• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERILAKU TAMAK/KIKIR DAN DAMPAK NEGATIFNYA DALAM ETIKA DAN BISNIS ISLAM

N/A
N/A
Mrs. Titania Oh

Academic year: 2024

Membagikan "PERILAKU TAMAK/KIKIR DAN DAMPAK NEGATIFNYA DALAM ETIKA DAN BISNIS ISLAM "

Copied!
18
0
0

Teks penuh

(1)

i PERILAKU TAMAK/KIKIR DAN DAMPAK NEGATIFNYA DALAM

ETIKA DAN BISNIS ISLAM

Makalah ini di susun untuk memenuhi tugas mata kuliah corporate governance dan etika bisnis islam

Dosen Pengampu : Prof. Dr. H. Suharto, S.H.,M.A

Disusun Oleh Titania Diana Putri

Npm 2360102030

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG PRODI EKONOMI SYARIAH

1445 H/2024 M

(2)

ii

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat Allah SWT berkat rahmat- Nya kami bisa meyelesaikan makalah yang berjudul : Perilaku Tamak/Kikir Dan Dampak Negatifnya Dalam Etika Dan Bisnis Islam Makalah ini disusun guna memenuhi tugas Mata Kuliah corporate governance dan etika bisnis islam

Penulis mengucapkan terima kasih kepada pihak yang telah membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi sempurnanya makalah ini.

Semoga makalah ini dapat memberikan informasi dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu pengetahuan bagi kita semua.

Bandar Lampung, 4 April 2024

Penulis

(3)

iii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i KATA PENGANTAR ... ii DAFTAR ISI ... iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ... 1 B. Rumusan Masalah ... 3 C. Tujuan Penulisan ... 3

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika dan Bisnis Islam ... 4 B. Perilaku Tamak/Kikir

1. Pengertian ... 5 2. Kecaman dan Balasan Buruk Sifat Kikir ... 6 C. Dampak Negatif Sifat Tamak/Kikir dalam Etika dan Bisnis Islam ....

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan ... 8 B. Saran ... 13

DAFTAR PUSTAKA ... 14

(4)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dalam kehidupan realiti, bisnis baik sebagai aktivitas maupun sebagai entitas, telah ada dalam sistem dan strukturnya yang “baku”. Bisnis berjalan sebagai proses yang telah menjadi kegiatan manusia sebagai individu atau masyarakat untuk mencari keuntungan dan memenuhi keinginan dan kebutuhan hidupnya. Sementara itu, etika telah dipahami sebagai sebuah disiplin ilmu yang mandiri dan karenanya terpisah dari bisnis. Etika adalah ilmu yang berisi patokan-patokan mengenai apa-apa yang benar atau yang salah, yang baik atau buruk, yang bermanfaat atau tidak. Dalam kenyataan itu bisnis dan etika dipahami sebagai dua hal yang terpisah bahkan tidak ada kaitannya. Jika pun ada malah dipandang sebagai hubungan negatif dimana, praktek bisnis merupakan kegiatan yang bertujuan mencapai laba sebesar- besarnya dalam situasi persaingan bebas. Sebaliknya etika bila diterapkan dalam dunia bisnis dianggap dapat mengganggu upaya mencapai tujuan bisnis. Dengan demikian hubunan antara bisnis dan etika telah melahirkan hal yang problematis.

Al-Qur’an sebagai pedoman hidup manusia tentunya mengajarkan dan menjelaskan kepribadian manusia dan ciri-ciri umum yang membedakan dari makhluk lain. Al-Qur’an juga menyebutkan sebagian pola dan model umum kepribadian yang banyak terdapat pada semua masyarakat, yaitu salah satunya konsep yang diajarkan dalam Al-Qur’an adalah sifat bakhil atau kikir. Bhakil adalah sifat yang paling tercela yang tidak pantas dimiliki oleh seorang hamba Allah, dimana Allah swt mempunyai sifat Maha Rahman dan Maha Rahim, Pemurah lagi Penyayang, selalu mengabulakan segala pinta dan do’a hambaNya tanpa pilih kasih. Itulah sebabnya barang siapa yang mau menginfakkan hartanya di jalan Allah, Allah swt akan melipat kandakan pahalanya.1

