ii
PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PEMBANGUNAN DESA (Studi Kasus Desa Balla Satanetean Kec. Balla Kab. Mamasa)
SKRIPSI
Diajukan Kepada Program Studi Ilmu Administrasi Negara Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Melaksanakan Penelitian Dalam Penyusunan Skripsi
OLEH:
LILI AYU SILVANI DEMMALINO 4518021023
PROGRAM STUDI ILMU ADMINISTRASI NEGARA FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BOSOWA MAKASSAR
2022
v
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan kepada Tuhan Yang Maha-Esa karena atas limpahan rahmat dan karunianya sehingga skripsi yang berjudul “PERAN LEMBAGA ADAT DALAM PEMBANGUNA DESA STUDI KASUS DESA BALLA SATANETEAN KECAMATAN BALLA KEBUPATEN MAMASA”. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi teknik penulisan maupun dari segi isi. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun sangat penulis butuhkan dalam penyempurnaan berikutnya agar dapat bermanfaat dikemudianhari.
Dalam proses penyelesaian skripsi ini, penulis mendapatkan banyak bantuan, dukungan, bimbingan, dan arahan yang sangat bermanfaat dan berharga. Untuk itu, pada kesempatan ini penulis menyampaikan rasa terima ksih dan penghargaan setinggi- tingginya kepada:
1. Prof.Dr.Ir. Batara Surya, S.T.,M.Si selaku rektor Universitas Bosowa Makassar.
2. Dr. A. Burchanuddin, S.Sos., M.Si selaku dekan fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa.
3. Drs. Natsir Tompo,M.Si selaku ketua prodi Administrasi Negara fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Bosowa.
4. Dr.Syamsuddin Maldun,M.Pd selaku Pembimbing I dan Dr.Dra.Nurkaidah,M M selaku Pembimbing II yang telah sabar dalam memberikan bimbingan, arahan dan petunjuk dalam proses penyelesaian skripsi ini.
vi
5. Bapak/Ibu dosen pengajar dan staf pegawai di lingkungan Fisip Universitas Bosowa yang telah banyak memberikan ilmu, bimbingan, dan bantuan selama saya menempuh pendidikan di Universitas Bosowa.
6. Kedua orang tua penulis yang tercinta, yakni bapak Daniel D dan mama Yohana P, dan kakak dan adikku terimakasih yang telah memberikan didikan berharga yang selalu diiringi dengan doa, perhatian, semangat dan kasih sayang kepada penulis.
7. Buat kakak Lasarus Bayu Langi, S.Kom terimakaish yang telah memberikan dukungan, doa, perhatian dan semangat dalam menyelesaikan skripsi.
8. Sahabatku Irma Damayanti terimakasih telah banyak membantu, dalam proses penyelesaian skripsi dan telah menemani melaksanakan pendidikan di Universitas Bosowa baik dalam suka maupun duka dan memberi pengalaman berharga selama menempuh pendidikan.
9. Buat teman kelasku kelas ADM A terimakasih buat semua waktunya selama kurang lebih 4 tahun kita kuliah.
10. Kepada saudara saudari seperjuangan dalam group ANDI MATTO bernama Upi, Ipa, dan Depi terima kasih telah setia menghibur, menemani, mendengarkan curhat, serta memberi masukan saat proses penyelesaian skripsi.
11. Teman temanku di kos tello yang bernama angel dan lidya terima kasih buat semua dukuangan dan doa kalian dalam proses penyelesian skri psi dan terimakah sudah menjadi teman kos yang baik.
vii
Penulis senantiasa mengucapkan maaf dan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak yang telah membantu menyelesaikan skripsi yang kiranya tidak dapat penulis sebutkan satu persatu, semoga Tuhan Yang Maha Esa senantiasa memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kita semua. Penulis berharap bahwa apa yang disajikan dalam proposal ini dapat bermanfaat dan digunakan dikemudian hari terutama dalam ilmu pengetahuan.
viii
DAFTAR ISI
SAMPUL ...
Surat Pertanyaan Bebas Plagiat ... ii
Halaman Pengesahan ... iii
Halaman Penerimaan ... iv
Kata Pengantar ... v
Daftar Isi ... viii
Daftar Gambar ... x
Daftar Tabel ... xi
Daftar Lampiran ... xii
ABSTRAK ... xiii
ABSTRACT ... xiv
BAB I Pendahuluan ... 1
A. Latar Belakang ... 1
B. Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah ... 13
C. Tujuan Penelitian ... 13
D. Manfaat Penetian ... 13
BAB II Tinjaun Pustaka ... 15
A. Peran Lembaga Adat ... 15
1. Konsep Peran ... 15
2. Lembaga Adat ... 16
B. Manajemen Pembangunan ... 27
1. Pengertian Manajemen Pembangunan ... 27
2. Fungsi Manajemen Pembangunan ... 30
3. Unsur-unsur Manajemen ... 31
C. Pelayanan Masyarakat ... 33
1. Pengertian Pelayanan Masyarakat... 33
2. Jenis-jenis Pelayanan Publik ... 34
D. Teori Pembangunan Desa ... 36
E. Teori Pembangunan Masyarakat ... 39
F. Teori Lembaga Adat ... 40
G. Penelitian Terdahulu ... 42
H. Kerangka Konsep Penelian ... 49
ix
BAB III METODE PENELITIAN ... 52
A. Jenis Pedekatan Dan Penelitian ... 52
B. Lokasi Dan Waktu Penelitian ... 52
C. Sumber Data Penelitian ... 53
D. Informan Penelitian ... 53
E. Deskripsi Fokus Penelitian ... 54
F. Tehnik Pengumpulan Data Penelitian ... 55
G. Tehnik Pengabsahan Data Penelitian ... 56
H. Tehnik Analisis Data Penelitian ... 57
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 59
A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 59
1. Profil Kota Mamasa ... 59
2. Desa Balla Satanetean ... 62
3. Lembaga Adat Desa Balla Satanetean ... 70
B. Hasil Penelitian Dan Pembahasan ... 73
1. Pembangunan Fisik Desa ... 75
2. SDM ... 82
3. Peran Lembaga Adat Dalam Peningkatan Partisipasi Masyarakat .. 86
4. Peningkatan Produktivitas ... 89
C. Pembahasan Hasil Penelitian ... 91
1. Fisik Desa ... 91
2. SDM ... 92
3. Peningkatan Partisipasi Masyarakat ... 93
4. Peningkatan Produktivitas ... 94
BAB V KESIMPULAN ... 96
A. Kesimpulan ... 96
1. Pembangunan Desa ... 96
2. Pemberdayaan Masyarakat... 96
B. Saran ... 97
DAFTAR PUSTAKA ... 98
LAMPIRAN ... 101
x
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1 Kerangka Konsep Penelitian... 51
Gambar 2 Peta Administrasi Kabupaten Mamasa ... 60
Gambar 3 Data penduduk Desa Balla Satanetean ... 63
Gambar 4 Peta Desa Balla Satanetean ... 69
Gambar 5 Daftar Hadir Rapat di Desa Balla Satanetean ... 78
Gambar 6 Struktur Organisasi Pemerintah Pemerintah Desa Balla ... 106
xi
DAFTAR TABEL
Tabel 1 Penerimaan Terdahulu ... 42
Tabel 2 Informan Wawancara ... 54
Tabel 3 Variabel dan Indikator ... 55
Tabel 4 Sejarah Pemerintahan Desa Balla Satanetean ... 63
xii
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Matriks Pengembangan Instrumen ... 103
Lampran 2 Pedoman Wawancara ... 104
Lampiran 3 Pedoman Observasi ... 105
Lampiran 4 Surat Keterangan Penelitian ... 107
Lampiran 5 Dokumentasi Penelitian ... 108
xiii
ABSTRAK
Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang memiliki tujuan untuk megetahui bagaimana Peran lembaga adat di desa Balla Satanetean Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa. dalam pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat.fokus indikatornya adalah pembangunan fisi, SDM, peningkatan partisipasi masyarakat, dan peningkatan produktivitas
Penelitian ini mempunyai 9 (Sembilan) informan yang terdiri dari, satu orang Ketua Lembaga Adat Kecamatan Balla, satu orang Kepala Desa Balla Satanetean, satu orang Ketua Lembaga Adat Desa Balla Satanetean, satu orang Sekretaris Lembaga Adat Desa Balla Satanetean, dua orang Aparat Desa Balla Satanetean, satu orang Kepala Dusun, dan dua orang masyarakat Masyarakat. Metode penelitian ini menggunakan teknik wawancara, observasi, dan dokumentasi.
Hasil penelitian ini adalah Lembaga adat desa balla satanetean hanya sebagai symbol di desa karena Lembaga Adat Desa Balla Satanetean belum menjalankan fungsi dengan baik dalam membantu pemerintah desa dalam proses pembangunan desa seperti pembangunan fisik desa, SDM, meningkatkan partisipasi masyarakat, dan peningkatan produktivitas. Hal yang membuat lembaga adat desa kurang berperan aktif dalam proses pembangunan desa adalah, kurang pemahaman lembaga adat akan tugasnya, dan kekurangan anggaran dana.
