• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Fraud (studi Kasus Pada Pemakaian Dana Hibah Madrasah se-Lampung)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Fraud (studi Kasus Pada Pemakaian Dana Hibah Madrasah se-Lampung)"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

DAN PENDETEKSIAN FRAUD

(Studi Pada Penggunaan Dana Hibah Madrasah Se-Lampung Pada Program Aepi)

Oleh

JEVRI AFRIZAL

Audit internal memainkan peranan penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa program dan pengendalian anti kecurangan telah berjalan efektif. Aktivitas audit internal dapat mencegah sekaligus mendeteksi kecurangan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh audit internal terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud dipenggunaan dana hibah madrasah se-Lampung pada program AEPI.

Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode studi empiris audit internal terhadap pencegahan dan pendeteksian fraud pada penggunaan dana hibah Madrasah se-Lampung dengan jumlah responden sebanyak 14 responden. Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode studi empiris, yaitu penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi dan pengalaman. Hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif dan asosiatif, karena ada variabel-variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk kemudian disajikan gambaran secara terstruktur, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diteliti. Alat pengukuran pada penelitian ini menggunakan SmartPLS 2.0. Penulis menemukan bahwa audit internal tidak berpengaruh terhadap pencegahan fraud sehingga hipotesis pertama pada penelitian ini ditolak atau tidak diterima. Dan hasil olah data SmartPLS menunjukkan bahwa audit internal berpengaruh positif terhadap pendeteksian fraud. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis kedua diterima.

(2)

ABSTRACT

EFFECT OF INTERNAL AUDIT OF FRAUD PREVENTION AND DETECTION

(Study On The Use Of Grant Madrasah Se-Lampung Program Aepi) By

JEVRI AFRIZAL

Internal Audit plays an important role in monitoring activities to ensure that the anti-fraud programs and controls are effective. Internal audit activity can prevent and detect fraud. This study aimed to determine the effect of internal audit to the prevention and detection of fraud grants madrassas as Lampung on AEPI

program.

The research method the author used in this study is an empirical study of internal audit to the prevention and detection of fraud in the use of grant funds Madrasah as Lampung the number of respondents is 14 respondents. The research method used in this research is the author of an empirical study method, namely the study of empirical facts gained by observation and experience. The hypothesis used is descriptive and associative hypotheses, because there are variables to be explored relationship and aim to then presented in a structured overview, factual, and accurate information on the facts and the relationship between the variables studied. Measurement tool in this study using SmartPLS 2.0.

The authors found that the internal audit has no effect on the prevention of fraud so that the first hypothesis in this study was rejected or not accepted. And if the results of the data showed that the internal audit SmartPLS positive effect on the detection of fraud. This suggests that the second hypothesis is accepted.

(3)
(4)

PENGARUH AUDIT INTERNAL TERHADAP PENCEGAHAN DAN PENDETEKSIAN FRAUD

(Studi Kasus Pada Pemakaian Dana (AEPI) Madrasah Se-Lampung)

(Skripsi)

Oleh Jevri Afrizal

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS LAMPUNG

(5)
(6)
(7)
(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Bandarlampung, pada tanggal 20 Desember 1991, sebagai anak ketiga dari pasangan Bapak Fahrizal dan Ibu (Alm) Yose Diana Emelya, BBA.

Pada tahun 1998, penulis menyelesaikan pendidikan Taman Kanak-Kanak (TK) di TK Bina Harapan, Bandarlampung. Pendidikan Sekolah Dasar (SD) diselesaikan oleh penulis pada tahun 2004 di SD Negeri 1 Karang Maritim. Sekolah Menengah Pertama (SMP) ditempuh oleh penulis di SMP Negeri 16 Bandarlampung dan berhasil diselesaikan di tahun 2007, dan kemudian dilanjutkan menempuh pendidikan di SMA Negeri 10 Bandarlampung hingga tahun 2010.

Selanjutnya penulis terdaftar sebagai mahasiswi Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung melalui jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri Undangan (SNMPTN Undangan) pada tahun 2010.

(9)

Karya kecil ku ini kupersembahkan kepada :

Allah SWT. Tanpa campur tangan-Nya dan ridho-Nya, karya kecil ini tidak akan berhasil.

Almarhuma Mamah yang selalu melihat dan mendoakan dari surga.Terimakasih untuk kasih sayangnya dan belaiannya hingga dewasa ini.

Papah (Damsi) dan Papah (Fahrizal), dua sosok terhebat yang selalu memberi semangat dan doa yang tiada putus-putusnya. Kalian adalah semangat hidupku, tetaplah menjadi sosok yang selalu ada di balik kesuksesanku kelak. Kalian adalah dua orang yang menjadi teladan dan tempat aku bersandar saat aku kehilangan arah.

Kakakku (Novi dan Ijal) beserta adikku tersayang, Shinta. Dan keluargaku (Nde Lena, Om iyan, dan keluarga besarku).

Saudara-saudaraku, orang-orang terdekatku dan para sahabatku yang selalu memberikan support, doa, semangat dan segala curahan perhatiannya yang tiada henti.

(10)

MOTO

Kerja Ikhlas, Kerja Cerdas, Kerja Tuntas, Pantang Menolak

Tugas, Pantang Tugas Tak Tuntas, Yakin Usaha Sampai

Lebih baik diasingkan daripada menyerah pada kemunafikan

(Soe Hok Gie)

Saya kira saya tak bisa lagi menangis karena sedih. Hanya

kemarahan yang membuat saya keluar air mata

(Soe Hok Gie)

“Gantungkan cita

-cita mu setinggi langit! Bermimpilah setinggi

langit. Jika engkau jatuh, engkau akan jatuh di antara

bintang-bintang”

(Soekarno)

(11)

SANWACANA

Assalamualaikum Wr. Wb.

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Skripsi dengan judul “Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan Dan

Pendeteksian Fraud (Studi Kasus Pada Penggunaan Dana Hibah Madrasah se-Lampung)”. Penyusunan skripsi ini dimaksudkan guna melengkapi dan memenuhi sebagian persyaratan untuk meraih gelar sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi di Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

Penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dukungan berupa

pengarahan, bimbingan, dan kerjasama semua pihak yang telah turut membantu dalam proses penyelesaian skripsi ini. Untuk itu penulis ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada:

1. Allah SWT yang telah memberikan saya kehidupan didunia sampai memberikan saya jalan untuk dapat menyelesaikan studi saya dengan rahmat dan ridho-Nya. Nabi Muhammad SAW yang telah menjadi teladan bagi umatnya dan memberikan ilmu pengetahuan didunia ini.

2. Bapak Prof. Dr. Ir. Sugeng P. Harianto, M.S. Selaku Rektor Universitas Lampung.

(12)

4. Bapak Dr. Einde Evana, S.E., M.Si., Akt. Selaku Ketua Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

5. Ibu Yuztitya Asmaranti, S.E., M.Si. selaku Sekretaris Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

6. Ibu Dr. Rindu Rika Gamayuni, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Utama, atas kesediaannya memberikan bimbingan dan masukan yang sangat membangun dalam proses penyelesaian skripsi ini.

7. Ibu Ninuk Dewi Kesumaningrum, S.E., M.Si. selaku Pembimbing Kedua yang selalu bersedia memberikan bimbingan dan saran dalam proses penyelesaian skripsi ini.

8. Almarhumah mamah tercinta (Yose Diana Emelya) yang selama ini berjuang untuk saya, sampai saya dapat mencapai studi ini dengan belaian lembut kasih saying, perjuangan yang tak gentar, perhatian, didikan serta pengalaman terindah yang membuat saya mengerti tentang perjuangan indah hidup ini. Ini merupakan kado terindah yang harusnya saya berikan dengan mamah di tahun ini,

9. Papah Fahrizal yang selama ini selalu memberikan support dan

pendidikan-pendidikan luar biasa dalam hidup ini. Yang tak pernah lelah memberikan semua yang saya inginkan. Meski tak bersama, engkau adalah tempat saya berlabuh ketika saya lelah menghadapi hidup ini.

10. Papah Damsi Jauhari yang selama ini selalu memberikan pendidikan yang layak serta mampu menjadi penopang hidup keluarga saya, serta

(13)

menyerah menghadapi hidup yang luar biasa memiliki tanda tanya serta rintangan.

12. Ayuk Novi dan Kak Ijal yang mampu menjadi teladan untuk adiknya ini, yang selalu menguatkan meski sebenarnya kita sama-sama tidak bisa. 13. Shinta yang selalu menjadi adik tercinta dimana selalu menyadarkan saya

untuk bertanggungjawab dan memberikan kasih sayang kepada keluarga. 14. Sahabat yang sekaligus menjadi saudara saya, Yefri, Firas, Yuda, Febi,

Nova, Pungki, Esti, Tina, Endang, Jeni, Sela, Feni, Yoga dan lain-lainnya yang tidak dapat saya sebutkan satu persatu. Terimakasih atas semua yang sudah kita lewati bersama selama ini.

15. Kakanda dan adinda Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang

Bandarlampung Komisariat Ekonomi Unila. Yang selama ini memberikan tanggung jawab terhadap diri saya menjadi seorang kader.

Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam proses penyelesaian skripsi ini karena itu penulis menerima semua kritik dan saran yang membangun. Akhir kata Penulis mengucapkan “Terima Kasih”.

