i
PERAN GURU DALAM MENINGKATKAN MINAT BACA SISWA KELAS IV DI SEKOLAH DASAR NEGERI 2 WAJO KOTA
BAUBAU
HASIL PENELITIAN
OLEH Rosmawati NIM: 032001091
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIAYAH BUTON 2024
ii
HALAMAN PERSETUJUAN
Judul : Peran Guru dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo Kota Baubau.
Nama : Rosmawati NPM : 032001091
Prodi : Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas : Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Telah diperiksa dan di setujui oleh pembimbing untuk di ajukan dan pertahankan dihadapan penguji proposal pada Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Buton.
Disetujui
Pembimbing I Pembimbing II
Azaz Akbar, S.IP,M.IP Kamarudin, S. Pd.,M.Pd
NIDN. 61w21728 NIDN.0923129102 NIDN.0906058702
Mengetahui
Ketua Program Studi pendidikan Guru Sekolah Dasar
Acoci, S.Pd., M.Pd NIDN. 0926038406
iii DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PERSETUJUAN ... ii
DAFRAR ISI... iii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Rumusan Masalah ... 4
C. Tujuan Penelitian ... 4
D. Manfaat Penelitian ... 4
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 6
A. Kajian Pustaka ... 6
B. Kerangka Berpikir ... 20
BAB III METODE PENELITIAN ... 21
A. Tempat dan Waktu Penelitian ... 21
B. Desain Penelitian ... 21
C. Data dan Sumber Data ... 22
D. Instrumen Penelitian ... 24
E. Teknik Pengumpulan data... 24
F. Teknik Uji Validitas ... 29
G. Teknik Analisis Data ... 29
H. Prosedur penelitian ... 31
BAB IV HASIL PENELITIAN ... 33
A. Hasil Penelitian ... 33
B. Pembahasan ... 38
BAB V PENUTUP ... 42
A. Kesimpulan ... 42
B. Saran ... 43
DAFTAR PUSTAKA... 44
LAMPIRAN ... 48
iv DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir ... 20
1
Menurut Undang-undang RI nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Bab 1 ayat 1 (dalam Almira, 2015), menyatakan bahwa
“pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan Proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, penegendalian diri, kepribadian bangsa dan negara”. Pernyataan tersebut menjelaskan bahwa pendidikan dapat tercapai dengan suasana belajar dan proses pembelajaran yang terencana dengan baik sehingga dapat mengembangkan potensi diri peserta didik aktif.
Rohman (dalam Rokmana, dkk),bahwa “Pesatnya kemajuan ilmu pengetahuan menuntut setiap peserta didik memiliki kemampuan baca dan tulis yang lebih dengan tujuan peserta didik agar memiliki wawasan dan pengetahuan yang cukup untuk mengikuti perkembangan zaman pada saat ini. Kemampuan membaca memiliki andil dan merupakan salah satu penentu sukses tidaknya seseorang, hal ini disebabkan karena semua akses informasi dan ilmu pengetahuan yang dimiliki selalu berkaitan dengan kegiatan membaca”.
United Nations Of Cultural Organization (UNESCO) 2012 yang menyebutkan indeks minat baca di indonesia baru mencapai 0,001. Artinya bahwa setiap 1.000 penduduk, hanya satu orang saja yang memiliki minat baca dan menulis. Angka UNDP juga mengejutkan bahwa angka melek huruf orang dewasa
di Indonesia hanya 65,5% saja. Sedangkan Malaysia sudah 86,4%. Kerendahan budaya literasi di Indonesia ini menyebabkan pendidikan di Indonesia tertinggal dari negara-negara lainnya (Anisa, 2016).
Rendahnya minat baca juga di sebabkan oleh beberapa hal diantaranya mahalnya harga buku dan terbatasnya fasilitas perpustakaan. Dampak negatif dari perkembangan teknologi gadget dapat mengurangi kebersamaan dan interaksi serta komunikasi secara langsung antar individu. Peserta didik lebih tertarik untuk bermain game online gadget daripada membaca buku. Hal ini dapat menyebabkan rendahnya minat peserta didik untuk membaca (Pradana, F.A.P. 2020).
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) merupakan suatu usaha yang dilaksanakan secara menyeluruh dan berkesinambungan serta berkelanjutan guna mewujudkan sekolah menjadi organisasi pembelajar yang memiliki warga literat sepanjang hayat dengan melibatkan masyarakat Sadli dan Saadati (dalam Rohim, D.C., dan Rahmawati, S. 2020).
Kegiatan didalam literasi tersebut adalah kegiatan 15 menit membaca buku non pelajaran sebelum waktu belajar di mulai (Syaiful Rohman, 2017). Kegiatan ini dilaksankan untuk menumbuh kembangkan minat membaca dan menulis agar pengetahuan dapat dikuasai secara lebih baik dan lebih mendalam. Materi yang dibaca oleh peserta didik itu berkaitan dengan nilai-nilai islam seperti budi pekerti, berupa kearifan lokal, nasional dan global yang harus diberikan atau diasampaikan sesuai dengan tingkat perkembangan siswa. Hal yang urgen ini seharusnya melibatkan semua pihak yang terkait didalam dunia pendidikan, mulai dari tingkat pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga satuan pendidikan yaitu sekolah.
Melibatkan orang tua siswa dan masyarakat juga menjadi hal yang sangat urgen dalam keberhasilan literasi sekolah (Nurdiyanti, 2010).
Berdasarkan hasil observasi di Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo kota Baubau khususnya kelas IV menunjukkan bahwa, rendahnya minat baca peserta didik, mereka membaca buku atas perintah guru dan jarang mengunjungi perpustakaan, bahkan sebagian peserta didik kurang lancar dalam membaca, sehingga perlu peran dari guru untuk membimbing mereka. Pernyataan ini dikuatkan dengan hasil wawancara peneliti pada tanggal 3 Januari 2024 dengan guru wali kelas Ⅳ yang bernama Ibu R.A menyebutkan bahwa di Sekolah sudah diterapkan gerakan literasi yang berlangsung setiap hari sebelum belajar dilaksanakan selama 15 menit, dalam menerapkan gerakan literasi guru berperan sebagai pembimbing, informan, motivator, fasilitator, serta mediator akan tetapi dari jumlah 26 peserta didik di kelas, 50% siswa kurang antusias membaca buku, 15% siswa hanya membolak- balik halaman buku, bahkan ada 35% siswa yang lebih memilih mengobrol dengan temannya sehingga ketika diberikan pertanyaan terkait isi bacaan mereka tidak mampu menjawab. Siswa kurang mengutamakan aktifitas membaca dalam kesehariannya saat memiliki waktu luang seperti jam kosong, siswa lebih senang bermain bersama teman daripada membaca buku serta belum memiliki inisiatif membaca buku pelajaran atas kemauannya sendiri. Hal tersebut dikarenakan masih ada peran guru yang kurang maksimal dalam penerapannya seperti peran guru sebagai inspirator, organistor dan pengelola kelas.
Berdasarkan uraian diatas peneliti tertarik untuk merumuskan judul “Peran Guru Dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas IV Di Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo Kota Baubau”.
B. Rumusan Masalah
Bagaimanakah Peran Guru dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo Kota Baubau.
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis tentang Peran Guru dalam Meningkatkan Minat Baca siswa kelas Ⅳ Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo Kota Baubau.
D. Manfaat Penelitian
Adapun manfaat yang diharapkan penulis dalam penelitian ini terbagi menjadi dua yakni:
1. Manfaat teoritis, yakni hasil penelitian ini nantinya di harapkan dapat bermanfaat sebagai bahan masukan atau sumbangan pemikiran di dunia Pendidikan guru sekolah dasar khususnya para pendidik dan orang tua tentang peran guru dalam meningkatkan minat baca siswa ditingkat sekolah dasar.
2. Manfaat Praktis
a. Manfaat bagi pendidik
Sebagai bahan acuan bagi para pendidik agar dapat menerapkan budaya literasi dalam meningkatkan minat baca siswa untuk meningkatkan minat baca siswa.
b. Manfaat bagi siswa
Hasil dari penelitian ini diharapkan mampu meningkatkan minat baca serta pemahaman siswa sendiri.
c. Manfaat bagi Lembaga Pendidikan
Dari hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai informasi bagi Lembaga Pendidikan dan dijadikan sebagai bahan masukan dalam pengambilan keputusan dengan mempertimbangkan hal yang perlu dijadikan sebagai peran penting dalam meningkatkan minat baca siswa.
d. Manfaat bagi peneliti
Sebagai tambahan wawasan dan pengalaman bagi peneliti atas peran guru dalam meningkatkan minat baca siswa.
21 1. Peran Guru
Peran adalah sesuatu yang jadi bagian atau memegang pimpinan yang terutama (dalam terjadinya sesuatu hal atau peristiwa). Peran juga dikatakan perilaku atau lembaga yang punya arti penting bagi struktur sosial. Dalam hal ini maka kata peran lebih banyak mengacu pada penyesuaian diri pada suatu proses (Dawam, 2008).
