• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

N/A
N/A
ToSeeMan tv

Academic year: 2023

Membagikan "PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL"

Copied!
62
0
0

Teks penuh

(1)

PERSAMAAN DIFERENSIAL PARSIAL

Partial Differential Equations – PDE

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

(2)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Diferensial Parsial – PDE

2

Acuan

Chapra, S.C., Canale R.P., 1990, Numerical Methods for Engineers, 2nd Ed., McGraw-Hill Book Co., New York.

Chapter 23 dan 24, hlm. 707-749.

(3)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Diferensial Parsial – PDE

3

Suatu fungsi u yang bergantung pada x dan y: u(x,y)

Diferensial u terhadap x di sembarang titik (x,y)

Diferensial u terhadap y di sembarang titik (x,y)

( ) ( )

x

y x u y

x x

u x

u

x

= +

, lim ,

0

( ) ( )

y

y x u y

y x u y

u

y

= +

, lim ,

0

(4)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Diferensial Parsial – PDE

4

Contoh arti fisik:

u elevasi tanah pada peta situasi.

u ditunjukkan oleh garis- garis (kontour) elevasi tanah.

X Y

buat potongan memanjang di sepanjang garis ini → apa yang akan Sdr lihat?

u(x,y)

(5)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Diferensial Parsial – PDE

5

1

2

2

2 2

2

+ =

 + 

u

y xy u x

u

y y u

x u y x

u

2

8 5

2 2

3

+ =

 + 

y x x

u x

u =

 + 

 

 

2 3 3

2 2

6 y x xu u x

u =

 + 

2 2

Tingkat (order) PDE adalah tingkat tertinggi suku derivatif

PDE merupakan fungsi linear apabila

fungsi tsb linear pada u dan derivatif u, dan

koefisien persamaan tsb hanya bergantung pada variabel bebas (x atau y) atau konstanta (1)

(2)

(3)

(4)

PDE Order Linear

(1) 2 ya

(2) 3 ya

(3) 3 tidak

(4) 2 tidak

(6)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Diferensial Parsial – PDE

6

2 0

2 2

2

2 − =

 + 

 + 

D

y C u y x B u x

A u

PDE yang dibahas pada makul Metode Numeris I hanya PDE linear bertingkat dua

PDE linear bertingkat dua dan fungsi dua variabel bebas (x,y) dapat dikelompokkan menjadi:

eliptik

parabolik

hiperbolik B2− 4AC kategori

< 0 eliptik

= 0 parabolik

> 0 hiperbolik A, B, C : fungsi x dan y

D : fungsi x, y, u, ∂u/∂x, dan

u/∂y

(7)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Diferensial Parsial – PDE

7

B2 4AC Kategori Nama Persamaan

< 0 Eliptik Persamaan Laplace (permanen, 2D spasial)

= 0 Parabolik Persamaan konduksi panas (tak-permanen, 1D spasial)

> 0 Hiperbolik Persamaan gelombang (tak-permanen, 1D spasial)

2

0

2 2

2

=

 + 

y T x

T

t T x

k T

= 

2 2

2 2 2 2

2

1

t y c

x y

= 

(8)

PDE Eliptik (Persamaan Laplace)

Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace

Persamaan Diferensial Parsial – PDE

8

http://istiarto.staff.ugm.ac.id

(9)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Laplace

9

z

X Y

Sebuah plat logam persegi tipis

kedua permukaan dilapisi dengan isolator panas

sisi-sisi plat diberi panas dengan temperatur tertentu

transfer panas hanya

dimungkinkan pada arah x dan y

Ditinjau pada saat transfer

permanen telah tercapai (steady- state condition)

(10)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Laplace

10

x

q(x+∆x) y q(y+∆y)

q(y)

X

Y Pada steady-state condition, aliran kedalam

sebuah elemen (lihat gambar di samping)

selama periode ∆t haruslah sama dengan aliran yang keluar dari elemen tsb:

