• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peranan Audit Internal dan Tata Kelola Dalam Pencegahan Terjadinya Fraud Di Perusahaan

N/A
N/A
Grim Joy

Academic year: 2025

Membagikan "Peranan Audit Internal dan Tata Kelola Dalam Pencegahan Terjadinya Fraud Di Perusahaan"

Copied!
16
0
0

Teks penuh

(1)

Peranan Audit Internal dan Tata Kelola Dalam Pencegahan Terjadinya Fraud Di Perusahaan

Oleh :

Anugerah Alwi Dzikra 2201036215

Kelas:

AK / C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS MULAWARMAN

SAMARINDA 2024

(2)

DAFTAR ISI

BAB I

(3)

PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan ilmu akuntansi di Indonesia tidak hanya memberikan manfaat, namun juga memberikan efek buruk. Salah satu efek buruknya adalah tindakan kecurangan (fraud). Tjahjono dalam (Damayanti et al., 2021) menyatakan bahwa sebenarnya fraud adalah kegiatan ilegal yang dilakukan dengan sengaja untuk menipu orang lain yang mengakibatkan kerugian dan keuntungan bagi pelaku. Berdasarkan itu maka dapat disimpulkan fraud adalah kegiatan ilegal, kesengajaan serta keuntungan yang disengaja untuk merugikan orang lain.

Dalam perspektif akuntansi, konsep fraud merupakan entitas yang harus dilaksanakan melalui penyimpangan dari praktik akuntansi. Perbedaan tersebut berdampak buruk pada penyajian laporan keuangan sebuah perusahaan (Damayanti et al., 2021). Laporan keuangan merupakan tahap akhir dari proses akuntansi yang bertujuan untuk menyediakan informasi keuangan yang dapat menjelaskan keadaan suatu perusahaan selama periode waktu tertentu (Rajagukguk, 2017).

Perusahaan membutuhkan audit internal untuk melewati kemungkinan terjadinya kecurangan. Perannya adalah menilai sistem serta prosedur yang dirancang dengan baik dan sistematis melalui observasi, penelitian dan verifikasi implementasi.

Implementasi yang benar dari tugas yang didelegasikan ke setiap entitas organisasi (Asmoro & Hariyanto, 2018). Kecurangan bisa terjadi dimana saja, kapan saja, baik di perusahaan besar maupun kecil dapat mengalami hal yang sama jika audit internal tidak berjalan dengan baik sesuai fungsinya dan sebuah bisnis akan menderita kerugiaan ketika mereka gagal menghindari penipuan dalam perusahaan.

Di Indonesia, pembentukan fungsi audit internal merupakan keharusan bagi Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Peraturan Pemerintah (PP) nomor 3 tahun 1983, mengatur tentang pembentukan badan pengawas internal termasuk pengaturan, kedudukan, fungsi, tanggung jawab dan hal-hal yang berkaitan dengan hal tersebut (Rajagukguk, 2017). Dalam perusahaan diperlukan tata kelola yang baik atau disebut juga good corporate governance. Dalam penelitian (Sari & Zefri, 2019) Good Corporate Governance adalah seperangkat aturan yang mengatur antara pemegang

(4)

saham, kreditur, manajemen, karyawan, pemerintah dan pemangku kepentingan baik internal maupun eksternal lainnya dalam hal hak serta kewajiban dan mengendalikan perusahaan. Good corporate governance yang baik memainkan peran penting dalam bagaimana sebuah perusahaan beroperasi. Hal ini harus dipantau untuk memastikan bahwa perusahaan mematuhi berbagai peraturan yang berlaku (Damayanti et al., 2021) .

Berdasarkan laporan Association of Certified Fraud Examiners (ACFE), kerugian akibat fraud di tingkat global mencapai miliaran dolar setiap tahunnya. Di Indonesia, beberapa kasus besar seperti manipulasi laporan keuangan, penyalahgunaan aset, hingga korupsi internal mengungkapkan lemahnya pengendalian internal dan tata kelola perusahaan. Salah satu penyebab utama terjadinya fraud adalah kurangnya pengawasan yang efektif serta lemahnya implementasi tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance-GCG).