Secara istilah dalam menguraikan tentang pengertian guru banyak dikemukakan oleh bebrapa pendapat tokoh dari sudut pandang pendapatnya. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidik forml, pendidikan dasar dan pendidikan menengah (Harsono 2010).
UU No.14 tahun 2005 tentang guru. Guru ialah seorang pendidik profesional dengan tugas utamanya mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini melalui jalur formal pendidikan dasar dan menengah. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, peran guru juga semakin bertambah. Guru dituntut untuk bisa mengimbangi bahkan harus menguasai perkembangan teknologi yang sudah berkembang saat ini.
Peran guru merupakan peran-peran yang berkaitan dengan tugas-tugas memberi bantuan dan dorongan, tugas-tugas pengawasan dan pembinaan serta tugas-tugas yang berkaitan dengan mendisiplinkan anak itu agar menjadi patuh terhadap aturan-aturan sekolah dan norma hidup dalam keluarga dan masyarakat (Jujhi, J., 2016).
Fungsi dan peran guru merupakan suatu kesatuan yang tidak terpisahkan.
Guru memiliki fungsi dan peran yaitu mendidik, mengajar, membimbing dan melatih. Sama halnya dengan tugas guru, fungsi tersebut memiliki fikus yang berbeda-beda. Mendidik berfokus pada aspek moralitas dan kepribadian peserta didik, membimbing berfokus pada materi ajar dan ilmu pengetahuan, sedangkan melatih berfokus kepada keterampilan hidup (Sopian, 2016).
Berdasarkan paparan diatas, penulis menyimpulkan bahwa seorang guru mengelolah baik pendidikan dilingkungan formal maupun non formal dengan baik dan lancar. Peran seorang guru mendidik dan mengajar. Guru yang profesional guru yang dapat dicontoh oleh anak didiknya, guru dapat memberikan respon yang baik terhadap siswa dalam proses pembelajaran. James B. Brrow dikutip (dalam Akmal Hawi, 2013) berpendapat bahwa “Peran guru dapat memahami pembelajaran dan meluaskan materi pembelajaran, dan mempersiapkan pembelajaran dalam keseharian dengan dengan baik dan tetap mengontrol peserta didik di dalam kelas.
Diantaranya peran yang harus dijalankan seorang guru dalam proses kegiatan belajar mengajar adalah sebagai berikut:
a. Peran guru sebagai pendidik
Tugas guru sebagai pendidik lebih mudahnya ialah mendidik, mengajar, melatih, mengevaluasi dan terus memperbaiki sampai peserta didik pada jenjang sekolah selanjutnya, karena bagaimanapun proses ini harus dilakukan oleh pendidik sebagai bentuk proses kehidupan pendidikan. Sedangkan tugas pendidik menurut Ag.Soejono (dalam Yohana, A.) mengatakan :
a. Wajib menemukan pembawaan yang ada pada anak didik dengan berbagai cara seperti observasi, wawancara, melalui pergaulan, angket dan sebagainya.
b. Berusaha menolong anak didik mengembangkan pembawaan yang baik dan menekan perkembangan pembawaan yang buruk agar tidak berkembang.
c. Memperlihatkan kepada anak didik tugas orang dewasa dengan cara memperkenalkan berbagai bidang keahlian, keterampilan, agar anak didik memilihnya dengan tepat.
d. Mengadakan evaluasi setiap waktu untuk mengetahui apakah perkembangan anak didik berjalan dengan baik
e. Memberikan bimbingan dan penyuluhan tatkala anak didik menemui kesulitan dalam mengembangkan potensinya
b. Peran guru sebagai Pengajar
Sebagai pengajar, guru juga harus bisa membagikan ilmunya kepada peserta didik, guru harus bisa menjelaskan dan menguraikan materi yang diampunya kepada peserta didik dengan cara yang mudah agar siswa bisa mengerti dengan apa yang dijelaskan guru.
Peranan guru sebagai pengajar dan pembimbing dalam kegiatan belajar dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti motivasi, kematangan, hubungan peserta didik dengan guru, kemampuan verbal, tingkat kebebasan, rasa aman dan keterampilan guru dalam berkomunikasi. Jika faktor-faktor diatas dipenuhi, ,maka melalui pembelajaran peserta didik dapat belajar dengan baik. Guru harus berusaha membuat sesuatu menjadi jelas bagi peserta didik dan guru juga harus memiliki keterampilan dalam memecahkan masalah.
c. Peran guru sebagai Motivator
Dalam dunia pendidikan, motivasi memiliki peranan yang sangat penting dalam keberhasilan tujuan pembelajaran dalam proses pembelajaran di sekolah.
Siswa yang memiliki motivasi belajar yang tinggi akan lebih semangat dalam belajar yang nantinya juga akan berdampak pada keberhailan belajar sekaligus meningkatkan prestasi siswa di sekolah. Motivasi merupakan sesuatu yang menjadi pendorong timbulnya suatu tingkah laku/perbuatan. Dalam hubungan ini, baik motivasi intrinsik maupun motivasi ekstrinsik dapat mendorong dan membuat anak rajin untuk belajar membaca.
Peranan guru sebagai motivator sebagaimana yang diungkapkan oleh E.
Mulyasa adalah :
a. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran kepada peserta didik.
b. Guru memberi hadiah ketika siswa berhasil melakukan sesuatu
c. Guru mengadakan kompetisi saat proses pembelajaran agar seluruh siswa bisa semangat untuk belajar.
d. Selain memberikan hadiah, guru juga bisa memberikan hukuman bagi siswa yang melakukan kesalahan agar siswa tersebut tidak mengulanginya lagi.
e. Guru bisa membangkitkan semangat siswa untuk belajar dan memahami materi.
f. Agar siswa lebih semangat dan tidak cepat bosan saat proses pembelajaran, guru harus menggunakan metode pembelajaran yang bervariasi.
g. Sebagai pelengkap dan untuk membantu guru menjelaskan, ,media pembelajaran juga penting digunakan, karena sejatinya media pembelajaran dibuat agar membantu guru menjelaskan materi dan mempermudah pemahaman siswa.
Menurut Djamarah (dalam Dewi, 2017), “sebagai seorang motivator, guru hendaknya bisa mendorong anak didiknya supaya semangat dan aktif dalam belajar.
Dalam hal ini, sebaiknya seorang guru bisa menganalisis segala sesuatu yang menyebabkan siswa malas membaca sehingga bisa menurunkan prestasi belajarnya di sekolah. Peran guru sebagai motivator merupakan peranan penting dalam interaksinya dengan anak didik. Sebab, hal ini berhubungan tentang esensi pekerjaan mendidik dari guru yang memerlukan kemahiran Sosial dan sosialisasi diri. Selain itu, dalam dunia pendidikan, pasti banyak siswa yang merasa malas untuk membaca.
Jadi, dari beberapa pendapat diatas dapat kita simpulkan bahwa guru atau pmotivator adalah orang yang bertanggumg jawab dalam memberikan bimbingan kepada siswa baik secara fisik maupun spiritual.
d. Peran guru sebagai Fasilitator
Sebagai fasilitator, guru hendaknya mampu mengusahakan sumber belajar serta menunjang pencapaian tujuan dan proses belajar mengajar, baik yang berupa narasumber, buku tes, majalah ataupun surat kabar(Arianti, 2019).
Guru bertindak sebagai pendamping belajar para siswanya. Untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator, guru mutlak perlu menyediakan sumber dan media belajar yang cocok dan beragam dalam setiap legiatan pembekajaran, dan tidak menjadikan dirinya sebagai satu-satunya sumber belajar bagi para siswa ( Idrus, 2014).
e. Peran guru sebgai evaluator
Sebagai evcaluator, guru berperan untuk mengumpulkan data atau informasi tentang keberhasilan pembelajaran yang telah dilakukan. Ada dua fungsi dalam memerankannya sebagai evaluator: Pertama, untuk menentukan keberhasilan siswa dalam mencapai tujuan yang telah ditentukan atau menentukan keberhasilan siswa dalam menyerap materi kurikulum. Kedua, untuk menentukan keberhasilan guru dalam melaksanakan seluruh kegiatan yang telah diprogramkan.
Hal penting untuk diperhatikan adalah kemampuan yang harus dikuasai guru sebagai evaluator, yaitu memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis masing masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, realibilitas, daya beda, dan tingkat kesukaran soal. Selain menilai
hasil belajar peserta didik, guru harus pula menilai dirinya sendiri, baik sebagai perencana, pelaksana, maupun nilai program pembelajaran (Magdalena, 2020).