Islam sangat menekankan agar orang menginfakkan harta kekayaannya dijalan yang baik, 2sehingga timbul sifat kedermawanan yang merupakan salah satu karakter utama yang senatiasa perlu dimiliki, ditumbuhkan, dan dikembang oleh setiap pribadi muslim yang mengharapkan kesuksesan dalam hidup dan kehidupannya. Sebaliknya, kabhakilan dan hanya mementingkan

1 Fachrurrozy. (2006). Mutiata Qalbu. Pustaka al-Husna Baru.

2 Laila, Abu. Thohir, M. (1995). Akhlak Seorang Muslim. PT. Al-Ma’arif.

(5)

2 diri sendiri akan mengundang kemurkaan dari Allah swt dan dari sesama manusia.3Bakhil telah banyak memberikan efek negative, yang secara realita banyak dilalui sejarah. Dalam perjalanan sejarah terbukti terjadi berbagai kejadian, baik berupa pemberontakan berdarah yang menghancurkan segala galanya maupun yang lain, yang semua itu sebagai akibat dari kebakhilan orang-orang kaya yang tidak menginginkan adanya kemaslahatan di tengah masyarakat.4 Akan tetapi tidak bisa disangkal bahwa tabiat manusia cenderung mencintai dunia. Dalam firman Allah swt sebagaimana yang tercantum dalam surat an-Nisa’ ayat 128:

اَحِلْصُّي ْنَا ٓاَمِهْيَلَع َحاَنُج َلََف اًضا َرْعِا ْوَا ا ًز ْوُشُن اَهِلْعَب ْْۢنِم ْتَفاَخ ٌةَا َرْما ِنِا َو َّنِا َف ا ْوُقَّتَت َو ا ْوُنِسْحُت ْنِا َو َّۗحُّشلا ُسُفْنَ ْلْا ِت َر ِضْحُا َو ٌۗرْيَخ ُحْلُّصلا َو ۗاًحْلُص اَمُهَنْيَب ا ًرْيِبَخ َن ْوُلَمْعَت اَمِب َناَك َ هاللّٰ

Artinya : “jika seorang perempuan khawatir suaminya akan nusyuz atau bersikap tidak acuh, keduanya dapat mengadakan perdamaian yang sebenarnya. Perdamaian itu lebih baik (bagi mereka), walaupun manusia itu menurut tabiatnya kikir. Jika kamu berbuat kebaikan dan memelihara dirimu (dari nusyuz dan sikap tidak acuh) sesungguhnya Allah Mahateliti terhadap apa yang kamu kerjakan.”

Dengan melihat isi firman Allah Ta’ala di atas, jelaslah bahwa sifat kikir itu senantiasa mengikuti siapa pun juga, dan jiwa yang bagaimanapun juga, dan ini akan ada tetap untuk selama-lamanya serta tetap sepanjang saat.5

Perilaku kikir dan tamak telah menjadi tantangan serius dalam praktik bisnis Islam. Kikir, yang berarti keengganan untuk memberi atau bersedekah, dan tamak, yang merupakan hasrat yang tidak terkendali untuk memiliki lebih banyak harta, bertentangan dengan nilai-nilai etika Islam yang mendorong kemurahan hati, keadilan, dan keberkahan dalam berbisnis. Fenomena ini mengakibatkan ketidakseimbangan distribusi kekayaan dan ketidakadilan sosial yang merugikan masyarakat luas.

3Supriono Arif. (2004). Seratus Cerita Tentang Akhlak. Penerbit Replubika.

4Mudjab Mahalli. (2001). Al-Kabair Dosa-Dosa Besar. Mitra Pustaka.

5Hawa, said. (2002). Induk Pensucian Diri. Pustaka Nasional.

