PERKEMBANGAN
PESERTA DIDIK
Tim Penulis:
Irene Maya Simon, S.Pd, M.Pd.
Nugraheni Warih Utami, S.Pd, M.Pd.
Dra. Elia Flurentin, M.Pd Dra. Ella Faridati Zen, M.Pd
Dr. Diniy Hidayatur Rahman ,S.Pd., M.Pd.
Editor:
Dr. Carolina Ligya Radjah, S.Pd, M.Pd Dr. Triyono, S.Pd, M.Pd
Aji Bagus Priyambodo, S.Psi, M.Psi
Riskiyana Prihatiningsih, S.Pd., M.Pd.
Dr.Indriyana Rachmawati, S.Pd, M.Pd.
Widya Multisari, S.Pd, M.Pd Devy Probowati, S.Pd, M.Pd.
Rizka Apriani, S.Pd, M.Pd
Desain Sampul:
Nabil Muttaqin
Ilustrasi pada sampul: https://stocksnap.io/
Tata Letak:
Dio Lingga P; Dwi Soca B; Nabil Muttaqin
Terbitan pertama, Juli 2021 ISBN: 978-623-95229-7-1 vix + 415 hlm
21 x 29.7 cm
Penerbit:
Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang
Graha Rektorat Universitas Negeri Malang Lt.5 Jl. Semarang 5 , Kota Malang, 65145 Email : [email protected]
Telp : 0341553495 Laman : http://lp3.um.ac.id
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI ... iv
KATA PENGANTAR... viii
SINOPSIS ... ix
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Rasional ... 1
B. Tujuan ... 9
C. Deskripsi Isi Perkembangan Peserta Didik ... 11
D. Manfaat Mempelajari Perkembangan Peserta Didik ... 14
E. Daftar Pustaka ... 17
BAB II HAKIKAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK ... 18
A. Deskripsi isi materi ... 18
B. Capaian Pembelajaran ... 18
C. Hakikat Perkembangan dan Perspektif tentang Jangka Hidup Manusia ... 18
D. Isu-isu dan faktor-faktor Perkembangan... 24
E. Aktivitas Pembelajaran ... 28
F. Rangkuman materi ... 29
G. Daftar Pustaka ... 30
H. Evaluasi ... 30
BAB III PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN ... 31
A. Deskripsi Isi Materi ... 31
B. Capaian Pembelajaran ... 31
C. Definisi Prinsip Perkembangan ... 32
D. Prinsip-prinsip Perkembangan ... 33
E. Aktivitas Pembelajaran ... 43
F. Rangkuman Materi ... 44
G. Daftar Rujukan ... 45
H. Evaluasi ... 46
BAB IV TUGAS PERKEMBANGAN SETIAP PERIODISASI PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK ... 47
A. Deskripsi isi materi ... 47
B. Capaian Pembelajaran ... 47
C. Hakikat Tugas Perkembangan ... 48
D. Tugas Perkembangan Masa Bayi ... 49
E. Tugas Perkembangan Masa Kanak-kanak ... 50
F. Tugas Perkembangan Masa Anak ... 51
G. Tugas Perkembangan Masa Remaja... 52
H. Tugas Perkembangan Masa Dewasa ... 54
I. Aktivitas Pembelajaran ... 56
J. Rangkuman materi ... 56
K. Daftar Pustaka ... 58
L. Evaluasi ... 59
BAB V TEORI PERKEMBANGAN ... 60
PSIKOANALITIK, BEHAVIORISTIK, KOGNITIF ... 60
A. Deskripsi isi materi ... 60
B. Capaian Pembelajaran ... 61
C. Teori Perkembangan Psikoanalitik... 61
D. Teori Behavioristik ... 72
E. Teori Kognitif ... 81
F. Aktivitas Pembelajaran ... 93
G. Rangkuman materi ... 93
H. Daftar Pustaka ... 96
I. Evaluasi... 99
BAB VI PERKEMBANGAN FISIK-PSIKOMOTORIK ... 100
SERTA PROBLEMATIKANYA ... 100
A. Deskripsi Isi Materi ... 100
B. Capaian Pembelajaran ... 100
C. Hakikat Perkembangan ... 101
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi ... 110
E. Tahapan Perkembangan ... 113
F. Problematika Perkembangan ... 121
G. Aktivitas Pembelajaran ... 123
H. Rangkuman Materi ... 124
I. Daftar Pustaka ... 125
J. Evaluasi ... 126
BAB VII PERKEMBANGAN KOGNITIF SERTA PROBLEMATIKANYA ... 127
A. Deskripsi isi materi ... 127
B. Capaian Pembelajaran ... 127
C. Hakikat Perkembangan ... 128
D. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Kognitif ... 137
E. Tahapan Perkembangan ... 139
F. Problematika perkembangan ... 150
G. Aktivitas Pembelajaran ... 153
H. Rangkuman materi ... 154
I. Daftar Pustaka ... 155
J. Evaluasi ... 156
BAB VIII PERKEMBANGAN BAHASA DAN PROBLEMATIKANYA ... 157
A. Deskripsi Isi Materi ... 157
B. Capaian Pembelajaran ... 157
C. Hakikat Perkembangan Bahasa ... 157
D. Implikasi dalam Pendidikan ... 160
E. Faktor Yang Mempengaruhi Perkembangan Bahasa
... 163
F. Tahap Perkembangan Bahasa ... 170
G. Problematik Perkembangan Bahasa ... 180
H. Upaya Pengembangan Bahasa dan Implikasinya bagi Pendidik... 183
I. Aktivitas Pembelajaran ... 184
J. Rangkuman Materi ... 185
K. Daftar Pustaka ... 185
L. Evaluasi ... 186
BAB IX PERKEMBANGAN SOSIAL ... 187
SERTA PROBLEMATIKANYA ... 187
A. Deskripsi Isi Materi ... 187
B. Capaian Pembelajaran ... 187
C. Hakikat Perkembangan ... 188
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Sosial Peserta Didik ... 200
E. Tahapan Perkembangan Sosial Peserta Didik ... 201
F. Problematika Perkembangan Sosial Peserta Didik . 207 G. Aktivitas Pembelajaran ... 209
H. Rangkuman materi ... 210
I. Daftar Pustaka ... 211
J. Evaluasi ... 213
BAB X PERKEMBANGAN EMOSI DAN PROBLEMATIKANYA ... 214
A. Deskripsi Isi Materi ... 214
B. Capaian Pembelajaran ... 214
C. Hakikat Perkembangan Emosi ... 215
D. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ... 232
E. Tahapan Perkembangan Emosi ... 236
F. Problematika Perkembangan Emosi ... 243
G. Aktivitas Pembelajaran ... 249
H. Rangkuman Materi ... 249
I. Daftar Pustaka ... 252
J. Evaluasi ... 253
BAB XI PERKEMBANGAN MORAL-SPIRITUAL ... 254
SERTA PROBLEMATIKANYA ... 254
A. Deskripsi isi materi ... 254
B. Capaian Pembelajaran ... 254
C. Hakikat Perkembangan ... 254
D. Faktor-faktor yang mempengaruhi ... 266
E. Tahapan Perkembangan ... 269
F. Problematika Perkembangan ... 276
G. Aktivitas Pembelajaran ... 279
H. Rangkuman Materi ... 280
I. Daftar Pustaka ... 280
J. Evaluasi ... 282
BAB XII ANAK BERKEBUTUHAN KHUSUS ... 283
A. Mengenal Anak Berkebutuhan Khusus(ABK) ... 283
B. Macam dan Karakteristik ABK ... 287
C. Pendidikan untuk Anak ABK... 298
D. Program Pembelajaran Individual ... 300
E. Diagnosis ABK ... 301
F. Aktivitas Pembelajaran ... 303
G. Daftar Pustaka ... 304
BAB XIII ASESMEN PEMAHAMAN INDIVIDU PESERTA DIDIK ... 306
A. Deskripsi Isi Materi ... 306
B. Capaian Pembelajaran ... 310
C. Hakikat Asesmen ... 310
D. Teknik Testing ... 321
E. Teknik Non Testing ... 323
F. Aktifitas Pembelajaran ... 360
G. Rangkuman Materi ... 360
H. Daftar Pustaka ... 362
I. Evaluasi... 363
BAB XIV DIAGNOSIS DAN SOLUSI ... 370
MASALAH PERKEMBANGAN ... 370
A. Deskripsi Isi Materi ... 370
B. Capaian Pembelajaran ... 370
C. Hakikat Diagnosis Masalah Perkembangan ... 370
D. Langkah-langkah Diagnosis... 374
E. Solusi Penyelesaian Masalah Peserta Didik ... 383
F. Aktivitas Pembelajaran ... 393
G. Rangkuman Materi ... 396
H. Daftar Pustaka ... 398
J. Evaluasi ... 399
PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya maka penulisan Buku Perkembangan Peserta Didik dapat terselesaikan.
