• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peran Pemerintah dalam Mengatasi Dampak Pencemaran Air Tanah oleh Bakteri Escherichia coli

N/A
N/A
amel

Academic year: 2024

Membagikan "Peran Pemerintah dalam Mengatasi Dampak Pencemaran Air Tanah oleh Bakteri Escherichia coli"

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Dampak Pencemaran Air Tanah oleh Bakteri Escherichia coli

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Mikrobiologi Laut

Dosen Pengampu :

Misbakhul Munir, S. Si., M.Kes.

Oleh Kelompok 17 :

Amelia Rachma Wijaya (09040421050) Maulidya Nurcahya Kinanthi (09040421054) Mirna Agung Safitri (09040421056)

PROGRAM STUDI ILMU KELAUTAN FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN AMPEL SURABAYA

2022

(2)

KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur kehadirat Allah Swt, yang Maha Kuasa atas limpahan rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah sesuai dengan rencana. Shalawat serta salam semoga tetap terhaturkan kepada Rasulullah Muhammad Saw yang telah membawa umatnya dari kegelapan menuju jalan terang benderang berupa agama Islam.

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Mikrobiologi Laut dengan judul “Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Dampak Pencemaran Air Tanah oleh Bakteri Escherichia coli.”

Dengan terselesaikannya penulisan makalah ini penulis mengucapkan terimakasih kepada :

1. Allah SWT karena hanya dengan seizin-Nya makalah ini dapat terselesaikan.

2. Bapak Misbakhul Munir, S.Si., M.Kes. Selaku dosen pembimbing mata kuliah Mikrobiologi Laut.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam menyusun tugas makalah ini. Oleh karena itu mengharap kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan penulisan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat dan menambah wawasan bagi penulis dan pembaca.

Waalaikumsalam Wr. Wb.

Surabaya, 20 Desember 2022

Penulis

(3)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu sumber kehidupan yang dibutuhkan oleh semua makhluk hidup dalam menjalankan kehidupan sehari-harinya. Bahkan, sekitar tiga per empat dari bagian tubuh manusia terdiri dari air. Semua makhluk hidup, termasuk hewan, tumbuhan, dan manusia memerlukan air untuk terus hidup. Air sebagai sumber daya alam memiliki arti dan fungsi sangat vital bagi kehidupan, karena air mempengaruhi kehidupan manusia dan makhluk hidup lain, sehingga harus dijaga dan dipelihara kelestarian fungsinya, serta dijamin mutunya melalui pengendalian pencemaran air. Untuk pemenuhan kebutuhan air bersih, baik untuk air minum maupun keperluan domestik lainnya, manusia paling banyak menggunakan air bersih yang berasal dari air tanah (sumur gali)(Gufran & Mawardi, 2019)

Kualitas air tanah dari sumur gali diasumsikan jauh lebih baik daripada memanfaatkan air permukaaan yang umumnya berasal dari sungai. Hal tersebut tidak sepenuhnya benar, karena dengan pemakaian air tanah yang berlebihan dan padatnya pemukiman, serta kurangnya fasilitas sanitasi, baik dari segi kuantitas maupun kualitasnya, maka akan mempengaruhi kualitas air tanah dari sumur gali secara langsung. Penurunan kualitas air tanah akan berdampak pada kehidupan masyarakat, terutama kesehatan dan kebersihan lingkungannya. Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001 menyebutkan bahwa “Pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya makhluk hidup, zat, energi, dan atau komponen lain ke dalam air dan atau berubahnya tatanan air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas air turun hingga ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat berfungsi lagi sesuai peruntukannya (Widiyanti, 2019)

Penurunan kualitas lingkungan, terutama air tanah dapat terjadi karena faktor bencana alam. Namun demikian, tidak dapat dipungkiri bahwa penurunan kualitas air tanah juga berkaitan dengan gejala sosial, seperti arus urbanisasi, pertumbuhan penduduk, serta tingkah laku sosial dalam memproduksi kebutuhan hidup manusia dan mengkonsumsi segala sumber daya alam yang ada. Pertumbuhan penduduk yang kian meningkat dan arus urbanisasi yang semakin melaju menjadi salah satu indikator utama penyebab turunnya kualitas lingkungan hidup.