Bandarlampung, 12 Januari 2015 Penulis

(14)

DAFTAR ISI

Halaman DAFTAR ISI

DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR

I. PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Identifikasi Masalah ... 5

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS 2.1 Landasan Teori ... 7

2.1.1 Audit ... 7

2.1.2 Audit Internal ... 12

2.1.3 Pencegahan dan Pendeteksian Fruad ... 25

2.1.4 Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Fraud ... 41

2.2 Pengembangan Hipotesis ... 44

2.3 Penelitian Terdahulu ... 46

III. METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Metode Penelitian yang Digunakan ... 47

3.2 Populasi dan Sample ... 47

3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 48

(15)

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Analisis Deskriptif dan Responden ... 55 4.2 Analisis Data ... 56 4.3 Hasil Pengujian Hipotesis ... 63

V. KESIMPULAN

5.1 Kesimpulan ... 66 5.2 Keterbatasan Penelitian dan Saran ... 69

DAFTAR PUSTAKA

(16)

DAFTAR TABEL

Tabel Halaman

1. Deskripsi Responden ... 55

2. Parameter Model Pengukuran Data Menggunakan PLS ... 58

3. Quality Criteria (Composite Reliability, Cronbach‟s Alpha) ... 58

4. Quality Criteria (AVE) ... 59

5. Cross Loading ... 60

6. Laten Variabel Korelasi ... 61

7. Pengukuran Struktural Model ... 62

8. Total Effects (Mean, STDEV, T-Values) ... 63

(17)

DAFTAR GAMBAR

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Seiring dengan pesatnya perkembangan di dunia, baik perkembangan teknologi maupun kehidupan sosial. Maka masyarakat harus memiliki pengetahuan yang luas untuk mengimbangi semuanya, terutama segi pendidikan di Indonesia. Bekerja sama di bidang akademik nampaknya harus menjadi perhatian pemerintah. Terbukti banyak sekolah-sekolah di Indonesia tidak memenuhi kelayakan pembelajaran secara nasional, terutama sekolah-sekolah Islam. Melalui kerjasama yang baik antara pemerintah Indonesia dan pemerintah

Australia di berbagai bidang terutama perekonomian. Indonesia mendapat bantuan dana hibah dari pemerintah Australia melalui Kementrerian Agama Republik Indonesia dalam rangka upaya peningkatan akreditasi Madrasah diseluruh Indonesia melalui Program Kemitraan Pendidikan Australia-Indonesia (AEPI). Melalui program ini diharapkan pendidikan islam di Indonesia dapat setara dengan pendidikan formal lainnya.

(19)

dibentuklah suatu lembaga khusus yang menaungi dana hibah ini dibawah otorisasi Kementerian Agama Republik Indonesia. Melalui lembaga ini, monitoring dan evaluasi dana hibah dilakukan. Harapannya sasaran atas penggunaan dana tersebut dapat tercapai.

Menurut data yang dihimpun dari MDC Lampung (2014) menyebutkan dana hibah ini sekitar Rp 90.000.000,00 per madrasah yang masuk kedalam kategori layak menerima bantuan. Di Provinsi Lampung terdapat 56 Madrasah yang mendapatkan dana hibah tersebut yang tersebar diberbagai daerah di Lampung. Pencairan dana hibah ini bertahap, dengan 3 tahapan pencairan, disetiap tahapan selalu dilakukan monitoring dan evaluasi. Tidak hanya itu, pihak madrasahpun mendapat pembekalan teknis pelaporan penggunaan dana tersebut, agar tidak terjadi kesalahan dalam pelaporan.

Mekanisme pelaporan dana tersebut dimulai dari madrasah membuat laporan atas penggunaan dana yang kemudian diberikan kepada mentor. Lalu melalui mentor laporan tersebut masuk ke casual staff untuk dievaluasi. Hasil evaluasi akan ditindak lanjuti oleh SNIP dan casual staff. Setelah itu laporan tersebut diberikan kepada auditor internal untuk selanjutnya diperiksa kembali. Setelah tahapan itu semua dilakukan barulah laporan tersebut masuk ke auditor eksternal untuk dilakukan audit.

(20)

3

yang terindikasi melakukan Fraud, terbukti dengan hasil temuan Audit MDC pada fase pertama. (Resume Audit MDC Lampung, 2014)

Munculnya, banyak kasus korupsi di Indonesia yang seolah tiada ujungnya adalah karena rusaknya sistem ketatanegaraan kita. Sudah banyak peristiwa terjadi disaat banyak orang baik masuk parlemen yang rusak ini tiba-tiba menjadi jahat dan berani melakukan tindakan penyelewengan karena banyaknya godaan.Godaan dari kekuasaan itu sendiri dan yang paling parah adalah godaan dari sistem yang rusak ini. Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) melansir kerugian negara akibat korupsi mencapai 39,3 triliun rupiah sepanjang tahun 2004-2011.

Sedangkan Sindonews.com Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat, kerugian Negara akibat kasus korupsi pada semester pertama tahun 2012 mencapai Rp1,22 triliun dari 285 kasus dengan total pelaku 597 orang. Tindak pidana korupsi di tanah air masih tergolong sangat tinggi jika mengacu pada skor Corruption Perception Index yang dilansir oleh Transparancy International Indonesia. Dengan rentang skor 1 hingga 10, dimana skor 1 menunjukkan negara

dengan korupsi yang sangat tinggi dan skor 10 negara yang dinilai bersih dari korupsi. Republik Indonesia berada pada skor 3 di tahun 2011.

Penelitian ini merupakan replikasi dari penelitian sebelumnya oleh Amalia (2013) dengan judul “Pengaruh Audit Internal Terhadap Pencegahan dan Pendeteksian Fraud studi kasus pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia

(21)

pekerjaan, dan pelaksanaan kegiatan pemeriksaan berperan positif dalam pencegahan dan pendeteksian Fraud akuntansi.

Adapun perbedaan yang dilakukan penulis atas penelitian ini yaitu penelitian dilaksanakan pada pengunaan dana hibah madrasah (AEPI) se-Lampung, data yang digunakan pada tahun 2013-2014 penelitian terdahulu menggunakan data pada tahun 2012 penelitian dilaksanakan pada Gabungan Koperasi Pegawai Republik Indonesia (GKPRI) Jawa Barat. Variabel-variabel yang saya ambil sama dengan penelitian Amalia (2013) karena penulis ingin mengetahui apakah dengan adanya peranan Audit Internal, Fraud bisa dicegah dan dideteksi. Sesuai dengan Pusdiklatwas BPKP (2008:36) yang mengatakan bahwa Audit Internal memiliki peranan dalam pencegahan dan pendeteksian kecurangan.

Audit internal memainkan peranan penting dalam memantau aktivitas untuk memastikan bahwa program dan pengendalian anti kecurangan telah berjalan efektif. Aktivitas audit internal dapat mencegah sekaligus mendeteksi kecurangan. Mengingat kasus Fraud adalah kejadian yang luar biasa, penanganan tindak kecurangan merupakan pengalaman yang langka, dan hanya dimiliki oleh segelintir auditor. Auditor yang dipilihpun biasanya adalah mereka yang sedikit

“bernyali” (berani dantegas), disamping tergolong cerdas dan berpengalaman.

Tindak kecurangan bukanlah kasus sembarangan dan bukan pula kejadian yang kebetulan. Hanya Audit Internal yang dijalankan dengan penuh kewaspadaan yang mampu menangkal “permainan” mereka diam-diam merongrong

(22)

5

Berdasarkan uraian tersebut, penulis tertarik untuk melakukan penelitian skripsi dengan judul : “Pengaruh Audit Internal terhadap Pencegahan dan

Pendeteksian Fraud (Studi pada penggunaan dana hibah Madrasah se-Lampung pada program AEPI)

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang penelitian diatas, maka penulis berusaha untuk membuat rumusan masalah sebagai berikut:

1. Bagaimana pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan Fraud di program AEPI?

2. Bagaimana pengaruh Audit Internal terhadap pendeteksian Fraud di program AEPI?

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan penelitian dari perumusan masalah yang telah penulis uraikan sebelumnya, maka tujuan penelitian adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui pengaruh audit internal terhadap pencegahan Fraud di program AEPI.

(23)

1.4 Kegunaan Penelitian

1. Bagi Penulis, penelitian ini berguna untuk menyusun skripsi yang

merupakan salah satu syarat untuk menempuh ujian sarjana pada jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Lampung.

(24)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Audit

2.1.1.1 Definisi Audit

Setiap perusahaan didirikan dengan tujuan utama untuk memperoleh laba

disamping beberapa tujuan lainnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, maka semua tahap kegiatan yang akan dilaksanakan harus direncanakan, dianalisa dan diteliti secara seksama terlebih dahulu oleh mereka yang bertanggung jawab.

Dengan makin luas dan rumitnya masalah-masalah yang ada pada perusahaan, maka ruang lingkup dan luasnya tugas yang dipikul oleh manajemen semakin bertambah besar. Oleh karena itu manajemen memerlukan alat bantu yang dapat digunakan untuk mengendalikan kegiatan-kegiatan yang dilaksanakannya. Salah satu alat bantu dalam melaksanakan fungsi utama manajemen, fungsi pengawasan dan pengendalian adalah aktivitas audit. Arens (2008:3) mendefinisikan

pengertian audit sebagai berikut: “Auditing adalah pengumpulan dan evaluasi

(25)

antara informasi itu dan kriteria yang telah ditetapkan. Auditing harus dilakukan oleh orang yang kompeten dan independen”.