Perusahaan dengan sistem tata kelola perusahaan yang lemah kecenderungan melakukan tindakan fraud lebih besar, tata kelola perusahaan yang baik akan menghasilkan keputusan yang beintegritas. Terdapat dua pandangan yaitu tata kelola perusahaan sebagai prinsip dan sebagai sistem (cara). Dalam (Moh. Wahyudin Zarkasyi, 2008) mengemukakan lima prinsip dasar yang terkandung dalam tata kelola perusahaan yang baik yaitu, transparency, accountability, responsibility, independency, dan fairness. Dalam perspektif accountability atau akuntabilitas berkaitan dengan wewenang yang dimiliki untuk suatu pengambilan keputusan atau melakukan perbuatan dan tindakan. Sistem dan prosedur dalam tata kelola perusahaan yang baik baik harus dapat mendistribusikan dan menunjukkan hak dan kewajiban tersebut dengan tegas dan jelas.

Auditor internal yang independen dapat berperan mengawasi jalannya perusahaan dengan memastikan bahwa perusahaan tersebut telah melakukan praktik-praktik dalam penerapan prinsip-prinsip GCG di dalam perusahaan yaitu transparansi (transparency), akuntabilitas (accountability), pertanggungjawaban, (responsibility), independensi (independency) serta kewajaran (fairness). Hal ini dapat dijadikan sebagai usaha terbentuknya keseimbangan antara pihak-pihak yang berkepentingan dalam kegiatan perusahaan seperti stakeholder, karyawan, konsumen, dan pihak-pihak lain.

(5)

Audit internal merupakan bagian terpenting dalam tata kelola perusahaan di Indonesia baik sektor publik maupun swasta. Kecurangan bisa terjadi dimana saja, kapan saja, baik di perusahaan besar maupun kecil dapat mengalami hal yang sama jika audit internal tidak berjalan dengan baik sesuai fungsinya dan sebuah bisnis akan menderita kerugiaan ketika mereka gagal menghindari penipuan dalam perusahaan.

Penerapan prinsip-prinsip GCG tersebut dapat didukung dengan adanya peran audit internal yang baik. Audit internal yang baik memiliki peran dalam mengawasi pelaksanaan manajemen perusahaan serta mengawasi setiap praktik-praktik yang dilakukan oleh perusahaan.

Penelitian yang telah dilakukan oleh Cut Ilmi Wilda Fitri (2016) menemukan bahwa peran auditor internal dalam perusahaan memiliki pengaruh positif terhadap pencegahan fraud. Hasil yang sama juga ditemukan oleh Haryati et al (2021) menyatakan bahwa peran audit internal dan pengendalian internal dapat memengaruhi pencegahan dan melakukan deteksi fraud secara signifikan.

Pentingnya proses audit internal yang efektif untuk membantu perusahaan mengidentifikasi terjadinya fraud dan dapat meningkatkan tata kelola perusahaan yang baik. Oleh karena itu penelitian ini akan mengarahkan bagaimana peran audit internal dan tata kelola dapat mencegah terjadinya fraud di sebuah perusahaan

2.1 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas yang telah diuraikan, maka masalah yang akan dirumuskan dalam penelitian ini adalah : Bagaimana Peran Audit Internal dan Tata Kelola Dalam Pencegahan Terjadinya Fraud Di Perusahaan.

3.1 Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui bagaimana Peran Audit Internal dan Tata Kelola Dalam Pencegahan Terjadinya Fraud Di Perusahaan.

(6)

4.1 Manfaat Penelitian A. Bagi Perusahaan.

Dapat memberikan ilmu dan wawasan mengenai audit internal dan tata Kelola dalam pencegahan terjadinya fraud dalam sebuah Perusahaan.

B. Bagi Perusahaan.

Penelitian ini memberikan rekomendasi yang dapat digunakan oleh perusahaan untuk memperkuat tata Kelola perusahaan dan meningkatkan efektivitas audit internal.

C. Bagi Mahasiswa.

Penelitian ini dapat menjadi referensi bagi mahasiswa yang ingin mempelajari lebih lanjut mengenai peran audit internal dan tata kelola perusahaan dalam mencegah fraud.

D. Bagi Pihak Lainnya.

Penelitian ini bermanfaat bagi pembuat kebijakan, akademisi, dan masyarakat umum dalam memahami pentingnya tata kelola perusahaan yang baik dan audit internal dalam mencegah fraud.

.

