• Tidak ada hasil yang ditemukan

Perencanaan Jalan Bintang Selatan

N/A
N/A
Rintami Eka Nurmala

Academic year: 2025

Membagikan " Perencanaan Jalan Bintang Selatan"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

PROJECT WORK I

PERENCANAAN JALAN BINTANG SELATAN (JALAN PENGHUBUNG JALAN RAYA LINTAS UTAMA SUMATRA – DESA SUNGAI LANANG KECAMATAN RAWAS ULU, KABUPATEN MUSI RAWAS, SUMATRA

SELATAN STA 0+000 s.d STA 2+822,54)

Disusun Oleh:

Dhiya’u Syauqii 2201321017 Rintami Eka Nurmala 2201321005

Pembimbing:

Eva Azahra Latifa,S.T., M.T.

NIP : 196205071986032003

3 Konstruksi Sipil 1

PROGRAM STUDI KONSTRUKSI SIPIL JURUSAN TEKNIK SIPIL

POLITEKNIK NEGERI JAKARTA 2024/2025

(2)

ii

LEMBAR PENGESAHAN

PROJECT WORK I

PERENCANAAN JALAN BINTANG SELATAN (JALAN PENGHUBUNG JALAN RAYA LINTAS UTAMA SUMATRA – DESA SUNGAI LANANG KECAMATAN RAWAS ULU, KABUPATEN MUSI RAWAS, SUMATRA SELATAN

STA 0+000 s.d STA 2+822,54)

Disusun oleh:

Dhiya’u Syauqii 2201321017 Rintami Eka Nurmala 2201321005

Telah disetujui dosen pembimbing untuk dipertahankan.

Dosen Pembimbing:

Eva Azahra Latifa, S.T., M.T.

NIP : 196205071986032003

(3)

iii

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan rahmat serta karunia-Nya kepada kami sehingga kami dapat menyelesaikan Project Work I Perencanaan Jalan Raya tepat pada waktunya. Project ini berjudul “Perencanaan Jalan Bintang Selatan (Jalan Penghubung Jalan Raya Lintas Utama Sumatra – Desa Sungai Lanang Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan Sta 0+000 S.D Sta 2+822,54)”.

Project Work I Perencanaan Jalan Raya ini membahas tentang perencanaan jalan raya penghubung antar dua kecamatan, yang mencakup aspek geometri jalan, perkerasan jalan dan drainase jalan. Penyusunan project ini bertujuan untuk memenuhi salah satu persyaratan dalam Program Pendidikan Profesional Diploma III Politeknik Negeri Jakarta.

Penyusunan Project Work I Perencanaan Jalan Raya ini tidak terlepas dari dukungan dan bimbingan dari berbagai pihak, baik yang bersifat moril maupun materiil. Oleh karena itu, kami menyampaikan ucapan terima kasih kepada:

1. Ibu Istiatun, S.T., M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Sipil Politeknik Negeri Jakarta.

2. Ibu Eva Azahra Latifa, S.T., M.T. selaku Dosen Pembimbing Project Work I Perencanaan Jalan Raya.

3. Teman-teman satu bimbingan Project Work I Perencanaan Jalan Raya.

Kami menyadari bahwa Project Work I Perencanaan Jalan Raya ini belum mencapai kesempurnaan dan masih memiliki kekurangan. Oleh karena itu, kami selalu mengharapkan kritik dan saran konstruktif dari berbagai pihak demi meningkatkan kualitas penyusunan Project Work I Perencanaan Jalan Raya ini.

Akhir kata, kami mengaharapkan Project Work I Perencanaan Jalan Raya ini memberikan manfaat bagi pembaca serta menambah ilmu pengetahuan bagi kami. Aamiin.

Depok, 8 November 2024

Penulis

(4)

iv DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ... ii

KATA PENGANTAR ... iii

DAFTAR ISI ... iv

DAFTAR TABEL ... vii

DAFTAR GAMBAR ... ix

BAB I ... 1

PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 2

1.3 Tujuan Penulisan ... 2

1.4 Manfaat Penulisan ... 2

1.5 Sistematika Penulisan ... 3

BAB II ... 4

DATA PERENCANAAN ... 4

2.1 Data Perencanaan Jalan ... 4

2.1.1 Lokasi Perencanaan Jalan ... 4

2.1.2 Dasar Pemilihan Lokasi ... 5

2.1.3 Klasifikasi Jalan ... 5

2.1.4 Bagian-bagian Jalan ... 7

BAB III ... 9

ANALISIS PERHITUNGAN ... 9

3.1 Perencanaan Geometrik ... 9

3.1.1 Perhitungan Lengkung Horizontal ... 9

3.1.2 Perhitungan Lengkung Vertikal ... 27

3.1.3 Potongan Melintang ... 31

(5)

v

3.2 Perencanaan Perkerasan Jalan ... 32

3.2.1 Data Lalu Lintas dan Analisa Umur Rencana (Traffic Design) ... 32

3.2.2 Mencari Angka Ekivalen Kendaraan ... 32

3.2.3 Mencari Beban Ganda Standar untuk Lajur Rencana per Tahun ... 33

3.2.4 Mencari Beban Ganda Standar untuk Lajur Rencana selama Umur Rencana 34 3.2.5 Mencari CBR dan Modulus Tanah Dasar ... 34

3.2.6 Lalu Lintas Pada Lajur Rencana pertahun ... 35

3.2.7 Koefisien Drainase ... 35

3.2.8 Spesifikasi Setiap Lapisan Perkerasan ... 36

3.2.9 Menentukan Tebal Perkerasan Lentur ... 39

3.3 Perencanaan Drainase ... 40

3.3.1 Analisis Hidrologi ... 40

3.3.2 Analisis Curah Hujan Rata – Rata ... 41

3.3.3 Analisa Distribusi Frekuensi Hujan ... 42

3.3.4 Pemilihan Distribusi Frekuensi Hujan ... 44

3.3.5 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan ... 48

3.3.6 Uji kesesuaian Distribusi Frekuensi ... 48

3.3.7 Perhitungan Debit Banjir ... 51

3.3.8 Analisis Hidrolika ... 57

3.4 Perhitungan Galian dan Timbunan ... 61

3.4.1 Galian dan Timbunan Jalan ... 61

3.5 Perencanaan Utilitas... 62

3.5.1 Pemasangan Rambu ... 62

3.5.2 Perencanaan Marka Jalan ... 65

3.6 Penerangan Jalan ... 66

3.7 Pengaman Jalan ... 68

(6)

vi

3.8 Patok Rumija ... 69

BAB IV ... 70

PENUTUP ... 70

4.1 Kesimpulan ... 70

4.2 Saran ... 71

DAFTAR PUSTAKA ... 72

(7)

vii

DAFTAR TABEL

Tabel 2. 1 Kelas Jalan berdasarkan fungsi dan penggunaannya (PP 43/1993,PP 44/1993,

RUULLAJ/2006) ... 5

Tabel 2. 2 Ruang Jalan dan bagian-bagiannya (UU 38/2004, PP 34/2006) ... 6

Tabel 2. 3 Lebar Badan Jalan Minimum sesuai fungsi jalan (PP 34/2006) ... 6

Tabel 2. 4 Spesifikasi dan Lebar Badan Jalan Minimum berdasarkan penyediaan prasarana jalan (UU 38/2004, PP 34/2006) ... 6

Tabel 3. 1 Koordinat Trase Jalan ... 9

Tabel 3. 2 Perhitungan Perencanaan Lengkung Horizontal ... 11

Tabel 3. 3 Jari-jari Minimum (Rmin) ... 12

Tabel 3. 4 Landai Relatif Maksimum Tepi Perkerasan ... 13

Tabel 3. 5 Jarak Pandangan ... 16

Tabel 3. 6 Jari-jari Minimum (Rmin) ... 17

Tabel 3. 7 Batasan Jari-Jari Tikungan FC ... 17

Tabel 3. 8 Landai Relatif Maksimum Tepi Perkerasan ... 18

Tabel 3. 9 Jarak Pandang ... 20

Tabel 3. 10 Jari-jari Minimum (Rmin) ... 21

Tabel 3. 11 Landai Relatif Maksimum Tepi Perkerasan ... 22

Tabel 3. 12 Jarak Pandang ... 26

Tabel 3. 13 Stasioning Lengkung Horizontal ... 27

Tabel 3. 14 Hasil Perhitungan Lengkung Vertikal... 27

Tabel 3. 15 Panjang Minimum Lengkung Vertikal ... 29

Tabel 3. 16 Perhitungan STA Lengkung Vertikal ... 30

Tabel 3. 17 Data-data Potongan Melintang Jalan ... 31

Tabel 3. 18 Faktor Distribusi Lajur ... 33

Tabel 3. 19 Reabilitas ... 35

Tabel 3. 20 Standar Normal Deviasi ... 35

Tabel 3. 21 Koefisien drainase (m) untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif material untreated base dan sub base pada perkerasan lentur ... 36

Tabel 3. 22 Nilai Kekuatan Relatif Bahan ... 37 Tabel 3. 23 Desain Dowel ... Error! Bookmark not defined.

