir yang layak.

Mengingat kompleksnya permasalahan dan dampak yang ditimbulkan oleh keluarbiasaan, baik yang menyangkut dampak psikologis maupun sosial, maka program keterampilan vokasional (life skills) merupakan program untuk menggali potensi sekaligus mengembangkan kemampuan yang dimiliki peserta didik, khususnya dalam bidang non akademik, karena dengan memiliki keterampilan vokasional peserta didik diharapkan memiliki bekal untuk mencapai taraf hidup yang lebih baik. Begitu juga menurut Anwar (2004: 20) program life skills adalah program yang memberikan bekal keterampilan yang praktis, terpakai, terkait dengan kebutuhan pasar kerja, peluang usaha dan potensi ekonomi atau industri yang ada dimasyarakat. Sifat istimewa dari keterampilan ialah keterampilan ini bisa bertambah sempurna melalui praktek atau latihan. Syaratnya ialah pengulangan gerakan dasar disertai dengan balikan dari lingkungan. Keterampilan vokasional akan lebih cepat diterima oleh anak ketika diberikan sebuah pelatihan yang berulang-ulang, sehingga anak akan terbiasa meskipun kurang memahami secara teori namun menguasai secara praktek. Salah satu bentuk dari penanaman ketrampilan vokasional yang menjadi focus dalam penelitian ini adalah ketrampilan batik.

Pemilihan batik dalam penelitian ini sendiri dikarenakan batik merupakan kebudayaan asli Indonesia yang harus dikenalkan kepada generasi muda khususnya pada anak-anak berkebutuhan khusus. Mereka yang mempunyai kelainan pada perkembangan mental juga berhak mendapatkan sebuah keterampilan agar menunjang skill bagi hidup dan kehidupannya melalui sebuah pendidikan seni keterampilan batik.

Peningkatan keterampilan vokasional bagi anak tunagrahita dengan memberikan keterampilan batik adalah untuk membantu anak agar dapat mandiri secara ekonomi, karena dengan memiliki keterampilan batik anak diharapkan mampu menghasilkan suatu produk yang memiliki nilai ekonomis, sekaligus untuk menanamkan sikap dan jiwa kewirausahaan sebagai bekal untuk menghadapi dunia kerja. Dengan ketrampilan vokasional batik yang benar diharapkan menghasilkan produk yang mempunyai kualitas yang bersaing sehingga meningkatkan kepercayaan di masyarakat mengenahi kualitas dan etos kerja anak tunagrahita PTK-UPI ( 2006 : 2-3 ). Kegiatan

(3)

275 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

pembelajaran dalam upaya peningkatan ketrampilan vokasional batik telah dilaksanakan pula di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Sleman.

Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Sleman adalah salah satu sekolah yang mengajarkan keterampilan vokasional batik bagi anak tunagrahita yang memiliki keunggulan dan kekhasan yakni pengajaran Teknik batik dari proses awal hingga teknis pewarnaan dengan Teknik Coletan. Ketrampilan vokasional batik di Sekolah Luar Biasa Negeri 1 Sleman dilakukan khususnya pada anak tunagrahita, mereka mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak dan mengalami hambatan intelektual. Oleh karena itu dalam prores pembelajaran memerlukan bantuan media atau alat peraga. Anak tunagrahita merupakan anak yang sukar dalam berkonsentrasi, sehingga dalam melakukan aktivitas anak kurang fokus. Kemampuan keterampilan vokasional batik tentang teknik mencolet bagai anak tunagrahita juga masih kurang. Hal ini diketahui bahwa dalam kemampuan mencolet masih asal-asalan dan kurang rapih serta belum sesuai dengan langkah-langkah teknik mencolet secara benar.

Proses belajar mengajar di kelas XII tunagrahita mata pelajaran keterampilan batik dengan materi Teknik mencolet pelaksanaannya masih belum maksimal yang dibuktikan hasil belajar siswa masih di bawak KKM yang telah ditentukan. Hal ini dapat ditunjukkan dengan nilai siswa yang belum mencukupi diberbagai aspek dalam proses pembuatan batik. Bukti lain yakni belum mampunya siswa untuk menembus kompetisi baik tingkat propinsi maupun nasional. Selain hal tersebut hasil karya batik belum terserap oleh pasar karena belum memenuhi standar estetik pasar. Semangat dan minat belajar siswa tunagrahita untuk Teknik mencolet masih rendah, karena kurangnya variasi penggunaan media. Hal ini ditunjukkan dengan antusiasme yang kurang dalam mengikuti penjelasan materi, beberapa anak melakukan aktifitas lain missal diam-diam bercanda dengan temannya, mencoret-coret kertas dan melamun. Pada saat mencolet siswa kurang konsentarasi matanya keman-mana sehingga hasil coletannya tidak sesuai dengan pola gambarnya. Kurang konsentrasi anak dapat ditunjukkan dengan ketidak sesuaian hasil goresan dengan contoh yang sudah diberikan. Kesulitan itu ditandai dengan hasil pekerjaan keterampilan batik khususnya teknik mencolet belum dikerjakan dengan tuntas, hasilnyapun di bawah nilai yang telah ditentukan yaitu di bawah KKM.