Terima kasih disampaikan kepada Lembaga Pengembangan Pendidikan dan Pembelajaran Universitas Negeri Malang yang telah memfasilitasi penyusunan buku Perkembangan Peserta Didik.
Buku ini merupakan buku pendukung dalam perkuliahan mata kuliah umum Perkembangan Peserta Didik yang menyempurnakan buku-buku sebelumnya.
Buku ini memaparkan muatan bahan ajar secara teoritis dipaparkan ke dalam 9 bab disertai dengan rangkuman dan evaluasi yang memudahkan untuk mengingat dan memahami materi. Buku disusun mengikuti panduan SCPL (Standar Capaian Pembelajaran Lulusan dan CPMK (Capaian Pembelajaran Matakuliah). Buku telah dikembangkan sesuai dengan rancangan perkuliahan (RPS) dan satuan acara perkuliahan (RPS) Perkembangan Peserta Didik yang terbaru dan disesuaikan dengan kebutuhan dan perkembangan peserta didik.
Semoga buku ini dapat bermanfaat bagi dosen dan mahasiswa peserta mata kuliah Perkembangan Peserta Didik.
Malang, 20 Juni 2020 Tim Penulis
SINOPSIS
Buku ini dirancang untuk mendukung matakuliah Perkembangan Peserta Didik. Di dalamnya mengkaji materi perkembangan peserta didik, guna memperoleh wawasan tentang peserta didik sebagai individu yang dipengaruhi oleh proses perkembangannya.
Buku ini menyajikan paparan materi yang terdiri dalam 9 bab, yaitu (1) Pendahuluan, (2) Hakikat Perkembangan Peserta Didik, (3) Prinsip-Prinsip Perkembangan, (4) Tugas Perkembangan Setiap Periodisasi Perkembangan Peserta Didik, (5) Teori Perkembangan, Psikoanalitik, Behavioristik, Kognitif, (6) Perkembangan Fisik-Psikomotorik Serta Problematikanya, (7) Perkembangan Kognitif Serta Problematikanya, (8) Perkembangan Bahasa dan Problematikanya, (9) Perkembangan Sosial Serta Problematikanya. Masing- masing bab disertai dengan rangkuman dan evaluasi yang dikemas singkat dan mudah dipahami.
BAB I PENDAHULUAN A. Rasional
Peserta didik merupakan seseorang atau individu yang sedang dalam proses mengembangkan potensi dirinya melalui aktivitas pendidikan. Di dalam UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pendidikan disebutkan sebagai usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Pada pernyataan tersebut tersirat bahwa melalui proses pendidikan, peserta didik diharapkan dapat mengembangkan potensi dirinya secara utuh.
Setiap peserta didik mempunyai keunikan, berbeda satu dengan lainnya. Mereka memiliki potensi yang berbeda satu dengan lainnya, seperti kecerdasan, bakat, minat, kemauan, maupun kepribadian. Mereka juga berbeda jika ditinjau dari latar belakang sosial, keluarga, pengalaman belajar, dan mungkin juga masalah yang dialami. Keunikan yang dimiliki peserta didik, akan mewarnai aktivitas mereka dalam belajar dan pembelajaran sebagai bagian dari proses pendidikan.
Namun demikian bisa diketemukan bahwa pada periode
perkembangan tertentu terdapat karakteristik yang has yang membedakan antara tahap atau periode perkembangan tertentu dengan periode lainnya. Bahwa masa kanak-kanak berbeda dari bayi, berbeda dari remaja dan sebagainya.
Di dalam proses pendidikan yang bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik secara optimal, memperhatikan keunikan dan karakteristik yang khas peserta didik sebagai subyek belajar pada satuan pendidikan tertentu.
Guru perlu mengenali keunikan peserta didik, sesuai dengan tahapan perkembangannya. Pengenalan secara tepat terhadap peserta didik, digunakan sebagai dasar dalam membuat perencanaan pembelajaran, maupun dalam melaksanakannya.
Dengan demikian proses pembelajaran yang dilaksanakan akan sesuai dengan tahapan perkembangan peserta didik, sehingga tujuan pendidikan sebagai upaya fasilitasi perkembangan peserta didik secara optimal bisa diwujudkan.
Peserta didik merupakan subyek yang sedang melakukan aktivitas belajar dalam rangka mengembangakan diri secara optimal, mencapai tujuan pendidikan. Sedangkan pendidik adalah seseorang yang secara sadar dan terencana melaksanakan proses pendidikan. Pendidik disebut juga sebagai tenaga kependidikan, dengan sebutan yang bervariasi, yaitu guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaiswara, tutor, instruktur,
fasilitator, dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya (UU No. 20 tahun 2003).
Di sekolah, pendidik biasa disebut sebagai guru. Di dalam UU No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen disebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah. Berdasarkan pada pernyataan tersebut, maka jelaslah bahwa guru adalah pendidik, bertanggungjawab atas perkembangan peserta didik dalam mencapai kematangan.
Sebagai pendidik profesional, seorang guru dipersyaratkan memiliki kualifikasi akademik, menguasai kompetensi sebagai pendidik, bersertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional (UU No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen). Di dalam udang-undang tersebut disebutkan bahwa kualifikasi akademik seorang guru adalah sarjana S1 atau D4, ditempuh melalui pendidikan tinggi, sesuai dengan bidang studi yang diampu. Sedang kompetensi yang harus dimiliki meliputi kompetensi pedagogi, pribadi, sosial dan kompetensi profesional, Keempat kompetensi tersebut bersifat holistik dan integratif dalam kinerja guru.
Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru yang terkait dengan aktivitas pembelajaran. Kompetensi pedagogik meliputi kemampuan guru dalam hal memahami peserta didik, merancang dan melaksanakan pembelajaran, mengevaluasi hasil belajar, dan memfasilitasi perkembangan peserta didik sehingga dapat mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Secara rinci, indikator kompetensi pedagogik meliputi : (a) Menguasai karakteristik peserta didik, terdiri dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual; (b) Menguasai teori belajar dan prinsip–prinsip pembelajaran yang mendidik; (c) Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan bidang pengembangan yang diampu; (d) Menyelenggarakan kegiatan pengembangan yang mendidik; (e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan penyelenggaraan kegiatan pengembangan yang mendidik; (f) Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki;
(g) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik; (h) Menyelenggarakan penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar; (i) Memanfaatkan hasil penilaian dan evaluasi untuk kepentingan pembelajaran; (j) Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran (Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007).
Kompetensi kepribadian merupakan kemampuan personal guru yang mencerminkan sebagai seseorang yang memiliki kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa, mampu menjadi teladan bagi peserta didik,serta memiliki akhlak yang mulia. Kompetensi kepribadian tercermin pada kemampuan guru dalam (a) Bertindak yang sesuai dengan norma agama, hukum, sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia; (b) Menampilkan diri sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia, dan mampu menjadi teladan bagi peserta didik dan masyarakat; (c) Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif, dan berwibawa; (d) Menunjukkan etos kerja, tanggungjawab yang tinggi, bangga menjadi guru, dan percaya diri; serta (e) Menjunjung tinggi kode etik profesi guru. (Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007).
Adapun kompetensi sosial merupakan kemampuan guru dalam berkomunikasi dan berinteraksi secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orangtua/wali peserta didik, maupun dengan masyarakat sekitar.
Kompetensi sosial guru tampak pada indikator sebagai berikut:
(a) Bersikap inklusif, bertindak objektif, serta tidak diskriminatif karena pertimbangan jenis kelamin, agama, ras, kondisi fisik, latar belakang keluarga, dan status sosial ekonomi;
(b) Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua, dan
masyarakat; (c) Beradaptasi di tempat bertugas di seluruh wilayah Republik Indonesia yang memiliki keragaman sosial budaya; (d) Berkomunikasi secara efektif dengan komunitas profesi sendiri dan profesi lain secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. (Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007).
Sementara kompetensi profesional merupakan kemampuan guru dalam menguasai materi pembelajaran secara luas dan mendalam, yang mencakup penguasaan materi kurikulum mata pelajaran di sekolah dan substansi keilmuan yang menaungi materinya, serta penguasaan terhadap stuktur dan metodologi keilmuannya. Kompetensi profesional ini tampak pada indikator: (a) Menguasai materi, struktur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang mendukung mata pelajaran yang diampu; (b) Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu; (c) Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif; (d) Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan reflektif; (e) Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri. (Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007).