(6)

3 B. Rumusan Masalah

1. Apa itu perilaku Tamak/Kikir?

2. Apa dampak negative dari tamak/kikir dalam etika dan bisnis islam?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mengetahui perilaku Tamak/Kikir

2. Untuk mengetahui dampak negative dari tamak/kikir dalam etika dan bisnis islam

(7)

4 BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Etika Dan Bisnis

Secara etimologi, Etika (ethics) yang berasal dari bahasa Yunani ethikos mempunyai beragam arti: pertama, sebagai analisis konsep-konsep terhadap apa yang harus, mesti, tugas, aturan-aturan moral, benar, salah, wajib, tanggung jawab dan lain-lain. Kedua, aplikasi ke dalam watak moralitas atau tindakan- tindakan moral. Ketiga, aktualisasi kehidupan yang baik secara moral.

Kata bisnis dalam Al-Qur’an biasanya yang digunakan al-tijarah, al-bai’, tadayantum, dan isytara. Tetapi yang seringkali digunakan yaitu al-tijarah dan dalam bahasa arab tijaraha, berawal dari kata dasar t-j-r, tajara, tajran wa tijarata, yang bermakna berdagang atau berniaga. At-tijaratun walmutjar yaitu perdagangan, perniagaan (menurut kamus al-munawwir). Dalam hal ini, ada dua definisi tentang pengertian perdagangan, dari dua sudut pandang yang berbeda, yaitu menurut mufassir dan ilmu fikih.

1. Menurut Mufassir, Bisnis adalah pengelolaan modal untuk mendapatkan keuntungan.

2. Menurut Tinjauan Ahli Fikih, Bisnis adalah saling menukarkan harta dengan harta secara suka sama suka, atau pemindahan hak milik dengan adanya penggantian.

Menurut cara yang diperbolehkan penjelasan dari pengertian diatas :

a. Perdagangan adalah suatu bagian muamalat yang berbentuk transaksi antara seorang dengan orang lain.

b. Transaksi perdagangan itu dilaksanakan dalam bentuk jual beli yang diwujudkan dalam bentuk ijab dan qabul.

c. Perdagangan yang dilaksanakan bertujuan atau dengan motif untuk mencari keuntungan.

Dari uraian diatas, maka dapat disimpulkan kalau etika sebagai perangkat prinsip moral yang membedakan apa yang benar dari apa yang salah, sedangkan

(8)

5 bisnis adalah suatu serangkaian peristiwa yang melibatkan pelaku bisnis, maka etika diperlukan dalam bisnis.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa, Etika bisnis adalah norma-norma atau kaidah etik yang dianut oleh bisnis, baik sebagai institusi atau organisasi, maupun dalam interaksi bisnisnya dengan “stakeholders”nya. Etika bisnis merupakan etika terapan. Etika bisnis merupakan aplikasi pemahaman kita tentang apa yang baik dan benar untuk beragam institusi, teknologi, transaksi, aktivitas dan usaha yang kita sebut bisnis.

B. PERILAKU TAMAK/ KIKIR

1. Pengertian Perilaku Tamak/Kikir

Kata bakhil berasal dari proses: بخل يبخل بخً ل بخل يبخل بخً ل, kedakut, lokek, kikir. 6Sedangkan menurut istilah yang dimaksud dengan bakhil adalah suatu sikap mental yang enggan untuk mengeluarkan harta atau yang lainya kepada orang lain yang memerlukan dan membutuhkan, sedangkan dirinya berkecukupan atau berlebihan. Orang yang bersikap bakhil berarti egois. Berarti ia hanya memperhatikan dan memperdulikan diri sendiri.7 Bakhil juga disebutkan yaitu enggan memberikan harta dan benda untuk dijalan Allah, amal yang bersifat keagamaan, sosial dan kepentingan umum.8 Dan juga kebakhilan adalah suatu sifat buruk yang selalu berhubungan dengan pelanggaran semua komitmen moral dan spritual, dan juga prilaku jahat yang merenggut kebahagiaan dan ketentraman dari prilakunya dan menyebabkannya dalam kepedihan. Padahal harta yang dimilikinya itu tiada kekal dan apabila ia meninggal dunia, tak satupun yang dibawa serta, hanyalah kain kafan pembungkus badan saja9Al- Qurthubi dalam kitab Al-Jami’ li Ahkam Al-Qur’an mendefinisikan

6Yunus, M. (1991). Kamus Arab-Indonesia. PT. Mahmud Yunus Wadzuryah.