Tabel 3. 24 Desain Tie Bar ... Error! Bookmark not defined.

(8)

viii

Tabel 3. 25 Hujan Harian Maksimum Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II

... 41

Tabel 3. 26 Parameter Metode Analisa Distribusi Frekuensi Hujan ... 44

Tabel 3. 27 Perhitungan Distribusi Frekuensi Hujan Metode Normal ... 45

Tabel 3. 28 Perhitungan Distribusi Frekuensi Hujan Metode Gumbel ... 46

Tabel 3. 29 Perhitungan Distribusi Frekuensi Hujan Metode Log Pearson III ... 47

Tabel 3. 30 Rekapitulasi Hasil Perhitungan Curah Hujan ... 48

Tabel 3. 31 Hasil Perhitungan Uji Chi Kuadrat ... 49

Tabel 3. 32 Hasil Perhitungan Smirnov-Kolmogorov ... 50

Tabel 3. 33 Hasil Perhitungan Debit Banjir Saluran Kanan ... 56

Tabel 3. 34 Rekapitulasi Desain Saluran Kanan Berdasarkan Hidrologi ... 57

Tabel 3. 35 Hasil Perhitungan Debit Banjir Saluran Kiri Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 36 Rekapitulasi Desain Saluran Kiri Berdasarkan HidrologiError! Bookmark not defined. Tabel 3. 37 Hasil Perhitungan Desain Saluran Kanan Berdasarkan Hidrolika ... 60

Tabel 3. 38 Hasil Perhitungan Desain Saluran Kiri Berdasarkan Hidrolika ...Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 39 Perhitungan Galian dan Timbunan Jalan ... 61

Tabel 3. 40 Galian Drainase Jalan ... Error! Bookmark not defined. Tabel 3. 41 Kebutuhan Rambu ... 63

Tabel 3. 42 Panjang dan Lebar Untuk Dipasangi Lampu ... 66

Tabel 3. 43 Rencana Pemasangan Lampu ... 67

Tabel 3. 44 Spesifikasi Pencahayaan pada Rambu Lalu Lintas ... 67

Tabel 3. 45 Spesifikasi Pencahayaan pada Ruas Jalan ... 67

Tabel 3. 46 Kebutuhan Alat Penerangan Jalan ... 67

Tabel 3. 47 Kebutuhan Kabel ... 68

(9)

ix

(10)

x

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2. 1 Lokasi Perencanaan Jalan ... 4 Gambar 2. 2 Kontur Lokasi Perencanaan ... 4 Gambar 2. 3 Bagian-bagian Jalan ... 8 Gambar 3. 1 Grafik Modulus Reaksi Tanah Dasar Effektif (Keff)Error! Bookmark not defined.

Gambar 3. 2 Grafik Nomogram Penentuan Tebal SubbaseError! Bookmark not defined.

Gambar 3. 3 Desain Drainase Saluran Kanan ... 60 Gambar 3. 4 Desain Saluran Kiri ... Error! Bookmark not defined.

Gambar 3. 5 Detail Rambu Jalan ... 64 Gambar 3. 6 Marka Jalan Beserta Keterangan STA Untuk Marka Tidak Putus-putus .... 65 Gambar 3. 7 Alat Penerangan Jalan ... 68 Gambar 3. 8 Tampak Depan Guardrail ... 69 Gambar 3. 9 Patok Rumija ... 69

(11)

1 BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pembangunan jalan raya merupakan hasil dari evolusi kebutuhan manusia akan infrastruktur sistem transportasi yang efisien dan terintegrasi. Adanya kegiatan perdagangan antar wilayah pada zaman dahulu mendorong pengembangan jalan dan rute komunikasi untuk memfasilitasi pertukaran barang dan ide. Perkembangan kendaraan bermotor pada abad ke-20 semakin mempercepat kebutuhan akan jaringan jalan yang lebih luas dan lebih tahan lama. Selain itu, pertumbuhan urbanisasi dan migrasi massal ke kota- kota besar memperparah kebutuhan akan jalan raya yang mampu menangani lalu lintas yang semakin padat.

Maka dari itu, Desain yang efektif memegang peranan krusial dalam menentukan keamanan, efisiensi, dan keberlanjutan infrastruktur transportasi dalam proses perencanaan jalan raya. Desain perencanaan jalan raya tidak hanya mencakup aspek teknis seperti lebar jalan, sudut belok, dan struktur jalan, tetapi juga mempertimbangkan faktor-faktor penting seperti keberlanjutan lingkungan, kebutuhan masyarakat, serta integrasi dengan infrastruktur lainnya. Selain itu, desain jalan raya harus mengakomodasi pertumbuhan lalu lintas yang berkelanjutan, mengantisipasi perubahan pola mobilitas, dan menerapkan teknologi canggih untuk meningkatkan keselamatan dan efisiensi transportasi. Dengan pendekatan holistik, desain perencanaan jalan raya bertujuan untuk menciptakan sistem transportasi yang berkelanjutan, terjangkau, dan ramah lingkungan, yang mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat dan ekonomi.

Pembangunan Jalan Lokal primer yang menghubungkan antara Jalan Raya Lintas Utama Sumatra – Desa Sungai Lanang Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Musi Rawas, Sumatra Selatan ini dirancang sedemikian rupa dengan panjang kurang lebih 2,8 km agar pengguna dapat mendapatkan aksesibilitas yang jauh lebih mudah untuk ber mobilisasi dari satu kawasan ke kawasan lain. Dirancang nya jalan ini juga ditunjukkan supaya masyarakat yang bertempat di kawasan Sungai Lanang dapat terhubung untuk melakukan kegiatan nasional, kegiatan wilayah, kegiatan lingkungan maupun lokal secara lebih singkat apabila ditinjau dari segi waktu. Pembangunan jalan Bintang Selatan ini dipilih karena melihat situasi atau keadaan kawasan tersebut yang memungkinkan apabila dirancang jalan penghubung antardaerah ditinjau dari beberapa aspek. Pembangunan jalan Bintang selatan akan mampu memberikan manfaat jangka panjang bagi masyarakat untuk

(12)

2

ber mobilisasi, daerah yang akan dibangun sebagian besar merupakan lahan sawah serta elevasi muka tanah yang tidak terlalu ekstrim dikarenakan masih berada di dekat perkebunan sawit sehingga meminimalisir adanya pekerjaan tanah (cut and fill) yang akan memakan biaya yang cukup banyak. Lahan perkebunan sawit juga menjadi salah satu pertimbangan sebab vendor tidak harus melakukan pembebasan lahan bangunan eksisting yang membutuhkan waktu penyelesaian administrasi dan ijin dari pihak terkait serta biaya yang harus dibayarkan sebagai pengganti dari bangunan eksisting tersebut apabila masih dipergunakan.

(13)

2 1.2 Rumusan Masalah

Dengan berpedoman dari latar belakang tersebut, penulis ingin meninjau dalam segi teknis. Adapun rincian permasalahan yang harus diselesaikan adalah :

1. Bagaimana desain trase jalan dan alinyemen horizontal yang sesuai dengan pedoman yang digunakan?

2. Bagaimana desain alinyemen vertikal yang sesuai dengan pedoman yang digunakan?

3. Berapa tebal perkerasan jalan sesuai umur rencana berdasarkan LHR dan daya dukung tanah dasar daerah tersebut?

4. Berapa rancangan anggaran biaya yang dibutuhkan dalam pembangunan ruas Jalan Bintang Selatan?

1.3 Tujuan Penulisan

Tujuan dari perencanaan project work ini antara lain

1. Mengetahui desain trase jalan dan alinyemen horizontal yang sesuai dengan pedoman yang digunakan

2. Mengetahui desain alinyemen vertikal yang sesuai dengan pedoman yang digunakan

3. Mengetahui tebal perkerasan jalan berdasarkan LHR dan daya dukung tanah dasar 4. Mengetahui rencana anggaran biaya yang dibutuhkan untuk pembuatan jalan pada

ruas Jalan Bintang Selatan.

