i Oleh
Heni Aprianingsih NIM.15.1.13.1.070
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM
2017
ii Skripsi
Diajukan kepada Universitas Islam Negeri Mataram untuk melengkapi persyaratan mencapai gelar sarjana Pendidikan Islam
Oleh
Heni Aprianingsih NIM.15.1.13.1.070
JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI MATARAM MATARAM
2017
vii MOTTO
Artinya: “Surulah (manusia) kepada jalan Tuhan-mu dengan hikmah dan pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu dialah yang lebih mengetahui tentang siapa yang tersesat dari jalan-Nya dan dialah yang lebih mengetahui orang-orang yang mendapat petunjuk.”1
1 Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya (Bandung: Semesta al-Qur’an, 2013), h. 224.
viii PERSEMBAHAN
Ku persembahkan skripsi ini kepada:
kepada ayahanda dan ibundaku yang tercinta yang selalu mendo’akan saya setiap sujudnya dan memberi nasehat dan bimbingan selama ini. Atas restu dan rhidonya sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.mungkin kata terimakasih tidak ada bandingan dengan semua jasa yang selama ini kau korbankan untuk sebuah kesuksesan ini. I LOVE YOU MA LABO DAEKU.
Kepada saudaraku yang selalu memberikan dorongan kepada saya selama kesulitan membuat skripsi sehingga saya bisa menyelesaikan skripsi ini.
Kepada teman-teman perkuliahan Kelas B Angkatan 2013 terimakasih banyak yang selalu memberi dorongan dan motivasi kepada saya selama saya menghadapi kesulitan dalam skripsi sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi tersebut.
Terimah kasih banyak juga kepada anak BTN(Nurjan Alidi, Rangga, Badar, linda, Nining, Uni, Ayu),yang selalu mendukung saya selama proses pembuatan skripsi sehingga saya bisa melalui kesulitan selama skripsi.
Almamaterku tercinta dan kampusku UIN Mataram.
ix
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga skripsi sederhana ini dapat terselesaikan yang berjudul Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Pada Siswa Kelas VIII di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016/2017. Shalawat dan salam senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang telah menuntun umat manusia kepada cahaya hidayah Allah (Agama Islam).
Peneliti menyadari bahwa karya tulis ini tidak akan terselesaikan tanpa adanya bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dalam kesempatan ini ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Dr.Syukri,M.Pd, selaku pembimbing I dan Dr.Abdul Fattah, M.FIL.I, selaku pembimbing II yang telah meluangkan waktu memberikan arahan, dan bimbingan sehingga skripsi ini bisa terselesaikan.
2. Dr. H. Mutawali, M.Ag., selak Universitas Islam Negeri Mataram beserta pegawai-pegawai, Bapak dan Ibu Dosen serta segenap civitas akademik.
3. Dr. Hj. Nurul Yakin, M.Pd., Selaku Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Mataram, pembantu Dekan, serta staf-stafnya yang telah banyak memberikan bantuan selama berada di lingkungan UIN
x selama Skripsi penelitian.
Peneliti menyadari bahwa Skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu peneliti sangat mengharapkan saran dan masukan-masukan konstruktif dari berbagai pihak dalam rangka memperbaiki tulisan ini. Semoga Skripsi ini bermanfaat dan tercatat disisi Allah SWT sebagai amal Ibadah. Amin.
Mataram, 29 Mei 2017
Peneliti
xi
HALAMAN JUDUL ... ii
HALAMAN PERSETUJUAN... iii
HALAMAN NOTA DINAS ... iv
HALAMAN PERNYATAAN SKRIPSI ... v
HALAMAN PENGESAHAN ... vi
HALAMAN MOTTO ... vii
HALAMAN PERSEMBAHAN... viii
KATA PENGANTAR ... x
DAFTAR ISI ... xi
DAFTAR TABEL... xv
DAFTAR LAMPIRAN ... xvi
ABSTRAK ... xvii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
xii
D. Ruang Lingkup dan Setting Penelitian ... 8
E. Telaah Pustaka ... 9
F. Kerangka Teoretik ... 11
1. Hakikat Guru ... 11
2. Pembelajaran Akidah Akhlak ... 18
3. Etika Berpakaian ... 22
G. Metode Penelitian ... 28
BAB II PAPARAN DATA DAN TEMUAN ... …40
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 40
1. Sejarah Berdirinya MTs Al- Ikhalashiyah Perampuan ... 40
2. Lokasi MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan ... 41
3. Struktur Organisasi MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan ... 41
4. Keadaan Siswa MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan ... 43
5. Keadaan Sarana dan Prasaraana ... 44
6. Keadaan Guru ... 47
7. Visi dan Misi Madrasah ... 49
xiii
2016/2017 ... 50
1. Ceramah Agama ... 53
2. Memberikan Contoh Etika Berpakaian Yang Baik Pada Anak Didik ... 55
3. Menghafal Al-Qur’an ... 58
C. Etika Berpakaian Siswa di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan ... 59
BAB III PEMBAHASAN ... 67
A. Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakain Pada Siswa Kelas VIII di MTs Al- Ikhlashiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016/2017. ... 67
B. Etika Berpakaian Siswa VIII di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan ... 74
BAB IV PENUTUP ... 78
A. KESIMPULAN ... 78
B. SARAN ... 79
DAFTAR PUSTAKA ... 81 LAMPIRAN-LAMPIRAN
xiv Tabel 2.1
Tabel 2.2 Tabel 2.3 Tabel 2.4
Daftar Nama Siswa MTs AL-Ikhlashiyah Perampuan Labuapi, Kabupaten Lombok Barat,
Sarana dan Prasarana MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Labuapi, Kecamatan Lombok Barat,
Daftar Nama Guru MTs Al- Ikhlashiyah Perampuan Labuapi, Kecamatan Lombok Barat,
Klasifikasi Pelanggaran dan Sangsi Siswa
43 46 48 61
xv
Lampiran 2 : Foto Lokasi Penelitian dan Kegiatan Wawancara
xvi
Heni Aprianingsih NIM: 151.131.070
ABSTRAK
Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Pada Siswa Kelas VIII Tahun Pelajaran 2016/2017. Melihat dari problem pengaruh modern yang banyak berpengaruh terhadap keperibadian siswa sehingga berdampak para ranah pendidikan sehingga para siswa banyak terdapat pakaian yang sempit (kecil) sehingga yang terjadi penampakan lekuk tubuh ini merupakan persoalan yang terjadi di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan pada kelas VIII. Penelitian ini untuk mengetahui sejauhmana peran guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian pada siswa kelas VIII dan mengetahui etika berpakaian siswa kelas VIII MTs Al- Ikhlashiyah Perampuan.
Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif karena hasilnya bentuk deskriptif sesuai dengan judul yang ada. Kehadiran peneliti dilapangan dilakukan dari tanggal 25 April-01 Mei 2017. Dari tanggal 25 April melakukan wawacara dengan L. Didik kemudian tanggal 26 April mewawancarai para siswa dan melakukan observasi, pada tanggal 27 melakukan wawacara dengan kepala sekolah MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan dan pada tanggal 28 April mewawancarai guru akidah akhlak sedangkan pada tanggal 01 Mei melakukan pengambilan data di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan sebagai pedukung hasil penelitian. Untuk memperoleh data-data penelitian digunakan metode pengumpulan data menggunakan metode observasi, wawancara, dokumentasi.Kemudian Analisis data menggunakan analisis induktif agar memudahkan peneliti dalam mencapai hasil penelitian.
Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Pada Siswa Kelas VIII di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan, terdapat dua peran yang dilakukan oleh guru akidah akhlak yaitu Ceramah Agama dan memberikan contoh etika berpakaian secara langsung kemudian diimbangi dengan bimbingan terhadap para siswa dengan dua bentuk kegiatan prioritas dapat menjadi siswa kelas VIII mematuhi aturan. Adapun Etika berpakaian yang diatur sekolah sudah memenuhi kriteria pakaian Islami, karena melihat dari hasil observasi dan wawancara dengan guru akidah akhlak dan beberapa para siswa bahwa etika berpakaian siswa kelas VIII mematuhi aturan etika berpakaian karena para siswa adanya muncul rasa kesadaran tentang pentingnya etika berpakaian.