Guru mengajarkan teknik mencolet dengan mengguakan media pilon yang berupa sebuah bidangan berbentuk persegi panjang terbuat dari pipa paralon. Pada proses pembelajaran berlangsung siswa tunagrahita menggunakan pilon hanya untuk bermain sehingga materi yang diberikan oleh guru tidak tersampaikan. Untuk membangkitkan semangat, minat, konsentrasi dan menciptakan rasa senang dalam proses pembelajaran Teknik mencolet mata pelajaran keteramplan batik harus diupayakan sehingga materi yang diberikan dapat

(4)

276 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

terlaksana dan diserap oleh siswa tunagrahita. Salah satu hal yang sangat penting dalam mengupayakan pebelajaran yang bermutu dan menyenangkan adalah penggunaan media pembelajaran yang menarik dan variatif. Hal ini untuk memudahkan dalam meningkatkan kemampuan mencolet bagi anak tuna grahita perlu dengan cara yang tepat dan sesuai. Bahwa pilon merupakan salah satu media untuk memotivasi, minat belajar membatik anak tunagrahita. Bahwa sehubungan dengan hal tersebut diduga pembelajaran dengan menggunakan media pilon dapat meningkatkan pemahaman teknik mencolet pada anak tunagrahita.

Upaya yang tepat sebagaimana disebutkan di atas, penulis melakukan Penelitian Tindakan Kelas yang didasarkan pada data-data sehari-hari di dalam kelas yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipatif. Penelitian Tindakan Kelas yang diarahkan pada penggunaan alat pendukung pembelajaran melalui media Pilon dalam pelajaran membatik khususnya mengenai teknik mencolet yang dapat mempermudah dan dapat menarik perhatian, minat siswa, serta dapat memberikan kesenangan bagi para siswa sehingga proses pembelajaran berjalan dengan lancar tanpa menjadi beban bagi para siswa dan memudahkan guru dalam memberikan materi pembelajaran.

Pembelajaran yang tidak menggunakan media akan mengakibatkan kejenuhan bagi para siswanya. Penyebab terhadap anak tersebut karena kurangnya konsentrasi dan media pembelajaran keterampilan vokasional batik kurang tepat, sarana prasarana kurang mendukung sehingga anak mengalami kesulitan dalam mencolet.

Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk meningkatkan kemampuan teknik mencolet melalui media Pilon bagi anak kelas XII tunagrahita ringan di SLB Negeri 1 Sleman Yogyakarta.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas yang dilakukan secara kolaboratif dan partisipasif. Subyek penelitian merupakan siswa kelas XII SMALB Tunagrahita di SLB Negeri 1 Sleman Daerah Istimewa Yogyakarta

Pelaksanaan tindakan dilakukan dalam dua siklus yang terbagi dalam 4 kali pertemuan.

Pelaksanaan tindakan siklus ke 1 terdiri dari pertemuan pertama dan pertemuan kedua, sedangkan pertemuan ketiga dan keempat dilaksanakan pada siklus II setelah observasi tindakan siklus I .

Subyek dalam penelitian ini sejumlah 4 siswa. Penelitian dilakukan di SLB Negeri 1 SlemanYogyakarta. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan Agustus – Oktober 2019.

Jenis desain yang akan digunakan adalah meodel Kemmis dan Mc Taggart. Model ini menggunakan empat komponen penelitian (perencaan, Tindakan, observasi, dan refleksi).

(5)

277 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

1. Perencanaan Menurut Sukardi (2005: 212-214), tahap perencanaan merupakan serangkaian tindakan yang terencana untuk meningkatkan apa yang telah terjadi yang harus berorientasi ke depan dengan lebih menekankan pada sifat-sifat strategik yang mampu menjawab tantangan yang muncul dalam perubahan sosial dan mengenal rintangan yang sebenarnya.

2. Tindakan Menurut Wina Sanjaya (2010: 79), tahap tindakan adalah perlakuan yang dilaksanakan guru berdasarkan perencanaan yang telah disusun dan berdasarkan fokus masalah. Kegiatan ini diawali dengan adanya hipotesis tindakan yang dipandang paling tepat atau dipercaya oleh peneliti dalam memecahkan masalah.

3. Observasi Menurut Susilo (2007: 22), tahap observasi dalam penelitian tindakan kelas dilakukan untuk mengetahui dan memperoleh gambaran lengkap secara objektif tentang perkembangan proses pembelajaran, atau bisa dikatakan sebagai kegiatan merekam informasi dampak dari pelaksanaan tindakan baik dengan atau tanpa alat bantu.

4. Refleksi Menurut Sukardi (2005: 213), tahap ini merupakan sarana untuk melakukan pengkajian kembali tindakan yang telah dilakukan terhadap subjek penelitian dan telah dicatat dalam observasi. Kegiatan ini menganalisis mengenai mengapa, bagaimana, sejauh mana tindakan berpengaruh pada siswa dan mampu memperbaiki masalah pembelajaran tersebut.

Teknik Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini data dilakukan dengan menggunakan beberapa cara yaitu:

1. Catatan Lapangan, catatan lapangan digunakan untuk mengetahui rangkaian kegiatan yang dilakukan selama penelitian berlangsung. Catatan ini digunakan untuk mengumpulkan data mengenai situasi dan kondisi saat proses pembelajaran teknik mencolet melalui media Pilon bagi anak kelas XII tunagrahita ringan di SLB Negeri 1 Sleman Yogyakarta.