Di dalam kompetensi pedagogik disebutkan bahwa seorang guru harus mampu memahami peserta didik. Paham atas karakteristik dan keunikan peserta didik, di antaranya
keunikan kondisi fisik dan pertumbuhannya, potensi-potensi yang dimiliki, perkembangan moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual, kelebihan-kelebihan yang dimiliki. Pemahaman yang tepat dan komprehensif terhadap peserta didik diharapkan akan berdampak positif pada pembuatan rancangan dan pelaksanaan pembelajaran. Pembelajaran dirancang dan dilaksanakan sesuai dengan karakteristik perkembangan dan kebutuhan peserta didik. Dengan demikian upaya memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik agar mereka dapat mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki, sebagai proses pendidikan, dapat diwujudkan.
Buku Perkembangan Peserta Didik membahas tentang peserta didik sebagai individu dalam proses perkembangannya.
Perkembangan Peserta Didik, dibahas dari sudut wawasan teoritik dan kontekstual berlandaskan pada teori psikologi perkembangan. Kajian tentang Perkembangan Peserta Didik merupakan implementasi teori psikologi perkembangan individu dalam konteks pendidikan.
Psikologi perkembangan merupakan ilmu yang mempelajari tentang tingkah laku dan aktivitas mental individu sepanjang rentang kehidupan manusia, mulai masa konsepsi sampai meninggal dunia. Berangkat dari pengertian psikologi perkembangan tersebut, maka kajian Perkembangan Peserta Didik dapat dikatakan sebagai kajian tentang tingkah laku dan
aktivitas mental individu, dalam konteks proses pendidikan, lebih khusus lagi konteks pendidikan formal atau sekolah.
Materi yang dibahas dalam Perkembangan Peserta Didik meliputi proses perkembangan individu pada periode perkembangan usia sekolah.
Peserta didik dipandang sebagai individu atau seseorang yang sedang dalam proses berkembang atau berubah menuju ke arah kematangan, sesuai dengan periode atau fase perkembangannya. Di lihat dari sisi usia kalender, peserta didik pada jenjang PAUD, berada pada fase perkembangan kanak- kanak awal, jenjang SD pada fase kanak-kanak akhir, sedang jenjang SMP, SMA dan sederajat berada pada fase remaja.Di dalam kajian Perkembangan Peserta Didik, fokus pada perkembangan individu pada usia sekolah, yaitu jenjang PAUD, hingga Sekolah Menengah Atas atau yang sederajat. Jika dilihat dari periode perkembangannya berada pada fase kanak-kanak awal, kanak-kanak aaakhir hingga masa remaja. Namun demikian untuk prodi tertentu yang aktivitas pembelajarannya melibatkan peserta didik yang sudah dewasa, seperti Prodi Pendidikan Luar Sekolah, pembahasan tentang PPD dapat ditambah dengan kajian masa dewasa.
Mengkaji materi perkembangan peserta didik, akan memperoleh wawasan tentang peserta didik sebagai individu dalam proses perkembangannya. Wawasan tentang
perkembangan peserta didik ini menjadi bekal penting dalam upaya memahami peserta didik. Kemampuan dalam memahami peserta didik ini, akan mendukung kinerja guru atau pendidik dalam membuat perencanaan pembelajaran secara tepat, serta dalam membantu perkembangan peserta didik secara optimal.
Kemampuan tersebut merupakan bagian dari kompetensi pedagogi, yang harus dikuasai oleh para guru atau pendidik profesional. Maka buku ini perlu dibaca bagi pendidik atau calon pendidik, dalam rangka menguasai kompetensi pedagogik.
B. Tujuan
Tujuan Matakuliah Perkembangan Peserta Didik dirumuskan dalam bentuk SCPL (Standar Capaian Pembelajaran Lulusan dan CPMK (Capaian Pembelajaran Matakuliah).
1. Standar Capaian Pembelajaran (SCPL)
SCPL matakuliah Perkembangan Peserta Didik:
diharapkan mahasiswa memiliki nilai dan wawasan keilmuan pendidikan dan pembelajaran secara teoritik dan aplikatif dalam bingkai budaya Indonesia, dalam perannya sebagai pendidik yang kritis, inovatif, adaptif, dan komunikatif sesuai dengan karakter dan budaya peserta didik di era global”. Pada rumusan tersebut tampak bahwa yang
hendak dicapai meliputi aspek afektif, kognitif dan juga psikomorotik. Berdasarkan pada rumusan SCPL, selanjutnya dirinci dalam bentuk rumusan CPMK.
2. Capaian Pembelajaran Matakuliah (CPMK) dan Sub- CPMK
Adapun CPMK dan Sub-CPMK matakuliah PPD yaitu diharapkan mahasiswa memiliki kemampuan dalam:
a. Menelaah secara mendalam hakikat perkembangan peserta didik.
1) menjelaskan secara komprehensif tentang isu-isu perkembangan.
2) Menelaah prinsip dan hukum perkembangan.
b. Menelaah teori perkembangan.
1) Menelaah teori perkembangan psikoanalitik.
2) Menelaah teori perkembangan kognitif.
3) Menelaah teori perkembangan behavioristik.
c. Menelaah aspek-aspek perkembangan peserta didik.
1) Menelaah secara mendalam aspek perkembangan fisik- psikomotorik peserta didik beserta problematikanya.
2) Menelaah secara mendalam aspek perkembangan kognitif peserta didik beserta problematikanya.
3) Menelaah secara mendalam aspek perkembangan bahasa peserta didik beserta problematikanya.
4) Menelaah secara mendalam aspek perkembangan sosial peserta didik beserta problematikanya.
5) Menelaah secara mendalam aspek perkembangan emosi peserta didik beserta problematikanya.
6) Menelaah secara mendalam aspek perkembangan moral-spiritual peserta didik beserta. problematikanya.
d. Menelaah karakteristik perkembangan Anak Berkebutuhan Khusus (ABK).
1) Menelaah karakteristik Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) dari segi fisik-psikomotorik, sosial-emosional, dan kognitif.
2) Menelaah hambatan perkembangan ABK.
e. Menerapkan Langkah–Langkah diagnosis perkembangan peserta didik.
1) Mengidentifikasi masalah perkembangan peserta didik.
2) Menelaah dan memilih metode dan instrumen untuk memahami masalah perkembangan peserta didik.
3) Mendiagnosis dan menemukan solusi masalah perkembangan peserta didik.
f. Menganalisis ketercapaian tugas perkembangan peserta didik.
1) Menelaah tugas perkembangan peserta didik.
2) Menganalisis ketercapaian tugas perkembangan peserta didik.
C. Deskripsi Isi Perkembangan Peserta Didik
Buku ini disiapkan bagi mahasiswa yang mempelajari matakuliah Perkembangan Peserta Didik. Di samping itu, dapat pula dibaca dikaji oleh mereka yang tertarik mengkaji tentang perkembangan peserta didik. Materi perkembangan peserta didik diawali dengan pengenalan konsep tentang perkembangan, pertumbuhan, faktor perkembangan serta teori perkembangan. Dengan demikian diharapkan pembaca akan paham hakikat dari istilah perkembangan individu, pertumbuhan dan faktor-faktor yang mempengaruhi perkembangannya. Konsep tentang perkembangan individu juga akan dipahami dari sudut teori tentang perkembangan individu. Beberapa teori perkembangan dibahas di sini, di antaranya teori perkembangan psikoanalisis, kognitif, dan teori perkembangan behavioristik.
Kajian dilanjutkan dengan pengenalan aspek-apek perkembangana individu. Aspek-aspek yang dimaksud akan mengalami perubahan seiring dengan proses perkembangan individu. Aspek perkembangan yang dikaji merupakan aspek- aspek yang perlu dipahami oleh pendidik, pada peserta didiknya.
Aspek tersebut meliputi perkembangan fisik-psikomotorik, kognitif, bahasa, sosial, emosi, moral-spiritual.
Tugas-tugas perkembangan setiap periode atau fase perkembangan juga disajikan di buku ini. Materi yang dibahas
di antaranya tentang pengertian tugas perkembangan, macam- macam tugas-tugas perkembangan pada setiap fase perkembangan, Dengan memahami tugas-tugas perkembangan, bisa digunakan dalam mengenali individu apakah sudah matang pada suatu periode perkembangan tertentu, yang ditunjukkan dengan dicapainya tugas perkembangan pada suatu periode tertentu. Pemahaman tentang tugas perkembangan juga bisa digunakan sebagai bekal dalam mengenali apakah seseorang mengalami hambatan dalam perkembangan yang ditunjukkan dengan belum dicapainya suatu tugas perkembaangan pada suatu periode.