(4)

Pencemaran air tanah atau penurunan kualitas air tanah berhubungan dengan erat dengan tingkat kepadatan penduduk, karena kebutuhan penduduk terhadap air bersih yang sehat juga meningkat. Semakin padatnya pemukiman penduduk tanpa memperhatikan kondisi dan kualitas lingkungan di sekitarnya dapat menimbulkan permasalahan, seperti banyaknya pencemaran yang terjadi serta tidak terpenuhinya kesehatan lingkungan. Banyaknya lokasi permukiman yang ada di sekitar bantaran sungai merupakan suatu permasalahan pencemaran air oleh limbah domestik dari penduduk yang hidup di sekitarnya. Pencemaran air sungai maupun air tanah dari sumur gali yang ditimbulkan oleh penduduk sekitar, seperti pembuangan limbah rumah tangga dan pembuangan sampah langsung ke sungai ataupun kurangnya fasilitas sanitasi yang baik. Hal ini disebabkan oleh kurangnya kesadaran penduduk akan kebersihan sungai maupun air tanah dari sumur gali yang berdampak terhadap kesehatan lingkungan yang ada di sekitarnya.

Air dapat menjadi media yang sering digunakan oleh mikroorganisme untuk melangsungkan hidupnya. Dimana ada air, pasti akan dijumpai berbagai macam organisme yang hidup di dalamnya, termasuk di antaranya adalah salah satu jenis bakteri Escherichia coli (E. coli). Penggunaan air yang tidak sesuai dengan standar yang ditetapkan dapat menimbulkan gangguan kesehatan yang disebabkan oleh adanya mikroorganisme yang bersifat patogen dan adanya zat kimia beracun yang mencemari air. Salah satu penyakit yang diakibatkan kurangnya ketersediaan air bersih adalah diare. Diare adalah penyakit yang ditandai dengan bertambahnya frekuensi buang air besar lebih dari biasanya (lebih dari 3 kali per hari) disertai perubahan bentuk dan konsistensi tinja. Diare disebabkan infeksi bakteri di dalam saluran pencernaan, seperti bakteri Escherichia coli (E. coli) (Winata & Hartantyo, 2014)

Secara teori, tingginya kandungan bakteri E. coli pada air tanah disebabkan oleh jarak saluran drainase yang sangat dekat dengan sumur pada daerah pemukiman padat penduduk dan fasilitas sanitasi yang kurang memadai. Penggunaan air yang mengandung bakteri E. coli untuk dikonsumsi dalam kehidupan sehari-hari akan menyebabkan diare maupun masalah pencernaan lainnya(Widiyanti, 2019). Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam pemberian informasi, baik bagi pemerintah maupun kepada masyarakat luas mengenai dampak bakteri Escherichia coli (E. coli) pada pencemaran air tanah dan pengaruhnya pada manusia, serta bagaimana peran pemerintah dalam menanggulangi hal tersebut mengingat ketergantungan penyediaan air bersih maupun air minum pada air tanah masih sangat tinggi.

(5)

1.2 Rumusan Masalah

a. Bagaimana dampak bakteri Escherichia coli (E. coli) pada pencemaran air tanah dan pengaruhnya pada manusia?

b. Apa saja peran pemerintah dalam menanggulangi pencemaran air tanah oleh bakteri Escherichia coli (E. coli)?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui dampak bakteri Escherichia coli (E. coli) pada pencemaran air tanah dan pengaruhnya pada manusia.

b. Untuk mengetahui peran pemerintah dalam menanggulangi pencemaran air tanah oleh bakteri Escherichia coli (E. coli).

(6)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Pencemaran Air Tanah

Pencemaran merupakan suatu keadaan perubahan tata lingkungan yang disebabkan makhluk hidup, zat, energi, dan komponen lain kedalam air oleh kegiatan manusia, sehingga kualitas turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan air tersebut tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya. Pencemaran air tanah adalah suatu keadaan dimana air tanah tersebut telah mengalami penyimpangan dari keadaan normalnya. Perubahan tersebut dapat menimbulkan bahaya bagi kehidupan manusia atau spesies-spesies yang berguna, proses- proses industri, tempat tinggal dan peninggalan-peninggalan kebudayaan atau dapat merusak sumber bahan mentah. Pencemaran merupakan penyebab utama penurunan kualitas airtanah terutama di daerah perkotaan. Kawasan perkotaan yang tingkat kepadatan penduduknya tinggi dan memiliki aktivitas yang kompleks sangat rentan dengan pencemaran airtanah. Hal tersebut beriringan dengan adanya peningkatan kebutuhan air tanah sebagai sumber kehidupan. Kondisi ini menyebabkan daerah menjadi rentan terhadap pencemaran, karena itu monitoring terhadap tingkat potensi pencemaran airtanah sangat penting untuk dilakukan. Limbah adalah zat, energi, dan atau komponen lain yang dikeluarkan atau dibuang akibat suatu kegiatan baik industri maupun non-industri.

