• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAHKE GAS ELPIJI DI KAMPUNG PASAR BARU KENAGARIAN

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAHKE GAS ELPIJI DI KAMPUNG PASAR BARU KENAGARIAN"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAHKE GAS ELPIJI DI KAMPUNG PASAR BARU KENAGARIAN

LAKITAN UTARAKECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

WINDA SAFITRI NIM. 10030153

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

2014

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAHKE GAS ELPIJI DI KAMPUNG PASAR BARU KENAGARIAN

LAKITAN UTARAKECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

WINDA SAFITRI NIM. 10030153

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

2014

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAHKE GAS ELPIJI DI KAMPUNG PASAR BARU KENAGARIAN

LAKITAN UTARAKECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

JURNAL

Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Strata Satu (S1)

WINDA SAFITRI NIM. 10030153

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GEOGRAFI

SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN (STKIP) PGRI SUMATERA BARAT

2014

(2)

PUBLICPERCEPTIONOFCONVERSIONPROGRAMKEROSENE THATGASELPIJIAT FILLAGE PASAR BARU KENAGARIAN

LAKITAN UTARA SUBDISTRICT LENGAYANG DISTRICT PESISIR SELATAN

Oleh:

Winda Safitri*

Yeni Erita

**

Nefilinda

**

*Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

**Staf pengajar Geografi STKIPPGRI Sumatera Barat ABSTRACT

The focusofthis researchis theproblemofkeroseneto LPGin fillage Pasar Baru Kenagarian Lakitan Utara subdistrict Lengayang district Pesisir SelatanThis studyaims to determineanddisclosein depthaboutpublic perceptionofkerosenetoLPGgas, factorsthatencouragecommunities to implementprogramsfor kerosene toLPGgas, and thepublic perception of thepost-conversion program from kerosene toLPGgas. The research is aqualitativestudy, which was conductedin fillage Pasar Baru Kenagarian Lakitan Utara subdistrict Lengayang district Pesisir SelatanInformants in this study is a sub-district head, walinagari, pemungka community, and the community receives LPG feel out were included in the study. Primary data sources include the search for information through observation and interviews with informants who have been set.

Methods of data collection using observation, interview and documentation. Data analysis techniques through data reduction, data presentation, and decision-making as well as verification.

The results showed that the public perception of the conversion program from kerosene to LPG gas is very good, factors that encourage communities to implement programs for kerosene to LPG gas because of the scarcity of kerosene, more economical and efficient in its use and public perception of the post-conversion program kerosene to LPG gas, the community provides a good response as well.

Keywords: public perception, kerosene LPG

(3)

PERSEPSI MASYARAKAT TENTANG PROGRAM KONVERSI MINYAK TANAHKE GAS ELPIJI DI KAMPUNG PASAR BARU KENAGARIAN

LAKITAN UTARAKECAMATAN LENGAYANG KABUPATEN PESISIR SELATAN

Oleh:

Winda Safitri*

Yeni Erita

**

Nefilinda

**

*Mahasiswa STKIP PGRI Sumatera Barat

**Staf pengajar Geografi STKIP PGRI Sumatera Barat ABSTRAK

Fokus masalah dari penelitian ini adalah tentang program konversi minyak tanah ke gas elpiji di Kampung Pasar Baru Kenagarian Lakitan Utara Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengungkapkan secara mendalam tentang Persepsi masyarakat tentang program konversi minyak tanah ke gas Elpiji, Faktor-faktor yang mendorong masyarakat dalam melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas Elpiji, dan persepsi masyarakat tentang pasca program konversi minyak tanah ke gas Elpiji.Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, yang dilakukan di Kampung Pasar Baru Kenagarian Lakitan Utara Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.Informan dalam penelitian ini adalah camat, walinagari, pemungka masyarakat, dan masyarakat yang menerima gas elpiji yang merasa tahu dilibatkan dalam penelitian ini. Sumber data primer meliputi mencari informasi melalui observasi dan wawancara dengan informan yang telah di tetapkan. Metode pengumpulan data menggunakan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data melalui reduksi data, penyajian data, dan pengambilan keputusan serta verifikasi.Hasil penelitian menunjukkan bahwa Persepsi masyarakat tentang program konversi minyak tanah ke gas Elpiji sangat baik, Faktor- faktor yang mendorong masyarakat dalam melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas Elpiji karena kelangkaan minyak tanah, lebih irit dan efisien dalam penggunaanya dan persepsi masyarakat tentang pasca program konversi minyak tanah ke gas Elpiji, masyarakat memberikan respon yang baik juga.