1.4 Manfaat Penulisan

Manfaat dari penyusunan Project Work I ini melibatkan hal-hal berikut:

1. Memperoleh pemahaman mengenai tahapan perencanaan jalan raya.

2. Mampu merancang pembangunan jalan raya dengan metode yang baik.

(14)

3 1.5 Sistematika Penulisan

Dalam penyusunan Laporan Project Work I ini, struktur yang diikuti adalah sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

1.2 Rumusan Masalah 1.3 Tujuan Penulisan 1.4 Manfaat Penulisan 1.5 Sistematika Penulisan

2. BAB II DATA PERENCANAAN 2.1 Data Perencanaan Jalan

3. BAB III ANALISIS PERHITUNGAN 3.1 Perencanaan Geometrik

3.2 Perencanaan Perkerasan Jalan 3.3 Perencanaan Drainase

3.4 Perhitungan Galian dan Timbunan 3.5 Perencanaan Utilitas

3.6 Penghijauan 3.7 Penerangan Jalan 3.8 Pagar Pengaman 3.9 Patok Rumija 4. BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan 4.2 Saran

(15)

4 BAB II

DATA PERENCANAAN

2.1 Data Perencanaan Jalan

Data perencanaan jalan meliputi lokasi dan keterangan lainnya yang mendukung dalam perencanaan jalan.

2.1.1 Lokasi Perencanaan Jalan

Perencanaan jalan direncanakan berlokasi di Kecamatan Rawas Ulu, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi Sumatera Selatan. Jalan ini bertujuan menghubungkan Jalan Raya Lintas Utama Sumatera dan Jalan Jadi Mulya 1. Jalan ini direncanakan pada STA 0+000 samapai dengan STA 2+822,54

Gambar 2. 1 Lokasi Perencanaan Jalan

Gambar 2. 2 Kontur Lokasi Perencanaan

(16)

5 2.1.2 Dasar Pemilihan Lokasi

Pemilihan lokasi ini didasari dengan beberapa pertimbangan, antara lain:

1) Merupakan jalur paling singkat dan efisien jika dibandingkan dengan opsi rute lain berdasarkan karakteristik kontur tanah.

2) Membangun jalan dapat meningkatkan aksesibilitas dan konektivitas pengendara antara Jalan Raya Lintas Utama Sumatera dan Jalan Jadi Mulya 1, Kabupaten Musi Rawas, Provinsi .

3) Pembangunan jalan dapat membuka peluang untuk pertumbuhan ekonomi di daerah tersebut. Ini dapat meningkatkan perdagangan, memudahkan distribusi barang, dan mendukung sektor-sektor seperti pertanian, peternakan, dan industri kecil.

2.1.3 Klasifikasi Jalan

Tabel 2. 1 Kelas Jalan berdasarkan fungsi dan penggunaannya (PP 43/1993,PP 44/1993, RUULLAJ/2006)

(17)

6

Tabel 2. 2 Ruang Jalan dan bagian-bagiannya (UU 38/2004, PP 34/2006)

Tabel 2. 3 Lebar Badan Jalan Minimum sesuai fungsi jalan (PP 34/2006)

Tabel 2. 4 Spesifikasi dan Lebar Badan Jalan Minimum berdasarkan penyediaan prasarana jalan (UU 38/2004, PP 34/2006)

(18)

7

Dari data klasifikasi jalan di atas di tentukan klasifikasi perencanaan jalan sebagai berikut:

1. Jalan Luar Kota 2. Lokal Primer 3. 2/2 UD

4. B = 3,5 m/lajur

5. Kecepatan Rencana 60 km/jam

6. Panjang Geometrik = 2.822,54 meter = 2,82254 km

2.1.4 Bagian-bagian Jalan

Bagian-bagian yang terdapat pada jalan adalah sebagai berikut.

1. Rumaja (Ruang Manfaat Jalan)

Ruang manfaat jalan adalah ruang sepanjang jalan yang dibatasi dengan dimensi lebar, tinggi, dan kedalaman tertentu yang ditentukan oleh pihak penyelenggara jalan, sesuai dengan panduan yang telah ditetapkan oleh menteri. Ruang manfaat jalan mencakup bagian badan jalan, saluran di tepi jalan, dan ambang pengamanannya.

2. Rumija (Ruang Milik Jalan)

Ruang milik jalan adalah sejalur tanah tertentu di luar ruang manfaat jalan yang masih menjadi bagian dari ruang milik jalan yang dibatasi oleh tanda batas ruang milik jalan yang dimaksudkan untuk memenuhi persyaratan keluasan keamanan penggunaan jalan antara lain untuk keperluan pelebaran ruang manfaat jalan pada masa yang akan datang.

Ruang milik jalan paling sedikit memiliki lebar sebagai berikut:

a. jalan bebas hambatan 30 (tiga puluh) meter;

b. jalan raya 25 (dua puluh lima) meter;

c. jalan sedang 15 (lima belas) meter; dan d. jalan kecil 11 (sebelas) meter.

3. Ruwasja (Ruang Pengawasan Jalan)

Ruang pengawasan jalan adalah ruang khusus di luar ruang milik jalan yang digunakan dengan pengawasan dari pihak penyelenggara jalan dengan batasan dimensi lebar dan tinggi tertentu.

(19)

8

Dalam hal ruang milik jalan tidak cukup luas, lebar ruang pengawasan jalan ditentukan dari tepi badan jalan paling sedikit dengan ukuran sebagai berikut:

a. jalan arteri primer 15 (lima belas) meter;

b. jalan kolektor primer 10 (sepuluh) meter;

c. jalan lokal primer 7 (tujuh) meter;

d. jalan lingkungan primer 5 (lima) meter;

e. jalan arteri sekunder 15 (lima belas) meter;

f. jalan kolektor sekunder 5 (lima) meter;

g. jalan lokal sekunder 3 (tiga) meter;

h. jalan lingkungan sekunder 2 (dua) meter; dan i. jembatan 100 (seratus) meter ke arah hilir dan hulu,

Batas batas antara rumaja, rumija, dan ruwasja dapat dilihat pada gambar berikut.

Gambar 2. 3 Bagian-bagian Jalan

(20)

9 BAB III

ANALISIS PERHITUNGAN

3.1 Perencanaan Geometrik

Analisa perhitungan perencanaan geometrik terdiri dari perhitungan lengkung horizontal dan perhitungan lengkung vertikal.

3.1.1 Perhitungan Lengkung Horizontal 1. Titik Koordinat

Titik Koordinat

X Y

Awal 258110,429 9719835,534 1 257518,097 9719574,864 2 257026,104 9719186,665 3 256229,655 9718817,876 Akhir 255713,385 9718386,267 Tabel 3. 1 Koordinat Trase Jalan

2. Selisih Koordinat

Apabila koordinat sudah diketahui, perhitungan dilanjut pada perhitungan selisih koordinat sebagai berikut.

a. Koordinat titik x

Δxawal-1 = koordinat x titik 1 – koordinat x titik awal

= 257518,097 – 258110,429

= -592,332

Δx1-2 = koordinat x titik 2 – koordinat x titik 1

= 257026,104 – 257518,097

= - 491,993

Δx2-3 = koordinat x titik 3 – koordinat x titik 2

= 256229,655 – 257026,104

= -796,449

Δx3-akhir = koordinat x titik akhir – koordinat x titik 3

= 255713,385 – 256229,655

= -516,27

(21)

10 b. Koordinat titik y

Δyawal-1 = koordinat y titik 1 – koordinat y titik awal

= 9719574,864 9719835,534

= -260,67

Δy1-2 = koordinat y titik 2 – koordinat y titik 1

= 9719186,665 – 9719574,864

= -388,199

Δy2-3 = koordinat y titik 3 – koordinat y titik 2

= 9718817,876 – 9719186,665

= -368,789

Δy3-akhir = koordinat y titik akhir – koordinat y titik 3

= 9718386,267– 9718817,876

= -431,609

3. Panjang Ruas Sebelum Ada Lengkung

Hasil perhitungan selisih koordinat diolah menjadi perhitungan jarak antar titik sehingga diketahui panjang jalur sebagai berikut.

𝑫 =√(∆𝑥)2+ (∆𝑦)2

𝐷𝐴wal− 1 = √(−592,332)2+ (−260,67)2 = 647,152 m

𝐷1 – 2 = √(− 491,993)2+ (−388,199)2 = 626,702 m

𝐷2 − 3 = √(−796,449)2+ (−368,789)2 = 877,688 m 𝐷3 − akhir = √(−516,27)2+ (−431,609)2 = 672,920 m

4. Sudut Azimuth (Z)

Selain untuk perhitungan jarak, hasil perhitungan selisih koordinat juga dapat diolah menjadi perhitungan sudut azimuth sebagai berikut.