Kata kunci: pembangunan fisi, SDM, peningkatan partisipasi masyarakat, dan peningkatan produktivitas
xiv
ABSTRACT
This research is a qualitative research which aims to find out how the role of traditional institutions in Balla Satanetean Village, Balla District, Mamasa Regency is.
in village development and community empowerment. The focus of the indicators is physical development, human resources, increasing community participation, and increasing productivity
This study has 9 (nine) informants consisting of, one Chairman of the Balla District Traditional Institution, one Balla Satanetean Village Head, one Head of the Balla Satanetean Village Traditional Institute, one Secretary of the Balla Satanetean Village Traditional Institute, two Balla Village Officials Satanetean, one Hamlet Head, and two Community members. This research method uses interview, observation, and documentation techniques.
The results of this study are that the traditional balla satanetean village institution is only a symbol in the village because the balla satanetean village traditional institution has not carried out its function properly in assisting the village government in the village development process such as village physical development, human resources, increasing community participation, and increasing productivity. The things that make village traditional institutions less active in the village development process are the lack of understanding of traditional institutions on their duties, and lack of budget funds.
Keywords: physical development, human resources, increasing community participation, and increasing productivity
1
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang
Sejak Indonesia merdeka, pembangunan desa menjadi fokus perhatian pemerintah, namun strategi pembangunan desa dari waktu ke waktu sering mengalami perubahan. Perubahan strategi dimaksudkan untuk menemukan strategi pembangunan desa yang dianggap paling efektif untuk jangka waktu tertentu. Pada awal kemerdekaan, kita mengenal “Rencana Kesejahteraan Kasimo” atau Rencana Kesejahteraan Kasimo. Sebagai konotasi awal pembangunan desa sering dimaknai dengan pembangunan pertanian. Rencana Kesejahteraan Kasimo, yang dirancang pada tahun 1952, berorientasi pada peningkatan produksi pangan. (Umar,2019:23)
Menurut (Irwan 2007:6-7) lima landasan yang ditekankan untuk tercapainya pembangunan yang berorientasi pada manusia :
Pertama, persamaan kedudukan yang mengacu pada persamaan antara warga negara, baik dalam hal kesempatan maupun dalam pengembangan kapasitas dan keahlian serta hak-hak yang menyertainya sebagai warga negara.
Penganut pandangan struktural berpendapat bahwa pemenuhan hak-hak ekonomi, termasuk hak atas pekerjaan, hanya akan tercipta jika proses pembangunan yang dilakukan oleh negara diawali dengan kondisi sosial pra- kondusif yang sekaligus berfungsi sebagai dasar terselenggaranya pembangunan sosial perubahan. (Budiman, 1993)
2
Pembangunan berimplikasi pada masalah pengangguran, indikatornya adalah penurunan jumlah tenaga kerja. Produktivitasnya cukup drastis, dari 62 persen pada tahun 1971 menjadi hanya 50 persen pada tahun 1990.
Implikasinya adalah terjadi peningkatan jumlah setengah penganggur dari 19 juta orang atau 38 persen angkatan kerja pada tahun 1971 menjadi 31 juta orang atau mendekati 50 persen dari populasi. tenaga kerja tahun 1990. Kondisi ini menunjukkan bahwa pembangunan yang dilakukan selama ini gagal memperluas kesempatan kerja seiring dengan bertambahnya angkatan kerja.
Dari 107,2 juta angkatan kerja (48,7 persen dari jumlah penduduk pada tahun 2005), diperkirakan 9,6 juta adalah pengangguran atau pencari kerja. (Pitoyo, 2007:181)
Kedua, minimum sosial yang mengacu pada batas minimum pembangunan manusia, dalam arti terpenuhinya setiap kebutuhan dasar setiap manusia.
Batasnya adalah kemampuan untuk bertahan hidup, menghindari perasaan terisolasi, dan menghindari perasaan sedih. Untuk kebutuhan fisik misalnya, manusia mendapatkan asupan air minimal 20 liter per hari untuk memenuhi segala kebutuhannya. Minim sosial terjadi ketika manusia mengalami kekurangan dan mengurangi berbagai pilihan, sampai pada batas kebutuhan subsisten, tidak ada tabungan, investasi untuk keberlanjutan masa depan. Tanda kehidupan di bawah batas sosial minimum adalah ketika orang mengorbankan satu pilihan penting (kebutuhan dasar) untuk kebutuhan dasar lainnya.
Misalnya anak tidak sekolah karena bekerja untuk mencari uang yang mengakibatkan hilangnya hak intelektual anak atas keselamatan.
3
Seorang pemuda tidak bisa mendapatkan akses kesehatan karena fasilitas rumah sakit yang baik berada di seberang daerah konflik yang bukan merupakan daerah yang dapat diakses yang menyebabkan hilangnya keamanan. Oleh karena itu, pembangunan erat kaitannya dengan rasa nyaman, aman, tentram dan pasti.
Ketiga, persamaan kesempatan yang menekankan bahwa setelah minimum sosial terpenuhi, setiap masyarakat berhak mendapatkan kesempatan yang sama atas gizi, udara, air, perlindungan, perubahan cuaca yang tiba-tiba, bencana, dan penyakit. Dari segi kondisi material, sebagai warga negara berhak atas lima hal, yaitu sumber ekonomi (pendapatan dan kesejahteraan), kondisi perumahan (kondisi rumah yang memenuhi syarat kebersihan dan kesehatan), kondisi kerja (diukur dari kebisingan). standar, suhu di tempat kerja dan jam kerja). dilakukan), kesehatan (variasi gejala stres dan hilangnya penyakit dan penyakit serta tersedianya bantuan medis bagi masyarakat) dan pendidikan (prestasi pendidikan formal). Pendekatan di atas merupakan modal dasar pemberdayaan manusia. Setiap orang berhak memperoleh pendidikan, akses kesehatan, perumahan yang layak dan fasilitas sanitasi. Kesetaraan kesempatan adalah kunci keadilan sosial. Hilangnya keadilan disebabkan oleh beberapa hal, seperti sentralisasi negara, diskriminasi struktural yang diberikan oleh pemerintah, dan konflik yang tidak terkendali dan berkepanjangan.
Keempat, pemerataan yang adil, semua orang berhak mendapatkan akses distribusi yang adil atas sumber daya dan kekayaan publik. Jika resiprositas merupakan pertukaran antar individu atau antar kelompok yang bersifat
4
horizontal, maka distribusi adalah pertukaran vertikal antara orang-orang dengan struktur yang mempunyai kedudukan tinggi. Misalnya hubungan antara masyarakat dan negara. Bentuk kerjasama dalam bentuk pajak yang diberikan oleh rakyat diulang kembali dalam bentuk subsidi silang. Distribusi juga digunakan untuk pertukaran barang dan jasa yang ditandai dengan sentralisasi kewenangan (pemuka adat, kepala desa dan lembaga adat). Bulog (Badan Urusan Logistik) dan baziz (zakat infaq dan shadaqoh) yang menangani distribusi harus menganut prinsip inklusif, bukan berdasarkan kepentingan yang menguntungkan segelintir orang.
Kelima, kepercayaan sosial yaitu harapan yang timbul dalam suatu masyarakat yang normal, jujur, kooperatif, berdasarkan norma-norma bersama untuk kepentingan anggota masyarakat lainnya. Masyarakat dengan social trust yang rendah ditunjukkan dengan kerjasama dalam bentuk kebijakan formal yang dilakukan secara wajib bahkan bersifat memaksa, seperti pajak yang tidak harus dibayar oleh masyarakat yang memiliki social trust tinggi. Filosofi pembangunan sebenarnya menyangkut pertanyaan mendasar, bukan hanya tentang untuk apa pembangunan itu dilakukan, tetapi juga dari siapa ia berasal.
Kepentingan manusia juga harus, selain dipahami, diperhatikan secara serius dalam pelaksanaan pembangunan. Tingkat kepercayaan yang pada gilirannya akan menjadi sumber bagi pembangunan dan keberlangsungan pembangunan tersebut.
Peraturan tentang pembangunan desa yaitu Permendesa PDTT nomor 21 Tahun 2020 tentang Pedoman Umum Pembangunan dan Pemberdayaan
5
Masyarakat Desa, dikeluarkan untuk melaksanakan pembangunan desa yang partisipatif dan mengekspor serta mensinergikan pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa dengan program pemerintah dan pemerintah daerah, perlu disusun pedoman pengembangan dan pemberdayaan masyarakat desa.
Peraturan mentri nomor 21 tahun 2020 pedoman umum pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa
pasal 1:
“Pembangunan Desa adalah upaya peningkatan kualitas hidup dan kehidupan untuk sebesar-besarnya kemakmuran masyarakat Desa”.
“Pembangunan Perdesaan adalah pembangunan yang dilaksanakan antar Desa dalam bidang pengembangan usaha, kegiatan kemasyarakatan, pelayanan, pembangunan, pemberdayaan masyarakat, keamanan, dan ketertiban”.
