M erdeka itu pilihan!
Tidak bisa dipungkiri, kemerdekaan yang kini menjadi milik kita 77 tahun lamanya lantas tidak serta merta mengiring bangsa ini berada dalam tahap kemakmuran di segala bidang. Meskipun demikian, tidak juga kita pungkiri pula bahwa di sela tak terhitungnya pelanggaran dalam beragam versi di berbagai sektor, besarnya gap stratifikasi sosial, akan tetapi merujuk pada sisi lain, banyak pula orang-orang yang masih peduli pada bangsanya sendiri.
Ada suatu pernyataan yang pernah saya dengar, “perjuangan kita bukanlah menggunakan otot tapi otak”.
Pernyataan ini mengisyaratkan bahwa jika pada zaman perang kemerdekaan setiap orang yang sanggup memegang senjata sudah diharuskan ikut berperang. Kini, Orang yang dalam segi fisiknya lemah, namun jika berkemampuan otak yang baik, akan
diperhitungkan. Oleh karenanya, tidak heran
orang-orang sudah memperoleh jabatan yang tinggi, berpendidikan di universitas ternama dunia, menjadi motivator dan hal-hal luar biasa lainnya dalam usia yang sangat muda.
Ada juga yang pernah mengatakan
“mendapatkan sesuatu itu mudah, namun sangat sulit untuk mempertahankannya”. Ini ibarat piala bergilir yang setiap tahun dalam perayaan kemerdekaan dapat kita amat dan alami ketika ada pertandingan yang akan dilombakan kembali pada tahun berikutnya.
Demikian halnya kemerdekaan sudah kita raih, Bagaimana kita mempertahankannya? Itu pertanyaan yang sudah sangat lazim ditanyakan pada kita generasi muda. Namun dalam hal merespon pertanyaan itu, tidak hanya manis di telinga, lihatlah apa yang dilakukannya.
Merdeka adalah pilihan. Masa depan Indonesia ada di tangan Anda. Jika Anda hanya bersantai hari ini, tak tahu esok nama Indonesia hanyalah pajangan.
Terispirasi dengan puisi milik Mustofa berjudul Pilihan, menjadi refleksiku dan mungkin juga Anda.
Pilihan
Oleh Mustofa Bisri
Antara kaya dan miskin tentu kau memilih miskin Lihatah kau seumur hidup tak pernah merasa kaya
Antara hidup dan mati tentu kau memilih mati
Lihatlah kau seumur hidupmati-matian mempertahankan kematian
Antara perang dan damai tentu engkau memilih damai Lihatlah kau habiskan umurmu berperang demi
perdamaian
Antara beradap dan biadab tentu kau memilih beradab Lihatlah kau habiskan murmu sembunyikn kebiadaban
dalam peradaban
Antara nafsu dan nurani tentu kau memilih nurani Lihatlah kau sampai menyimpan rapi jauh dari kegalauan
dunia ini
Antara dunia dan akhirat tentu kau memilih akhirat
Oleh : Lana
Lihatlah kau sampai menamakan amal-dunia sebagai amal akhirat
Antara ini dan itu
Benarkah kau memilih itu?
14/10/1989