• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Guru Mengembangkan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa C

N/A
N/A
MPM@Widiani Rizki Amanda

Academic year: 2024

Membagikan "Peran Guru Mengembangkan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa C "

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

KANGMAS: Karya Ilmiah Pengabdian Masyarakat, e-ISSN 2722-2004

social service work. It is hoped that KANGMAS can become a media for academics and researchers to publish their social service work and become a reference source for the development of social and humanity.

2722-2004

Peran Guru Mengembangkan Interaksi Sosial Anak Tunagrahita di Sekolah Luar Biasa C

Paulinus Tibo1, Ona Sastri Lumban Tobing2, Yesica Turang Brutu3 STP St. Bonaventura Delitua Medan1,3, STAKat Negeri Pontianak2

paulinustibo@gmail.com1, onasastri@gmail.com2, yesicaturangberutu@gmail.com3

Abstrak

Riset ini bertujuan mengetahui peran guru mengembangkan interaksi sosial anak tunagrahita di Sekolah Luar Biasa C Karya Tulus Tuntungan. Metode pengumpulan data yang digunakan adalah kualitatif, melalui cara observasi, wawancara, dan dokumentasi. Guru Pendidikan Agama Katolik, wakil kepala sekolah, wali kelas, dan siswa berpartisipasi sebagai informan dalam penelitian ini. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa peran guru sebagai demonstran dalam mengembangkan keterampilan interaksi sosial anak penyandang distabilitas dilakukan secara khusus, sebelum melakukan proses pembelajaran, guru menyiapkan rencana proses pembelajaran dan menguasai materi materi. Guru sebagai pengelola kelas mampu mengatur ruang kelas dengan kursi yang dirancang untuk membuat siswa merasa nyaman. Sebagai pemandu dalam proses pembelajaran, guru mengelompokkan siswa dan menugaskan proyek kelompok untuk membina kerja sama di antara mereka. Selain sebagai evaluator, guru memberikan reward sebagai bentuk apresiasi kepada siswa dan untuk meningkatkan minat belajarnya.

Kata Kunci: guru, interaksi sosial dan anak tunagrahita

The Role of Teachers in Developing Social Interactions of Children wits Disabilities in Extraordinary Schools C

Abstract

This research aims to determine the role of teachers in developing the social interaction skills of children disabilities at the Extraordinary School C Karya Tulus Tuntungan. The data collection method used is qualitative, through observation, interviews, and documentation. Catholic Religious Education teachers, vice principals, homeroom teachers, and students participated as informants in the study. The findings of this study show that the role of teachers as demonstrators in developing social interaction skills of children with disabilities is carried out specifically, before carrying out the learning process, teachers prepare a learning process plan and master the material. The teacher as the class manager is able to arrange the classroom with chairs designed to make students feel comfortable. As a guide in the learning process, the teacher groups the students and assigns group projects to foster cooperation between them. Apart from being an evaluator, teachers give rewards as a form of appreciation to students and to increase their interest in learning.

Keywords: teachers, social interactions and children with disabilities

PENDAHULUAN

Pendidikan dapat dikatakan suatu kebutuhan hidup yang harus dipenuhi setiap orang.

Pendidikan menentukan kesiapan individu untuk masa depan, karena pendidikan adalah salah satu penentu utama kesuksesan. Di sana terjadi proses yang mengarah ke masa depan dan mendorong pengembangan sumber daya manusia yang kompeten dan mumpuni (Tibo.et.al, 2022)

Guru merupakan figur penting dalam pendidikan yang dilakukan secara berkesinambungan guna mengembangkan potensi peserta didik. Potensi tersebut dapat dikembangkan dengan keterampilan-keterampilan yang diajarkan guru kepada peserta didik (Mulyasa, 2015). Guru sebagai pendidik dan tenaga profesional memerlukan kompetensi khusus yang diperoleh melalui lembaga pendidikan formal. Guru adalah figur yang memiliki kemampuan lebih untuk membimbing peserta didik terkhusus anak berkebutuhan khusus.

Sebagai pendidik guru mempunyai jasa luar biasa bagi keberhasilan peserta didik selama pelaksanaan pembelajaran di sekolah. Guru mengambil peran untuk menuntun siswanya dalam berkonsentrasi, berkomunikasi dan berpartisipasi aktif di dalam lingkungan belajar dan lingkungan luar sekolah. Kontribusi guru tersebut sangat dibutuhkan bagi anak- anak dengan keterbatasan atau berkebutuhan khusus. Guru perlu membimbing siswanya agar memiliki relasi antara peserta didik dengan lingkungan sekitar (Mardiana, 2016).