2.2. Air Tanah

Air tanah merupakan air yang tersimpan atau terperangkap di dalam ruang pori atau lapisan batuan yang mengalami penambahan secara terus menerus oleh alam seperti hujan dan salju, dan kemudian air tersebut bergerak menuju sistem air tanah, dan kemudian kembali lagi ke aliran permukaan, danau, atau lautan. Secara umum air tanah mempunyai sifat-sifat yang menguntungkan, khususnya dari segi bakteriologis, namun dari segi kimiawi air tanah mempunyai beberapa karakteristik tertentu tergantung pada lapisan kesadahan, kalsium, magnesium, sodium, bikarbonat, pH, dan lain-lainnya. Dalam pemanfaatan air tanah memiliki beberapa keuntungan dan kerugian. Dari segi keuntungan, air tanah pada umumnya bebas dari bakteri patogen, dapat dipakai tanpa pengolahan, praktis, ekonomis dan lapisan tanah yang menampung merupakan tempat pengumpulan air alami. Beberapa kerugiannya, antara lain air

(7)

tanah seringkali mengandung banyak mineral- mineral seperti Fe, Mn, Ca dan sebagainya dan biasanya diharuskan pemompaan (Gufran & Mawardi, 2019).

2.3 Indikator Pencemaran

Air yang bersih, jernih, dan murni adalah air yang layak dikonsumsi oleh manusia, hewan, dan tumbuhan. Tetapi air yang sudah tercemar tidak layak dikonsumsi karena dapat mengganggu kesehatan. Adapun ciri-ciri air yang tercemar adalah sebagai berikut.

1. Ph

Suatu pH air yang normal harus memenuhi syarat yaitu berkisar 6,5-7,5. Apabila pH air tidak dalam kisaran angka tersebut atau tidak normal, maka dapat dikatakan bahwa air sudah dalam keadaan tercemar. Perubahan pH air dapat mengganggu kehidupan makhluk hidup, misalnya pembuangan limbah ke perairan dapat mengubah pH air yang dapat mengakibatkan gangguan pada makhluk hidup di dalamnya.

2. Suhu

Apabila terdapat air yang suhunya tidak sesuai akibat suatu kegiatan, akan mengganggu kehidupan hewan air dan mikroorganisme lainnya. Kenaikan suhu air akan menimbulkan beberapa akibat seperti meningkatkan kecepatan reaksi kimia, penurunan jumlah oksigen yang terlarut di dalam air, apabila batas suhu yang mematikan terlampaui, ikan dan hewan air lainnya akan mati.

3. Warna, Bau, dan Rasa

Terjadinya pembuangan limbah ke perairan tentu akan mengubah warna, bau, dan rasa.

Limbah buangan tersebut dapat larut dalam air bahkan mengendap. Keadaan air yang normal dan bersih pada umumnya tampak bening, jernih, dan tidak akan berwarna. Akan tetapi terkadang terdapat zat-zat yang beracun pada bahan limbah industri yang tidak mempengaruhi perubahan warna pada air. Jadi hal itu tidak berlaku mutlak, bahkan seringkali Warna kuning akan muncul jika air tercemar chromium dan materi organik. Jika air berwarna merah kekuningan, itu menandakan adanya cemaran besi. Sementara pengotor berupa lumpur akan memberi warna merah kecoklatan. Bau yang tercium dalam air tanah juga menunjukkan adanya

(8)

pencemaran. Apapun baunya, itu sudah menunjukkan bahwa air tanah tersebut tidak layak untuk dikonsumsi. Demikian pula dengan air yang memiliki rasa berarti telah terjadi penambahan material pada air dan mengubah pH air. Polutan berupa mineral akan membuat air tanah memiliki rasa tertentu. Jika terasa pahit, pemicunya bisa berupa besi, alumunium, mangan, sulfat, atau kapur dalam jumlah besar. Air tanah yang rasanya seperti air sabun menunjukkan adanya cemaran alkali. Sumbernya bisa berupa natrium bikarbonat, atau bahan pencuci yang lain, misalnya deterjen. Sedangkan rasa payau menunjukkan kandungan garam yang tinggi, sering terjadi di daerah sekitar muara sungai.

4. Terdapat Mikroba

Dalam perairan akan banyak ditemukan jenis-jenis mikroba. Mikroba sangat berperan dalam proses degradasi bahan buangan dari limbah industri maupun domestik. Bila bahan buangan yang harus didegradasi cukup banyak, maka mikroba akan ikut berkembang biak.

Tidak tertutup kemungkinan bahwa mikroba patogen ikut berkembang biak pula.