Kata Kunci: Peran Guru Akidah Akhlak, Membina, Etika Berpakaian Siswa
BAB 1
PENDAHULUAN A. Konteks Penelitian
Pendidikan merupakan suatu peroses yang sangat penting untuk meningkatkan kecerdasa dan keterampilan serta memperkuat keterampilan dan semangat kebangsaan agar dapat membangun diri maupun tanggung jawab atas pembangunan bangsa. Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasinal Bab 1 Pasal 1 Menyatakan Pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat, dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan latihan, yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah sepanjang hayat, untuk mempersiapkan peserta didik agar dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan datang.
Pemerintah selalu mengupayakan meningkatkan pendidikan agar mewujudkan tujuan pendidikan di Indonesia, dengan berbagai macam pembaharuan sistem pendidikan yang telah dilakukan, diantaranya pembaharuan dan penghapusan desentralisasi pendidikan oleh pemerintah.
Menurut Undang-undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Pendidikan Nasional bagian pejelasan yang tertera dibagian umun dinyatakan bahwa:
Pembaharuan sistem pendidikan nasional dilakukan untuk memperbaharui visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional pendidikan nasional mempunyai visi terwujudnya sistem pendidikan sebagai pranatan sosial yang kuat dan berwibawa untuk memperdayakan semua warga negara indonesia berkembang menjadi
manusia yang berkualitas sehingga mampu dan proaktif menjawab tantangan zaman yang selalu berubah.
Dalam meningkatkan sumber daya manusia yang berkualitas diperlukan konsep dibidang pendidikan yang baik karena ini adalah bidang yang sangat penting. Sehingga bidang pendidikan di Indonesia memerlukan perencanaan yang konkret dan baku agar dalam pelaksanaan sistem pendidikan dapat menciptakan sumber daya manusia yang dapat diandalkan dalam dunia kerja apalagi melihat perkembangan persaingan yang sangat ketat di era modern.
Pendidikan adalah suatu proses dalam rangka mempengaruhi siswa agar dapat menyesuaikan diri sebaik mungkin terhadap lingkungannya, dan dengan demikian akan menimbulkan perubahan dalam dirinya yang memungkinkan untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan masyarakat. 1 Dalam arti sederhana “pendidikan sering diartikan sebagai usaha manusia untuk membina kepribadiannya atau perilaku sesuai dengan nilai-nilai di dalam masyarakat dan kebudayaan”.2
Sejalan dengan ilmu pengetahuan dan zaman teknologi (modern), peran guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian pada perserta didik (siswa) tidak dapat di kesampingkan dikarenakan akidah akhlak tidak hanya mengajarkan ilmu pengetahuan akan tetapi mengajarkan bagaimana hubungan manusia dengan Tuhan dan bagaimana berperilaku terhadap sesama manusia yang satu dengan manusia yang lainya termasuk etika
1 Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hal.79.
2 Hasbullah, Dasar-Dasar Ilmu Pendidikan, (Jakarta: Raja Wali Pers, 2009), hal.1.
berpakaian. Keterkaitan dengan peran Guru Akidah Akhlak dalam membina etika berpakaian pada peserta didik sebagaimana dijelaskan bahwa akidah akhlak adalah suatu usaha yang dilakukan secara sistimatis dan pragmatis dalam upaya membantu anak didik agar hidup sesuai dengan ajaran atau norma-norma Agama Islam.
Definisi di atas bahwa Akidah Akhlak peranan yang sangat penting dalam membina manusia menjadi muslim yang sebenarnya, baik dalam lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat luas terutama membina etika berpakaian pada peserta didik yang berada di lingkungan sekolah, sebagaimana lingkungan sekolah memiliki peran yang sangat besar dalam membentuk keperibadia siswa yang sesuai dengan norma-norma Agama Islam.
Untuk meningkatkan etika berpakaian pada peserta didik di lingkungan Sekolah tidak terlepas dari keterkaitan dengan faktor yang mempengaruhinya.
Yaitu Guru sebagai pendidik dan pembimbing, anak didik (siswa) sebagai terdidik, proses pembelajaran, kurikulum dan metode mengajar3. Artiya disini peran guru sangat besar dalam membentuk perilaku pada peserta didik dan harus memberikan contah yang baik pada peseta didik, posisi guru ialah sebagai pendidik siswa agar etika berpakaian dapat terlaksana sesuai ajaran Agama Islam. Etika berpakaian sangat erat kaitanya dengan permasalahan akhlak. Untuk mewujudkan etika berpakaian yang benar harus dibarengi
3 Muktar, Desain Penbelajaran Pendidikan Agama Islam, ( Jakarta : PT. Misaka Galia Aksara, 2003 ) h. 22.
dengan akhlak. MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan salah satu yang menyelenggarakan pendidikan yang berkewajiban untuk membimbing dan mengajarkan peserta didik (siswa) dalam pengetahuan termasuk dalam menerapkan etika berpakaian yang baik sesuai ajaran Agama Islam.
Berdasarkan hasil observasi awal pada hari Sabtu 11 Februari 2017 yang telah dilakukan peneliti di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan kelas VIII, yang berkaitan dengan peran guru Akidah Akhlak dalam membina etika berpakaian siswa, terdapat beberapa siswa dalam penggunaan berpakaian ketika berada dalam lingkungan sekolah, pengaruh zaman modern terhadap etika berpakaian siswa sangat erat, sebab siswa perempuan kelas VIII masih terdapat menggunakan pakaian yang sempit atau kecil sehingga memperlihatkan lekuk tubuh di depan umum. Hal lain yang terjadi bahwa dalam penggunaan rok pada siswi yang sedikit kependekan.4 Guru Akidah Akhlak dalam membina etika berpakaian siswa seperti yang didapatkan ketika melakukan observasi peran guru akidah akhlak ketika berada di dalam kelas selalu memberikan nasehat-nasehat yang baik khusunya terkait etika berpakaian karena secara tidak langsung cara berpakaian mencerminkan kepribadian sesorang, guru akidah akhlak di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan tidak hanya menyampaikan sesuatu yang baik secara lisan dan tulisan tetapi memberikan contoh secara langsung oleh para guru dengan seragam yang baik sehingga tidak bertentangan dari Ajaran Islam dan aturan Madrasah
4 Hasil Observasi, MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan, Hari Sabtu, 11 Februari 2017, Pukul 11.00 Wita di Ruang Guru MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan.
Dengan hasil observasi peran guru akidah akhlak ketika berada di luar kelas pada hari yang sama melihat guru akidah akhlak memperhatikan (mengawasi) para siswa pada saat itu seorang siswa yang bernama Viva Aulina kelas VIII B yang menggunakan pakaian yang terlalu sempit kemudian ibu Uswatun Khasanah selaku guru akidah akhlak menegur dengan nada pelan beliau mengatakan pada Viva Aulina yang mengunakan seragam pramuka “nak tolong tidak lagi gunakan baju sempit itu lagi kerena itu tidak baik” pada saat itu memang Viva Aulina tidak mendapat hukuman dari ibu Uswatun Khasanah dikarenakan itu merupakan kesalahan pertama, peraturan yang berlaku adalah pertama ketika melakukan pelanggaran dalam berpakaian maka hanya mendapat teguran akan tetapi apabila kesalahan itu terulang kedua kalinya maka siswa akan mendapatkan sangsi (hukuman), mengawasi para siswa ketika berada di luar kelas itu sangat penting untuk membina etika berpakaian siswa seperti yang dilakukan oleh guru akidah akhlak MTs Al- Ikhlashiyah Perampuan.5
Di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan kelas VIII terdiri dari dua kelas yaitu kelas A dan B, kelas A terdiri dari 15 siswa jumlah laki-laki 8 siswa dan perempuan dengan jumlah 7 siswa, Sedangkan kelas B terdiri dari 15 siswa jumlah laki-laki 8 siswa dan perempuan 7 siswa. Jadi jumlah keseluruhan siswa kelas VIII 30 siswa.6 Di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan, etika berpakaian siswa yang dijalankan menitik beratkan pada mendidik. Ibu
5Hasil, Observasi, MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan, Hari Rabu 22 Maret 2017, Pukul 10.03 Wita.