Pasal 2 :
(1) Pedoman umum Pembangunan Desa dan Pemberdayaan Masyarakat Desa dimaksudkan untuk memberikan acuan bagi:
a. Masyarakat Desa;
b. Pemerintah Desa;
c. Kementerian, kementerian/lembaga pemerintah non kementerian, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota;
6
d. tenaga pendamping profesional; dan e. Pihak Ketiga.
Adapun tujuan dari dibuatnya pedoman umum Pembangunan Desa dan Pemberdayaan masyarakat desa adalah untuk :
1. Meningkatkan kuantitas dan kualitas pendataan desa sebagai dasar perencanaan pembangunan desa;
2. Mempertajam arah kebijakan perencanaan pembangunan desa yang sesuai dengan kondisi objektif desa;
3. Memfokuskan arah kebijakan Perencanaan Pembangunan desa pada pencapaian SDGs desa;
4. Mengembangkan prakarsa dan aspirasi masyarakat dalam pembangunan desa;
5. Meningkatkan swadaya dan gotong royong masyarakat;
6. Mengonsolidasikan kepentingan bersama;
7. Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam proses pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa; dan
8. Meningkatkan pembangunan desa dan pemberdayaan masyarakat desa sesuai dengan kewenangan berdasarkan hak asal usul dan kewenangan lokal berskala desa.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 114 tahun 2014, tentang Pedoman Pembangunan Desa, yang dimaksud Perencanaan pembangunan desa adalah proses tahapan kegiatan yang diselenggarakan oleh pemerintah Desa dengan melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan unsur masyarakat
7
secara partisipatif guna pemanfaatan dan pengalokasian sumber daya desa dalam rangka mencapai tujuan pembangunan desa. (Tim Penyusun Kementrian Desa, PDT dan Transmigrasi: 2016).
Perencanaan pembangunan desa dilakukan secara partisipatif oleh pemerintah desa sesuai dengan kewenangannya (Pasal 63 ayat 2 PP 72/2005 tentang Desa ). Oleh karena itu dibutuhkan suatu visi dan cita - cita bersama yang dimuat dalam bentuk dokumen politik desa, Dokumen tersebut harus disusun secara sistematis, terukur dan dapat menjanjikan hasil sesuai aspirasi, kepentingan, dan kebutuhan warga desa.
Pembangunan daerah adalah upaya sistematis dari berbagai aktor, baik publik, pemerintah, swasta, dan kelompok masyarakat lainnya pada tingkat yang berbeda untuk menghadapi saling ketergantungan dan keterkaitan aspek fisik, sosial ekonomi dan lingkungan lainnya sehingga peluang baru untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal. masyarakat dapat diperoleh.
ditangkap secara berkelanjutan. Hal ini dapat dicapai dengan: Menganalisis secara terus menerus kondisi dan pelaksanaan pembangunan daerah.
Merumuskan tujuan dan kebijakan pembangunan daerah Mengembangkan konsep strategis untuk pemecahan masalah (solusi) Melaksanakannya dengan menggunakan sumber daya yang tersedia.
Desa berbeda dengan kota yang dianggap lebih maju dan berkembang.
desa memiliki masalah yang lebih besar. Mulai dari kemiskinan yang lebih tinggi, kesehatan yang rendah, konsumsi masyarakat yang rendah, sumber daya manusia yang rendah, sarana dan prasarana yang lebih sulit dari kota, dan
8
tingkat pendidikan yang rendah. Saat ini di Indonesia terdapat 5.559 (7,55%) Desa Mandiri, 54.879 (74,49%) Desa Berkembang, dan 13.232 (17,96%) Desa Tertinggal. Permasalahan yang ada tersebut dapat diatasi dengan pembangunan di desa. Pembangunan yang dilakukan tidak hanya bertumpu pada kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat, tetapi harus lebih dari itu. Tujuan penulisan ini adalah untuk mendeskripsikan pentingnya pembangunan desa dalam pembangunan nasional.
Konsep pembangunan berkelanjutan tampaknya menjadi hal yang menjanjikan. Dalam pembangunan berkelanjutan, aspek pembangunan tidak hanya mengarah pada masyarakat saat ini tetapi juga masyarakat di masa yang akan datang. Idealnya pembangunan berkelanjutan dapat mencakup berbagai aspek yang ada di masyarakat maupun masyarakat pedesaan. Berdasarkan UU No. 6 Tahun 2014 tentang Desa Pasal 78 (1), pembangunan desa, yaitu peningkatan pelayanan dasar, pembangunan dan pemeliharaan infrastruktur dan lingkungan, pengembangan ekonomi pertanian berskala produktif, pengembangan dan pemanfaatan teknologi tepat guna, dan peningkatan kualitas ketertiban dan ketenteraman masyarakat desa.
Menurut (Umar 2019:24) pembangunan masyarakat pedesaan dilaksanakan berdasarkan 3 asas, yaitu asas pembangunan integral, asas kekuatan sendiri, dan asas kesepakatan bersama: 3 (tiga) asas tersebut adalah:
Pertama . Asas pembangunan integral adalah pembangunan yang seimbang dari semua aspek masyarakat desa (pertanian, pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya), sehingga dapat menjamin pembangunan yang serasi dan tidak
9
memihak. Tetapi harus diingat bahwa untuk periode awal penekanan utama harus ditempatkan pada pembangunan ekonomi. Kedua. prinsip swadaya adalah bahwa setiap usaha harus terlebih dahulu didasarkan pada kekuatan atau kemampuan desa itu sendiri, tanpa menunggu hadiah dari pemerintah. Ketiga.
Asas kesepakatan bersama mengandung arti bahwa upaya pembangunan harus dilakukan di daerah-daerah yang benar-benar dirasakan sebagai kebutuhan oleh warga masyarakat desa yang bersangkutan, sedangkan keputusan untuk melaksanakan proyek tidak didasarkan.
Di tingkat pemerintah daerah, seperti di Kabupaten Mamasa, peraturan- peraturan yang berkaitan dengan kegiatan pemerintahan daerah telah diakomodasi dalam produk hukum Peraturan Daerah sebagai alat/sarana dan prasarana untuk mengatur dan mengurus kepentingannya termasuk peraturan tentang desa-desa dalam wilayah Kabupaten Mamasa yang terdiri dari beberapa Peraturan Daerah. . Salah satu Peraturan Daerah di Kabupaten Mamasa adalah Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemberdayaan dan Pengembangan Kelembagaan Adat. Perda ini mengamanatkan kepada pemerintah daerah untuk lebih memperhatikan dan mengutamakan pemberdayaan, pelestarian dan pengembangan adat dan lembaga adat yang tumbuh dan berkembang dalam masyarakat di wilayah Kabupaten Mamasa.
Di kabupaten Mamasa, khususnya di Balla Satanetean dan desa-desa sekitarnya di dalam kabupaten Mamasa, terdapat kebiasaan-kebiasaan yang tumbuh dan berkembang dengan baik dan tidak meninggalkan konsep
10
pemerintahan di tingkat desa dengan otonominya. Di Desa Balla Satanetean, Kecamatan Balla, Kabupaten Mamasa, misalnya, telah berkembang adat berupa kegiatan “Bulan Liang” yang artinya kuburan bernuansa kristen. Adat ini telah dilakukan selama bertahun-tahun, diakui dan merupakan kegiatan adat keagamaan yang berkelanjutan. Dan beberapa budaya yang masih sangat kental yaitu “Rambu Tuka” dan “Rambu Solo”, serta dalam menyelesaikan suatu perselisihan yang terkadang antar masyarakat masih menggunakan cara-cara tradisional untuk menyelesaikannya seperti “Mekalepak Manuk”, “Mebulle Bai”, Merengan Tedong" tergantung besarnya masalah.
Dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 5 Tahun 2007, menjelaskan bahwa Lembaga Adat Desa merupakan lembaga kemasyarakatan baik yang sengaja dibentuk maupun yang secara wajar telah tumbuh dan berkembang di dalam sejarah masyarakat atau dalam suatu masyarakat hukum adat tertentu dengan wilayah hukum dan hak atas harta dan kekayaan di dalam hukum adat tersebut, serta berhak dan berwenang untuk mengatur, mengurus, dan menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan yang berkaitan dengan dan mengacu pada adat istiadat dan hukum adat yang berlaku. Lembaga adat Desa bertugas membantu pemerintah desa dan sebagai mitra dalam memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat istiadat masyarakat desa. Lembaga adat ini pada hakekatnya adalah mitra kerja pemerintah desa.
Disinilah pemahaman dan kemampuan (kapabilitas) pemimpin dari suatu lembaga adat diperlukan dalam menjalankan perannya. Dan kemudian pemerintah desa yang ada dapat lebih memahami bahwasannya pemerintahan
11
desa itu sendiri dijalankan dengan menghormati dan atau berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal-usul maupun hak tradisional desa tersebut. Desa akan berjalan dengan baik apabila adanya sinergi antara pemerintah desa dengan lembaga adat setempat. Kapabilitas biasanya menunjukkan potensi dan kekuatan yang ada dalam diri seseorang untuk menunjukkan kemampuannya.