Materi yang juga dibahas di buku ini yaitu tentang Anak Berkebutuhan Khusus (ABK). Pemahaman terhadap ABK perlu dikuasai oleh pendidik sebagai bekal dalam mendiagnosa kondisi peserta didik, apakah termasuk ABK atau bukan ABK.
Di samping itu, dengan kebijakan adanya sekolah inklusi, juga menuntut adanya pemahaman terhadap ABK bagi para guru kelas ataupun guru bidang studi. Dengan demikian diharapkan ketika harus berhadapan dengan peserta didik ABK, guru bisa merencanakan dan memfasilitasi belajar mereka secaralebih tepat.
Bagaimana cara memahami peserta didik, dibahas dalam materi asesmen pemahaman individu peserta didik dari segi teoretik dan praktik. Materi ini membahas sejumlah teknik, tes
dan non tes yang dapat digunakan untuk mengadakan asesmen atau pengukuran dalam rangka memahami karakteristik peserta didik. Keterampilan dalam menggunakan teknik asesmen ini akan mendukung kemampuaan dalam mendiagnosa peserta didik yang mengalami hambatan atau mempunyai masalah.
Bagaimana prosedur mendiagnosa peserta didik yang bermasalah, dikaji di dalam satu bab tersendiri. Pembaca dapat belajar bagaimana cara menemukan peserta didik yang bermasalah, mencari sebab-sebab masalah dengan melakukan aktivitas pengukuran atau asesmen, hingga menemukan solusi atau pemecahan masalah.
D. Manfaat Mempelajari Perkembangan Peserta Didik
Mempelajari Perkembangan Peserta Didik wajib dilakukan oleh calon guru atau calon pendidik dalam rangka menguasai kompetensi pedagogik, yaitu pada kemampuan dalam memahami peserta didik. Sejumlah manfaat bisa diperoleh dalam mempelajari materi Perkembangan Peserta Didik. Menurut Desmita (2013 ), manfaat yang bisa diperoleh di antaranya yaitu:
1. Realistis dalam memberikan harapan terhadap peserta didik.
Melalui kajian perkembangan peserta didik, diperoleh pemahaman tentang proses perkembangan peserta didik.
Bisa dikenali kapan suatu kemampuan atau potensi sudah
dikuasai atau berkembang optimal, kapan harus distimulasi perkembangannya. Dengan pemahaman yang tepat atas capaian kemampuan yang merupakan bagian tugas perkembangan, maka harapan perkembangan terhadap mereka bisa lebih realisitis, sesuai dengan tingkat perkembangannya, sehingga terhindar dari harapan yang berlebih ataupun sebaliknya, harapan di bawah standar perkembangan. Harapan yang berlebihan, bisa jadi membuat peserta didik merasa gagal dan berkembang menjadi pribadi yang memiliki konsep diri yang rendah. Sebaliknya jika memberi harapan yang terlalu rendah, maka peserta didik tidak ada tantangan, dan bisa jadi menjadi terhambat dalam pencapaian tugas perkembangaannya.
2. Mampu memberi respon secara tepat terhadap peserta didik.
Mengkaji perkembangan peserta didik, akan mendapatkan informasi tentang karakteristik perilaku juga kebutuhan peserta didik pada setiap tahapan perkembangannya. Dalam kondisi tertentu mereka membutuhkan respon dari guru ataupun pendidik. Pemahaman atas karakteristik maupun kebutuhan yang tepat, membantu pendidik dalam memberikan respon secara tepat pula. Dengan respon yang tepat, sesuai dengan yang dibutuhkan pesera didik, dapat meminimalkan terjadinya salah paham ataupun bahkan konflik. Misal saja anak PAUD yang sedang menceritakan
sesuatu dari hasil berfantasi mereka (usia kanak-kanak awal masih dominan fantasinya), maka respon yang diberikan pendidik akan mendengarkan ceritanya dengan seksama, menstimulasi dengan pertanyaan-pertanyaan agar ia terus bercerita. Respon yang tepat, dapat mendukung perkembangan bahasa, juga kreativitas anak.
3. Dapat mengenali perkembangan para peserta didik
Pemahaman secara teoritik atas perkembangan individu, dapat diimplementasikan dalam mengenali perkembangan peserta didik. Pemahaman secara teoritik ini bisa digunakan sebagai kriteria dalam memahami para siswa, apakah mereka sudah menunjukkan ciri perkembangan sesuai dengan tingkat perkembangannya, atau sebaliknya, belum menunjukkan sebagai individu yang sesuai dengan tingkat perkembangannya. Bagi peserta didik yang menunjukkan ciri dan perilaku sesuai dengan tingkat perkembangannya, bisa dikatakan telah mencapai perkembangan yang normal, sebaliknya jika tidak tercapai, berarti ia mengalami hambatan dalam perkembangannya. Terhadap peserta didik yang mengalami hambaan perkembangan, mereka membutuhkan bantuan khusus agar dapat berkembang optimal.
4. Mempersiapkan anak dalam menghadapi perubahan perkembangan secara tepat
Perkembangan merupakan proses perubahan. Setiap perubahan yang terjadi, membutuhkan penyesuaian diri yang tepat, agar diperoleh suatu kebahagiaan dan kesejahteraan mental. Perubahan pada aspek perkembangan tertentu memerlukan suatu persiapan tertentu agar peserta didik dapat menyesuaikan diri secara tepat. Pemahaman terhadap proses perubahan ini membantu pendidik dalam mempersiapkan peserta didiknya dengan penyesuaian diri secara tepat. Misal saja perubahan yang cukup signifikan yang dialami anak pubertas. Mereka perlu dibantu dalam menyongsong perubahan pada diri mereka, sehingga dapat melewatinya dengan tenang agar dapat mengadakan penyesuaian diri dengan tepat.
5. Membantu dalam memahami diri sendiri.
Belajar perkembangan peserta didik, pada hakikatnya juga belajar tentang proses perkembangan yang terjadi pada diri sendiri. Ketika mengkaji proses perkembangan dari fase ke fase perkembangan, seperti melihat perubahan-perubahan yang terjadi pada diri sendiri. Perubahan apa saja yang telah terjadi, dan mungkin juga bagaimana prediksi perubahan yang akan datang. Dengan demikian semakin menambah pemahaman atas diri sendiri. Pemahaman yang baik terhadap diri sendiri sangat diperlukan dalam mengadakan
penyesuaian diri maupun dalam membuat perencanaan hidup di masa mendapat.
DAFTAR PUSTAKA
Desmita, 2013. Psikologi Perkembangan Peserta Didik. Cetakan ke delapan. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Undang-undang Repubik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional.
Undang-undang Repubik Indonesia No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen.
Permendiknas Nomor 16 Tahun 2007 tentang Standar Kualifikasi Akademik dan Kompetensi Guru.
RPS Matakuliah Perkembangan Peserta Didik tahun 2019.
BAB II
HAKIKAT PERKEMBANGAN PESERTA DIDIK
A. Deskripsi isi materi
Bagian ini menjelaskan tentang hakikat perkembangan dan kematangan manusia, agar memahami perbedaan antara keduanya. Selain itu, dijabarkan tentang perspektif jangka hidup manusia, isu-isu perkembangan, dan faktor-faktor perkembangan.
B. Capaian Pembelajaran
Capaian pembelajaran yang harus dipenuhi oleh mahasiswa adalah menganalisis ketercapaian tugas perkembangan peserta didik.
C. Hakikat Perkembangan dan Perspektif tentang Jangka Hidup Manusia
a. Hakikat Perkembangan Manusia 1) Pengertian Perkembangan Manusia
Perkembangan dimaknai sebagai suatu proses perubahan kemampuan kerja organ-organ tubuh ke keadaan yang lebih teroganisasi atau dapat dikendalikan sesuai dengan fungsinya masing-masing. Perkembangan dapat terjadi dalam dua bentuk yaitu kualitatif dan kuantitatif.
Dianggap sebagai perubahan kualitatif jika terjadi
perubahan bentuk dan tidak dapat diukur, antara lain semakin baik dan semakin lancar. Sedangkan, perubahan kuantitatif terjadi jika perubahan yang terjadi dapat diukur.
Perubahan yang terjadi pada individu ini tentu saja dipengaruhi oleh perubahan sebelumnya, selain itu perubahan saat ini akan mempengaruhi perubahan berikutnya.
Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai dari konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus hidup individu. Perkembangan yang terjadi pada diri individu berhubungan dengan proses diferensiasi1 dari jaringan tubuh, sel-sel tubuh, organ tubuh dan sistem organ tubuh yang berkembang, sehingga dapat memenuhi fungsinya dengan baik. Hal ini juga berhubungan dengan perkembangan intelektual, tingkah laku, ada emosi individu sebagai hasil interaksi antara individu dengan lingkungan.
Pola perkembangan bersifat kompleks sebagai hasil dari proses biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
1 Diferensiasi= pembedaan
Gambar 2.1 Pola Perkembangan yang Bersifat Kompleks Keterangan:
• Proses biologis berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada fisik individu, seperti gen, pertambahan tinggi dan berat badan, hormonal, dan perkembangan otak.
• Proses kognitif berhubungan dengan perubahan yang terjadi pada pikiran, bahasa, dan intelegensi individu.
• Proses sosial-emosional berhubungan dengan perubahan pada hubungan antara individu dengan individu lain, baik kepribadian, emosi, maupun peran sosial.
Perkembangan berbeda dengan pertumbuhan, sebab pertumbuhan berhubungan dengan perubahan jumlah ukuran, organ maupun individu yang dapat diukur dengan menggunakan ukuran berat, umur tulang, ukuran panjang, dan keseimbangan metabolis.Pertumbuhan dapat terhenti ketika telah mencapai kematangan, sedangkan
Proses biologis
Proses kognitif Proses sosio-
emosional
perkembangan akan terus terjadi sampai akhir hayat.
Meskipun demikian, baik pertumbuhan maupun perkembangan berjalan menurut norma dan prosesnya tidak selamanya dapat berjalan sesuai dengan yang diharapkan.
Kondisi ini terjadi disebabkan oleh beberapa faktor, baik lingkungan, keturunan, seks, ras, status sosial ekonomi keluarga, nutrisi, olahraga, maupun intelegensi.
2) Prinsip-prinsip Perkembangan Manusia
Perkembangan bukan hanya melibatkan perubahan bentuk dan ukuran pada diri individu, namun juga integraasi struktur dan fungsi yang sifatnya kompleks.
a) Perkembangan berjalan secara gradual. Artiya perubahan yang terjadi pada diri individu sangat jarang terjadi setiap hari karena membutuhkan waktu dan relatif sangat lambat dan tidak berlangsung setiap hari.
b) Individu berkembang dalam tingkat yang berbeda-beda.
Contohnya dalam kelas tentu saja dijumpai siswa dengan tingkat perkembangan yang berbeda-beda, seperti beberapa siswa lebih dewasa dibandingkan yang lain, terkoordinasi dengan baik dan lebih tinggi.
c) Perkembangan terjadi relatif runtut. Artinya individu cenderung mengembangkan kemampuan tertentu sebelum mengembangkan kemampuan yang lain.
b. Hakikat Kematangan pada Manusia
Kematangan dimaknai sebagai kemajuan individu yang bersifat instrinsik dan kualitatif dalam perkembangan biologis, seperti sistem tubuh, organ tubuh, dan kemajuan seluler.
Dikatakan bersifat instrinsik karena kematangan ada dalam diri individu atau muncul dari dalam diri sendiri bukan disebabkan oleh faktor dari luar individu. Kematangan menggambarkan tentang perubahan yang terjadi dalam urutan yang sejalan dengan bertambahnya usia individu. Tanda-tanda yang menunjukkan bahwa perilaku yang dihasilkan oleh individu sebagai hasil dari proses kematangan, bukan dari proses belajar, yaitu sebagai berikut.
1) Pola perilaku yang ditampilkan terjadi secara teratur dan utuh, namun polanya dapat sedikit berbeda antara setiap individu.
2) Terjadi peningkatan integrasi fungsi sistem organ tubuh dan kemampuan reproduksi, ditinjau dari segi fisik dan biologis.
3) Perilaku yang ditampilkan dapat terjadi secara tiba-tiba, bukan didahului melalui proses belajar.
c. Perspektif Jangka Hidup Manusia
Perspektif jangka hidup manusia memberikan gambaran secara umum tentang dimulainya masa perkembangan sampai berakhirnya perkembangan.
Tabel 2.1 Jangka Hidup Manusia mulai dari Pranatal sampai Dewasa (Santrock, 2003)
No Jangka Hidup Keterangan
1 Masa sebelum kelahiran atau pranatal
Masa dari konsepsi sampai individu lahir. Di mana pada masa ini waktu pertumbuhan terjadi dengan cepat sekali (satu sel menjadi organisme lengkap dengan otak dan kemampuan untuk bertingkah laku) dalam waktu kurang lebih selama 9 bulan.
2 Masa bayi atau infancy
Masa perkembangan individu dari lahir sampai usia 18 atau 24 bulan. Pada masa ini individu sangat tergantung pada orang dewasa dan baru mulai melakukan banyak kegiatan psikologis, seperti koordinasi sensorimotorik, bahasa, berpikir simbolik, hubungan orang tua dan anak, dan belajar sosial.
3 Masa anak awal atau early childhood
Masa perkembangan individu mulai dari akhir masa bayi sampai pada usia 5 atau 6 tahun.
Masa ini juga terkadang disebut sebagai masa prasekolah. Pada masa ini, anak belajar untuk lebih mandiri dan bisa merawat diri sendiri, melewatkan sebagian besar waktu untuk bermain bersama dengan teman, dan mengembangkan kesiapan memasuki bangku sekolah.
4 Masa anak tengah atau middle and late childhood dan akhir
Masa perkembangan individu pada usia 6 sampai 11 tahun. Masa ini juga terkadang disebut sebagai masa sekolah dasar. Pada masa ini anak mulai menguasai keterampilan dasar, seperti menulis, berhitung, dan membaca. Bahkan, secara formal, anak juga dikenalkan pada dunia yang lebih luas dengan budayanya. Selain itu, prestasi dianggap sebagai tema sentral dalam kehidupan anak dan mulai mengalami peningkatan kontrol diri.
5 Masa remaja atau adolescence
Individu yang telah memasuki masa ini, pada umumnya dimulai pada rentang usia 10 -13 tahun dan berakhir pada usia 18-22 tahun.
Masa ini juga disebut sebagai transisi dari anak dan dewasa yang mancakup perubahan kognitif, sosial-emosional, dan biologis.
Perubahan tersebut terjadi berkisar dari perkembangan proses berpikir abstrak, kemandirian, dan fungsi seksual.
6 Masa muda atau youth
Masa transisi dari remaja ke dewaasa, di mana pada masa ini terjadi ketergantungan pribadi dan ekonomi. Masa transisi ini terjadi selama dua sampai delapan tahun, meskipun kadang ada yang mencapai satu dekade atau lebih.
7 Masa dewasa Masa dewasa awal atau early adulthood terjadi pada usia belasan atau awal usia 20-an sampai usia 30-an. Pada masa ini dianggap sebagai waktu bagi individu untuk membetuk kemandirian, baik secara pribadi maupun ekonomi. Hal ini disebabkan perkembangan karir merupakan hal yang penting.
Masa dewasa tengah atau middle adulthood terjadi pada usia 35 dan 45 tahun sampai usia antara 55 dan 65 tahun. Pada masa ini mulai meningkatnya mnat untuk mewariskan nilai- nilai pada generasi selanjutnya, peduli pada badan sendiri, dan mulai mengalami peningkatan refleksi tentang arti hidup.
Masa dewasa akhir atau late adulthood terjadi pada usia 60-70 tahun sampai pada kematian.
Pada masa ini individu mulai melakukan penyesuaian terhadap penurunan kesehatan dan kekuatan diri, masa pensiun, dan mulai berkurangnya penghasilan. Selain itu, pada masa ini individu mulai melakukan penyesuaian diri terhadap perubahan peran sosial, melihat kembali kehidupan, meningkatnya kebebasa, menjadi nenek dan kaker, serta mulai berkurangnya tanggungjawab yang dipikul.
D. Isu-isu dan faktor-faktor Perkembangan a. Isu-isu Perkembangan
Isu-isu perkembangan mencakup kematangan dan pengalaman atau bawaan dan lingkungan, kontinuitas dan diskontinuitas, serta pengalaman diri dan pengalaman di masa kemudian. Masing-masing dapat dijelaskan sebagai berikut.
➢ Kematangan dan Pengalaman (Bawaan dan Lingkungan) Interaksi antara kematangan dan pengalaman berpengaruh terhadap perkembangan individu.