6Hasil Observasi, MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan, Hari Rabu, 22 Maret 2017, Pukul 10.03 Wita.
Uswatun Hasanah selaku guru Akidah Akhlak mengemukakan, bahwa “etika berpakaian yang di jalankan di sini tidak lain untuk membentuk anak didik menjadi siswa bertanggung jawab atas kewajiban yang telah dilaksanakan di dalam sekolah termasuk didalamnya yaitu taat dan patuh pada peraturan dan tata tertib Madrasah yang ditetapkan dan sudah diketahui siswa sejak awal masuk”.7
Sehingga berdasarkan permasalahan di atas ini yang menjadikan peneliti tertarik melakukan penelitian tentang peran guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian pada siswa kelas VIII MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016-2017.
B. Fokus Penelitian
Dari judul dan konteks penelitian yang telah ditulis dan dipaparkan di atas, maka penulis dapat mengambil beberapa permasalahan yang akan dituangkan dalam rumusan masalah sebagai berikut:
1. Bagaimanakah Etika Berpakaian siswa MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016-2017?
2. Bagaimanakah Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Pada Siswa MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016-2017?
7 Uswatun Khasanah, Wawancara, MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan, Hari Sabtu, 11 Februari 2017, Pukul 10.30 Wita di Kantor MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan.
C. Tujuan Dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dari penelitian ini sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui peran Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Pada Siswa MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016-2017.
2. Untuk Mengetahui Etika Berpakaian Pada Siswa MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016-2017.
2. Manfaat Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian tersebut di atas, kegunaan penelitian ini dapat dikelompokkan menjadi dua bagian yaitu:
1. Secara Teoretis
a. Diharapkan dapat meningkatkan akhlak atau etika siswa dalam berpakaian dan dapat menambah pengetahuan dalam ilmu akhlak.
b. Diharapkan untuk peneliti berikutnya bisa menjadi sumbangan pemikiran dan tolak ukur kajian untuk meningkatkan mutu pendidikan yang berkaitan dengan efektifitas guru akidah akhlak dalam pelaksanaan pembelajaran.
2. Secara Praktis
a. Diharapkan dapat memberikan masukan atau solusi terhadap permasalahan yang dihadapi oleh guru-guru dalam membina
etika berpakaian pada siswa MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan baik di Madrasah maupun di lingkungan masyarakat serta dijadikan pedoman oleh peneliti sesuai dengan cara atau etika berpakaian masing-masing.
D. Ruang Lingkup Dan Setting Penelitian 1. Ruang Lingkup Penelitian
Ruang lingkup penelitian merupakan salah satu unsur terpenting dalam sebuah penelitian karya ilmiah. Ruang lingkup penelitian dalam penelitian karya ilmiah dimaksudkan untuk memperjelas judul dalam karya ilmiah yang akan ditulis. Jika istilah yang terdapat dalam judul karya ilmiah tersebut masih membutuhkan penjelasan secara utuh sebagai batasan makna agar dapat dipahami oleh pembaca, sekalipun untuk memperjelas cakupan fokus penelitian.
Adapun ruang lingkup penelitian ini yaitu bagaimanakah “Peran Guru Akidah Akhlak Dalam Membina Etika Berpakaian Pada Siswa Kelas VIII dan Bagaimanakah Etika Berpakaian Pada Siswa Kelas VIII di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016-2017.
2. Setting Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Lombok Barat. Alasan mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dilokasi tersebut adalah, pertama: madrasah tersebut adalah madrasah tertua di wilayah tersebut dan cukup terkenal di wilayah tersebut. Kedua, bahwa di madrasah ini sudah menerapkan etika
berpakaian, akan tetapi belum sepenuhnya dilaksanakan, sehingga masih ditemukan siswa-siswi yang kurang memiliki sikap toleransi terhadap sesama, hal ini terbukti dengan terjadinya berbagai pelanggaran- pelanggaran yang siswa-siswi lakukan, baik yang bersifat normatif atau etika, seperti kehadiran di Madrasah tidak tepat waktu, suka bolos, berpakaian tidak seragam, menyontek, berkata kotor, berkelahi dalam kelas ketika proses belajar mengajar dan juga di luar kelas.
E.Telaah Pustaka
Telaah pustaka dilakukan untuk menjelaskan posisi penelitian yang sedang dilaksanakan diantara hasil-hasil penelitian dari buku-buku terdahulu yang bertopik senada. Tujuannya adalah untuk menegaskan kebaruan, orisinalitas, dan urgensi penelitian bagi pengembangan keilmuan terkait.8
Jadi untuk memperoleh gambaran umum dari data tentang peran guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian pada siswa di kelas VIII MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan, ada beberapa skripsi yang meneliti tentang masalah yang sama yaitu pembinaan etika berpakaian sebagai bandingan oleh peneliti.
Berikut ini peneliti akan memaparkan beberapa skripsi yang mengangkat masalah yang sama sebagai bahan perbandingan untuk peneliti. maka peneliti sangat ingin dan tertarik untuk melanjutkan penelitian ini sebagaimana saran- saran penelitian sebelumnya. Adapun perbedaan dan persamaan penelitian ini sebagai berikut:
8 Tim Dosen IAIN Mataram, Pedoman Penulisan Skripsi, (Mataram: Tidak Diterbitkan, 2011), h. 16.
a. Skripsi yang berjudul “Peranan pendidikan Agama Islam dalam membina etika berpakaian muslim siswa di SMA Negeri 1 Gunung Sari Lombok Barat. 2014/2015” Baiq Harni Hastuti. Skripsi yang disusun oleh Baiq Harni Hastuti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, sedangkan penelitian yang sekarang juga menggunakan pendekatan penelitian kualitatif. Kemudian peneliti sebelumnya meneliti guru Pendidikan Agama Islam sekarang meneliti guru Akidah Akhlak. Selanjutnya penelitian sebelumnya dilaksanakan di SMA Negeri 1 Gunung Sari Lombok Barat sedangkan yang sekarang bertempat di MTs Al- Ikhlashiyah Perampuan.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Baiq Harni Hastuti dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang sama-sama meneliti tentang etika berpakaian, kemudian Baiq Harni Hastuti meneliti di SMA Negeri 1 Gunung Sari Lombok Barat dengan peneliti sekarang meneliti di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan.
a. Skripsi yang berjudul “Peran guru Akidah Akhlak dalam membentuk kepribadian siswa di kelas VIII di MTs. Ar-Raisiyah Sekarbela” ditulis oleh Sri Ramdani. Skripsi yang disusun oleh Sri Ramdani dilakukan di MTs Ar-Raisiyah Sekarbela sedangkan sekarang bertempat di MTs Al- Ikhlashiyah Perampuan. Kemudian sebelumnya meneliti guru akidah akhlak sedangkan penelitian sekarang juga meneliti guru akidah akhlak.
Lalu penelitian sebelumnya fokus bagaimana perkembangan, upaya, peranan guru akidah akhlak dalam membentuk kepribadian siswa di MTs
Ar-Raisiyah Sekarbela dan penelitian sekarang juga fokus kepada peran guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian pada siswa MTs Ar-Raisiyah.
b. Penelitian yang dilakukan oleh Sri Ramdani dengan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sekarang sama-sama menggunakan pendekatan penelitian kualitatif, kemudian sama-sama meneliti guru akidah akhlak di MTs.