Para pemimpin dan aparat lembaga adat kurang memahami peran dan kedudukannya sehingga kurang berperannya dalam proses pembangunan di desa balla satanetean. Lembaga Adat di Desa Balla Barat dibentuk dengan memicu UU No. 6 Tahun 2014 dan perda mamasa.
Lembaga Adat di Desa Balla Barat dibentuk oleh pemerintah desa dengan berpedoman Peraturan Pemerintah Nomor 43 Tahun 2014 tentang Peraturan Pelaksanaan UU Desa. Lembaga Adat ini memerlukan persetujuan Badan Permusyawaratan Desa dan Kepala Desa yang melibatkan seluruh komponen masyarakat.
Anggota lembaga adat tidak diambil dari pemangku adat . Dalam hal ini, anggota lembaga adat adalah masyarakat biasa yang disamakan dengan masyarakat yang mampu berkomunikasi dengan baik dengan pemangku adat.
Sehingga dapat menjadi penghubung antara pemerintah desa dengan pemangku adat yang ada.
lembaga adat di desa Balla Satanetean akan sangat membantu pemerintah desa jika difungsikan dengan baik. Dan anggota lembaga adat juga dapat memahami apa peran mereka. Sehingga lembaga adat di Balla Satanetean dapat berfungsi dengan baik.
12
Lembaga adat di Desa Balla Satanetean belum berfungsi dengan baik. Hal ini sangat penting karena lembaga adat merupakan salah satu penunjang pemerintahan di desa. Hal ini terjadi karena pemerintah desa kurang memperhatikan Pemerintah lembaga adat di desa Balla Satanetean.
Lembaga adat hanya digunakan sebagai simbol dalam pemerintahan desa.
Pemerintah desa harus lebih serius menangani hal ini. Karena jika hal ini dibiarkan, maka lembaga adat akan bertambah tidak memahami peran lembaga tersebut terbentuk. Pemerintah desa harus memberikan pembinaan kepada anggota lembaga adat yang ada.
Jurusan Administrasi Negara juga dikenal sebagai Jurusan Ilmu Administrasi Negara atau Ilmu Hukum Administrasi Negara. Pada dasarnya, apa yang dipelajari dalam Ilmu Administrasi Negara adalah tentang bagaimana mengelola negara, sistem pemerintahan, merencanakan pembangunan daerah, pelayanan publik bagi masyarakat, tata kelola pemerintahan yang baik, kegiatan birokrasi, dan segala seluk beluk tentang negara
Jadi peran lembaga adat dalam pembangunan desa itu berkaitan dengan jurusan ilmu administrasi negara karna dalam perencanakan pembangunan dan pelayanana kepada masyarakat itu di pelajari dalam jurusan ilmu administrasi negara.
Mencermati hal tersebut di atas, sebagai bentuk semangat penulis untuk mengetahui keberadaan lembaga adat yang tidak mengatasi fenomena yang terjadi, penulis tertarik untuk melakukan penelitian sesuai dengan kemampuannya.
13
B. Rumusan Masalah Dan Batasan Masalah
Berdasarkan fenomena peneliti membatasi masalah agar peneliti tidak menyimpampang dari tujuan dan manfaat, maka peneliti ini berfokus pada Peran Lembaga Adat Dalam Pembangunan Desa.Kemudian diuraikan dalam submasalah sebagai berikut:
1. Bagaimana peran lembaga adat dalam pembangunan desa Balla Satanetean di Kec.Balla, Kab. Mamasa?
2. Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan Desa Balla Satanetean Kec. Balla, Kab. Mamasa?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang diangkat pada penulisan ini maka tujuannya adalah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui bagaimana peranan lembaga adat Balla Barat dalam Pembangunan Desa Balla Satanetean Kecamatan Balla Kabupaten Mamasa.
2. Untuk mengetahui bagai mana Bagaimana pemberdayaan masyarakat dalam pembangunan Desa Balla Satanetean Kec. Balla, Kab. Mamasa.
D. Manfaat Penelitian Manfaat Ilmiah
Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan dan bahan pemikiran tentang konsep pengembangan Ilmu Administrasi Negara
Manfaat Praktis
Diharapkan dapat menjadi masukan Kabupaten Mamasa khususnya
14
pemerintah desa balla barat serta lembaga adat agar kedepannya dapat bekerja sama dalam melaksanakan kegiatan pemerintahan denga baik di desa tersebut.
15
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA A. Peran Lembaga Adat
1. Konsep Peran
Menurut Soejono Soekanto, pengertian peran adalah aspek dinamis dari kedudukan (status). Ketika seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka ia menjalankan suatu peran. Perbedaan antara posisi dan peran adalah demi ilmu pengetahuan. Keduanya tidak dapat dipisahkan karena yang satu bergantung pada yang lain dan sebaliknya. Tidak ada peran tanpa posisi atau posisi tanpa peran. Seperti halnya posisi, peran juga memiliki dua arti. Setiap orang memiliki berbagai peran yang berasal dari pola kehidupan sosial. Pada saat yang sama, itu berarti bahwa peran menentukan apa yang dia lakukan untuk komunitas dan peluang apa yang diberikan komunitas kepadanya.
Poerwadarminta, (1995) peran berasal dari kata role, yaitu penulis naskah, kemudian sesuatu yang menjadi bagian atau memegang pemimpin utama. Peran adalah aspek status, jika seseorang menjalankan hak dan kewajibannya sesuai dengan kedudukannya, maka suatu tugas mempunyai peran-peran tersebut diatur oleh norma-norma yang berlaku dalam masyarakat dan melekat pada seseorang yang posisinya tidak sesuai dengan masyarakat. Peran lebih banyak menunjukkan pada fungsi, penyesuaian, seperangkat harapan dalam diri
16
seseorang yang merupakan dasar dari suatu proses dalam menyesuaikan diri pada suatu posisi sosial tertentu.
2. Lembaga Adat
Lembaga adat berasal dari dua kata yaitu lembaga dan adat. Kata Lembaga dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia EYD berarti asal usul, masa depan, bentuk, acuan, atau hubungan, atau organisasi, suatu pola hubungan manusia yang mapan, untuk interaksi sosial yang terstruktur dalam kerangka nilai-nilai yang relevan. Kelembagaan adalah tempat orang berkumpul, berkumpul secara terorganisir, terkendali, terbimbing untuk memanfaatkan sumber daya untuk suatu wilayah yang telah ditentukan. Kata adat berarti aturan-aturan atau perbuatan-perbuatan dan sebagainya yang bersifat umum atau sudah dilakukan sejak dahulu kala, sehingga lembaga adat adalah sesuatu yang dilakukan menurut adat. dalam sebuah organisasi. (Kasenda, 2018).
Dalam peraturan menteri dalam negri Nomor 18 tahun 2018 Tentang Lembaga Kemasyarakatan Desa dan Lembaga Adat Desa Menyebutkan bahwa Lembaga Adat Desa atau sebutan lainnya yang selanjutnya disingkat LAD adalah lembaga yang menyelenggarakan fungsi adat istiadat dan menjadi bagian dari susunan asli Desa yang tumbuh dan berkembang atas prakarsa masyarakat Desa
Pasal 2
Tujuan pengaturan LKD dan LAD meliputi:
a. mendudukkan fungsi LKD dan LAD sebagai mitra Pemerintah Desa dalam meningkatkan partisipasi masyarakat;
17
b. mendayagunakan LKD dan LAD dalam proses pembangunan Desa;dan c. menjamin kelancaran pelayanan penyelenggaraan Pemerintahan Desa.
Pasal 10
Tugas dan Fungsi Lembaga Adat Desa
(1) LAD bertugas membantu Pemerintah Desa dan sebagai mitra dalam memberdayakan, melestarikan, dan mengembangkan adat istiadat sebagai wujud pengakuan terhadap adat istiadat masyarakat Desa (2) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud pada ayat (1), LAD
berfungsi:
a. melindungi identitas budaya dan hak tradisional masyarakat hukum adat termasuk kelahiran, kematian, perkawinan dan unsur kekerabatan lainnya;
b. melestarikan hak ulayat, tanah ulayat, hutan adat, dan harta dan/atau kekayaan adat lainnya untuk sumber penghidupan warga, kelestarian lingkungan hidup, dan mengatasi kemiskinan di Desa;
c. mengembangkan musyawarah mufakat untuk pengambilan keputusan dalam musyawarah Desa;
d. mengembangkan nilai adat istiadat dalam penyelesaian sengketa pemilikan waris, tanah dan konflik dalam interaksi manusia;
e. pengembangan nilai adat istiadat untuk perdamaian, ketentraman dan ketertiban masyarakat Desa;
f. mengembangkan nilai adat untuk kegiatan kesehatan, pendidikan masyarakat, seni dan budaya, lingkungan, dan lainnya; dan
18
g. mengembangkan kerja sama dengan LAD lainnya
Perda Mamasa No. 5 tahun 2017 tentang Pemberdayaan dan Pengembangan Lembaga Adat Lembaga Adat adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang dibentuk pada tingkat kabupaten sebagai perpanjangan tangan Pemerintah dalam mengemban tugas menata Lisuan Ada’ dan Lembaga Adat di masing-masing wilayah adat dan atau lembaga adat tingkat Kecamatan dan atau Desa/Kelurahan yang tidak memiliki Lisuan Ada’ dan mengatur, mengurus serta menyelesaikan berbagai permasalahan kehidupan masyarakat sesuai dengan adat istiadat dan hukum adat yang berlaku.