7Asy-Syirbaany, R. (2006). Membentuk Pribadi lebih Islami: Suatu Kajian Akhlak. PT. Inti Media Cipta Nusantara.

8 Fachruddin. (1992). Ensiklopedi al-Qur’an. PT Rineka Cipta.

9 Basyir Damanhuri. (2005). Ilmu Tasawuf. Yayasan Pena Banda Aceh.

(9)

6 secara bahasa adalah seseorang yang tidak mau menunaikan hak yang diwajibkan kepadanya yakni keenggangan untuk memberi10 misalnya uang, makanan, minuman, dan lain-lain. Ketika orang memiliki uang, makanan, dan minuman yang mestinya bisa diberikan kepada yang membutuhkan, kemudian enggan untuk memberikannya, maka ia adalah bakhil. Dalam Tafsir Al-Maraghi disebutkan bahwa bakhil adalah tidak mau menunaikan zakat dan enggan mengeluarkan harta di jalan Allah,11 ini sejalan dengan firman Allah Q.S Muhammad ayat 38

ْبَي اَمَّنِإَف ْلَخْبَي ْنَم َو ۖ ُلَخْبَي ْنَم ْمُكْنِمَف ِ َّاللّٰ ِليِبَس يِف اوُقِفْنُتِل َن ْوَعْدُت ِء َلُْؤََٰه ْمُتْنَأ اَه ۚ ِهِسْفَن ْنَع ُلَخ

َثْمَأ اوُنوُكَي َلْ َّمُث ْمُك َرْيَغ اًم ْوَق ْلِدْبَتْسَي ا ْوَّل َوَتَت ْنِإ َو ۚ ُءا َرَقُفْلا ُمُتْنَأ َو ُّيِنَغْلا ُ َّاللّٰ َو ْمُكَلا

Artinya : “Ingatlah, kamu ini orang-orang yang diajak untuk menafkahkan (hartamu) pada jalan Allah. Maka di antara kamu ada yang kikir, dan siapa yang kikir sesungguhnya dia hanyalah kikir terhadap dirinya sendiri. Dan Allah-lah yang Maha Kaya sedangkan kamulah orang-orang yang berkehendak (kepada-Nya); dan jika kamu berpaling niscaya Dia akan mengganti (kamu) dengan kaum yang lain; dan mereka tidak akan seperti kamu ini.”

2. Celaan Terhadap Perbuatan Bakhil

Surah An-Nisa’ ayat 37, mencela orang yang mengkikirkan harta mereka dalam firman-Nya:

َنْدَتْعَا َو ۗ هِلْضَف ْنِم ُ هاللّٰ ُمُهىَٰتَٰا آَم َن ْوُمُتْكَي َو ِلْخُبْلاِب َساَّنلا َن ْوُرُمْأَي َو َن ْوُلَخْبَي َنْيِذَّلاࣙ

اًباَذَع َنْي ِرِف َٰكْلِل ا

ۚاًنْيِهُّم

۝٣٧ Artinya : “(Yaitu) orang-orang yang kikir, menyuruh orang (lain) berbuat kikir, dan menyembunyikan karunia yang telah dianugerahkan Allah kepada mereka. Kami telah menyediakan untuk orang-orang kafir itu azab yang menghinakan.”

10 Qurthubi, I. (2008). Tafsir Al-Qurtubi (Terjemah). Pustaka Azzam.

11 Al-Maraghi, M. A. (1993). Tafsir Al-Maraghi (Terjemah). PT. Karya Mustafa Semarang.

(10)

7 Ayat sebelum ini yaitu ayat 36 ditutup dengan dua sifat buruk, yaitu angkuh dan membanggakan diri. Kedua sifat ini mempunyai kaitan yang erat dengan kepemilikan harta serta kedudukan; karena orang yang merasa memilikinya jiwanya sering kali diliputi oleh keangkuhan dan kebanggan. Di sisi lain yang angkuh dan bangga dengan harta dan kedudukan sering kali pula kikir karena takut kehilangan, dan ini pada gilirannya menjadikan dia tidak dapat memperaktekkan kebiasaannya, yakni berbangga-bangga dan angkuh.