(2)

Vol. 3, No. 3,

November 2022, pp. 151-157

e-ISSN:

2722-2004

The Role of Teachers in Developing Social Interactions of Children Wits Disabilities in

Extraordin ary Schools C

Paulinus Tibo, O. S. L. Tobing, Y. T. Brutu

Interaksi sosial adalah hubungan antara individu di mana satu orang dapat mempengaruhi orang lain, menghasilkan hubungan yang saling menguntungkan. Dalam Interaksi sosial terjadi hubungan yang dinamis antara individu dengan sesamanya dan antara individu dengan komunitasnya. Interaksi terjadi ketika dua orang atau kelompok bertemu dan berkomunikasi satu sama lain (Dayakisni, 2011).

Semua kehidupan sosial pasti melakukan interaksi sosial. Tidak mungkin manusia dalam kehidupan bersama tanpa kontak sosial. Tujuan dari kontak sosial adalah untuk membantu orang dan kelompok saling mempengaruhi untuk memecahkan masalah dan bekerja menuju tujuan bersama (Agus, 2012). Manusia terus-menerus berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari. Interaksi sosial erat hubungannya dengan budaya manusia untuk selalu hidup dalam komunitas dengan orang lain dan untuk mencari integrasi dengan lingkungan sosialnya (Walgito, 2013).

Interaksi sosial memainkan peran penting dalam perkembangan anak karena dapat berfungsi sebagai dasar untuk perilaku yang dapat diterima secara sosial. Ketika anak-anak pertama kali memasuki lingkungan sekolah, mereka diperkenalkan dengan sekolah sebagai tempat bagi anak-anak dengan segala kemampuan (Ngalimun, 2017). Anak-anak awalnya tidak saling mengenal satu dengan yang lain kemudian saling mengenal hubungan di sekolah maupun di luar sekolah. Di sekolah, interaksi sosial dapat berbentuk hubungan kerja sama, gotong royong, hubungan yang berujung pada konflik, atau bahkan perselisihan. Namun demikian, tidak semua anak dapat berinteraksi dengan teman sebayanya secara efektif. Hal ini disebabkan oleh fakta bahwa setiap siswa memiliki sejarah yang unik, termasuk perbedaan status sosial ekonomi, agama, dan karakteristik serta kemampuan fisik (Bungin, 2014).

Seorang anak dengan gangguan mental atau tunagrahita memiliki keterbatasan yang berbeda dari anak-anak yang normal biasanya berkembang. Anak-anak dengan tunagrahita mempunyai kecerdasan yang jauh di bawah standar dan kemampuan untuk kreativitas dan juga perilaku sangat terbatas (Wardani, 2019). Hal tersebut juga terlihat dari daya, kekuatan atau kemampuan belajar mereka yang mengalami tunagrahita sangat rendah, mereka lebih banyak belajar meniru dan cenderung menghindar dari kegiatan berpikir serta sulit dalam memusatkan perhatian dan cenderung cepat lupa.

Anak tunagrahita memiliki keterbatasan dalam perkembangan tingkah laku. Hal tersebut terlihat anak kurang mampu melakukan pekerjaan-pekerjaan yang sesuai dengan seusianya. Selain gangguan dalam perkembangan mental dan sosial, anak-anak dengan kondisi tunagrahita mengalami kesulitan mengingat apa yang telah mereka lihat dan dengar, yang mengakibatkan kesulitan bicara atau komunikasi dengan orang lain (Purba Bagus Sunarya et al., 2018).

Anak tunagrahita dalam melakukan interaksi sosial diperlukan pendampingan dan kepedulian yang ekstra untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan, bekerja sama dengan orang lain, dan mengembangkan kesadaran akan lingkungan sekitar (Triyanto & Permatasari, 2016). Anak tunagrahita membutuhkan motivasi dan bantuan untuk mengembangkan pikiran anak agar berkembang senormal anak-anak lainnya.

Penderita tunagrahita ialah mereka yang mengalami keterlatar belakangan mental dan keterbatasan intelektual. Keterbatasan mental anak dapat dilihat dari ketidakmampuan merawat diri dan membutuhkan bantuan dari orang-orang terdekat serta mereka mengalami kekurangan dari aspek intelektual dan tergolong memiliki kemampuan di bawah standar.