F.Kerangka Teoretis 1. Hakikat Guru a. Pengertian Guru
Dalam Undang-undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 ayat 1 yang dimaksud dengan guru adalah “pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah”.9 Selanjutnya Undang-undang No.20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 1 ayat 6 yang dimaksud dengan pendidik adalah
“tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widya iswara, tutor, instruktur, fasilitator dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya serta berpartisipasi dalam penyelengaraan pendidikan.10
9 UU No. 14 Tahun 2005, Tentang Guru dan Dosen, (Jakarta: Sinar Grafika, 2014), h. 3.
10 Ibid, h. 2.
Pendidikan di Madrasah bukan hanya ditentukan oleh usaha murid secara individual atau karena interaksi antara guru dan murid dalam proses kegiatan belajar mengajar saja, akan tetapi faktor guru beserta segala aspek kepribadiannya atau etika dan tingkah laku seorang pendidik juga banyak mempengaruhi tingkat kemajuan dan keberhasilan murid dalam belajar.
Guru adalah “salah satu faktor pendidikan yang memiliki peran yang paling strategis, sebab dialah penentu kejadiannya proses belajar mengajar”.11
M. Ali Hasan dan Mukti Ali mengatakan bahwa pengertian guru secara terbatas adalah “sebagai satu sosok individu yang berada didepan kelas, dan dalam arti luar adalah seseorang yang mempunyai tugas dan tanggung jawab untuk mendidik peserta didik dalam mengembangkan etika berpakaian, baik yang berlangsung di Madrasah maupun di luar Madrasah”.12
Islam pun memiliki definisi tersendiri dalam mengartikan seorang pendidik itu sendiri, seperti yang dituliskan oleh Ramayulis sebagai berikut:
Pendidik berarti juga orang dewasa yang bertanggung jawab memberi pertolongan pada peserta didiknya dalam perkembangan jasmani dan rohaninya, agar mencapai tingkat kedewasaan, mampu berdiri sendiri dan memenuhi tingkat kedewasaannya, mampu mandiri dalam memenuhi
11 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam Dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, (Jakarta: Kencana, 2004), h. 75.
12 M. Ali Hasan dan Mukti Ali, Kapita Selekta Pendidikan Agama Islam, (Jakarta:
Pedoman Ilmu Jaya, 2003), h. 81.
tugasnya sebagai hamba dan khalifah Allah SWT dan mampu melakukan tugas sebagai makhluk sosial dan sebagai makhluk individu yang mandiri.13
Jadi dari beberapa definisi mengenai guru yang telah dipaparkan di atas, maka dapat dipahami bahwasannya guru merupakan seseorang yang senantiasa menyampaikan berbagai informasi kepada peserta didik setiap saat tanpa memiliki rasa capek dan bosan dalam rangka mengembangkan potensi-potensi yang ada dalam diri peserta didik. Guru juga selain menyampaikan materi didepan kelas, guru juga punya tanggung jawab untuk mengembangkan perilku dan kepribadian peserta didik. Kemudian istilah lain dari pada kata guru adalah pendidik dan pengajar yang dimana kedua istilah tersebut memiliki makna yang berbeda, akan tetapi meski demikian keduanya tetap tidak bisa dipisahkan antara satu dengan yang lainnya karena seorang guru bukanlah saja hanya tenaga pengajar melainkan juga sebagai pendidik.
Guru merupakan bagian terpenting dalam pendidikan, kita dapat membaca, menulis, berpikir secara jernih dan sistematis itu semua berkat jasa dari para guru yang telah mengajarkan banyak hal. Tanpa guru, pendidikan hanya akan menjadi slogan atau lambang semata karena segala bentuk kebijakan dan program pada akhirnya akan di tentukan oleh kinerja pihak yang berada di garis terdepan, yaitu guru itu sendiri.
13 Ramayulis., Ilmu Pendidikan Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 57.
b. Peran Guru
Di dalam masyarakat, dari yang paling terbelakang sampai yang paling maju, guru memegang peranan penting. “Hampir tanpa kecuali, guru merupakan satu diantara pembentuk-pembentuk utama calon warga masyarakat”.14 Peran guru yang dimaksud di sini adalah berkaitan dengan peran guru dalam membina etika berpakaian pada siswa. seperti membina etika berpakaian dalam proses belajar mengajar, menaati peraturan Madrasah, berinteraksi di dalam kelas, berpakaian seragam tidak berpakaian yang sambrono ketika dalam kelas, kehadiran di sekolah tepat waktu dan tidak suka bolos dan lain-lain. Guru merupakan faktor penentu yang sangat dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan penting baik itu dalam proses pembelajaran maupun di luar pembelajaran.
James W Brown mengemukakan bahwa “peran guru adalah menguasai dan mengembangkan materi pelajaran, merencanakan dan mempersiapkan pelajaran sehari-hari mengontrol dan mengevaluasi kegiatan siswa”.15 Jadi seorang guru tidak hanya berfungsi sebagai pengajar akan tetapi guru juga harus mempersiapkan materi-materi pelajaran yang akan diajarkan kepada siswa sehingga tidak terjadi kekacauan dalam proses belajar mengajar. Tidak hanya persiapan materi saja akan tetapi guru juga harus mengevalusi hasil belajar peserta didik yang telah dilakukan dalam proses belajar mengajar di kelas.
14 W. James Popham dan Eva L. Baker, Teknik Mengajar Secara Sistematis,( Yogyakarta:
CAPS,2012),h.2.
15 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2010.,h.144.
1. Guru sebagai pendidik
Guru adalah pendidik yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik, dan lingkungannya. Oleh karena itu, guru harus memiliki standar kualitas tertentu, yang mencakup tanggung jawab, wibawa, mandiri dan disiplin.16
2. Guru sebagai pengajar
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar peserta didik dipengaruhi oleh berbagai faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor diatas terpenuhi maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan terampil dalam memecahkan masalah.17
3. Guru sebagai pembimbing
Guru dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan, yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya bertanggung jawab atas kelancaran perjalanan itu. Dalam hal ini, istilah perjalanan tidak hanya menyangkut fisik tetapi juga peralanan mental, emosional, kreatifitas, moral dan spiritual yang lebih dalam dan kompleks.18
16 Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2010.,h.148.
17 Ibid, h.148.
18 Ibid, h.148-149.
4. Guru sebagai model dan teladan
Guru merupakan model dan teladan bagi para peserta didik dan semua orang yang menganggap dia sebagai guru. Terdapat kecenderungan yang besar untuk menganggap bahwa peran ini tidak mudah untuk ditentang, apalagi ditolak. Sebagai teladan, tentu saja pribadi dan apa yang dilakukan guru akan mendapat sorotan peserta didik serta orang disekitar lingkungannya yang menganggap atau mengakuinya sebagai guru. Ada beberapa yang harus diperhatikan oleh guru: sikap dasar, bicara dan gaya Pbicara, kebiasaan bekerja, sikap melalui pengalaman dan kesalahan, pakaian, hubungan kemanusiaan, proses perpikir, gaya hidup secara umum.Perilaku guru sangat mempengaruhi, peserta didik, tetapi peserta didik harus berani mengembangkan gaya hidup pribadinya sendiri.19
5. Guru sebagai penasehat
Guru adalah seorang penasehat bagi peserta didik juga bagi orang tua, meskipun mereka tidak memiliki latihan khusus sebagai penasehat dan dalam beberapa hal tidak dapat berharap untuk menasehati orang. Peserta didik senantiasa berhadapan dengan kebutuhan untuk membuat keputusan dan dalam prosesnya akan lari pada gurunya. Agar guru dapat menyadari perannya sebagai orang kepercayaan dan penasihat secara lebih mendalam, ia harus memahami psikologi kepribadian dan ilmu kesehatan mental.20
19Oemar Hamalik, Proses Belajar Mengajar, (Jakarta: PT. Bumi Aksara, 2001), hal.89.
20Ibid, h.90.
c. Tanggung Jawab Guru
Tanggung jawab guru merupakan suatu kondisi wajib menanggung segala sesuatu sebagai akibat dari keputusan yang diambil atau tindakan yang dilakukan (apabila terjadi sesuatu dapat disalahkan).