2. Dokumentasi, dokumen digunakan sebagai penguat data yang diperoleh selama observasi. Dalam penelitian ini, dokumen yang digunakan adalah jumlah siswa sebagai dasar untuk menentukan jumlah peserta anggota-anggota kelompok dalam pembelajaran teknik mencolet melalui media Pilon bagi anak kelas XII tunagrahita ringan di SLB Negeri 1 Sleman Yogyakarta, daftar nilai siswa, data-data administrasi sekolah dimanfaatkan oleh peneliti dalam rangka memperkaya informasi data yang dibutuhkan.

3. Tes, Tes digunakan untuk mengumpulkan data berupa nilai-nilai yang merupakan hasil kognitif yang dalam penelitian ini adalah Prestasi Belajar 43 Akuntansi siswa khususnya mengenai pemahaman atau penguasaan kompetensi dasar yang diajarkan dengan

(6)

278 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

menggunakan teknik mencolet melalui media Pilon bagi anak kelas XII tunagrahita ringan di SLB Negeri 1 Sleman Yogyakarta.

Instrumen Penelitian

1. Catatan Lapangan, berupa formulir yang digunakan sebagai pencatat berita acara pelaksanaan pembelajaran dengan teknik pembelajaran yang telah direncanakan. Dalam catatan lapangan dituliskan berbagai kejadian yang berhubungan dengan penelitian yang terjadi di dalam kelas. Kejadian dapat berupa interaksi yang terjadi antara siswa dengan guru, maupun interaksi antar siswa.

2. Dokumentasi, digunakan untuk memberikan secara konkret mengenai pelaksanaan kegiatan pembelajaran yang sedang berlangsung. Dokumen berupa dokumen tugas siswa, daftar nilai siswa, soal-soal tes, foto-foto yang mendiskripsikan pelaksanaan teknik mencolet melalui media Pilon bagi anak kelas XII tunagrahita ringan di SLB Negeri 1 Sleman Yogyakarta.

3. Soal Tes, merupakan instrumen untuk mengukur kemampuan kognitif. Peneliti akan menggunakan pre test dan post test untuk mengukur peningkatan Prestasi Belajar teknik mencolet melalui media Pilon bagi anak kelas XII tunagrahita ringan di SLB Negeri 1 Sleman Yogyakarta.

Hasil Penelitian

Hasil pelaskanaan dan peningkatan proses pembelajaran dengan media pilon merupakan upaya meningkatkan kemampuan mencolet melalui pilon (media pipa paralon) yang diajarkan secara bertahap. Berdasarkan hasil tindakan siklus I dan siklus II, kemampuan teknik mencolet melalui media pilon (pipa paralon) yang diajarkan secara bertahap.

mengalami peningkatan, peningkatan itu juga dibarengi dengan peningkatan kinerja guru dalam penyampaian pembelajaran.

Tindakan Siklus 1

a. Perencanaan tindakan siklus 1

Dalam perencanaan perlu dipersiapkan dalam pembelajaran teknik mencolet yaitu:

1) memberikan pemahanan kepada kolaboraotor, 2) membuat rencana pembelajaran, 3) membuat, lembar obsevasi penggunaan media, 4) membuat lembar obsevasi kinerja guru.

Disamping itu mempersiapkan : rencana pelaksanaan pembelajaran, penilaian matrei pembelajaran, alat dan bahan yang akan digunakan, srana pembelajaran, format

(7)

279 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

penilaian aktifitas belajar siswa, formst penilsisn kegiatan pembelajaran guru, dan evaluasi untuk mengukur hasil belajar siswa, serta menyusun jadwal pelaksanaan tindakan siklus 1.

b. Pelaksanaan tindakan siklus 1 dengan mengambil 4 siswa sebagai subyek penelitian yang akan digunakan untuk pengambilan data, dan 1 orang guru sebagai kolaborator.

Adapun pelaksanaan tindakan yang akan dilaksanakan sebelumnya adalah memberikan arahan kepada guru kolaborator seputar kerjasama yang akan dilaksanakan, yaitu pembelajaran menggunakan media pipa paralon untuk meningkatkan prestasi belajar Teknik coletan. Proses pembelajaran dilakukan sebagaimana pembelajaran pada umumnya, dan pada penelitian ini hanya menekankan pada kemampuan Teknik mencolet melalui media pilon. Guru kolaborator sebagai observer melakukan pengamatan proses pembelajaran untuk merekam kondisi yang terjadi berdasarkan lembar observasi yangtelah disiapkan dan mencatat hal-hal yang terjadi terkait dalam penelitian.

c. Pelaksanaan observasi, Kegiatan observasi yang dilakukan guru kolaborator saat proses pembelajaran mencolet menggunakan media Pilon (pipa paralon ). Dari hasil observasi dengan lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus 1 pertemuan ke- 1

TABEL 1.3. PRESTASI BELAJAR TEKNIK MENCOLET SISWA KELAS XII SAMALB NEGRI 1 SLEMAN PADA SIKLUS I PERTEMUA KE-1

Sekor maksimal Sekor yang diperoleh

Prosentase Kategori

40 25 62,5 cukup

Dari table diatas diketahu bahwa hasil setelah Tindakan kemampuan menggunakan media pilon (pipa paralon) untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan pada siklus 1 pertemuan ke-1 hasil nya kategori cukup subyek memperoleh sekor 25 dengan prosentase 62,5

Tabel 14 Hasil observasi Kinerja Guru kelas XII SMALB Negeri 1 Sleman pada siklus 1 pertemuan ke-1

Sekor maksimal Sekor yang diperoleh Prosentase Kategori

40 32 80 Baik

Berdasarkan hasil observasi sebagaimana pada tabel diatas proses pembelajaran menggunakan media Pilon (pipa paralon) untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan sesuai dengan jadwal , observer telah melakukan pengamatan dan memcatat sesuai lembar

(8)

280 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

observasi kinerja guru, observer telah memberikan informasi seputar kegiatan pembelajaran kepada peneliti selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung.