Penderita tunagrahita juga mengalami kekurangan dalam membangun relasi sosial, hal itu terlihat dari anak yang kurang mampu berkomunikasi dengan orang lain. Anak-anak tersebut mengalami gagap dalam berbicara atau terkadang tidak jelas dalam menyampaikan sesuatu, mereka juga tidak dapat merawat dirinya sendiri sehingga anggota keluarga yang mengurus segala keperluannya dalam kegiatan sehari-hari.

SLB C adalah salah satu lembaga pendidikan formal bagi anak-anak untuk mengalami pendidikan dan layanan khusus yang diperuntukkan bagi anak-anak penyandang tunagrahita.

Sistem pembelajaran sekolah ini tidak hanya menanamkan pengetahuan, tetapi juga menekankan keterampilan dan kemandirian anak. Interaksi dapat dipengaruhi oleh

(3)

KANGMAS: Karya Ilmiah Pengabdian Masyarakat, e-ISSN 2722-2004

KANGMAS is a journal published by Neolectura, issued three times in one year. KANGMAS is a scientific publication media in the form of conceptual paper and field research related to social service work.

It is hoped that KANGMAS can become a media for academics and researchers to publish their social service work and become a reference source for the development of social and humanity.

Our focus:

Social Service

Our Scope:

Humanities, Education, Management, History, Economics, Linguistics, Literature, Religion, Politics, Sociology, Anthropology, and other social service

works.

bagaimana guru mengajar dan membimbing anak, karena siswa lebih cenderung meniru kata-kata dan tindakan guru. Oleh karena itu, guru harus kompeten dalam mengembangkan keterampilan interaksi sosial anak melalui kegiatan sekolah (Tibo. et al., 2022).

METODE PELAKSANAAN

Penelitian kualitatif ini dilakukan pada kelas VI (enam) di Sekolah Luar Biasa C Karya Tulus Tuntungan. Guru, teman sejawat, dan siswa Katolik yang ditetapkan sebagai informan penelitian ini. wawancara, Observasi, dan dokumentasi digunakan sebagai metode pengumpulan data. Metode analisis data menggunakan reduksi dan display data, metode triangulasi teknik dan sumber (Moleong, 2013).

HASIL DAN PEMBAHASAN

Peran Guru dalam Interaksi Sosial Penyandang Tunagrahita

Peran guru sangat berpengaruh terhadap pelaksanaan pendidikan dan pengajaran.

Guru bertanggung jawab untuk mendorong, membimbing, dan memfasilitasi pembelajaran siswa. Karena guru berperan dalam proses pembelajaran, yang merupakan inti dari keseluruhan proses pendidikan, guru merupakan faktor penentu yang sangat berpengaruh dalam pendidikan (Rusman, 2017). Proses pembelajaran terdiri dari serangkaian tindakan guru dan siswa pada hubungan timbal balik yang terjadi dalam situasi pendidikan untuk mencapai tujuan tertentu, dengan guru memainkan peran ganda dalam proses tersebut.

Mengenai peran dan fungsi guru, ia dipandang sebagai komunikator, teman yang dapat memberikan nasihat, motivator sebagai inspirasi dorongan, pemandu dalam mengembangkan sikap dan perilaku serta nilai-nilai, dan individu yang menguasai materi pelajaran (Lamatenggo, 2016). Guru juga berfungsi sebagai pendidik, guru sebagai mentor, pelatih, penasihat, pembaharu (inovator), model dan panutan, pribadi, peneliti, pendorong kreativitas, pekerja rutin, pembawa, aktor, evaluator, pemelihara, dan sebagai kulminator (Mulyasa, 2015).