Orang kadang latah, berani jawab tidak berani nanggung.
Tanggung jawab juga dapat diartikan sebagai suatu kesediaan untuk melaksanakan dengan sebaik-baiknya terhadap tugas-tugas yang diamanatkan kepadanya, dengan kesediaan menerima segala konsekuensinya. Guru adalah pekerja professional yang secara khusus disiapkan untuk mendidik anak-anak yang telah diamanatkan orang tua untuk dapat mendidik anaknya di sekolah. 21
Keberadaan guru sebagai ujung tombak keberhasilan pendidikan peserta didik tidak bisa dipungkiri, sebab guru berhadapan langsung dengan peserta didik di kelas maupun di luar kelas baik dalam konteks pembelajaran maupun kegiatan lain.
Berdasarkan uraian di atas, bahwa tanggung jawab guru sangat erat kaitannya dengan tugas yang dibebankan kepada pundak setiap guru, yang dimana tugas guru adalah selain mendidik juga membimbing peserta didik baik di dalam kelas maupun diluar kelas. Guru adalah contoh dan teladan yang baik untuk peserta didik. Jadi, segala sesuatu yang dilakukan
21Sardiman, Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar (Jakarta: Rajawali Pers, 2010.,h.146.
guru, baik dari cara berbicara, berpakaian, berkomunikasi dan lain sebagainya akan di ikuti oleh peserta didik.
2. Pembelajaran Akidah Akhlak
a. Pengertian Pembelajaran Akidah Akhlak
Untuk memperoleh gambaran serta lebih mudah memahami pengertian pendidikan aqidah akhlak, maka terlebih dahulu peneliti mengemukakan pengertian dari masing-masing kata tersebut.
1) Aqidah
Aqaid ialah jamak dari akidah, yang berarti kepercayaan.Menurut syara’ kepercayaan (aqidah) ialah iman yang kokoh terhadap segala sesuatu.22 Sedangkan menurut bahasa, aqidah berasal dari bahasa arab:
„aqada-ya‟qidu-uqdatan-wa‟aqidatun yang berarti ikatan atau
perjanjian, maksudnya sesuatu yang menjadi tempat hati dan hati nurani terikat kepadanya.23 Adapun menurut sebagian ulama fiqih mendefinisikan aqidah ialah: sesuatu yang diyakini dan dipegang teguh, sukar sekali untuk diubah. Ia beriman berdasarkan dalil-dalil yang sesuai dengan kenyataan, seperti beriman kepada Allah SWT, para Malaikat Allah, Kitab-kitab Allah, Rasul-rasul Allah, adanya kadar baik dan buruk dan adanya hari kiamat.
22 Muhammad Abdul Kadir Ahmad, Metodologi Pengajaran Agama Islam, (Jakarta:
Rineka Cipta, 2008), h. 115.
23 Rosihan Anwar, Aqidah Akhlak, (Bandung: Pustaka Setia, 2008), h. 13.
2) Akhlak
Kata akhlak berasal dari bahasa arab yaitu jamak dari kata
“Khulqun” yang artinya budi pekerti, tingkah laku, atau tabiat. Akhlak
ialah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, terpuji dan tercela, tentang perbuatan dan perkataan manusia secara lahir maupun batin. Akhlak ialah pengetahuan yang memberikan baik buruk, ilmu yang mengatur pergaulan manusia dan menentukan tujuan mereka yang terakhir dari seluruh usaha dan pekerjaan mereka. Adapun pengertian akhlak menurut Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin menyatakan bahwa:
Akhlak ialah daya kekuatan (sifat) yang tertanam dalam jiwa dan mendorong perbuatan-perbuatan spontan tanpa memerlukan pertimbangan pikiran.Sedangkan akhlak berkisar tentang persoalan kebaikan dan kesopanan, tingkah laku yang terpuji serta berbagai persoalan yang timbul dalam kehidupan sehari- hari dan bagaimana seharusnya siswa bertingkah laku.24
Berdasarkan pemaparan di atas, dapat disimpulkan bahwa aqidah merupakan keyakinan atau kepercayaan yang ada dalam diri setiap orang yang dipegang teguh dan diyakini penuh serta sukar untuk dilepas karena sudah dijadikan sebagai ikatan perjanjian. Sedangkan akhlak merupakan tingkah laku atau perbuatan yang dilakukan secara berulang-ulang tanpa melakukan pertimbangan terlebih dahulu dalam kehidupan sehari-hari, yang mencerminkan ciri, sifat dari seseorang sebagai bentuk watak dari kepribadian yang sudah tertanam sejak dulu.
24 Ibid, h. 205-206.
Dalam pelaksanaan pembelajaran pada umumnya terdiri dari guru dan siswa yang kemudian disebut dengan pengajar dan peserta didik. Dengan kata lain pembelajaran itu adalah terjadinya komunikasi efektif antara guru dan siswa.
Secara teknis (berdasarkan kajian ilmu pembelajaran), pembelajaran menurut Joyce dan Weil adalah Kerangka konseptual yang melukiskan prosedur sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar dalam merencanakan dan melaksanakan pembelajaran.25
Menurut Undang-undang No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa “pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”.26
Berdasarkan pengertian tersebut menjadi jelas betapa kompleksnya dimensi pembelajaran, karena pembelajaran mencakup beberapa unsur, yaitu:
1) Ada kerangka konseptual atau desain sebelum pembelajaran dilaksanakan;
2) Ada prosedur yang sistematis yang ditempuh, artinya proses pembelajaran mengikuti urut-urutan tertentu yang bersifat procedural;
3) Ada pengalaman belajar yang diorganisasikan berdasarkan sintaks (sekuens) dan cakupan tertentu, baik sempit maupun luas;
4) Ada tujuan yang dirumuskan secara jelas, baik secara umum maupun secara khusus dalam bentuk standar kompetensi dan kompetensi dasar;
5) Keempat unsur tersebut dijadikan pedoman, terutama bagi pengajar dalam melaksanakan atau mempraktikkan pembelajaran;
25 Guntur Talajan, Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru, (Yogyakarta: LaksBang PRESSindo, 2012), h. 52.
26 UU No 20 Tahun 2003, Sistem Pendidikan Nasional…, h. 3.
6) Ada evaluasi yang menandai atau dijadikan indikator apakah pembelajaran yang dilaksanakan berhasil ataukah tidak berhasil, efisien ataukah boros, memiliki daya tarik ataukah tidak.27
Jadi, pembelajaran dapat dikatakan berhasil dilakukan apabila telah mencakup semua ciri atau karakteristik dalam pembelajaran tersebut. Dari ciri-ciri pembelajaran tersebut memiliki tujuan yaitu dapat membantu siswa memperoleh berbagai pengalaman, dan dari pengalaman itulah perilaku siswa bertambah dimana tingkah laku ini meliputi pengetahuan, keterampilan dan nilai atau norma yang dimana akan menjadi tolak ukur atau pedoman baginya dalam sikap dan perilakunya.
Dari beberapa pengertian pembelajaran yang telah dipaparkan di atas dapat disimpulkan bahwasanya pembelajaran merupakan sebuah proses kegiatan yang terlebih dahulu dirancang atau direncanakan secara sistematis yang kemudian dilaksanakan sesuai dengan yang telah direncakan dengan tujuan tertentu dan orientasinya kepada siswa agar terjadi belajar dalam dirinya serta membuahkan hasil yang maksimal kepada siswa itu sendiri dimana siswa mampu mencapai tujuan yang telah dibuat sebagai indikator keberhasilan pencapaian siswa dalam proses pembelajarannya.
Dari penjelasan di atas bahwa pembelajaran akidah akhlak merupakan kegiatan yang di dalamnya memuat beberapa materi tentang beriman kepada Allah, rasul serta menjalankan perintah dan menjauhi
27 Guntur Talajan, Menumbuhkan Kreativitas dan Prestasi Guru…, h. 52.
larangan-Nya. Dari sini dapat dipahami bahwa pelaksanaan pembelajaran akidah akhlak ini sangat menentukan bagaimana tingkah laku peserta didik kepada sang pencipta, kepada orang yang lebih dewasa serta tingkah laku terhadap sesamanya.