Penafsiran pada ayat 37 juga dapat dipahami sebagai penjelas sifat kelompok lain yang tidak disenangi Allah swt. Kalau pada ayat yang lalu dinyatakan bahwa Allah tidak menyukai orang yang sombong dan membanggakan diri, maka ayat ini menyatakan bahwa Allah juga tidak senang kepada mereka yang terus-menerus berlaku bakhil, sebagaimana dipahami dari penggunaan bentuk kata kerja mudhari’ atau masa kini dan akan datang.12 Penyakit bakhil sudah mulai kelihatan suatu bayangan dari syirik. Dia telah mencintai harta lebih dari mencintai Allah yang telah mengkaruniakan harta. Orang bakhil selalu mengharap lebih dari orang lain, tetapi memberi sangat sedikit, dan lebih dari itu, mereka tidak hanya kikir tetapi juga terus-menerus menyuruh orang lain berbuat kikir baik dengan ucapan mereka menghalangi kedermawanan maupun dengan keteladanan buruk dalam memberi sumbangan yang kecil, bahkan tidak memberi sama sekali, dan terus-menerus menyembunyikan apa yang telah di anugrahkan Allah kepada mereka dari anugrah-Nya.

Al-kufru adalah tirai dan penutup. Orang bakhil itu menutup nikmat Allah yang diberikan kepadanya, menyembunyikan dan mengingkarinya. Ia kafir kepada nikmat Allah yang telah diberikannya.

Karena kesombongan, kekikiran dan ketidak bersyukuran mereka, maka Kami menyediakan azab yang menghinakan dan merendahkan mereka;

12 M Shihab, Q. (2005). Tafsir Al-Misbah. Penerbit Lentera hati.

(11)

8 yaitu azab yang memadukan rasa sakit dengan kehinaan sebagai balasan atas apa yang mereka perbuat. Allah menamakan menakan mereka orang-orang kafir, sebagai isyarat bahwa akhlak dan perbuatan seperti ini hanya dilakukan oleh orang-orang kafir, bukan oleh orang mukmin yang bersyukur.

Siksaan yang disediakan buat mereka yang bakhil menurut ayat di atas, adalah siksaan yang menghinakan mereka, ini sessuai dengan dosa kepribadian mereka yang sombong dan membanggakan diri.

C. Dampak Negatif Sifat Tamak/Kikir dalam Etika dan Bisnis Islam

Serakah adalah keinginan mempunyai harta secara berlebihan. Orang yang serakah tidak pernah puas, merasa kurang, dan ingin menguasai sesuatu lebih dari yang ia miliki.

Sifat serakah adalah bagian dari tabiat mendasar manusia yang harus ditekan. Hal ini digambarkan oleh Rasulullah SAW sebagai berikut:

“Jika anak Adam itu diberikan satu lembah emas, dia akan mencari yang kedua, dan jika dia diberikan yang kedua niscaya dia akan mencari lembah ketiga, dan tidak ada yang menutupi mulut anak Adam melainkan tanah, dan Allah SWT akan menerima taubat siapa saja yang bertaubat,”(H.R. Bukhari dan Muslim).

Orang yang serakah tidak pernah merasa cukup dengan harta yang dimilikinya, rakus terhadap harta, dan menginginkan kekayaan berlebihan.

Selain itu, orang serakah juga lebih mementingkan kepentingan pribadi, kalau perlu mengorbankan kepentingan orang lain.

Cara Menghindari Sifat Serakah

Jika seorang muslim ingin menghindari sifat serakah, ia harus menanamkan sikap kanaah, yaitu merasa cukup atas karunia dan kenikmatan Allah SWT.

Selain itu, Islam menganjurkan hidup sederhana. Artinya, tidak berlebihan dan menjauhi hidup bermewah-mewahan. Islam juga mengimbau umatnya agar tidak boros, apalagi menghabiskan harta untuk perkara sia-sia.

(12)

9 Dengan menyadari bahwa harta yang ia miliki merupakan amanah Allah, maka seorang muslim semestinya sudah terlepas dari sifat serakah. Di akhirat, harta yang diamanahi itu akan diminta pertanggungjawabannya di sisi Allah SWT.