( ) ( )

(

x x

)

y z t q

(

y y

)

x z t

q

t z x y q t z y x q

 + +

 +

=

 +

q(x) dan q(y) berturut-turut adalah fluks panas arah x dan arah y, dalam satuan kal/cm2/s.

q(x)

(11)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Laplace

11

x

y

q(y)

X

Y Jika semua suku pada persamaan tsb dibagi

dengan ∆zt, maka:

( )

x y q

( )

y x q

(

x x

)

y q

(

y y

)

x

q  +  = +   + +  

Pengelompokan suku dan perkalian dengan

x/∆xatau ∆y/∆y menghasilkan:

( ) ( ) ( ) ( )

= 0

 + + −

 

 +

y x

y

y y

q y y q

x x

x x

q x q

q(x) q(x+∆x)

q(y+∆y)

(12)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Laplace

12

x

y

q(y)

X

Y Pembagian dengan ∆xy menghasilkan:

Mengambil nilai limit persamaan tsb dan

memperhatikan definisi diferensial parsial, maka diperoleh:

= 0

− 

− 

y q x

q

( ) ( ) ( ) ( )

= 0

 + + −

 +

y

y y

q y q x

x x

q x q

(persamaan konservasi energi)

q(x) q(x+∆x)

q(y+∆y)

(13)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Laplace

13

x

y

q(y)

X Y

Penyelesaian PDE tsb membutuhkan syarat batas fluks panas q; padahal syarat batas yang

diketahui adalah temperatur T.

Oleh karena itu, PDE di atas diubah menjadi PDE dalam T dengan menerapkan Hukum Fourier untuk konduksi panas.

= 0

− 

− 

y q x

q

(Fourier’s law of heat conduction)

i k T

i C T k qi



=

 

=

q(x) q(x+∆x)

q(y+∆y)

(14)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Laplace

14

x

y

q(y)

X Y

i k T i

C T k qi



 =

 

=

q(x)

qi : fluks panas arah i (kal/cm2/s) k : koefisien difusi thermal (cm2/s) ρ : rapat massa medium (g/cm3)

C : kapasitas panas medium (kal/g/°C) T : temperatur (°C)

: konduktivitas thermal (kal/s/cm/°C)

Persamaan di atas menunjukkan bahwa fluks panas tegak lurus sumbu i sebanding dengan gradien/slope temperatur pada arah i.

q(x+∆x) q(y+∆y)

(15)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Laplace

15

x

y

q(y)

X Y

2 0

2 2

2 =

 + 

y T x

T

q(x)

Dengan memakai Fick’s Law, maka persamaan konservasi energi dapat dituliskan sbb.

( )

x y

y f T x

T 2 ,

2 2

2 =

 + 

Jika ada source atau sink:

(Persamaan Laplace)

(Persamaan Poisson)

q(x+∆x) q(y+∆y)

(16)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Persamaan Laplace

16

x

y

q(y)

X Y

i K H qi

− 

=

q(x)

qi : debit aliran arah i (m3/m/s) K : konduktivitas hidraulik (m2/s) H : tinggi energi hidraulik (m)

i : panjang lintasan, panjang aliran (m)

Persamaan tsb sama dengan persamaan aliran melalui medium porus (Hukum Darcy).

2 0

2 2

2 =

 + 

y H x

H q(x+∆x)

q(y+∆y)

(17)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace

17

Penyelesaian persamaan Laplace, dan berbagai PDE di bidang enjiniring, hampir tidak pernah dilakukan secara analitis, kecuali untuk kasus-kasus yang sederhana.

Penyelesaian hampir selalu dilakukan dengan cara numeris.

Teknik penyelesaian PDE secara numeris

Metode beda hingga (finite difference approximation, FDA)

Metode elemen hingga (finite element method, FEM)

Metode volume hingga (finite volume method, FVM)

(18)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Finite Difference Approach – FDA

18

x

y

X

Y Langkah pertama dalam FDA

Domain fisik plat persegi dibagi menjadi sejumlah pias atau grid titik-titik diskrit.