(7)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA 2.1 Audit Internal

2.1.1 Definisi Audit Internal

Saat ini, profesi audit internal terus berkembang sesuai dengan perkembangan dunia bisnis dan kebutuhan ekonomi yang menuntut perusahaan untuk menjalankan usahanya secara profesional, yang berarti penyediaan sumber daya yang efektif dan efisien sesuai dengan tujuan perusahaan. Dengan perkembangan tersebut, muncul tuntutan terhadap fungsi audit internal. Tujuan dari internal audit adalah untuk membantu para anggota organisasi agar dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif. Untuk itu, auditor internal akan melakukan analisis, penilaian, serta memberikan rekomendasi dan saran-saran.

Audit internal adalah fungsi penilaian yang dikembangkan secara bebas dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan-kegiatan sebagai wujud pelayanan terhadap organisasi perusahaan (Hery, 2017). Audit internal merupakan fungsi evaluasi independen dalam organisasi yang bertujuan untuk menguji dan mengevaluasi berbagai aktivitas yang dilakukan oleh organisasi (Ahmad, 2020). Audit internal merupakan suatu konsultasi yang independen dan objektif yang dibangun untuk menambah nilai serta memperbaiki sistem organisasi. Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi serta meningkatkan efektivitas proses manajemen resiko, pengendalian dan pengelolaan (Suripatty, 2021).

2.1.2 Tujuan Audit Internal

Secara umum audit internal memiliki tujuan untuk membantu manajemen menjalankan tugasnya, dengan menyediakan informasi tentang kelayakan dan keefektifan dalam pengendalian intern perusahaan dan kualitas pelaksanaan aktivitas Perusahaan. Adapun tujuan internal auditing yang dikemukakan oleh Nasution (2003) adalah:

a. Membantu manajemen untuk mendapatkan administrasi perusahaan vang paling efisien dengan memuat kebijaksanaan operasi kerja perusahaan.

(8)

b. Menentukan kebenaran dari data keuangan yang dibuat dan keefektifan dari prosedur internal.

c. Memberikan dan memperbaiki kerja yang tidak efisien

d. Membuat rekomendasi perubahan yang diperlukan dalam beberapa fase kerja

2.1.3 Fungsi Audit Internal

Audit internal memiliki tanggung jawab untuk menerapkan program audit internal pada perusahaan. Menurut Kurniawan (2012:53)“Fungsi audit internal adalah memberikan berbagai macam jasa kepada organisasi termasuk audit kinerja dan audit operasional yang akan dapat membantu manajemen senior dan dewan komisaris di dalam memantau kinerja yang dihasilkan oleh manajemen dan para personil dalam organisasi sehingga auditor internal dapat memberikan penilaian yang independen mengenai seberapa baik kinerja organisasi”.

Secara umun fungsi audit internal adalah untuk memberikan penilaian terhadap keefektifan suatu pengendalian di dalam organisasi. Fungsi audit internal bukan hanya terpaku kepada pencarian ketepatan dankebenaran atas catatan-catatan akuntansi saja, melainkan harus juga mempunyai tanggungjawab terhadap program dan pelatihan staf audit internal.

2.1.4 Peran Audit Internal

Internal Auditor memiliki peran yang penting untuk membantu manajemen dalam mencapai kinerja perusahaan yang baik dan ditujukan untuk memperbaiki kinerja Perusahaan .(Apandi & Nasution, 2022). Auditor Internal membantu manajemen mencapai kinerja yang baik dengan memperkenalkan pendekatan yang sistematis untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas pengendalian intern serta memberikan catatan atas kekurangan yang ditemukan selama melakukan evaluasi.

Seiring perkembangannya, peran yang dijalankan auditor internal digolongkan ke dalam tiga jenis, yaitu :

1. Watchdog.

Watchdog merupakan peran auditor internal yang mencakup pekerjaan menginspeksi, observasi, dan menghitung serta melakukan cek dan ricek (Erniwati, 2018). Adapun tujuannya adalah memastikan ketaatan terhadap hukum, peraturan, dan kebijakan organisasi. Proses audit yang dilakukan adalah

(9)

audit kepatuhan dan fokus pemeriksaannya adalah adanya variasi atau penyimpangan dalam system pengendalian internal. Oleh karena sifat pekerjaannya, peran watchdog biasanya akan menghasilkan rekomendasi yang mempunyai dampak jangka pendek.