Tes Hasil Belajar Siswa

Tes hasil belajar dilaksanakan dalam rangkaian proses pembelajaran, terutama pada kegiatan akhir pembelajaran dengan memberikan lembar soal tes tertulis bentuknya isian.

Adapun hasil tes belajar siswa pada siklus I pertemuan ke- 1 ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 15 Hasil Tes Belajar Siswa siklus 1 pertemuan ke-1 Kelo

mpok KKM Siklus I Pertemuan 1

Kategori Skor Prosentase

Id Aj Wr Dw

75 24 60 cukup

Berdasarkan hasil tes belajar siswa setelah tindakan siklus I pertemuan 1 pada tabel tersebut menunjukkan hasil prestasi belajar secara berkelompok belum mencapai KKM. Pencapaian kemampuan menggunakan media Pilon (pipa paralon) untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan dapat disajikan dalam diagram di bawah ini :

Gambar 2 Grafik peningkatan prestasi belajar teknik coletan menggunakan media pipa paralon

Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 1, peneliti melihat beberapa hambatan atau kendala saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Hambatan- hambatan tersebut antara lain: 1) Secara berkelompok hasilnya belum memenuhi KKM, siswa kurang bersemangat dalam melakukan pembelajaran dan dalam penggunaan media pipa paralon, 2) Siswa masih sering berebut dalam mencolet, sehingga pewarnaannya tidak rapi, 3) Adanya gangguan dari fihak lain saat pembelajaran/ kurang konsentrasi.

Dari hasil analisis hambatan dan kendala tersebut maka dibutuhkan pelaksanaan 0

20 40 60 80

KKM Nilai Perolehan

(9)

281 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB tindakan pada pertemuan selanjunya yaitu siklus I pertemuan 2,

Pelaksanaan tindakan siklus I pertemuan ke-2

Dari hasil observasi dengan lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus 1 pertemuan ke- 2. Prestasi belajar teknik coletan memggunakan media pipa paralon pada silkus 1 pertemuan ke- 2 disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 17 Prestasi belajar teknik coletan Siswa kelas XII SMALB Negeri 1 Sleman pada siklus 1 pertemuan ke-2

Sekor maksimal Sekor yang diperoleh

Prosentase Kategori

40 32 80 Baik

Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil setelah tindakan kemampuan menggunaan media pipa paralon untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan pada siklus 1 pertemuan ke-2 hasil nya kategori baik subyek memperoleh sekor 32 dengan prosentase 80.

Hasil observasi Kinerja Guru dapat dilihat dalam tabel dibawah ini :

Tabel 18 Hasil observasi Kinerja Guru kelas XII SMALB Negeri 1 Sleman pada siklus 1 pertemuan ke-2

Sekor maksimal Sekor yang diperoleh Prosentase Kategori

40 36 90 Sangat baik

Berdasarkan hasil observasi sebagaimana pada tabel diatas proses pembelajaran menggunakan media Pilon (pipa paralon) untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan sesuai dengan jadwal, observer telah melakukan pengamatan dan memcatat sesuai lembar observasi kinerja guru, observer telah memberikan informasi seputar kegiatan pembelajaran kepada peneliti selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, Hasil pengamatan tersebut adalah sangat baik.

Tes hasil belajar dilaksanakan dalam rangkaian proses pembelajaran, terutama pada kegiatan akhir pembelajaran dengan memberikan lembar soal tes tertulis bentuknya isian.

Adapun hasil tes belajar siswa pada siklus I pertemuan ke- 2 ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 19 Hasil Tes Belajar Siswa siklus 1 pertemuan ke-2 Kelompok KKM Siklus I Pertemuan 2

Kategori Skor Prosentase

Id Aj Wr Dw

75 30 75 Baik

(10)

282 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

Berdasarkan hasil tes belajar siswa setelah tindakan siklus I pertemuan 2 pada tabel tersebut menunjukkan hasil prestasi belajar secara berkelompok sudah mencapai KKM.

Pencapaian kemampuan menggunakan media pipa paralon untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan dapat disajikan dalam diagram di bawah ini :

Gambar 3 Grafik peningkatan prestasi belajar teknik coletan menggunakan media pipa paralon

Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus I pertemuan 2, peneliti melihat beberapa hambatan atau kendala saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Hambatan- hambatan tersebut antara lain : a) Secara berkelompok hasilnya sudah memenuhi KKM, tetapi dalam mengerjakan tugas menggunakan alat praktik masih saling ketergantungan dengan siswa lainnya, b) Siswa masih sering berebut dalam penggunaan alat praktik pilon, sehingga terjadi kurang teliti dalam mencolet. oleh sebab itu, pembelajaran pada siklus II perlu ditekankan kepada siswa agar lebih mempersiapkan diri dan memperhatikan media pilon yang ditunjukkan guru, c) Adanya gangguan dari fihak lain saat pembelajaran.