Untuk melakukan audit harus tersedia informasi dalam bentuk yang dapat diverifikasi dan beberapa standar (kriteria) yang digunakan auditor untuk mengevaluasi informasi tersebut dan memiliki banyak bentuk. Para auditor secara rutin melakukan audit atas informasi yang dapat diukur termasuk laporan

keuangan Perusahaan dan SPT pajak penghasilan federal perorangan. Auditor juga mengaudit informasi yang lebih subjektif seperti efektifitas sistem komputer dan efisiensi operasi manufaktur.

2.1.1.2 Jenis-jenis Audit

Beberapa jenis audit dilakukan untuk memastikan bahwa proses operasi didalam perusahaan telah berjalan sesuai dengan peraturan dan kebijakan yang berlaku serta pengelolaan terhadap sumber daya dalam proses tersebut berjalan secara efektif dan efisien.

Menurut IBK Bayangkara (2011:2-3) terdapat beberapa jenis-jenis audit, yaitu:

1. Pada audit kepatuhan (compliance audit), auditor berusaha mendapatkan dan mengevaluasi informasi untuk menentukan apakah pengelolaan keuangan, operasi, atau aktivitas yang lain dari suatu entitas telah sesuai dengan kriteria, kebijakan, atau regulasi yang mendasarinya.

(26)

9

“an independent appraisal activity established within an organization to

examine and evaluate its activities as a service to the organization. The object of Audit Internaling is to assist members in the organization in the effective discharge of their duties”.

Dari definisi diatas sudah jelas bahwa kegiatan penilai independen yang dibentuk dalam organisasi untuk menguji dan mengevaluasi kegiatan sebagai pelayanan kepada organisasi. Tujuan dari Audit Internal adalah untuk membantu anggota dalam organisasi dalam melaksanakan tugasnya dengan efektif ".

3. Audit operasional (operation auditing) memfokuskan penilaiannya pada efisiensi dan efektivitas operasi suatu entitas. Lebih lanjut AICPA mendefinisikan operational auditing sebagai:

“a systematic review of an organization activities...in relation to specified

objective. The purpose of the engagement may be: (a) to assess

performance, (b) to identify opportunities for improvement, and (c) to develop recommendation for improvement or further action”.

Dari definisi diatas sudah jelas bahwa review sistematis dari suatu

kegiatan organisasi dalam kaitannya dengan tujuan tertentu. Tujuan dari keterlibatan mungkin: (a) untuk menilai kinerja, (b) untuk

mengidentifikasi peluang untuk perbaikan, dan (c) untuk mengembangkan rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut.

(27)

penilaian terhadap sistem pelaporan akuntansi dan keuangan. Dilihat dari ketersediaan prosedur dan teknik audit, audit ini memiliki prosedur dan teknik yang paling lengkap dan baku. Di samping pelaksanaan auditnya telah dipimpin dengan norma audit yang standar, karena dikeluarkan oleh asosiasi profesi dibidangnya, juga objek yang diaudit telah dipimpin dengan suatu prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum (general accepted accounting principle-GAAP). Audit operasional menekankan penilaian terhadap prosedur operasi dalam meningkatkan efisiensi. Audit ini merupakan perluasan dari Audit Internal, sehingga dalam audit ini penilaian terhadap pencapaian tujuan pengendalian internal juga menjadi tujuan audit yang sangat penting.

Dari berbagai jenis audit yang dilakukan kecuali audit keuangan, keseluruhan audit memiliki tujuan yang (hampir) sama yaitu menilai bagaimana manajemen mengoperasikan Perusahaan, mengelola sumber daya yang dimiliki,

meningkatkan efisiensi proses dalam mencapai tujuan perusahaan secara taat asas.

2.1.1.3 Tujuan Audit

(28)

11

terjadinya berbagai kerugian. IBK. Bayangkara (2011:4) menyatakan bahwa tujuan audit diantaranya, yaitu:

1. Audit Laporan Keuangan, bertujuan menentukan apakah laporan keuangan audit telah disusun sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum.

2. Audit Kepatuhan, bertujuan menentukan tingkat kepatuhan suatu entitas terhadap hukum, peraturan, kebijakan, rencana, dan prosedur.

3. Audit Internal, bertujuan:

a. Menilai keandalan laporan keuangan.

b. Menentukan tingkat kepatuhan suatu entitas terhadap hukum, peraturan, kebijakan, rencana dan prosedur.

c. Menilai pengendalian internal organisasi.

d. Menilai efisiensi dan efektivitas penggunaan sumber daya.

e. Program peninjauan terhadap konsistensi hasil dengan tujuan organisasi. 4. Audit Operasional (Manajemen), bertujuan menilai efesiensi dan efektivitas

penggunaan sumber daya.

(29)

2.1.2 Audit Internal

2.1.2.1 Definisi Audit Internal

Audit Internal mempunyai peranan yang sangat penting dalam mencapai tujuan perusahaan yang telah ditentukan. Perlunya konsep Audit Internal dikarenakan bertambah luasnya ruang lingkup perusahaan. Semakin besar suatu perusahaan maka semakin luas pula rentang pengendalian yang dipikul pimpinan, sehingga manajemen harus menciptakan suatu pengendalian intern yang efektif untuk mencapai suatu pengelolaan yang optimal dengan mempertimbangkan manfaat dan biayanya. Audit Internal yang dilakukan dalam suatu perusahaan merupakan kegiatan penilaian dan verifikasi atas prosedur-prosedur, data yang tercatat berdasarkan atas kebijakan dan rencana perusahaan, sebagai slah satu fungsi dalam upaya mengawasi aktivitasnya.

Aktivitas Audit Internal menjadi pendukung utama untuk tercapainya tujuan pengendalian internal. Ketika melaksanakan kegiatannya, Audit Internal harus bersifat objektif dan kedudukannya dalam perusahaan adalah independen.

Kumat (2011:35) mendefinisikan Audit Internal adalah sebagai berikut:“ Audit

Internal adalah agen yang paling “pas” untuk mewujudkan Internal Control, Risk

Management dan Good Corporate Governance yang pastinya akan memberi nilai

tambah bagi sumber daya dan perusahaan”.

Menurut Sawyer (2005:9) Audit Internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi

(30)

13

Dan menurut Boynton, Johnson, Kell (2003:491) audit internal adalah aktivitas pemberian keyakinan serta konsultasi yang independen dan objektif, yang dirancang untuk menambah nilai dan memperbaiki operasi organisasi.

2.1.2.2 Tujuan Audit Internal

Menurut Hery (2010:39) tujuan dari Audit Internal adalah :“Audit Internal secara umum memiliki tujuan untuk membantu segenap anggota manajemen dalam menyelesaikan tanggungjawab mereka secara efektif, dengan memberi mereka analisis, penilaian, saran dan komentar yang objektif mengenai kegiatan atau

hal-hal yang diperiksa”. Untuk mencapai keseluruhan tujuan tersebut, maka auditor

harusmelakukan beberapa aktivitas sebagai berikut:

1. Memeriksa dan menilai baik buruknya pengendalian atas akuntansi keuangan dan operasi lainnya.

2. Memeriksa sampai sejauh mana hubungan para pelaksana terhadap kebijakan, rencana dan prosedur yang telah ditetapkan.

3. Memeriksa sampai sejauh mana aktiva perusahaan

dipertanggungjawabkan dan dijaga dari berbagai macam bentuk kerugian. 4. Memeriksa kecermatan pembukuan dan data lainnya yang dihasilkan oleh

perusahaan.

(31)

Adapun aktivitas dari Audit Internal yang disebutkan di atas digolongkan kedalam dua macam, diantaranya:

1. Financial Auditing

Kegiatan ini antara lain mencakup pengecekan atas kecermatan dan kebenaran segala data keuangan, mencegah terjadinya kesalahan atau Fraud dan menjaga kekayaan perusahaan.

2. Operational Auditing

Kegiatan pemeriksaan ini lebih ditujukan pada operasional untuk dapat memberikan rekomendasi yang berupa perbaikan dalam cara kerja, sistem pengendalian dan sebagainya.

2.1.2.3 Peranan Audit Internal

Mengingat pentingnya peran pengawasan terhadap tindak Fraud, maka Audit Internal menjadi satu-satunya unit kerja yang paling tepat melakoninya. Karena itu, peran Audit Internal yang selama ini selalu berkaitan dengan urusan physical control harus sudah bergeser dari sekedar terkesan sebagai “provoost

perusahaan menjadi unit yang mampu berperan dalam pencegahan sekaligus pendeteksian Fraud.

Menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:43) peran yang ideal bagi Audit Internal yaitu sebagai berikut:

(32)

15

Audit Internal dituntut untuk waspada terhadap setiap hal yang menunjukkan adanya kemungkinan terjadinya Fraud, yang mencakup:

a. Identifikasi titik-titik kritis terhadap kemungkinan terjadinya Fraud. b. Penilaian terhadap sistem pengendalian yang ada, dimulai sejak

lingkungan pengendalian hingga pemantauan terhadap penerapan system pengendalian.