Dalam Perda Mamasa Nomor 5 Tahun 2017 pasal 7 menyatakan bahwa maksud dilakukan Pemberdayaan dan Pengembangan Lembaga Adat adalah untuk meningkatkan peranan nilai-nilai adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan masyarakat dan Lembaga adat dalam menunjang kelancaran penyelenggaraan pemerintahan, kelangsungan pembangunan dan peningkatan ketahanan nasional serta turut serta mendorong mensejahterakan warga masyarakat setempat.
Tujuan Pemberdayaan dan Pengembangan Lembaga Adat adalah :
a. Untuk meningkatkan sumber daya manusia dan membentuk suatu wadah lembaga yang mengarah pada tatanan kehidupan suatu masyarakat yang tidak merubah nilai, kaidah dan kegiatan sosial yang tumbuh dan berkembang agar lebih berdaya guna dan berhasil untuk menunjang kelancaran pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan;
19
b. Untuk mempertahankaln nilai-nilai, kaidah atau norma norma dan kegiatan sosial yang telah mengakar dalam satu masyarakat yang dapat menunjang kelangsungan pembangunan dan ketahanan nasional;
c. Untuk melestarikan adat istiadat di desa dalam menunjang kelancaran pembangunan dan ketahanan nasional; dan
d. Untuk meningkatkan sikap positif terhadap lembaga adat agar dapat mencapai taraf hidup masyarakat yang lebih
Tugas Lembaga Adat adalah :
a. Menyalurkan pendapat masyarakat kepada Pemerintah serta menyelesaikan perselisihan yang menyangkut hukum adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat;
b. Memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam rangka memperkayal budaya serta memberdayakan masyarakat dalam menunjang penyeenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan; dan
c. Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta obyektif antara kepala adat/pemangku adat dan pimpinan atau pemuka adat dengan aparat pemerintah di daerah.
Kemudian menurut Peraturan Daerah Kabupaten Mamasa Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemberdayaan dan Pengembangan Lembaga Adat pasal 4, Lembaga Adat Kabupaten dibentuk dan diresmikan oleh Bupati, kemudian
20
secara bertahap dibentuk Lembaga Adat Lisuan Ada' dan/atau Kecamatan.
diresmikan oleh Lembaga Adat Kabupaten, selanjutnya Lisuan Ada' dan atau Lembaga Adat setingkat Desa dibentuk dan diresmikan oleh Lembaga Adat Kecamatan atau Lisuan Ada'. Artinya lembaga adat tidak berdiri sendiri, tetapi harus mampu bersinergi dengan berbagai lembaga dan instansi pemerintah lainnya di berbagai tingkatan, mulai dari tingkat desa hingga kabupaten.
Berikut susunan kepengurusan lembaga adat dari tingkat kabupaten ke Desa Balla Satanetean :
Susunan Kepengurusan Lembaga Adat Kabupaten Mamasa I. Pelindung :
1. Bupati Mamasa 2. Dandim 1402 Polman 3. Kapolres Mamasa 4. Kajari Mamasa
5. Ketua DPRD Kabupaten Mamasa II. Penasehat :
1. Wakil Bupati Mamasa
2. Wakil Ketua DPRD Kabupaten Mamasa 3. Sekretaris Daerah
4. Anggota DPRD Mamasa 5. Tokoh-tokoh Adat
III. Ketua Umum : Benyamin Matasak Unsur Ketua :
21
1. Simon Tupa’langi’
2. Drs. Yusuf Pangloli, MH.
3. Drs. Benhard Buntutiboyong , MH, Msi 4. Joni Ma’dika
5. Daen Maempa, SE.
6. Ir. Edy Mulyono Pualillin, SE,MH.
7. Drs. Salmon Tangngalangi 8. Jun Set Budi Bombong 9. B. Bongga Arruan S.P.
10. Marthen Deppa, S.sos.
11. Timotius
12. Irwan Puang Langi, SH.
13. Ir. Yohanis Bataragoa 14. Marthinus Tiranda 15. L. Desssiande 16. Ma’dika Koa’
17. Payung
18. Adolpina Demmassa’bu 19. Elisabeth, SE.
20. Arruan Paillin 21. Thomas D.
22. Helbi Lubuk 23. Obed Mangoli’
22
24. Muh. Said
25. Mauritz Genggong
26. Pdt. Marthen Matasak, M.Th 27. Deppabala
28. Drs. Alexander Depparinding, MM.
29. Sadrak Pamillangan 30. Muh. Ridwan, S.sos, M.si 31. Yafet Siallu’
32. Joni Dettumanan 33. H. Muhammad Ayub 34. Paulus Tammi’
35. Ir. Kharisma Tandipuang, MP 36. Betten
37. Midde Lein Tammy 38. Hapri Demmalima, S.sos 39. Demmanggata
40. Daniel Gandang, S.sos 41. S. Makkotanan
42. Y.P. Tambu
43. David Bambalayuk, ST.Msi 44. T Rombe
45. Bongga Lakkean 46. Timotius Tiboyong
23
47. Tanan
48. Daniel DP Ma’dika
IV. Sekretaris Umum : Reynhard A. Tupa’langi’, S.Pd,MH Sekretaris I : Robert Luther, S.Ip
Sekretaris II : Sura’
Sekretaris III : Yuliadi Ma’dika Sekretaris IV : Yakobus Datubali V. Bendahara Umum : Jan Deppauang
Bendahara I : Ernesto Randan, S.Ip Bendahara II : Festinywaty BM, SE,MM Bendahara III : Yohanis BM, SE,MM VI. Bagian Hukum :
1. Ely Sambominanga, SH 2. Darwin, SH.
3. Wirsandiwaris, SH 4. Maikal R, SH 5. Demianus F. Solon 6. Hadris Hamid VII. Bagian Organisasi :
1. Suleman Puang Langi, SH 2. Yohanis Rambakila’
3. Aco Ma’dika, SE 4. Tandimunna’
24
VIII. Bagian Humas :
1. Marthen Arruan Silomba, SE 2. Labora Tandipuang, S.sos 3. Demmaelo’, S.sos.Msi 4. Lissak Paliwanan
5. Drs. Hendrik Sumampouw 6. Joni Buntukaraeng
7. Samuel 8. Andi Guntur IX. Bagian Pendidikan :
1. Gerson Montolayuk
2. Drs. Obed Deppara’ba’, M.Pd 3. Drs. Arizenjaya, M.Eng 4. Andi Bangsawan X. Bagian Budaya :
1. Rahmad Taula’bi’, S.sos 2. Pualillin
3. Demmaroa’. BA 4. Yusuf Arruan Banga 5. Deppagego
6. Jud Dami 7. Daniel Pualangi XI. Bagian Ekonomi Dan Sosial :
25
1. Martinus Salamangi 2. Awaluddin
3. Daen Saratu’
4. Leimena S.Pd
5. Reinhard Bonggakaraeng
SUSUNAN KEPENGURUSAN LEMBAGA ADAT KECAMATAN BALLA
I. Pelindung :
1. Bupati Mamasa
2. DANDIM 1402 POLMAN 3. KAPOLRES Mamasa 4. KAJARI Mamasa
5. Katua DPRD Kabupaten Mamasa II. Penasehat :
1. Wakil Bupati Mamasa 2. Wakil Ketua DPRD Mamasa
3. Sekretaris Daerah Anggota DPRD Mamasa 4. Tokoh-tokoh Adat
5. Camat Balla
6. Kepala Desa Sekecamatan Balla III. Ketua Umum : Thomas D.
Unsur Ketua : 1. Sareong
26
2. A. Genggong 3. Bonggalayuk 4. Leonard 5. Demmanala 6. Demmapapa, SH.
IV. Sekretaris Umum : Rudy Demmalona, S.Pd, MM.
Sekretaris : Alexander Pakiding, BcKU.
V. Bendahara : Daniel, SE.
VI. Bagian Hukum :
1. Nurhadi Lake Pulio, SH.
2. Zakeus Demmanapa, SH.
VII. Bagian Organisasi :
1. Yeheskiel Demamakanan 2. Alexander Bakke, SP.
VIII. Bagian Humas :
1. Daen Manambo Pawa 2. Demmaloga, S.Th.
IX. Bagian Pendidikan : 1. Luther, S.Pd.
2. Demmalona, S.Pd.
1. Susunan Kepengurusan Lembaga Adat Desa Balla Barat 1. Ketua : Thomas D.
27
2. Wakil Ketua : Demmanala R.
3. Sekretari : Deppabala’
4. Bendahara : Yohanis 5. Anggota :
1. Rober 2. Dessilomba 3. Agustinus P.
4. Fredrik 5. Yohanis B. Manajemen Pembangunan
1. Pengertian Manajemen Pembangunan
Pengertian Manajemen Pembangunan Menurut (siagian, 2005) adalah upaya atau rangkalian pertumbuhan yang direncanakan dan upaya perubahan yang dilakukan oleh suatu bangsa, negara dan pemerintah secara sadar menuju modernitals dallalm konteks pembangunan bangsa. Sedangkan pengertian manajemen pembanguna menurut (Tjokroamidjojo, 1995) adalah proses contro pemerintah terhadap bisnis (administrasi) untuk mewujudkan pertumbuhan yang direncanakan menuju situasi yang di anggap lebih baik dan lebih maju dalam berbagai aspek kehidupan berbangsa.