Berdasrkan analisis hambatan dan kendala tersebut maka dibutuhkan pelaksanaan tindakan pada pertemuan selanjunya yaitu siklus II pertemuan ke-1, dalam upaya memaksimalkan menggunakan media pipa paralon untuk meningkatkan prestasi kemampuan teknik mencolet.

Tindakan siklus II

Rencana pelaksanaan tindakan siklus II Pertemuan ke-1.Sebelum melaksanakan tindakan peneliti melakukan beberapa persiapan, diantaranya: 1) Memberikan pemahaman kepada kolaborator untuk kerja samanya yang akan dilakukan dalam penelitian, 2) Membuat Rencana Pembelajaran, 3) Membuat lembar observasi menggunakan media gamambar

0 10 20 30 40 50 60 70 80

KKM

Nilai Pertemuan SI P2

(11)

283 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

untuk meningkatkan prestasi belajar membaca, 4) Membuat lembar observasi kinerja guru.

Pelaksanaan Tindakan, dalam pelaksanaan tindakan siklus II petemuan ke-1, Guru kolaborator sebagai observer melakukan pengamatan proses pembelajaran untuk merekam kondisi yang terjadi berdasarkan lembar observasi yang telah disiapkan dan mencatat hal- hal yang terjadi terkait dalam penelitian.

Dari hasil observasi dengan lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ke- 1, Prestasi belajar membaca mencolet memggunakan media pipa paralon pada silkus II pertemuan ke- 1 disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 21 Prestasi belajar teknik coletan Siswa kelas XII SMALB Negeri 1 Sleman pada siklus 1I pertemuan ke-1

Sekor maksimal Sekor yang diperoleh

Prosentase Kategori

40 34 85 Sangat baik

Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil setelah tindakan kemampuan menggunaan media (pipa paralon) untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan pada siklus II pertemuan ke-1 hasilnya kategori sangat baik subyek memperoleh sekor 34 dengan prosentase 85

Tabel 22 Hasil observasi Kinerja Guru kelas XII SMALB Negeri 1 Sleman pada siklus II pertemuan ke-1

Sekor maksimal Sekor yang diperoleh

Prosentase Kategori

40 38 95 Sangat baik

Berdasarkan hasil observasi sebagaimana pada tabel diatas proses pembelajaran menggunakan media (pipa paralon) untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan sesuai dengan jadwal, observer telah melakukan pengamatan dan memcatat sesuai lembar observasi kinerja guru, observer telah memberikan informasi seputar kegiatan pembelajaran kepada peneliti selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung , Adapun hasil observasi kinerja guru masuk dalam kategori sangat baik

Tes hasil belajar dilaksanakan dalam rangkaian proses pembelajaran, terutama pada kegiatan akhir pembelajaran dengan memberikan lembar soal tes tertulis bentuknya isian.

Adapun hasil tes belajar siswa pada siklus II pertemuan ke-1 ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 23 Hasil Tes Belajar Siswa siklus II pertemuan ke-1 Subyek KKM Siklus II Pertemuan 1

Kategori

Skor Prosentase

Aj 75 33 82,5 % Sangat baik

(12)

284 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

Berdasarkan hasil tes belajar siswa setelah tindakan siklus II pertemuan ke-1 pada tabel tersebut menunjukkan hasil prestasi belajar secara individual sudah mencapai KKM.

Pencapaian kemampuan menggunakan media pipa paralon untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan dapat disajikan dalam diagram di bawah ini :

Gambar 4 Grafik peningkatan prestasi belajar teknik mencolet menggunakan media pipa paralon

Dari hasil observasi dengan lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ke- 1, Prestasi belajar mencolet memggunakan media pipa paralon pada silkus II pertemuan ke- 1 disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 21 Prestasi belajar teknik coletan Siswa kelas XII SMALB Negeri 1 Sleman pada siklus 1I pertemuan ke-1

Sekor maksimal Sekor yang diperoleh Prosentase Kategori

40 34 85 Sangat baik

Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil setelah tindakan kemampuan menggunaan media (pipa paralon) untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan pada siklus II pertemuan ke-1 hasilnya kategori sangat baik subyek memperoleh sekor 34 dengan prosentase 85

Tabel 22 Hasil observasi Kinerja Guru kelas XII SMALB Negeri 1 Sleman pada siklus II pertemuan ke-1

Sekor maksimal Sekor yang diperoleh Prosentase Kategori

40 38 95 Sangat baik

Berdasarkan hasil observasi sebagaimana pada tabel diatas proses pembelajaran menggunakan media (pipa paralon) untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan

0 20 40 60 80

100

Hasil Tes Belajar Siswa

KKM Nilai Pertemuan SII P1

(13)

285 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

sesuai dengan jadwal, observer telah melakukan pengamatan dan memcatat sesuai lembar observasi kinerja guru, observer telah memberikan informasi seputar kegiatan pembelajaran kepada peneliti selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, adapun hasil observasi kinerja guru masuk dalam kategori sangat baik

Tes hasil belajar dilaksanakan dalam rangkaian proses pembelajaran, terutama pada kegiatan akhir pembelajaran dengan memberikan lembar soal tes tertulis bentuknya isian.