2. Minat Baca
a. Pengertian Minat
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Minat merupakan kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu, gairah dan keinginan. Pengertian minat menurut bahasa (etimoligi) ialah usaha dan kemampuan untuk mempelajari (Learning) dan mencari sesuatu. Secara terminology minat adalah keinginan, kesukaan dan kemauan terhadap sesuatu hal yang diminatinya. Minat dalam bahasa Inggris disebut sebagai “Passion” yang diartikan sebagai kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu sehingga yang bersangkutan memiliki gairah yang kuat untuk mengerjakan sesuatu tersebut.
Secara bahasa minat berarti “kecenderungan hati yang tinggi terhadap sesuatu” minat merupakan sifat yang relatif yangf menetap pada diri seseorang.
Minat besar sekali pengaruhnya terhadap kegiatan seseorang sebab dengan minat ia akan melakukan sesuatu yang diminatinya. Sebaliknya, tanpa minat seseorang tidak mungkun melakukan sesuatu (Mukhlis dan Mirnawati D, 2021).
Menurut Burns dkk dalam bukunya Djali minat adalah faktor utama untuk mengembangkan potensi yang dimiliki siswa berdampak sangat besar kepada aktivitas dalam pembelajaran (Djali, 2013).
Berdasarkan teori diatas penulis dapat menyimpulkan bahwa, minat adalah kecenderungan, keinginan, kemauan dan ketertarikan sesorang terhadap sesuatu yang diminati dan disukainya, Hal ini dikuatkan lagi dengan teori lainnya.
Menurut Tampubolon (dalam Khairani, 2017) minat adalah perpaduan antara keinginan dan kemauan yang dapat dikembangkan jika ada motivasi. Hal ini senada dengan pendapat Hurlock yang mengatakan bahwa minat merupakan sumber motovasi yang mendorong orang untuk melakukan apa yang mereka inginkan.
a). Faktor-faktor yang Mendukung Perkembangan Minat
Asnawati Matondang (2018:26), adapun faktor-faktor yang mendung pengembangan minat adalah sebagai berikut:
1) Faktor Intern
a) Faktor Bawaan (Hereditas), merupakan faktor yang mendukung perkembangan individu dalam minat sebagai totalitas karakteristik individu yang diwariskan orang tua kepada anak dalam segala potensi melalui fisik maupun psikis yang dimiliki individu sebagai pewarisan dari orang tuanya.
b) Faktor Kepribadian, yaitu keadaan psikologis dimana perkembangan potensi anak tergantung pada diri dan emosi anak itu sendiri.
2) Faktor Ekstern
a) Lingkungan, faktor ini merupakan olahan dari berbagai hal untuk mendukung perkembangan minat. Faktor lingkungan terdiri atas beberapa bagian yaitu:
(i) Lingkungan keluarga, merupakan tempat latihan atau belajar dan tempat anak memperoleh pengalaman, karena merupakan lingkungan pertama dan paling penting bagi anak; (ii) Lingkungan sekolah , suatu lingkungan yang mempengaruhi proses belajar mengajar kondusif yang bersifat formal.
Lingkungan ini sangat berpengaruh bagi perkembangan minat karena
dilingkungan ini minat anak dikembangkan secara intensif; dan (iii) Lingkungan sosial, suatu lingkungan yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat. Di lingkungan ini anak akan mengaktualisasikan minatnya kepada masyarakat.
b). Bentuk-bentuk Minat
Ada berbagai bentuk minat yang dijabarkan oleh parah ahli. Menurut Milton dalam Khairani (2017), minat dibagi menjadi dua, yaitu:
1) Minat subjektif : perasaan yang menyatakan bahwa pengalaman-pengalaman tertentu bersifat menyenangkan.
2) Minat objektif : reaksi yang merangsang kegiatan-kegiatan dalam lingkungannya.
Menurut Sansudin dalam khairini (2017), minat jika dilihat dari segi timbulnya terdiri dari dua macam, yaitu :
1) Minat spontan : minat yang timbul dengan sendirinya secara langsung.
2) Minat yang disengaja : minat yang dimiliki karena dibangkitkan atau ditimbulkan.
Menurut Buchori dalam Khairani (2017:192), dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
1) Minat primitif : minat yang bersifat biologis, seperti kebutuhan makan, minum, bergaul dan sebagainya.
2) Minat kulturan/sosial : minat yang diperoleh dari proses belajar. Minat ini dianggap mempunyai nilai yang lebih tinggi daripada primitif.
b. Pengertian Membaca
Membaca menurut Anderson adalah proses penyandaian kembali dan membaca sandi. Pendapat aderson didukung oleh Soedarso yang menyatakan bahwa membaca merupakan proses mengenal kata demi kata, mengejanya, dan membedakannya dengan kata-kata lainnya (Haryadi, 2014).
Pendapat tentang membaca lebih kompleks bahwa membaca merupakan suatu kegiatan atau proses kogitif yang berupaya untuk menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan. Hal ini berarti membaca merupakan proses berpikir untuk memahami isi teks yang dibaca (Dalman, 2017).
Berdasarkan beberapa teori diatas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa membaca adalah suatu kegiatan memahami dan menemukan berbagai informasi yang terdapat dalam tulisan, membaca akan menambah wawasan pengetahuan seseorang. Hal ini diperkuat dengan beberapa teori lainya diantaranya menurut Tarigan (2015), membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan, yang hendak disampaikan penulis melalui media kata-kata/bahasa tulis. Jadi membaca adalahsuatu proses untuk menelusuri makna yang ada dalam tulisan.
a). Tujuan Membaca
Dalam melakukan kegiatan baca, setiap orang pasti memuliki tujuan membaca. Tujuan tersebut tergantung pada kepentingan dan bahan bacaan yang dihadapi. Tujuan membaca menurut para ahli sangat beragam, seperti yang didefinisikan dibawah ini :
Menurut Anderson dalam Dalman (2017), ada tujuh macam tujuan dari kegiatan membaca, diantaranya :
1) Membaca untuk memperolehh fakta dan perincian.
2) Membaca untuk memperoleh ide-ide utama.
3) Membaca untuk mengetahui urutan/susunan struktur karangan.
4) Membaca untuk menyimpulkan.
5) Membaca untuk mengelompokan /mengklasifikasikan.
6) Membaca untuk menilai, mengevaluasi.
7) Membaca untuk memperbandingkan/mempertentangkan.
Sedangkan menurut Nurhadi (2010):14), ada bebarpa macam variasi tujuan membaca, diantaranya :
1) Membaca untuk tujuan studi (telaah ilmiah);
2) Membaca untuk menangkap garis besar bacaan;
3) Membaca untuk menikmati karya sastra;
4) Membaca untuk mengisi waktu luang;
5) Membaca untuk mencari keterangan tentang suatu istilah.
c. Definisi Minat Baca
Menurut teori yang dikembangkan oleh Gambrell (dalam Farida R.) bahwa
“Minat baca merupakan pendekatan komprehensif yang mengidentifikasi faktor- faktor kunci yang mempengaruhi minat baca siswa. Rahim, minat baca merupakan keinginan yang kuat untuk melakukan upaya membaca sesuatu. Bagi yang berminat, kuat membacadinyatakan berkeinginan dengan berusaha dalam memperoleh informasi berupa bahan bacaan dan selanjutnya akan memudahkan
membacanya sendiri”. Sedangkan menurut Herman Wahadania (dalam Herman Wahadiah, 2011), bahwa “minat baca merupakan suatu perhatian yang kuat dan mendalam terhadap kesenangan membaca, sehingga dapat mengarahkan seseorang untuk membaca karena pilihan atau motivasi di luar”.
Menurut Dalman Untuk mengetahui tingkat minat baca pesrta didik dapat dilihat dari: (1) Frekuensi dan kualitas membaca. Kualitas membaca peserta didik dapat ditentukan oleh frekuensi (kekerapan) dan waktu yang dihabiskan peserta didik untuk membaca sehingga peserta didik sering banyak membaca; (2) Kualitas sumber bacaan. Pembaca mencoba membaca berbagai bacaan. Mereka tidak hanya membaca apa yang perllu mereka baca, tetapi juga apa yang yang menurut mereka penting (Dalman, 2013).
Sedangkan menurut Sudarsana dan Bastiano ada 4 aspek yang digunakan untuk mengetahui tingkat minat baca peserta didik, yakni: (1) Kesenangan membaca. Kesenangan merupakan dasar utama yang kuat untuk melakukan suaru aktivitas dengan penuh rasa ikhlas; (2) Kesadaran akan manfaat membaca.
Pengembangan kebiasan membaca sangatlah pentinguntuk meningkatkan kesadaran yang memunculkan paradigma baru, karena dianggap bahwa membaca yang sebelumnya tidak penting untuk menjadi penting; (3) Frekuensi membaca.
Frekuensi membaca ini dapat berarti waktu yang dihabiskan peserta didik dalam membaca dan sering terlibat dalan banyak kegiatan membaca; (4) Kualitas bacaan.