PDE Laplace diubah menjadi persamaan beda hingga di setiap titik hitung (i,j).

Di titik hitung interior (simbol bulat hitam):

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

2

1 , ,

1 , 2

2

2

, 1 ,

, 1 2

2

2 2

y T T

T y

T

x T T

T x

T

j i j i j

i

j i j i j

i

 +

 −

 +

 −

+

+ diferensi tengah

(central difference)

error = O[(∆x)2] &

error = O[(∆y)2]

i j

(19)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Finite Difference Approach – FDA

19

Persamaan Laplace dalam bentuk beda hingga:

2 0 2

2

1 , ,

1 , 2

, 1 ,

,

1 =

 + + −

 +

+

+

y T T

T x

T T

Ti j i j i j i j i j i j

Jika ukuran grid seragam, ∆x = ∆y, maka:

0 4 ,

1 , 1 , ,

1 ,

1 + + + + − =

+ j i j i j i j i j

i T T T T

T

x

y

X Y

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

i j

(20)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Finite Difference Approach – FDA

20

0 75 4

0 4

1 , 2 2 , 1 1 , 1

1 , 1 0

, 1 2 , 1 1 , 0 1 , 2

= +

+

=

− +

+ +

T T

T

T T

T T

T

Di titik-titik yang berada di batas domain (simbol bulat putih), berlaku syarat batas (boundary

conditions) →temperatur diketahui/ditetapkan.

BC semacam itu dikenal dengan nama Dirichlet boundary condition.

Di titik (1,1):

50°C

75°C

0°C 100°C

Di 8 titik interior yang lain pun dapat dituliskan persamaan beda hingga diskrit semacam di atas.

X Y

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

(21)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Finite Difference Approach – FDA

21

Dari 9 titik interior diperoleh sistem persamaan

aljabar linear yang terdiri dari 9 persamaan dengan 9 unknowns.

50°C

75°C

0°C 100°C

X Y

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

(22)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace

22

150 4

100 4

175 4

50 4

0 4

75 4

50 4

0 4

75 4

) 9

) 8

) 7

) 6

) 5

) 4

) 3

) 2

) 1

3 , 3 3

, 2 2

, 3

3 , 3 3

, 2 3

, 1 2

, 2

3 , 2 3

, 1 2

, 1

3 , 3 2

, 3 2

, 2 1

, 3

3 , 2 2

, 3 2

, 2 2

, 1 1

, 2

3 , 1 2

, 2 2

, 1 1

, 1

2 , 3 1

, 3 1

, 2

2 , 2 1

, 3 1

, 2 1

, 1

2 , 1 1

, 2 1

, 1

=

+

= +

+

= +

= +

+

= +

+

+

= +

+

= +

= +

+

= +

+

T T

T

T T

T T

T T

T

T T

T T

T T

T T

T

T T

T T

T T

T

T T

T T

T T

T

9 persamaan dengan 9 unknowns:

(23)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace

23

























=

















































150 100 175 50 0

75 50 0

75

4 1

0 1

0 0

0 0

0

1 4

1 0

1 0

0 0

0

0 1

4 0

0 1

0 0

0

1 0

0 4

1 0

1 0

0

0 1

0 1

4 1

0 1

0

0 0

1 0

1 4

0 0

1

0 0

0 1

0 0

4 1

0

0 0

0 0

1 0

1 4

1

0 0

0 0

0 1

0 1

4

3 , 3

3 , 2

3 , 1 2 , 3

2 , 2

2 , 1

1 , 3

1 , 2

1 , 1

T T T T T T T T T

9 persamaan dengan 9 unknowns dalam bentuk matriks

(24)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace

24

Sistem persamaan aljabar yang dihasilkan dari penerapan persamaan beda hingga (finite difference) di semua titik interior

diselesaikan dengan salah satu Metode yang telah dibahas pada kuliah sebelum UTS

untuk 9 persamaan, penyelesaian masih dapat dilakukan dengan mudah memakai cara tabulasi spreadsheet

untuk jumlah persamaan yang banyak, seperti yang biasa ditemui dalam permasalahan civil engineering, perlu bantuan program komputer