Adapun hasil tes belajar siswa pada siklus II pertemuan ke-1 ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut:

Tabel 23 Hasil Tes Belajar Siswa siklus II pertemuan ke-1

Subyek KKM Siklus II Pertemuan 1

Kategori Skor Prosentase

Aj 75 33 82,5 % Sangat baik

Berdasarkan hasil tes belajar siswa setelah tindakan siklus II pertemuan ke-1 pada tabel tersebut menunjukkan hasil prestasi belajar secara individual sudah mencapai KKM.

Pencapaian kemampuan menggunakan media pipa paralon untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan dapat disajikan dalam diagram di bawah ini :

Gambar 4 Grafik peningkatan prestasi belajar teknik mencolet menggunakan media pipa paralon

Berdasarkan pelaksanaan tindakan pada siklus II pertemuan ke-1, Peneliti melihat beberapa hambatan atau kendala saat pelaksanaan tindakan berlangsung. Hambatan- hambatan tersebut antara lain: 1) Secara individual hasilnya sudah memenuhi KKM, tetapi dalam mengerjakan tugas mencolet dengan menggunakan media Pilon (pipa paralon) siswa sudah mulai bisa memahami, 2) Siswa mulai bersemangat melakukan kegiatan pembelajaran meningkatkan tenik coletan dan siswa mulai faham akan pentingnya media pipa paralon untuk meningkatkan teknik coletan sehingga siswa mulai bisa menghadapi kesulitan ketika akan melakukan coletan menggunakan media Pilon (pipa paralon). Oleh

0 20 40 60 80

100

Hasil Tes Belajar Siswa

KKM Nilai Pertemuan SII P1

(14)

286 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

sebab itu, pembelajaran pada siklus II pertemuan ke-2 nanti tetap ditekankan kepada anak agar lebih mempersiapkan diri dan lebih terampil dalam teknik coletan yang ditunjukkan guru.

3) Adanya gangguan dari fihak lain saat pembelajaran.

Dari hasil analisis, hambatan dan kendala tersebut maka dibutuhkan pelaksanaan tindakan pada pertemuan selanjunya yaitu siklus II pertemuan ke-2, dalam upaya memaksimalkan melalui media Pilon (pipa paralon), untuk meningkatkan prestasi kemampuan teknik coletan dalam pembelajaran keterampilan vokasioanl batik.

Tindakan siklus II Pertemuan ke-2

Dari hasil observasi dengan lembar pengamatan aktivitas siswa pada siklus II pertemuan ke- 1, Prestasi belajar teknik coletan memggunakan media Pilon (pipa paralon) pada silkus II pertemuan ke- 2 disajikan dalam tabel berikut ini:

Tabel 25 Prestasi belajar teknik coletan Siswa kelas XII SMALB Negeri 1 Sleman pada siklus 1I pertemuan ke-2

Sekor maksimal Sekor yang diperoleh

Prosentase Kategori

40 35 87,5 Sangat baik

Dari tabel diatas diketahui bahwa hasil setelah tindakan kemampuan menggunaan media gambar untuk meningkatkan prestasi belajar membaca pada siklus II pertemuan ke-2 hasil nya kategori sangat baik subyek memperoleh sekor 35 dengan prosentase 87,5

Obsevasi Kinerja Guru dilakukan oleh kolaborator untuk mengetahui hasil kinerja guru selama proses pembelajaran berlangsung yaitu menggunakan media pipa paralon untuk meningkatkan pretasi belajar teknik coletan .

Table 26 Hasil observasi Kinerja Guru dapat dilihat dalam tabel dibawah ini:

Sekor maksimal Sekor yang diperoleh

Prosentase Kategori

40 39 97,5 Sangat baik

Berdasarkan hasil observasi sebagaimana pada tabel diatas proses pembelajaran menggunakan media pipa paralon untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan sesuai dengan jadwal, observer telah melakukan pengamatan dan memcatat sesuai lembar observasi kinerja guru, observer telah memberikan informasi seputar kegiatan pembelajaran

(15)

287 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

kepada peneliti selama proses kegiatan belajar mengajar berlangsung, Adapun hasil observasi kinerja guru masuk dalam kategori sangat baik

Tes Hasil Belajar Siswa dilaksanakan dalam rangkaian proses pembelajaran, terutama pada kegiatan akhir pembelajaran dengan memberikan lembar soal tes bentuknya menulis dan membaca abjad melalui media pilon . Adapun hasil tes belajar siswa pada siklus II pertemuan ke-2 ini dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel 27 Hasil Tes Belajar Siswa siklus II pertemuan ke-2

Subyek KKM Siklus II Pertemuan 2

Kategori

Skor Prosentase

Aj 75 37 92,5% Sangat baik

Berdasarkan hasil tes belajar siswa setelah tindakan siklus II pertemuan ke-2 pada tabel tersebut menunjukkan hasil prestasi belajar secara individual sudah mencapai KKM.

Pencapaian kemampuan menggunakan media pipa paralon untuk meningkatkan prestasi belajar teknik coletan dapat disajikan dalam diagram di bawah ini :

Gambar 5 Grafik peningkatan prestasi belajar teknik coletan menggunakan media pilon (pipa paralon)

Siklus II pertemuan ke-2 telah menunjukkan peningkatan sangat baik dalam menggunakan media pipa paralon untuk meningkatkan kemampuan teknik coletan sesuai langkah-langkah.