Untuk menghindari sifat serakah, seorang muslim mesti mengingat ancaman dan azab Allah terhadap orang-orang serakah, sebagaimana firman Allah SWT dalam surah Al-Humazah:

“Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela, yang mengumpulkan harta dan menghitung-hitungnya, dia mengira bahwa hartanya itu dapat mengekalkannya, sekali-kali tidak! Sesungguhnya dia benar-benar akan dilemparkan ke dalam Huthamah [neraka],” (QS. Al-Humazah [104]: 1-4).

Sebagaimana serakah yang merupakan tabiat dasar manusia, demikian juga sifat kikir. Sifat kikir dan bakhil adalah keengganan mengeluarkan harta yang seharusnya disedekahkan. Sifat ini merupakan akhlak tercela yang harus dihindari dalam Islam.

Secara implisit, sifat kikir ini merupakan bentuk perebutan harta orang lain.

Bagaimanapun juga, terdapat hak fakir dan miskin pada sebagian harta orang- orang berlebih. Hak-hak itulah yang harus dikeluarkan dalam bentuk zakat, sedekah, infak, hibah, dan lain sebagainya.

Orang yang kikir diancam Allah SWT dalam Al-Quran surah Al-Lail sebagai berikut:

“Dan adapun orang-orang yang bakhil dan merasa dirinya cukup, serta mendustakan pahala terbaik, mereka kelak Kami akan menyiapkan baginya jalan yang sukar, dan hartanya tidak bermanfaat baginya apabila ia telah binasa," (QS. Al-Lail [92]: 8-11).

Cara Menghindari Sifat Kikir

Orang Islam yang ingin menghindari sifat kikir harus menyadari bahwa harta kekayaan adalah anugerah Allah SWT.

Karena itulah, jika Allah memerintahkan untuk mengeluarkan zakat atau sedekah, maka ia mesti taat pada perintah Allah tersebut.

(13)

10 Selain itu, harta kekayaan tidaklah kekal, serta tidak dibawa mati. Seorang muslim mesti mengetahui bahwasanya Allah SWT malah mengancam orang yang kikir.

Harta yang ia sayangi dan pertahankan di dunia akan menjadi belenggu di akhirat nantinya. Artinya, jika tidak dikeluarkan zakat dan sedekahnya, maka harta itulah yang akan menghalanginya masuk surga.

Bakhil ataupun kikir yang memiliki arti yaitu menahan atau rakus terhadap apa yang dimiliki orang lain, dan ini merupakan sifat yang dilarang Allah SWT karena termasuk sebagai penyakit hati.

Bakhil dan kikir adalah salah satu bentuk kemaksiatan hati besar dan dapat merusak kehidupan manusia. Rasulullah SAW bersabda, "Ada tiga hal yang dianggap dapat membinasakan kehidupan manusia, yaitu kikir (kebakhilan) yang dipatuhi, hawa nafsu yang diikuti, dan ketakjuban orang terhadap dirinya sendiri." HR. Thabrani.

Dari beberapa penjelasan tersebut bisa kita lihat bahwa Islam sangat membenci sifat bakhil karena sifat tercela ini menjadi salah satu karakter orang munafik yang tidak mau berkorban untuk kebaikan.

Alquran dan hadis menganjurkan umat manusia untuk bersikap prihatin dan peduli antar sesama. Namun, sikap bakhil masih kita jumpai di kehidupan sehari-hari. Berikut ada beberapa contoh sikap bakhil yang harus dihindari, yaitu seperti enggannya membayar zakat fitrah dan zakat maal, selalu berfoya- foya tapi tidak mau bersedekah, merasa acuh saat melihat anak yatim piatu, tidak.berkurban pada haru raya idul adha padahal ia berkecukupan secara finansial, dan tidak ingin melaksanakan haji dan umrah karena takut hartanya berkurang, padahal ia memiliki harta lebih dari cukup.