Pembaca mencoba berbagai bacaan. Mereka tidak hanya membaca apa yang perlu peserta didik baca, tapi juga apa yang menurut mereka penting (Sudarsana &
Bastiano, 2010).
a). Faktor-Faktor Minat Baca
Banya faktor yang dapat berpengaruh dalam peningkatan minat baca siswa seperti:
1) Faktor internal adalah faktor yang berasal dari dalam diri siswa, seperti pembawaan, kebiasaan dan ekspresi diri misalnya kurangnya kebiasaan membaca siswa terdiri dari tidak meluangkan waktu untuk membaca, membaca atas perintah orang lain, dan belum memiliki inisiatif sendiri untuk mencari bahan bacaan yang dibutuhkan.
2) Faktor Eksternal adalah faktor yang berasal dari luar diri siswa atau faktor lingkungan baik dari lingkungan keluarga, tetangga maupun lingkungan sekolah.
Dari lingkungan keluarga misalnya, budaya membaca di lingkungan keluarga masih rendah dan orangtua jarang mengajak ke toko buku atau membelikan buku untuk siswa, pengaruh televisi dan teknologi seperti intensitas siswa menonton televisi dan penggunaan handphone untuk bermain games. Dari lingkungan sekolah misalnya, budaya membaca di lingkungan sekolah masih rendah, program literasi belum berjalan maksimal, kurangnya slogan membaca di lingkungan sekolah, mading sekolah jarang diperbaharui dan sekolah belum memiliki tempat khusus membaca selain di perpustakaan.
Minat baca dipengaruhi oleh beberapa hal, menurut Dawson dan Bamman mengemukakan prinsip-prinsip yang mempengaruhi minat baca, diantaranya yaitu:
(1) Peserta didik dapat menemukan kebutuhan dasarnya lewat bahan-bahan bacaan jika topik, isi dari bacaan menarik, pokok persoalan, tingkat kesulitan dan cara penyajiannya sesuai dengan kenyataan individual; (2) Kegiatan dan kebiasaan
membaca dianggap berhasil atau bermanfaat jika siswa memperoleh kepuaan efektif dan dapat memenuhi kebutuhan-kebutuhan dasarnya (rasa aman, status dan kedudukan tertentu); (3) Ketersediaan sarana bukubacaan dalam keluarganya sebagai dorongan terhadap piilihan bahan bacaan (ragam bacaan) dan meningkatkan minat baca; (4) Ketersediaan sarana perpustakaan sekolah yang relative lengkap yang memudahkan peserta didik dapat meminjam buku dan membacanya; (5) Saran-saran teman sebaya yang daopat mendorong munculnya minat baca peserta didik; (6) Pendidikan menyajikan materi dengan menarik dan penggunaan metode yang bervariasi supaya siswa tidak merasa bosan (Gumono, 2016).
3. Literasi
a. Pengertian Literasi
Menurut UNESCO, literasi adalah seperangkat keterampilan nyata, terutama keterampilan dalam membaca yang terlepas dari konteks yang mana ketampilan itu diperoleh serta siapa yang memperolehnya.
Gee (dalam Chairunisa, 2018) yang mengartikan literasi dari sudut pandang kewacanaan menyatakan bahwa literasi adalah “Masteri of , or fluent control over a secondary discourse”. Gee menjelaskan bahwa liteasi adalah suatu keterampilan dari seseorang melalui kegiatan berfikir, membaca, menulis dan berbicara.
Literasi adalah kemampuan mengakses, memahami dan menggunakan suatu dengan tepat melalui kegiatan membaca, menulis, menyimak atau berbicara (Budiharto, Triyono dan Suparman, 2018). Pendapat lain menyatakan wahwa literasi adalah keahlian yang berhubungan dengan kegiatan membaca, menulis dan
berfikir yang berfokus untuk meningkatkan kemampuan memahami informasi secara kritis, kreatif dan inofatif (Budiharto, Triyono dan Suparman, 2018).
Literasi merupakan salah satu upaya yang dilakukan oleh pemerintah indonesia saat ini, selain menggantikan kurikulum yang ada di sekolah. Menurut Muhammad (2016) Gerakan Literasi Sekolah yaitu upaya untuk menciptakan masyarakat yang literat melaui partisipasi publik. Gerakan Literasi Sekolah merupakan suatu kampanye yang membutuhkan dukungan dari semua pihak.
Upaya yang bisa dilakukan bisa berupa membaca dan menulis.
b. Tujuan Literasi
Menurut Rusminati (2018:99) Literasi Bertujuan untuk meningkatkan karakter siswa melalui Program literasi sekolah yang dapat diwujudkan melalui Gerakan Literasi Sekolah agar mereka menjadi warga yang literat seumur hidup.
Menurut Ekowati (2018:11) tujuan Gerakan Literasi Sekolah sebagai berikut:
1) Meningkatkan budaya literasi membaca dan menulis bagi peserta didik di sekolah. Budaya literasi diatas brtujuan supaya peserta didik memiliki minat dalam membaca dan menilis.
2) Meningkatkan minat baca peserta didik dalam lingkungan sekolah yang berliterasi.
3) Menjadikan sekolah sebgai lingkungan yang menyenangkan bagi peserta didik untuk membaca novel, buku cerita dan buku pembelajaran.
4) Menyediakan berbgai macam buku bacaan bagi peserta didik.
Menurut Sadiman (2018:150) tujuan khusus Literasi dijabarkan sebagai berikut:
1) Mengembangkan budaya literasi pada peserta didik.
2) Menjadikan perpustakaan sekolah sebagai fasilitas untuk mendukung Gerakan Literasi Sekolah.
3) Menjadikan sekolah sebagai taman belajar menarik bagi peserta didik.
4) Memperkuat proses pembelajaran dengan menyediakan beragam buku bacaan.
B. Kerangka Berpikir
Sugiyono dalam Denok Sunarsi (2021), mengemukakan bahwa kerangka berpikir merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah didefinisikan sebagai masalah yang penting.
Adapun kerangka berpikir dari penelitian ini sebagai berikut:
Gambar 2.1 Kerangka Berpikir
• Sebagai motivator
• Sebagai Fasilitator
• Sebagai Evaluator
Faktor Internal:
• Pembawaan diri siswa dan ekspresi diri siswa
Faktor Eksternal:
• Lingkungan keluarga dan
• Lingkungan sekolah
Upaya:
Meningkatkan Minat Membaca Siswa di Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo Kota baubau
Peran Guru Dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa Kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo Kota baubau
Minat Baca Siswa
BAB III
METODE PENELITIAN A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo yang berada di Jln. Hos. Cokroaminoto No.7, Wajo, Kecamatan Murhum, Kota Baubau, Provinsi Sulawesi Tenggara. Adapun waktu penelitian dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2024/2025.
B. Desain Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan dengan menggunakan penelitian Deskriptif kualitatif. Penelitian deskriptif kualitatif adalah salah satu dari jenis penelitian yang termasuk dalam jenis penelitian kualitatif. Penelitian deskriptif merupakan strategi penelitian dimana didalamnya peneliti menyelidiki kejadian, fenomena fenomena kehidupan individu-individu dan meminta seseorang atau sekelompok individu untuk menceritakan kehidupan mereka. Informasi ini kemudian diceritakan kembali oleh peneliti dalam kronologi deksriptif (Adhi, dkk., 2019). Karakteristik dari deskriptif sendiri adalah kata-kata, gambar, dan bukan angka-angka seperti penelitian kuantitatif.
Pengertian lain tentang penelitian deskriptif adalah suatu bentuk penelitian yang ditujukan untuk mendeskripsikan fenomena-fenomena yang ada, baik fenomena alamiah maupun fenomena buatan manusia. Fenomena itu bisa berupa bentuk, aktivitas, karakteristik, perubahan, hubungan, kesamaan dan perbedaan antara fenomena yang satu dengan fenomena yang lainnya (Nana & Syaodih Sukmadinata, 2006:72).
Pemilihan jenis penelitian ini disesuaikan dengan tujuan penelitian yaitu untuk mendeskripsikan Peran Guru dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo Kota Baubau. Penelitian ini memberikan gambaran secara menyeluruh tentang apa yang terjadi secara alami.
C. Data dan Sumber Data
Dalam rangka menyempurnakan penelitian ini, peneliti mengumpulkan beragam bentuk data kualitatif, mulai dari wawancara, pengamatan, dan dokumen.
Bersandar dalam satu data saja biasanya tidak cukup untuk mengembangkan pemahaman mendalam ini. Untuk mendapatkan data yang valid, dan obyek terhadap apa yang diteliti, maka dipandang perlu untuk mendapatkan informasi sekaligus karakteristiknya.Serta data yang dikumpulkan, sehingga kualitas dan validitas data yang diperoleh dari informasi benar-benar dapat dijamin.