Kata kunci: persepsi masyarakat, program konversi,minyak tanah, gas elpiji

(4)

PENDAHULUAN

Perkembangan zaman dan pertumbuhan masyarakat yang begitu pesat menimbulkan berbagai macam masalah di muka bumi.Masalah yang begitu komplit muncul satu persatu menghampiri kehidupan manusia yang hidup dalam masyarakat sosial dan ekonomi.Manusia sebagai makhluk sosial saling membutuhkan dan saling melengkapi dalam memenuhi kebutuhan hidup, guna melangsungkan kehidupan. Sedang manusia sebagai makhluk ekonomi memiliki sifat konsumtif yang tidak pernah puas akan sesuatu hal yang telah mereka miliki. Mulai dari kebutuhan pokok, kebutuhan tambahan, dan kebutuhan mewah. Mereka akan melakukan berbagai hal untuk memudahkan pekerjaan mereka demi menghemat waktu dan mencapai hasil yang lebih maksimal. Karena waktu dan uang sangat berharga di dalam kehidupan mereka.

Dikarenakan sifat manusia yang tidak pernah puas, mereka selalu berusaha menggali dan menggali sumber daya yang ada di alam, hingga menyebabkan ketersediaan sumber daya di alam menjadi langka dan membuat harganya menjadi mahal.Sehingga menimbulkan masalah baru dalam kehidupan masyarakat. Akan tetapi manusia tidak berhenti berfikir sampai di sana. Mereka berantusias mencari solusi untuk memecahkan masalah yang mereka hadapi, karena masalah itu datang dari diri mereka sendiri.

Dalam pemenuhan kebutuhan rumah tangga misalnya, rata-rata masyarakat Indonesia memakai minyak tanah sebagai bahan bakar.Sedangkan mereka tahu minyak tanah saat ini telah mencapai tingkat kelangkaan dan harganyapun melonjak naik.Sehingga menimbulkan masalah-masalah baruseperti maraknya pelaku pengoplosan minyak tanah.Minyak tanah yang telah dibeli dengan jumlah banyak di simpan di dalam gudang dan tidak disalurkan ke masyarakat.

Karena mereka menafsirkan semakin lama harga minyak tanah akan semakin mahal.

Setelah harga minyak tanah mencapai harga maksimal barulah mereka menyalurkannya kembali. Masalah lainnya terjadi aksi saling dorong dan saling rebut di pangkalan minyak tanah, hingga berjatuhan banyak korban hanya karena untuk mendapatkan 1 liter minyak tanah. Hal ini diperburuk pula oleh ulah spekulan, dan buruknya distribusi Pertamina (Ruhiyah, 2011:17).

Program konversi yang dilakukan oleh pemerintah (2010) tersebut mencoba untuk mengubah perilaku konsumen. Selama ini konsumen telah menggunakan minyak

tanah dan tergantung pada

ketersediaannya.Meskipun diarahkan oleh kebijakan yang berusaha untuk melakukan perubahan tetapi persepsi sosial mereka mendorong untuk tidak langsung setuju dan ikut serta di dalam pelaksanaan kebijakan tersebut.Selain itu, masyarakat memiliki pandangan yang unik terhadap minyak tanah, yaitu minyak tanah telah merupakan bagian dari budaya masyarakat.Minyak tanah sebagai bahan bakar yang sudah digunakan secara turun temurun, sehingga sangat melekat dengan identitas kelas masyarakat kelas menengah ke bawah. Demikian juga minyak tanah digunakan tidak hanya untuk keperluan memasak tetapi juga untuk yang lain seperti penerangan.

Berdasarkan observasi awal dilaksanakan pada tanggal 18 Juni 2014 maka peneliti mengatakan mengapa mereka tidak memakai gas elpiji saja, gas elpiji tidak susah untuk mendapatkannya dibanding minyak tanah. Dari beberapa tanya jawab yang peneliti lakukan kepada sebagian kecil masyarakat, dan keluarga peneliti sendiri, atau bahkan yang peneliti rasakan sendiri, ternyata mereka lebih memilih minyak tanah dikarenakan harga barang komplementer seperti kompor minyak tanah lebih murah di banding harga barang komplementer gas seperti kompor gas dan tabung gas. Selain itu, sebagian warga trauma menggunakan kompor gas, karena penyebab kebakaran terbanyak adalah tabung gas yang bocor. (Kantor Wali Nagari 2014)

Karena itulah masyarakat jarang yang mau menggunakan gas elpiji.Meskipun setelah diperhitungkan penggunaan gas elpiji jauh lebih menguntungkan dibanding minyak tanah.Baik dari segi harga maupun dari segi keefektifan waktu saat pemakaian.Minyak tanah semakin langka dan masyarakat tidak punya pilihan selain membelinya dengan harga tinggi. Sebagian pengecer minyak tanah dan pembuat kompor minyak tanah juga resah karena mereka akan segera kehilangan pekerjaan.

Meskipun menghadapi cukup banyak kendala, program konversi minyak tanah ke gas elpiji bisa dibilang sukses sejak diluncurkan tahun 2007. Hal ini bisa dilihat

(5)

dengan semakin meningkatnya jumlah permintaan akan tabung gas. Pada tahun ketiga implementasi petaka mulai melanda, berbagai kejadian kebocoran dan ledakan tabung gas telah banyak memakan korban.

Tabung gas 3 kg yang sering disebut sebagai tabung melon dan berwarna hijau terang atau hijau stabilo tersebut tiba-tiba dianggap sebagai teror bom dan pembunuh yang sewaktu-waktu dapat mengancam kehidupan mereka. Kasus ledakan tabung gas sering terjadi akibat rubber seal sudah aus (penyekat antara regulator dengan saluran gas di tabung), sehingga gas bocor ketika regulator dipasang, atau karena umur selang dan regulator yang sudah lewat masa pakai.

(Ruhiyah, 2013:30)

Akhir-akhir ini subsidi minyak tanah pun terasa memberatkan karena besarnya volume yang harus disubsidi, seiring dengan berbagai krisis dan transisi yang terjadi dalam manajemen energi nasional.Kondisi ini diperberat pula dengan bertahannya harga minyak dunia pada kisaran USD 50-60 per barel. Karena itu, langkah pemerintah untuk melakukan konversi penggunaan minyak tanah kepada bahan bakar gas dalam bentuk Liquefied Petroleum Gas (LPG) bisa dianggap sebagai salah satu terobosan penting dalam penghematan BBM dan pengeluaran konsumsi masyarakat.

Kebijakan pemerintah mencanangkan program konversi minyak tanah ke gas elpiji ini memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat dan kehidupan.Dalam kebijakan ini, pemerintah membagikan satu buah kompor gas dan sebuah tabung gas isi ulang 3 kg.Semenjak adanya program pemerintah tersebut dapat mengurangi beberapa masalah.Misalnya keberatan masyarakat untuk dapat memiliki kompor gas dan tabung gas, karena kedua barang komplementer tersebut memang lebih mahal di banding harga kompor minyak tanah.

Akan tetapi, tidak semua masyarakat berpersepsi positif terhadap program pemerintah ini.Selain ada yang senang mendapatkan bantuan ini, ada pula sebagian orang yang berpikiran awam mengatakan pemerintah memberikan bantuan ini agar gas elpiji menjadi laku dan pemerintah memberikan barang-barang yang sudah tidak layak pakai.Entah itu sendagurauan ataukah serius mereka mengatakan pemerintah ingin

membunuh masyarakatnya dengan membagikan gas rusak.