MatLab (program aplikasi berbayar)

SciLab (mirip MatLab, program aplikasi open source, platform Windows, MacOS, Linux)

Octave (mirip MatLab, program aplikasi open source, platform Windows, MacOS, Linux)

Numerical Recipes

Etc. (dapat dicari di internet)

(25)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace

25

Metode iteratif: Gauss-Seidel iteration method

Dipakai SOR (Successive Over Relaxation) method untuk mempercepat konvergensi

Kriteria konvergensi 4

1 . 1 . .

1 .

1 .

+

+ + + +

= i j i j i j i j

j i

T T

T T T

( ).n+1 = Ti,nj+1+

(

1−

)

Tin,j 1   2 Tij

hitungan dilakukan dengan bantuan tabulasi spreadsheet

( )

( ) 1%

max

max 1

, , 1 ,

, − 

=

+

+

n j i

n j i n

j i j

i T

T T

4

1 . .

1 .

1 1

. .

+ +

+ + +

= i j i j i j i j

j i

T T

T T T

atau

(26)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace

26

iterasi, n T1,1 T2,1 T3,1 T1,2 T2,2 T3,2 T1,3 T2,3 T3,3 Tmax

0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 ---

1 28.1250 10.5469 22.7051 38.6719 18.4570 34.1858 80.1270 74.4690 96.9955 100.0%

2 32.5195 22.3572 28.6011 55.8311 60.8377 71.5700 74.4241 87.3620 67.3517 69.7%

3 41.1859 37.8056 45.4653 71.2290 70.0686 51.5471 87.8846 78.3084 71.2700 40.9%

4 48.4201 42.5799 31.3150 66.3094 54.4950 51.8814 75.9144 73.9756 67.8114 45.2%

5 44.7485 27.6695 32.9241 59.9274 52.7977 50.3842 77.8814 74.9462 69.3432 53.9%

6 38.5996 32.7858 33.4767 60.5401 55.5973 52.9643 77.4916 75.9389 69.9171 15.9%

7 43.8224 33.4432 34.4145 63.6144 56.9367 52.7435 79.2117 76.8051 69.8722 11.9%

8 42.6104 33.5140 33.8893 62.4499 56.0988 52.3259 78.2398 75.6765 69.3148 2.8%

9 42.8062 33.0409 33.8179 62.3681 55.7299 52.1605 78.2718 75.9054 69.6173 1.4%

10 42.5003 32.9976 33.7753 62.2418 55.8746 52.3950 78.2943 75.9671 69.5771 0.7%

(27)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

Teknik Penyelesaian Persamaan Laplace

27

Y

0 1 2 3 4

0 1 2 3 4

50°C

75°C

0°C 100°C

42.50 32.99 33.77 62.24 55.87 52.39 78.29 75.96 69.57

0 20 40 60 80 100

0 1 2 3 4

T°C T°C

i T°C

j = 1 j = 2 j = 3

X

0 20 40 60 80 100

0 1 2 3 4

T°C T°C

j T°C

i = 3 i = 1

i = 2

(28)

PDE Parabolik

Penyelesaian PDE Parabolik FDA Skema Eksplisit

FDA Skema Implisit

FDA Skema Crank-Nicolson

Persamaan Diferensial Parsial – PDE

28

(29)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

PDE Parabolik

29

panas dingin

Batang logam pipih-panjang dibungkus isolator panas, kecuali di kedua ujung batang yang diberi panas dengan temperatur berbeda, panas dan dingin.