Pembahasan Hasil Penelitian Pembahasan siklus I dan siklus II

Berdasarkan hasil hasil penelitian dengan menggunakan media pilon (pipa paralon ) dapat meningkatkan kemampuan teknik mencolet pada mata pelajaran keterampilan batik, dari siklus ke I ke siklus ke II terjadi peningkatan yakni 75 menjadi 92,5%, sehingga target ketercapaian sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan yakni 75 % telah tercapai. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa melalui media pilon (pipa paralon ) pada teknik mencolet

75 92.5

TES HASIL BELAJAR SISWA

KKM Nilai Prolehan SII P2

(16)

288 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

dapat meningkatkan kemampuan teknik mencolet pada mata pelajaran keterampilan batik.

Temuan ini sesuai dengan pendapat Mulyani Sumantri dan Johar Permana (2001:153) Tujuan dalam penggunaan media yaitu, untuk mempermudah guru dalam menyampaikan pesan kepada peserta didik sehingga peran tersebut dapat terkuasai secara tepat, cepat, dan akurat. tujuan digunakannya media pengajaran secara khusus adalah :

a. Memberikan kemudahan kepada peserta didik untuk lebih memahami konsep prinsip,sikap dan keterampilan tertentu, dengan menggunakan media yang paling tepat.

b. Memberikan pengalaman belajar berbeda dan bervariasi sehingga lebih merangsang minat peserta didik untuk belajar.

c. Membutuhkan sikap dan keterampilan tertentu dan teknologi karena peserta didik tertarik untuk menggunakan atau mengapresiasikan media tertentu.

d. Menciptakan situasi belajar yang dapat dilupakan peserta didik.

Peningkatan evaluasi hasil belajar siswa dapat digambarkan pada tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel 28 Peningkatan Prestasi Belajar Siswa

Subyek KKM Tindakan Siklus I Tindakan Siklus II

Pertemuan 1 Pertemua 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2

Aj 75 60 75 82,5 95

Hasil peningkatan tindakan siklus I dan siklus II dapat juga digambarkan pada grafik di bawah ini :

Gambar 6 Grafik nilai hasil belajar setelah tindakan siklus I dan II

60

82.5 75

95

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II

Pertemuan I Pertemuan II

(17)

289 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

Pada tabel dan grafik terlihat jelas bahwa subyek Aj yang bekerja secara kelompok pada siklus I pertemuan ke- 1 memperoleh nilai 60 nilai ini masih di bawah nilai KKM yang ditentukan yaitu 75. Lalu peneliti dan guru kolaborator mengadakan koordinasi dan evaluasi serta melanjutkan mengadakan tindakan pada siklus I pertemuan ke- 2 masih dengan berkelompok dan hasilnya meningkat 15 poin menjadi 75.

Setelah adanya peningkatan yang signifikan lalu peneliti dan guru kolaborator melanjutkan mengadakan tindakan dengan cara sendiri tidak berkelompok subyek Aj yaitu pada siklus II pertemuan ke- 1 hasil nilai yang diperoleh 82,5. Kalau dilihat dari perolehan hasil belajar meningkat dari nilai yang diperoleh secara kelompok 75 dan dikerjakan secara individu memperoleh 82,5. Peneliti dan guru kolaborator mengevaluasi lagi dan melanjutkan mengadakan tindakan pada siklus II pertemuan 2.

Peningkatan terjadi pada siklus II pertemuan ke-2 yaitu subyek Aj secara signifikan nilainya meningkat 12,5 poin menjadi 95, hal ini menunjukkan bahwa subyek Aj telah memenuhi bahkan melampaui KKM. Peningkatan kemampuan subyek ini juga dibarengi dengan peningkatan kemampuan guru mengelola kelas dan dalam penyampaian materi pembelajaran.

Peningkatan Kinerja Guru dalam penelitian ini dapat digambarkan pada tabel dan grafik di bawah ini :

Tabel 29 Peningkatan Kinerja Guru

Tindakan Siklus I Tindakan Siklus II

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2

80 90 95 97,5

Hasil peningkatan kinerja guru pada tindakan siklus I dan siklus II dapat juga digambarkan pada grafik di bawah ini :

80

90 95 97.5

0 20 40 60 80 100 120

Siklus I Siklus II

Kinerja Guru

Pertemuan I Pertemuan II

(18)

290 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB

Gambar 7 Grafik Kinerja Guru setelah tindakan siklus I dan siklus II

Pada tabel dan grafik kinerja guru dalam mengelola dan menyampaikan materi pembelajaran pada siklus I pertemuan 1 dari nilai 80meningkat 10 point sehingga menjadi 90 pada pertemuan 2. Sedangkan pada siklus II pertemuan 1 meningkat 5 point menjadi 95 dan pada pertemuan 2 siklus II meningkat lagi 7,5 point sehingga menjadi 97,5 yang masuk pada kategori sangat baik.