Sikap ini benar-benar harus dijauhi oleh setiap umat muslim karena akan terdapat kerugian bagi orang-orang memiliki sikap bakhil dan kikir, berikut adalah hal-hal negatif yang timbul pada orang-orang yang bakhil:

1. Menyebabkan Kebangkrutan

"Tiada datang pagi hari atas manusia melainkan ada dua malaikat turun, dimana salah satu dari keduanya berdoa "Ya Allah berilah ganti (yang lebih

(14)

11 baik) bagi orang yang berinfak," dan yang kedua berdoa, "Ya Allah buat lah bangkrut orang yang menahan pemberian." (HR. Bukhari).

Dari sabda Rasulullah SAW tersebut dapat kita lihat, orang yang menyayangi hartanya dan enggan menggunakannya untuk kepentingan yang baik tidak akan membuat orang tersebut bertambah kaya.

2. Mendapat siksaan

Dalam Surah Ali Imran ayat 180, Allah berfirman:

"Sesekali janganlah orang-orang yang bakhil dengan harta yang Allah berikan kepada mereka dari karunia-Nya menyangka bahwa kebakhilan itu baik bagi mereka. Sebenarnya kebakhilan adalah buruk bagi mereka. Harta bakhil mereka itu akan dikalungkan kelak di lehernya pada hari kiamat. Dan kepunyaan Allah segala warisan (yang ada) di langit dan di bumi. Dan Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan."

3. Banyak ditimpa masalah.

Dari Nasha'hul 'Ibad Imam Nawawi Al-Bantani, Abu Bakar Ash-Silhiddiq berkata, orang yang bakhil tidak akan bisa terlepas dari salah satu tujuh perkara berikut:

1) Ketika mati hartanya akan diwarisi oleh orang yang akan menghabiskan dan membelanjakannya untuk sesuatu yang tidak diperi tau kan Allah.

2) Allah akan membangkitkan pengusaha zalim yang akan merenggut seluruh hartanya setelah menyiksanya terlebih dahulu.

3) Allah menggerakkan dirinya untuk menghabiskan harta bendanya.

4) Muncul ide pada dirinya untuk mendirikan bangunan di tempat yang rawan bencana, sehingga bangunan beserta hartanya yang disimpan di dalamnya lenyap.

5) Ditimpa musibah yang dapat yang dapat menghabiskan hartanya, seperti tenggelam, terbakar, mengalami pencurian, dan lain sebagainya.

6) Ditimpa penyakit kronis sehingga hartanya habis untuk berobat.

7) Dia menyimpan harta di suatu tempat, kemudian lupa tempat itu sehingga hartanya hilang.

(15)

12 Selain itu, orang yang bakhil atau kikir menimbulkan rasa tidak senang kepada orang lain. Ia mengerahkan seluruh kemampuannya untuk menimbun kekayaan, namun ia tidak menikmati hartanya untuk berbagi kepada sesama.

(16)

13 BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. bakhil adalah suatu sikap mental yang enggan untuk mengeluarkan harta atau yang lainya kepada orang lain yang memerlukan dan membutuhkan, sedangkan dirinya berkecukupan atau berlebihan. Orang yang bersikap bakhil berarti egois. Berarti ia hanya memperhatikan dan memperdulikan diri sendiri.13 Bakhil juga disebutkan yaitu enggan memberikan harta dan benda untuk dijalan Allah, amal yang bersifat keagamaan, sosial dan kepentingan umum.14 Dan juga kebakhilan adalah suatu sifat buruk yang selalu berhubungan dengan pelanggaran semua komitmen moral dan spritual, dan juga prilaku jahat yang merenggut kebahagiaan dan ketentraman dari prilakunya dan menyebabkannya dalam kepedihan. Padahal harta yang dimilikinya itu tiada kekal dan apabila ia meninggal dunia, tak satupun yang dibawa serta, hanyalah kain kafan pembungkus badan saja

2. Dampak negatif perilaku tamak/kikir dalam etika dan bisnis islam : menyebabkan kebangkrutan, banyak ditimpa masalah dan mendapatkan siksaan. Adapun dampak lainnya : Melemahkan nilai-nilai etika dalam bisnis, seperti kejujuran, keadilan, dan tanggung jawab sosial.

Meningkatkan ketimpangan sosial dan ekonomi dalam masyarakat.

Merusak reputasi perbankan syariah dan mengurangi kepercayaan masyarakat terhadap lembaga keuangan Islam.