Setelah gas elpiji dibagikan Masyarakat Indonesia masih banyak memakai minyak tanah, Karena sebagian masyarakat berpikir pemakaian gas elpiji sangatlah tidak aman, sebab mudah terbakar. Mereka trauma dengan penayangan-penayangan berita yang memberitahukan tentang sebagian besar penyebab kebakaran rumah disebabkan gas elpiji. Hingga akhirnya, bantuan yang tadinya dibagikan untuk menghemat minyak tanah hanya di simpan di dalam gudang, tidak dipakai sama sekali. Mereka tetap berkecimpung dalam masalah langkanya minyak tanah.

Persepsi adalah proses yang menyangkut masuknya pesan atau informasi ke dalam otak manusia. melalui persepsi manusia terus menerus mengadakan hubungan dengan lingkungannya. Hubungan ini dilakukan lewat inderanya, yaitu indera penglihat, pendengar, peraba, perasa, dan pencium, Slameto (2010:

102).

Rina valia (2011: 4) menyatakan Program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan pemakaian minyak tanah ke Elpiji.Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket tabung Elpiji beserta isinya, kompor gas dan accessoriesnya kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengungkapkan secara mendalam tentang: 1) Persepsi masyarakat tentang program konversi minyak tanah ke gas Elpiji.

2) Faktor-faktor yang mendorong masyarakat dalam melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas Elpiji. 3) Persepsi masyarakat tentang pasca program konversi minyak tanah ke gas Elpiji.

METODOLOGI PENELITIAN

Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif, hal ini dikarenakan penelitian tertuju kepada pengungkapan masalah yang terjadi pada masa sekarang dan mengungkapkan masalah tersebut apa adanya, menurut Sudjana (2007:64).

Penelitian ini akandilakukan di Kampung Pasar Baru Kenagarian Lakitan Utara Kecamatan Lengayang Kabupaten

(6)

Pesisir Selatan Kecamatan Lengayang Kabupaten Pesisir Selatan.Informan dalam penelitian ini adalah orang yang diperkirakan mampu memberikan informasi tentang situasi dan kondisi dari objek yang di teliti (Moleong,2010:27). Informan dalam penelitian ini adalah camat,wali nagari, pemungka masyarakat, dan masyarakat yang menerima gas elpiji yang merasa tahu dilibatkan dalam penelitian ini.

Sumber data primer meliputi mencari informasi, upaya yang di lakukan dan bagaimana persepsi masyarakat tentang program konversi minyak tanah ke gas elpiji yang di peroleh melalui observasi dan wawancara dengan informan yang telah di tetapkan. Sumber data sekunder di peroleh melalui studi kepustakaan dan pencatatan di kantor Wali Nagari Lakitan Utara meliputi kondisi geografis dan kondisi sosial.Metode pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan metode observasi, metode wawancara, dan metode dokumentasi.

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data atau display data, pengambilan keputusan dan verifikasi. Untuk memperoleh keabsahan data itu penelitian ini menggunakan empat teknik pemeriksaan data yaitu,perpanjangan keikutsertaan,ketekunan pengamatan, triangulasi dan pemeriksaan teman sejawat.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Pemindahan minyak tanah ke gas elpiji informan memberikan sikap yang positif dan dalam pemakaian gas eliji lebih irit, sangat menolong, perbandingan pemakaian minyak tanah dan gas eliji lebih irit. Faktor pendorong yang membuat saya pindah menggunakan gas elipiji yang pertama minyak tanah semakin langka, sulit mendapatkannya, kedua mencari kayu api zaman sekarang juga semakin susah dan membutuhkan waktu yang lama, jika menggunakan gas elpiji mudah didapatkan, harganyapun ekonomis.

Penggunaan gas elpiji sangat mudah, alasanya karena dengan adanya eliji praktis cara memas, tujuan pindah dari minyak tanah ke gas elpiji karena minyak tanah mahal sedangkan gas elpiji murah, manfaatnya bagi masyarakat dapat menghemat biaya, mudah didapat dan mudah menggunakannya, informasi gas eliji didapatkan dari kepala kampung.

faktor yang mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan gas elpiji disebabkan karena kelangkaan minyak tanah, disisi lain penggunaanya lebih irit dan lebih memudahkan masyarakat dalam penggunaannya, namun faktor yang lebih dominan masyarakat pindah ke gas elpiji karena kelangkaan minyak tanah saat ini.