3. Etika Berpakaian
1. Pengertian Etika Berpakaian
Sebelum dijelaskan makna etika berpakaian dalam penelitian ini, terlebih dahulu akan dijelaskan arti dan makna etika itu sendiri. Etika (moral) merupakan salah satu unsur yang membentuk kepribadian seseorang. Etika/moral disebut juga dengan istilah etika yang berasal dari kata “khuluqun” yang artinya “budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at pada diri seseorang.28 Dengan demikian etika/moral dapat dilihat dalam bentuk sikap dan perilaku atau perbuatan seseorang dalam melakukan interaksi baik di lingkungan sekolah maupun lainnya dalam kehidupan sehari-hari.
Adapun definisi yang lain etika adalah memberikan hukuman baik buruk kepada suatu perbuatan yang tujuannya mempengaruhi dan mendorong kehendak agar perbuat baik dan membentuk hidup yang suci dan berbudi pekerti yang luhur dan menghasilkan kebaikan, kesempurnaan serta memberi faedah kepada sesama. 29
28Zahruddin Hasnanuddin, Pengantar Studi Akhlak, (Jakarta : PT. Raja Wali Perss, 2004) hal.11.
29Beni Ahmad , Ilmu Akhlak, (Bandung : CV Pustaka Setia, 2010) hal.26.
Sedangkan menurut iman al-Gazali dalam buku Darajat mengatakan bahwa etika/moral (etika) adalah bentuk batin yang tertanam dalam jiwa seseorang yang mendorong ia berbuat (tingkah laku), dan bukan karena suatu pemikiran atau pertimbangan, dimana batin seseorang ada yang baik dan ada pula yang buruk, ada yang terpuji dan ada yang tercela.30
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa etika atau moral adalah salah satu bentuk cerminan kepribadian seseorang yang ditampilkan dalam bentuk sikap, tingkah laku dan pola pikir yang dilakukan dengan cara sengaja dalam kehidupan sehari-hari. Dengan kata lain seseorang dapat dikatakan baik apabila perbuatan dan tingkah lakunya sesuai dengan ajaran/norma agama dan menghasilkan kebaikan dan manfaat bagi orang lain.
Adapun yang dimaksud dengan pakaian adalah kain yang digunakan untuk menutup aurat.31 Definisi yang dijelaskan bahwa pakaian kain yang lapang dan luas yang dapat digunakan untuk menutup aurat baik laki-laki maupun perempuan.32
Dari paparan di atas dapat dipahami bahwa etika berpakaian adalah suatu bentuk sikap dan perilaku dalam cara berpakaian yang
30 Zakiah Darajat, Metodik Khusus Pengajaran Agama Islam, (Jakarta: Bumi Aksara, 2011), hal. 68.
31Syeekh Nashiruddin Al-Bani, Jilbab Wanita Muslimah, (PT. Medi Hidayah, 2002) hal.
12.
32Mabruri, Identitas Wanita Muslimah-Modis, Elegan Sesuai Syariat, (Majalah Ummi, Jakarta, 2002) hal.28.
ditampilkan oleh seseorang dalam bentuk perbuatan dan menjadi cermin kepribadian yang dimiliki dalam kehidupan sehari-hari.
2. Fungsi Pakaian Dalam Pandangan Islam
Pakaian dalam kehidupan sehari-hari memiliki beberapa fungsi bagi orang yang menggunakannya yaitu:
a) Sebagai Penutup Aurat
Menurut AL-Tsa’libi daam kitabnya yang berjudul fiqh Al- Lughah di jelaskan bahwa aurat (awrah) adalah hiya kullu ma yustahya min kasyifihi fa huwa awrah yaitu segala sesuatu yang memalukan karena terbukanya aurat33. Sedangkan menurut Ibrahim Anis dalam kitabnya AL-Mu‟jam AL-Wash mendefinisikan aurat adalah kullu ma yasturuhu linsamu istinkafan auwhayan yaitu setiap yang ditutup manusia, karena malu melihatnya atau karena malu terlihat.34
b)Sebagai Perhiasan
Fungsi yang kedua ini menunjukkan begitu besar Islam memperhatikan keindahan-keindahan atau estetika merupakan salah satu fitrah diantara fitrah-fitrah lainnya. Kaitannya dengan hal ini dijelaskan:
Setiap manusia senang kepada perhiasan dan keindahan, hanya saja tidak setiap manusia memiliki ketajaman dalam menikmati perhiasan dan keindahan tersebut. Begitu juga dalam hal berpakaian, ada yang hanya memenuhi fungsi yang pertama saja. Yakni yang penting menutup aurat, tetapi ada juga malahan ini yang lebih banyak bahwa berpakaian itu juga
33 Sudarno, Etika Berpakaian Menurut Syari‟at Islam, (LPID, Surakarta, 2005), hal. 10.
34 Ibid, hal 10.
harus serasi antara badan, warna kulit dan bahan pakaiannya, model serta dimana dalam acara apakah pakaian itu dikenakan.35
Dalam AL-Qur’an Allah SWT telah berfirman sebagaimana firman Allah berikut ini:
Artinya: Hai anak Adam, pakailah pakaian yang bersih setiap kali kamu kemasjid (Q.S.Al-A’raaf (7): 31).36
c) Sebagai Perlindungan
Pakaian berfungsi sebagai perlindungan adalah berfungsi untuk melindungi kulit dari sengatan matahari, dinginya cuaca sehingga suhu badan tetap terjaga. Maka pakaian dapat menjaga kesehatan manusia, teidak mudah kena penyakit kulit, iritasi kulit, terjangkit virus dan lain sebagainya. Bahwan dalam peperangan sekalipun, pakaian memiiki fungsi yang sangat penting bagi manusia.37
1. Etika Berpakai Menurut Pandangan Islam
Melihat generasi muda yang masih kurang faham/keliru berkenaan etika berpakaian yang dibenarkan dalam Islam dan dilarang dalam Islam. Islam pun menggariskan beberapa etika berpakaian bagi lelaki dan perempuan. Etika ini memenuhi batas-batas penutupan aurat sebagai seorang muslim. Namun demikian Islam ini cukup mudah sehingga golongan Adam maupun Hawa diberikan kelonggaran dari segi
35 Ibid, hal. 12.
36Aljamil, Al-Qur‟an Tajwid Warna dan Terjemahan Per Kata, ( Bekasi: Cipta Bagus Segara, 20012), hal. 157.
pemakaian, pakailah pakaian apapun yang penting pakaian itu menutup aurat dan menggambarkan seorang muslim. Di antara etikanya ialah :38 Laki-Laki :
a) Pakaian yang digunakan menutup aurat dari pusat sehingga lutut.
b)Pakailah pakaian yang terbaik dan indah mata memandang c) Memakai jeans yang ketat karena hukumnya makruh bagi lelaki d)Dilarang menyerupai pakaian perempuan.
Perempuan :
a) Pakaian yang digunakan menutup aurat yaitu menutup seluruh bentuk badan kecuali pergelangan tangan dan muka.
b)Pakailah pakaian yang indah dan tidak mencolok mata c) Memakai pakaian yang longgar dan tidak menarik perhatian d)Dilarang memakai wangian yang menarik perhatian.39
Berdasarkan beberapa poin di atas dapat disimpulkan bahwa syarat-syarat berpakaian ataupun boleh disebut dengan etika berpakaian dalam Islam. Jikalau di ikuti dengan pandangan ulama’ yang lain maka banyak syaratnya. Namun penulis ingin membedakan secara asas dan umum berkenaan etika berpakaian ini supaya perkara ini dapat diambil perhatian kepada seluruh pelajar Islam.