2. Konsultan.

Pada peran ini, manajemen melihat bahwa auditor dapat memberikan manfaat lain berupa saran dalam pengelolaan sumber daya organisasi yang dapat membantu tugas para manajer. Peran konsultan ini membawa auditor internal 11 untuk selalu meningkatkan pengetahuan baik tentang profesi auditor maupun aspek bisnis, sehingga dapat membantu manajemen dalam memecahkan masalah.

3. Katalisator.

Peran dari internal audit sebagai katalisator berkaitan dengan quality assurance, sehingga internal audit diharapkan dapat membimbing manajemen dalam mengenali risiko-risiko yang mengancam pencapaian tujuan organisasi.

Dalam perannya, kalisator, internal audit bertindak sebagai fasilitator dan agent of change. Dampak dari peran kalisator bersifat jangka panjang, karena fokus dari katalisator adalah nilai jangka panjang dari organisasi, terutama berkaitan dengan tujuan organisasi yang dapat memenuhi kepuasan pelanggan dan pemegang saham (Cahyani, 2020).

2.1.5 Ruang Lingkup Audit Internal

Ruang lingkup audit internal mencangkup bidang yang sangat luas dan kompleks meliputi seluruh tingkatan manajemen baik yang sifatnya administrative maupun operasional. Hal tersebut sesuai dengan komitmen bahwa fungsi audit internal ini membantu manajemen dalam mengawasi berjalannya roda organisasi. Namun demikian audit internal bukan sebagai mata-mata melainkan merupakan mitra yang siap membantu dalam memecahkan setiap permasalahan yang dihadapi. Auditor internal memiliki ruang lingkup yang luas dan fleksibel yang sejalan dengan kebutuhan dan harapan dari manajemen. Auditor memiliki tugas untuk menentukan, menverifikasi, atau memastikan apakah sesuatu itu ada atau tidak, menilai, menaksir, atau mengevaluasi penegendalian dan operasi berdasarkan kriteria yang sesuai dan

(10)

merekomendasikan tindakan korektif kepada manajemen. Semua hal tersebut dilakukan dengan independensi dalam organisasi. Pandangan yang sehat meliputi pula segala hal yang dilkaukan sejak memeriksa keakuratan catatan akuntansi, mengkaji pengendalian sistem informasi yang dikomputerisasi sehingga pemberian konsultasi internal.

2.2 Good Corporate Governance

2.2.1 Definisi Good Corporate Governance

Dalam bahasa Indonesia, Good Corporate Governance (GCG) diterjemahkan sebagai tata kelolah perusahaan. Secara umum, istilah GCG diartikan sebagai suatu sistem pengendalian dan peraturan bagi perusahaan yang ditinjau dari mekanisme hubungan yang terjadi antara berbagai pihak yang terlibat dalam pengurusan perusahaan tersebut maupun ditinjau dari nilai-nilai yang terdapat dalam mekanisme pengelolaan itu sendiri.

Pengaturan dan pengimplementasian good corporate governance memerlukan komitmen dari seluruh jajaran organisasi dan dimulai dengan penetapan kebijakan dasar serta tata tertib yang harus dianut oleh top manajemen dan penerapan kode etik yang harus dipatuhi oleh semua pihak yang ada di dalamnya. Dalam upaya mewujudkan good corporate governance, perusahaan memerlukan peran audit internal yang bertugas meneliti, mengevaluasi suatu sistem akuntansi, serta menilai kebijakan manajemen yang dilaksanakan.

2.2.2 Prinsip – Prinsip Good Corporate Governance

Pada penerapannya, prinsip-prinsip tata kelola perusahaan yang baik perlu dibangun serta dikembangkan perusahaan harus membangun sistem serta pedoman tata kelola perusahaan yang dapat diterapkan serta dipertanggungjawaban oleh perusahaan.

Prinsip GCG yang dikembangkan menurut OECD, antara lain : 1) Akuntabilitas.

Akuntabilitas merupakan kejelasan fungsi, pelaksanaan, dan pertanggung jawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan terlaksana secara efektif. Pada Prinsipnya akuntabilitas dalam good corporate governance berisi tentang kewenangan yang dimiliki oleh dewan komisaris serta direksi. Prinsip ini juga berkaitan dengan kewajiban-kewajiban kepada pemegang saham dan stakeholder lainnya. Perusahaan harus dapat

(11)

mempertanggung jawabkan kinerjanya secaa transparan dan wajar. Untuk itu perusahaan haruslah dikelola dengan benar, terukur serta sesuai dengan kepentingan perusahaan denga tetap memperhitungkan kepentingan pemegang saham dan pemangku kepentingan lainnya.