Manajemen adalah istilah yang secara umum dapat diartikan sebagai upaya untuk memecahkan masalah Upaya tersebut berupa rangkaian atau rangkaian kegiatan untuk mencapai tujuan. Bagi masing-masing pihak, baik individu maupun institusi, permasalahan tersebut sangat beragam, mulai dari
28
yang sederhana hingga yang kompleks. Di antara berbagai kategori masalah tersebut ada yang tergolong penting tetapi hanya sedikit yang biasanya dipilih untuk ditangani. Pemilihan ini Pentingnya prioritas yang diberikan untuk masalah tertentu. (Sondita, 2012)
Pembangunan adalah rangkalian pertumbuhan dan perubahan terencana yang dilakukan secara sadar oleh seluruh masyarakat tanpa terkecuali. Untuk meningkatkan kesadalran dan memperkuat partisipasi masyarakat dalalm mensukseskan suatu program pembangunan, maka perlu dilakukan proses penggerakan dari bawah sehingga dapat menggerakkan seluruh sektor sosial yang ada sehingga partisipasi masyarakat dapat terwujud. (Yusuf & Ridwan, 2018)
Manajemen pembangunan adalah upaya atau pelaksanaan serangkaian upaya pertumbuhan dan perubahan terencana yang dilakukan oleh suatu bangsa, negara, dan pemerintah secara sadar menuju modernitas dalalm rangka pembangunan bangsa. (Kato et all., 2021)
Manajemen pembangunan adalah mengelola kegiatan masyarakat di bidang ekonomi dan perubahan sosial dengan tujuan membangun masyarakat.
Pendekatan manajemen dimulai dengan mengembangkan visi, mengembangkan misi, strategi dan tindakan pembangunan. Visi adalah arah kemana kita ingin pergi, Visi pembangunan Indonesia adalah negara yang berisi rakyat yang makmur, mandiri, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang 45.
Artinya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang Ketuhanan, Kemanusiaan, Persatuan, Permusyawaratan dan Keadilan . Misi adalah alasan keberadaan kita
29
sebagai bangsa, atau raison d'etre. Misi pembangunan Indonesia adalah sebagai negara bangsa yang merdeka, bersatu dan berdaulat. Dalam kerangka kehidupan bersama umat manusia di dunia. Visi dan misi pembangunan Indonesia harus sama untuk setiap organisasi dan masyarakat, tetapi aspirasi mereka dapat berbeda sesuai dengan tempat dan kondisi masing-masing.
Studi mengenali manajemen telah banyak mengalami perkembangan namun teori dasarnya tidak termasuk kegiatan yang dilakukan oleh manajemen, yaitu:
a. Perancangan (Planing). Perancangan sebagai fungsi manajemen adalah usaha yang secara sadar terorganisir, dan terus menerus melakukan guna memilih alternatif yang baik dari sejumlah alternatif untuk mencapai tujuan tertentu.
b. Penganggaran (Budgeting). Penganggaran merupakan salah satu kegiatan utama setiap manajemen. Penganggaran sangat erat kaitannya dengan perencanaan karena pada prinsipnya penganggaran merupakan rencana pembiayaan yang disusun dalam kurun waktu yang telah ditentukan.
c. Pelaksanaan (Implementasi). Pelaksanaan pembangunan merupakan kegiatan realisasi dari proses perencanaan yang telah disusun sebelumnya dengan cara yang efektiv dan efisien.
d. Monitoring dan evaluasi. Monitoring ditunjuk untuk melihat kemajuan dan keberhasilan suatu pelaksaan pembangunan sesuali dengan apa yang direncanakan.
30
Manajemen pembangunan diartikan sebagi peran manajemen publik dalam mewujudkan pembangunan. Oleh karena itu, dalalm membahas dimensi pembangunan dalam tulisan ini digunakan pendekatan manajemen publik (Cookson & Stirk, 2019).
2. Fungsi Manajemen Pembangunan
Adapun menurut (Riskayanti, 2021), fungsi-fungsi manajemen adalah sebagai berikut:
a. Perencanaan
Perencanaan adalah suatu proses yang menyangkut upaya-upaya yang dilakukan untuk mengatisipasi masa depan yang akan datang serta menentukan strategi dan taktik yang tepat untuk mewujudkan tujuan dan sasaran organisasi. Diantara trend tersebut misalnya bagaimana merancang suatu organisasi agar dapat bekerja secara efektif dan efisien dalam persaingan global dan sebagainya.
b. Pengorganisasian
Pengorganisasian adalah proses bagaimana strategi dan taktik yang telah dirumuskan dalam perencanaan dirancang dalam organisasi yang tepat dan tangguh, sistem dan lingkungan yang kondusif, dan agar semua pihak dalam organisasi dapat bekerja sama secara efektif dan efisien untuk mencapali tujuan organisasi.
c. Penggerakan
Penggerakan adalah proses menjalankan program agar semua pihak dalam organisasi dapat berjalan dan proses memotivasi agar semua pihak
31
dapat mengambil tanggung jawab dengan kewaspadaan dan produktivitas yang tinggi.
d. Pengawasan
Pengawasan adalah suatu proses yang dilakukan untuk memastikan rangkaian kegiatan yalng telalh direncalnalkaln, diselenggarakan, dan dilaksanakan dapat berjalan sesuai dengan sasaran yang diharapkan meskipun berbagai perubahan teradi di lingkungan dunia yang dihadapinya.
3. Unsur-Unsur Manajemen
Dalam manajemen ada beberapa hal yang berguna untuk membantu setiap organisasi untuk dapat melaksanakan perencanaan, yaitu mampu mengatur, memberikan arahan dan mengkoordinasikan serta mengawasi kesepakatan atau tujuan awal, serta mampu melakukan pengawasan terhadap pelaksanaan pekerjaan.
Adapun unsur-unsur manajemen yang sudah dikemumukan oleh hamza yakub adalah sebagai berikut:
a. Man (Manusia)
Manusia adalah aktor dan juga yang menetapkan tujuan dalam proses kegiatan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Tegasnya faktor manusia itu mutlak, tidak akan ada manajemen tanpa manusia, karena manusia merencanakan, melakukan, menggunakan dan merasakan sesuatu dari manajemen itu sendiri.
b. Material (Bahan)
32
Faktor material ini sangat penting, karena manusia tidak dapat melaksanakan tugasnya tanpa didukung oleh kelengkapan alat. Sehingga dalam proses pelaksanaan kegiatan oleh organisasi tertentu perlu disialpkaln balhaln perlengkalpaln alpal-alpal yang dibutuhkan.
c. Machines (Mesin)
Peranan mesin di eral modern ini tidak dapat diralgukan lagi, mesin dapat membantu dalam pekerjalan. Mendefinisikan waktu kerja untuk menghasilkan sesuatu sehingga mendapatkan keuntungan lebih.
d. Methods (Metode)
Metode adalah cara melaksanakan suatu metode untuk mencapai suatu tujuan yang telah ditentukan sebelumnya. Cara kerja (metode) yang benar sangat menentukan dalam mengarahkan perhaltialn kepaldal malnaljemen dallalm sualtu organisasi, karena dengan cara yang tertata dengan balik akan menghasilkan produk yang baik pula, sehingga tercapai secara efektif dan efisien.
e. Money (Uang)
Di dunia modern, uang sebagai alat tukar dan alat pengukur nilai, selain itu diperlukan untuk mencapai suatu tujuan. Pengaruh dan peran uang sosial sangat besar.
f. Market (Pasar)
Pasar yaitu barang-barang yang dihasilkan oleh suatu lembaga atau perusahaan harus segera dipasarkan, oleh karenal itu pemasaran dalam manajemen merupakan salah satu hal yang tidak dapat diabaikan.
33
C. Pelayanan Masyarakat
1. Pengertian Pelayanan Masyarakat
Masyarakat membutuhkan pelayanan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan yang tidak dapat dipenuhi sendiri. Pemerintah mempunyai peranan penting untuk menyediakan layanan publik sesuai yang telah diamanatkan dalam UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang pelayanan publik (pasal 1) menyebutkan bahwa “Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa dan/atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik”.
Rendahnya mutu pelayanan publik yang diberikan oleh aparatur pemerintah menjadi citra buruk pemerintah di tengah masyarakat. Sebagian masyarakat yang pernah berurusan dengan birokrasi selalu mengeluh dan kecewa terhadap layanan yang berikan.