Kematangan merupakan urutan perubahan yang sifatnya teratur dan ditentukan oleh genetik, sehingga menyebabkan kesamaan dalam pertumbuhan dan perkembangan. Lebih lanjut, lingkungan yang ekstrem disekitar individu dapat menghambat perkembangannya, meskipun demikian kecenderungan pertumbuhan sudah ada secara genetik pada individu. Psikolog lain menekankan bahwa pengalaman berperan penting dalam perkembangan anak. Pengalaman ini mencakup lingkungan biologis anak sampai lingkungan sosial anak. Perdebatan tetang perkembangan dipengaruhi oleh pengalaman atau kematangan telah muncul sejak berkembangnya ilmu psikologi. Perdebatan ini seringkali dikenal dengan bawaan-lingkungan, di mana bawaan berhubungan dengan warisan biologis organisme dan lingkungan berhubungan dengan pengalaman lingkungan.
Psikolog yang mendukung bawaan menilai bahwa warisan biologis berpengaruh penting dalam perkembangan, sedangkan pendukung lingkungan menilai bahwa pengalaman memiliki peran penting dalam perkembangan.
Pada saat ini, bawaan dan lingkungan mulai dipertimbangan ahli sebagai faktor yang mempengaruhi perkembangan individu. Dengan kata lain, perkembangan sebagai hasil interaksi dari pengalaman dan kematangan, contoh temperamen seorang anak dan lingkungan keluarga dapat memberikan pengaruhi terhadap perkembangan sosial dan kepribadi anak di masa depan.
➢ Kontinuitas dan Diskontinuitas
Ahli perkembangan pada umumnya menekankan pengalaman menggambarkan perkembangan sebagai proses yang kontinuitas dan berangsur-angsur, sedangkan asli perkembangan lainnya yang menekankan pada kematangan menggambarkan perkembangan sebagai tahap yang berbeda. Kontinuitas perkembangan merupakan perubahan yang terjadi secara berangsur-angsur dan kumulatif dari masa konsepsi sampai kematian. Sebagai contoh individu yang mengalami pubertas, meskipun nampaknya terjadi secara tiba-tiba dan tidak kontinuitas, namun sebenarnya terjadi dalam proses yang berangsur- angsur dan beberapa tahun. Sedangkan, diskontinuitas
perkembangan merupakan perkembangan yang terjadi melalui tahap yang berbeda dalam rentang kehidupan individu. Diskontinuitas menganggap bahwa individu melalui serangkaian tahapan perubahan yang berbeda secara kualitatif, bukan kuantitatif. Sebagai contoh individu dewasa yang berubah menjadi individu yang mampu untuk bereproduksi menjadi seseorang yang tidak mampu lagi.
Hal ini merupakna perubahan perkembangan yang bersifat kualitatif dan tidak berkesinambungan.
➢ Pengalaman Dini dan Selanjutnya
Isu ini menekankan pada seberapa jauh pengalaman dini individu atau pengalaman selanjutnya menjadi kunci dalam menentukan perkembangan individu. Perdebatan ahli terkait pengalaman diri dan selanjutnya terjadi dalam kurun waktu yang lama. Ahli yang setuju tentang pengalaman dini menganggap bahwa pengalaman pada masa kanak-kanak akan pengaruh pada masa dewasa atau yang akan datang. Hal ini disebabkan adanya kepercayaan bahwa setiap kehidupan merupakan jejak yang tidak terputus. Sedangkan, pengalaman selanjutnya menganggap bahwa perkembangan individu berlangsung seperti aliran sungai, bukan beku. Artinya anak dan remaja dapat berubah selama perkembangan.
b. Faktor-faktor Perkembangan
Ada dua faktor yang mempengaruhi perkembangan manusia yaitu bawaan dan lingkungan. Di mana faktor bawaan menekankan pada warisan biologis pada manusia atau aspek- aspek keturunan dan dapat terungkap melalui proses kematangan. Sedangkan, faktor lingkungan lebih menekankan pada proses pembelajaran individu terhadap lingkungan.
Lebih lanjut, faktor-faktor perkembangan dapat dijelaskan sebagai berikut.
1) Herediter, lingkungan, dan kematangan.
2) Konteks perkembangan di mana manusia adalah makhluk sosial dan konteks yang berhubungan langsung dengan individu adalah keluarga.
3) Pengaruh normatif dan non-normatif. Normatif merupakan kejadian lingkungan yang dapat membentuk tingkah laku dan sikap individu. Non-normatif merupakan kejadian tidak biasa yang berpengaruh besar terhadap kehidupan individu dan mengganggu urutan siklus hidup yang normal.
4) Pengaruh waktu yang dikenal dengan periode kritis atau sensitif. Hal ini berhubungan dengan waktu tertentu ketika individu mengalami kejadian atau ketidakhadiran suatu kejadian berpengaruh khusus terhadap perkembangan individu. Contoh seorang anak yang kurang mendapatkan
pengalaman yang memadai selama periode kritis dapat mengalami hambatan dalam perkembangannya.
E. Aktivitas Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang dilakukan mahasiswa pada bab ini yaitu
a. Carilah contoh konkret tentang prinsip dan hukum perkembangan!
b. Carilah contoh konkrit berdasarkan pengalaman pribadi atau hasil rujukan tentang tugas perkembangan remaja yang berhasil dilalui dan tidak berhasil dilalui!
F. Rangkuman materi
Perkembangan merupakan pola perubahan yang dimulai dari konsepsi dan terus berlanjut sepanjang siklus hidup individu.
Pertumbuhan berhubungan dengan perubahan jumlah ukuran, organ maupun individu yang dapat diukur dengan menggunakan ukuran berat, umur tulang, ukuran panjang, dan keseimbangan metabolis. Sedangkan, kematangan dimaknai sebagai kemajuan individu yang bersifat instrinsik dan kualitatif dalam perkembangan biologis, seperti sistem tubuh, organ tubuh, dan kemajuan seluler.
Isu-isu perkembangan mencakup kematangan dan pengalaman atau bawaan dan lingkungan, kontinuitas dan
diskontinuitas, serta pengalaman diri dan pengalaman di masa kemudian. Masing-masing isu perkembangan memiliki pandangan yang berbeda, terkait perkembangan yang terjadi pada diri individu. Lebih lanjut, perkembangan individu dipengaruhi oleh beberapa faktor, antara lain bawaan, lingkungan, keluarga, dan masa kritis.
G. Daftar Pustaka
Sudirjo, E & Alif, M.N. 2018. Pertumbuhan dan Perkembangan Motorik: Konsep Perkembangan dan Pertumbuhan Fisik dan Gerak Manusia. Jawa barat: UPI Sumedang Press.
Pieter, H.Z & Lubis, N.L. 2013. Pengantar Psikologi untuk Kebidanan Edisi Revisi. Jakarta: Kencana.
Jahja, Y. 2015. Psikologi Perkembangan Edisi Pertama. Jakarta:
Prenadamedia.
Santrock, J.W. 2003. Adolescence: Perkembangan Remaja. Alih Bahasa: Shinto B. Adelar & Sherly Saragih. Jakarta:
Erlangga.
Hildayani, R., Sugianto, M., Rosdiana T., Eko H., Retno P., &
Alzena M.K. 2014. Psikologi Perkembangan Anak.
Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
H. Evaluasi
Kerjakan soal di bawah ini!
a. Jika seorang peserta didik tidak mampu melalui tugas perkembangan yang baik, kondisi apa yang akan dialami oleh peserta didik dan bagaimana menanganinya?
b. Jelaskan kondisi lingkungan yang dibutuhkan oleh peserta didik untuk mencapai setiap tugas perkembangan dengan optimal!
c. Sebutkan pengaruh non-normatif yang dapat mengganggu perkembangan individu!
d. Bagaimana tindakan yang dilakukan guru dalam menghadapi perkembangan individu berkembang yang berbeda-beda?
BAB III
PRINSIP-PRINSIP PERKEMBANGAN
A. Deskripsi Isi Materi
Dalam bab ini akan dijelaskan prinsip-prinsip yang berlaku pada pertumbuhan dan perkembangan manusia. Pada beberapa buku, prinsip perkembangan juga sering disebut dengan hukum perkembangan. Beberapa buku lainnya juga membedakan antara prinsip dan hukum perkembangan. Karena itu, bab ini akan dimulai dengan definisi prinsip perkembangan, yang akan membahas apakah keduanya merupakan hal yang sama atau berbeda. Selanjutnya, akan dibahas 11 prinsip perkembangan yang berisi tentang pola-pola umum yang melandasi terjadinya pertumbuhan dan perkembangan.