1. Fungsi dan Tujuan Berpakaian
38 Marwan Ibrahim, Petunjuk Praktis Akhlak Islam,(Jakarta: Lentera, 2003), h. 95.
39 Ibid.
Maksud berpakaian muslim bagi siswa adalah untuk menggambarakan keimanan seseorang dan bertaqwa kepada Allah Subhanahu wata’ala serta taat mengamalkan Agama Islam sekaligus melestarikan pakaian adat.
Fungsi berpakaian Muslim dan Muslimah adalah untuk menjaga kehormatan dan harga diri, sebagai identitas Muslim dan Muslimah, serta untuk menghindari kemungkinan terjadi ancaman dan gangguan dari pihak lain.
Tujuan berpakaian Muslim dan Muslimah adalah :
a) Menbentuk sikap dan perilaku sebagai seorang Muslim dan Muslimah yang baik dan berakhlak mulia.
b)Membiasakan diri bertpakaian Muslim dan Muslimah dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam kehidupan berkeluarga maupun dihadapan masyarakat umum;
c) Menciptakan masyarakat yang mencintai budaya islam dan budaya daerah.
Dengan demikian dapat dipahami bahwa etika berpakaian sangar besar manfaatnya untuk menutup aurat anggota tubuh dalam kehidupan sehari-hari, sebab dengan etika berpakaian yang baik dapat menjadikan seseorang terhindar dari perbuatan-perbuatan yang melanggar norma-norma agama baik di lingkungan keluarga maupun lingkungan masyarakat yang lebih luas.
G. Metode Penelitian
Metode penelitian adalah suatu cara untuk mendapatkan data dalam suatu penulisan, dengan kata lain dapat dikatakan suatu cara yang digunakan untuk memecahkan suatu masalah. Dalam penulisan skripsi ini guna memperoleh data dan informasi yang faktual dan relavan. Metode yang digunakan penulis sebagai sarana dan pedoman adalah sebagai berikut:
1. Pendekatan Penelitian
Penelitian merupakan suatu upaya penyaluran hasrat ingin tahu manusia (human curiosity) dan ingin mencari sebab dari suatu serentetan akibat. Karena, manusia memiliki hasrat ingin tahu, maka kemudian mereka mencoba mengabstraksikan dan membahasakan lewat sebuah penelitian. Hal inilah yang tidak pernah luntur pada manusia pada gilirannya turut mendorong perkembangan ilmu pengetahuan.
Penelitian kualitatif menurut Bondan dan Taylor dalam bukunya Lexy J Moleong mendefinisikan pendekatan kualitatif adalah “prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang diamati”.40
Penelitian kualitatif itu berakar pada latar ilmiah sebagai keutuhan, mengandalkan manusia sebagai alat penelitian, memanfaatkan penelitian kualitatif, mengadakan analisis data secara induktif, mengarah sasaran penelitiannya pada usaha menemukan teori dari dasar, bersifat
40 Lexy J Moleong, Metode Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosda Karya, 2001), hal. 4.
deskriptif, lebih mementingkan proses daripada hasil, membatasi studi dengan fokus, memiliki seperangkat kriteria untuk memeriksa keabsahan data, rancangan penelitiannya bersifat sementara, dan hasil penelitiannya disepakati oleh kedua belah pihak yaitu peneliti dan subyek peneliti.
Dalam melakukan penelitian ini, peneliti menggunakan pendekatan kualitatif, karena data yang akan diperoleh di lapangan lebih banyak bersifat informasi dan keterangan bukan dalam bentuk simbol atau angka. Penelitian ini diupayakan mendasar, mendalam, berorientasi pada proses, serta didasarkan pada asumsi adanya realitas dinamik sehingga peneliti ini menggunakan penelitian rancangan deskriptif. Peneliti menitik beratkan pada kegiatan observasi dimana peneliti bertindak sebagai observer dengan mengamati gejala, perilaku yang timbul tanpa harus memanipulasi variabel yang ada. Data observasi tersebut nantinya akan dianalisis untuk diambil kesimpulan berdasarkan konteks permasalahan yang diteliti. Tujuan dari penelitian Deskriptif ini adalah membuat gambaran secara sistematis, faktual, akurat mengenai fakta-fakta, sifat- sifat, serta hubungan antara fenomena yang diselidiki.
2. Kehadiran Peneliti
Penelitian kualitatif tidak dapat dipisahkan dari pengamatan berperan serta, namun peranan penelitilah yang menentukan skenarionya.
Disini peneliti bertindak aktif tidak hanya mengamati saja tetapi juga menafsirkan data yang diperoleh.
Menurut Lexy J Moleong, “kedudukan peneliti dalam penelitian kualitatif cukup rumit, ia sekaligus perencana, pelaksana, pengumpul data, analisis, penafsir data dan pada akhirnya ia menjadi pelapor hasil penelitiannya”.41
Kehadiran peneliti di lokasi penelitian adalah untuk memperoleh data yang valid, dari beberapa sumber data, seperti Guru-guru, Kepala Sekolah MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan karena itu, peneliti tidak akan melakukan sesuatu yang sekiranya dapat mempengaruhi responden sehingga akan memberikan informasi yang kurang valid. Untuk mendapatkan informasi atau data yang valid dan aktual, maka peneliti mengadakan wawancara dengan pihak-pihak yang bersangkutan seperti Kepala Sekolah, Guru-guru agama (Akidah Akhlak) dan Siswa-siswi MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan.Dalam hal ini peneliti melakukan penelitian sampai memperoleh data yang jelas mengenai permasalahan penelitian.
Dengan demikian maka penelitian dalam hal ini bertindak sebagai instrumen penelitian yang didukung dengan interview terpimpin, yakni dalam melaksanakan interview, pewawancara membawa pedoman interview yang hanya merupakan garis besar tentang hal-hal yang akan ditanyakan.
Dalam proses pelaksanaan penelitian pada tanggal 25 April 2017 peneliti melakukan penelitian pertama mewawancarai L. Didik selaku Waka Keiswaan karena mempunyai keterlibatan membantu guru akidah
41 Ibid, h. 168.
akhlak dalam membinaan etika berpakaian siswa kelas VIII. Pada setelah itu pada tanggal 26 April 2017 peneliti melakukan wawancara terhadap para siswa kelas VIII sambil melakukan observasi kembali. Kemudiaan pada tanggal 27 April 2017 peneliti kembali melakukan penelitian dengan wewawancarai Bapak Sayadi SE selaku kepala sekolah MTs Al- Ikhlashiyah perampuan, peneliti tidak langsung melakukan wawancara dengan guru akidah akhlak karena belum keluarnya surat izin penelitian dari Depertemen Agama yang mempunyai wewenang menerbitkan izin penelitian, akan tetapi kepala sekolah mengizin melakukan wawancara terlebih dahulu sebelum surat izin keluar. Kemudiaan pada hari Jum’at pada tanggal 28 April 2017 surat ijin penelitian dari Depertemen Agama Kabupaten Lombok Barat keluar. Pada hari itu juga peneliti langsung menyerahkan kepada guru akidah akhlak selaku responden inti untuk menentukan hasil dari penelitian ini. Tetapi terlebih dahulu memberikan pemberitahuan kepada Bapak Sayadi SE selaku Kepala Sekolah MTs Al- Ikhlashiyah Perampuan terkait surat izin telah ada. Keterlambatan mewawancarai responden inti itu diakibatkan oleh guru akidah akhlak(Uswatun Khasanah) tidak menerima di wawancarai ketika sebelum surat izin di bawah langsung. Selanjutnya pada hari senin tanggal 01 Mei 2017 peneliti melakukan pengambilan data terkait pendukung dalam penelitian.
Ketika melakukan penelitian maka memiliki waktu tertentu dalam penelitian. Penelitian ini dilakukan selama sebulan. dimana satu minggu
mengurus surat izin di akademik dari 20 April 2017 kemudiam mengambil surat izin di akademik untuk di Kementerian agara RI Kabupaten Lombok Barat pada tanggal 24 April 2017. Sebelum surat izin di terbitkan peneliti melakukan penelitian di lapangan tanpa surat izin karena telah di berikan kebijakan oleh Bapak Sayadi SE selaku kepala sekolah asalkan denga cacatan surat menyusul belakangan, kemudian menyerahkan surat di Kementerian agara RI Kabupaten Lombok Barat pada 26 April 2017.
