Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) dan Asma
Dosen Pengampu :
Fadhiratul Hasnah, M.Kes
EPIDEMIOLOGI
Disusun Oleh
Yulifa Dwi Merlisda
(2213201106)
1. Pengertian PPOK dan Asma
Asma
Asma adalah kelainan inflamasi kronis pada saluran napas yang berhubungan dengan hiperresponsif saluran napas yang menyebabkan episode mengi, sesak napas, sesak dada, dan batuk berulang, terutama pada malam hari atau dini hari. Episode ini biasanya berhubungan dengan penyumbatan aliran udara di dalam paru yang meluas namun bervariasi, yang sering kali dapat disembuhkan baik secara spontan atau dengan pengobatan.
Asma adalah masalah kesehatan global yang serius dengan perkiraan 300 juta orang terkena dampaknya. Orang-orang dari segala usia terkena penyakit ini yang, jika tidak dikendalikan, dapat sangat membatasi kehidupan sehari-hari dan terkadang berakibat fatal. Prevalensi asma meningkat di sebagian besar negara.
Manifestasi klinis asma dapat dikendalikan dengan pengobatan yang tepat. Ketika asma terkontrol, eksaserbasi parah akan jarang terjadi. Spektrum klinis asma sangat bervariasi, tetapi peradangan saluran napas tetap merupakan gambaran yang konsisten
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK)
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) atau Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) adalah suatu penyumbatan menetap pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh emfisema dan bronkitis kronis. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sekolompok penyakit paru menahun yang berlangsung lama dan disertai dengan peningkatan resistensi terhadap aliran udara.
PPOK adalah salah satu penyebab utama morbiditas dan mortalitas kronis di seluruh dunia. PPOK merupakan penyebab kematian terbesar keempat di dunia, dan peningkatan prevalensi dan mortalitasnya dapat diprediksi dalam beberapa dekade mendatang. PPOK adalah penyakit paru dengan beberapa efek luar paru yang signifikan yang dapat berkontribusi terhadap tingkat keparahan pada masing- masing pasien. Keterbatasan aliran udara biasanya bersifat progresif dan berhubungan dengan respon inflamasi abnormal paru terhadap partikel atau gas berbahaya
2. Gejala Asma dan PPOK
Gejala Asma
Gejala asma sering timbul pada waktu malam dan pagi hari. Gejala yang di timbulkan berupa batuk-batuk pada pagi hari, siang hari, dan malam hari, sesak napas/susah bernapas, bunyi saat bernapas (whezzing atau mengi) rasa tertekan di dada, dan gangguan tidur karena batuk atau sesak napas atau susah bernapas. Gejala asma dapat diperburuk oleh keadaan lingkungan, seperti berhadapan dengan bulu binatang, uap kimia, perubahan temperature, debu, obat (aspirin, beta-blocker), olahraga berat, serbuk, infeksi sistem respirasi, asap rokok dan stress.
Gejala asma dapat menjadi lebih buruk dengan terjadinya komplikasi terhadap asma tersebut sehingga bertambahnya gejala terhadap distress pernapasan.
Gejala PPOK
Gejala dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah seperti susah bernapas, kelemahan badan, batuk kronik, nafas berbunyi, mengi atau wheezing dan terbentuknya sputum dalam saluran nafas dalam waktu yang lama. Salah satu gejala yang paling umum dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah sesak nafas atau dyosnea. Pada tahap lanjutan dari Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), dypsnea dapat memburuk bahkan dapat dirasakan ketika penderita sedang istirahat atau tidur.
3. Penyebab Asma dan PPOK
Penyebab Asma
Secara sederhana mekanisme kelainan asma dimulai dari faktor lingkungan yang menyebabkan inflamasi pada saluran pernapasan. Asma disebabkan oleh berbagai faktor lingkungan dan faktor pejamu yang saling berinteraksi.
Faktor pejamu yaitu predisposisi yang mempengaruhi untuk berkembangnya penyakit asma.
Faktor lingkungan yaitu faktor yang menyebabkan eksaserbasi (serangan) asma, seperti alergen, infeksi pernapasan, olahraga, hiperventilasi, perubahan cuaca, makanan, dan aditif (pengawet, penyedap, dan pewarna makanan),polusi udara, obatobatan, asap rokok, ekspresi emosi yang berlebihan dan iritan lainnya.
Penyebab PPOK
Merokok merupakan resiko utama terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK). Sejumlah zat iritan yang ada didalam rokok menstimulasi produksi mukus berlebih, batuk, merusak fungsi silia, menyebabkan inflamasi, serta kerusakan bronkiolus dan dinding alveolus. Faktor resiko lain termasuk polusi udara, perokok pasif, riwayat infeksi saluran nafas saat anak- anak, dan keturunan. Paparan terhadap beberapa polusi industri tempat kerja juga dapat meningkatkan resiko terjadinya Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK).
4. Pengobatan Asma dan PPOK
Pengobatan Asma
Pengobatan asma yang efektif memerlukan kerjasama dan komunikasi yang baik antara penderita asma (atau orang tua/pengasuhnya) dan tenaga kesehatan. Kontrol asma dinilai dalam dua aspek, yaitu kontrol gejala dan kontrol risiko yang tidak diinginkan. Kedua aspek kontrol asma harus diperhitungkan saat memilih pengobatan asma dan meninjau responsnya. Tata laksana farmakologis menggunakan berbagai jenis obat-obatan ataupun non-farmakologis perlu disesuaikan dalam siklus berkelanjutan yang melibatkan penilaian, pengobatan, dan peninjauan oleh tenaga kesehatan yang ahli. Keparahan asma didasarkan pada penilaian retrospektif setelah minimal 2-3 bulan minum obat. Hal ini secara klinis berguna untuk menentukan asma berat, yang relatif refrakter terhadap pengobatan dosis tinggi dan mungkin mendapat manfaat dari pengobatan tambahan seperti terapi biologis.
Pengobatan PPOK
Penatalaksanaan non medis Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) meliputi :
a. Membersihkan sekret bronkus
Kebersihan paru diperlukanan untuk mengurangi resiko infeksi. Cara untuk membersihkan sekret adalah dengan mengeluarkannya, dengan cara :
1) Batuk efektif 2) Fisioterapi dada b. Bronkodilator
Bronkodilator berkerja dengan menurunkan hiperventilasi saat istirahat dan beraktivitas, serta akan memperbaiki toleransi tubuh terhadap aktivitas.
c. Mendorong olahraga
Olahraga tidak memperbaiki fungsi paru, tetapi olahraga dapat memperkuat otot pernafasan.
d. Meningkatkan kesehatan secara umum
Cara lain adalah dengan memperbaiki pola hidup pasien Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK), yaitu dengan menghindari rokok, debu,dan bahan kimia akibat pekerjaan, serta polusi udara.