i
LAPORAN
PEMANTAPAN KEMAMPUAN PROFESIONAL
TENTANG
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK MENGGUNAKAN MEDIA FLASH CARD PADA SISWA KELAS V SDN 12 TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
DISUSUN OLEH : NAMA : AIMBAWATI NIM :
857043895
PROGRAM STUDI : S1 – PGSDPOKJAR : TULANG BAWANG UDIK
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS TERBUKA
UPBJJ – UT BANDAR LAMPUNG
2023
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Judul : MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA
MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK
MENGGUNAKAN MEDIA FLASHCARD PADA SISWA KELAS V SDN 12 TUMIJAJAR KABUPATEN TULANG BAWANG BARAT
Nama Mahasiswa : AIMBAWATI
NIM : 857043895
Program Studi : S1 Pendidikan Sekolah Dasar
Pokjar : Tulang Bawang Udik
Jumlah Pembelajaran : 2 Siklus / Pembelajaran Tempat, Tanggal Pelaksanaan : SDN 12 Tumijajar
Tanggal 10 April 2023 s.d 12 April 2023 Telah disahkan dan disetujui oleh Komisi Pembimbing
Tulang Bawang Udik, Juni 2023 Pengelola Pokjar
Drs. ANTON. S. WIDHARTO NIP. 19520613 197703 1 003
Pembimbing I
RINI HARTATI, M.Pd.
NIP. 19820226 200604 2006 Mengetahui
Kepala UPBJJ – UT Bandar Lampung
Dra. SRI ISMULYATY, M.Si.
NIP. 19630507 198910 2001
iii
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis ucapkan dan rasakan atas berkah dan nikmat dari Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan Laporan Pemantapan Kemampuan Mengajar Profesional (PKP) ini. Dalam penyusunan laporan penulis banyak mendapatkan bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak akhirnya tugas ini dapat terselesaikan sesuai waktu yang ditentukan. Untuk itu penulis menyampaikan ucapan terima kasih yang kepada :
1. Ibu Sri Ismulyaty, M.Si., selaku Kepala UPBJJ-UT Bandar Lampung.
2. Bapak Drs. Anton S. Widharto, selaku Pengelola UT Pokjar Tumijajar kabupaten Tulang Bawang Barat.
3. Ibu Rini Hartati, M.Pd., selaku Dosen Pembimbing Mata Kuliah Pemantapan kemampuan Profesional (PKP).
4. Bapak Pandiyar, S.Pd., selaku Kepala SDN 12 Tumijajar.
5. Ibu Ike Purnamasari Mendrofa, S.Pd, selaku teman sejawat yang merupakan Guru Kelas V SDN 12 Tumijajar.
6. Bapak Ibu Guru SDN 12 Tumijajar yang telah membantu pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini.
7. Seluruh Siswa kelas V SDN 12 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.
8. Rekan-rekan Mahasiswa S-1 PGSD Pokjar Tulang Bawang Udik sebagai rekan diskusi dalam pelaksanaan pembelajaran dan penyusunan laporan ini.
9. Seluruh keluarga besar dan saudara yang senantiasa memberikan dorongan baik secara materiil maupun spiritual serta motivasi dalam penyelesaian laporan ini.
10. Semua pihak yang telah membantu yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu.
iv
Akhir kata, semoga Laporan ini bermanfaat bagi semua pihak, khususnya bagi diri penulis. Dan apabila terdapat kesalahan yang tidak berkenan penulis menerima kritik dan saran yang bersifat membangun demi perbaikan laporan dimasa mendatang.
Tulang Bawang Udik, Juni 2023 Penulis
v
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... i
LEMBAR PENGESAHAN ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR TABEL ... vii
DAFTAR GAMBAR ... viii
DAFTAR LAMPIRAN ... ix
ABSTRAK I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
1. Identifikasi Masalah ... 5
2. Analisis Masalah ... 5
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah ... 5
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... 6
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... 6
II KAJIAN PUSTAKA A. Pendekatan Saintifik ... 8
B. Hasil Belajar ... 12
C. Media Pembelajaran ... 14
D. Media Flash Card ... 16
E. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di SD ... 18
III PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN A. Subyek Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... 21
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran ... 22
C. Teknis Analisis Data ... 31
vi
IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... 34 B. Pembahasan Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran ... 46 V SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan ... 49 B. Saran Tindak Lanjut ... 50
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN
vii
DAFTAR TABEL
Tabel
1. Keterikatan antara langkah-langkah pembelajaran dengan
Kegiatan belajar dan maknanya ... 9
2. Data Hasil Belajar Pra Siklus ... 35
3. Rekapitulasi Ketuntasan Siswa Pra Siklus ... 36
4. Data Hasil Evaluasi Belajar IPA Siklus I ... 39
5. Persentase ketuntasan siswa pada Siklus I ... 40
6. Data hasil belajar Siklus II ... 44
7. Persentase hasil belajar siswa siklus II ... 44
8. Rekapituliasi hasil belajar IPA siswa ... 46 Halaman
viii
DAFTAR GAMBAR
1. Adaptasi Alur PTK Model Jhon Elliot ... 22 2. Flas card Rangka Manusia ... 29
Halaman
ix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran
1. Rencana Perbaikan Pembelajaran (RPP Siklus I) ... 55
2. Soal Evaluasi Siklus I ... 61
3. Kunci Jawaban Soal Siklus I ... 62
4. Lembar Jawaban Kerja Siswa Siklus I... 63
5. Daftar Nilai Siklus I ... 64