Guru juga disebut sebagai faktor penentu dominan dalam pendidikan pada umumnya, karena guru memegang peranan dalam proses pembelajaran:

1. Peran Demonstrator

Peran guru sebagai demonstrator memiliki kelebihan yaitu: (1) Memfasilitasi pemahaman peserta didik tentang perkembangan suatu proses atau pekerjaan objek. (2) Mempermudah guru untuk memberikan berbagai penjelasan kepada siswa. (3) Kesalahan yang dilakukan oleh demonstran dapat diperbaiki melalui pengamatan dan pemberian contoh konkret (Ananda, 2018). Seorang guru mampu dan terampil dalam merumuskan tujuan pendidikan tertentu, memiliki pengetahuan tentang kurikulum, dan berfungsi sebagai sumber belajar yang terampil dalam memberikan informasi kepada kelas. Sebagai seorang guru, kemampuan untuk menerima, memahami, dan menguasai pengetahuan membantu dalam pengembangan siswa. Pendidik mampu memotivasi siswa untuk terus belajar dalam berbagai kesempatan. Seorang guru akan dapat secara efektif memenuhi perannya sebagai guru atau demonstran jika ia memiliki dan mampu menerapkan keterampilan mengajar yang meningkatkan hasil belajar siswa.

2. Peran Pengelola Kelas

Kegiatan guru terdiri dari pengajaran dan manajemen kelas. Kegiatan mengajar dirancang untuk mendorong siswa secara langsung untuk terlibat dalam kegiatan pembelajaran. Pengelolaan kelas yang aktif bertujuan untuk membangun dan memelihara lingkungan sekolah yang kondusif untuk pengajaran dan pembelajaran yang efisien.

Memberikan bimbingan dan membina hubungan antara guru atau mentor dengan siswa (Galih, 2018). Peran guru sebagai pengelola kelas adalah mengelola ruang kelas sebagai lingkungan belajar dan komponen lingkungan sekolah sehingga kegiatan pembelajaran

(4)

Vol. 3, No. 3,

November 2022, pp. 151-157

e-ISSN:

2722-2004

The Role of Teachers in Developing Social Interactions of Children Wits Disabilities in

Extraordin ary Schools C

Paulinus Tibo, O. S. L. Tobing, Y. T. Brutu

diarahkan pada tujuan pendidikan. Tujuan manajemen kelas adalah agar guru memahami situasi dan kondisi kelas, baik di lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar yang memungkinkan siswa untuk mengembangkan keterampilan mereka semaksimal mungkin.

3. Peran sebagai Pemandu atau Pembimbing

Guru Sebagai pemandu, memiliki berbagai hak dan tanggung jawab untuk setiap kegiatan yang direncanakan dan diimplementasikan (Mulyasa, 2015). Istilah pemandu mengacu pada proses pembelajaran seumur hidup yang terjadi baik di dalam maupun di luar kelas. Guru mampu memberikan pelayanan bimbingan yang komprehensif dan akuntabel.

Guru menyadari tugas-tugas yang akan dia lakukan untuk memberikan bimbingan kepada siswa di kelas. Guru berusaha membimbing siswa agar mereka dapat menyelesaikan dan melaksanakan tugas perkembangan mereka, sehingga mereka dapat tumbuh dan berkembang menjadi individu yang mandiri dan produktif. Peserta didik adalah individu yang unik; Setiap pelajar memiliki bakat, minat, dan kemampuan yang unik, dan mereka juga berkembang secara berbeda satu sama lain; Oleh karena itu, guru harus bertindak sebagai pemandu mengingat perbedaan-perbedaan ini. Jadi guru sebagai pembimbing adalah guru yang dituntut untuk mengarahkan atau mengarahkan siswa ke arah sikap yang tepat, dan guru dituntut untuk membantu siswa dalam memecahkan masalahnya sendiri, memahami diri sendiri, dan beradaptasi dengan lingkungannya.

Anak Tunagrahita

Anak tunagrahita adalah anak yang mengalami hambatan dalam perkembangan mental dan intelektualnya yang berpengaruh pada perkembangan kognitif dan adaptifnya, seperti ketidakmampuan untuk berkonsentrasi, emosi yang tidak stabil, preferensi untuk menyendiri dan tenang, kepekaan terhadap cahaya, dan lain-lain. Anak-anak dengan Gangguan Mental, pada umumnya, adalah individu yang kecerdasannya di bawah rata-rata (Yosiani, 2014). Anak-anak dengan gangguan mental, sebagaimana didefinisikan oleh American Association on Mental deficiency, adalah mereka yang fungsi intelektualnya umumnya di bawah rata-rata IQ 84 ke bawah berdasarkan tes individu yang diberikan sebelum usia 18 tahun. Anak-anak dengan tunagrahita berjuang dengan "Perilaku Adaptif"

atau modifikasi perilaku. (Shanty, 2019). mengelompokkan anak-anak tunagrahita sangat penting untuk memudahkan pendidik mengembangkan program dan menyediakan layanan pendidikan. Selain itu, klasifikasi bervariasi berdasarkan disiplin dan pergeseran perspektif mengenai keberadaan gangguan mental. Ada berbagai tingkat gangguan mental di antara anak-anak, termasuk kasus ringan, sedang, berat, dan sangat parah. (Mangunsong, 2011).