Seandainya terjadi Fraud, Audit Internal bertanggung jawab untuk membantu manajemen mencegah Fraud dengan melakukan pengujian dan evaluasi keandalan dan efektivitas dari pengendalian, seiring dengan potensi risiko

terjadinya Fraud dalam berbagai segmen. Tidak hanya manajemen puncak, Audit Internal juga harus mendapat sumber daya yang memadai dalam rangka

memenuhi misinya untuk mencegah Fraud.

Tanggung jawab Audit Internal dalam rangka mendeteksi kecurangan, selama penugasan audit termasuk:

a. Memiliki pengetahuan yang memadai tentang kecurangan, dalam rangka mengidentifikasi indikasi-indikasi yang mungkin terjadi dan dilakukan oleh anggota organisasi.

b. Memiliki sensitivitas yang berkaitan dengan kemungkinan adanya kesempatan terjadinya kecurangan.

c. Melakukan evaluasi terhadap indikator-indikator yang mungkin dapat memberikan peluang terjadinya kecurangan dan menentukan apakah perlu diadakan investigasi lanjutan.

(33)

e. Melakukan penilaian kembali terhadap pelaksanaan pengendalian di

lingkungan dimana terjadinya tindak kecurangan dan selanjutnya menentukan upaya untuk memperkuat pengendalian didalammya.

2.1.2.4 Kompetensi Audit Internal

Melihat banyak beban yang harus dipikul oleh tim Audit Internal, maka dapat diidentifikasi kebutuhan yang sesuai akan kompetensi dasar (basic competency) yang sama bagi para auditor. Menurut Kumaat (2011: 25-27) dijelaskan

kompetensi Audit Internal mulai dari head of department hingga para pelaksana sebagaimana penulis uraikan berikut ini:

1. Soft Competency – Audit Internal : Menentukan Sosok Audit yang ideal. Kepribadian atau karaktek positif yang kuat sekarang ini diakui sebagai penentu keberhasilan seseorang dalam meniti karier, lebih dari bekal

pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki. Sosok Audit Internal yang ideal harus memiliki keunikan tersendiri, yaitu perpaduan karakter yang jarang dijumpai pada posisi/profesi lain. Karena harus independen dalam mengidentifikasi, menganalisis, menetapkan akar masalah hingga

mengeluarkan rekomendasi solusi, integritas menjadi hal yang tidak dapat ditawar. Secara kasat mata orang-orang seperti ini umumnya dijumpai dengan kemiripan ciri dalam hal:

a. Sangat berminat dengan topik-topik menyangkut religiositas,

(34)

17

b. Memiliki prinsip hidup (way of life) dan pendirian teguh, yaitu hasil bentukan dari pengalaman hidup yang lebih banyak gejolak ketimbang kisah sukses.

c. Menampilkan gaya hidup yang cenderung sederhana (low profile) dengan tingkat persistensi dan disiplin diri yang relatif tinggi serta konsisten yang sudah teruji oleh waktu.

Selanjutnya, karena sifat pekerjaan auditor yang harus selalu berinteraksi dengan berbagai tipe manusia, bahkan mempengaruhi orang lain, auditor mau tidak mau juga harus memiliki aura kepemimpinan yang memadai. Kumaat (2011:26) berpendapat bahwa pemimpin bisa berasal dari bakat (borned to be a leader) maupun hasil pembentukan (leader by learning experience). Secara umum orang-orang ini terlihat dari ciri-ciri:

a. Minat yang tinggi atau pengalaman yang konsisten, mulai dari masa sekolah/kuliah hingga meniti karier, terlibat dalam aktivitas organisasi. b. Relatif dewasa (matured) dibanding rekan sebayanya, serta memiliki

kepercayaan diri (self confidance) dan kemandirian (self-driven) yang relatif tinggi.

(35)

2. Hard Competency – Audit Internal : Menentukan Bobot Auditor

Meskipun Soft Competency memegang peranan penting, auditor juga dituntut memiliki tingkat berpikir, pengetahuan, dan keterampilan (Hard Competency) diatas rata-rata, tepatnya sebuah kombinasi kompetensi yang terdiri dari Analytical Thinking, Multi-Dimensional Knowledge, dan Advisory Skill.

Dalam menjalankan perannya, auditor tidak hanya dituntut mengenal setiap business process (sistem kerja) yang sedang berjalan maupun yang lazim berlaku, tetapi juga harus mampu:

a. Mengidentifikasi setiap critical point di dalamnya, serta setiap kemungkinan logis dari praktek yang tidak memadai pada titik-titik tersebut.

b. Menganalisis perubahan, penyimpangan, bahkan potential risk yang ada.

c. Membuktikan root cause yang sebenarnya dan mengukur besarnya negative impact situasi yang sudah/mungkin terjadi.

Tuntutan berpikir analitis ini tidak dapat dihindarkan mengingat Audit Internal harus berada di garis depan dalam mengembangkan risk management perusahaan.

Auditor juga dituntut memiliki kapasitas Intellectual Knowledge yang memadai agar dapat inline dengan wawasan berpikir dan pengetahuan yang dimiliki para auditor. Pengetahuan yang dikuasai setidaknya harus mampu:

a. Menunjang value added bagi bisnis maupun fungsi audit.

(36)

19

Karena itu, auditor tidak boleh hanya berbekal pengetahuan dasar auditing saja (accounting financial management, statistic, dan sebagainya), apalagi sekedar mengandalkan hasil studi/pelatihan formal (yang terkadang tidak link & match dengan dinamika kebutuhan bisnis), tetapi juga bersedia menjelajah secara self learning setiap informasi di luar serta pengalaman di dalam institusi bisnis, baik yang bersifat technical maupun managerial, terkait seluruh bidang yang ditekuni para auditor (IT, supply-chain, strategy management, marketing, dan sebagainya).

Secara umum ada 3 tingkatan yang diharapkan auditee dari diri auditor:

a. Memiliki kecakapan teknis yang baik, paling tidak sepadan dengan yang dimiliki oleh auditee, khususnya dalam urusan administrasi/pengendalian pekerjaan atau dalam menjalankan proses sebuah sistem. Auditor harus dapat menunjukkan metode yang lebih efektif/efisien ketimbang yang dijalankan oleh .

b. Memiliki kecakapan supervisory yang tidak hanya terkait dengan penguasaan instrumen pengawasan (standar dan peraturan kerja, sistem reward &

punishment, dan sebagainya), tetapi juga pemahaman terhadap prinsip-prinsip

interpersonal skill dan leadership yang baik.

(37)

2.1.2.5Standar Profesional Audit Internal

Menurut Institute of Internal Auditors (IIA) dalam Akmal (2006:13) standar profesional audit internal adalah sebagai berikut :

1. Independensi

2. Kemampuan Profesional

3. Lingkup Pekerjaan

4. Pelaksanaan Kegiatan Pemeriksaan

Adapun penjelasan dari keempat standar profesional Audit Internal tersebut adalah :

1. Independensi

a. Mandiri dan Objektif

(38)

21

2. Kemampuan Profesional

a. Pengetahuan dan Kemampuan

Kemampuan profesional wajib dimiliki oleh Audit Internal. Dalam setiap pemeriksaan, pimpinan Audit Internal haruslah menugaskan orang-orang yang secara bersama-sama atau keseluruhan memiliki pengetahuan dan kemampuan dari berbagai disiplin ilmu, seperti akuntansi, ekonomi, keuangan, statistik, pemrosesan data elektronik, perpajakan, dan hukum yang memang diperlukan unutk melaksanakan pemeriksaan secara tepat dan pantas.

b. Pengawasan

Pimpinan Audit Internal bertanggung jawab dalam melakukan pengawasan terhadap segala aktivitas pemeriksaan yang dilakukan oleh para stafnya. Pengawasan yang dilakukan sifatnya berkelanjutan, yang dimulai dengan perencanaan, yang dimulai dengan perencanaan dan diakhiri dengan

penyimpulan hasil pemeriksaan yang dilakukan. Pengawasan yang dimaksud mencakup :

1. Memberikan instruksi kepada para staf Audit Internal pada awal pemeriksaan dan menyetujui program-program pemeriksaan.

2. Melihat apakah program pemeriksaan yang telah disetujui dilaksanakan, kecuali bila terdapat penyimpangan yang dibenarkan atau disalahkan. 3. Menentukan apakah kertas kerja pemeriksaan telah cukup untuk

(39)

4. Meyakinkan apakah laporan pemeriksaan tersebut akurat, objektif, jelas, ringkas, konstruktif dan tepat waktu.

5. Menentukan apakah tujuan pemeriksaan telah dicapai

c. Ketelitian Profesional

Audit Internal harus dapat bekerja secara teliti dalam melaksanakan pemeriksaan. Audit Internal harus mewaspadai berbagai kemungkinan terjadinya pelanggaran yang dilakukan dengan sengaja, kesalahan, kelalaian, ketidakefektifan, pemborosan (ketidakefesienan), dan konflik kepentingan.

3. Lingkup Pekerjaan

a. Keandalan informasi

Audit Internal haruslah menguji sistem informasi tersebut, dan menentukan apakah berbagai catatan, laporan finansial dan laporan operasional perusahaan mengandung informasi yang akurat, dapat dibuktikan kebenarannya, tepat waktu, lengkap, dan berguna.

b. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan

Manajemen bertanggung jawab untuk menetapkan sistem, yang dibuat dengan tujuan memastikan pemenuhan berbagai persyaratan, seperti kebijakan,

(40)

23

c. Perlindungan aktiva

Audit Internal harus meninjau berbagai alat atau cara yang digunakan untuk melindungi aktiva perusahaan terhadap berbagai jenis kerugian, seperti

kerugian yang diakibatkan oleh pencurian, dan kegiatan yang ilegal. Pada saat memverifikasi keberadaan suatu aktiva, Audit Internal harus menggunakan prosedur pemeriksaan yang sesuai dan tepat.

d. Penggunaan sumber daya

Audit Internal harus dapat memastikan keekonomisan dan keefesienan penggunaan sumber daya yang dimiliki oleh perusahaan. Audit Internal bertanggung jawab untuk :

1. Telah menetapkan suatu standar operasional untuk mengukur keekonomisan dan efesiensi.

2. Standar operasional tersebut telah dipahami dan dipenuhi.

3. Berbagai penyimpangan dari standar operasional telah diidentifikasi, dianalisis, dan diberitahukan kepada berbagai pihak yang bertanggung jawab untuk melakukan tindakan perbaikan.

4. Tindakan perbaikan telah dilakukan

e. Pencapaian tujuan

(41)

4. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan

a. Perencanaan kegiatan pemeriksaan

Audit Internal harus terlebih dahulu melakukan perencanaan pemeriksaan dengan meliputi :

1. Penetapan tujuan pemeriksaan dan lingkup pekerjaan.

2. Memperoleh informasi dasar tentang objek yang akan diperiksa. 3. Penentuan tenaga yang diperlukan untuk melaksanakan pemeriksaan. 4. Pemberitahuan kepada para pihak yang dipandang perlu.

5. Melakukan survei secara tepat untuk lebih mengenali bidang atau area yang akan diperiksa.

6. Penetapan program pemeriksaan.

7. Menentukan bagaimana, kapan dan kepada siapa hasil pemeriksaan disampaikan.

8. Memperoleh persetujuan atas rencana kerja pemeriksaan

b. Pengujian dan pengevaluasian

Audit Internal harus melakukan pengujian dan pengevaluasian terhadap semua informasi yang ada guna memastikan ketepatan dari informasi tersebut yang nantinya akan digunakan untuk pemeriksaan.

c. Pelaporan hasil pemeriksaan

(42)

25

distorsi. Laporan yang jelas adalah laporan yang mudah dimengerti dan logis. Laporan yang singkat adalah laporan yang diringkas langsung membicarakan pokok permasalahan dan menghindari berbagai perincian yang tidak

diperlukan. Laporan yang konstruktif adalah laporan yang berdasarkan isi dan sifatnya akan membantu pihak yang diperiksa dan organisasi serta

menghasilkan berbagai perbaikan yang diperlukan. Laporan yanng tepat waktu adalah laporan yang pemberitaanya tidak ditunda dan mempercepat

kemungkinan pelaksanaan berbagai tindakan yang koreksi dan efektif. Audit Internal juga harus langsung melaporkan hasil pemeriksaannya kepada pimpinan dan karyawan lain apabila membutuhkan.

d. Tindak lanjut pemeriksaan

Audit Internal harus secara terus menerus meninjau dan melakukan tindak lanjut untuk memastikan apakah suatu tindakan perbaikan telah dilakukan dan memberikan berbagai hasil yang diharapkan. Tindak lanjut Audit Internal didefinisikan sebagai suatu proses untuk menentukan kecukupan, keefektifan, dan ketepatan waktu dari berbagai tindakan yang dilakukan oleh menejemen terhadap berbagai temuan pemeriksaan yang dilaporkan.

2.1.3 Pencegahan dan Pendeteksian Fraud

2.1.3.1 Definisi Fraud

(43)

criminal deception intended to financially benefit the deceiver ( 1993:3 )” yaitu

kecurangan adalah penipuan kriminal yang bermaksud untuk memberi manfaat keuangan kepada si penipu. Kriminal disini berarti setiap tindakan kesalahan serius yang dilakukan dengan maksud jahat. Dan dari tindakan jahat tersebut ia memperoleh manfaat dan merugikan korbannya secara financial.

Biasanya kecurangan mencakup tiga langkah yaitu (1) tindakan/the act., (2) penyembunyian/theconcealment dan (3) konversi/the conversion. Misalnya pencurian atas harta persediaan adalah tindakan, kemudian pelaku akan

menyembunyikan kecurangan tersebut misalnya dengan membuat bukti transaksi pengeluaran fiktif. Selanjutnya setelah perbuatan pencurian dan penyembunyian dilakukan, pelaku akan melakukan konversi dengan cara memakai sendiri atau menjual persediaan tersebut.

Pada dasarnya terdapat dua tipe kecurangan, yaitu eksternal dan internal.

Kecurangan eksternal adalah kecurangan yang dilakukan oleh pihak luar terhadap suatu perusahaan/entitas, seperti kecurangan yang dilakukan pelanggan terhadap usaha; wajib pajak terhadap pemerintah. Kecurangan internal adalah tindakan tidak legal dari karyawan, manajer dan eksekutif terhadap perusahaan tempat ia bekerja.

Berkaitan dengan itu Association of Certified Fraud Examinations (ACFE-2000), salah satu asosiasi di USA yang mendarmabaktikan kegiatannya dalam

(44)

27

a. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud),

Kecurangan Laporan Keuangan dapat didefinisikan sebagai kecurangan yang dilakukan oleh manajemen dalam bentuk salah saji material Laporan Keuangan yang merugikan investor dan kreditor. Kecurangan ini dapat bersifat financial atau kecurangan non financial.

b. Penyalahgunaan aset (Asset Misappropriation),

Penyalahagunaan aset dapat digolongkan ke dalam „Kecurangan Kas‟ dan

„Kecurangan atas Persediaan dan Aset Lainnya‟, serta pengeluaran-pengeluaran

biaya secara curang (Fraudulent disbursement). c. Korupsi (Corruption),

Korupsi dalam konteks pembahasan ini adalah korupsi menurut ACFE, bukannya pengertian korupsi menurut UU Pemberantasan TPK di Indonesia. Menurut ACFE, korupsi terbagi ke dalam pertentangan kepentingan (conflict of interest), suap (bribery), pemberian illegal (illegal gratuity), dan pemerasan (economic extortion).

2.1.3.2 Pencegahan Fraud

Peran utama dari internal auditor sesuai dengan fungsinya dalam pencegahan kecuarangan adalah berupaya untuk menghilangkan atau mengeleminir sebab-sebab timbulnya kecurangan tersebut. Karena pencegahan terhadap akan

(45)

a. Pengendalian intern tidak ada atau lemah atau dilakukan dengan longgar dan tidak efektif.

b. Pegawai dipekerjakan tanpa memikirkan kejujuran dan integritas mereka. c. Pegawai diatur, dieksploitasi dengan tidak baik, disalahgunakan atau

ditempatkan dengan tekanan yang besar untuk mencapai sasaran dan tujuan keuangan yang mengarah tindakan kecurangan.

d. Model manajemen sendiri melakukan kecurangan, tidak efsien dan atau tidak efektif serta tidak taat terhadap hukum dan peraturan yang berlaku..

e. Pegawai yang dipercaya memiliki masalah pribadi yang tidak dapat dipecahkan , biasanya masalah keuangan, kebutuhan kesehatan keluarga, gaya hidup yang berlebihan.

f. Industri dimana perusahaan menjadi bagiannya, memiliki sejarah atau tradisi kecurangan.

Pencegahan kecurangan pada umumnya adalah aktivitas yang dilaksanakan manajemen dalam hal penetapan kebijakan, sistem dan prosedur yang membantu meyakinkan bahwa tindakan yang diperlukan sudah dilakukan dewan komisaris, manajemen, dan personil lain perusahaan untuk dapat memberikan keyakinan memadai dalam mencapai 3 ( tiga ) tujuan pokok yaitu ; keandalan pelaporan keuangan, efektivitas dan efisiensi operasi serta kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku. ( COSO: 1992) Untuk hal tersebut , kecurangan yang mungkin terjadi harus dicegah antara lain dengan cara –cara berikut :

1. Membangun struktur pengendalian intern yang baik

(46)

29

telah ditetapkan top manajemen dapat dicapai, keamanan harta perusahaan terjamin dan kegiatan operasi bisa dijalankan secara efektif dan efisien,

manajemen perlu mengadakan struktur pengendalian intern yang baik dan efektif mencegah kecurangan.

Dalam memperkuat pengendalian intern di perusahaan, COSO (The Committee of Sponsoring Organizations of The Treadway Commission) pada bulan September

1992 memperkenalkan suatu rerangka pengendalian yang lebih luas daripada model pengendalian akuntansi yang tradisional dan mencakup menejemen risiko, yaitu pengendalian intern terdiri atas 5 ( lima ) komponen yang saling terkait yaitu:

1. Lingkungan pengendalian (control environment) menetapkan corak suatu organisasi, mempengaruhi kesadaran pengendalian orang-orangnya. Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian intern, menyediakan disiplin dan struktur. Lingkungan pengendalian mencakup : a. Integritas dan nilai etika

b. Komitmen terhadap kompetensi

c. Partisipasi dewan komisaris atau komite audit d. Filosofi dan gaya operasi manajemen

e. Struktur organisasi

f. Pemberian wewenang dan tanggungjawab g. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia.

(47)

untuk menenetukan bagaimana risiko harus dikelola. Risiko dapat timbul atau berubah karena keadaan berikut :

a. Perubahan dalam lingkungan operasi b. Personel baru

c. Sistem informasi yang baru atau diperbaiki d. Teknologi baru

e. Lini produk, produk atau aktivitas baru f. Operasi luar negeri

g. Standar akuntansi baru

3. Standar Pengedalian (control activities) adalah kebijakan dari prosedur yang membantu menjamin bahwa arahan manajemen dilaksanakan. Kebijakan dan prosedur yang dimaksud berkaitan degan:

a. Penelaahan terhadap kinerja b. Pengolahan informasi c. Pengendalian fisik d. Pemisahan tugas

4. Informasi dan komunikasi (information and communication) adalah

(48)

31

Komunikasi mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dan tanggung jawab individual berkaitan dengan pengendalian intern terhadap pelaporan

keuangan.

5. Pemantauan (monitoring) adalah proses menentukan mutu kinerja pengendalian intern sepanjang waktu. Pemantauan mencakup penentuan disain dan operasi pengendalian yang tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi.

2. Mengefektifkan aktivitas pengendalian 1. Review Kinerja

Aktivitas pengendalian ini mencakup review atas kinerja sesungguhnya dibandingkan dengan anggaran, prakiraan, atau kinerja priode sebelumnya, menghubungkan satu rangkaian data yang berbeda operasi atau keuangan satu sama lain, bersama dengan analisis atas hubungan dan tindakan penyelidikan dan perbaikan; dan review atas kinerja fungsional atau aktivitas

seseorang manajer kredit atas laporan cabang perusahaan tentang persetujuan dan penagihan pinjaman.

2. Pengolahan informasi

Berbagai pengendalian dilaksanakan untuk mengecek ketepatan, kelengkapan, dan otorisasi transaksi. Dua pengelompokan luas aktivitas pengendalian sistem

informasi adalah pengendalian

umum (general control) dan pengendalian aplikasi (application control). Pengendalian umum biasanya mencakup pengendalian atas operasi pusat data, pemerosesan dan pemeliharaan

(49)

pemakai akhir (end-user). Pengendalian ini membantu menetapkan bahwa transaksi adalah sah, diotorisasi semestinya, da n diolah secara lengkap dan akurat.

3. Pengengendalian fisik

Aktivitas pengendalian fisik mencakup keamanan fisik aktiva, penjagaan yang memadai terhadap fasilitas yang terlindungi dari akses terhadap aktiva dan catatan; otorisasi untuk akses ke program komputer dan data files; dan

perhitungan secara periodic dan pembandingan dengan jumlah yang tercantum dalam catatan pengendali.

4. Pemisahan tugas

Pembebanan tanggungjawab ke orang yang berbeda untuk memberikan otorisasi, pencatatan transaksi, menyelenggarakan penyimpanan aktiva ditujukan untuk mengurangi kesempatan bagi

seseorang dalam posisi baik untuk berbuat kecurangan dan sekaligus

menyembunyikan kekeliruan dan ketidakberesan dalam menjalankan tugasnya dalam keadaan normal.

3. Meningkatkan kultur organisasi

(50)

33

Prinsip-prinsip dasar tersebut adalah (Hasan:2000) : (1) Keadilan (Fairness)

Melidungi kepentingan pemegang saham minoritas dan steakholders lainnnya dari rekayasa transaksi yang bertentangan dengan peraturan peraturan yang berlaku (2) Transparansi

Keterbukaan (disclosure) bagi steakholder yang terkait untuk melihat dan memahami proses suatu pengambilan keputusan/pengelolaan suatu perusahaan. Dalam hal ini terkait pula kewajiban perusahaan untuk mengungkapkan informasi material kepada pemegang saham/publik dan pemerintah secara benar, akurat, teratur dan tepat waktu.

(3) Akuntabilitas (Accountability)

Menciptakan sistem pengawasan yang efektif didasarkan atas distribusi dan keseimbangan kekuasaan antar anggota direksi, komisaris, pemegang saham dan pengawas. Di sini menyangkut pula proses pertanggungjawaban para pengurus perusahaan atas keputusan – keputusan yang dibuat dan kinerja yang dicapai. (4) Tanggung jawab (Responsibility)

Perusahaan memiliki tanggung jawab untuk mematuhi hukum dan

ketentuan/peraturan yang berlaku termasuk tanggap terhadap lingkungan di mana perusahaan berada

(5) Moralitas

(51)

(6) Kehandalan (Reliability)

Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki kompetensi dan profesionalisme dalam pengelolaan perusahaan.

(7) Komitmen

Pihak manajemen/pengelola perusahaan dituntut untuk memiliki komitmen penuh untuk selalu meningkatkan nilai perusahaan, dan bekerja untuk mengoptimalkan nilai pemegang sahamnnya (duty of loyalty) serta menurunkan risiko perusahaan. Dalam pedoman GCG yang disusun oleh The National Committee on Coprporate Governance (Maret 2000) telah disarankan dengan jelas bagi perusahaan untuk memenuhi 13 (tiga belas) aspek penting yang harus diperhatikan manajemen perusahaan yaitu : pemegang saham, dewan komisaris, direksi, sistem audit, sekretaris perusahaan, pihak-pihak yang berkepentingan (steakholders),

keterbukaan, kerahasiaan, informasi orang dalam, etika berusaha dan anti korupsi, donasi, kepatuhan pada peraturan perundangundangan (proteksi kesehatan,

keselamatan kerja, pelestarian lingkungan serta kesempatan kerja yang sama).

4. Mengefektifkan fungsi internal audit

Walaupun internal auditor tidak dapat menjamin bahwa kecurangan tidak akan terjadi, namun ia harus menggunakan kemahiran jabatannya dengan saksama sehingga diharapkan mampu mendeteksi terjadinya kecurangan dan dapat memberikan saran-saran yang bermafaat kepada manajemen untuk mencegah terjadinya kecurangan.

(52)

35

dengan memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang diperiksanya adalah :

1. Internal audit departemen harus mempunyai kedudukan yang independen dalam organisasi perusahaan dalam artikata ia tidak boleh terlibat kegiatan operasional perusahaan dan bertanggungjawab kepada atau melaporkan kegiatannya kepada top manajemen.

2. Internal audit departemen harus mempunyai uraian tugas secara tertulis, sehingga setiap auditor mengetahui dengan jelas apa yang menjadi tugas, wewenang dan tanggungjawabnya.

3. Internal audit harus mempunyai internal audit manual yang berguna untuk : a. mencegah terjadinya penyimpangan dalam pelaksanaan tugas.

b. menentukan standar yang berguna untuk mengukur dan meningkatkan performance.

c. memberi keyakinan bahwa hasil akhir internal audit departemen sesuai dengan requirement dari internal audit director.

4. Harus ada dukungan yang kuat dari top manajemen kepada internal audit departemen. Dukungan tersebut dapat berupa :

a. penempatan internal audit departemen dalam posisi yang independen. b. penempatan audit staf dengan gaji yang cukup menarik.

(53)

5. Internal audit departemen harus memiliki sumber daya yang profesional, capable, bisa bersikap objective dan mempunyai integritas serta loyalitas yang tinggi.

6. Internal auditor harus bisa bekerjasama dengan akuntan publik

Jika internal auditor sudah bisa bekerja secara efisien dan efektif dan bisa bekerjasama dengan akuntan publik, maka audit fee yang harus dibayar kepada KAP bisa ditekan menjadi lebih rendah karena hasil kerja internal auditor bisa mempercepat dan mempermudah penyelesaian pekerjaan KAP.

5. Menciptakan struktur pengajian yang wajar dan pantas

6. Mengadakan Rotasi dan kewajiban bagi pegawai untuk mengambil hak cuti 7. Memberikan sanksi yang tegas kepada yang melakukan kecurangan dan berikan penghargaan kepada mereka yang berprestasi

8. Membuat program bantuan kepada pegawai yang mendapatkan kesulitan baik dalam hal keuangan maupun non keuangan

(54)

37

2.1.3.3 Pendeteksian Fraud

Sebagaimana diuraikan sebelumnya, resiko yang dihadapi perusahaan diantaranya adalah Integrity risk, yaitu resiko adanya kecurangan oleh manajemen atau

pegawai perusahaan, tindakan ilegal, atau tindak penyimpangan lainnya yang dapat mengurangi nama baik /reputasi perusahaan di dunia usaha, atau dapat mengurangi kemampuan perusahaan dalam mempertahankan kelangsungan hidupnya. Adanya resiko tersebut mengharuskan internal auditor untuk menyusun tindakan pencegahan/prevention untuk menangkal terjadinya kecurangan

sebagaimana diuraikan dalam bagian sebelumnya.

Namun, pencegahan saja tidaklah memadai, internal auditor harus memahami pula bagaimana cara mendeteksi secara dini terjadinya kecurangan-kecurangan yang timbul. Tindakan pendeteksian tersebut tidak dapat di generalisir terhadap semua kecurangan. Masing-masing jenis kecurangan memiliki karakteristik tersendiri, sehingga untuk dapat mendeteksi kecurangan perlu kiranya pemahaman yang baik terhadap jenis-jenis kecurangan yang mungkin timbul dalam perusahaan.

Sebagian besar bukti-bukti kecurangan merupakan bukti-bukti tidak sifatnya langsung. Petunjuk adanya kecurangan biasanya ditunjukkan oleh munculnya gejala-gejala (symptoms) seperti adanya perubahan gaya hidup atau perilaku seseorang, dokumentasi yang mencurigakan, keluhan dari pelanggan ataupun kecurigaan dari rekan sekerja. Pada awalnya, kecurangan ini akan tercermin melalui timbulnya karakteristik tertentu, baik yang merupakan kondisi/keadaan lingkungan, maupun perilaku seseorang. Karakterikstik yang bersifat

(55)

Meskipun timbulnya red flag tersebut tidak selalu merupakan indikasi adanya kecurangan, namun red flag ini biasanya selalu muncul disetiap kasus kecurangan yang terjadi.

Pemahaman dan analisis lebih lanjut terhadap Red flag tersebut dapat membantu langkah selanjutnya untuk memperoleh bukti awal atau mendeteksi adanya

kecurangan. Berikut adalah gambaran secara garis besar pendeteksian kecurangan berdasar penggolongan kecurangan oleh ACFE tersebut di atas.

1. Kecurangan Laporan Keuangan (Financial Statement Fraud).

Kecurangan dalam penyajian laporan keuangan umumnya dapat dideteksi melalui analisis laporan keuangan sebagai berikut:

a. Analisis vertikal, yaitu teknik yang digunakan untuk menganalisis hubungan antara item-item dalam laporan laba rugi, neraca, atau laporan arus kas dengan menggambarkannya dalam persentase.

Sebagai contoh, adanya kenaikan persentase hutang niaga dengan total hutang dari rata-rata 28% menjadi 52% dilain pihak adanya penurunan persentase biaya penjualan dengan total penjualan dari 20% menjadi 17% mungkin dapat menjadi satu dasar adanya pemeriksaan kecurangan. b. Analisis horizontal, yaitu teknik untuk menganalisis persentasepersentase

perubahan item laporan keuangan selama beberapa periode laporan. Sebagai contoh adanya kenaikan penjualan sebesar 80% sedangkan harga pokok mengalami kenaikan 140%.

Dengan asumsi tidak ada perubahan lainnya dalam unsur-unsur penjualan dan pembelian, maka hal ini dapat menimbulkan sangkaan adanya

(56)

39

c. Analisis rasio, yaitu alat untuk mengukur hubungan antara nilai-nilai item dalam laporan keuangan. Sebagai contoh adalah current ratio, adanya penggelapan uang atau pencurian kas dapat menyebabkan turunnya perhitungan rasio tersebut.

2. Asset Misappropriation (Penyalahgunaan aset).

Teknik untuk mendeteksi kecurangan-kecurangan kategori ini sangat banyak variasinya. Namun, pemahaman yang tepat atas pengendalian intern yang baik dalam pos-pos tersebut akan sangat membantu dalam melaksanakan pendeteksian kecurangan.

Dengan demikian, terdapat banyak sekali teknik yang dapat dipergunakan untuk mendeteksi setiap kasus penyalahgunaan aset. Masing-masing jenis kecurangan dapat dideteksi melalui beberapa teknik yang berbeda.

Misalnya, untuk mendeteksi kecurangan dalam pembelian ada beberapa metode deteksi yang dapat digunakan. Metode-metode tersebut akan sangat efektif bila digunakan secara kombinasi gabungan, setiap metode deteksi akan menunjukkan anomalies/gejala penyimpangan yang dapat diinvestigasi lebih lanjut untuk menentukan ada tidaknya kecurangan. Selain itu, metode-metode tersebut akan menunjukkan kelemahan-kelemahan dalam pengendalian intern dan

mengingatkan/memberi peringatan pada auditor akan adanya potensi terjadinya kecurangan di masa mendatang.

a. Analytical review

(57)

mengindikasikan adanya pembelian yang terlalu tinggi atau terlalu rendah biala dibandingkan dengan tingkat penjualannya. Metode analitis lainnya adalah perbandingan pembelian persediaan bahan baku dengan tahun sekarang yang mungkin mengindikasikan adanya kecurangan overbilling scheme atau kecurangan pembelian ganda.

b. Statistical sampling

Sebagaimana persediaan, dokumen dasar pembelian dapat diuji secara sampling untuk menentukan ketidakbiasaan (irregularities), metode deteksi ini akan efektif jika ada kecurigaan terhadap satu attributnya, misalnya pemasok fiktif. Suatu daftar alamat PO BOX akan mengungkapkan adanya pemasok fiktif.

c. Vendor or outsider complaints

Komplain / keluhan dari konsumen, pemasok, atau pihak lain merupakan alat deteksi yang baik yang dapat mengarahkan auditor untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut.

d. Site visit – observation

Observasi ke lokasi biasanya dapat mengungkapkan ada tidaknya pengendalian intern di lokasi-lokasi tersebut. Observasi terhadap bagaimana transaksi akuntansi dilaksanakan kadangkala akan memberi peringatan pada CFE akan adanya

daerah-daerah yang mempunyai potensi bermasalah. Dalam banyak kasus kecurangan, khususnya kasus pencurian dan penggelapan aset, biasanya terdapat tiga faktor, yaitu:

a. ada satu tekanan pada seseorang, seperti kebutuhan keuangan,

(58)

41

c. adanya cara pembenaran perilaku tersebut yang sesuai dengan tingkatan integritas pelakunya.

Ada tiga elemen dalam struktur pengendalian intern yang perlu diperhatikan dengan baik, yaitu Lingkungan pengendalian, Sistem akuntansi, dan prosedur pengendalian Jika struktur internal control sudah ditempatkan dan berjalan dengan baik, peluang adanya kecurangan yang tak terdeteksi akan banyak berkurang. Pemeriksa kecurangan harus mengenal dan memahami dengan baik setiap elemen dalam struktur pengendalian intern agar dapat melakukan evaluasi dan mencari kelemahannya.

3. Corruption (Korupsi)

Sebagian besar kecurangan ini dapat dideteksi melalui keluhan dari rekan kerja yang jujur, laporan dari rekan, atau pemasok yang tidak puas dan menyampaikan komplain ke perusahaan. Atas sangkaan terjadinya kecurangan ini kemudian dilakukan analisis terhadap tersangka atau transaksinya. Pendeteksian atas kecurangan ini dapat dilihat dari karakteristik (Red flag) si penerima maupun si pemberi.

2.1.4 Pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan pendeteksian Fraud

(59)

Audit Internal akan membantu mencegah Fraud dengan memeriksa dan

mengevaluasi pengendalian internal yang mengurangi risiko Fraud. Mereka akan membantu mendeteksi Fraud dengan melaksanakan prosedur audit yang dapat mengungkapkan pelaporan keuanganyang curang serta penyalahgunaan aset.

Auditor Internal adalah bertanggung jawab pada manajemen perusahaan.

Tinjauannya adalah audit terhadap setiap berbagai prosedur-prosedur dan metode operasi suatu organisasi untuk menilai efisiensi dan efektivitas kegiatan. Pada akhir kegiatan biasanya diajukan saran-saran rekomendasi manajemen untuk meningkatkan kualitas operasi perusahaan. Pada dasarnya layanan yang diberikan oleh para auditor di setiap cabang audit tersebut adalah sama, yang

membedakannya adalah tanggung jawab dan tingkat kebebasan yang berbeda.

Dari definisi tersebut, kita mengetahui pengertian audit dalam arti luas, namun lebih menekankan pada auditor yang dilakukan oleh Audit Internal. Fraud adalah perbuatan tidak jujur yang menimbulkan potensi kerugian ataupun kerugian nyata terhadap perusahaan atau karyawan perusahaan atau orang lain, tetapi tidak terbatas pada pencurian uang, pencurian barang, penipuan, pemalsuan. Juga termasuk dalam perbuatan ini adalah pemalsuan, penyembunyian atau penghancuran dokumen/laporan, atau menggunakan dokumen palsu untuk keperluan bisnis, atau membocorkan informasi perusahaan kepada pihak di luar perusahaan.

(60)

43

yang efektif dan efisien. Menurut Tunggal (2012:59) terdapat tiga unsur untuk mencegah dan mendeteksi Fraud, yaitu:

1. Budaya jujur dan etika yang tinggi.

2. Tanggung jawab manajemen untuk mengevaluasi risiko Fraud. 3. Pengawasan oleh komite audit.

Jadi berdasarkan tiga unsur diatas dapat dilihat bahwa banyak alternative yang dapat dilakukan untuk mencegah Fraud yaitu dengan adanya Audit Internal sebagai perantara dalam pencegahan Fraud. Untuk itu peneliti ingin mencari tahu seberapa besar pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan dan pendeteksian Fraud. Fraud telah banyak terungkap dengan adanya Audit Internal. Dalam hal ini yang bertindak sebagai Audit Internal adalah auditor dan semua yang

(61)

2.2 Hipotesis

Sesuai dengan judul penelitian, penulis membuat kerangka pemikiran sebagai berikut:

Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Adapun hipotesis yang penulis rumuskan berdasarkan perumusan masalah yang dirumuskan penulis dan teori-teori pendukung, adalah sebagai berikut:

a. Pengaruh audit internal terhadap pencegahan Fraud..

Pencegahan Fraud menurut Pusdiklatwas BPKP (2008:37) merupakan upaya terintegrasi yang dapat menekan terjadinya faktor penyebab Fraud (Fraud

triangle) yaitu:

1. Memperkecil peluang terjadinya kesempatan untuk berbuat kecurangan. 2. Menurunkan tekanan kepada pegawai agar ia mampu memenuhi

kebutuhannya.

3. Mengeliminasi alasan untuk membuat pembenaran atau rasionalisasi atas tindakan Fraud yang dilakukan.

Audit Internal (X)

Pencegahan Fraud

(Y1)

Pendeteksian Fraud

(62)

45

Dengan adanya upaya pencegahan yang diterapkan oleh perusahaan dapat memperkecil peluang terjadinya karena setiap tindakan Fraud dapat terdeteksi cepat dan diantisipasi dengan baik oleh perusahaan. Setiap karyawan tidak merasa tertekan lagi dan melakukan pembenaran terhadap tindakan Fraud yang dapat merugikan banyak pihak.

Hasil penelitian Amalia (2013) menyatakan bahwa audit internal berpengaruh positif terhadap pencegahan Fraud.Maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:

Ha1 : Audit internal berpengaruh signifikan terhadap pencegahan Fraud

b. Pengaruh audit internal terhadap pendeteksian Fraud.

Menurut Kumaat (2011:156) mendeteksi Fraud (Fraud detection) adalah upaya untuk mendapatkan indikasi awal yang cukup mengenai tindak Fraud, sekaligus mempersempit ruang gerak para pelaku Fraud (yaitu ketika pelaku menyadari prakteknya telah diketahui, maka sudah terlambat untuk berkelit). Maka dengan adanya Audit Internal di dalam perusahaan tindak Fraud dapat dicegah dan dideteksi karena setiap gerak-gerik karyawan terawasi dan terbatasi untuk melakukan tindakan Fraud. Maka peneliti membuat hipotesis sebagai berikut:

(63)

2.3 Penelitian Terdahulu

No Nama Tahun Topik Penelitian Hasil Penelitian

1 Jordan

Martondang

2010 Pengaruh Pengalaman

Audit, Indepedensi, dan

2010 Pengaruh Independensi dan

Profesionalisme Auditor

2013 Pengaruh Audit Internal

(64)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian yang Digunakan

Metode penelitian yang dipakai penulis dalam penelitian ini adalah metode studi empiris, yaitu penelitian terhadap fakta empiris yang diperoleh berdasarkan observasi dan pengalaman.

Hipotesis yang digunakan adalah hipotesis deskriptif dan asosiatif, karena ada variabel-variabel yang akan ditelaah hubungannya serta tujuannya untuk kemudian disajikan gambaran secara terstruktur, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta serta hubungan antar variabel yang diteliti.

3.2 Populasi dan Sampel

(65)

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer. Data yang digunakan sebagai dasar dalam penelitian ini sebagai dasar untuk menguji hipotesis adalah data yang diperoleh langsung dari subyek yang diteliti. Metode pengumpulan data yang dilakukan oleh penulis dalam memperoleh data-data untuk bahan penelitian adalah dengan metode penelitian lapangan. Pengumpulan data dilakukan dengan melalui data primer. Adapun cara yang digunakan sebagai berikut:

1. Wawancara

yaitu teknik pengumpulan data melalui tanya jawab langsung dengan pihak lembaga.

2. Kuesioner

Kuesioner dilakukan dengan mengajukan daftar pertanyaan yang bertujuan untuk mengetahui variabel-variabel yang penulis teliti dengan disebarkan ke bagian-bagian yang sesuai dengan objek penelitian.

3.4 Definisi Variabel dan Operasionalisasi Variabel

Dalam sebuah penelitian terdapat beberapa variabel yang harus ditetapkan dengan jelas sebelum mulai pengumpulan data.

Sesuai dengan judul penelitian, yaitu “Pengaruh Audit Internal terhadap pencegahan

(66)

49

1. Variabel Bebas (Independent Variable)

Dalam penelitian ini yang menjadi variabel bebas adalah Audit Internal dengan14 indikator pengukuran yang tertuang dalam pertanyaan-pertanyaan kuisioner yang mengadopsi pada penelitian Amalia (2013) yaitu:

a. Mandiri b. Objektif

c. Pengetahuan dan kemampuan d. Pengawasan

e. Ketelitian professional f. Keandalan informasi

g. Kesesuaian dengan kebijakan, rencana, prosedur dan ketentuan perundang-undangan.

h. Perlindungan aktiva i. Penggunaan sumber daya j. Pencapaian tujuan

k. Perencanaan kegiatan

l. Pengujian dan pengevaluasian m. Pelaporan hasil pemeriksaan n. Tindak lanjut pemeriksaan.

2. Variabel Terikat (Dependent Variable)

(67)

a. Pencengahan Fraud (Y1) diukur melalui 16 pertanyaan, pertanyaan-pertanyaan tersebut tertuang dalam kuisioner yang mengadopsi penelitian Amalia (2013) dengan indicator sebagai berikut :

1. Menetapkan kebijakan anti Fraud

2. Adanya komitmen terhadap pelaksanaan kebijakan anti Fraud 3. Terdapat prosedur pencegahan Fraud

4. Adanya pengendalian internal 5. Adanya pemisahan fungsi 6. Penerapan kebijakan anti Fraud 7. Penerapan prosedur pelaporan Fraud 8. Tindakan pengurus terhadap pelaku Fraud 9. Pelaksanaan tanggungjawab

10.Pembagian tugas yang jelas

11.Pengawasan terhadap aspek yang memungkinkan terjadinya Fraud 12.Pelaksanakan kontrol yang memadai terhadap media pendukung

operasional 13.Perekrutan staf

14.Interview calon pegawai 15.Rotasi pegawai

16.Pemberian cuti

(68)

51

1. Identifikasi terjadinya Fraud

2. Pengawasan terhadap resiko lapangan 3. Verifikasi dan analisis data transaksi

4. Komunikasi iformal terhadap pihak internal 5. Adanya media terbuka terhadap tindakan Fraud.

3.5 Metode Analisis Data

Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan model persamaan struktural (SEM). Dua langkah yang digunakan dalam menganalisis SEM adalah measurement model dan measurement structural model. Penulis menggunakan Partial Least Square (PLS) sebagai alat statistik yang tepat untuk pengujian variabel

ini. Henseler dan Sarstedt (2013, p.567) mengatakan bahwa “PLS is a family of alternating least squares agorithms, which extend principal component and canonical correlation analysis.”

(69)

Lebih lanjut, PLS menggunakan iterasi algoritma yang terdiri dari seri OLS untuk menghindari identifikasi model yang bersifat non-recursive (model yang bersifat reciprocal antara variabel independen dan dependen), sehingga PLS mampu

mengukur data dengan skala berbeda-beda secara bersamaan dan PLS juga mampu menjalankan pada data yang berukuran kecil.

3.5.1 Measurement Model

Penelitian ini menggunakan metode survey kuesioner untuk mengumpulkan data. Oleh karena itu tiap pertanyaan yang ada dalam kuesioner tersebut harus memenuhi kualitas data yang valid dan reliable. Uji validitas digunakan untuk mengukur apa yang seharusnya diukur, sedangkan uji reliabilitas digunakan untuk mengukur konsistensi responden dalam menjawab item pertanyaan dalam kuesioner. Instrumen yang terdapat di penelitian ini dinyatakan valid jika data yang diperoleh bisa

menjawab tujuan penelitian yang akan dicapai dengan akurat. Jika instrumen

penelitian yang sama bisa stabil ketika digunakan kembali pada penelitian selanjutnya maka instrumen tersebut dapat dinyatakan reliable.

1.5.1.1Uji Reliabilitas

Uji reliabilitas dilakukan dengan Partial Least Square (PLS) agar dapat menganalisis Cronbach’s Alpha dan Composite Reliability. Menurut Hulland (1999), sesuai dengan

Gambar

Tabel
Gambar 2.2. Kerangka Pemikiran

Referensi

Dokumen terkait

Semen Padang sudah cukup memadai dan dinilai andal dalam pencegahan dan deteksi kecurangan (fraud) dengan struktur pengendalian intern yang baik sebagai anti-fraud

Kecurangan dapat terjadi di setiap perusahaan ataupun setiap bank, baik kecurangan yang dilakukan oleh karyawan maupun kecurangan yang dilakukan oleh

Agar pencegahan kecurangan tersebut dapat berjalan dengan baik dan efektif, maka dibutuhkan suatu alat pengendalian yaitu adanya pelaksanaan audit internal, yaitu suatu fungsi yang

Dalam pencegahan kecurangan auditor Internal telah membantu anggota manajemen untuk dapat melaksanakan tanggung jawab secara efektif dengan jalan memberikan

Menjawab identifikasi masalah mengenai pengaruh Internal Audit terhadap pencegahan dan pendeteksian kecurangan, maka berdasarkan hasil penelitian pada PT. Pelaksanaan Internal

4.2.3 Pengaruh Profesionalisme Auditor Internal terhadap Pencegahan dan Pendeteksain Kecurangan (Fraud) pada BUMN yang Berkantor Pusat di Kota Bandung

Hasil dari pengujian menunjukkan bahwa (1) tindakan pencegahan tidak berpengaruh signifikan terhadap upaya meminimalisasi kecurangan (fraud) laporan keuangan karena

Dibagian lain Cattrysse(2002) menyatakan secara umum ada tiga alat pencegahan Kecurangan yaitu: Tata KelolaPerusahaan, pimpinan organisasi yang baik (bersih), dan