2) Kewajaran.

Kewajaran merupakan keadilan dan kesetaraan dalam memenuhi hak- hak stakeholder yang timbul berdasarkan perjanjian dan peraturan perundangundangan yang berlaku. Prinsip kewajaran menekankan pada jaminan perlindungan hak-hak para pemegang saham. Seluruh pemangku kepentingan harus memiliki kesempatan untuk mendapatkan pengakuan yang adil dari perusahaan.

3) . Transparansi.

Transparansi merupakan keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam mengemukakan informasi materil dan relevan mengenai perusahaan. Pada prinsipnya informasi yang diungkapkan yaitu keadaan keuangan, kinerja keuangan, kepemilikan dan pengelolaan keungan perusahaan. Untuk menjaga objektivitas dalam menjalankan bisnis, perusahaan harus mampu menyediakan informasi yang material dan relevan dengan cara yang mudah diakses dan dipahami oleh pemangku kepentingan. Perusahaan juga haruslah mampu mengambil insiatif dalam mengungkapkan tidak hanya masalah yang diisyaratkan oleh perundang-undangan tetapi juga dalam ha pengambilan keputusan oleh pemegang saham, kerditurm dan pemangku kepentingan lainnya.

4) Pertanggungjawaban.

Pertanggungjawaban merupakan kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Hal ini untuk mewujudkan tujuan yang hendak dicapai dalam GCG yaitu mengakomodasikan kepentingan pihak- pihak yang berkaitan dengan perusahaan seperti masyarakat, pemerintah, asosiasi bisnis, dan lainnya. Prinsip pertanggungjawaban ini menuntut perusahaan maupun pimpinan dan manajer perusahaan melakukan seluruh

(12)

kegiatannya secara bertanggung jawab. Perusahaan juga harus memenuhi perundang-undangan serta melaksanakan tanggung jawab terhadap masyarakat dan lingkungan, sehingga dapat memelihara kesinambungan usaha dalam jangka panjang.

5) Kemandirian.

Kemandirian merupakan suatu keadaan dimana perusahaan dikelola secara professional tanpa benturan kepentingan dan pengaruh atau tekanan dari pihak maupun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Untuk terciptanya pelaksanaan prinsip GCG, perusahaan haruslah dikelola secara independen sehingga diharapkan masing-masing devisi perusahaan tidak saling mendominasi dan tidak adanya intervensi dari pihak lain.

2.2.3 Manfaat Penerapan Good Corporate Governance

Good Corporate Governance diakui membantu “mengebalkan” perusahaan dari kondisi-kondisi yang tidak menguntungkan, dalam banyak hal corporate governance yang baik telah terbukti juga meningkatkan kinerja korporasi. Penerapan Good Corporate Governance memberikan manfaat sebagai berikut: (Tunggal, 2013)

a. Perbaikan dalam komunikasi.

b. Minimisasi potensial benturan.

c. Fokus pada strategi strategi utama.

d. Peningkatan dalam produktifitas dan efisiensi.

e. Kesinambungan manfaat (sustainability of benefits).

f. Promosi citra korporat (corporate image).

g. Penikatan kepuasan pelanggan.

h. Perolehan kepercayaan investor.

Corporate governance yang baik merupakan langkah yang penting dalam membangun kepercayaan pasar dan mendorong arus investasi internasional yang lebih stabil, dan bersifat jangka panjang.

(13)

2.3 Fraud

2.3.1 Definisi Fraud

Fraud (kecurangan) merupakan penipuan yang disengaja dilakukan yang menimbulkan kerugian tanpa disadari oleh pihak yang dirugikan tersebut dan memberikan keuntungan bagi pelaku kecurangan. Kecurangan umumnya terjadi karena adanya tekanan untuk melakukan penyelewengan atau dorongan untuk memanfaatkan kesempatan yang ada dan adanya pembenaran (diterima secara umum) terhadap tindakan tersebut. Fraud (kecurangan) itu sendiri secara umum merupakan suatu perbuatan melawan hukum yang dilakukan oleh orang-orang dari dalam dan atau luar organisasi, dengan maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan atau kelompoknya yang secara langsung merugikan pihak lain.