5. Timbulnya Endapan, Koloidal, dan Bahan Terlarut

Air tanah yang keruh merupakan suatu tanda bahwa air tanah telah tercemar oleh koloid (bio zat yang lekat seperti getah atau lem). Tanah liat, lumpur dan berbagai mikroorganisme seperti plankton atau partikel lainnya juga bisa menyebabkan air berubah menjadi keruh. Bahan buangan yang berbentuk padat, sebelum mengendap di dasar sungai akan melayang di dalam air bersama koloidal, sehingga menghalangi masuknya sinar matahari ke dalam lapisan air.

Padahal sinar matahari sangat diperlukan oleh mikroorganisme untuk melakukan fotosintesis.

2.4. Faktor-Faktor Pencemaran

Kegiatan-kegiatan yang menghasilkan limbah dan menjadi penyebab pencemaran air dapat berupa limbah industri, pertambangan, pertanian, rumah tangga, dan sebagainya.

Sebagian besar air tanah belum tercemar dan aman untuk digunakan, namun apabila sampai tercemar, maka pembersihan dan pemurnian akan sangat sukar. Keadaan normal air masih tergantung pada faktor penentu, yaitu kegunaan air itu sendiri dan asal sumber air. Terdapat beberapa faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas air tanah.

1. Kondisi sanitasi lingkungan air tanah

(9)

Apabila air tanah memiliki kualitas yang pada umumnya baik, akan tetapi banyak tergantung kepada sifat lapisan tanahnya, sedangkan apabila kondisi sanitasi lingkungan sangat rendah maka banyak tercemar oleh bakteri. Apabila berdekatan dengan industri dengan beban pencemaran tinggi dan tidak memiliki sistem pengendalian pencemaran air maka akan terpengaruh rembesan pencemaran.

2. Limbah Rumah Tangga

Limbah rumah tangga mencakup seluruh rumah tangga yang dibuang ke dalam saluran pembuangan, termasuk limbah sejumlah besar industri kecil yang sulit diidentifikasikan dan dihitung secara terpisah. Dalam kenyataannya volume limbah cenderung bervariasi, dan berkaitang dengan rata-rata standar hidup masyarakat. Umumnya semakin tinggi standar hidup, maka semakin banyak air yang digunakan, sehingga semakin banyak pula limbah yang dihasilkan. Berupa sampah organik, sampah anorganik, dan deterjen. Sampah organik merupakan sampah yang dapat diuraikan oleh bakteri, contohnya adalah sisa-sisa sayuran, buah-buahan, dan daun-daunan. Sedangkan sampah anorganik adalah sampah yang tidak dapat diuraikan oleh bakteri, contohnya adalah kertas, plastik, gelas atau kaca, kain, kayu-kayuan, logam, karet, dan kulit. Apabila sampah organik dibuang ke sungai, jumlah oksigen terlarut berkurang, karena sebagian besar oksigen digunakan bakteri untuk proses pembusukannya.

Apabila sampah anorganik dibuang ke sungai, maka cahaya matahari yang masuk ke sungai dapat terhalang sehingga menghambat proses fotosintesis dari tumbuhan air dan alga untuk menghasilkan oksigen. Limbah yang dihasilkan oleh rumah tangga tak hanya berupa buangan yang dihasilkan oleh rumah penduduk, namun juga yang berasal dari rumah sakit, rumah makan, dan lainnya.

3. Limbah Industri

Limbah Industri merupakan hasil dari aktivitas industri yang meningkat. Menjadi salah satu penyebab pencemaran air karena mengandung bahan polutan yang memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B3, yang dinyatakan sebagai bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup dan sumber daya.

Limbah industri dapat diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu: Limbah cair, Limbah Gas dan Partikel, dan Limbah Padat. Limbah cair bersumber dari pabrik yang biasanya banyak menggunakan air dalam proses produksinya. Pada limbah gas dan partikel merupakan limbah yang banyak dibuang ke udara. Gas atau asap, partikulat, dan debu yang dikeluarkan oleh

(10)

pabrik ke udara akan dibawa angin sehingga akan memperluas jangkauan pemasarannya.

Bahan-bahan tersebut akan bercampur dengan udara basah sehingga massa partikel jadi bertambah dan pada malam hari akan turun ke tanah bersama-sama dengan embun.

Penambahan unsur gas ke dalam udara yang melampaui kandungan alaminya akibat aktivitas manusia akan menurunkan kualitas udara. Sedangkan limbah padat adalah hasil buangan industri yang berupa padatan, lumpur, dan bubur yang berasal dari sisa proses pengolahan.