Berdasarkan sumbernya data dibedakan menjadi dua yaitu : 1. Data Primer
Data primer adalah data yang dibuat oleh peneliti untuk maksud khusus menyelesaikan permasalahan yang sedang ditelitinya. Data dikumpulkan sendiri oleh peneliti langsung melalui wawancara dari sumber pertama atau obyek penelitian yang dilakukan.
Sumber data primer mencakup subjeknya, yaitu guru dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo Kota Baubau. Dan sumber data dalam penelitian ini dipilih secara purposive sampling dilakukan dengan cara mengambil subyek bukan didasarkan atas strata, random atau daerah tapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Suharsimi Arikunto, 2016:183).
Adapun yang menjadi sumber data primer dalam penelitian ini adalah sebagai berikkut:
a. Guru Kelas
Guru wali kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo sebanyak satu guru.
b. Siswa.
Siswa siswi kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo dengan jumlah siswa sebanyak … terdiri dari …laki-laki dan … perempuan
2. Data Sekunder
Data sekunder merupakan data yang dikumpulkan untuk maksud selain menyelesaikan masalah yang sedang diteliti. Data ini dapat ditemukan dengan cepat. Dalam penelitian ini, yang menjadi data sekunder adalah dokumen-dokumen yang berkaitan dengan masalah yang sedang diteliti seperti : dokumen profil Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo Kota Bau-bau. Dokumen yang berkaitan dengan peran guru dalam meningkatkan minat baca siswa kelas IV di sekolah dasar negeri 2 Wajo Kota Baubau dan hasil catatan lapangan yang diperoleh ketika peneliti berada di lokasi penelitian yaitu Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo.
D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk menengetes sejauh mana pengetahuan dan kemampuan siswa, dalam penelitian ini digunakan instrumen penelitian diantaranya:
1. Pedoman wawancara merupakan pernyataan yang disusun sesuai dengan rumusan masalah dan diajukan kepada guru serta siswa kelas lV Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo.
2. Pedoman observasi berupa butir atau garis besar pengamatan yang dilakukan dan digunakan untuk mengetahui rancangan, pelaksanaan upaya yang telah dilakukan, faktor pendukung dan penghambat minat baca siswa.
3. Peran guru dalam meningkatkan minat baca siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo.
4. Pedoman dokumentasi digunakan untuk mendata dan mengumpulkan dokumen serta catatan penting yang berhubungan dengan minat baca di Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam upaya pengumpulan data bagi suatu penelitian diperlukan suatu cara yang dapat menjaring data secara tepat, shingga data-data yang ingin diperoleh tergolong sebagai data-data yang valid dan akurat yang kemudian dapat dipertanggung jawabkan.
Adapun teknik-teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini antara lain : metode observasi, metode wawancara, dan dokumentasi.
1. Metode Observasi
Suharsismi Arikunto, metode observasi adalah studi yang sengaja dan sistematika tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan (Suharsimi Arikunto, 2016).
Sedangkan menurut Winarmo metode observasi adalah teknik pengumpulan data dimana peneliti mengadakan pengamatan secara langsung (tanpa alat) terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti baik pengamatan itu dilakukan dalam situasi sebenarnya maupun dalam situasi yang khusus diadakan.
Pada kenyataan metode observasi dalam pengumpulan data dapat dibagi ke dalam dua teknik yaitu :
a. Teknik observasi secara langsung merupakan teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan secara langsung(tanpa alat) terhadap segala subyek yang diteliti.
b. Teknik observasi tidak langsung merupakan teknik pengumpulan data dimana penyelidik mengadakan pengamatan terhadap gejala-gejala subyek yang diteliti melalui perantaraan sebuah alat (Suharsimi Arikunto, 2016).
Dari kedua teknik tersebut, dalam penelitian ini lebih cenderung menggunakan teknik observasi langsung, karena dengan melakukan observasi secara langsung peneliti akan mendapatkan informasi yang sesuai dengan keadaan yang sebenarnya di lapangan. Sehingga dalam melaksanakan penelitian, peneliti dapat memperoleh data yang lebih valid karena langsung akan mengadakan pengamatan di lokasi penelitian.
Teknik ini dilakukan untuk memperkuat hasil yang didapatkan, sehingga data yang diperoleh nantinya akan sesuai dengan fakta yang terjadi di lapangan.
Dalam melaksanakan observasi di lokasi penelitian, peneliti akan berusaha mengamati obyek penelitian secara mendalam mengenai peran yang dilakukan oleh guru , kemudian kendala yang dihadapi dalam meningkatkan minat baca siswa kelas IV.
2. Metode Wawancara/interview
Suharsismi, metode wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dalam sebuah penelitian dengan jalan mengadakan dialog dengan responden.
Sementara itu dalam buku Burhan bingim mengatakan bahwa wawancara adalah suatu cara mengumpulkan data atau informasi dengan cara langsung bertatap muka dengan informan, untuk mendapatkan gambaran lengkap tentang topik yang diteliti (Suharsimi Arikunto, 2016).
Dialog yang terjadi dalam teknik wawancara ini bisa saja terjadi antara dua orang atau lebih, atau bisa dilakukan baik secara langsung maupun dengan perantara lewat sebuah alat, misalnya lewat telpon, vidio call telecomference dan bertatap muka secara langsung.
Secara garis besar ada dua jenis wawancara dan tekniknya adalah :
a. Wawancara berstruktur yaitu wawancara yang pewancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan. Dalam proses wawancara ini, peneliti terlebih dahulu menyusun pedoman pertanyaan- pertanyaan yang akan diajukan kepada responden
b. Wawancara tidak berstruktur merupakan wawancara yang digunakan untuk menemukan informasi yang bukan baku atau informasi tunggal.
Moleong menjelaskan, dalam wawancara tak berstruktur, responden biasanya terdiri atas mereka yang dipilih saja karena sifat-sifatnya yang khas.
Biasanya mereka memiliki pengetahuan dan mendalami situasi, dan mereka lebih mengetahui informasi yang diperlukan (Melong, 2013).
Dedy Mulyadi (2008), kelebihan dari wawancara tak struktur adalah bersifat luwes, susunan pertanyaannya dan susunan kata-kata dalam setiap pertanyaan dapat diubah pada saat wawancara, disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi saat
wawancara, termasuk karakteristik sosial budaya( agama, suku, gender, usia, tingkat pendidikan dan pekerjaan).
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik wawancara tak struktur dalam proses pengumpulan data. Karena peneliti terlebih dahulu memilih responden atau informasi kunci yaitu guru Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo.
Adapun sumber data yang akan diwawancarai dalam penelitian ini adalah : Guru wali kelas dan Siswa kelas IV. Peneliti akan melaksanakan wawancara dengan beberapa informan yang dipilih mengenai peningkatan minat baca siswa.
3. Metode Dokumentasi
Surachman menjelaskan bahwa metode dokumentasi adalah sebagai laporan tertulis dari suatu peristiwa yang isinya terdiri dari penjelasan dan perkiraan terhadap peristiwa dan ditulis dengan sengaja dan menjelaskan keterangan mengenai peristiwa tersebut.
Dokumentasi digunakan untuk lebih memperkuat data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara, sehingga memungkinkan peneliti dapat menganalisis, memperkuat hasil observasi, dan wawancara dan melakukan pengujian setiap temuan pada latar belakang penelitian.
Dokumentasi dipilih agar dapat memperoleh data langsung dari tempat penelitian seperti peraturan-peraturan, laporan kegiatan, foto-foto, rekaman kegiatan, dan data yang relevan dengan konteks penelitian. Keuntungan dalam penggunaan teknik dokumentasi ini diperlukan untuk : (a) memungkinkan peneliti memperoleh bahasa dan kata-kata tekstual dari partisipan, (b) dapat diakses kapan saja sumber informasi yang tidak terlalu menonjol, (c) menyajikan data yang
berbobot. Data ini biasanya sudah ditulis secara mendalam oleh partisipan, (d) sebagai bukti tertulis, data ini benar-benar dapat menghemat waktu peneliti dalam mentranskip.
Teknik dokumentasi ini digunakan peneliti untuk memperkuat dan meningkatkan keakuratan data yang diperoleh dari hasil observasi dan wawancara.
Sehingga memungkinkan peneliti dapat menafsirkan, memperkuat hasil wawancara dan observasi menguji setiap temuan pada latar penelitian. Peneliti akan mencari dan memilih dokumen-dokumen mengenai obyek penelitian yang berkaitan dengan langkah-langkah yang dilakukan oleh kepala sekolah dan strategi guru dalam meningkatkan minat baca siswa.
F. Teknik Uji Validitas
Teknik yang digunakan dalam menguji kevalidan menggunakan teknik triangulasi. Triangulasi merupakan pengecekan data dari berbagai sumber, dengan berbagai cara dan berbagai waktu. Dengan triangulasi, peneliti akan berusaha menghimpun data tidak hanya dari kelompok dan anggotanya, tetapi juga dari sumber lainnya yang bersangkutan (Rusanto dan Bambang, 2015).