𝑍 = 𝐴𝑟𝑐 tg ∆𝑥

∆𝑦

𝑍𝐴wal− 1 = 𝐴𝑟𝑐 𝑡𝑔 −592,332

−260,67 = 66,247°

𝑍1 – 2 = 𝐴𝑟𝑐 𝑡𝑔 − 491,993

−388,199 = 51,725°

(22)

11 𝑍2 − 3 = 𝐴𝑟𝑐 𝑡𝑔 −796,449

−368,789 = 65,154°

𝑍3 – akhir = 𝐴𝑟𝑐 𝑡𝑔 −516,27

−431,609 = 50,104°

5. Sudut Delta (Δ)

Nilai sudut delta digunakan untuk perhitungan lengkung horizontal. Sudut delta yang didapatkan adalah sebagai berikut.

1 = 51,725°− 66,247° x -1 = 14,522°

2 = 51,725° − 65,154° x -1 = 13,429°

3 = 50,104° − 65,154° x -1 = 15,050°

Tabel 3. 2 Perhitungan Perencanaan Lengkung Horizontal

(23)

12 A. Tikungan 1 (Spiral Circle Spiral)

Pada tikungan ke 1 ini menggunakan SCS, karena lengkung pada tikungan ini merupakan jenis lengkung yang mempunyai jari-jari serta sudut tangen (∆) sedang, perubahan dari tangen ke lengkung spiral dihubungkan oleh peralihan (Ls).

∆ = 14,522°

Direncanakan:

1. Lokal, primer

2. 2/2 TT (2 lajur 2s arah tak terbagi) 3. Lebar jalan 2 x 3,5 m

4. Vrencana 60 km/jam 5. Rrencana 300 m Perhitungan:

a. Menentukan Jari-jari Minimum (Rmin)

Tabel 3. 3 Jari-jari Minimum (Rmin)

Dapat dilihat dari tabel didapatkan 𝑅𝑚𝑖𝑛 = 115 m

b. Menentukan Derajat Kelengkungan (D) & Super Elevasi (e)

𝐷 = 1432,4

𝑅 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

= 4,775 D maks = 1432,4

𝑅𝑚𝑖𝑛

= 12,456

e = 𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 𝐷

𝐷 𝑚𝑎𝑘𝑠

(2 −

𝐷 𝑚𝑎𝑘𝑠𝐷

)

= 8% 𝑥 4,775

12,456 (2 − 4,775

12,456)

=

0,050 = 5%

(24)

13 c. Menentukan Ls

1) Berdasarkan Landai Relatif

Tabel 3. 4 Landai Relatif Maksimum Tepi Perkerasan

B = 1

2× 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛

= 3,5 m

m = 1

𝑙𝑎𝑛𝑑𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓

= 1

1:160

= 160

Ls min = 𝐵 × 𝑚 × (𝑒 + 𝑒𝑛)

= 3,5 × 160 × (5% + 2%)

= 38,96 m

2) Berdasarkan Gaya Sentrifugal Ls min = 0,022 × 𝑉3

𝑅.𝐶− 2,727𝑉.𝑒

𝐶

= 0,022 × 603

300.0,4− 2,72760.5%

0,4

= 19,320 m

3) Berdasarkan Waktu Tempuh Ls min = 𝑉

3,6𝑇

= 60

3,63

= 50 m

Diambil nilai Ls terbesar 50 m (berdasarkan waktu tempuh)

d. Menentukan θs dan Δc 𝜃𝑠 = 28,684 𝐿𝑠

𝑅

= 28,684 𝑥 50 300

= 4,775°

∆𝑐 = ∆ − 2𝜃𝑠

= 14,522 - 2(4,775) = 4,972°

(25)

14 e. Menentukan Lc

Lc = ∆𝑐

360 𝑥 2𝜋𝑅

= 4,972

360 𝑥 2𝜋(300)

= 26,021 > 25 m OK!

f. Parameter Lengkung SCS 𝐿 = 𝐿𝑐 + 2𝐿𝑠

= 26,021 +2(50)

= 126,021m 1) Menentukan Xc

Xc =

𝐿𝑠 −

𝐿𝑠5

40 𝑥 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐2 𝑥 𝐿𝑠2

= 50 − 505

40 𝑥 3002 𝑥 502

= 49,965 m 2) Menentukan Yc

Yc = 𝐿𝑠3

6 𝑥 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐 𝑥 𝐿𝑠

= 503

6 𝑥 300 𝑥 50

= 1,389 m 3) Menentukan P

𝑃 = 𝑌𝑐 – 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)

= 1,389 − 300(1 – 𝑐𝑜s 4,775)

= 0,348 m 4) Menentukan K

𝑘 = 𝑋𝑐 – 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐. 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑠

= 49,965 – (300) 𝑠𝑖𝑛 4,775 = 24,994 m

5) Menentukan Ts

Ts = (𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐. +𝑃)𝑡𝑎𝑛

2+ 𝑘

= (300 + 0,348)𝑡𝑎𝑛14,5222 + 24,994

= 63,261 m

(26)

15 6) Menentukan Es

Es = 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.+ 𝑃

cos2 − 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.

= 300 + 0,348

cos14,5222 − 300

= 2,776 m

g. Menentukan Lebar Perkerasan di Tikungan

Jarak antara as kendaraan (P) = 6,1 m Jarak antara as sampai bumper depan (A) = 1,2 m

Lebar kendaraan (b) = 2,4 m

Kebebasan samping kendaraan (c) = 0,8 m

Jumlah lajur (n) = 2 lajur

1) Untuk mengimbangi off tracking

Untuk mengimbangi offtracking, maka pada kendaraan tunggal diperlukan penambahan lebar sebesar :

𝑏" = 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐. − √𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.2+ 𝑃2

= 300 − √3002+ 6,12

= 0,0620 m

2) Untuk mengimbangi pengaruh pergeseran

Untuk mengimbangi pengaruh pergeseran, dari hasil penyelidikan di lapangan diperlukan penambahan lebar:

Z = 0,105 𝑥 𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐.

√𝑅

= 0,105 𝑥 50

√300

= 0,364 m

3) Penambahan lebar akibat jarak as ke bumper

Penambahan lebar akibat dari jarak as sampai bumper depan sebagai berikut :

𝑇𝑑 = √𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐2+ 𝐴(2𝑃 + 𝐴) – Rrenc.

= √3002+ 1,2(2(6,1) + 1,2) – 300

= 0,027 m

(27)

16

4) Lebar perkerasan di tikungan

𝐵 = 𝑛(𝑏" + 𝑏 + 𝑐) + (𝑛 − 1)𝑇𝑑 + 𝑍

= 2(0,0620 + 2,4 + 0,8) + (2 − 1) 0,027 + 0,364

= 6,915 m B = 6,915 > 2 x 3,5

Maka tikungan tidak perlu diperlebar.

h. Menentukan Kebebasan Samping di Tikungan

Vrencana = 60 km/jam dan terdapat median jalan maka tidak dapat dilakukan menyiap pada tikungan dan JPH = 75 m dan JPM = 380 m yang diperoleh dari tabel sebagai berikut :

Tabel 3. 5 Jarak Pandangan

1) Jarak Pandang Henti (JPH) S < L

75 < 126,02 θ = 90 . 𝑆

𝜋𝑅

= 7,162°

m = R (1-cos θ)

= 300 (1-cos 7,162)

= 2,341 m

2) Jarak Pandang Henti (JPH) S > L

380> 126,021 θ = 90 . 𝑆

𝜋𝑅

= 36,287°

(28)

17 m = 𝑅(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃) +1

2(𝑆 − 𝐿) 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜃

=300(1 − 𝑐𝑜𝑠36,287) +1

2(380 − 126,021) 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 36,287

= 73,698 m

B. Tikungan 2 (Full Circle)

Pada tikungan FC digunakan untuk jari-jari tikungan yang besar agar tidak terjadi patahan, jika dengan jari-jari yang kecil makan diperlukan superelevasi yang besar.

∆ = 13,429°

Direncanakan:

1. Lokal, primer

2. 2/2 TT (2 lajur 2 arah tak terbagi) 3. Lebar jalan 2 x 3,5 m

4. Vrencana 60 km/jam 5. Rrencana 800 m

Perhitungan:

a. Menentukan Jari-jari Minimum (Rmin)

Tabel 3. 6 Jari-jari Minimum (Rmin)

Dapat dilihat dari tabel didapatkan 𝑅𝑚𝑖𝑛 = 115 m

Tabel 3. 7 Batasan Jari-Jari Tikungan FC

(29)

18

b. Menentukan Derajat Kelengkungan (D) & Super Elevasi (e)

𝐷 = 1432,4

𝑅 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

= 1,791 D maks = 1432,4

𝑅𝑚𝑖𝑛

= 12,456 e = 𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 𝐷

𝐷 𝑚𝑎𝑘𝑠 (2 − 𝐷

𝐷 𝑚𝑎𝑘𝑠)

= 8% 𝑥 1,791

12,456 (2 − 1,791

12,456)

= 0,0213 = 2,13%

c. Menentukan Ls Fiktif

Tabel 3. 8 Landai Relatif Maksimum Tepi Perkerasan

B = 1

2× 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛

= 3,5 m

m = 1

𝑙𝑎𝑛𝑑𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓

= 1

1:160

= 160

Ls Fiktif = 𝐵 × 𝑚 × (𝑒 + 𝑒𝑛)

= 3,5 × 160 × (2,13% + 2%)

= 23,154 m

d. Menentukan TS (Awal Lengkung), ES (Jarak PI ke Lengkung), dan Lc (Panjang Lengkung)

1) Ts = 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐. (𝑡𝑎𝑛

2)

= 800(𝑡𝑎𝑛13,429

2 )

= 94,180 m

(30)

19 2) Es = 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.

cos 2

− 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.

= 800

cos13,4292 − 800

= 5,525 m 3) Lc = ∆𝑐

360 𝑥 2𝜋𝑅

= 13,429

360 𝑥 2𝜋(800)

= 187 m

e. Menentukan Lebar Perkerasan di Tikungan

Jarak antara as kendaraan (P) = 6,1 m Jarak antara as sampai bumper depan (A) = 1,2 m

Lebar kendaraan (b) = 2,4 m

Kebebasan samping kendaraan (c) = 0,8 m

Jumlah lajur (n) = 2 lajur

1) Untuk mengimbangi off tracking

Untuk mengimbangi offtracking, maka pada kendaraan tunggal diperlukan penambahan lebar sebesar :

𝑏" = 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐. − √𝑅𝑟𝑒𝑛2+ 𝑃2

= 800 − √8002+ 6,12

= 0,023 m

2) Untuk mengimbangi pengaruh pergeseran

Untuk mengimbangi pengaruh pergeseran, dari hasil penyelidikan di lapangan diperlukan penambahan lebar:

Z = 0,105 𝑥 𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

√𝑅

= 0,105 𝑥 60

√800

= 0,223 m

(31)

20

3) Penambahan lebar akibat jarak as ke bumper

Penambahan lebar akibat dari jarak as sampai bumper depan sebagai berikut :

𝑇𝑑 = √𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.2+ 𝐴(2𝑃 + 𝐴) – Rrencana

= √8002+ 1,2(2(6,1) + 1,2) – 800

= 0,010 m

4) Lebar perkerasan di tikungan

𝐵 = 𝑛(𝑏" + 𝑏 + 𝑐) + (𝑛 − 1)𝑇𝑑 + 𝑍

= 2(0,023 + 2,4 + 0,8) + (2 − 1) 0,010 + 0,223

= 6,679 m

𝐵 = 6,679 < 2 x 3,5

Maka tikungan tidak perlu diperlebar.

f. Menentukan Kebebasan Samping di Tikungan

Vrencana = 60 km/jam dan terdapat median jalan maka tidak dapat dilakukan menyiap pada tikungan dan JPH = 75 m dan JPM = 380 m yang diperoleh dari tabel sebagai berikut :

Tabel 3. 9 Jarak Pandang

1) Jarak Pandang Henti (JPH) S < L

75 < 187 θ = 90 . 𝑆

𝜋𝑅

= 2,686°

(32)

21 m = R (1-cos θ)

= 800 (1-cos 2,686)

= 0,879 m

2) Jarak Pandang Henti (JPH) S >L

350 > 187 θ = 90 . 𝑆

𝜋𝑅

= 13,608°

m = 𝑅(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃) +1

2(𝑆 − 𝐿) 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜃

=800(1 − 𝑐𝑜𝑠13,608) +1

2(350 − 187) 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 13,608

= 45,102 m

C. Tikungan 3 (Spiral Circle Spiral)

Pada tikungan ke 3 ini menggunakan SCS, karena lengkung pada tikungan ini merupakan jenis lengkung yang mempunyai jari-jari serta sudut tangen (∆) sedang, perubahan dari tangen ke lengkung spiral dihubungkan oleh peralihan (Ls).

∆ = 15,050°

Direncanakan:

1. Lokal, primer

2. 2/2 TT (2 lajur 2 arah tak terbagi) 3. Lebar jalan 2 x 3,5 m

4. Vrencana 60 km/jam 5. Rrencana 330 m Perhitungan:

a. Menentukan Jari-jari Minimum (Rmin)

Tabel 3. 10 Jari-jari Minimum (Rmin)

Dapat dilihat dari tabel didapatkan 𝑅𝑚𝑖𝑛 = 115 m

(33)

22

b. Menentukan Derajat Kelengkungan (D) & Super Elevasi (e)

𝐷 = 1432,4

𝑅 𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

= 4,341 D maks = 1432,4

𝑅𝑚𝑖𝑛

= 12,456

e = 𝑒 𝑚𝑎𝑘𝑠 𝑥 𝐷

𝐷 𝑚𝑎𝑘𝑠 (2 − 𝐷

𝐷 𝑚𝑎𝑘𝑠)

= 8% 𝑥 4,341

12,456 (2 − 4,341

12,456)

= 0,046 = 4,6%

c. Menentukan Ls

1. Berdasarkan Landai Relatif

Tabel 3. 11 Landai Relatif Maksimum Tepi Perkerasan

B = 1

2× 𝑙𝑒𝑏𝑎𝑟 𝑝𝑒𝑟𝑘𝑒𝑟𝑎𝑠𝑎𝑛

= 3,5 m

m = 1

𝑙𝑎𝑛𝑑𝑎𝑖 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓

= 1

1:160

= 160

Ls min = 𝐵 × 𝑚 × (𝑒 + 𝑒𝑛)

= 3,5 × 160 × (4,6% + 2%)

= 36,98 m

2. Berdasarkan Gaya Sentrifugal Ls min = 0,022 × 𝑉3

𝑅.𝐶− 2,727𝑉.𝑒

𝐶

= 0,022 × 603

330.0,4− 2,72760.4,6%

0,4

= 17,166 m

(34)

23

3. Berdasarkan Waktu Tempuh Ls min = 𝑉

3,6𝑇

= 60

3,63

= 50 m

Diambil nilai Ls terbesar 50 m (berdasarkan waktu tempuh)

d. Menentukan θs dan Δc 𝜃𝑠 = 28,684 𝐿𝑠

𝑅

= 28,684 𝑥 50 330

= 4,341°

∆𝑐 = ∆ − 2𝜃𝑠

= 15,050 −2(4,341) = 6,369°

e. Menentukan Lc Lc = ∆𝑐

360 𝑥 2𝜋𝑅

= 6,369

360 𝑥 2𝜋(330)

= 36,663 > 25 m OK!

f. Parameter Lengkung SCS 𝐿 = 𝐿𝑐 + 2𝐿𝑠

= 36,663 +2(50)

= 136,663 m 1) Menentukan Xc

Xc =

𝐿𝑠 −

𝐿𝑠5

40 𝑥 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.2 𝑥 𝐿𝑠2

= 50 − 505

40 𝑥 3302 𝑥 602

= 49,971 m

(35)

24 2) Menentukan Yc

Yc = 𝐿𝑠3

6 𝑥 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.𝑥 𝐿𝑠

= 503

6 𝑥 330 𝑥 50

= 1,263 m 3) Menentukan P

𝑃 = 𝑌𝑐 – 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃𝑠)

= 1,263 − 330(1 – 𝑐𝑜s 4,341)

= 0,316 m 4) Menentukan K

𝑘 = 𝑋𝑐 – 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐. 𝑠𝑖𝑛𝜃𝑠

= 49,971 – (330) 𝑠𝑖𝑛 4,341 = 24,995 m

5) Menentukan Ts

Ts = (𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐. +𝑃)𝑡𝑎𝑛

2+ 𝑘

= (330 + 0,316)𝑡𝑎𝑛15,050

2 + 24,995

= 68,629 m 6) Menentukan Es

Es = 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐.+ 𝑃

cos2 − 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐 = 330 + 0,316

cos15,0502 − 330

= 3,186 m

g. Menentukan Lebar Perkerasan di Tikungan

Jarak antara as kendaraan (P) = 6,1 m Jarak antara as sampai bumper depan (A) = 1,2 m

Lebar kendaraan (b) = 2,4 m

Kebebasan samping kendaraan (c) = 0,8 m

Jumlah lajur (n) = 2 lajur

(36)

25

1) Untuk mengimbangi off tracking

Untuk mengimbangi offtracking, maka pada kendaraan tunggal diperlukan penambahan lebar sebesar :

𝑏" = 𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐. − √𝑅𝑟𝑒𝑛2+ 𝑃2

= 330 − √3302+ 6,12

= 0,0564 m

2) Untuk mengimbangi pengaruh pergeseran

Untuk mengimbangi pengaruh pergeseran, dari hasil penyelidikan di lapangan diperlukan penambahan lebar:

Z = 0,105 𝑥 𝑉𝑟𝑒𝑛𝑐𝑎𝑛𝑎

√𝑅

= 0,105 𝑥 60

√330

= 0,347 m

3) Penambahan lebar akibat jarak as ke bumper

Penambahan lebar akibat dari jarak as sampai bumper depan sebagai berikut :

𝑇𝑑 = √𝑅𝑟𝑒𝑛𝑐2+ 𝐴(2𝑃 + 𝐴) – Rrencana

= √3302 + 1,2(2(6,1) + 1,2) – 200

= 0,024 m

4) Lebar perkerasan di tikungan 𝐵 = 𝑛(𝑏" + 𝑏 + 𝑐) + (𝑛 − 1)𝑇𝑑 + 𝑍

= 2(0,0564 + 2,4 + 0,8) + (2 − 1) 0,024 + 0,347

= 6,884 m > 2 x 3,5

Maka tikungan tidak perlu diperlebar.

(37)

26

h. Menentukan Kebebasan Samping di Tikungan

Vrencana = 60 km/jam dan terdapat median jalan maka tidak dapat dilakukan menyiap pada tikungan dan JPH = 75 m dan JPM = 350 m yang diperoleh dari tabel sebagai berikut :

Tabel 3. 12 Jarak Pandang

1) Jarak Pandang Henti (JPH) S < L

75 < 136,663 θ = 90 . 𝑆

𝜋𝑅

= 6,511°

m = R (1-cos θ)

= 330 (1-cos 6,511)

= 2,128 m

2) Jarak Pandang Henti (JPH) S > L

380> 136,663 θ = 90 . 𝑆

𝜋𝑅

= 32,988°

m = 𝑅(1 − 𝑐𝑜𝑠𝜃) +1

2(𝑆 − 𝐿) 𝑥 𝑠𝑖𝑛 𝑠𝑖𝑛 𝜃 =330(1 − 𝑐𝑜𝑠32,998) +1

2(380 − 136,663)𝑥 sin sin 32,99

= 61,264 m

Dari ketiga hitungan tikungan diatas, didapatkan letak STA awal hingga akhir tikungan sebagai berikut.

(38)

27

Tabel 3. 13 Stasioning Lengkung Horizontal

3.1.2 Perhitungan Lengkung Vertikal

Untuk menghitung lengkung vertikal diperlukan nilai kelandaian elevasi rencana, seperti ditunjukkan pada tabel berikut.

Tabel 3. 14 Hasil Perhitungan Lengkung Vertikal.

(39)

28 A. Lengkung 1 (Cekung)

Vrencana =60 km/jam

g1 (kelandaian 1) = -0,765%

g2 (kelandaian 2) = 0,50%

Δ = │g2 - g1│

= │0,50 % - 0,765 %│

= -1,263%

a. Menentukan Panjang Lengkung Vertikal

Pada lengkung cekung, panjang lengkung vertikal (Lv) ditentukan menurut 6 cara, yakni sebagai berikut.

1) Berdasarkan Panjang Minimum Lengkung Vertikal y = 3 (tabel 11.23 TPGJAK 1997)

JH = 75

LV = Δ x y

= -1,263% x 3

= -3,790 LV = 𝐽𝐻

2 450

= 75

2

450

= 13,89

2) Berdasarkan Syarat Drainase LV = Δ x 50

= -1,263% x 50 = -63,159

3) Berdasarkan Keluwesan Bentuk LV = 0,6 x Vr

= 0,6 x 60

= 36

4) Berdasarkan JPH (Jarak Pandang Henti) S (jarak pandangan) = 75 m Perhitungan:

S > L : Jarak pandangan lebih besar dari panjang lengkung vertikal

(40)

29

75 m > Δ 𝑥 𝑆

2 405

75 m > −1,263% 𝑥 (75)2 405

75 m > -17,544 m

S < L : Jarak pandangan lebih kecil dari panjang lengkung vertikal 75 m < 2 𝑥 𝑆 − 405

Δ

75 m < 2 𝑥 75 − 405

−1,263

75 m < 470,621 m

5) Berdasarkan JPM (Jarak Pandang Menyiap) S (jarak pandangan) = 350 m

Perhitungan:

S > L : Jarak pandangan lebih besar dari panjang lengkung vertikal 350 m > Δ 𝑥 𝑆

2

960

350 m > −1,263% 𝑥 (350)2 960

350 m > -161,186 m

S < L : Jarak pandangan lebih kecil dari panjang lengkung vertikal 350 m < 2 𝑥 𝑆 − 960

Δ

350 m < 2 𝑥 350 − 960

−1,263

359 m < 1459,991 m

6) Berdasarkan TPJGAK 1997

Tabel 3. 15 Panjang Minimum Lengkung Vertikal

Dapat dilihat dari tabel didapatkan LV = 40-80 m

Lv digunakan yaitu 80 m.

(41)

30

b. Menentukan Panjang Lengkung Vertikal

1) STA dan Elevasi Titik Potong Kelandaian (PPV)

• STA PPV = 1+650,46

• Elevasi PPV = +62,93

2) STA dan Elevasi Awal Lengkung (PLV)

• STA PLV = 𝑆𝑇𝐴 𝑃𝑃𝑉 − 𝐿𝑣

2

= 1650,46 − 80

2

= STA 1+610, 46

• Elevasi PLV = 𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉 − (𝑔1 𝑥𝐿𝑣

2)

= +63,24

3) STA dan Elevasi Akhir Lengkung (PTV)

• STA PTV = 𝑆𝑇𝐴 𝑃𝑃𝑉 + 𝐿𝑣

2

= 1650,46 + 80

2

= 1+690,46

• Elevasi PTV = 𝐸𝑙𝑒𝑣𝑎𝑠𝑖 𝑃𝑃𝑉 − (𝑔2 𝑥𝐿𝑣

2)

= +

c. Persamaan Garis Lengkung a = 𝑔2−𝑔1

200 𝑥 𝐿𝑣 = 0,50−(−0,76)

200 𝑥80 = 7.89483E-05 b = g1 = -0,76% = -0,076

c = Elevasi PLV = +63,24

y = 𝑎𝑥2 + 𝑏𝑥 + 𝑐 = 0 + 0 + 63,24 = +63,24

Tabel 3. 16 Perhitungan STA Lengkung Vertikal

(42)

31 3.1.3 Potongan Melintang

Penampang melintang jalan adalah suatu potongan jalan yang tegak lurus pada sumbu jalan yang menunjukkan bentuk serta susunan bagian-bagian jalan yang bersangkutan dalam arah melintang. Penampang melintang yang digunakan harus sesuai dengan klasifikasi jalan dan kebutuhan lalu lintas yang bersangkutan, demikian pula lebar badan jalan, drainase dan kebebasan pada jalan raya harus disesuaikan dengan peraturan yang berlaku.

Potongan melintang dihitung setiap jarak 100 m dan pada lengkung peralihan dimulai dari STA 0+000 sampai dengan STA 2+176,35.

Tabel 3. 17 Data-data Potongan Melintang Jalan

(43)

32 3.2 Perencanaan Perkerasan Jalan

Dalam Project Work 1 ini jenis perkerasan yang penulis gunakan adalah perkerasan kaku (Rigid Pavement) dan proses perhitungan menggunakan metode Pt T-01-2002-B.

Data kondisi jalan:

1. Tipe Jalan 2/2 UD, Lokal Primer 2. Kecepatan Rencana 60 km/jam 3. Umur Rencana 10 tahun

3.2.1 Data Lalu Lintas dan Analisa Umur Rencana (Traffic Design)

Berdasarkan perencanaan, umur rencana jalan adalah 10 tahun dan pertumbuhan kendaraan sebesar 3,5 %. Berikut pemaparan data Lalu Lintas jalan Lokal Primer 2/2 UD.

1. Mobil Penumpang 2 ton (50% + 50%) = 3500 kendaraan 2. Minibus 4,5 ton (40% + 60%) = 3000 kendaraan 3. Bus 10 ton (45% + 55%) = 1000 kendaraan 4. Truk 2 as 14 ton (40% + 60%) = 600 kendaraan 5. Truk 3 as 21 ton (25% + 75%) = 400 kendaraan 6. Truk 4 as 32 ton (18% + 18% + 64%) = 200 kendaraan

Total kendaraan/hari = 8700 kendaraan/hari

3.2.2 Mencari Angka Ekivalen Kendaraan

Untuk mecari angka ekivalen suatu kendaraan dapat digunakan rumus sebagai berikut.

𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑡𝑢𝑛𝑔𝑔𝑎𝑙 = (beban gandar satu sumbu tunggal dalam KN

53 𝐾𝑁 )

4

𝐴𝑛𝑔𝑘𝑎 𝑒𝑘𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛 𝑟𝑜𝑑𝑎 𝑔𝑎𝑛𝑑𝑎 = (beban ganda sumbu tunggal dalam (ton)

8,16 )4 x 0,086

Pembagian beban As depan dan As belakang kendaraan

No Jenis Kendaraan Beban As

Depan (ton)

Beban As Belakang (kN)

Beban As Belakang (kN)

1 Mobil Penumpang 2 ton 1 1

2 Minibus 4,5 ton 1,8 2,7

(44)

33

3 Bus 10 ton 4,5 5,5

4 Truk 2 as 14 ton 5,6 8,4

5 Truk 3 as 21 ton 5,25 15,75

6 Truk 4 as 32 ton 5,76 5,76 20,48

Nilai angka ekuivalen kendaraan 1. Mobil Penumpang = ( 1

5,3 )4+ ( 1

5,3 )4= 0,00253 2. Minibus = (1,8

5,3 )4+ (2,7

5,3 )4= 0,08066 3. Bus = (4,5

5,3 )4+ (5,5

8,16)4= 0,72608 4. Truk 2 as = (5,3 5,6)4+ (8,16 8,4)4= 2,36931 5. Truk 3 as = (5,52

5,3 )4+ (15,75

8,16)4𝑥 0,086 = 2,15640 6. Truk 4 as = (5,76

5,3 )4+ (5,76

8,16)4+ (20,48

8,16)4𝑥 0,086 = 1,643653

3.2.3 Mencari Beban Ganda Standar untuk Lajur Rencana per Tahun

Berdasarkan dengan peraturan Pt T-01-2002-B untuk mendapatkan nilai beban gandar standar lajur rencana per tahun, maka perlu dikalikan dengan nilai DD (Faktor Distribusi Arah) dan nilai DL (Faktor Distribusi Lajur) sesuai dengan perencanaan jalan yang akan dibangun. Pada perencanaan diambil nilai DD sebesar 0,5 dan nilai DL didapat dari tabel berikut.

Tabel 3. 18 Faktor Distribusi Lajur

Diambil nilai DL = 100%

W18perhari = ∑𝑁𝑛𝑁1𝐿𝐻𝑅𝑗 𝑥 𝐸𝑘𝑢𝑖𝑣𝑎𝑙𝑒𝑛𝑗 𝑥 𝐷𝐷 𝑥 𝐷𝐿

W18perhari = 1794,9

(45)

34 W18pertahun = W18perhari x 365

W18pertahun = 655139

3.2.4 Mencari Beban Ganda Standar untuk Lajur Rencana selama Umur Rencana Lalu lintas yang digunakan untuk perencanaan tebal perkerasan lentur dalam pedoman adalah lalu lintas kumulatif selama umur rencana. Besaran ini didapatkan dengan mengalikan beban ganda standar kumulatif pada lajur rencana selama setahun (W18) dengan besaran kenaikan lalu lintas (traffic growth). Secara numerik rumusan lalu lintas kumulatif ini adalah :

Wt = 𝑊18𝑝𝑒𝑟𝑡𝑎ℎ𝑢𝑛 𝑥 (1+𝑔)𝑛−1

𝑔

Dimana:

Wt = jumlah beban gandar tunggal standar kumulatif W18 = beban gandar standar kumulatif selama 1 tahun n = umur pelayanan (tahun)

Perhitungan : n = 10 tahun g = 3,5%

Wt =655139 x (1+3,5)10−1

3,5

= 7685692,535 = 7,685692535

3.2.5 Mencari CBR dan Modulus Tanah Dasar

CBR yang umum digunakan di Indonesia berdasar besaran >5 % untuk lapis tanah dasar. Untuk perencanaan jalan ini diketahui nilai rata-rata CBR sebesar 6%.

Perhitungan :

Rata-rata CBR = 6%

MR = 1500 x Rata-rata CBR

= 1500 x 6% = 9000 psi

(46)

35

3.2.6 Lalu Lintas Pada Lajur Rencana pertahun 1. Reabilitas (R)

Reabilitas yang diambil adalah 80% yaitu untuk jalan arteri.

Tabel 3. 19 Reabilitas

2. Standar Normal Deaviasi (ZR)

Tabel 3. 20 Standar Normal Deviasi Dari tabel didapatkan ZR sebesar -0,841 untuk reabilitas 80%.

3. Standar Deviasi

Standar deviation untuk rigid pavement : So = 0,40 – 0,50. Diambil So terkecil 0,40.

3.2.7 Koefisien Drainase 1. Koefisien Drainase

Kualitas drainase dapat masuk dalam kategori Baik dikarenakan air dapat hilang dalam 1 hari

(47)

36

Tabel 3. 21 Koefisien drainase (m) untuk memodifikasi koefisien kekuatan relatif material untreated base dan sub base pada perkerasan lentur

Lapis pondasi atas (m2) = 1,2 Lapis pondasi bawah (m3) = 1,2

2. Indeks Permukaan

Initial serviceability: IPo = 3,5 Terminal serviceability: IPt = 2,0

Total loss of serviceability: ΔPSI = IPo − IPt = 1,5

3.2.8 Spesifikasi Setiap Lapisan Perkerasan 1. Lapisan permukaan

Menentukan nilai EAC, dapat ditentukan untuk EAC = 370.000 Psi dengan jenis bahan nya adalah Laston. Selanjutnya menentukan nilai kekuatan relatif bahan dengan menggunakan grafik.

Gambar 3. 1 Grafik untuk memperkirakan koefisien kekuatan relatif lapis permukaan beton aspal bergradasi rapat (a1)

(48)

37

Tabel 3. 22 Nilai Kekuatan Relatif Bahan

Dari grafik didapat kan nilai a1 adalah 0,40 dengan kekuatan relatif bahan nya sebesar MS 744 kg.

2. Pondasi atas

Menentukan nilai EBS , dapat ditentukan untuk EBS = 30.000 Psi dengan jenis bahan nya adalah Batu Pecah Kelas A . Selanjutnya menentukan nilai kekuatan relatif bahan dengan menggunakan grafik.

Gambar 3. 2 Grafik untuk memperkirakan koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a2)

Tabel 3. 23 Nilai Kekuatan Relatif Bahan

(49)

38

Dari grafik didapat kan nilai a2 adalah 0,14 dengan kekuatan relatif bahan nya sebesar CBR 100%.

3. Pondasi bawah

Menentukan nilai ESB , dapat ditentukan untuk ESB = 11.000 Psi dengan jenis bahan nya adalah Sirtu Kelas C . Selanjutnya menentukan nilai kekuatan relatif bahan dengan menggunakan grafik.

Gambar 3. 3 Grafik untuk memperkirakan koefisien kekuatan relatif lapis pondasi granular (a3)

Tabel 3. 24 Nilai Kekuatan Relatif Bahan

Dari grafik didapat kan nilai a2 adalah 0,11 dengan kekuatan relatif bahan nya sebesar CBR 30%.

(50)

39 3.2.9 Menentukan Tebal Perkerasan Lentur

Gambar 3. 4 Nomogram untuk perencanaan tebal perkerasan lentur Menentukan SN yang diperlukan di atas material lapis pondasi dengan nomogram pada Gambar 2.7 dengan menggunakan modulus resilien material lapis pondasi atas (dari pada modulus resilien tanah dasar). Nilai EBS = 30.000 Psi, untuk tahap pertama reliability (R) = 80 %, w18 =6.0 x 106 dan ΔPSI = 1,5 menghasilkan SN1 = 2,6. Sehingga, tebal lapis permukaan yang diperlukan adalah :

D1 = SN1

𝑎1 = 2,6

0,40 = 6,667 inch = 16,933 cm = 17 cm SN1* = D1 x a1 = 17 x 0,40 = 6,63 cm

Sama seperti untuk lapis aspal beton, menentukan tebal lapis pondasi atas dengan menggunakan modulus lapis pondasi bawah, nilai ESB = 11.000 Psi sebagai modulus resilien tanah dasar, didapatkan nilai SN2 = 4 dan tebal material lapis pondasi atas yang diperlukan adalah :

D2 = (SN2 − (𝑆𝑁1/2,54)

𝑎2.𝑚2 ) = (4−(6,63/2,54)

0,14 x 1,20 ) = 8,272 inch = 21,012 cm = 22 cm SN2* = D2 x a2 x m2 = 22 x 0,14 x 1,20 = 3,70 cm

(51)

40

Untuk lapis pondasi bawah menggunakan modulus resilien tanah dasarrelatif, nilai MR = 9000 Psi, didapatkan nilai SN3 = 4,45

D3 = (

SN3 −((𝑆𝑁1

2,54)+(𝑆𝑁2

2,54)) 𝑎3.𝑚3 ) = (

4,45 −((6,632,54)+(3,702,54))

0,11 𝑥 1,20 ) = 4,007 inch = 11 cm Tabel 3. 25 Tebal minimum lapis permukaan dan lapis pondasi agregat

Dikarenakan ada tebal minimum lapisan pondasi maka untuk tebal lapis pondasi bawah dihamparkan di lapangan nya 15 cm.