13Asy-Syirbaany, R. (2006). Membentuk Pribadi lebih Islami: Suatu Kajian Akhlak. PT. Inti Media Cipta Nusantara.

14 Fachruddin. (1992). Ensiklopedi al-Qur’an. PT Rineka Cipta.

(17)

14 B. Saran

Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan detail dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber - sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat di Pertanggungjawabkan. Untuk penutup bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan.

(18)

15 DAFTAR PUSTAKA

Al-Bukhari, I. (n.d.). Shahih Al-Bukhari. Al-Maktabah Al-Salafiyah.

Al-Maraghi, M. A. (1993). Tafsir Al-Maraghi (Terjemah). PT. Karya Mustafa Semarang.

Asy-Syirbaany, R. (2006). Membentuk Pribadi lebih Islami: Suatu Kajian Akhlak.

PT. Inti Media Cipta Nusantara.

Baqiy, A., & Fuad, M. (2001). Al-Mu’jam Al-Mufahras Li Al-Faz Al-Qur’an Karim: Bi Hashiyah Al-Mus’haf Al-Syarifah. Darul Hadis.

Basyir Damanhuri. (2005). Ilmu Tasawuf. Yayasan Pena Banda Aceh.

Daud, A. (2003). Sunan Abu Daud. Dar-Fikr.

Fachruddin. (1992). Ensiklopedi al-Qur’an. PT Rineka Cipta.

Fachrurrozy. (2006). Mutiata Qalbu. Pustaka al-Husna Baru.

Hamka. (1982). Tafsir Al-Azhar. Penerbit Pustaka Panjimas.

Hawa, said. (2002). Induk Pensucian Diri. Pustaka Nasional.

Katsir, I. (2008). Tafsir Ibnu Katsir (Terjemah). Pustaka Ibnu Katsir.

Laila, Abu. Thohir, M. (1995). Akhlak Seorang Muslim. PT. Al-Ma’arif.

M Shihab, Q. (2005). Tafsir Al-Misbah. Penerbit Lentera hati.

Mudjab Mahalli. (2001). Al-Kabair Dosa-Dosa Besar. Mitra Pustaka.

Qurthubi, I. (2008). Tafsir Al-Qurtubi (Terjemah). Pustaka Azzam.

Qutb, S. (2004). Fi Zilalil Qur’an (Terjemah). Gema Insani. Supriono Arif. (2004).

Seratus Cerita Tentang Akhlak. Penerbit Replubika.

Yunus, M. (1991). Kamus Arab-Indonesia. PT. Mahmud Yunus Wadzuryah.

Referensi

Dokumen terkait

Akan tetapi dalam ajaran Agama Allah akan melaknati setiap orang yang menkonsumsi barang haram juga yange.

Diasumsikan karena entitas, lembaga, institusi dan mukalaf (orang yang bertanggung jawab) dalam islam tidak dapat dipisahkan, etika pribadi sebagai seorang muslim yang mukalaf

CCTV merupakan alat pengawas terus menerus dan tidak mengenal lelah, CCTV juga berfungsi preventif karena secara psikologis orang menjadi takut dan enggan untuk berbuat yang

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis dan mengetahui bagaimana etika bisnis yang ada di Pasar Palmerah dalam hal ini dengan memasukkan faktor ilmu

Sedangkan etika bisnis menurut pandangan Islam yaitu: Bersifat jujur, Senantiasa menolong atau memberi manfaat kepada orang lain, Dilarang menipu, Dilarang

ketiga, menyamakan kesadaran untuk selalu berbuat jujur dan bekerja keras.12 Penelitian yang ketiga yang dilakukan oleh Muhammad Humroni yang berjudul “ Akad Jual Beli Bibit Ikan Lele

keuntungan materi dan menonjolkan keegoisannya tanpa melihat lingkungan sekitar, sehingga ujung-ujungnya konsumen yang dirugikan.6 Perilaku pedagang sayuran di Desa Paok Lombok dalam

dan adapun tujuannya untuk mengetahui perilaku pedagang menurut perspektif etika bisnis islam di pasar Lakessi kota Parepare, untuk mengetahui bagaimanacara pedagang menerapkan rasa