4. Limbah Pertanian

Pemakaian pupuk dan pestisida yang berlebihan dapat mencemari air. Limbah pupuk mengandung fosfat yang dapat merangsang pertumbuhan gulma air seperti ganggang dan eceng gondok. Pertumbuhan gulma air yang tidak terkendali ini menimbulkan dampak seperti yang diakibatkan pencemaran oleh deterjen.

Limbah pestisida mempunyai aktivitas dalam jangka waktu yang lama dan ketika terbawa aliran air ke luar dari daerah pertanian, dapat mematikan hewan yang bukan sasaran seperti ikan, udang, dan hewan air lainnya. Pestisida mempunyai sifat relatif tidak larut dalam air, tetapi mudah larut dan cenderung konsentrasinya meningkat dalam lemak dan sel-sel tubuh mahluk hidup, sehingga apabila masuk dalam rantai makanan konsentrasinya semakin tinggi dan yang tertinggi adalah pada konsumen puncak.

2.5. Dampak Pencemaran Air Tanah

Air yang tidak dikelola dengan baik akan menimbulkan dampak yang tidak menguntungkan bagi makhluk hidup maupun lingkungan. Pencemaran air berdampak luas, antara lainnya :

1. Dampak terhadap kehidupan biota air

Banyaknya zat pencemaran pada air limbah akan menyebabkan menurunnya kadar oksigen terlarut dalam air tersebut. Sehingga mengakibatkan kehidupan dalam air membutuhkan oksigen terganggu serta mengurangi perkembangannya. Akibat matinya bakteri-bakteri, maka proses penjernihan air secara alamiah yang seharusnya terjadi pada air limbah juga terhambat. Panas dari industri juga akan membawa dampak bagi kematian organisme, apabila air limbah tidak didinginkan terlebih dahulu.

(11)

2. Dampak terhadap kualitas air tanah

Pencemaran air tanah oleh tinja yang biasa diukur dengan faecal coliform telah terjadi dalam skala yang luas, hal ini dibuktikan oleh suatu survey sumur dangkal di Jakarta. Banyak penelitian yang mengindikasikan terjadinya pencemaran tersebut.

3. Dampak terhadap Kesehatan

Air memiliki peran utama sebagai pembawa bermacam-macam penyakit menular, karena air sebagai media untuk hidup mikroba pathogen, air sebagai sarang insekta penyebar penyakit, dan air sebagai media untuk hidup vektor penyakit. Mikroba dan bakteri patogen ini menjadi sumber penyakit pada manusia. Penyakit yang ditimbulkan diantaranya kolera, diare, demam berdarah, malaria, typus, dan sebagainya.

4. Dampak terhadap estetika lingkungan

Dengan semakin banyaknya zat organik yang dibuang ke lingkungan perairan, maka perairan tersebut akan semakin tercemar yang biasanya ditandai dengan bau yang menyengat di samping tumpukan yang dapat mengurangi estetika lingkungan. Masalah limbah minyak atau lemak juga dapat mengurangi estetika lingkungan.

2.6. Bakteri Escherichia coli (E.coli)

Coliform merupakan golongan mikroorganisme yang lazim digunakan sebagai indikator, bakteri ini dapat menentukan suatu sumber air telah terkontaminasi oleh patogen atau tidak. Berdasarkan penelitian, bakteri coliform ini menghasilkan zat etionin yang dapat menyebabkan kanker. Selain itu, bakteri pembusuk ini juga memproduksi bermacam-macam racun seperti indol dan skatol yang dapat menimbulkan penyakit bila jumlahnya berlebih di dalam tubuh. Bakteri coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air. Bakteri ini dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan.

Escherichia coli dari anggota family Enterobacteriaceae. Bentuk sel mulai dari bentuk seperti coccus hingga membentuk sepanjang ukuran filamentous, tidak ditemukan spora.

(12)

Escherichia coli merupakan bakteri batang gram negatif. Selnya bisa terdapat tunggal, berpasangan, dan dalam rantai pendek, biasanya tidak berkapsul, suhu optimum pertumbuhan 37°C. Bakteri mikrobiologi yang diuji terdiri dari Escherichia coli, bakteri tersebut dapat mempengaruhi kesehatan manusia seperti menyebabkan penyakit diare dan dapat menciptakan racun yang dapat melemahkan dinding usus kecil. Selain itu, bakteri ini juga memiliki daya tahan yang lebih tinggi daripada patogen serta lebih mudah diisolasi dan ditumbuhkan.