Pada penelitian ini, menggunakan triangolasi metode (wawancara, dokumentasi dan observasi). Dalam penelitian ini, pihak-pihak yang diobservasi dan diwawancarai yaitu guru dan siswa kelas IV yang terlibat langsung di Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo baubau.
Sumber data dokumentasi pada penelitian ini adalah gambar, buku, tulisan dan lain sebagainya, yang ada kaitannya dengan peran guru dalam meningkatkan minat baca siswa kelas Ⅳ Sekolah DasarNegeri 2 Wajo Kota Baubau .
G. Teknik Analisis Data
Setelah proses pengumpulan data dilakukan, proses selanjutnya adalah melakukan analisis data. Analisis atau penafsiran data merupakan proses mencari dan menyusun atau secara sistematis catatan temuan penelitian melalui pengamatan, wawancara dan dokumentasi untuk meningkatkan pemahaman peneliti tentang fokus penelitian yang dikaji dan menjadikan sebagai temuan.
Dalam hal analisis data, peneliti menggunakan data kualitatif yaitu kegiatan menganalisa data berupa bahan yang diperoleh dari hasil penelitian di lapangan kemudian membahas dan menguraikannya dari hal-hal yang bersifat khusus kemudian menarik suatu kesimpulan secara umum.
Menurut Milles dan Hubberman sebagaimana yang dikutip Sugiono, ada tiga langkah dalam menganalisis data antara lain : (1) Reduksi data, (2) Display Data, (3) Verifikasi Data.
1. Reduksi Data
Mereduksi data berarti merangkum, memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan pokoknya. Dengan demikian, data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas, dan mempermudah peneliti melakukan pengumpulan data selanjutnya dan mencarinya jika diperlukan. Dalam mereduksi data peneliti akandipandu oleh tujuan yang akan dicapai. Tujuan utama penelitian kualitatif adalah pada temuan.
2. Penyajian Data ( Display)
Setelah data direduksi, maka langkah selanjutnya yang akan dilakukan adalah mendisplay data. Dalam penelitian kualitatif, penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan hubungan antar kategori, dan sejenisnya.
Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami tersebut. Selanjutnya dalam melakukan display data peneliti menggunakan teks yang naratif.
3. Verifikasi
Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Kesimpulan awal yang ditemukan masih bersifat sementara, dan akan berubah jika tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya.
Tetapi, apabila kesimpulan yang ditemukan yang dikemukakan pada tahap awal, didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat peneliti kembali ke lapangan mengumpulkan data, maka kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel.
Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian kualitatif mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, mungkin juga tidak karena seperti yang telah dikemukakan bahwa masalah dalam kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
4. Penarikan Kesimpulaan
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan berdasarkan temuan dan melakukan verivikasi data. Proses untuk mendapatkan bukti-bukti yang mendukung tahapa pengumpulan data inilah yang dikenal dengan verivikasi data. Penulis menyusun secara sestematis data yang sudah disajikan lalu berusaha menarik kesimpulan dari data tersebut sesuai dengan fokus penelitian.
H. Prosedur Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan beberapa tahapan penelitian yang ada, yang diuraikan sebagai berikut:
1. Tahapan Pralapangan
Pada tahapan ini, penulis melakukan berbagai hal sebelum terjun kelapangan guna memperlancar kegiatan lapangan diantaranya: pengajuan judul, menentukan fokus penelitian, penentuan lokasi penelitian, mengurus perizinan berkaitan dengan instansi yang akan digunakan sebagai objek penelitian, melihat keadaan lapangan, menentukan narasumber atau informan, persiapan perlengkapan penelitian dan etika penelitian.
2. Tahapan kegiatan lapangan, yaitu meliputi:
a) Memahami latar penelitian dan persiapan diri
Sebelum benar-benar masuk dan terjun lapangan alangkah baiknya seorang peneliti memahami latar penelitian dan mempersiapkan dirinya untuk terjun lapangan. Dalam hal ini, peneliti sebaiknya lebih banyak berinteraksi dengan para informan atau narasumber dengan jalan wawancara atau hanya bersikap netral terhadap situasi yang terjadi dilapangan.
b) Terjun lapangan
Tidak hanya masuk dan terjun lapangan saja, akan tetapi seseorang peneliti juga harus membaur dengan lingkungan sekitar yang sedang ia telliti.
c) Berperan serta mengumpulkan data
Ketika peneliti mengumpulkan data, peneliti juga harus membuat catatan lapangan sewaktu mengadakan observasi, wawancara dan menyaksikan kejadian tertentu.
3. Tahapan analisis data
Pada tahapan ini, peneliti melakukan berbagai kegiatan yakni penganalisaan yang diperoleh dari proses wawancara, observasi maupun dokumentasi dari lapangan serta pemberian makna.
4. Tahapan penulisan laporan
Pada tahapan ini peneliti melakukan kegiatan menyusun hasil penelitian, konsultasi hasil penelitian kepada dosen pembimbing dan perbaikan hasil penulisan.
42 A. Hasil Penelitian
1. Peran Guru
Deksprisi data membahas tentang peneliti dalam mengumpulkan data hasil penelitian yang diperoleh melalui wawancara, observasi dan dokumentasi. Data yang diperoleh melali akan dipaparkan dan dianalisa sesuai dengan hasil penelitian yang berhubungan dengan objek yang diteliti.
Peneliti hadir untuk melaksanakan penelitian di SD Negeri 2 wajo untuk mengumpulkan data sebanyak mungkin yang sesuai dengan fokus penelitian, membuat peneliti sadar bahwa sebagai instrumen penting, peneliti diharuskan untuk memilih sendiri dari beberapa sumber data yang ada. Seorang peneliti diwajibkan untuk memilih informan dari informan satu ke informan lainnya untuk melakukan wawancara lebih jauh, melihat dan memilih dari fenomena satu ke fenomena yang lain untuk melaksanakan observasi partisipan, kemudian memilih dari dokimentasi satu kedokumentasi lainnya untuk melakukan observasi beserta telaah yang mendalam dari dokumentasi tersebut.
Hasil pengumpulan data tersebut diahiri dengan pembuatan ringkasan data dan terlampir sebagai data hasil penelitian lapangan yang biasa disebut dengan catatan lapangan. Dengan melakukan analisis data secara terus menerus serta menerapkan pengecekan keabsahan data untuk memperoleh temuan peneliti dan selanjutnya dilakukan pembahasan dengan teori supaya memperoleh penjelasan
yang mendukung dan memadai sehingga peneliti mendapatkan kesimpulan yang kokoh serta layak untuk dihadirkan dihadapan pembaca.
Penelitian dilakukan di SD Negeri 2 Wajo pada tanggal 20 Mei 2024 pada pukul 08.00 WITA untuk meminta izin melakukan penelitian disekolah tersebut.
Ketika itu peneliti menuju ruang tunggu dan bertemu langsung dengan kepala sekolah yaitu Ibu Salfina, S.pd. Peneliti melakukan penelitian selama satu bulan dengan melakukan pertemuan dengan wali kelas IV sebagai fokus penelitian yiatu Ibu Rini Amrayni, S.Pd dan informasi lainnya lalu peneliti melakukan penelitian pada tanggal 25 Mei 2024.
Proses belajar mengajar yang dilakukan oleh guru, mereka mempunyai tugas untuk mendorong, membimbing dan memberi fasilitas belajar bagi siswa untuk menjacapai tujuan, serta mempunyai tanggung jawab untuk melihat segala sesuatu yang terjadi dikelas, salah satunya adalah untuk meningkatkan minat baca siswa.
Hal ini sesuai dengan pendapat Ibu Salfina, S.Pd selaku kepa sekolah di SD Negeri 2 Wajo yang menjelaskan bahwa:
Guru itu bukan hanya sekedar mengajar, tetapi peran guru lebih dari itu, selain menhajar juga mendidik peserta menjadi contoh yang baik bagi siswanya. Peran guru paling tidak harus dilakukan untuk meningkatkan kebiasaan membaca siswa yaitu dengan membimbing siswa, dan jangan membuat anak itu cepat bosan, kita sebagai seorang guru di tuntut untuk menyampaikan materi pembelajaran dengan mengaitkan pembelajaran satu dengan pembelajaran lainnya, hal ini supaya membuat siswa tidak cepat bosan dalam pembelajaran, dan dengan terik ini siswa menjadi tertarik mebaca buku
Hasil pemaparan diatas dapat dijelaskan bahwa seorang guru tidak hannya membimbing dan mengajar, tetapi juga harus menjadi contoh yang baik bagi siswanya.
Penyajian data penelitian diuraikan dengan urutan berdasarkan subjek penelitian yaitu data dari hasil penelitian dari sumber yang terdiri dari Informan dan responden, serta observasi dan dokumentasi dalam penyajian penelitian di sekolah.