2.3.2 Pencegahan Fraud

Pencegahan fraud merupakan tanggungjawab manajemen, audit internal bertanggungjawab untuk menguji dan menilai kecukupan serta efektivitas tindakan manajemen untuk memenuhi kewajiban tersebut. Dengan demikian, audit internal harus melakukan audit sesuai dengan prosedur, memonitor gejala-gejala fraud, melakukan penelusuran untuk mencegah fraud, dan mengidentifikasi semua fraud yang mungkin terjadi.

Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan kecuarangan adalah berupaya untuk menghilangkan atau mengeleminir sebab- sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan terjadinya suatu perbuatan curang akan lebih mudah daripada mengatasi bila telah terjadi kecurangan tersebut. Pada dasarnya kecurangan sering terjadi pada suatu suatu entitas apa bila :

1) Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak efektif.

2) Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka.

3) Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan kecurangan.

4) Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku.

(14)

5) Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan.

6) Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi kecurangan.

Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3 ( tiga ) tujuan pokok yaitu : keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku (Amrizal, 2015).

2.4 Penelitian Terdahulu

Penelitian ini mengacu pada penelitian sebelumnya untuk mempermudah dalam pengumpulan data, metode analisis data yang digunakan dan pengolahan data yang dilaksanakan. Penelitian tersebut diantaranya :

Tabel 1

Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Metodologi Hasil Penelitian

(15)

DAFTAR PUSTAKA

Asmoro, A. B., & Hariyanto, S. (2018). Peranan Audit Internal Terhadap Pencegahan &

Pendeteksian Kecurangan (Fraud) Di Koperasi Karyawan Pt. Platinum Ceramics

Industry Atas Kinerja Tahun Buku 2014. JEA17: Jurnal Ekonomi Akuntansi, 3(02), 1–8.

https://doi.org/10.30996/jea17.v3i02.3177

Damayanti, A. F., Tamansiswa, U. S., Primastiwi, A., & Tamansiswa, U. S. (2021). Pi, Gdg, Kinerja. 3(September), 232–245.

Moh. Wahyudin Zarkasyi. (2008). Good corporate governance : pada badan usaha

(16)

manufaktur, perbankan, dan jasa keuangan lainnya. 5. uri: https://lib.ui.ac.id/detail?

id=121554&lokasi=lokal%0A

Rajagukguk, T. S. (2017). Pengaruh Internal Audit dan Pencegahan Fraud Terhadap Kinerja Keuangan. Riset & Jurnal Akuntansi, 53(9), 1689–1699.

Sari, M. S., & Zefri, M. (2019). Pengaruh Akuntabilitas, Pengetahuan, dan Pengalaman Pegawai Negeri Sipil Beserta Kelompok Masyarakat (Pokmas) Terhadap Kualitas Pengelola Dana Kelurahan Di Lingkungan Kecamatan Langkapura. Jurnal Ekonomi, 21(3), 311.

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah pelaksanaan audit internal memiliki pengaruh terhadap pencegahan kecurangan, dan untuk mengetahui seberapa

Agar pencegahan kecurangan tersebut dapat berjalan dengan baik dan efektif, maka dibutuhkan suatu alat pengendalian yaitu adanya pelaksanaan audit internal, yaitu suatu fungsi yang

Pencegahan fraud adalah Aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah

Fungsi kepatuhan merupakan serangkaian tindakan atau langkah- langkah yang bersifat pencegahan untuk memastikan bahwa kebijakan, ketentuan, sistem, dan prosedur,

• Komite Kebijakan Pembiayaan Syariah (SFPC) bertanggungjawab dalam merumuskan kebijakan, strategi dan prosedur administrasi bagi aktivitas pembiayaan dan pengelolaan

Pengaruh Keefektifan Pengendalian Internal, Keadilan Distributif, Keadilan Prosedural, dan Budaya Etis Organisasi terhadap Kecenderungan Kecurangan (Fraud) Akuntansi

Adapun hasil penelitian yang di dapatkan bahwa 1 Peranan audit internal dalam pencegahan kecurangan fraud di BNI Syariah Kantor Cabang Jember melalui proses pemeriksaan kecurangan di

3.1 Definisi Operasinal Variabel 3.1.1 Definisi Audit Internal Menurut penelitian Wulandari, 2017 menyatakan bahwa audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif