• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GAYA BELAJAR GENERASI Z DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "PERSEPSI GAYA BELAJAR GENERASI Z DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA"

Copied!
137
0
0

Teks penuh

(1)

i

PERSEPSI GAYA BELAJAR GENERASI Z DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA

UTARA SKRIPSI

Oleh:

R.N. CENDIASAQIA 2008260200

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN 2024

(2)

ii

PERSEPSI GAYA BELAJAR GENERASI Z DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA

UTARA

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh kelulusan Sarjana Kedokteran

Oleh:

R.N. CENDIASAQIA 2008260200

FAKULTAS KEDOKTERAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

MEDAN 2024

(3)

iii

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS

Saya yang bertandatangan dibawah ini menyatakan bahwa skripsi ini adalah hasil karya saya sendiri dan semua sumber baik yang dikutip maupun dirujuk telah saya nyatakan dengan benar.

Nama : Rn Cendiasaqia

NPM : 2008260200

Judul Skripsi : PERSEPSI GAYA BELAJAR GENERASI Z DI FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SUMATERA UTARA

Demikianlah pernyataan ini saya perbuat, untuk dapat dipergunakan sebagaimana mestinya.

Medan, 20 Februari 2024

(Rn Cendiasaqia)

(4)

iv

(5)

v

KATA PENGANTAR

Assalamua’laikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur saya ucapkan kepada Allah SWT, karena berkat rahmatnya saya dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul : “Persepsi Gaya Belajar Generasi Z Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara”. Dalam rangka memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran pada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Saya menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan yang ikhlas dari berbagai pihak sangatlah sulit bagi saya untuk menyelesaikan skripsi ini. Oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada:

1. Kepada orangtua saya Ayahanda Syafrizon dan Ibunda Siti Asa yang senantiasa mendoakan setiap penulisan dan memberikan semangat, serta memberikan dukungan baik melalui moril maupun materi selama proses pendidikan dokter hingga selesainya tugas akhir ini. Terima kasih yang tidak terhingga atas rasa cinta, kasih sayang, dan kesabaran yang luar biasa dalam menghadapi penulis sampai saat ini. Penyusunan skripsi ini merupakan bentuk pengabdian diri agar senantiasa dapat membahagiakan ayahanda dan ibunda.

2. Ibu dr. Siti Masliana Siregar, Sp.THT, KL(K), selaku Dekan Fakultas Kedokteran UMSU.

3. Ibu dr. Desi Isnayanti, M.Pd.Ked, selaku Ketua Program Studi Pendidikan Kedokteran UMSU sekaligus menjadi dosen pembimbing saya. Terima kasih atas waktu, ilmu dan bimbingan yang sangat membantu dalam

(6)

vi proses penulisan skripsi ini.

4. Ibu dr. Huwainan Nisa Nasution, Sp.PD, M.Kes, selaku dosen Pembimbing Akademik saya.

5. Ibu dr. Ratih Yulistika Utami, M.Med.Ed, selaku Penguji I yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

6. Ibu dr. Mila Trisna Sari, M.KM, selaku Penguji II yang telah menyediakan waktu, tenaga, dan pikiran untuk mengarahkan saya dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman saya yaitu Annisa Azzahra, Nyayu Saphira Arvi Angella, Dina Risma Fitri, Fitri Aulia, Salsabila Alzahra, Ranni Radyanti Rahayu, Sylvia Dhea Pane, Amanda Defya, Salsabila Nitya, Fahirah Zahra Ananda, Devira Dea Tasya, Febi Yolindasari yang sudah memberikan dukungan selama penyusunan skripsi ini.

8. Teman-teman satu Angkatan dan adik-adik kelas yang sudah membantu dalam penelitian ini.

Saya menyadari bahwa penulisan skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran demi kesempurnaan tulisan ini sangat saya harapkan. Akhir kata, saya berharap Allah SWT berkenan membalas segala kebaikan semua pihak yang telah membantu. Semoga skripsi ini membawa manfaat bagi pengembangan ilmu.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Medan, 27 Januari 2024 Penulis,

Rn Cendiasaqia

(7)

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Sebagai sivitas akademika Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara, saya yang bertanda tangan di bawah ini,

Nama : Rn Cendiasaqia NPM : 2008260200 Fakultas : Kedokteran

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, menyetujui untuk memberikan kepada Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara Hak Bebas Royalti Noneksklusif atas skripsi saya yang berjudul : Persepsi Gaya Belajar Generasi Z Di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara. Beserta perangkat yang ada (jika diperlukan). Dengan Hak Bebas Royalti Noneksklusif ini Universitas

Muhammadiyah Sumatera Utara berhak menyimpan, mengalihmedia/formatkan, mengelola dalam bentuk pangkalan data (database), merawat dan mempublikasikan tugas akhir saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis/pencipta dan sebagai pemilik Hak Cipta.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Dibuat di : Medan

Pada tanggal : 20 februari 2024

Yang menyatakan,

(Rn Cendiasaqia)

(8)

viii ABSTRAK

Pendahuluan: Generasi Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1996 hingga 2010 yang mana generasi ini disebut sebagai generasi yang dipengaruhi oleh paparan langsung teknologi dan mempengaruhi segala aspek terutama gaya belajar generasi Z. Generasi Z umumnya memiliki karakteristik seperti memahami dan menggunakan teknologi, senang bersosialisasi, multitasking, memiliki ambisi tinggi, cenderung praktis dan instan, mencintai kebebasan dan kepercayaan diri yang tinggi, menyukai hal detail, dan berkeinginan besar mendapat pengakuan. Gaya belajar terdiri atas Visual, Auditori, dan Kinestetik. Pendidikan kedokteran dengan berbagai metode pembelajarannya dapat menjadi tantangan bagi mahasiswa untuk beradaptasi dan menyesuaikan metode pembelajaran dengan jenis gaya belajar masing-masing mahasiswa. Tujuan pada penelitian ini untuk mengetahui persepsi gaya belajar generasi Z di Fakultas Kedokteran UMSU. Metode: Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Metode pengambilan sampel menggunakan consecutive sampling dengan jumlah sampel ada 314 orang mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU. Hasil: Berdasarkan skor rerata tertinggi pada kuesioner karakteristik generasi Z didapati sebesar 3.64 pada indikator “memiliki ambisi untuk sukses”, sedangkan skor rerata terendah adalah sebesar 2.84 pada indikator “multitasking”. Gambaran gaya belajar mayoritas dijumpai pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU memiliki gaya belajar kinestetik (37.26%) sekitar 117 orang. Mahasiswa Fakultas Kedokteran Muhammadiyah Sumatera Utara memiliki persepsi gaya belajar visual paling sering mengingat sesuatu jika menuliskannya dengan rerata skor sebesar 2.75. Sementara itu, jarang mengalami kesulitan dalam memahami sebuah lelucon ketika seseorang menceritakannya dengan rerata skor sebesar 1.83. Persepsi gaya belajar auditori paling sering dapat memahami sesuatu apabila diberikan penjelasan oleh orang lain dengan rerata skor 2.54. Sementara itu, jarang merasa lelah ketika menulis dan menekan pena terlalu keras, yaitu dengan rerata skor 2.09. Persepsi gaya belajar kinestetik paling sering dapat belajar dengan baik jika diperlihatkan cara melakukan sesuatu dan memiliki kesempatan untuk melakukannya dengan rerata skor 2.78. Sementara itu, paling jarang merasa bahwa belajar di meja merupakan kebiasaannya dengan rerata skor 1.88.

Kesimpulan: Dijumpai gaya belajar yang paling banyak pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU yaitu gaya belajar kinestetik, dengan metode pembelajaran yang mendukung pada pendidikan kedokteran yaitu Keterampilan Klinis Dasar (KKD) dan praktikum. Karakteristik generasi Z yang dijumpai pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU yaitu mampu memahami dan menggunakan teknologi, memiliki ambisi yang besar, cenderung praktis dan instan, terbiasa akan kebebasan dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, menyukai hal detail, berkeinginan besar mendapat pengakuan.

Kata Kunci: Gaya Belajar, Karakteristik Generasi Z, Mahasiswa Kedokteran, VAK.

(9)

ix ABSTRACT

Introduction: Generation Z is the generation born from 1996 to 2010, where this generation is referred to as the generation that is influenced by direct exposure to technology and influences all aspects, especially the learning style of generation Z. Generation Z generally has characteristics such as understanding and using technology, enjoying socializing, multitasking, has high ambitions, tends to be practical and instant, loves freedom and has high self-confidence, likes details, and has a great desire to receive recognition. Learning styles consist of Visual, Auditory and Kinesthetic. Medical education with its various learning methods can be a challenge for students to adapt and adapt learning methods to each student's learning style. The objective of this study is to determine the perception of generation Z's learning styles at the UMSU Faculty of Medicine. Method: This research design uses a descriptive research type with a cross sectional design. The sampling method used consecutive sampling with a total sample of 314 students from the UMSU Faculty of Medicine. Results:

Based on the highest mean score on the Generation Z characteristics questionnaire, it was found to be 3.64 on the "having the ambition to succeed" indicator, while the lowest mean score was 2.84 on the "multitasking" indicator. The description of the majority of learning styles found in UMSU Medical Faculty students has a kinesthetic learning style (37.26%) around 117 people. Students at the Muhammadiyah Medical Faculty of North Sumatra have the perception that the visual learning style most often remembers something when they write it down with a mean score of 2.75. Meanwhile, they rarely have difficulty understanding a joke when someone tells it with a mean score of 1.83. Perceived auditory learning style can most often understand something when given an explanation by someone else with a mean score of 2.54. Meanwhile, he rarely felt tired when writing and pressing the pen too hard, with an average score of 2.09. Perception of the kinesthetic learning style is that they can most often learn well if they are shown how to do something and have the opportunity to do it with a mean score of 2.78. Meanwhile, the least often felt that studying at a desk was their habit with an average score of 1.88. Conclusion: The most common learning style found in UMSU Medical Faculty students is the kinesthetic learning style, with learning methods that support medical education, namely Basic Clinical Skills (KKD) and practicum. The characteristics of generation Z found in UMSU Medical Faculty students are being able to understand and use technology, having big ambitions, tending to be practical and instantaneous, accustomed to freedom and having high self-confidence, like details, and have a great desire to receive recognition.

Keywords: Learning Style, Characteristics of Generation Z, Medical Students, VAK.

(10)

x

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL………....i

HALAMAN PERNYATAAN ORISINALITAS……….…..iii

HALAMAN PENGESAHAN………....iv

KATA PENGANTAR ... v

PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI SKRIPSI UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS...vii

ABSTRAK...viii

BAB 1 PENDAHULUAN...1

1.1 Latar Belakang...1

1.2 Rumusan Masalah...3

1.3 Tujuan...3

1.3.1 Tujuan Umum...3

1.3.2 Tujuan Khusus...3

1.4 Manfaat Penelitian...3

1.4.1 Bagi Peneliti...3

1.4.2 Bagi Mahasiswa...3

1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan...4

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA...5

2.1 Generasi...5

2.1.1 Definisi...5

2.1.2 Klasifikasi...5

2.2 Generasi Z...6

2.2.1 Karakteristik Generasi Z...6

2.3 Gaya Belajar...7

2.3.1 Karakteristik Gaya Belajar...8

2.3.2 Perbedaan Gaya Belajar Pada Setiap Generasi...9

2.3.3 Metode Pembelajaran di Pendidikan Kedokteran...12

2.4 Instrumen...14

2.4.1 Kuesioner Gaya Belajar...14

2.4.2 Kuesioner Karakteristik Generasi Z...14

2.5 Kerangka Teori...16

(11)

xi

2.6 Kerangka konsep...16

BAB 3 METODE PENELITIAN...17

3.1 Definisi Operasional...17

3.2 Jenis Penelitian...19

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian...19

3.4 Populasi dan Sampel Penelitian...19

3.4.1 Populasi...19

3.4.2 Sampel...20

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data...21

3.6 Pengolahan dan Analisis Data...22

3.6.1 Pengolahan Data...22

3.6.2 Analisis Data...22

3.7 Alur Penelitian...23

BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN...24

4.1 Hasil Penelitian...24

4.1.1 Karakteristik generasi Z...24

4.1.2 Distribusi frekuensi gaya belajar...24

4.1.3 Persepsi gaya belajar...26

4.2 Pembahasan...29

4.2.1 Indikator karakteristik generasi Z...29

4.2.2 Persepsi terhadap gaya belajar...32

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN...36

5.1 Kesimpulan...36

5.2 Saran...37

DAFTAR PUSTAKA...38

LAMPIRAN...42

Lampiran 1. Kuesioner...42

Lampiran 2. Kuesioner...48

Lampiran 3. Uji Validitas Kuesioner...52

Lampiran 4. Ethical Clearance...58

Lampiran 5. Surat Izin Penelitian...59

Lampiran 6. Data Statistik...60

Lampiran 7. Data penelitian...64

Lampiran 8. Dokumentasi...100

Lampiran 9. Biodata...102

(12)

12 BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pada saat ini teknologi dan informasi sudah sangat berkembang dengan cepat. Seiring dengan perkembangan teknologi ternyata memberikan dampak pada setiap individu, termasuk generasi Z yang mengalami langsung suatu perubahan dan perkembangan sistem informasi dan teknologi.1 Generasi Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1996 hingga 2010 yang mana generasi ini disebut sebagai generasi yang dipengaruhi oleh paparan langsung teknologi, gadget dan perolehan informasi yang semakin mudah. Perkembangan ini mempengaruhi segala aspek terutama gaya belajar generasi Z.2

Generasi Z biasanya cenderung memiliki gaya belajar learning by doing yaitu dengan melakukan eksperimen langsung ketika melakukan sesuatu. Generasi Z dikenal juga dengan generasi yang terbiasa multitasking ketika melakukan suatu hal dalam satu waktu dengan tujuan mempersingkat waktu sehingga dapat mempelajari banyak hal dalam waktu yang singkat. Sebelum memulai sesuatu, biasanya generasi Z harus mengerti akan tujuan awal sebelum dilaksanakannya suatu hal agar tercapainya tujuan dan dapat terlaksana hingga tuntas.3

Diketahui bahwa generasi Z memiliki beberapa karakteristik diantaranya yaitu ambisius, cenderung lebih suka hal yang praktis, memiliki kepercayaan diri yang tinggi, sangat detail, butuh akan hal yang namanya validasi dan berhubungan langsung dengan teknologi dan informasi. Dikatakan generasi Z memiliki ciri ambisius dikarenakan mereka berkeinginan tinggi untuk menggapai cita-cita dan berusaha untuk mencoba setiap kesempatan yang dapat membawa mereka kepada hal yang diinginkan terlebih mereka memiliki sumber informasi yang diperoleh dari teknologi dan digital. Generasi ini cenderung menyukai hal yang praktis dikarenakan mereka sudah terbiasa dengan teknologi yang semua hal bisa diakses dengan cepat. Generasi Z sudah terbiasa diajarkan untuk membentuk rasa percaya diri yang tinggi dengan konsumsi gadget mereka sehari-hari yang

(13)

13

memberikan pengaruh positif dan mereka cenderung semakin ingin mendapatkan suatu pengakuan atas hal yang mereka raih.4

Adapun berbagai gaya belajar yang dimiliki setiap orang itu berbeda-beda terlebih pada generasi Z yang meliputi visual, auditori dan kinestetik. Generasi Z lebih suka dipaparkan dengan suatu materi yang penyampaiannya cepat dan disalurkan dalam bentuk visual, contohnya berupa video. Begitu juga dengan informasi yang diperoleh, generasi Z lebih nyaman dengan mencari suatu informasi dengan cepat, tepat, dan tidak memakan waktu yang lama. Biasanya mereka juga lebih nyaman untuk melakukan diskusi di dalam kelompok dengan menganalisis suatu masalah yang menjadi pemicu utama terhadap suatu hal yang sedang dipelajari dan mendalami.1 Diketahui bahwa ada beberapa jenis gaya belajar yang berbeda pada setiap mahasiswa kedokteran. Tujuan dari gaya belajar yaitu untuk mempertahankan cara pembelajaran yang tepat terkait dengan kebutuhan mahasiswa terhadap pola pertahanan memori. Tentu hal ini harus diimbangi dengan kesadaran tiap mahasiswa terhadap proses pembelajarannya masing-masing demi prestasi akademik.5

Adapun beberapa metode pembelajaran di Fakultas Kedokteran yang saat ini sudah banyak diterapkan salah satunya yaitu Problem Based Learning (PBL). PBL yang berpusat pada mahasiswa dengan menstimulasi berpikir kritis pada mahasiswa dengan membentuk grup kecil yang berisikan 8-10 orang atau biasanya disebut dengan SGD (Small Group Discussion) atau tutorial. Metode pembelajaran ini mendukung individu dengan gaya belajar auditori untuk belajar melalui pemecahan masalah dan pengalaman langsung.

Pembelajaran berupa materi kuliah dalam bentuk slide powerpoint dan video keterampilan klinis sangat membantu individu dengan gaya belajar visual.6 Adapun pembelajaran di Fakultas Kedokteran berupa Keterampilan Klinis Dasar (KKD) dan praktikum sangat membantu pada gaya belajar kinestetik. Paparan tersebut membantu mahasiswa untuk mengidentifikasi gaya belajarnya. Penelitian sebelumnya yang dilakukan di Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah Sumatera Utara (UMSU) tentang gaya belajar sudah memenuhi beberapa jenis gaya belajar yang terdiri atas gaya belajar visual, auditori dan kinestetik.7 Namun, perlu dilakukan penelitian tentang bagaimana gaya belajar yang

(14)

14

paling banyak dilakukan oleh mahasiswa berdasarkan karakter generasi Z pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU.

1.2 Rumusan Masalah

Rumusan masalah pada penelitian ini bagaimana gambaran gaya belajar generasi Z di Fakultas Kedokteran UMSU.

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui persepsi gaya belajar generasi Z di Fakultas Kedokteran UMSU.

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Untuk mengetahui gambaran karakteristik generasi Z di Fakultas Kedokteran UMSU berdasarkan komponen karakteristik sesuai kuesioner karakteristik generasi Z.

2. Untuk mengetahui gambaran gaya belajar generasi Z di Fakultas Kedokteran UMSU berdasarkan pertanyaan pada kuesioner Visual, Auditori dan Kinestetik (VAK).

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Bagi Peneliti

Memberi pengetahuan terkait persepsi gaya belajar generasi Z di Fakultas Kedokteran UMSU.

1.4.2 Bagi Mahasiswa

Mahasiswa dapat mengetahui seberapa penting gaya belajar yang dibutuhkan pada generasi Z dan menentukan metode pembelajaran yang tepat bagi mahasiswa kedokteran.

(15)

15 1.4.3 Bagi Institusi Pendidikan

Memberikan preferensi terkait persepsi gaya belajar generasi Z mahasiswa kedokteran dan dapat menyesuaikan metode pembelajaran yang tepat untuk mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU.

(16)

16 BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Generasi 2.1.1 Definisi

Generasi dapat dikaitkan pada suatu tahun kelahiran, usia, dan orang-orang yang sama dalam segi waktu kehidupannya. Generasi juga dipengaruhi oleh suatu teknologi yang dapat mempengaruhi pola pikir, kehidupan, dan perilaku.8 Ada berbagai pengelompokkan pada generasi, menurut beberapa peneliti bahwa generasi merupakan suatu kelompok orang yang memiliki umur dengan pengalaman yang sama. Kebiasaan pada setiap generasi memiliki berbagai karakteristiknya masing-masing yang disesuaikan dengan perkembangan zaman.9 2.1.2 Klasifikasi

Generasi dibagi atas 5 macam, yaitu:8 1. Generasi tradisional

Generasi ini lahir pada tahun 1928 sampai 1944, dikenal dengan generasi yang sangat bergantung pada kekuasaan.

2. Generasi baby boomer

Generasi ini lahir pada tahun 1945 sampai 1965, generasi ini cenderung gila kerja.

3. Generasi X

Generasi ini lahir pada tahun 1965 sampai 1979, generasi ini cenderung memiliki keduanya. Dengan menghargai suatu kekuasaan dan menganggap bahwa pekerjaan adalah hal yang penting dalam kehidupan.

4. Generasi Y

Generasi ini lahir pada tahun 1980 sampai 1995, generasi ini sudah dikenalkan oleh kemakmuran dan mulai terbuka dengan teknologi.

5. Generasi Z

(17)

17

Generasi ini lahir pada tahun 1995 sampai 2010, generasi ini dikenal sudah berhubungan langsung dengan teknologi.

2.2 Generasi Z

2.2.1 Karakteristik Generasi Z

Jika dibandingkan generasi Z dengan generasi sebelumnya, ada beberapa ciri-ciri karakteristik generasi Z, yaitu: 4,10,11

a. Ambisius

Generasi Z diketahui memiliki jiwa ambisius yang tinggi untuk mencapai suatu hal yang ingin mereka raih.

b. Cenderung praktis

Generasi ini dikenal dengan generasi yang menyukai segala hal yang praktis dan instan dikarenakan generasi ini sudah terbiasa dengan teknologi yang membuat mereka lebih mudah untuk mencari suatu informasi.

c. Menyukai kebebasan

Generasi Z cenderung lebih nyaman untuk menyampaikan pendapat, bebas berekspresi dan berkreasi. Kebiasaan seperti ini yang dapat membantu mereka untuk belajar menjadi pribadi yang memiliki kepercayaan diri yang tinggi.

d. Menyukai hal detail

Dengan pemikiran kritis yang mereka miliki cenderung membuat generasi ini terbiasa menyukai hal detail dengan memperoleh suatu informasi dengan menyesuaikan fakta di internet.

e. Membutuhkan validasi

Generasi ini memiliki keinginan untuk mendapatkan suatu pengakuan dalam bentuk afirmasi atau reward untuk menunjukkan penghargaan atas kemampuan yang mereka miliki.

f. Teknologi informasi dan digital

(18)

18

Seiring berkembangnya zaman, generasi ini sudah terbiasa dengan hal yang berbau teknologi dan informasi. Generasi ini juga sangat handal untuk mengaplikasikan seluruh aspek teknologi di kehidupan sehari-hari, serta berkomunikasi melalui gadget.

g. Sosialisasi

Generasi Z senang bersosialisasi apalagi dengan adanya teknologi membuat mereka bebas untuk melakukan sosialisasi melalui sosial media.

h. Multitasking

Generasi ini sudah terbiasa dengan melakukan banyak hal dalam satu waktu dengan tujuan dapat memanfaatkan waktu sebaik mungkin untuk mengerjakan banyak hal.

Jika dibandingkan generasi Z dengan generasi lainnya dijumpai bahwa generasi Z cenderung tidak memiliki komitmen dan bersifat rasional karena mereka sudah lahir dengan terbiasa menggunakan teknologi. Generasi Z cenderung mempunyai reaksi yang cepat tanpa ingin berpikir panjang, suka menggabungkan suatu pekerjaan dengan hiburan.10

Namun kekurangannya adalah generasi ini cenderung lebih malas belajar karena sudah terbiasa dengan suatu hal yang serba instan, tidak sabar, cenderung suka menarik diri dan sibuk akan aktivitas masing-masing. Generasi ini sangat ketergantungan dengan gadget dan cenderung impulsif tanpa memikirkan suatu kebutuhan.11

2.3 Gaya Belajar

Pada saat ini bidang ilmu pengetahuan dan teknologi sangat berkembang mengikuti era globalisasi yang menimbulkan suatu pengaruh yang sangat besar untuk segala aspek hal. Salah satunya pendidikan yang memiliki bagian terpenting pada setiap orang dengan menjadikan pendidikan adalah suatu proses pendewasaan dari segi pemikiran. Pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi harus memiliki dampak positif agar dapat mencapai tujuan pendidikan secara efisien dan efektif.12

Setiap orang tentu memiliki berbagai perbedaan, terlebih pada gaya belajar. Tergantung cara otak untuk mengolah, menyerap, dan menyampaikan informasi yang disesuaikan dengan gaya belajar masing-masing individu.12

(19)

19

Setiap orang memiliki tingkat kemampuan yang berbeda-beda dalam memahami pelajaran. Ada sebagian orang yang langsung cepat menangkap dan ada yang tidak. Setiap orang juga memiliki karakter yang berbeda-beda, terlebih jika soal pelajaran. Gaya belajar adalah suatu proses unik yang dimiliki oleh setiap pelajar, dengan adanya perbedaan gaya belajar menunjukkan bahwa setiap orang memiliki cara cepat dan yang terbaik untuk menyerap sebuah informasi tentang pendidikan.12

Gaya belajar pada tiap orang dipengaruhi oleh faktor pembawaan dan lingkungan yang berbeda-beda. Dapat dikatakan bahwa hal seperti ini dapat diubah jika dilakukan dengan latihan ataupun disesuaikan dengan lingkungan masing-masing. Gaya belajar tiap mahasiswa dapat mempengaruhi hasil dalam proses pembelajaran.13

Gaya belajar sebagai suatu cara yang digunakan bagi masing-masing orang untuk memiliki proses dalam menguasai suatu informasi pengetahuan melalui persepsi yang berbeda-beda.14 Keberagaman gaya belajar meliputi aspek visual, auditori dan kinestetik yang memiliki kemampuan untuk meningkatkan aktivitas belajar pada masing-masing individu.15

2.3.1 Karakteristik Gaya Belajar a. Gaya belajar visual

Gaya belajar visual merupakan suatu gaya belajar dengan cara memandang dan melihat suatu objek yang sedang dipelajari. Gaya belajar ini lebih nyaman dengan melihat ilustrasi, gambar, dan bentuk supaya lebih mudah menangkap suatu informasi.

Seseorang yang memiliki gaya belajar visual cenderung memperhatikan hal secara detail hanya dengan melihat. Biasanya mata kuliah dengan berbentuk video, slide powerpoint, dan grafik menjadi solusi untuk lebih mudah menyerap suatu materi.1

Ada penelitian yang menyebutkan bahwa individu dengan gaya belajar visual ini lebih nyaman membuat suatu simbol dan gambar pada catatan mereka. Biasanya mereka sudah terlatih sangat peka terhadap warna, terlatih untuk melihat informasi

(20)

20

harus dengan visual agar lebih mudah memahaminya dan cenderung kesulitan jika berbicara langsung dengan orang lain.12

b. Gaya belajar auditori

Gaya belajar auditori merupakan gaya belajar dengan mengandalkan telinga sebagai pendengaran untuk menangkap suatu informasi dan mengingat suatu materi.

Seseorang dengan gaya belajar ini cenderung akan terganggu jika kondisi disekitarnya berisik dan lebih mudah memahami suatu materi jika berada di ruangan yang tenang.

Gaya belajar ini cenderung lebih suka membaca referensi dari buku, artikel, jurnal ataupun materi perkuliahan. Individu dengan gaya belajar auditori biasanya akan lebih nyaman belajar dengan menggerakkan bibir atau mengeraskan suara agar lebih mudah menyerap suatu informasi. Saat kegiatan pembelajaran berlangsung, biasanya lebih suka berdiskusi dengan orang lain dan melakukan presentasi.1

c. Gaya belajar kinestetik

Gaya belajar kinestetik merupakan gaya belajar yang mengharuskan seseorang untuk menyentuh sesuatu agar lebih mudah menyerap informasi dan mengingatnya.

Individu dengan gaya belajar kinestetik ini lebih suka pembelajaran yang melibatkan fisik, banyak gerakan, dan tidak bisa diam selama proses pembelajaran sedang berlangsung. Diketahui dengan melakukan pergerakan membuat mahasiswa dengan gaya belajar ini lebih nyaman untuk memahami suatu materi.1

Seseorang dengan gaya belajar kinestetik cenderung lebih suka melakukan praktik secara langsung sdan menghafal suatu informasi dengan selalu melibatkan pergerakan. Mahasiswa dengan gaya belajar ini lebih terbiasa menggunakan tangan sebagai informasi pertama, memiliki kemampuan komunikasi dengan membentuk sebuah tim dan ketika proses pembelajaran cenderung tidak bisa duduk terlalu lama.12 2.3.2 Perbedaan Gaya Belajar Pada Setiap Generasi

Umumnya setiap orang memiliki gaya belajar yang berbeda-beda tergantung dari masing-masing individu sudah terbiasa dengan cara belajar yang seperti apa, sama hal nya

(21)

21

dengan gaya belajar setiap generasi tentu memiliki metode pembelajaran yang berbeda.16 Dengan munculnya internet yang memberikan akses untuk memperoleh berbagai informasi, kini banyak yang memanfaatkan internet sebagai sumber belajar. Dalam proses ini, mereka mengandalkan perangkat teknologi seperti komputer, laptop, atau smartphone untuk mengakses informasi yang tersedia di internet.17 Selain itu, gaya belajar individu juga mengalami perubahan seiring perkembangan teknologi. Graeme Codrington & Sue Grant- Marshall mengemukakan teori yang menyebutkan bahwa dalam kurun seratus tahun terakhir, terdapat enam kelompok generasi manusia yang dapat dibedakan.16

Dari keenam kelompok tersebut, terdapat lima kelompok yang memiliki perbedaan dalam gaya belajar mereka, yaitu tradisionalist, baby boomer, generasi X, generasi milenial, dan generasi Z.16

1. Generasi Traditionalist

Generasi Traditionalist memiliki kepercayaan pada logika dan rasionalitas saat belajar, memudahkan mereka dalam memahami konsep yang dijelaskan secara logis.

Mereka cenderung mengandalkan pengalaman masa lalu untuk memutuskan kebenaran suatu hal, namun tetap terbuka untuk mempertimbangkan jika ada pengalaman baru yang membantahnya. Generasi ini juga mengutamakan konsistensi dan keseragaman dalam pendekatan mereka dalam memecahkan masalah, memilih untuk tetap menggunakan cara yang sudah terbukti efektif, meskipun ada alternatif yang lebih baru atau sederhana. Fleksibilitas terhadap perubahan cenderung terbatas pada generasi ini.16

2. Generasi Baby Boomers

Generasi Baby Boomers cenderung menyukai metode belajar yang melibatkan fasilitator, seperti guru atau dosen. Dalam proses pembelajaran di kelas, mereka menyukai pendekatan kuliah dan aktif mencatat informasi yang disampaikan. Selain itu, mereka memiliki strategi khusus untuk memahami materi dengan lebih baik, yaitu menghubungkan pelajaran dengan pengalaman pribadi mereka sendiri. Mereka sering

(22)

22

mengaitkan konsep pelajaran dengan pengalaman hidup mereka dan bahkan menulis cerita yang menggambarkan hubungan tersebut. Generasi Baby Boomers sangat menghargai lingkungan belajar yang mendukung, dimana umpan balik positif diberikan kepada mereka. Suasana belajar yang positif tersebut dapat meningkatkan motivasi dan prestasi belajar mereka.16

3. Generasi X

Generasi X memiliki gaya belajar yang efisien dan cepat. Mereka menyukai penjelasan yang singkat dan langsung pada inti materi, cenderung memilih cara belajar to the point. Selain itu, Generasi X fokus pada hal-hal yang memberikan manfaat secara langsung, tertarik pada petunjuk belajar yang spesifik dan contoh-contoh soal yang relevan dengan ujian yang akan dihadapi. Jika suatu topik tidak tercakup dalam materi ujian, mereka akan mengabaikannya untuk belajar dengan lebih efisien.

Generasi X juga menyukai fleksibilitas dalam waktu belajar, cenderung belajar secara mandiri untuk mengatur ritme belajar dan menentukan waktu yang sesuai bagi mereka.

Mereka menghargai fleksibilitas dalam mengatur jadwal belajar mereka.16 4. Generasi Milenial

Generasi Milenial memiliki gaya belajar yang melibatkan peranan langsung dalam kelompok. Mereka lebih suka belajar dengan mendiskusikan suatu masalah dalam kelompok kecil. Selain itu, generasi Milenial juga memanfaatkan teknologi dalam proses belajar. Mereka menggunakan teknologi berupa internet untuk mencari informasi atau menggunakan perangkat digital untuk mengerjakan tugas dan penggunaan smartphone yang disebut sebagai mobile learning. Generasi Milenial cenderung menyukai pembelajaran berbasis pengalaman, dimana siswa terlibat dalam pengalaman langsung dan praktik. Metode ini melibatkan siswa dalam belajar melalui pengalaman nyata, bukan hanya mengandalkan teori. Hal ini membuat siswa menjadi lebih aktif dan memperoleh pengetahuan tambahan melalui pengalaman pribadi mereka.16

(23)

23 5. Generasi Z

Generasi Z memiliki preferensi belajar dengan pendekatan learning by doing, generasi ini lebih suka terlibat dalam suatu eksperimen daripada menjadi pasif di dalam kelas. Mereka juga memiliki kemampuan multitasking yang memungkinkan mereka untuk mengelola banyak tugas sekaligus efisien. Generasi Z menghargai tujuan yang jelas di awal pada pembelajaran dan memiliki harapan tinggi untuk hasil yang ingin dicapai dari aktivitas belajar. Mereka juga mengharapkan umpan balik yang cepat terkait kemajuan dan kinerja mereka dalam belajar. Generasi ini sudah terbiasa dengan kemajuan teknologi sehingga mempengaruhi proses belajar dan cenderung lebih mudah untuk mendapatkan suatu informasi terkait pembelajaran melalui internet.16

2.3.3 Metode Pembelajaran di Pendidikan Kedokteran

Proses pembelajaran di perguruan tinggi pada saat ini sudah menerapkan sistem Student Centered Learning (SCL) dengan mengganti sistem Teacher Centered Learning (TCL). Semua pembelajaran sudah berpusat pada mahasiswa yang ditujukan agar mahasiswa tersebut bisa lebih aktif dan mandiri untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan. Tentu pembelajaran seperti ini sangat penting untuk melatih leadership skills seorang mahasiswa untuk membentuk pengalaman bagi masa yang akan datang.18

Berdasarkan Standar Kompetensi Dokter Indonesia (SKDI) yang telah disahkan oleh Konsil Kedokteran Indonesia (KKI), perguruan tinggi yang menyeleggarakan pendidikan dokter harus menerapkan kurikulum yang sesuai dengan Kurikulum Berbasis Kompetensi (KBK), yaitu dengan melakukan metode pembelajaran Problem Based Learning (PBL).19 PBL merupakan metode dengan menggunakan skenario sebagai pemicu suatu pembelajaran dengan tujuan untuk stimulasi cara berpikir mahasiswa dengan diskusi dalam kelompok kecil. Metode PBL ini salah satunya dengan tutorial menggunakan seven jump yang diantaranya terdiri dari Self Directed Learning (SDL) dan Reporting Process.20

(24)

24

Program ini melatih kemampuan mahasiswa kedokteran untuk memecahkan suatu masalah yang diberikan dalam bentuk kasus dan dikembangkan melalui metode pembelajaran dan keterampilan yang mereka miliki. PBL diharapkan mampu untuk membentuk rasa percaya diri dan mengasah pola pikir mahasiswa. Rasa percaya diri sangat berperan penting pada mahasiswa kedokteran untuk melatih kemampuan seseorang dalam berkomunikasi.21

Namun setiap program yang dilaksanakan tentu memiliki kelebihan maupun kekurangan, pada sistem PBL ini sangat mempengaruhi keaktifan dari mahasiswa itu sendiri karena memiliki hubungan terkait sikap dan gaya belajar dari setiap individu yang dapat menjadi kendala bagi beberapa orang. Faktor fasilitator juga sangat berperan penting dalam efektivitas metodologi pendidikan. Pelaksana yang efektif sangat berpengaruh dengan mengembangkan lingkungan belajar yang benar dan membantu untuk menentukan tujuan terbaik yang harus dicapai. Gaya belajar menjadi penentu yang berkaitan dengan sistem PBL ini, diketahui karena mahasiswa harus mengerti akan gaya belajar mereka masing-masing sehingga dapat mengoptimalkan belajar dan mendapatkan hasil yang diinginkan. Gaya belajar yang tepat cenderung bersifat problem solving jika gaya belajar itu sendiri sudah sesuai dengan karakter setiap mahasiswa dan dilaksanakan dengan baik.22

Adapun metode pembelajaran yang dinamakan sebagai Flipped Classroom, yaitu suatu metode pembelajaran yang menjadikan mahasiswa sebagai pusat pembelajaran. Pada generasi Z yang sudah terbiasa dengan penggunaan teknologi, sistem pembelajaran Flipped Classroom ini dapat dianjurkan untuk diaplikasikan dalam pendidikan kedokteran. Pada pembelajaran tradisional seperti yang kita ketahui bahwa pendidik akan menyampaikan materi dan menambah pemahaman terkait materi terhadap mahasiswa melalui tugas yang diberikan. Pada Flip Classroom bagi setiap pendidik akan menyiapkan pembelajaran dalam sebuah video, powerpoint, dan mengakses pembelajaran melalui e-learning atau dengan cara lainnya.

Flipped Classroom menggunakan pendekatan pembelajaran dengan tujuan untuk menstimulasi pembelajaran dan mengubah strategi sistem pembelajaran di kelas menjadi suatu diskusi.23 Metode pembelajaran seperti ini memiliki keuntungan bagi setiap gaya belajar, namun akan sangat berperan penting pada gaya belajar visual.24

(25)

25 2.4 Instrumen

2.4.1 Kuesioner Gaya Belajar

Instrumen untuk menentukan gaya belajar dengan menggunakan lembar kuesioner Visual, Auditori dan Kinestetik (VAK). Kuesioner ini terdiri dari 3 indikator yang masing- masingnya terdiri dari 10 pertanyaan. Gaya belajar visual mempunyai 10 pertanyaan, gaya belajar auditori dengan 10 pertanyaan dan gaya belajar kinestetik mempunyai 10 pertanyaan.

Dengan penilaian menggunakan skala Sering memiliki skor 3, Jarang memiliki skor 2 dan Tidak Pernah memiliki skor 1, dengan hasil skor yang lebih tinggi menunjukkan hasil gaya belajar yang paling banyak dijumpai. Jika dijumpai hasil skor tertinggi untuk lebih dari satu gaya belajar akan ditentukan sebagai gaya belajar campuran.

2.4.2 Kuesioner Karakteristik Generasi Z

Instrumen yang digunakan untuk mengetahui karakteristik generasi Z pada penelitian ini berupa lembar angket yang sudah digunakan pada penelitian sebelumnya. Pertanyaan yang dimunculkan pada angket tersebut memiliki penentuan skor yang terdiri dari Selalu (SL) memiliki skor 4, Sering (SR) memiliki skor 3, Jarang (JR) memiliki skor 2, Tidak Pernah (TP) memiliki skor 1. Instrumen ini diambil dari penelitian skripsi sebelumnya yang membahas Pengaruh Karakteristik Generasi Z Terhadap Motivasi Belajar Mahasiswa Program Studi PAI Universitas Islam.

Tabel 2.1 Isi kuesioner karakteristik generasi Z

No. Indikator Nomor Item Jum

lah

1.

Memahami dan mampu menggunakan berbagai

macam teknologi

1, 2, 3, 4 4

2. Senang bersosialisasi 5, 6, 7, 8, 9 5

(26)

26

3. Multitasking 10, 11, 12, 13 4

4. Memiliki ambisi besar untuk sukses

14, 15, 16 3

5. Cenderung praktis dan berperilaku instan

17, 18, 19 3

6.

Cinta kebebasan dan memiliki percaya diri yang tinggi

20, 21, 22 3

7. Cenderung menyukai hal yang detail

23, 24, 25 3

8. Berkeinginan besar untuk mendapatkan pengakuan

26, 27, 28 3

Jumlah Butir Soal 28

Instrumen ini memiliki 8 karakteristik dengan jumlah 28 soal dengan skor penilaian untuk Selalu (SL) dinyatakan memiliki skor 4, Sering (SR) memiliki skor 3, Jarang (JR) memiliki skor 2, Tidak Pernah (TP) memiliki skor 1. Kuesioner ini menyesuaikan dengan beberapa karakteristik generasi Z yang diketahui bahwa generasi ini menunjukkan ciri-ciri yang diantaranya yaitu memiliki jiwa ambisius, bisa mengerjakan beberapa hal sekaligus atau multitasking, terbiasa dengan paparan teknologi, suka melakukan suatu hal yang instan, dll.

Sesuai dengan beberapa pertanyaan yang dicantumkan pada kuesioner karakteristik generasi Z. 25

(27)

27 2.5 Kerangka Teori

Gambar 2.5 Kerangka Teori 2.6 Kerangka konsep

Visual

Auditori Kinestetik

Mahasiswa Fakultas Kedokteran

Persepsi gaya belajar Generasi Z

Generasi Z Gaya belajar

Kinestetik Auditori

Visual

(28)

28

Gambar 2.6 Kerangka Konsep BAB 3

METODE PENELITIAN

3.1 Definisi Operasional Variabel Definisi

Operasional

Alat Ukur Skala Ukur

Hasil Ukur

Karakteristik generasi z

Generasi Z adalah generasi yang lahir dengan

berinteraksi

langsung pada kemajuan

teknologi. Generasi Z adalah generasi yang lahir pada tahun 1996 hingga

2010 yang

merasakan langsung

teknologi, gadget, dan perolehan informasi dengan semakin mudah.

Kuesioner Karakteristik Generasi Z

Skala nominal

Hasil ukur dengan rerata skor berdasarkan skala likert (selalu, sering, jarang dan tidak pernah) untuk masing-masing indikator yaitu:

a. Memahami dan mampu

menggunakan berbagai macam teknologi

b. Senang bersosialisasi c. Multitasking d. Memiliki ambisi

yang besar untuk sukses

e. Cenderung praktis dan berperilaku

(29)

29

instan

f. Cinta kebebasan dan memiliki kepercayaan diri tinggi

g. Cenderung menyukai hail detail

h. Berkeinginan besar untuk mendapat

pengakuan.

Persepsi gaya belajar

Persepsi adalah memperoleh suatu informasi dengan mengetahui

beberapa hal melalui panca indra, sedangkan gaya belajar adalah suatu cara yang digunakan bagi masing-masing orang untuk memiliki proses dalam menguasai suatu informasi

Kuesioner Visual, Auditori, dan Kinestetik (VAK)

Skala nominal

Persepsi gaya belajar ditentukan dari rerata skor jawaban yang paling banyak dari pertanyaan untuk masing-masing gaya belajar visual, auditori, kinestetik dan campuran berdasarkan skala likert:

Sering dengan skor 3, Jarang dengan skor 2 dan Tidak Pernah dengan skor 1.

(30)

30 pengetahuan

melalui persepsi yang berbeda-beda.

Keberagaman gaya belajar dapat meningkatkan aktivitas belajar pada masing- masing

individu.14,15

3.2 Jenis Penelitian

Rancangan penelitian ini menggunakan jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional. Penelitian deskriptif adalah penelitian dengan metode untuk menggambarkan suatu hasil penelitian. Jenis penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan dan gambaran terkait yang akan diteliti. Lalu metode pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik non-probability sampling, yaitu consecutive sampling.

3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Kegiatan Juli 2023 Agustus 2023 September 2023 Oktober 2023 November 2023 Desember 2023 Januari 2024

Persiapan proposal Sidang proposal Penelitian

Analisa dan Evaluasi Data Seminar Hasil

(31)

31 3.4 Populasi dan Sampel Penelitian

3.4.1 Populasi

Populasi target pada penelitian ini adalah mahasiswa Angkatan 2020-2023 di Fakultas Kedokteran UMSU. Pada Angkatan 2020 memiliki jumlah sekitar 219 orang. Angkatan 2021 dengan jumlah 260 orang. Angkatan 2022 dengan jumlah 259 orang dan Angkatan 2023 dengan jumlah 270 orang.

3.4.2 Sampel

Sampel yang digunakan pada penelitian ini adalah Angkatan 2020-2023 yang merupakan generasi Z dan sedang menjalankan pendidikan di Fakultas Kedokteran UMSU.

Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini dengan menggunakan consecutive sampling.

Penentuan besar sampel pada penelitian ini dengan menggunakan rumus slovin adalah sebagai berikut26:

n = N (1 + N. e2 ) n = jumlah sampel

N = total populasi E = tingkat kesalahan

Berdasarkan rumus diatas maka diperoleh hasil sebagai berikut:

n = N (1 + N. e2 )

n = 1008

(1 + (1008 x (0.05)2 ) )

n = 1008

(1 + (1008 x (0.0025))

(32)

32 n = 1008

3,52 n = 286,36

Berdasarkan dari hasil yang sudah didapat yaitu 286 dan ditambahkan dengan 10% sebagai antisipasi terjadinya sampel yang dikeluarkan selama penelitian dan didapati hasil menjadi 314 orang. Jumlah sampel dalam masing-masing strata mencerminkan proporsi populasi yang ada, dengan rincian sebagai berikut: Angkatan 2020 (68 orang), Angkatan 2021 (81 orang), Angkatan 2022 (81 orang) dan Angkatan 2023 (84 orang). Dengan pendekatan ini, proporsi populasi yang ada di setiap angkatan akan tercermin dalam sampel penelitian. Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan consecutive sampling, dengan mendatangi sampel hingga semua sampel terpenuhi.

Adapun kriteria sampel yang digunakan pada penelitian ini yaitu terdiri atas kriteria inklusi dan kriteria ekslusi, sebagai berikut:

1. Kriteria inklusi

Mahasiswa Fakultas Kedokteran yang aktif berkuliah di Fakultas Kedokteran UMSU dan bersedia menjadi responden.

2. Kriteria ekslusi

Mahasiswa Angkatan 2020-2023 yang tidak bersedia menjadi responden.

3.5 Teknik Pengumpulan Data dan Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen untuk menentukan gaya belajar dengan menggunakan lembar kuesioner Visual, Auditori dan Kinestetik (VAK). Kuesioner ini terdiri dari 3 indikator yang masing- masingnya terdiri dari 10 pertanyaan. Gaya belajar visual mempunyai 10 pertanyaan, gaya belajar auditori dengan 10 pertanyaan dan gaya belajar kinestetik mempunyai 10 pertanyaan.

Dengan penilaian menggunakan skala Sering memiliki skor 3, Jarang memiliki skor 2 dan Tidak Pernah memiliki skor 1, dengan hasil skor yang lebih tinggi menunjukkan hasil gaya belajar yang paling banyak dijumpai. Jika dijumpai hasil skor tertinggi untuk lebih dari satu gaya belajar akan ditentukan sebagai gaya belajar campuran.

(33)

33

Instrumen lainnya untuk menentukan karakteristik generasi Z dengan angket yang telah divalidasi pada penelitian sebelumnya dengan nilai R = 0,374. Kuesioner ini terdiri dari 28 pertanyaan dengan beberapa poin yaitu memahami dan mampu menggunakan berbagai macam teknologi, senang bersosialisasi, multitasking, memiliki ambisi besar untuk sukses, cenderung praktis dan instan, cinta kebebasan dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi, cenderung menyukai hal yang detail dan berkeinginan besar untuk mendapat pengakuan.25 3.6 Pengolahan dan Analisis Data

3.6.1 Pengolahan Data

Berikut adalah proses dari pengolahan data pada penelitian ini dengan menggunakan komputer sebagai berikut:

1. Editing

Dengan memeriksa kuesioner yang sudah diisi oleh masing-masing responden yang dimulai dari data diri dan kelengkapan jawaban kuesioner.

2. Coding

Mengkode data kuesioner dengan menyesuaikan kategori keperluan analisis data.

3. Data entry

Memasukkan data ke dalam sistem aplikasi untuk dianalisis.

4. Verifying

Memeriksa kembali kesalahan dalam memberikan kode pada data yang akan dianalisis.

5. Computer output

Memeriksa hasil analisis yang dilakukan melalui sistem aplikasi pada software komputer.

3.6.2 Analisis Data

Data penelitian dianalisis secara univariat Analisis univariat merupakan suatu analisis deskriptif untuk analisis data pada satu variabel dengan variabel lainnya. Variabel pada penelitian ini yaitu gaya belajar, karakteristik generasi Z mahasiswa kedokteran.

Semua data akan disajikan dalam bentuk tabel.

(34)

34 3.7 Alur Penelitian

Menyusun proposal penelitian

Mendaftar ethical clearance dan surat izin penelitian

Pengambilan sampel dan informed consent

Pengumpulan data penelitian

Analisis data

(35)

35 BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

Penelitian ini merupakan jenis penelitian deskriptif dengan desain cross sectional.

Periode waktu penelitian ini dilakukan pada bulan Desember 2023 yang dilaksanakan di Fakultas Kedokteran UMSU setelah mendapatkan izin dan persetujuan dari Komisi Etik Penelitian Kesehatan (KEPK) Fakultas Kedokteran UMSU dengan nomor:

1107/KEPK/FKUMSU/2023. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran karakteristik generasi Z dan gaya belajar generasi Z di Fakultas Kedokteran UMSU.

Pada penelitian ini sampel yang diterima adalah mahasiswa yang aktif berkuliah di Fakultas Kedokteran UMSU dengan memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dengan jumlah sampel yaitu 314 orang. Data yang dikumpulkan melalui penyebaran kuesioner kepada Angkatan 2020, 2021, 2022 dan 2023. Selama penyebaran dan pengisian kuesioner tidak memiliki banyak kendala, namun ada beberapa responden penelitian yang kurang lengkap dalam mengisi data identitas di formulir kuesioner. Contohnya seperti salah mengisi pilihan pada kolom Angkatan dan tidak lengkap menuliskan NPM. Beberapa responden yang tidak lengkap mengisi identitas akan disesuaikan dengan data mahasiswa dan tetap dilanjutkan untuk dianalisis karna masih memenuhi kriteria inklusi.

Menyusun hasil dan kesimpulan

(36)

36 4.1.1 Karakteristik generasi Z

Tabel 4.1. Karakteristik Generasi Z

No Pertanyaan Rata - Rata

1 Memahami dan mampu menggunakan berbagai

teknologi 3.09

2 Senang bersosialisasi 2.86

3 Multitasking 2.84

4 Memiliki ambisi yang besar untuk sukses 3.64 5 Cenderung praktis dan berperilaku instan 3.31 6 Cinta kebebasan dan memiliki kepercayaan diri tinggi 3.06

7 Cenderung menyukai hal detil 3.23

8 Berkeinginan besar untuk mendapat pengakuan 3.30

Berdasarkan Tabel 4.1, dapat disimpulkan bahwa secara keseluruhan mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU sering melakukan hal yang menjadi karakteristik Generasi Z.

Berdasarkan skor rerata tertinggi adalah sebesar 3.64 pada indikator “memiliki ambisi untuk sukses”, sedangkan skor rerata terendah adalah sebesar 2.84 pada indikator “multitasking”.

Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas generasi Z yang diwakili oleh responden yaitu mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU cenderung sering memiliki ambisi yang besar untuk sukses, namun kurang melakukan multitasking dalam melakukan kegiatan.

4.1.2 Distribusi frekuensi gaya belajar

Pada penelitian ini, gaya belajar mahasiswa terbagi atas gaya belajar visual, auditori, kinestetik, auditori-kinestetik, visual-auditori, visual-kinestetik, visual-auditori-kinestetik.