Interaksi Sosial Anak Tunagrahita

Interaksi adalah serangkaian perilaku yang terjadi antara dua atau lebih individu, atau antara dua individu yang memiliki respons timbal balik. Interaksi dapat diartikan sebagai mempengaruhi perilaku satu sama lain. Interaksi sosial adalah hubungan antara individu di mana mereka memiliki hubungan timbal balik. Hubungan dapat antara individu dan individu, individu dan kelompok, dan kelompok dengan kelompok. Tanpa kontak dan komunikasi sosial, interaksi sosial tidak akan mungkin terjadi. (Soekanto, 2019). Interaksi dengan orang lain adalah esensi dari keberadaan manusia. Tanpa interaksi sosial, tidak akan ada kehidupan bermasyarakat. Manusia sebagai makhluk sosial, dikenal saling bergantung dan tidak mampu hidup mandiri, sehingga manusia dituntut untuk berinteraksi dengan orang lain secara tepat agar dapat membangun masyarakat yang damai dan harmonis.

Peran Pendidik Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial penderita Tunagrahita Pendidik menjadi Demonstrator

Karena kenyataan bahwa tidak semua materi pembelajaran dapat dipahami oleh siswa, terutama yang memiliki kecerdasan rendah, peran guru sebagai guru demonstran mengharuskan ia selalu menguasai materi atau materi pelajaran yang akan ia ajarkan dan terus mengembangkannya. Untuk pelajaran yang sulit dipahami siswa, guru berusaha membantu mereka dengan mendemonstrasikan materi secara kreatif agar mampu merangsang stimulus peserta didik sehingga tujuan yang diharapkan dapat terpenuhi.

(5)

KANGMAS: Karya Ilmiah Pengabdian Masyarakat, e-ISSN 2722-2004

KANGMAS is a journal published by Neolectura, issued three times in one year. KANGMAS is a scientific publication media in the form of conceptual paper and field research related to social service work.

It is hoped that KANGMAS can become a media for academics and researchers to publish their social service work and become a reference source for the development of social and humanity.

Our focus:

Social Service

Our Scope:

Humanities, Education, Management, History, Economics, Linguistics, Literature, Religion, Politics, Sociology, Anthropology, and other social service

works.

Pendidik yang mengajar di SLB C Karya Tulus Tuntungan melakukan perannya sebagai demonstrator melalui cara memberikan contoh nyata mengenai materi yang diajarkan guru serta membuat contoh-contoh gerakan dan mudah dipahami peserta didik misalnya materi pelajaran mengenai hewan kelinci guru membuat gerakan tentang bagaimana wujud kelinci dan sebagainya sehingga menolong anak atau peserta didik mengerti materi pelajaran yang disampaikan guru kepada mereka.

Pendidik Menjadi Pengelola Kelas

Fungsi administrasi kelas Seorang guru harus mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar, dan pengelolaan kelas merupakan aspek penting dalam lingkungan sekolah yang memerlukan pengorganisasian yang baik. Lingkungan ini diatur dan diawasi untuk mengarahkan kegiatan belajar ke arah tujuan pendidikan. Sebagai bagian dari lingkungan sekolah, guru harus mampu mengelola kelas sebagai lingkungan belajar.

Lingkungan ini diatur dan diawasi untuk mengarahkan kegiatan belajar ke arah tujuan pendidikan. Tujuan administrasi kelas agar guru menyadari situasi dan kondisi kelas baik dalam lingkungan belajar maupun sebagai kelompok belajar, sehingga memungkinkan siswa mengembangkan keterampilannya semaksimal mungkin.

Guru harus mampu menghilangkan berbagai kendala yang menghambat terjadinya interaksi belajar dan guru harus dapat memfasilitasi pembelajaran siswa berdasarkan iklim sosial, emosional, dan intelektual kelas. Guru di SLB C Karya Tulus Tuntungan berperan sebagai pengelola kelas dengan menyiapkan materi pelajaran, menyiapkan sarana dan prasarana, serta menyiapkan media pembelajaran offline dan online seperti foto dan buku dan sebagainya.

Pendidik Menjadi Pembimbing atau Pendamping

Dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakan, guru sebagai pembimbing memiliki sejumlah hak dan kewajiban. Istilah perjalanan mengacu pada proses belajar sepanjang hayat yang terjadi baik di dalam maupun di luar kelas. Guru harus mampu memberikan pelayanan bimbingan yang komprehensif dan akuntabel. Untuk memberikan layanan bimbingan kepada siswa di kelas, guru harus mengetahui tugas yang harus dilakukan. Guru hendaknya berupaya membantu siswa dalam mencapai dan melaksanakan tugas perkembangannya, sehingga dapat tumbuh dan berkembang menjadi pribadi yang mandiri dan produktif. Siswa adalah individu yang unik dengan bakat, minat, dan kemampuan yang berbeda. Selanjutnya, siswa berkembang secara berbeda satu sama lain, dan guru harus bertindak sebagai mentor karena perbedaan ini. Guru di SLB C Karya Tulus Tuntungan berperan sebagai pembimbing dengan mendampingi anak tunagrahita dalam pembelajaran menulis, seperti menulis huruf dan angka, serta mendampingi siswa dalam pembelajaran keterampilan membaca, berhitung, dan membuat.

Pendidik Menjadi Penilai atau Evaluator

Sebagai seorang evaluator, guru memegang peranan penting dalam menentukan hasil belajar. Secara berkala, instruktur harus memantau hasil belajar yang telah dicapai.

Pengumpulan data dan informasi guru yang diperoleh melalui evaluasi pembelajaran akan menjadi dasar untuk menyempurnakan dan menyempurnakan proses belajar mengajar selanjutnya. Guru di SLB C Karya Tulus Tuntungan berperan sebagai evaluator dengan memberikan reward atau hadiah kepada siswa yang terlibat dalam pembelajaran dengan memberikan nilai tambahan dan pujian kepada siswa agar dapat mendorong partisipasi yang lebih besar dalam pembelajaran.

Interaksi Sosial Anak Tunagrahita Di SLB C Kerjasama

Kerjasama adalah jenis proses sosial di mana kegiatan tertentu dilakukan untuk mencapai tujuan bersama dengan saling membantu dan memahami tindakan satu sama lain.

Individu dan kelompok akan berkolaborasi jika mereka memiliki tujuan yang sama.

(6)

Vol. 3, No. 3,

November 2022, pp. 151-157

e-ISSN:

2722-2004

The Role of Teachers in Developing Social Interactions of Children Wits Disabilities in

Extraordin ary Schools C

Paulinus Tibo, O. S. L. Tobing, Y. T. Brutu

Menurut sosiolog, kerjasama adalah bentuk utama dari interaksi sosial dan proses utama.

Kerjasama antara anak tunagrahita terlihat ketika mereka bekerja sama dalam tugas yang diberikan guru, serta ketika mereka membersihkan kelas dan menciptakan keterampilan.

Akomodasi

Akomodasi adalah proses sosial dengan dua makna. Pertama adalah proses sosial yang menunjukkan keadaan keseimbangan (equilibrium) dalam interaksi sosial antar individu dan antar kelompok dalam masyarakat, khususnya yang berkaitan dengan norma dan nilai masyarakat. Kedua adalah proses sosial yang sedang berlangsung. Dimana akomodasi menggambarkan suatu cara untuk menyelesaikan suatu konflik dalam masyarakat, termasuk konflik antar individu, kelompok, dan masyarakat serta konflik dengan norma dan nilai masyarakat tersebut. Proses penyesuaian ini menghasilkan tujuan yang mencapai stabilitas. Penataan dilakukan bila anak tunagrahita terlibat. Bagaimana anak tunagrahita berkolaborasi dengan teman satu kelompoknya untuk menyelesaikan tugas yang diberikan guru selama kerja kelompok?

Kompetisi

Persaingan dapat dipahami sebagai proses sosial individu dan kelompok yang berjuang untuk mendapatkan keuntungan dalam bidang kehidupan yang menjadi fokus perhatian publik dengan menarik perhatian publik atau dengan memperburuk prasangka yang ada, tetapi tanpa menggunakan ancaman atau kekerasan. Persaingan adalah suatu bentuk perjuangan sosial untuk mencapai tujuan dengan cara bersaing dengan pihak lain, tetapi secara damai atau paling tidak tanpa saling menjatuhkan. Ada dua jenis umum kompetisi:

pribadi dan impersonal. Individu atau individu secara langsung bersaing satu sama lain untuk mendapatkan posisi tertentu dalam suatu organisasi. Dalam kompetisi non-personal, persaingan adalah antar kelompok. Persaingan yang sering terjadi antara anak tunagrahita di SLB C Karya Tulus Tuntungan dapat diamati ketika anak tunagrahita berlomba-lomba menjawab pertanyaan guru dan menyelesaikan tugas guru.

Pelanggaran

Kontroversi pada hakikatnya adalah proses sosial antara persaingan dan konflik atau pertikaian. Kontraversi terutama dicirikan oleh tanda-tanda ketidakpastian mengenai seorang individu. Kontraversi, dalam bentuknya yang paling murni, adalah sikap mental yang tersembunyi terhadap orang lain atau terhadap unsur-unsur kelompok tertentu. Sikap tersembunyi ini dapat berkembang menjadi permusuhan, tetapi tidak sampai pada titik konflik atau konfrontasi. Ketika anak-anak tunagrahita berbeda dalam tanggapan terhadap pertanyaan guru, kontradiksi atau inkonsistensi diamati. Untuk mengatasi konflik tersebut, guru akan memberikan kesempatan kepada setiap siswa dan menghargai respon yang diberikan.

Konflik

Konflik adalah ketegangan antar individu atau kelompok yang mengakibatkan terjadinya konflik. Dalam interaksi sosial, pertentangan terhadap individu atau kelompok lain disertai dengan ancaman atau kekerasan merupakan konflik. Hal ini terjadi sebagai akibat dari kemarahan dan kesadaran bahwa mereka memiliki perbedaan dengan pihak lain, seperti karakteristik fisik, emosi, unsur budaya, pola perilaku, prinsip, politik, ideologi, dan kepentingan. Di SLB C Karya Tulus Tuntungan konfliknya tidak signifikan. Konflik sering muncul ketika anak tunagrahita menjadi marah ketika teman sebayanya menolak untuk melaksanakan tugas guru, seperti piket kelas dan sebagainya.

SIMPULAN

Guru Di SLB C Karya Tulus Tuntungan memiliki peran yang sangat baik dalam aspek demonstrator, pengelola kelas, pembimbing dan penilai. Guru sekolah luar biasa

(7)

KANGMAS: Karya Ilmiah Pengabdian Masyarakat, e-ISSN 2722-2004

KANGMAS is a journal published by Neolectura, issued three times in one year. KANGMAS is a scientific publication media in the form of conceptual paper and field research related to social service work.

It is hoped that KANGMAS can become a media for academics and researchers to publish their social service work and become a reference source for the development of social and humanity.

Our focus:

Social Service

Our Scope:

Humanities, Education, Management, History, Economics, Linguistics, Literature, Religion, Politics, Sociology, Anthropology, and other social service

works.

mampu melakukan berbagai strategi dalam mendidik anak berkebutuhan khusus dengan menunjukkan kesabaran, tanggung jawab, setia dan disiplin. Guru sekolah luar biasa membimbing anak berkebutuhan khusus dengan penuh kasih sayang dan mampu memberikan pengaruh terhadap perkembangan peserta didik.

Interaksi sosial anak tunagrahita berkembang dengan baik, hal ini nampak dalam berbagai aktivitas mereka baik dengan sesamanya, guru dan keluarga dalam kehidupan mereka di sekolah selama waktu belajar dan juga dengan anggota keluarga di rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Agus. (2003). Komunikasi Intrapersoanl dan Interpersonal. Kanisius.

Ananda, R. (2018). Profesi Pendidikan dan Tenaga Kependidikan. Lembaga Peduli Pengembangan Pendidikan Indonesia.

Bungin, B. (2006). Sosiologi Komunikasi. Kencana.

Dayakisni, T. (2009). Psikologi Sosial. UMM Pres.

Galih, M. dan A. (2018). Peran Guru Dalam Pengelolaan Kelas. Jurnal Profesi Pendidikan Dasar, Vol 5, No., 20.

Lamatenggo, H. B. U. dan N. (2016). Tugas Guru dalam Pembelajaran. PT Bumi Aksara.