3.3 Perencanaan Drainase 3.3.1 Analisis Hidrologi

Data hidrologi adalah kumpulan informasi dan fakta mengenai fenomena hidrologi yang terjadi di suatu wilayah. Fenomena hidrologi ini meliputi berbagai aspek siklus air dan perubahan kondisi air di lingkungan, yang dapat dipengaruhi oleh faktor alam maupun aktivitas manusia. Data hidrologi biasanya mencakup:

Curah Hujan: Data tentang jumlah dan intensitas hujan yang turun di suatu area selama periode waktu tertentu.

Temperatur: Informasi tentang suhu udara yang dapat mempengaruhi laju penguapan air.

Penguapan: Data mengenai jumlah air yang menguap dari permukaan tanah, badan air, atau vegetasi.

Lamanya Penyinaran Matahari: Informasi tentang durasi dan intensitas penyinaran matahari yang mempengaruhi penguapan dan suhu permukaan.

Kecepatan Aliran: Data mengenai kecepatan aliran air di sungai, saluran, atau badan air lainnya.

Konsentrasi Sedimen: Informasi tentang jumlah sedimen yang terbawa aliran air, yang bisa mempengaruhi kualitas air dan kapasitas saluran.

(52)

41 3.3.2 Analisis Curah Hujan Rata – Rata

Curah hujan yang diperlukan untuk suatu perencanaan saluran adalah curah hujan ratarata di suatu wilayah yang ditinjau. Curah hujan ini dinyatakan dalam satuan milimeter (mm). Curah hujan rata-rata pada suatu wilayah digunakan sebagai data dalam perhitungan selanjutnya hingga didapatkan debit rencana. Untuk menghitung curah hujan rata-rata ada beberapa metode, yaitu : metode aritmatika, metode polygon thiesen, metode isohyet. Pada perhitungan ini menggunakan metode aritmatik,

Dimana :

R = Curah hujan daerah

n = Jumlah titik atau pos pengamatan R1, R2,…, Rn Rn = Curah hujan di tiap titik pengamatan

Tabel 3. 26 Hujan Harian Maksimum Stasiun Meteorologi Sultan Mahmud Badaruddin II

(53)

42 3.3.3 Analisa Distribusi Frekuensi Hujan

Analisa distribusi frekuensi hujan dimaksudkan adalah berkaitan dengan besaran peristiwa-peristiwa hujan atau peristiwa statistik lainnya yang berkaitan dengan frekuensi kejadian melalui penerapan distribusi kemungkinan. Untuk menentukan metode yang dipilih maka terlebih dahulu dilakukan perhitungan parameter statistik, antara lain :

• Nilai rata-rata

Dimana :

𝑅̅ = tinggi curah hujan harian rata – rata (mm/hari) 𝑅𝑖 = tinggi curah hujan pada tahun ke-i (mm/hari) 𝑛 = banyaknya data

• Standard Deviasi (Deviation Standard)

Dimana :

Sd = Standard Deviasi

𝑅̅ = tinggi curah hujan harian rata – rata (mm/hari) 𝑅 𝑖 = tinggi curah hujan pada tahun ke-i (mm/hari) 𝑛 = banyaknya data

• Koefisien Variasi (Variation Coefficient)

Koefisien variasi adalah nilai perbandingan antara standard deviasi dan nilai rata-rata rumus :

(54)

43 Dimana :

Sd = Standard Deviasi

𝑅̅ = tinggi curah hujan harian rata – rata (mm/hari)

• Koefisien Kemencengan (Skewness Coefficient)

Koefisien kemencengan (skewness) dapat digunakan untuk mengetahui nilai derajat ketidaksimetrisan dari suatu bentuk distribusi.

Dimana :

Cs = Koefisien Skewness Sd = Standard Deviasi

𝑅̅ = tinggi curah hujan harian rata – rata (mm/hari) 𝑅𝑖 = tinggi curah hujan pada tahun ke-i (mm/hari) 𝑛 = banyaknya data

• Koefisien Ketajaman (Kurtosis Coefficient)

Koefisien ketajaman dimaksud untuk mengukur keruncingan dari bentuk kurva distribusi, yang umumnya dibandingkan dengan distribusi normal.

Dimana :

Ck = Koefisien Kurtosis Sd = Standard Deviasi

𝑅̅ = tinggi curah hujan harian rata – rata (mm/hari) 𝑅𝑖 = tinggi curah hujan pada tahun ke-i (mm/hari) 𝑛 = banyaknya data

Metode analisa distribusi frekuensi hujan dapat dihitung berdasarkan probabilitas kontinu yang biasa digunakan, yaitu : Gumbel, Normal, Log Normal, dan Log Pearson tipe III. Penentuan jenis distribusi yang akan digunakan harus

(55)

44

mencocokkan parameter data yang ada dengan syarat yang berlaku sesuai tabel dibawah.

Tabel 3. 27 Parameter Metode Analisa Distribusi Frekuensi Hujan

3.3.4 Pemilihan Distribusi Frekuensi Hujan

Tujuan dilakukannya perhitungan ini adalah untuk mendapatkan curah hujan rencana pada setiap periode ulang yang diinginkan. Metode distribusi yang dapat digunakan dalam perhitungan curah hujan rencana ini adalah metode distribusi normal, metode distribusi gumbel dan distribusi log person III.

• Metode Distribusi Normal

Distribusi Normal banyak digunakan dalam analisa hidrologi.Distribusi Normal atau kurva normal disebut Distribusi Gauss. Data variabel hidrologi yang telah dihitung besarnya peluang atau periode ulangnya, selanjutnya apabila digambarkan pada kertas grafik peluang, umurnya akan membentuk persamaan garis lurus.

Dimana :

Xt = hujan rencana (mm) 𝑥̅ = nilai rata – rata Kt = faktor frekuensi Sd = standard deviasi

No. Distribusi Persyaratan

1. Gumbel Cs ≤ 1,14

Ck ≤5,4

2. Normal Cs ≈ 0

Ck ≈ 3 3. Log Pearson Type III Selain nilai di atas

Gambar

Gambar 2. 1 Lokasi Perencanaan Jalan
Gambar 2. 2 Kontur Lokasi Perencanaan
Tabel 2. 1 Kelas Jalan berdasarkan fungsi dan penggunaannya (PP 43/1993,PP  44/1993, RUULLAJ/2006)
Tabel 2. 4 Spesifikasi dan Lebar Badan Jalan Minimum berdasarkan penyediaan  prasarana jalan (UU 38/2004, PP 34/2006)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tanaman ini dapat tumbuh pada ketinggian kurang dari 800 meter di atas permukaan laut dan tumbuh baik di wilayah beriklim tropis, sesuai dengan letak Jalan Jalur Lintas

Jalan raya menjadi unsur penting sebagai prasarana lalau-lintas penghubung Antar daerah. Seiring berkembang sebuah daerah, maka berbanding lurus juga Dengan pertambahan

Jalan raya Palembang-Betung adalah ruas jalan yang menghubungkan Wilayah di Sumatera selatan terutama penghubung antara Kota Palembang, Kota Betung, Kota Jambi serta

Karena pada umumnya lalu lintas pada jalan raya terdiri dari campuran kendaraan cepat, lambat, berat, ringan dan kendaraan tak bermotor atau kendaraan fisik, maka

Kondisi Arus Lalu Lintas Ruas Jalan Seturan Raya Ke Arah Jalan Padjajaran Pada Hari Kamis, 09 November 2017 .... Kondisi Arus Lalu Lintas Ruas Jalan Seturan Raya Ke

jalan raya, yaitu jalan umum untuk lalu lintas secara menerus dengan pengendalian jalan masuk secara terbatas dan dilengkapi dengan median, serta lebar dan

Berdasarkan jenis tumbuhan lumut yang telah ditemukan di Kawasan Air Terjun Bukit Gatan Kecamatan STL Ulu Terawas Kabupaten Musi Rawas dengan 3 titik lokasi

yang berjudul Pengaruh Hambatan Samping Terhadap Kinerja Lalu Lintas pada Jalan Nasional (Studi Kasus Jalan Lintas Barat Sumatra) Kota Bandar Lampung tahun 2014