X

Heat balance di dalam batang

A q

( )

x At q

(

x +x

)

At = xACT

input output storage

( ) ( )

t C T x

x x

q x q

 

 =

 +

limit persamaan tsb untuk ∆x, t → 0 t

C T x

q

 

 =

− 

persamaan tsb dibagi vol = ∆xAt

(30)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

PDE Parabolik

30

panas dingin

Batang logam pipih-panjang dibungkus isolator panas, kecuali di kedua ujung batang yang diberi panas dengan temperatur berbeda, panas dan dingin.

X

Hukum Fourier untuk konduksi panas A

2 2

x k T t T

= 

Persamaan heat balancemenjadi

Persamaan konduksi panas

Persamaan di atas merupakan persamaan difusi

konduksi panas

transpor polutan

transpor sedimen suspensi

𝑞 = −𝑘𝜌𝐶𝜕𝑇

𝜕𝑥

(31)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Eksplisit dan Skema Implisit

31

2 2

x k T t

T

= 

Temperatur batang merupakan fungsi waktu dan ruang

terhadap waktu, T berupa suku derivatif pertama

terhadap ruang, T berupa suku derivatif kedua

Langkah hitungan pada FDA

T pada waktu t+∆t dihitung berdasarkan T pada waktu t

T pada waktu t sudah diketahui dari nilai/syarat awal (initial condition) atau dari hasil hitungan langkah sebelumnya

saat menghitung T di suatu titik pada suku derivatif ruang, T yang mana yang dipakai?

▪ jika T pada waktu t → dinamai skema eksplisit

▪ jika T pada waktu t+∆t → dinamai skema implisit

(32)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Eksplisit dan Skema Implisit

32

x

i

k T t

T

titik di 2 2

 

 

= 

i n

i n

i

x k T t

T

T

 

= 

+

2 2 1

2 1 1

2

1

x

T T

k T t

T

T

in n

n n i

i n

i i

 +

= −

+

+

2

1 1

1 1 1

2

1

x

T T

k T t

T

T

in n

n n i

i n

i i

+

= −

++ + +

+

k konstan di sepanjang batang dan di sepanjang waktu

Skema Eksplisit

Skema Implisit

x seragam di sepanjang batang

(33)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Eksplisit dan Skema Implisit

33

t

X

n n+1

i+1 i1 i

(

in n

)

n i n

i n

i T T Ti

x k t T

T 1 2 1 2 1

+ +

 −

 

 + 

=

+

t

X

n n+1

i+1 i1 i

n i n

i n

i

n T T

x k t x T

k t x T

k t

i  =

 

− 

 +

 

 + 

 +

 

− 2 +1 1 2 2 +1 2 ++11

1

Skema Eksplisit Skema Implisit

(34)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Eksplisit

34

t

X

n n+1

8

2

(

in n

)

n i n

i n

i T T Ti

x k t T

T 1 2 1 2 1

+ +

 −

 

 + 

=

+

Skema Eksplisit

10 6

0 4 x (cm)

Konduksi panas di sebuah batang aluminium pipih panjang

panjang batang, L = 10 cm, ∆x = 2 cm

time step, ∆t = 0.1 s

koefisien difusi thermal, k = 0.835 cm2/s

syarat batas: T(x=0,t)= 100°C dan T(x=20,t) = 50°C

nilai awal: T(x,t=0) = 0°C

2 2

x k T t T

= 

100°C

T= 50°C

4

1 3 5

0 2 i

(35)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Eksplisit

35

iterasi waktu (s) temperatur (°C) di titik hitung

n t T0 T1 T2 T3 T4 T5

0 0 100 0 0 0 0 50

1 0.1 100 2.0875 0 0 1.0438 50

2 0.2 100 4.0878 0.0436 0.0218 2.0439 50

3 0.3 100 6.0056 0.1275 0.0645 3.0028 50

4 0.4 100 7.8450 0.2489 0.1271 3.9225 50

5 0.5 100 9.6102 0.4050 0.2089 4.8052 50

(

1 2 1

)