Menurut Kurniawan dalalm Mulyani dkk (2018:39) Pelayanan publik dapat diartikan sebagali memberikan pelayanan (melayani) kebutuhan orang atau masyarakat yang mempunyai kepentingan terhadap organisasi sesuai dengan aturan pokok dan tata cara yang telah ditetapkan.
Sedarmayanti (2009:423) mengatakan bahwa, pelayanan berarti melayani suatu jasa yang diperintahkan oleh masyarakat dalam segala bidang kegiatan.
Kegiatan pengabdian kepada masyarakat merupakan salah satu tugas dan fungsi penyelenggaraan negara.
34
Pelayanan publik yang diselenggarakan oleh penyelenggara pelayanan publik bagi setiap warga negara dan penduduk meliputi barang, jasa, dan pelayanan administrasi. Pelayanan publik dilaksanakan berdasarkan asas pelayanan public. (Sembiring, 2012)
Memberikan pelayanan yang balik kepada masyarakat akan memberikan nilai positif dalam menciptakan dukungan terhadap kinerja pemerintah (Yudianto 2020). Instansi pemerintah yang mempunyali peranan penting dalam pelayanan informasi, dimana kualitas pelayanan yang diberikan oleh instansi pemerintah masih belum optimal dalam memberikan informasi untuk dan memudahkan masyarakat untuk mendapatkan informasi, secara langsung merupakan solusi yang tepat dalalm menggunakan teknoogi yang dipesan.
Manfaat yang diperoleh dari sistem ini adalah untuk memudahkan aparat desa dan penggunaan layanan bagi warga desa dalam pendataan dan warga desa untuk mempermudah melayani warga atau warga dalam permintaan surat.
Artinya masyarakat tidak perlu jauh-jauh datang ke kantor untuk mengisi formulir hingga petugas tata usaha yang masih mengharapkan sistem yang sederhana dan masih menunggu manual dalam pembuatan surat dalam mengolah data pembukuan dan pengarsipan surat dan lain-lain. (Ritnawati et all., 2020).
2. Jenis-jenis pelayanan public
Menurut (Dwimawanti, 2004) pengelompokan jenis pelayanan masyarakat berdasarkan ciri dan sifat kegiatan dalam proses pelayanan yang dihasilkan dapat dibedakan menjadi:
35
a. pelayanan administratif. Yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelalyalnaln berupal pencaltaltaln, penelitialn, pengambilan keputusan, pendokumentasian, dan kegiatan administrasi lainnya yang secara keseluruhan menghasilkan produk alkhir berupal dokumen. Contoh dari jenis layanan ini antara lain: sertifikat, izin, rekomendasi, pernyataan tertulis, dan lain-lain.
b. layanan barang. Yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa penyediaan, termasuk atau pengolahan bahan berwujud, distribusi dan penyediaan fisik, kepada konsumen secara langsung (sebagai unit atau individu) dalam satu sistem. Keseluruhan kegiatan tersebut menghasikan produk akhir berupa benda (bentuk fisik) atau yang dianggap benda yang memberikan nilai tambah secara langsung bagi penerimanya. Contoh dari jenis layanan ini adalah: layanan listrik, layanan alir bersih, dan layanan telepon.
c. Pelayanan jasa. Yaitu jenis pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa penyediaan sarana dan prasarana serta penunjangnya. Operasinya didasarkan pada sistem operasi tertentu dan pasti, produk akhir adalah layanan yang menguntungkan penerima secara langsung dan habis dalam jangka waktu tertentu. Contoh dari jenis layanan ini adalah: layanan transportasi darat, laut, dan udara, layanan kesehatan, layanan perbankan, layanan pos, dan layanan pemadam kebakaran.
36
D. Teori Pembangunan Desa
Pembangunan desa menurut Kartasasmita (1996:392) yalitu:
Pembangunan desa dalam arti luas meliputi berbagai bidang kehidupan seperti ekonomi, sosial, budaya, politik dan keamanan yang memadukan peran pemerintah dan masyarakat dalam pengelolaannya dengan memanfaatkan sumber daya pembangunan. efektif dalam rangka meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan. masyarakat secara berkelanjutan. Pembangunan desa merupakan suatu strategi yang dirancang untuk meningkatkan kehidupan sosial ekonomi masyarakat tertentu.
Ada 4 tahapan dalam proses pembangunan desa, yaitu perencanaan, pembangunan, pengawasan, dan pertanggungjawaban.
1) Perencanaan
Perencanaan Pembangunan Desa merupakan tahap awal yang dilakukan oleh pemerintah desa yang melibatkan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan masyarakat secara partisipatif untuk memanfaatkan seluruh sumber daya desa guna mencapai tujuan bersama.
Perencanaan Pembangunan Desa disusun oleh Pemerintah Desa sesuai dengan Kewenangan Desa berdasarkan hak asal usul dan kewenangan Desa berskala lokal dengan mengacu pada perencanaan pembangunan kabupaten/kota. Perencanaan Pembangunan Desa dilaksanakan oleh Pemerintah Desa dengan melibatkan unsur masyarakat Desa dan dapat juga didampingi oleh perangkat daerah kabupaten/kota, pendamping profesional, Kader Pemberdayaan Masyarakat Desa; dan/atau pihak lain.
37
2) Pelaksanaan
Penyelenggaraan pembangunan desa adalah segala kegiatan yang dilakukan secara mandiri oleh pemerintah desa dan/atau kerjasama antar desa, kecuali pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan jasa konstruksi.
Pelaksanaan pembangunan desa dilakukan melalui dua tahap, yaitu persiapan dan pelaksanaan pembangunan.
Dalam hal desa melaksanakan pekerjaan yang memerlukan keahlian khusus dan jasa konstruksi melibatkan jasa pihak ketiga sesuai dengan ketentuan Peraturan Badan Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah Nomor 12 Tahun 2019 tentang Pedoman Penyusunan Tata Cara Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Pengadaan Barang/Jasa di Desa.
Tahap persiapan yang meliputi penetapan Pelaksana, penyusunan rencana kerja, sosialisasi dan/atau publikasi kegiatan, pembekalan Pelaksana Kegiatan, pelaksanaan koordinasi dan sinergi pelaksanaan kegiatan, penyusunan dokumen administrasi, penetapan waktu pengadaan barang dan jasa, pengadaan tenaga kerja, dan pengadaan bahan/material.
Selanjutnya untuk tahap pelaksanaan pembangunan Desa, Kepala Desa mengoordinasikan pelaksanaan pelaksanaan kegiatan, pengendalian pelaksanaan, perubahan pelaksanaan, penanganan penyelesaian dan penyelesaian, pelaporan hasil pelaksanaan, pelaksanaan, dan hasil kegiatan.
3) Pengawasan
38
Pengawasan dan pemantauan pelaksanaan Pembangunan Desa dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah provinsi, dan pemerintah daerah kabupaten/kota.
Pengawasan terhadap pelaksanaan Pembangunan Desa juga harus dilakukan oleh masyarakat secara partisipatif, hasil pengawasan dan pemantauan ini selanjutnya dapat menjadi dasar pembahasan dalam Musyawarah Desa (Musdes).
4) Pertanggungjawaban
Kepala Desa menyampaikan laporan pertanggungjawaban realisasi APBDes kepada Bupati/Walikota melalui camat setelah disetujui oleh BPD setiap akhir tahun anggaran, yang disampaikan paling lambat 3 (tiga) bulan.
setelah berakhirnya tahun anggaran sesuai dengan Peraturan Desa.
Permasalahan pembangunan desa senantiasa berhubungan dengan partisipasi ketenagakerjaan (employment gap), akses dan kesempatan terhadap faktor produksi (homogenity gap), dan informasi yang berkalitan dengan pasar (information gap). Dari kesenjangan (gap) itulah kemudian berkembang menjadi beberapa permasalahan pembangunan desa adalah sebagai berikut :
a. Kemiskinan, pembangunan yang bertujuan untuk mengangkat orang dari kemiskinan. Upaya pengentasan kemiskinan di Indonesia masih mengalami kesulitan karena berbagai faktor, misalnya krisis ekonomi pada tahun 1998.Fenomena kemiskinan di desa juga diwarnai oleh bias gender dimana perempuan dianggap makhluk yang lemah.
39
b. Kesenjangan pendapatan, dimana pendapatan petani miskin meningkat menurun dan petani kaya semakin kaya Kesenjangan juga terjadi dalam kepemilikan luas lahan pertanian, dimana kepemilikannya lahan pertanian kurang dari 0,5 hektar terus berkembang dari tahun ke tahun.
c. Kegagalan transformasi, yaitu hasi dari strategi industrialisasi yang tidak diarahkan dengan mengabaikan sektor pertanian. Keuntungan pertanian berkurang akibat kenaikan harga produksi dan biaya hidup, yang tidak cukup seimbang dengan peningkatan hasil panen.
d. Menurunnya kelembagaan masyarakat desa setempat. Ada pergeseran nilai daln persepsi di antara anggota masyarakat mengingat alokasi sumber daya karena pengaruh mekanisme pasar Bagi yang terlantar, tidak mampu memenuhi aspirasi atau kebutuhan mereka, mereka akan mengeksploitasi sumber daya alam sekitar.