Mangunsong, F. (1998). Psikologi dan Pendidikan Anak Luar Biasa. Lembaga Pengembangan Sarana Pengukuran Dan Pendidikan Psikologi.

Mardiana. (2016). Empati dan Motivasi Kerja Guru Sekolah Luar Biasa. Jurnal Penelitian Dan Pengukuran Psikologi, Vol 5, No.

Moleong, L. J. (2013). Metode Penelitian Kualitatif. PT Remaja Rosdakarya.

Mulyasa. (2015). Menjadi Guru Profesional. PT. Remaja Rosdakarya.

Mulyasa, E. (2002). Kurikulum Berbasis Kompetensi; Konsep, Karakteristik dan Implementasi. PT. Remaja Rosda Karya.

Ngalimun. (2017). Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Praktis. Pustaka Baru Press.

Purba Bagus Sunarya, Irvan, M., & Dewi, D. P. (2018). Kajian Penanganan Terhadap Anak Berkebutuhan Khusus. Jurnal Abadimas Adi Buana, 2(1), 11–19.

https://doi.org/10.36456/abadimas.v2.i1.a1617

Rusman. (2017). Model-Model Pembelajaran Mengembangkan Profesionalisme Guru.

Rajawali.

Shanty, M. (2019). Strategi Belajar Khusus untuk Anak Berkebutuhan Khusus. Relasi Inti Media.

Soekanto, S. (2019). Sosiologi Suatu Pengantar (. PT. RajaGrafindo Persada.

Tibo.et.al. (2022). Dewan Editor. JPPAK, Vol.2 No., 37–50.

Tibo, P., Elpina Padang, M., & Sipayung, R. (2022). Peran Guru dalam Mewujudkan Keterampilan Vokasional Memanfaatkan Barang Bekas secara Kreatif bagi Anak Tunagrahita pada Masa Pandemi Covid-19 di Sekolah Luar Biasa C Karya Tulus.

Jurnal Penelitian Pendidikan Agama Katolik, 2(1), 051–061.

https://doi.org/10.52110/jppak.v2i1.39

Triyanto, T., & Permatasari, D. R. (2016). Pemenuhan Hak Anak Berkebutuhan Khusus Di Sekolah Inklusi. Sekolah Dasar: Kajian Teori Dan Praktik Pendidikan, 25(2), 176–186. https://doi.org/10.17977/um009v25i22016p176

Walgito. (1999). Psikologi Sosial Suatu Pengantar. ANDI.

Wardani, I. G. A. . (2019). Pengantar Pendidikan Anak Berkebutuhan Khusus. Universitas Terbuka.

Yosiani, N. (2014). Relasi Karakteristik Anak Tunagrahita dengan Pola Tata Ruang Belajar Di Sekolah Luar Biasa. E-Journal Graduate Unpar, Vol. 1, No, 112.

Referensi

Dokumen terkait

Peneliti dapat mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan dan peran keluarga terhadap kemampuan merawat diri anak tunagrahita di SLB Lawang serta untuk mengembangkan

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perilaku pencarian informasi pendidik tunagrahita mengenai anak didik di Sekolah Luar Biasa C Sukapura.. Metode yang digunakan

Oleh karena itu hasil penelitian dapat di simpulkan bahwa metode bermain peran dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kemampuan interaksi sosial pada anak kelompok B di

Penelitian ini berjudul ³ Peran Sekolah Luar Biasa Pelita Hati dalam Menangani Anak Tunagrahita di Kota Pekanbaru ´ Masalah pokok penelitian ini adalah bagaimana

Kemudian interaksi sosial asosiatif dalam bentuk kerjasama kooptasi antar peserta didik kelas VIII di Sekolah Luar Biasa Dharma Asih Kota Pontianak menunjukkan bahwa

Sebagian besar gangguan interaksi sosial pada anak autis mengalami gangguan interaksi sosial berat yaitu sebanyak 13 responden(65%), yang di picu oleh kontak sosial yang

Rinanti Resmadewi, 111214153041, Metode Bermain Peran untuk Meningkatkan Kemampuan Interaksi Sosial Siswa Taman Kanak-kanak, Tesis , Magister Profesi Psikologi Mayoring

Strategi Guru dalam Meningkatkan Interaksi Sosial Anak berkebutuhan Khusus di Sekolah Dasar Inklusi Studi Kasus di SD Anak Saleh Malang, Tesis : Malang, UIN Maulana Malik Ibrahim