Dari penelitian yang penulis lakukan kepada narasumber yaitu guru dan siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo Kota Baubau yang penulis jadikan sampel untuk memperoleh hasil. Penelitian telah dilakukan oleh penulis dengan cara melakukan wawancara langsung kepada guru dan siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo, penulis juga melakukan observasi secara langsung dan dokumentasi untuk menggali informasi dari guru kelas IV Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo kota Baubau sebagai data pendamping untuk melengkapi hasil penelitian ini, sesuai dengan data yang diperoleh penenliti, maka dapat disajikan sistematika hasil penelitian sebagai berikut :
a. Peran Guru Sebagai Motivator
1. Bagaimana minat siswa disini dalam hal membaca.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Rini Amrayni, S.Pd selaku guru wali kelas IV mengatakan bahwa :
“Menurut saya, peserta didik disini dalam hal minat membaca terhadap buku pembelajaran ataupun yang lainnya masih jauh dari harapan, namun dari pihak sekolah tetap terus berupaya memberikan arahan-arahan kepada siswa perihal pentingnya membaca”
Hal ini diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan siswa yang bernama Muh.Fadlan yang mengatakan bahwa:
“ Saya jarang membaca buku di perpustakaan bersama teman-teman, terkadang juga saya membaca buku karena diperintahkan oleh guru”.
2. Metode yang menarik dalam memotivasi siswa untuk meningkatkan minat baca.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Rini Amrayni ,S.Pd selaku wali guru kelas IV mengatakan bahwa :
“Metode pembelajaran yang menarik itu seperti, membaca bersama dengan membuat rutinitas membaca bersama di kelas, dimana kita membacakan buku atau artikel yang menarik serta memfasilitasi diskusi setelahnya, menyesuaikan bahan bacaan yang sesuai dengan minat dan tingkat kesulitan siswa untuk memastikan keterlibatan maksimal dan membaca berbasis permainan atau aktivitas yang menantang interaktif seperti, teka teki dan permainan kuis yang berhubungan dengan bahan bacaan untuk membangkitkan minat dan motivasi siswa”.
Hal ini juga diperkuat dengan hasil wawancara peneliti dengan salah satu siswa bernama Asni yang mengatakan bahwa :
“ Guru memberikan kami tes yang menarik seperti lomba membaca, diskusi dan tanya jawab bersama teman sebangku, dalam setiap minggu dengan memberikan hadiah kepada siapa yang menang.”
Dari hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa peran guru sebegai motivator hendaknya bisa meberikan dorongan/motivasi kepada siswanya. Metode pembelajaran yang menarik juga diperlukan untuk meningkatkan minat baca siswa, salah satunya adalah dengan membaca bersama di kelas, menyesuaikan bahan bacaan sesuai dengan minat dan kesulitan siswa, dan membaca berbasis permainan.
Bagaimana menciptakan lingkungan belajar yang dapat merangsang minat baca siswa.
3. Metode belajar yang menarik selanjutnya, yang dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan minat baca?
Dari Hasil wawancara Ibu Rini Amrayni, S.Pd selaku wali guru kelas IV menambahkan bahwa lingkungan belajar juga dapat merangsang minat baca siswdiantaranya sebagai berikut :
a) Membuat pojok baca yang nyaman dan menarik dengan menyediakan berbagai macam bahan bacaan, termasuk buku cerita, pengetahuan dan majalah yang sesuai dengan minat siswa, kemudian adakan aktivitas yang berhubungan dengan bacaan, seperti diskusi buku dan kuis tentang buku yang dibaca.
b) Menjadi contoh, seperti menunjukkan minat kita dengan membaca didepan siswa, berbagi pengalaman membaca yang menyenangkan serta, tentukan dan jadwalkan waktu khusus dalam hari atau minggu dimana siswa diizinkan untuk membaca buku yang mereka sukai.
Berdasarkan hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa lingkungan yang dapat meranngsang minat baca siswa yaitu membuat pojok baca yang nyaman dan menarik, serta menjadi contoh dengan menunjukkan minat kita untuk membaca di depan siswa.
Hasil observasi, disaat proses pembelajaran, peneliti melihat saat guru memberikan motivasi saat pembelajaran berlangsung, saat materi pembelajaran belum dimulai, kemudian guru mengajar dengan baik, meningaitkan materi pembelajaran dengan materi lainnya, kemudian diakhiri proses pembelajaran
dikelas, guru memberikan tugas membaca dirumah sebagai bahan untuk bertanya dan menjawab pada saat diskusi materi selanjutnya.
b. Peran Guru Sebagai Fasilitator
1. Sebagai fasilitator, apa yang perlu diperhatikan dalam mendukung perkembangan minat baca siswa.
Berdasarkan hasil wawancara penenliti dengan Ibu Rini Amrayni, S.Pd selaku guru wali kelas IV mengatakan bahwa:
“Sebagai seorang fasilitator, guru harus mempersiapkan sarana prasarana yang mendukung untuk menumbuhkan minat baca, seperti melengkapi dengan berbagai macam literasi. Selain itu pihak sekolah juga mempersiapkan berbagai macam buku yang ada diperpustakaan. Meskipun bisa dibilang kebutuhan buku yang ada diperpustakaan masih kurang memadai”.
2. Guru berperan sebagai fasilitator dalam meningkatkan minat baca siswa.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan Ibu Rini Amrayni, S,Pd selaku wali kelas juga mengatakan bahwa:
“Tugas guru sebagai fasilitator disini yaitu sebisa mungkin harus menjadi guru yang selalu ada jika dibutuhkan siswa. Selalu memberikan sesuatu yang diperlukan siswa. Contohnya ketika siswa kurang memahami maksud dari sebuah materi bacaann, saya sebagai guru akan membantu menjelaskan dan membimbing siswa tersebut, baik saat jam pembelajaran berlangsung maupun diluar jam pembelajaran”.
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara peneliti dengan siswa bernama Putri Cantika, mengatakan bahwa :
“Jika kami kesulitan dalam memahami maksud dari buku bacaan yang dibaca maka, guru selalu menjelaskan kembali dan membantu kami memahaminya.”
Berdasarkan hasil wawancara diatas, dapat disimpulkan bahwa peran guru sebagai fasilitator guru harus menjadi orang yang selalu ada jika dinutuhkan siswa, memberikan sesuatu yang diperlukan siswa, serta mempersiapkan sarana prasarana yang menumbuhkan minat baca.
d. Peran Guru Sebagai Evaluator
1. Guru berperan sebagai evaluator dalam meningkatkan minat baca siswa.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu Rini Amrayni, S,Pd selaku guru wali kelas IV, mengatakan bahwar:
“Menurut saya peran guru sebagai evaluator dalam meningkatkan minat baca siswa seperti, mengidentifikasi minat dan kebutuhan menggunakan survei kuesioner dan diskusi, menilai kemajuan membaca dengan melakukan tes,kuis,observasi untuk mengukur kemampuan membaca siswa secara berkala, memberikan umpan balik, menyesuaikan strategi pengajaran serta melibatkan orangtua “.
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara peneliti dengan siswa yang bernama Auliah Izat mengatakan bahwa :
“Guru disini biasanya memberikan kami tes membaca, meminta kami membuat kesimpulan dari buku yang telah dibaca, serta mengadakan diskusi.”
2. Evaluasi penting dalam meningkatkan minat baca siswa.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu Rini Amrayni, S.Pd mengatakan bahwa :
“evaluasi sangat penting dilakukan oleh semua guru dalam mengevaluasi peserta didik, membawa dampak positif bagi perkembangan minat baca siswa. Diantaranya yaitu peserta didik maupun guru menjadi lebih mengerti dan memahami manfaat evaluasi bagi diri mereka”.
Dari hasil wawanacara diatas dapat disimpulkan bahwa, peran guru sebagai evaluator adalah dengan melakukan tes,kuis dan observasi untuk mengukur kemampuan membaca siswa secara berkala, serta evaluasi sangat penting dilakukan
oleh para guru yang membawa dampak positif bagi perkembangan minat baca siswa.
2. Faktor yang mempengaruhi minat baca a. Faktor Pendukung
1). Faktor yang mendukung dalam meningkatkan minat baca siswa.
Berdasarkan hasil wawancara penulis dengan ibu Rini Amrayni, S,Pd selaku guru wali kelas IV mengatakan bahwa :
“Menurut saya faktor yang mendukung perkembangan minat baca adalah sebagai berikut:
a) Lingkungan yang mendukung, seperti perpustakaan sekolah yang menarik menyediakan koleksi buku yang bervariasi dan menyediakan pojok baca disetiap kelas.
b) Peran guru dan orangtua, seperti dukungan guru yang mengadakan kegiatan membaca, memberikan tugas yang melibatkan buku dan keterlibatan orangtua yang membiasakan anak untuk membaca di rumah, menyediakan bahan bacaan yang sesuai dengan minat.
c) Mengadakan Kegiatan literasi sekolah seperti membaca selama 15 menit sebelum memulai pelajaran dan memberikan penghargaan/motivasi kepada siswa yang menunjukkan minat baca yang tinggi,memotivasi siswa baik secara ekstrinsik(hadiah) maupun intrinsik(kepuasan pribadi dari membaca).”