B. Capaian Pembelajaran
Setelah mempelajari bab ini, mahasiswa diharapkan dapat memahami prinsip-prinsip yang melandasi terjadinya pertumbuhan dan perkembangan. Secara rinci, capaian pembelajaran yang diharapkan adalah sebagai berikut.
1. Mahasiswa dapat menemukan dan menganalisis kata-kata kunci dalam definisi prinsip perkembangan.
2. Mahasiswa dapat menyusun definisinya sendiri tentang prinsip perkembangan.
3. Mahasiswa dapat menyusun peta konsep prinsip-prinsip pertumbuhan dan perkembangan.
4. Mahasiswa dapat menganalisis dan membuktikan kebenaran prinsip-prinsip perkembangan yang dipelajarinya.
C. Definisi Prinsip Perkembangan
Para ahli sepakat bahwa esensi dari pertumbuhan dan perkembangan adalah perubahan. Sejak kehidupan diberikan oleh Tuhan pada manusia, perubahan-perubahan fisik maupun psikis tidak akan pernah berhenti hingga ajal menjemput. Bayi yang pada awalnya sangat tergantung pada orang dewasa, secara bertahap berubah menjadi lebih mandiri hingga sama sekali tidak tergantung pada orang lain. Demikian pula, fisik yang kecil dan lemah lambat laun berubah menjadi lebih besar dan semakin kuat untuk mencapai tugas-tugas perkembangan yang sesuai untuk usianya.
Terdapat pola umum yang dapat diprediksikan pada setiap perubahan tersebut. Pola ini dikenal dengan istilah prinsip perkembangan. Para ahli mengamati pola-pola ini dan menyusunnya menjadi seperangkat kaidah yang berlaku secara umum. Secara bahasa, prinsip berarti asas yang menjadi pokok atau dasar sesuatu (Kamus Bahasa Indonesia, 2008).
Berdasarkan definisi tersebut, prinsip perkembangan dapat
didefinisikan sebagai asas umum yang mendasari terjadinya perubahan fisik dan atau psikologis manusia. Asas ini diperoleh berdasarkan pengamatan berkali-kali, secara terencana ataupun insidental, terhadap perubahan tersebut (Ruffin, 2019).
Beberapa sumber bacaan kadang juga menggunakan istilah hukum perkembangan sebagai istilah yang semakna dengan prinsip perkembangan. Namun demikian, beberapa sumber bacaan lainnya menganggap prinsip dan hukum perkembangan sebagai sesuatu yang berbeda. Jika memperhatikan definisi-definisi kebahasaan dan definisi- definisi yang dikemukakan oleh para ahli, sebenarnya keduanya merupakan istilah yang serupa dan dapat digunakan secara bergantian. Karena itu, istilah prinsip perkembangan akan digunakan dalam buku ini sebagai istilah yang semakna dengan hukum perkembangan.
D. Prinsip-prinsip Perkembangan
Terdapat beberapa prinsip yang mendasari proses pertumbuhan dan perkembangan manusia. Prinsip-prinsip ini menggambarkan proses perkembangan umum manusia yang dapat diramalkan pola dan tahapnya. Dengan memahami prinsip-prinsip tersebut, kita dapat memberikan dorongan dan merencanakan langkah-langkah intervensi yang tepat agar
perkembangan dapat berjalan dengan optimal. Berikut adalah prinsip-prinsip tersebut.
1. Perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan Perkembangan merupakan proses berkelanjutan yang akan berlangsung sepanjang hayat. Prinsip ini berarti bahwa proses perkembangan tidak pernah berhenti selama individu masih hidup (Santrock, 2011). Suatu tahap perkembangan yang telah dicapai akan mendasari tahap perkembangan berikutnya. Saat individu telah memperoleh keterampilan tertentu, ia akan menjadikannya sebagai basis untuk belajar keterampilan baru lainnya yang lebih kompleks. Hal ini akan berlangsung tanpa terputus hingga kematian menjemput. Sebagai contoh, saat bayi telah berhasil merangkak, ia akan menjadikan keterampilan tersebut sebagai dasar untuk belajar duduk, berdiri, dan kemudian berjalan. Sebelum dapat mewarnai gambar, anak- anak terlebih dulu akan dapat menggenggam dan mengontrol jari.
2. Perkembangan fisik dan psikis berlangsung dalam satu kesatuan yang integral
Meskipun dipelajari secara terpisah, pertumbuhan fisik dan perkembangan psikis manusia terjadi secara integral sebagai sebuah satu kesatuan. Masing-masing
aspek tersebut saling terkait dan saling berpengaruh satu sama lain. Perkembangan fisik yang terhambat akan menghambat perkembangan psikologis, demikian pula sebaliknya. Prinsip ini sering disebut juga sebagai prinsip kesatuan organis dan prinsip korelasi perkembangan (Mukhlis, 2018).
3. Perkembangan terjadi dari dan ke arah tertentu
Perkembangan fisik dan psikologis manusia akan mengikuti dua arah spesifik yang dikenal dengan cephalocaudal & proximodistal (Santrock, 2020). Prinsip cephalocaudal berarti bahwa perkembangan dimulai dari bagian kepala terlebih dulu dan kemudian berangsur ke arah bawah (arah lengan dan kemudian kaki). Dalam usia dua bulan pertamanya, bayi sudah dapat menggerakkan kepala dan organ di sekitarnya. Beberapa bulan selanjutnya, ia kemudian belajar mengangkat tubuh dengan lengannya.
Selanjutnya, di usia 6 sampai 12 bulan, ia baru dapat menggunakan kedua kakinya untuk merangkak, berdiri dan berjalan. Mengikuti prinsip ini, perkembangan organ di daerah kepala akan selalu terjadi sebelum daerah lengan, dan lalu diikuti dengan perkembangan organ di daerah kaki.
Gambar 3.1 Arah Perkembangan Cephalocaudal (dari Arah Kepala ke Kaki) dan Proximodistal (dari Bagian Tengah ke Tepi Tubuh)
Prinsip lain yang menjelaskan arah perkembangan adalah proximodistal. Prinsip ini berarti bahwa perkembangan bermula dari arah tengah menuju ke pinggiran tubuh. Pola ini dibuktikan, misalnya, dengan perkembangan lengan dan kaki yang lebih awal terjadi dibandingkan dengan perkembangan jari. Berdasarkan prinsip ini, organ di tengah tubuh akan berkembang lebih dulu, baik secara fisik maupun psikis, dan kemudian berlanjut secara berangsur ke organ-organ yang berada di pinggiran tubuh.
4. Perkembangan bergantung pada kematangan dan hasil belajar
Kematangan adalah kesiapan individu secara biologis untuk melakukan sebuah tugas perkembangan tertentu. Perubahan-perubahan biologis, khususnya pada otak dan sistem syaraf, membuat individu menjadi siap untuk memperoleh kemampuan baru yang tidak dimiliki sebelumnya. Sebagai contoh, bayi berusia tiga bulan belum dapat berbicara karena otaknya belum cukup berkembang untuk melakukan tugas perkembangan tersebut. Seiring dengan perkembangan pesat otak dan otot lidahnya di usia dua tahun, ia menjadi siap untuk berbicara dan memahami kalimat orang lain. Namun demikian, kematangan saja tidak cukup untuk membuat individu berkembang.
Betapapun individu sudah matang, jika ia tidak mendapatkan stimulasi atau pembelajaran yang cukup dari lingkungan sekitarnya, ia tetap tidak akan memperoleh keterampilan dimaksud. Demikian pula, betapapun individu distimulasi untuk dapat melakukan tugas perkembangan tertentu saat ia belum matang, maka keterampilan tersebut tidak akan pernah diperolehnya.
Sebagai contoh, betapapun bayi usia dua bulan diajari untuk berdiri, ia tidak akan pernah dapat berdiri karena fisiknya belum siap untuk memperoleh keterampilan tersebut.
Karena itu, kematangan fisik dan belajar merupakan dua faktor yang harus sama-sama ada supaya individu dapat berkembang dengan baik (Hurlock, 1980).
5. Perkembangan dimulai dari hal yang umum menuju yang spesifik
Prinsip ini, salah satunya, tampak dalam proses perkembangan gerakan motorik. Sebelum dapat mengontrol jari-jarinya dengan baik, seorang bayi lebih dulu memiliki kemampuan untuk menggerakkan lengan dan seluruh tangan. Saat ingin menangkap sebuah benda, bayi akan menggunakan seluruh lengannya. Seiring pertambahan usia, ia belajar untuk hanya menggunakan jari-jarinya saja untuk melakukan hal yang sama. Prinsip ini juga berlaku pada perkembangan fungsi-fungsi psikis, seperti kemampuan berpikir, berbicara, dan lainnya.