(13)

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

3.1 Dampak Bakteri Escherichia coli (E. coli)

E. coli dikenal sebagai bakteri penyebab diare dan gangguan saluran pencernaan. E.

coli tidak seluruhnya bahaya, namun hanya sebagian kecil yang menyebabkan penyakit, itu pun apabila pertumbuhannya tidak terkendali. E. coli pada umumnya tidak berbahaya dan dapat memberi keuntungan bagi manusia dengan turut berperan dalam memproduksi Vitamin K.

Keberadaan E. coli sebagai flora usus justru menjadi penghalang tumbuhnya bakteri lain yang kemungkinan bahaya untuk tumbuh di usus.

Dalam jumlah yang berlebihan, bakteri E.coli dapat mengakibatkan diare, dan bila bakteri ini menjalar ke sistem/organ tubuh yang lain dapat menginfeksi. Seperti pada saluran kencing, jika bakteri E. coli sampai masuk ke saluran kencing dapat mengakibatkan infeksi saluran kemih/ kencing (ISK). Sedangkan bakteri Escherichia coli tipe O157:H7 sudah dipastikan berbahaya, E. coli tipe O157:H7 dapat bertahan hidup pada suhu yang sangat rendah dan asam. Untuk bakteri E. coli yang sedang mewabah di Eropa Jerman saat ini belum diketahui jenisnya. Selain di usus besar bakteri ini banyak juga di alam liar, jadi masak makanan dengan matang dan jaga kebersihan untuk menghindari dampak buruk dari Escherichia coli.4

Macam-macam bakteri E. coli yang diklasifikasikan berdasarkan karakteristik sifat- sifat virulensinya adalah sebagai berikut: Pertama, E. coli enteropatogenik (EPEC) merupakan penyebab diare terpenting pada bayi terutama di negara berkembang. Cara penularannya adalah dari makanan bayi dan makanan tambahan yang terkontaminasi. Di tempat perawatan bayi penularan dapat terjadi melalui alat-alat dan tangan yang terkontaminasi jika kebiasaan mencuci tangan yang benar diabaikan. Masa inkubasi berlangsung antara 9-12 jam pada penelitian yang dilakukan terhadap orang dewasa, dan tidak diketahui apakah lamanya masa inkubasi juga sama pada bayi yang tertular secara alamiah. Infeksi EPEC jarang terjadi pada bayi yang mendapatkan ASI. Diare seperti ini dapat disembuhkan dengan pemberian antibiotika.

Kedua, E. coli enterotoksigenik (ETEC) merupakan penyebab diare umum pada bayi di negara berkembang seperti Indonesia. Berbeda dengan EPEC, E. coli jenis ini memproduksi

(14)

beberapa jenis eksotoksin yang tahan maupun tidak tahan panas di bawah kontrol genetika plasmid. Pada umumnya, eksotoksin yang dihasilkan bekerja dengan cara merangsang sel epitel usus untuk mensekresi banyak cairan sehingga terjadi diare. Penyebab utama “travelers diarrhea” orang-orang dari negara maju yang berkunjung ke negara berkembang. Penyakit ini juga sebagai penyebab utama dehidrasi pada bayi dan anak di negara berkembang. Dalam tiga tahun pertama hidupnya, hampir semua anak-anak di negara berkembang mengalami berbagai macam infeksi ETEC yang menimbulkan kekebalan. Oleh karena itu penyakit ini jarang menyerang anak yang lebih tua dan orang dewasa. Cara penularan melalui makanan dan air minum yang tercemar. Penularan melalui kontak langsung tangan yang tercemar tinja jarang terjadi.

Ketiga, E. coli enterohemoragik (EHEC) dan galur yang memproduksi verotoxin (VTEC).

Di negara maju seperti Amerika Serikat dan Kanada, VTEC menyebabkan sejumlah kejadian luar biasa diare dan kolitis hemoragik. Penyakit ini bersifat akut dan dapat sembuh spontan.

Penyakit ini ditandai dengan gejala nyeri abdomen, diare disertai darah. Gejala seperti ini merupakan komplikasi dari diare ringan. Kategori E. coli penyebab diare ini dikenal pada tahun 1982 ketika terjadi suatu KLB kolitis hemoragik di AS yang disebabkan oleh serotype yang tidak lazim, E. coli O157: H7 yang sebelumnya tidak terbukti sebagai patogen enteric.

Diare dapat bervariasi mulai dari yang ringan tanpa darah sampai dengan terlihat darah dengan jelas dalam tinja tetapi tidak mengandung leukosit. Hal yang paling ditakuti dari infeksi EHEC adalah sindroma uremia hemolitik (HUS) dan purpura trombotik trombositopenik (TTP). Kira- kira 2-7% dari diare karena EHEC berkembang lanjut menjadi HUS.