Hasil temuan menggambarkan bahwa persepsi masyarakat tentang program konversi minyak tanah ke gas elpiji memberikan respon yang positif, karena pemindahan minyak tanah ke gas elpiji memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga terutama bagi ibu-ibu yang menggunakan setiap harinya.

Persepsi masyarakat adalah sebuah proses dimana sekelompok individu yang hidup dan tinggal bersama dalam wilayah tertentu, memberikan tanggapan terhadap hal- hal yang dianggap menarik dari lingkungan tempat tinggal mereka. Rina Valia (2011: 4) menyatakan Program Konversi Minyak Tanah ke Elpiji merupakan program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan pemakaian minyak tanah ke Elpiji.Program ini diimplementasikan dengan membagikan paket tabung Elpiji beserta isinya, kompor gas dan accessoriesnya kepada rumah tangga dan usaha mikro pengguna minyak tanah.Untuk mengurangi dampak sosial atas diberlakukannya program ini, pendistribusian Elpiji dilakukan oleh eks Agen dan Pangkalan Minyak Tanah yang diubah menjadi Agen dan Pangkalan Elpiji 3 Kg. Program ini ditugaskan kepada Pertamina, berkoordinasi dengan Departemen terkait, dan direncanakan pelaksanaannya secara bertahap.

Jadi, persepsi masyarakat tentang program konversi minyak tanah ke gas elpiji adalah proses dimana masyarakat Kampung Pasar Baru Kenagarian Lakitan Utara memberikan tanggapan terhadap program pemerintah yang bertujuan untuk mengurangi subsidi BBM, dengan mengalihkan pemakaian minyak tanah ke gas Elpiji.

Hasil temuan menggambarkan faktor faktor pendorong masyarakat dalam melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas elpiji adalah faktor kelangkaan minyak tanah dan keefetivan dalam pengunaanya.Menurut Miniard dalam Saladin (2003:17) faktor yang mempengaruhi program konversi minyak tanah ke gas elpiji, yaitu:

(7)

pengaruh lingkungan, perbedaan dan pengaruh individu, dan proses psikologis.

Faktor eksternal merupakan faktor yang meliputi pengaruh keluarga, kelas sosial, kebudayaan, marketing strategy, dan kelompok referensi.Kelompok referensi merupakan kelompok yang memiliki pengaruh langsung maupun tidak langsung pada sikap dan prilaku konsumen.Kelompok referensi mempengaruhi perilaku seseorang dalam pembelian dan sering dijadikan pedoman oleh konsumen dalam bertingkah laku.

Faktor lain yang mendorong dilakukannya konversi energi adalah dari aspek ekonomisnya di masyarakat karena penggunaan elpiji, berdasarkan hasil riset yang dilakukan oleh Laboratorium Energi Universitas Trisakti tahun 2006, penggunaan elpiji lebih hemat dibandingkan dengan menggunakan minyak tanah. Dari sisi lingkungan, penggunaan elpiji dinilai lebih ramah lingkungan karena tingkat polusi yang lebih rendah dibanding minyak tanah.

Implementasi konversi energi di negara lainseperti Malaysia dan Thailand telah menunjukkan keberhasilan terutama dalam hal pengurangan subsidi dan program penghematan energi

Beberapa masyarakat kalangan menengah ke bawah yang belum memahami teknik penggunaan elpiji 3kg yang benar, beranggapan bahwa penggunaan Elpiji 3kg lebih berbahaya dibandingkan minyak tanah karena faktor ketahanan dan keamanan tabung elpiji yang belum baik. Faktor ketersediaan.

Elpiji 3kg di pasaran sangat mempengaruhi perilaku konsumen dalam proses alih energi tersebut karena ketersediaan elpiji 3kg di pasaran sangat mempengaruhi stabilitas harga dan kemudahan konsumen dalam memperoleh elpiji 3kg tersebut.

Hasil temuan menggambarkan bahawa persepsi masyarakat pasca program konversi minyak tanah ke gas Elpiji adalah positif, dalam hal ini dengan adanya pemindahan minyak tanah ke gas elpjij sangat membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan rumah tangga terutama bagi ibu-ibu yang memasak setiap harinya, dari lima informan hanya satu orang yang belum menggunakan gas elpiji, dengan alasan masih merasa takut menggunakan gas elpiji tersebut.