Berdasarkan wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang mendukung perkembangan minat baca siswa diantaranya yaitu, lingkungan yang mendukung, peran guru dan orangtua, serta mengadakan kegiatan literasi sekolah,
dengan mengoptimalkan faktor-faktor ini, sekolah dan keluarga dapat bekerjasama untuk menciptakan budaya membaca berkelanjutan bagi siswa.
b. Faktor penghambat
1. Faktor yang menghambat perkembangan minat baca siswa.
Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan penulis dengan ibu Rini Amrayni, S.Pd selaku guru wali kelas IV mengatakan bahwa :
“ Dari faktor internal, yang berasal dari dalam diri siswa seperti kurangnya kebiasaan membaca siswa, membaca atas perintah guru, serta belum memiliki inisiatif untuk mencari bahan bacaan dan membaca.
Faktor eksternal, yang berasal dari luar diri siswa diantaranya adalah sebagai berikut :
- Dari lingkungan keluarga misalnya, kebiasaan membaca di rumah masih rendah, orangtua jarang mengajak ke toko buku membelikan buku untuk anak serta pengaruh menonton televisi dan penggunaan gadget untuk bermain games.
Hal ini diperkuat oleh hasil wawancara peneliti dengan siswa yang bernama Alif Ramadhan mengatakan bahwa :
“Saya membaca buku di rumah disaat waktu tertentu saja seperti sebelum tidur, sisanya bermain gadget”.
- Dari lingkungan sekolah misalnya, budaya membaca dilingkungan sekolah masih rendah, kegiatan literasi belum berjalan maksimal, kurangnya slogan membaca serta belum memiliki tempat khusus membaca selain di perpustakaan.”
Dari hasil wawancara diatas dapat disimpulkan bahwa faktor yang menghambat perkembangan minat baca terbagi menjadi, faktor internal yang berasal dalam diri siswa seperti kurangnya kebiasan membeca, membaca atas perintah orang lain, serta belum memiliki inisiatif sendiri, dan faktor eksternal yang berasal dari luar yaitu lingkungan keluarga dan lingkungan sekolah
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil wawancara, observasi dan telaah dokumentasi, peneliti akan menginterpresentasikan hasil wawancara dan observasi dengan guru dan siswa sebagai informan tentang “Peran Guru Dalam Meningkatkan Minat Baca Siswa kelas IV di Sekolah Dasar Negeri 2 Wajo”.
1. Peran Guru Sebagai Motivator
Motivasi merupakan faktor penting dalam keberhasilan siswa, motovasi merupakan bentuk dorongan yang timbul pada diri seseorang secara sadar maupun tidak untuk melakukan suatu tujuan tertentu. Motivasi juga dapat diartikan dengan segala sesuatu yang menjadi pendorong tingkah laku yang menuntut atau mendorong seorang seseorang untuk memenuhi kebutuhan. Guru sangat berperan dalam membantu peserta didik dalam mewujudkan tujuan hidupnya secara optimal.
Minat, kemampuan, bakat dan potensi lain yang dimiliki peserta didik tidak akan berkembang secara optimal tanpa bantuan pendidk atay guru. Seperti yang kita ketahui dari paparan beberapa ahli , seorang guru memiliki banyak peran yang harus dilaksanakan.
Seorang Wali kelas yang dituntut tidak hannya menyampaikan materi pembelajaran tetapi juga sebagai teladan untuk siswanya, sebagai motivator
hendaknya juga mampu membantu peserta didik dalam meningkatkan disiplin dan standar perilakunya. Guru yang profesional hendaknya mampu memikul dan melaksanakan tanggung jawab sebagai guru kepada peserta didik, orang tua.
Berdasarkan teori diatas bahwasannya peran guru sebagai motivator di SD Negeri 2 Wajo salahsatunya adalah dengan mengajak siswa untuk rajin datang keperpustakaan. Hal itu dilakukan guru agar supaya siswa termotivasi untuk datang ke perpustakaan meskipun hanya sebentar entah itu untuk membaca buku ataupun meminjam buku. hal itu bisa dilakukan pada saat jam istrahat ataupun guru bisa mengajak sisw keperpustakaan saat jam pembelajaran untuk mencari referensi- referensi buku yang berkaitan ddengan materi pembelajaran . dengan cara seperti itu siswa akan memiliki sikap disiplin dan otomatis hal itu juga dapat meningkatkan prestasi siswa karena seringnnya membaca buku. untuk masalah kedisplinan sesuai dengan pernyataan teori sebagai berikut: Sebagai Leader, guru lebih memberikan kebebasan secara bertanggung jawab kepada peserta didik. Dengan demikian, disiplin yang ditetapkan oleh guru dari peran sebagai Leader ini adalah disiplin hidup.
Berdasarkan teori tersebut, guru sebagai leader berkuasa yang dimana guru dapat melakukan sesuatu hal contohnya seperti memberikan hukuman yang mendidik kepada siswa agar memiliki sikap disiplin dan bertanggung jawab atas tugasnya. Hal itu dimaksudkan supaya berguna dalam kehidupan nanti. Kedisplinan juga perlu dilakukan guru kepada siswa untuk meningkatkan minat baca mereka.
dengan disiplin, siswa terlatih dan akan menjadi suatu kebiasaan.
2. Peran Guru Sebagai Fasilitator
Fasilitator adalah memberikan fasilitas dan memberikan sarana prasarana yang disediakan disekolah. Dalam hal ini guru memberikan fasilitas kepada siswa. Dalam artian guru menyediakan situasi dan kondisi yang dibutuhkan peserta didik. Guru memberikan bantuan ataupun menyediakan segala apa saja yang dibutuhkan peserta didik dalam proses pendidikan. Selain itu juga guru harus memberikan bantuan teknis, arahan dan petunjuk kepada peserta didik dalam berbagai bentuk dan jenis penilaian, serata menilai pekerjaan siswa.
Kaitannya dengan minat baca, di SD Negeri 2 Wajo menyediakan sarana prasaran dan beberapa literatur buku-buku yang dibutuhkan siswa. Mereka juga menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan dengan cara tanya jawab tantang materi pembelajaran yang telah mereka baca dengan cara santai namun tetap serius. Dengan memberikan fasilitas yang menyenangkan didalam kelas dan beberapa literatur buku-buku yang dibutuhkan siswa, para peserta didik akan merasa sennag dan otomatis mereka akan semangat untuk meningkatkan minat baca mereka. walaupun semua itu tidak mudah dilakukan, namun guru tetap semangat demi meningkatkan minat membaca siswa di sekolah tersebut, terutama di kelas IV.
Bentuk fasilitas yang dilakukan guru-guru di SD Negeri 2 Wajo adalah dengan memanfaatkan fasilitas yang disediakan sekolah. Dalam hal untuk meningkatkan minat baca siswa, pihak sekolah menyediakan ruang perpustakaan yang layak dan memadai. Disini peran guru selain memanfaatkan fasilitasi tersebut juga harus membantu mendukungnya dengan cara ikut
merawat ruang perpustakaan. Sesekali ia mempehatikan koleksi buku-buku yang ada di sana. Dengan adanya fasilitas perpustakaan yang nyaman dan memadai siswa akan merasa sennag untuk datang keperpustakaan.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di SD Negeri 2 Wajo dapat diketahui bahwa guru disekolah di sana tidak hanya sebagai pengajar, tetapi mereka juga memberikan fasilitas yang baik untuk siswa agar dapat mendorong siswa agar bergairah, semangat dan aktif dalam hal membaca.
3. Peran Guru Sebagai Evaluator
Evaluasi atau penilaian merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melihat banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang memmpunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Mengingat kompleksnya proses penilaian, guru perlu memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap yang memadai. Dalam setiap persiapan terdapat beberapa kegiatan, antara lain penyusunan tabel spesifikasi yang didakamnya terdapat sasaran penilaian. Teknik penilaian sera jumlah instruen yang diperlukan. Evaluasi juga berfungsi menilai sejauh mana keberhasilan proses pendidikan guru, memeriksa mutu lulusan dan menyediakan informasi yang berguna untuk perbaikan sistem pendidikan furu dapa masa mendtang.
Sebagai Wali kelas IV di SD Negeri 2 Wajo, dalam meningkatkan minat membaca siswa perlu mengadakan upaya-upaya yang mendorong tercapainya tujuan. Meningkatnya minat baca siswa yang dilakukan dapat diketahui berhasil apabila terjadi perubahan dengan meningkatnya ataupun berubahnya kebiasaan