Penentuan gaya belajar ditentukan dari hasil skoring yang paling banyak ditemukan.

Tabel 4.2. Distribusi frekuensi gaya belajar mahasiswa

Gaya Belajar Frekuensi Persentase (%)

(37)

37

Auditori 50 15.92

Kinestetik 117 37.26

Visual 87 27.71

Auditori-Kinestetik 19 6.05

Visual-Auditori 8 2.55

Visual-Kinestetik 27 8.60

Visual-Auditori-

Kinestetik 6 1.91

Total 314 100

Berdasarkan Tabel 4.2, dapat diketahui bahwa mayoritas responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU memiliki gaya belajar yang paling banyak yaitu kinestetik (37.26%). Sementara itu, mahasiswa yang memiliki gaya belajar kombinasi Visual- Auditori-Kinestetik (1.91%).

4.1.3 Persepsi gaya belajar

Tabel 4.3. Persepsi mahasiswa terhadap gaya belajar visual

No Pertanyaan Rata - Rata

1 Saya senang mencoret-coret dan bahkan catatan saya

memiliki banyak gambar dan panah di dalamnya. 2.49 2 Akan mudah bagi saya untuk mengingat sesuatu jika

menuliskannya 2.75

3 Saya sering tersesat atau terlambat jika seseorang memberi tahu saya cara menuju tempat baru, dan saya tidak mencatat petunjuknya.

2.07

(38)

38

4 Apabila mencoba mengingat nomor telepon seseorang, atau hal baru, akan sangat membantu saya untuk membayangkan gambaran dalam pikiran saya.

2.57

5 Jika saya sedang mengikuti ujian, saya dapat "melihat"

halaman buku teks dan di mana letak jawabannya. 2.43 6 Saya mempertahankan fokus dengan cara melihat orang

tersebut ketika mendengarkan. 2.66

7 Saya menggunakan kartu flash untuk membantu

mengingat materi ujian. 2.15

8 Saya kesulitan memahami apa yang dikatakan seseorang ketika ada orang lain yang berbicara atau musik sedang diputar.

2.38

9 Saya kesulitan memahami sebuah lelucon ketika

seseorang menceritakannya kepada saya. 1.83 10 Saya menyelesaikan pekerjaan di tempat yang tenang. 2.77

Berdasarkan Tabel 4.3, dapat diinterpretasikan bahwa responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU paling sering mengingat sesuatu jika menuliskannya dengan rerata skor sebesar 2.75. Sementara itu, mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU paling jarang kesulitan dalam memahami sebuah lelucon ketika seseorang menceritakannya dengan rerata skor sebesar 1.83.

Tabel 4.4. Persepsi mahasiswa terhadap gaya belajar auditori

No Pertanyaan Rata - Rata

1 Tulisan saya tidak terlihat rapi dan kertas-kertas saya

penuh dengan kata-kata yang dicoret dan penghapus. 2.35 2 Saya menggunakan jari sebagai penunjuk saat

membaca membantu saya menjaga tempat bacaan. 2.27

(39)

39

3 Kertas dengan cetakan sangat kecil, cetakan buram atau

salinan yang jelek, sangat menyulitkan saya. 2.49

4

Saya memahami cara melakukan sesuatu jika seseorang memberi tahu saya, daripada harus membacanya

sendiri.

2.54

5 Saya mengingat hal-hal yang saya dengar, daripada hal-

hal yang saya lihat atau baca. 2.37

6 Menulis itu melelahkan. Saya menekan pena atau pensil

terlalu keras. 2.09

7 Mata saya cepat lelah, meskipun dokter mata

mengatakan bahwa mata saya baik-baik saja. 2.25 8 Ketika saya membaca, saya seringkali bingung dengan

kata-kata yang mirip. 2.30

9 Saya kesulitan untuk membaca tulisan tangan orang

lain. 2.19

10

Jika saya memiliki pilihan untuk mempelajari informasi baru melalui kuliah atau buku teks, saya akan memilih

mendengarkannya daripada membacanya. 2.42

Berdasarkan Tabel 4.4, dapat diinterpretasikan bahwa responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU paling sering untuk dapat memahami sesuatu apabila diberikan penjelasan oleh orang lain, yaitu dengan skor 2.54. Sementara itu, mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU paling jarang merasa lelah ketika menulis dan menekan pena terlalu keras, yaitu dengan skor 2.09.

Tabel 4.5. Persepsi mahasiswa terhadap gaya belajar kinestetik

No Pertanyaan Rata - Rata

(40)

40

1 Saya tidak suka membaca petunjuk, saya lebih suka

langsung mempraktikkannya. 2.51

2

Saya belajar dengan baik ketika saya diperlihatkan cara melakukan sesuatu, dan saya memiliki kesempatan untuk melakukannya.

2.78

3 Belajar di depan meja bukan pilihan saya. 1.88 4

Saya cenderung memecahkan masalah melalui pendekatan yang lebih bersifat uji coba, daripada melalui metode langkah demi langkah.

2.43

5 Sebelum saya mengikuti petunjuk, saya akan lebih baik

jika melihat orang lain melakukannya terlebih dahulu. 2.64 6 Saya merasa perlu istirahat yang sering saat belajar. 2.61 7 Saya tidak terampil dalam memberikan penjelasan atau

arahan secara verbal. 2.23

8 Saya tidak mudah tersesat, bahkan di lingkungan yang

asing. 2.25

9 Saya berpikir lebih baik ketika saya bisa bergerak

bebas. 2.65

10 Ketika saya tidak bisa mengingat kata tertentu, saya

sering menggunakan istilah umum sebagai gantinya. 2.75

Berdasarkan Tabel 4.5, dapat diinterpretasikan bahwa responden yang merupakan mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU paling sering dapat belajar dengan baik jika diperlihatkan cara melakukan sesuatu dan memiliki kesempatan untuk melakukannya, yaitu dengan skor 2.78. Sementara itu, mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU paling jarang merasa bahwa belajar di meja merupakan kebiasaannya, yaitu dengan skor 1.88. Hal ini menunjukkan bahwa mayoritas mahasiswa lebih senang untuk belajar selain di meja.

(41)

41 4.2 Pembahasan

4.2.1 Indikator karakteristik generasi Z

Pada kuesioner karakteristik generasi Z yang telah disebarkan kepada mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU berdasarkan 8 indikator kuesioner ini menunjukkan bahwa seluruh responden cenderung sering melakukan hal-hal yang memenuhi kriteria karakteristik generasi Z.

Berdasarkan indikator yang paling banyak dijumpai yaitu memiliki ambisi besar untuk sukses. Berdasarkan hasil rerata 3.64 menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU sering memiliki ambisi besar untuk sukses. Diketahui bahwa mahasiswa kedokteran sebagai generasi Z sudah terbiasa terpapar dengan isu sosial dan lingkungan yang dapat memberikan motivasi bagi mereka untuk mengejar ambisi yang bernilai positif. Terlebih generasi ini sudah sering terpapar teknologi dan sosial media sehingga mereka memiliki pandangan yang lebih luas untuk sukses dan menjadikan generasi Z memiliki ambisi yang sangat tinggi. Perlu diperhatikan bahwa penting bagi mahasiswa kedokteran untuk mempunyai ambisi yang tinggi karena jenjang pendidikan dokter yang tergolong cukup panjang dan memakan waktu yang lama.4

Indikator kedua yang sering dijumpai yaitu cenderung praktis dan instan. Berdasarkan hasil rerata 3.31 menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU sering cenderung berperilaku praktis dan instan. Generasi Z umumnya cenderung tumbuh bersamaan dengan kemajuan teknologi dan sudah terbiasa untuk memperoleh informasi dengan cepat.