E. Teori Pembangunan Masyarakat
Pembangunan masyarakat menurut Qodri (2003:21) adalah suatu proses pelaksanaan pembangunan yang ada pada beberapa elemen masyarakat serta peningkatan kemampuan masyarakat. Pemberdayaan masyarakat juga merupakan konsep pembangunan ekonomi yang merangkum nilai-nilai sosial.
Konsep tersebut mencerminkan paradigma baru pembangunan, yaitu pembangunan yang berpusat pada manusia, pembangunan partisipatif, pemberdayaan dan keberlanjutan.
Menurut (Nain, 2019) pembangunan masyarat desa dilakukan berdasarkan 3 azas, yaitu azas pembangunan integral, azas kekuatan sendiri, dan azas
40
permufakalan bersama. Adapun ke 3 (tiga) azas tersebut adalah :
Pertama. azas pembangunan integral ialah pembangunan yang seimbang dari semua segi-segi masyarakat desa ( pertanian, pendidikan, kesehatan, perumahan dan sebagainya ), sehingga menjamin suatu perkembangan yang selaras dan yang tidak berat sebelah. Tetapi perlu diingat bahwa untuk masa permulaan titik berat terutama harus diletakkan dalam pembangunan ekonomi.
Kedua. azas kekuatan sendiri ialah bahwa tiap-tiap usaha pertama-tama harus didasarkan pada kekuatan atau kemampuan desa sendiri, dengan tidak menunggu-nunggu pemberian dari pemerintah.
Ketiga. azas permufakatan bersama diartikan bahwa usaha pembangunan harus dilaksanakan dalam lapangan yang benar-benar dirasakan sebagai kebutuhan oleh anggota-anggota masyarakat desa yang bersangkutan.
Menurut(Kartono & Nurchois, 2016) Kaho dalam buku prospek otonomi daerah di Indonesia menjelaskan ada 4 hal penting dalam partisipasi masyarakat dalam proses pelaksanaan pembangunan, yaitu:
1. Partisipasi dalam pengambilan keputusan atau perencanaan 2. Partisipasi dalam pelaksanaan
3. Partisipasi dalam memanfaatkan hasi 4. Partisipasi dalam evaluasi
F. Teori Lembaga Adat
Organisasi/lembaga adat memiliki peran penting dalam upaya menjaga eksistensi suatu budaya agar nilai-nilai kemanusiaan, kebersamaan, dan keteladanan yang telah tertanam dalam masyarakat tetap lestari dan berlanjut
41
ke generasi yang akan datang. Banyak hal yang kemudian menjadi tantangan bagi masyarakat adat dalam proses mempertahankan budayanya balik dari pengaruh modernisasi maupun dinamika masyarakat itu sendiri. Oleh karena itu, wadah organisasi/lembaga adat sangat diperlukan untuk mewadahi kesadaran masyarakat hukum adat dalam menghadapi tantangan tersebut agar dalam perkembangannya budaya tidak terabaikan di masyarakatnya sendiri.
(Kuyasin, 2018)
Perda Mamasa No. 5 tahun 2017 tentang Pemberdayaan dan Pengembangan Lembaga Adat Lembaga Adat adalah sebuah organisasi kemasyarakatan yang dibentuk pada tingkat kabupaten sebagai perpanjangan tangan Pemerintah dalam mengemban tugas menata Lisuan Ada’ dan Lembaga Adat di masing-masing wilayah adat dan atau lembaga adat tingkat Kecamatan dan atau Desa/Kelurahan yang tidak memiliki Lisuan Ada’ dan mengatur, mengurus serta menyeesaikan berbagai permasalahan kehidupan masyarakat sesuai dengan adat istiadat dan hukum adat yang berlaku.
Tugas Lembaga Adat adalah :
a. Menyalurkan pendapat masyarakat kepada Pemerintah serta menyelesaikan perselisihan yang menyangkut hukum adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat;
b. Memberdayakan, melestarikan dan mengembangkan adat istiadat dan kebiasaan-kebiasaan masyarakat dalam rangka memperkaya budaya serta memberdayakan masyarakat dalam menunjang
42
penyelenggaraan pemerintah, pelaksanaan pembangunan dan pembinaan kemasyarakatan; dan
c. Menciptakan hubungan yang demokratis dan harmonis serta obyektif antara kepala adat/pemangku adat dan pimpinan atau pemuka adat dengan aparat pemerintah di daerah.
G. Penelitian Terdahulu
Penelitian terdahulu menjadi salah satu acuan yang penting bagi penulis dalam melakukan penelitian. Dengan menjadikan penelitian-penelitian terdahulu sebagai referensi, penulis dapat memperbanyak teori-teori untuk kepentingan kajian penelitian dan juga untuk mencari tahu apakah langkah penulis sudah tepat atau tidak. Adapun yang penulis temukan beberapa penelitian mengenai strategi pemasaran atau yang berkalitan dengan objek penelitian, antara lain:
Tabel: Penelitian terdahulu
NO Nama Peneliti Judul Penelitian Hasil Penelitian 1 Anjelina Markus
Herman Nayoan Stefanus Sampe
Peran Lembaga Adat Dalam Menjaga Ketertiban Dan
Keamanan Masyarakat Di Desa Salurang Kecamatan Tabukan Selatan Tengah
1.Menyangkut peranan lembaga adat di tengah tengah masyarakat sebagai lembaga yang kredibilitasnya teruji di masyarakat tentunya membawa dampak yang sangat positif di kalangan
43
Kabupaten Kepulauan Sangihe
2018
masyarakat dengan hadirnya lembaga ini serta berjalannya fungsi lembaga adat dengan baik, dampak pada maksimanya upaya dari pemangku kepentingan lain yang misalnya Babinsa yang berasal dari angkatan darat dan Babinkamtibmas yang merupakan aparat kepolisian dalam menjaga keamanan di desa salurang
2 Pendekatan secara kultur adat dan budaya yang di lakukan oleh lembaga adat dalam menjelankan perannya untuk menjaga keamanan dan ketertiban di Desa salurang di rasa cukup
44
berhasil dalam menekan angka kriminalitas dan tentunya berimbas terjaganya serta
terpeliharanya keamanan di desa salurang yang berimbas pada kualitas kehidupan masyarakat yang ada di desa salurang yang selalu terasa
terhindar dari ancaman fisik malupun psikis 3 Masyarakat
memerlukan panduan khusus yang tertulis secara baku untuk aturan aturan adat istiadat sebagai panduan dasar dalam kehidupan bermasyarakat ,karna desa salurang sebagai desa adat
45
4 Sudah terjadi degradasi atau lunturnya nilai nilai adat istiadat yaitu nilai nilai yang luhur dalam kehidupan bermasyarakat dari generasi milenial yang di akibatkan oleh perkembangannya budaya di luar budaya tradisional
2. Alinun Zahria (2020)
Peranan Lembaga Adat Dalam Melestarikan Budaya Lokal Masyarakat Desa Betung Bedarah Timur Kecamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo
Berdasarkan analisis data dan pembahasan dapat disimpukan bahwa peran lembaga adat Desa Betung Bedarah Timur Kacamatan Tebo Ilir Kabupaten Tebo dalam melestarikan budaya lokal masyarakat desa Betung Berdarah Timur sangat negatif atau kurang berperan, karena lembaga adat di desa
46
Betung Bedarah Timur cenderung mengerti terhadap peran masing- masing, tetapi aktivitas yang dilakukan belum terlalu sempurna atau belum terealisasikan.
Kurangnya peranan lembaga adat diakibatkan kurangnya satu,
kurangnya pemahaman anggota lembaga adat sendiri terhadap adat istiadat desa, kedua karena memegang dua peranan/rangkap dua jabatan sehingga lembaga adat sulit untuk
mengontrol dan
melaksanakan program kerja, dan ketiga kurangnya pensosialisasian,
47
musyawarah, yang dilakukan lembaga adat pada masyarakat desa Betung Bedarah Timur.
3. Hendral Mondong
Peran Pemerintah Desa dalam Meningkatkan Partisipasi Masyarakat dalam Pembangunan Desa
Adapun kesimpulan yang dapat ditarik dari hasi penelitian ini adalah sebagai berikut : 1) Peranan pemerintah desa dalam
meningkatkan partisipasi masyarakat bagi
terlaksananya pembangunan sudah berperan dengan baik dalam rangka
mengimplementasikan kebijakan sehubungan dengan peningkatan partisipasi masyarakat.
2) Kemudian dilihat dari segi kemampuan
pemerintah desa dalam
48
menggerakkan partisipasi masyarakat sudah
mampu, sesuai dengan informasi yang ada.
3) Terdapat beberapa faktor penghambat, namun hal yang demikian masih dapat diantisipasi oleh pemerintah yang dalam hal ini adalah kepala desa atau dengan sebutan lain hukum tua lewat motivasi-motivasi yang disampaikan langsung serta selalu meningkatkan efektifitas kerja dan setiap aparatur pemerintah.
4) Dalam pelaksanaan tugas pemerintah sebagai administrator dalam bidang pembangunan dan kemasyarakatan sudah