Dalam melakukan penelitian di lapangan peneliti turun di lapangan selama seminggu mulai dari tanggal 25 April 2017-01 Mei 2017 dan 2 minggu menulis hasil dan menganalisi data-data dari tanggal 03 -17 Mei 2017 agar dapat mencapai hasil yang diinginkan peneliti. Dalam jangka waktu yang tertera di atas cukup efektif untuk menentukan hasil dan jawaban yang ingin dicari dalam penelitian ini karena tujuan dalam penelitian dapat tercapai dalam mengetahui peran guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian pada siswa kelas VIII di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Tahun Pelajaran 2016/2017 dan mengetahui etika berpakaian siswa kelas VIII di MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan tahun pelajaran 2016/2017.
3. Lokasi Penelitian
Adapun lokasi penelitian yang akan dijadikan tempat penelitian adalah di MTs. Al-Ikhlashiyah Perampuan kabupaten Lombok Barat.
Peneliti memilih lokasi ini karena beberapa hal, yaitu: karena di Madrasah ini interaksi yang bangun antara guru dan siswa masih kurang baik ( baik ketika proses belajar mengajar berlangsung maupun di luar proses belajar
mengajar), yaitu tidak adanya kesinambungan antara guru dan siswa sehingga siswa cenderung kurang hormat kepada guru dan tidak patuh terhadap peraturan sekolah, sehingga masih ditemukan berbagai pelanggaran-pelanggaran yang dilakukan siswa. Itulah mengapa peneliti tertarik untuk melakukan penelitian di madrasah tersebut.
4. Sumber Data
Untuk mendapatkan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini harus berhubungan dengan orang-orang yang mengetahui dan terlibat dalam masalah tersebut agar bertujuan Memperoleh data dan informasi yang akurat serta hasilnya yang menyakinkan. Sumber data merupakan sesuatu hal yang penting sekali, sumber data adalah ” subyek darimana data diambil atau diperoleh”.42
Berdasarkan definisi diatas maka sumber data dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Guru Akidah Akhlak Kelas VIII MTs Al- Ikhlashiyah Perampuan.
2. Kepala Sekolah MTs Al- Ikhashiyah Perampuan.
3. Waka Kesiswaan MTs Al- Ikhlashiyah Perampuan.
4. Siswa/Siswi MTs Al-Ikhlashiyah Perampuan Kelas VIII.
Dari keempat sumber data di atas, peneliti lebih banyak mengumpulkan data dari guru akidah akhlak dan siswa yang akan diteliti
42 Suharsimi, Prosedur Penelitian suatu pendekatan Praktik, (Jakarta: Reneka Cipta, 2006), hal.129.
dilapanagan. Sehingga dapat mempermudahkan peneliti dalam mengumpulkan data ketika melakukan penelitian.
5. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data sehubungan dengan penelitian ini, penulis menggunakan metode-metode sebagai berikut :
a. Metode observasi
Observasi adalah “melakukan pengamatan secara langsung terhadap gejala-gejala subjek yang diselidiki, baik itu pengamatan yang dilakukan di dalam situasi sebenarnya maupun situasi buatan yang sengaja diadakan”.43 Observasi ada dua macam: “(1) Observasi partisipatif (langsung) yaitu peneliti terlibat langsung dan mengambil bagian dalam situasi dari orang-orang yang di observasi, (2) Observasi non partisipatif (tidak langsung) yaitu peneliti tidak terlibat langsung dalam situasi yang di observasi, tetapi hanya sebagai penonton”.44
Dari dua jenis data observasi di atas, peneliti mengadopsi jenis yang kedua, yakni observasi non partisipan, yakni peneliti hadir di lokasi penelitian hanya sebatas untuk memperoleh data yang terkait dengan rumusan masalah yang menjadi fokus penelitian.
Teknik observasi non partisipan ini peneliti gunakan untuk mendapatkan data tentang peran guru akidah akhlak dalam membina etika berpakaian siswa, bagaimana etika berpakaian pada siswa.
43 Ahmad Usman, Mari Belajar Meneliti, (Yogyakarta: Indonesia, 2008), h. 283.
44 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D, (Bandung: Alfabeta, 2014), h. 227-228.
Disamping itu, teknik ini peneliti gunakan untuk memperoleh data yang dikumpulkan melalui terapan metode observasi.
b. Metode Interview
Sutrisno Hadi mengatakan bahwa interview dapat dipandang sebagai metode pengumpulan data dengan jalan tanya jawab sepihak yang dikerjakan dengan cara sistematis yang berlandaskan pada tujuan penyelidikan. Pada umumnya dua orang atau lebih hadir secara fisik proses tanya jawab itu, dan masing-masing pihak dapat menggunakan saluran komunikasi secara lancar dan wajar.45
Interview atau wawancara terdiri dari beberapa jenis yaitu
“wawancara terstruktur, wawancara semiterstruktur dan wawancara tak berstruktur”. 46 Jadi dalam penelitian ini, peneliti menggunakan jenis wawancara yang ketiga yakni wawancara tak berstruktur, dimana pertanyaan-pertanyaan yang diajukan secara bebas kepada sumber data atau responden, dan tentunya pertanyaan yang diajukan adalah pertanyaan yang terkait dengan fokus penelitian yang tengah diteliti, data yang dicari dengan menggunakan wawancara tak berstruktur yakni tentang peran guru dalam membina etika berpakaian siswa, bagaimana etika berpakaian siswa di MTs. Al-Ikhlashiyah Perampuan Lombok Barat.
45 Ibid…, h. 19.
46 Ibid..., h. 233.
c.Metode Dokumentasi
Metode dokumentasi adalah tekhnik pengumpulan data dengan melihat sumber-sumber dokumen yang ada kaitannya dengan jenis data yang diperlukan. Metode dokumentasi adalah cara yang efisien untuk melengkapi kekurangan dan kelemahan metode interview dan observasi.
Metode ini digunakan untuk memperoleh data-data tertulis, arsip-arsip dan dokumen-dokumen. Penggunaan metode dokumentasi dalam penelitian ini diharapkan dapat membantu mengumpulkan informasi yang benar-benar akurat, sehingga akan menambah kevalidan hasil penelitian seperti :
1) Sejarah berdirinya madrasah 2) Data guru dan tugasnya 3) Data siswa
4) Struktur Organisasinya 6. Teknik Analisis Data
Setelah melakukan berbagai prosedur atau langkah-langkah dalam pengumpulan data, maka selanjutnya adalah menganalisis data-data yang telah diperoleh dari berbagai cara yang telah digunakan dalam proses pengumpulan data. Analisis dibutuhkan untuk menyusun data yang telah diperoleh secara sistematis sehingga mudah untuk dipahami dan di pertanggungjawabkan.
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, dengan cara mengorganisasikan data ke dalam ketegori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan
sintesa, menyusun ke dalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari, dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupun orang lain.47
Dalam menganalisis data peneliti menggunakan langkah-langkah sebagai berikut:
a.Reduksi Data
Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka perlu dicatat secara teliti dan rinci. Seperti telah dikemukakan, semakin lama peneliti ke lapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui reduksi data. Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan kepada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya. Dengan demikian data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila diperlukan. Reduksi data dapat dibantu dengan peralatan elektronik seperti computer mini, dengan memberikan kode pada aspek-aspek tertentu.48
b.Penyajian data
Setelah data di reduksi, maka langkah selanjutnya adalah pemaparan atau penyajian data. Dalam penelitian kualitatif, pemyajian data bisa dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan, dan sejenisnya. Pemaparan data yang dilakukan dalam penelitian ini berupa teks naratif. Sistematika pemaparan data mengikuti urutan fokus penelitian dan dengan memperhatikan teknik analisis yang dipergunakan.
47 Sugiyono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R & D…, h. 244.
48 Idib., h. 247.