Persepsi merupakan sebuah proses yang aktif dari dalam diri manusia dalam memilih, mengelompokkan, dan memberikan

makna pada informasi yang diterimanya (Kotler & Keller 2006:18). Persepsi terhadap elpiji akan mempengaruhi sikap dan penerimaan ibu rumah tangga terhadap elpiji.

Pasca penggunaan gas elpiji dari wawancara ada yang menyatakan sangat irit, mudah didapatkan dan lebih efektif digunakan dalam memenuhi kebutuhan rumah tanga sehari-hari, dengan adanya gas elpiji masyarakat tidak perlu antri menunggu giliran untuk mendapatkan produknya.

Hal-hal yang menjadi perhatian masyarakat dalam menggunakan elpiji, diantaranya adalah faktor harga, faktorketahanan tabung (keamanan), dan faktor ketersediaan elpiji 3kg.Faktor harga elpiji 3kg di pasaran yang cenderung tidak stabil sangat mempengaruhi perilaku konsumen untuk tetap menggunakan elpiji atau beralih kembali ke minyak tanah. Selain itu karena target pasar dari program konversi energi minyak tanah ke elpiji 3kg adalah kalangan ekonomi menengah ke bawah, maka faktor harga menjadi hal yang sangat sensitif dan berpengaruh.

KESIMPULAN DAN SARAN

Sesuai dengan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1) Persepsi masyarakat tentang program konversi minyak tanah ke gas Elpiji, 80% masyarakat yang memberikan respon yang baik dan 20% masyarakat yang tidak memberikan respon terhadap pemindahan minyak tanah ke gas elpiji. 2) Faktor-faktor yang mendorong masyarakat dalam melaksanakan program konversi minyak tanah ke gas Elpiji, adalah kelangkaan minyak tanah, lebih irit dan efisien dalam penggunaanya. 3) Persepsi masyarakat tentang pasca program konversi minyak tanah ke gas Elpiji, 80% masyarakat memberikan respon yang baik, setelah penggunaan gas elpiji mereka merasa lebih irit dalam penggunaanya dan lebih memberikan kemudahan dalam mendapatkannya

Berdasarkan kesimpulan di atas dapat diberikan bebarapa saran sebagai berikut: 1) Diharapkan kepada masyarakat menyambut dengan baik program yang diberikan oleh pemerintah karena pemerintah memberikan solusi yang terbaik dalam mengatasi kelangkaan minyak tanah yang ada saat ini. 2) Diharapkan kepada pemerintah agar pemerataan pembagian gas elpiji secepat

(8)

mungkin direalisasikan sehingga masyarakat tidak merasa kecewa dalam proses pembagiannya. 3) Diharapkan kepada peneliti selanjutnya untuk meneliti lebih mendalam tentang faktor-faktor yang mempengaruhi pemerintah mengkonversikan minyak tanah ke gas elpiji.

DAFTAR PUSTAKA

Kotler, Philip and Keller, Kevin Lane.2006.

Marketing Manajemen. Person Education Inc

Moleong J Lexy. 2010. Metodologi Penelitian Kualitatif.Bandung: Remaja Rosdakarya

Rina, valia. Konversi Bahan Bakar Minyak Tanah ke Gas Elpiji. Surakarta:

Universitas Sebelas Maret.

Saladin, Djaslim. 2003.Manajemen Pemasaran Analisis, Perencanaan, Pelaksanaan. Jakarta: Rinaka Cipta Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor

yang Mempengaruhi. Jakarta: PT Rineka Cipta

Sudjana.2007. Metodologi Penelitian.

Bandung: Mestika

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini dilakukan untuk menggambarkan persepsi masyarakat tentang Program Kompensasi Pengurangan Subsidi Bahan Bakar Minyak Bidang Infrastruktur Perdesaan (PKPS BBM-IP)

Penarikan informan dilakukan dengan teknik bola salju (Snowball sampling). Informan dalam penelitian ini adalah camat, walinagari, pemungka masyarakat yang Penggunaan