1,2,3,4

2

1  − + =

 

 + 

= +

+ T T T i

x k t T

Tin in in in n

i

Hitungan diteruskan sampai t = 12 s

(36)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Eksplisit

36

0 20 40 60 80 100 120

0 2 4 6 8 10

Temperatur (°C)

Jarak (cm) t = 3 s t = 12 s t = 9 s t = 6 s

(37)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Eksplisit

37

Konvergensi dan stabilitas hitungan

Konvergensi berarti bahwa jika ∆x dan ∆t mendekati nol, maka penyelesaian FDA mendekati penyelesaian eksak.

Stabilitas berarti bahwa kesalahan hitungan di setiap tahap hitungan tidak mengalami amplifikasi, tetapi mengecil seiring dengan berjalannya hitungan.

Skema eksplisit konvergen dan stabil jika:

2 1

2

x k t

k t x

2

2 1 

≤ ½ dapat terjadi oskilasi kesalahan hitungan

≤ ¼ tidak terjadi oskilasi kesalahan hitungan

= 1/6 meminimumkan truncation error x2

k t

(38)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Eksplisit

38

Konvergensi dan stabilitas hitungan

untuk mendapatkan akurasi hasil hitungan, dibutuhkan ∆x kecil, namun

konsekuensi ∆xkecil adalah ∆t pun harus kecil untuk menjamin konvergensi dan kestabilan hitungan

jika ∆x dikalikan faktor ½, maka ∆t perlu dikalikan faktor ¼ untuk mempertahankan konvergensi dan kestabilan hitungan

skema eksplisit menjadi mahal, dalam arti beban hitungan bertambah besar 2

1

2

x k t

(39)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Eksplisit

39

t

X

n n+1

8 2

Skema Eksplisit

10 6

0 4

x (cm)

Konduksi panas di sebuah batang aluminium pipih panjang

panjang batang, L = 10 cm, ∆x = 2 cm

time step, ∆t = 0.1 s

koefisien difusi thermal, k = 0.835 cm2/s

syarat batas: T(x=0,t)= 100°C dan T(x=20,t) = 50°C

nilai awal: T(x,t=0) = 0°C

2 2

x k T t T

= 

100°C

T= 50°C

Hitung dengan skema eksplisit:

2 1

2

x k t

PR dikumpulkan minggu depan!

(40)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Implisit

40

t

X

n n+1

8 2

Skema Implisit

10 6

0 4 x (cm)

Konduksi panas di sebuah batang aluminium pipih panjang

panjang batang, L = 10 cm, ∆x = 2 cm

time step, ∆t = 0.1 s

koefisien difusi thermal, k = 0.835 cm2/s

syarat batas: T(x=0,t)= 100°C dan T(x=20,t) = 50°C

nilai awal: T(x,t=0) = 0°C

100°C

T= 50°C

n i n

i n

i

n T T

x k t x T

k t x T

k t

i  =

 

− 

 +

 

 + 

 +

 

− 2 +1 1 2 2 +1 2 ++11 4 1

1 3 5

0 2 i

2 2

x k T t T

= 

(41)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Implisit

41

n i n

i n

i

n T T

x k t x T

k t x T

k t

i  =

 

− 

 +

 

 + 

 +

 

−  + + ++

1 2 1

1 2

1

2 1 2

1

Hitungan pada saat n+1=1 atau t+∆t = 0.1 s:

5 0

4 1

4 1

3

0 3 1

4 1

3 1

2

0 2 1

3 1

2 1

1

0 0

1 1

2 1

1

020875 .

0 04175

. 1 020875

. 0 :

4 node

020875 .

0 04175

. 1 020875

. 0 :

3 node

020875 .

0 04175

. 1 020875

. 0 :

2 node

020875 .