Generasi Z cenderung mengandalkan pembelajaran mandiri melalui platform digital sehingga mereka terbiasa untuk serba instan. Faktor ini mempengaruhi mahasiswa kedokteran sebagai generasi Z terbiasa dengan kemajuan teknologi sehingga sering untuk berperilaku instan.10

Indikator ketiga yaitu berkeinginan besar untuk mendapat pengakuan. Berdasarkan hasil rerata 3.30 menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU sering berkeinginan besar untuk mendapat pengakuan. Diketahui mahasiswa kedokteran memiliki tekanan akademis yang tinggi dan dihadapkan dengan resiko stres yang juga tinggi. Generasi

(42)

42

Z cenderung terbiasa dengan memperhatikan omongan orang lain dan berusaha untuk mendapatkan validasi karena pengaruh lingkungan dan sosial media sebagai platform generasi Z untuk mengembangkan diri dan menginginkan pujian. Hal ini mempengaruhi mahasiswa kedokteran dengan menganggap suatu pengakuan yang diberikan orang lain dapat menjadi sebuah motivasi. Pengakuan ataupun afirmasi yang diberikan oleh dosen ataupun sesama mahasiswa dapat memberikan respon positif terhadap kemajuan dan kualitas proses pembelajaran mahasiswa kedokteran.11

Indikator keempat yaitu cenderung rinci. Berdasarkan hasil rerata 3.23 menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU cenderung rinci. Mahasiswa kedokteran sebagai generasi Z sering dihadapkan dengan materi yang sulit dan cenderung kompleks sehingga mahasiswa dituntut untuk penguasaan secara rinci. Generasi Z sudah terbiasa dengan perolehan informasi yang cepat dan rinci sehingga mendorong mereka untuk mencari rincian lebih lanjut dan memperluas pemahaman mereka dengan informasi yang didapatkan.4

Indikator kelima yaitu dapat memahami dan menggunakan teknologi. Berdasarkan hasil rerata 3.09 menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU pada umumnya memahami dan menggunakan teknologi. Jika dibandingkan dengan generasi sebelumnya, generasi Z menunjukkan perbedaan yang tinggi dalam penggunaan teknologi dan informasi.

Teknologi sudah menjadi bagian hidup generasi Z karena teknologi sendiri sudah ada semenjak generasi ini lahir.27 Teknologi dan informasi yang berkembang saat ini juga sangat membantu mahasiswa kedokteran untuk memperoleh referensi pembelajaran dengan lebih baik. Selain itu, mahasiswa kedokteran dapat dengan mudah memahami dan menggunakan teknologi karena perkembangan teknologi memiliki peran penting dalam pendidikan dan praktik kedokteran. Teknologi juga memberikan akses bagi mahasiswa untuk menggunakan e- learning sebagai wadah untuk perolehan materi pembelajaran kuliah.23

Indikator keenam yaitu mencintai kebebasan dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Berdasarkan hasil rerata 3.06 menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU sering mencintai kebebasan dan memiliki kepercayaan diri yang tinggi. Sesuai dengan

(43)

43

kebiasaan generasi Z dengan perolehan informasi melalui teknologi yang membuat pandangan mereka menjadi luas dan memperkuat rasa kebebasan dan kepercayaan diri yang tinggi.4 Pada pendidikan kedokteran juga terbiasa dengan kurikulum berbasis PBL yang membiasakan mahasiswa untuk mengasah kemampuan kepemimpinan dan dituntut untuk aktif di dalam kelompok kecil dengan berdiskusi secara langsung, sehingga dapat meningkatkan kepercayaan diri mahasiswa.28

Indikator ketujuh yaitu senang bersosialisasi. Berdasarkan hasil rerata 2.86, didapati bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU cenderung kurang bersosialisasi jika dibandingkan dengan karakteristik lainnya. Generasi Z cenderung sudah terbiasa memperluas relasi dengan melakukan sosialisasi secara langsung melalui organisasi maupun sosial media.

Saat ini media sosial merupakan media komunikasi bagi generasi Z dan umumnya sudah terbiasa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk menggunakan media sosial. Dengan adanya sosial media membuat mahasiswa kedokteran sebagai generasi Z merasa mudah dan nyaman untuk mengakses berbagai bentuk interaksi sosial. Sosial media juga dapat meringkas jarak dan waktu, serta memberikan fleksibilitas untuk berinteraksi dengan banyak orang dibandingkan dengan interaksi secara langsung yang memiliki banyak keterbatasan.29 Pada mahasiswa kedokteran umumnya dihadapkan pada tanggung jawab untuk mengikuti perkuliahan yang lebih besar dibandingkan organisasi sehingga tuntutan ini menyebabkan banyak mahasiswa yang memilih hanya berfokus pada kuliah dan merasa organisasi dapat mengganggu waktu belajar. Tentu hal ini sangat mempengaruhi kegiatan bersosialisasi mahasiswa kedokteran.30

Indikator terakhir yaitu multitasking. Berdasarkan hasil rerata 2.84 menunjukkan bahwa mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU cenderung kurang melakukan multitasking, jika dibandingkan dengan karakter lainnya. Mahasiswa kedokteran sudah terbiasa dengan tuntutan akademis yang tinggi dan dihadapkan oleh materi-materi yang sulit. Mahasiswa kedokteran memiliki keterbatasan waktu dengan jadwal kuliah yang padat dan mempengaruhi kemampuan manajemen waktu. Maka dari itu diperlukan beberapa keterampilan belajar bagi

(44)

44

mahasiswa kedokteran seperti keterampilan manajemen waktu agar mampu melakukan multitasking.31

4.2.2 Persepsi terhadap sgaya belajar generasi Z

Berdasarkan hasil penelitian ini didapati hasil gaya belajar yang paling banyak pada mahasiswa Fakultas Kedokteran UMSU yaitu gaya belajar kinestetik sebanyak 117 orang (37.26%), dikarenakan mahasiswa sudah terbiasa dan nyaman jika pembelajaran diajarkan melalui keterampilan. Gaya belajar mahasiswa umumnya dapat terbentuk dari pembelajaran yang diterima melalui institusi pendidikan. Setiap institusi pendidikan memiliki karakteristik pengajaran yang berbeda-beda, sehingga mahasiswa akan beradaptasi terhadap lingkungan pembelajaran dan mempengaruhi gaya belajarnya.32

Gaya belajar kinestetik didapati hasil paling sering dengan skor paling banyak yaitu lebih mudah belajar dengan baik ketika diperlihatkan cara melakukan sesuatu dan diberikan kesempatan untuk melakukannya, dengan rerata skor 2.78. Namun, jarang melakukan belajar di depan meja, dengan rerata skor 1.88. Mahasiswa dengan gaya belajar kinestetik akan lebih mudah memperoleh suatu informasi pembelajaran jika melakukan praktik secara langsung.

Umumnya individu dengan gaya belajar kinestetik lebih menyukai sistem pembelajaran yang banyak melakukan gerakan tubuh. Sangat diperlukan sistem pembelajaran yang cocok untuk generasi Z dengan gaya belajar kinestetik dengan menerapkan materi perkuliahan secara langsung.1

Pada pendidikan kedokteran proses pembelajaran lebih menekankan pentingnya penguasaan keterampilan, sehingga mengutamakan praktik demi menunjang profesi dokter.

Gaya belajar kinestetik terbiasa melakukan segala sesuatu melalui sentuhan dan gerakan.

Contohnya di Fakultas Kedokteran UMSU sendiri ada yang namanya Keterampilan Klinis Dasar (KKD) dan praktikum untuk memfasilitasi mahasiswa yang mempunyai gaya belajar kinesteik.32

Skills lab ataupun KKD adalah keterampilan klinis yang mengajarkan keterampilan motorik dengan menerapkan keterampilan anamnesis, pemeriksaan fisik ataupun tindakan

Gambar

Tabel 2.1 Isi kuesioner karakteristik generasi Z
Gambar 2.5 Kerangka Teori  2.6 Kerangka konsep
Gambar 2.6 Kerangka Konsep  BAB 3
Tabel 4.1. Karakteristik Generasi Z
+7

Referensi

Dokumen terkait

= 10,728 dan konstribusi sebesar 26,7%; Berdasarkan hasil penelitian prestasi belajar dapat dioptimalkan melalui upaya peningkatan motivasi berprestasi dan pengenalan gaya

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan (1) pengaruh persepsi siswa tentang variasi gaya mengajar guru terhadap prestasi belajar ekonomi (2) pengaruh motivasi

Tema ketiga adalah persepsi mahasiswa terhadap media dan fasilitas yang digunakan dalam metode ceramah, serta tema yang keempat adalah persepsi mahasiswa tentang harapan

(2014) Skripsi: Persepsi Mahasiswa tentang Penggunaan Metode Pembelajaran pada Jurusan Kebidanan di Kampus III Politeknik Kesehatan Surakarta.. Belajar

Gaya belajar atau learning style adalah suatu karakteristik kognitif, afektif dan psikomotorik sebagai indikator yang bertindak stabil untuk pembelajaran merasa saling

Kemudian, pada angkatan 2013 nilai value yang didapatkan menggunakan analisis kappa menunjukkan nilai -0,027 berarti ada kesesuaian yang rendah ( poor ) antara

Jenis kepesertaan BPJS sebenarnya dibagi menjadi beberapa kategori kepesertaan yaitu peserta BPJS PBI (Penerima bantuan iuran) dan Non PBI (non penerima bantuan iuran),

Gaya belajar (X3) adalah cara yang lebih kita sukai dalam melakukan kegiatan berfikir, memproses dan mengerti suatu informasi. Gaya belajar dibedakan menjadi 3 yaitu gaya