3.2 Peran Pemerintah dalam Menanggulangi Pencemaran Air Tanah oleh Bakteri E. coli Peran pemerintah dalam menanggulangi pencemaran air tanah oleh bakteri E. coli berupa: Pertama, pengadaan alat chlorine diffuser Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/ Menkes/Per/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, disebutkan bahwa kualitas air harus memenuhi syarat fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif. Untuk memudahkan dalam membubuhkan kaporit ke dalam air maka dibuatlah suatu alat pembubuh kaporit yang disebut chlorine diffuser. Keuntungan menggunakan chlorine diffuser adalah kualitas air menjadi lebih baik, mengurangi kemungkinan tertularnya penyakit yang ditularkan melalui air, mudah dibuat dan dioperasikan, murah, dapat dilakukan

(15)

penggantian ulang. Berdasar data dari Dinas Kesehatan, Pemerintah mengadakan 500 unit chlorine diffuser setiap tahun yang diprioritaskan untuk sumur warga di pinggir sungai serta untuk sumur-sumur di tempat umum seperti masjid atau tempat mandi, cuci, kakus (MCK) umum dan sumur milik warga miskin. Pengadaan itu didanai melalui APBD. Jumlah chlorine diffuser tersebut memang belum mampu menekan angka ketercemaran air sumur warga semaksimal mungkin, karena terbatasnya anggaran. Dana tersebut juga dipakai untuk melakukan sampling penelitian pada sumur warga. Kedua, sosialisasi budaya hidup bersih dan sehat kepada warga. Sosialisasi budaya hidup bersih dan sehat kepada warga ini terkait dengan hak warga negara dalam Pasal 65 UUPPLH yaitu “Setiap orang berhak atas lingkungan hidup yang baik dan sehat sebagai bagian dari hak asasi manusia”. Sosialisasi yang dilakukan di Kecamatan Mantrijeron melalui pertemuan warga, penyuluhan dari Dinas Kesehatan dan penyebaran brosur atau pamflet tentang bahaya bakteri E. coli bagi kesehatan dan cara pengelolaan air bersih yang sehat. Di samping itu, Pemerintah juga menyarankan agar warga masyarakat melaporkan atau memeriksakan kesehatan apabila terjadi indikasi akibat dari air yang tercemar.

Ketiga, menindaklanjuti laporan pengaduan dari warga. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 9 Tahun 2010 tentang Tata Cara Pengaduan dan Penanganan Pengaduan Akibat Dugaan Pencemaran dan Atau Perusakan Lingkungan Hidup, pengaduan warga dapat dilakukan dengan lisan dan tertulis. Keempat, mengirimkan tim survei dari pemerintah untuk mengambil sampel air dan melakukan uji laboratorium. Untuk menindaklanjuti pengaduan warga, pemerintah mengirimkan tim survei untuk turun langsung ke lapangan atau daerah yang diindikasikan terjadi pencemaran air kemudian mengambil sampel air dan mengujinya di laboratorium. Di Kecamatan Mantrijeron sendiri, pemeriksaan kualitas air sumur dilakukan atas inisiatif sendiri. Kelima, pengawasan kualitas air minum.

Pengawasan kualitas air dilakukan dengan cara pengamatan lapangan atau inspeksi sanitasi, pengambilan sampel, mencatat hasil pemeriksaan setiap sampel air, memperbaiki dan menjaga kualitas air berdasarkan hasil pemeriksaan, melakukan pemeliharaan jaringan perpipaan dari kebocoran dan melakukan usaha untuk mengatasi korosifitas air dalam jaringan perpipaan secara rutin.

Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil kesimpulan bahwa peran pemerintah dalam menanggulangi pencemaran air tanah oleh bakteri E. coli belum dilakukan secara maksimal. Apabila dikaitkan dengan Undang- Undang No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan

(16)

Publik, maka peran pemerintah dalam hal ini dapat dikaitkan dengan Standar Pelayanan Minimal. Pasal 1 angka 1 undang-undang tersebut menyatakan bahwa pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan atau pelayanan administratif yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

(17)

BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Bakteri coliform dapat digunakan sebagai indikator karena densitasnya berbanding lurus dengan tingkat pencemaran air, karena dapat mendeteksi patogen pada air seperti virus, protozoa, dan parasit. Bakteri E. coli pada umumnya tidak berbahaya, hanya sebagian kecil yang menyebabkan penyakit apabila pertumbuhannya tidak terkendali. Keberadaan E. coli sebagai flora usus justru menjadi penghalang tumbuhnya bakteri lain yang kemungkinan bahaya untuk tumbuh di usus. Namun dalam jumlah yang berlebihan, bakteri E.coli dapat mengakibatkan diare, dan bila bakteri ini menjalar ke organ tubuh yang lain dapat menginfeksinya. Untuk menanggulanginya, pemerintah membuat pengadaan alat chlorine diffuser, Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan RI Nomor 907/ Menkes/Per/VII/2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air, disebutkan bahwa kualitas air harus memenuhi syarat fisika, kimia, mikrobiologi, dan radioaktif. Keuntungan menggunakan chlorine diffuser adalah kualitas air menjadi lebih baik, mengurangi kemungkinan tertularnya penyakit yang ditularkan melalui air, mudah dibuat dan dioperasikan, murah, dapat dilakukan penggantian ulang. Pemerintah juga melakukan sosialisasi budaya hidup bersih dan sehat kepada warga dan menyarankan agar warga melaporkan pengaduaan secara lisan maupun tertulis atau memeriksakan kesehatan apabila terjadi indikasi akibat dari air yang tercemar.

Untuk menindaklanjuti pengaduan warga, pemerintah mengirimkan tim survei untuk turun langsung ke lapangan atau daerah yang diindikasikan terjadi pencemaran air kemudian mengambil sampel air dan mengujinya di laboratorium, serta melakukan pengawasan kualitas air minum

4.2 Saran

Demikian makalah yang kami buat, semoga dapat bermanfaat bagi para pembaca.

Apabila ada saran dan kritik yang ingin disampaikan, silahkan sampaikan pada kami, hal tersebut sangat membantu kami dalam menyempurnakan makalah ini.

Apabila ada terdapat kesalahan mohon dapat memaafkan dan memakluminya, karena kami sebagai manusia ciptaan Tuhan yang tak luput dari salah, khilaf dan lupa

(18)

DAFTAR PUSTAKA

Gufran, M., & Mawardi, M. (2019). Dampak Pembuangan Limbah Domestik terhadap Pencemaran Air Tanah di Kabupaten Pidie Jaya. Jurnal Serambi Engineering, 4(1), 416.

https://doi.org/10.32672/jse.v4i1.852

Widiyanti, B. L. (2019). Studi Kandungan Bakteri E.Coli pada Airtanah (Confined Aquifer) di Permukiman Padat Penduduk Desa Dasan Lekong, Kecamatan Sukamulia. Geodika:

Jurnal Kajian Ilmu Dan Pendidikan Geografi, 3(1), 1.

https://doi.org/10.29408/geodika.v3i1.1471

Winata, E., & Hartantyo, E. (2014). Kualtias Air Tanah di Sepanjang Kali Gajah Wong Ditinjau dari Pola Sebaran Escherichia Coli (Studi Kasus Kecamatan Umbulharjo) (Halaman 8 s.d.

11). Jurnal Fisika Indonesia, 17(50), 8–11. https://doi.org/10.22146/jfi.24415

Referensi

Dokumen terkait

Kandungan Bakteri Escherichia Coli Dalam Air Sumur Resapan Di Permukiman Kota Surakarta ˝ dapat terselesaikan.. Tesis disusun untuk memenuhi sebagian persyaratan

Telah dilakukan penelitian mengenai isolasi dan skrining bakteri termofil penghasil antibakteri terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dari sumber air panas

Tujuan penulisan Tugas Akhir ini adalah untuk mengetahui bakteri patogen dalam hal ini adalah Escherichia coli yang terkandung dalam air sumur warga dan mengetahui kualitas

Tidak mampunya air kelapa muda dalam menghambat pertumbuhan bakteri, Salmonella typhi dan Escherichia coli diduga karena tidak adanya kandungan metabolit sekunder

Hasil penelitian kualitas air peternakan ayam broiler di Desa Mangesta Kecamatan Penebel Kabupaten Tabanan ditinjau dari Jumlah Bakteri Escherichia coli yang diambil

Identifikasi Bakteri Escherichia Coli pada Air Minum Isi Ulang yang Diproduksi Depot Air Minum Isi Ulang di Kecamatan..

Tujuan penelitian untuk memahami berapa daya hambat dan konsentrasi optimum antibakteri dari ekstrak etanol daun pacar air terhadap pertumbuhan bakteri Escherichia coli dengan perlakuan

Salah satu peranan antibacterial adalah menghambat pertumbuhan bakteri Escherichia coli dan Staphylococcus