0 020875

. 0 04175

. 1 :

1 node

T T

T T

T T

T T

T T

T T

T T

T T

+

= +

=

+

=

+

+

=

020875

.

2 = 0

x

k t 1 2 2 =1.05175

 + 

x k t

(42)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Implisit

42

=

04375 .

1 0 0 0875 .

2

04175 .

1 020875

. 0 0

0

020875 .

0 04175

. 1 020875

. 0 0

0 020875

. 0 04175

. 1 020875

. 0

0 0

020875 .

0 04175

. 1

1 4 1 3

1 2

1 1

T T T T

Diperoleh 4 persamaan dengan 4 unknowns

matriks tridiagonal

Apabila jumlah persamaan banyak, penyelesaian dilakukan dengan bantuan program komputer.

Salah satu teknik penyelesaian yang dapat dipakai adalah tridiagonal matrix algorithm(TDMA) yang dapat diperoleh dari internet.

(43)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Implisit

43

=

04375 .

1 0 0 0875 .

2

04175 .

1 020875

. 0 0

0

020875 .

0 04175

. 1 020875

. 0 0

0 020875

. 0 04175

. 1 020875

. 0

0 0

020875 .

0 04175

. 1

1 4 1 3

1 2

1 1

T T T T

Karena hanya 4 persamaan, penyelesaian masih mudah dilakukan dengan bantuan spreadsheetMSExcel

[A] {T} {RHS}

{T} = [A]−1 {RHS}

Gunakan fungsi =MINVERSE(…) dan =MMULT(…) dalam MSExcel

(44)

https://istiarto.staff.ugm.ac.id

FDA: Skema Implisit

44

=

=

0023 .

1

0209 .

0

0406 .

0

0047 .

2

04375 .

1 0 0 0875 .

2

960309 .

0 0192508 .

0 0003859 .

0 0

0192508 .

0 960309 .

0 0192508 .

0 0003859 .

0

0003859 .

0 0192508 .

0 960309 .

0 0192508 .

0

0 0003859

. 0 0192508 .

0 960309 .

0

1 4

1 3

1 2

1 1

T T T T

Penyelesaian persamaan tsb dengan bantuan spreadsheet MSExcel adalah:

[A]−1

{T} {RHS}

Referensi

Dokumen terkait

penerapannya, persamaan diferensial linear order yang lebih tinggi dan penerapannya, dan (jika waktu memungkinkan) penyelesaian deret dari persamaan diferensial linear..

Berdasarkan Persamaan (1), Transformasi Laplace dapat mentransformasikan beberapa persamaan fungsi-fungsi sederhana seperti pada Contoh 1. Contoh 1 Transformasi Laplace

Tujuan dari penelitian ini adalah mendapatkan hasil penyelesaian dari Persamaan Diferensial pada Sistem Bejana dengan menggunakan Metode Transformasi Laplace...

Digunakan informasi dari kondisi batas persamaan (4.5) kapan pun sesuai dalam sistem yang diberikan oleh persamaan (4.4); yaitu pada semua titik ( ) yang berdekatan dengan

Transformasi Artion-Fundo merupakan suatu metode yang dapat menyederhanakan persamaan diferensial biasa menjadi bentuk persamaan aljabar dan telah ditunjukkan pula bahwa

Untuk fungsi lebih dari satu peubah pada persamaannya terlibat turunan parsial, sehingga disebut persamaan diferensial parsial (PDP).. Tingkat dan derajat persamaan diferensial

4 PDB Orde n 4.2.1 Kasus Pertama Dua Akar Real Beda 4.2.1 Kasus Pertama: Dua Akar Real Beda Jika diskriminan persamaan karakteristik lebih besar dari nol D =b2 4ac >0 Maka persamaan

Rapat kuliah ke-4 tema Persamaan Diferensial Parsial (PDP) pada mata kuliah MATEMATIKA