Pada penilaian observasi kemampuan subyek. Upaya peningkatan kemampuan teknik mencolet melalui media pipa paralon juga mengalami peningkatan. Peningkatan itu dapat digambarkan pada tabel dan grafik di bawah ini

Tabel 30 Upaya Peningkatan kemampuan teknik mencolet menggunakan media pilon

Tindakan Siklus I Tindakan Siklus II

Pertemuan 1 Pertemuan 2 Pertemuan 1 Pertemuan 2

62,5 80 85 87,5

Hasil peningkatan kemampuan teknik mencolet menggunakan media gambar dapat digambarkan dengan grafik sebagai berikut :

Gambar 8 Grafik peningkatan kemapuan teknik mencolet melalui media pipa paralon setelah tindakan siklus I dan siklus II

Dari tabel dan grafik terlihat jelas bahwa kemampuan mencolet menggunakan media pipa paralon menunjukkan peningkatan pada siklus 1 pertemuan ke-1 dengan nilai 62,5 meningkat 17,6 poin dan sikus 1 pertemuan ke-2 menjadi 80, pada siklus II pertemuan ke-1 meningkat 5 poin menjadi 85 dan meningkat lagi menjadi 2,5 poin sehingga nilainya mencapai 87,5 pada siklus II pertemuan ke-2 berada dalam ktegori sangat baik.

62.5

80 85 87.5

0 10 20 30 40 50 60 70 80 90 100

Siklus I Siklus II

Pertemuan I Pertemuan II

(19)

291 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB KESIMPULAN

Bedasarkan hasil penelitian, ditemukan bahwa penerapan Teknik mencolet melalui media pilon dapat meningkatkan kemampuan teknik mencolet pada keterampilan batik siswa kelas XII SMALB Tunagrahita ringan SLB Negeri 1 Sleman. Penggunaan media pilon dapat meningkatkan peran aktif dan konsentrasi siswa dalam pembelajaran. Siswa lebih tertarik dan merasa senang dalam mengikuti pembelajaran sehingga materi dengan lancar bisa disampaikan oleh guru serta diikuti dengan baik oleh siswa.

.Peningkatan yang terjadi pada siklus I pertemua 1 memperoleh nilai 62,5 meningkat menjadi nilai 75 pada siklus I pertemuan ke 2, selanjutnya pada Siklus II Pertemuan 1 subyek Aj memperoleh nilai 85 dan meningkat secara signifikan menjadi 92,5 pada Siklus II Pertemuan 2.

(20)

292 | Open Access Journal : https://journal.upy.ac.id/index.php/PLB DAFTAR PUSTAKA

Abimanyu,S. (1999), Penelitian Praktis Untuk Perbaikan Pembelajaran, Jakarta:

Dirjen Dikti Proyek Pendidikan Guru SD

Anwar. 2014 Pendidikan Kecakapan Hidup (Life Skill Education) Bandung Alfabeta.

Kardi, Soeparman da Mohamad Nur. (2000) Pengajaran Langsung. Surabaya : Universitas Negeri Surabaya, University Press

Lisbijanto, Herry. 2013. Batik. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Mumpuniarti. 2003. Ortodidaktik Tunagrahita.Yogyakarta: FIP UNY.

(2007).Pendekatan Pembelajaran bagi Anak HambatanMental.Yogyakarta:Kanwa Publisher OLiunir, Z. 2006. Evaluasi Pelaksanaan Program Pendidikan Keterampilan Kerumahtanggaan dan Kepariwisataan Di Sekolah Menengah Pertama Negeri 3 Lembang.

Artikel, FPTK-UPI

Raka Joni. (1998). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PCP PGSM Dikjen Dikti.

Soedarsono, (1997). Pedoman Pelaksanaan Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta:

Dirjen dikti BP3 GSD Yogyakarta

Sutjihati Somantri, 2006. Psikologi Anak Luar Biasa, Bandung: Refika Aditama.

(2019). Kurikulum Sekolah SLBN 1 Sleman.

Suyanto. (1997). Pedoman Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta : Depdikbud https://www.dekoruma.com/artikel/78138/jenis-pipa-paralon, dikutip tanggal 18 Mei 2019 jam 21.00 WIB.

Referensi

Dokumen terkait

Pembelajaran seni grafis menggunakan proses cetak saring (sablon) dengan teknik block out di SLB ABCD Asyifa adalah sebuah kegiatan penelitian berdasarkan sebuah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan metode mnemonic dengan teknik numeric terhadap peningkatan prestasi belajar matematika materi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN TUTOR SEBAYA (PEER TEACHING) DALAM MATA PELAJARAN GAMBAR TEKNIK UNTUK PENINGKATAN PRESTASI BELAJAR SISWA DI SMKN 1 SUKABUMI.. Universitas

Oleh karena itu, disarankan agar media kartu kata bergambar dapat digunakan sebagai salah satu media pembelajaran di kelas untuk membantu anak meningkatkan kemampuan

sehingga muncullah rumusan masalah dalam penelitian ini, yaitu “ Apakah penggunaan permainan Harta Karun dapat meningkatkan kemampuan prasyarat matematika

Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan kemampuan membaca permulaan menggunakan media flash card pada siswa tunagrahita kategori ringan kelas I Sekolah Dasar

Pencapaian peningkatan ketrampilan motoric halus anak dari hasil observasi sebelum Tindakan, Tindakan siklus I, dan Siklus II disajikan dalam table di bawah ini : Tabel Peningkatan

Intervensi yang diberikan adalah terapi okupasi menyulam pada siswa tunagrahita ringan pada penelitian ini, diharapkan dapat meningkatkan kemampuan motorik halus siswa karena di dalam