Individu pada awalnya akan memiliki kemampuan yang sangat sederhana dalam membuat klasifikasi serta menganalisis perbedaan dan persamaan. Seiring pertambahan usia, kemampuan tersebut akan semakin kompleks dan detail. Saat diminta untuk mencari persamaan semangka dan rambutan, misalnya, individu di masa kanak-kanak awal belum dapat menyebutkannya dengan baik karena mereka cenderung melihat satu aspek
saja dari kedua buah tersebut. Begitu usianya bertambah, ia mulai dapat menyebutkan bahwa keduanya sama dalam rasa manis yang dimiliki, sama-sama sebagai buah, sama- sama memiliki biji, dan persamaan-persamaan lainnya (Ruffin, 2019).
6. Perkembangan akan mengikuti pola yang sama dan berlangsung dengan teratur
Prinsip ini berarti bahwa perkembangan akan mengikuti tahap-tahap yang relatif sama pada semua individu. Sebelum menjadi remaja, individu akan mengalami tahap bayi dan kanak-kanak. Demikian pula, sebelum dapat berjalan, anak akan belajar untuk merangkak, duduk, berdiri dengan berpegangan, dan kemudian berdiri secara mandiri. Tahap-tahap perkembangan tersebut akan dialami secara berurutan oleh setiap individu meskipun berlangsung dalam tempo yang berbeda-beda. Sangat jarang terjadi perkembangan yang tidak mengikuti pola umum tersebut. Berdasarkan pola yang sama tersebut, karakteristik perkembangan manusia berikut tugas-tugas perkembangannya dapat dipelajari dan diramalkan.
Gambar 3.2 Periode Perkembangan Manusia
7. Tempo dan irama perkembangan individu berbeda- beda satu sama lain
Meskipun setiap individu akan melalui pola dan tahap perkembangan yang sama, kecepatan masing-masing dalam mencapai pola dan tahap tersebut akan berbeda-beda satu sama lain. Sebagai contoh, semua individu akan dapat duduk terlebih dulu sebelum dapat berdiri. Namun demikian, sebagian dari mereka sudah dapat berdiri di usia sepuluh bulan, sementara sebagian lainnya bahkan baru bisa berdiri di usia 18 bulan. Perbedaan kecepatan ini selalu terjadi dalam semua aspek perkembangan. Demikian pula, individu yang cepat berkembang dalam satu aspek, bisa juga berkembang dengan lebih lambat di aspek lain.
Sebagai contoh, seorang siswa berkembang dengan cepat
pada aspek intelektual, namun lebih lambat dalam keterampilan sosialnya. Sementara itu, beberapa siswa lainnya justru berkembang lebih cepat pada aspek keterampilan sosialnya, namun lebih lambat dalam perkembangan intelektualnya. Karena itu, perbedaan individual harus selalu diperhatikan dalam proses pendidikan maupun pengasuhan agar individu dapat diperlakukan sesuai dengan potensi perkembangannya masing-masing.
8. Perkembangan terjadi secara multidimensional dan multidireksional
Prinsip ini berarti bahwa perkembangan terjadi pada dan disebabkan oleh banyak dimensi. Sebagaimana disampaikan oleh Santrock (2011), perkembangan terjadi pada dimensi-dimensi biologis, kognitif, dan sosioemosional. Masing-masing dimensi tersebut memberikan pengaruh pada dimensi lain maupun pada pencapaian perkembangan individu. Karena itu, tidak ada faktor tunggal yang menyebabkan sebuah capaian tertentu dalam perkembangan. Selain itu, perkembangan juga bersifat multidireksional. Hal ini berarti bahwa perkembangan bergerak ke banyak arah. Peningkatan perkembangan ke suatu arah tertentu akan berdampak pada
pengurangan perkembangan ke arah lainnya. Sebagai contoh, bayi yang dapat berbicara lebih awal biasanya akan terlambat memperoleh kemampuan berjalan. Contoh lainnya, saat hubungan seorang remaja semakin intens dengan sebayanya, hubungan dan komunikasi dengan orang tuanya akan semakin merenggang. Orang tua akan mengalami peningkatan kebijaksanaan, namun juga diiringi dengan penurunan kemampuan fisik.
9. Terjadi perolehan dan kehilangan dalam proses perkembangan
Saat individu memperoleh kemampuan baru dalam proses perkembangannya, ia juga akan kehilangan kemampuan lain yang pernah dimilikinya. Dua hal ini akan terus terjadi silih berganti sepanjang hayat. Sebagai contoh, anak-anak biasanya akan menangis saat tidak dapat memperoleh apa yang diinginkannya. Seiring perkembangan usia, kebiasaan menangis tersebut akan berkurang dan akhirnya menghilang, digantikan dengan perilaku lain yang lebih dapat diterima. Contoh lainnya, kebiasaan mengompol akan menghilang seiring individu dapat mengontrol keinginan untuk buang air kecil.
10. Perkembangan bersifat lentur
Kelenturan dalam hal ini dapat dimaknai sebagai kapasitas untuk terus mengalami perubahan tanpa batas waktu atau tahap perkembangan. Teori perkembangan konvensional menyatakan bahwa perkembangan akan berhenti pada batas tertentu. Namun demikian, hasil-hasil penelitian terbaru ternyata menunjukkan bahwa perkembangan terus dapat berlanjut, di mana teori-teori konvensional tersebut menganggap bahwa seharusnya perkembangan sudah berhenti. Sebagai contoh, kemampuan kognitif seseorang yang telah mengalami kepikunan ternyata masih dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan tertentu. Demikian pula, kemampuan fisik di usia tua masih dapat ditingkatkan dengan latihan-latihan tertentu, meskipun kapasitas perubahannya jauh lebih sedikit dibandingkan saat masih remaja atau dewasa awal.
11. Perkembangan bersifat kontekstual
Prinsip ini berarti bahwa perkembangan dipengaruhi oleh konteks di mana perkembangan itu terjadi.
Konteks dalam hal ini meliputi keluarga, kelompok sebaya, sekolah, lingkungan tempat tinggal, negara, dan sejenisnya.
Sebagai contoh, kemampuan berbahasa individu yang hidup di desa dan kota akan berbeda satu sama lain. Hal ini
membuktikan bahwa konteks situasi di mana perkembangan itu terjadi berpengaruh pada perkembangan tersebut. Berdasarkan prinsip ini, pendidik perlu memperhatikan konteks-konteks perkembangan siswa agar dapat memperlakukan individu dengan tepat.
E. Aktivitas Pembelajaran
Sesuai dengan capaian pembelajaran yang diharapkan, aktivitas pembelajaran yang dirancang untuk bab ini adalah sebagai berikut.
1. Temukanlah definisi-definisi prinsip perkembangan dari berbagai sumber dan buatlah perbandingannya dalam format matriks. Selanjutnya, bandingkanlah definisi-definisi tersebut dan temukan kata kunci dari masing-masing definisi.
Berdasarkan kata-kata kunci yang ditemukan, susunlah definisi Anda sendiri. Berikut adalah matriks yang dapat digunakan untuk memandu aktivitas ini.
No. Rujukan Definisi Kata Kunci
2. Pelajari prinsip-prinsip perkembangan yang dibahas dalam bab ini dan susunlah peta konsepnya. Sebagai bahan pengembangan, bacalah sumber-sumber lain dan temukan prinsip-prinsip perkembangan yang tidak dibahas dalam bab ini. Gabungkan temuan tersebut ke dalam peta konsep Anda.
3. Buktikan apakah semua prinsip perkembangan yang Anda himpun dalam peta konsep tadi memiliki bukti nyata di lapangan. Proses pembuktian tersebut dapat menggunakan tabel seperti di bawah ini.
No. Prinsip
Perkembangan Benar Salah Bukti/Argumentasi 1. Perkembangan
bersifat lentur
√ Hasil penelitian ....
bahwa ....
F. Rangkuman Materi
1. Prinsip perkembangan adalah asas umum yang mendasari terjadinya perubahan fisik dan atau psikologis manusia. Asas ini diperoleh berdasarkan pengamatan berkali-kali, secara terencana ataupun insidental, terhadap perubahan tersebut.
2. Terdapat 11 prinsip perkembangan yang dibahas dalam bab ini, yaitu: (1) perkembangan merupakan proses yang berkelanjutan; (2) perkembangan fisik dan psikis berlangsung dalam satu kesatuan yang integral; (3)