6. Foto Kegiatan Siklus I ... 65
7. Lembar Observasi Siklus I ... 66
8. Rencana Perbaikan Pembelajaran Siklus II ... 68
9. Lembar Soal Evaluasi Siklus II ... 74
10. Lembar Jawaban Kerja Siswa ... 75
11. Daftar Nilai Siklus II ... 76
12. Foto Kegiatan Siklus II ... 77
13. Lembar Observasi Siklus II ... 78 Halaman
x
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR IPA MELALUI PENDEKATAN SAINTIFIK MENGGUNAKAN MEDIA FLASH CARD PADA SISWA KELAS V
Aimbawati 1) Rini Hartati 2) Eddy Izwanto 3)
Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Terbuka 1 )
Dosen Pembimbing Pemantapan Kampuan Profesional2) Tutor Karya Ilmiah Universitas Terbuka 3)
E-mail: [email protected], [email protected], [email protected]
Abstrak
IPA merupakan ilmu yang memiliki peran yang sangat besar, IPA diberikan kepada siswa karena dengan mempelajari IPA mereka dapat memahami bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan dan dapat memahami bagaimana alam semesta bekerja. Dalam menilai kemampuan pemahaman siswa, mereka tidak hanya mampu menyalin ide ke dalam kata-kata ke dalam tulisan, tetapi juga mengungkapkan dan mengembangkan ide pokok dalam struktur materi yang teratur. Di SDN 12 Tumijajar, siswa kelas V masih mengalami kesulitan dalam menyampaikan narasi atau gagasan secara lisan maupun tulisan untuk materi pembelajaran khususnya IPA karena guru belum mampu menerapkan model pembelajaran yang sesuai. Diharapkan pendekatan saintifik dengan menggunakan media flash card mampu meningkatkan hasil belajar IPA pada materi mendeskripsikan kerangka manusia dan fungsinya untuk kelas V di SDN 12 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat tahun pelajaran 2022/2023 . Peningkatan hasil belajar cukup signifikan yaitu pada siklus I jumlah siswa yang lulus meningkat menjadi 10 siswa yang lulus dengan persentase 43,48%. siswa yang tidak tuntas pada siklus I sebesar 13 atau 56,52%. sedangkan pada siklus II jumlah siswa yang tuntas sebanyak 18 siswa dengan persentase 78,26%, dan siswa yang tidak tuntas sebanyak 5 siswa atau 21,74%. Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan media flashcard dapat meningkatkan hasil belajar IPA
Kata kunci: Hasil Belajar, Kerangka Manusia, Pendekatan Saintifik Abstrak
Science is a science that has a very big role, Science is given to students because by studying Science they can understand how a person can interact with the environment and can understand how the universe works. In assessing students' understanding skills, they are not only able to copy ideas into words into writing, but also express and develop the main ideas in an orderly material structure. At SDN 12 Tumijajar, class V students still have difficulty conveying orally or writing narratives or ideas for learning material, especially science, because the teacher is not able to apply the appropriate learning model. It is hoped that a scientific approach using flash card media will be able to improve learning outcomes in Natural Sciences in the material describing the human skeleton and its functions for class V at SDN 12 Tumijajar, Tulang Bawang Barat Regency for the 2022/2023 academic year. The increase in learning outcomes was quite significant, namely in cycle I, the number of students who passed increased to 10 students who passed with a percentage of 43.48%. students who did not complete the first cycle of 13 or 56.52%. whereas in cycle II, the number of students who completed was 18 students with a percentage of 78.26%, and students who did not complete were 5 students or 21.74%.
It can be concluded that learning using flashcard media can improve science learning outcomes.
Keywords: Learning Outcomes, Human Framework, Scientific Approach
1
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
IPA merupakan mata pelajaran yang mempelajari peristiwa atau fenomena yang berhubungan dengan alam. Mata pelajaran IPA dikemas dalam bentuk pembelajaran dan dalam pelaksanaan peran pendidikannya diberikan kepada semua satuan pendidikan. Pembelajaran IPA penting dipelajari oleh siswa, dikarenakan materi yang didalamnya berdasarkan fakta-fakta yang dekat dengan kehidupan siswa. Sehingga dengan pembelajaran IPA, siswa dapat menyelesaikan permasalahan yang menyangkut dengan kehidupan sekitar.
Mata pelajaran IPA dipelajari untuk mengetahui peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam. Dengan mempelajari IPA maka siswa diharapkan dapat mempelajari serta mengenal lebih dekat mengenai pengetahuan alam dalam kehidupan sehari-hari. Ilmu Pengetahuan Alam adalah sebagian besar aktivitas mental dan praktik manusia untuk menghasilkan pengetahuan. Proses pembelajaran IPA hendaknya dirancang sedemikian rupa agar siswa tidak merasa tertekan dalam pembelajaran dan siswa juga menjadi aktif baik secara secara fisik dan mental.
IPA adalah ilmu yang mempunyai peran yang sangat besar dalam pendidikan karena secara langsung dapat diterapkan dalam lingkungan masyarakat. Sujana (2014) mengungkapkan bahwa pentingnya mata pelajaran IPA diberikan pada siswa karena dengan mempelajari IPA dapat memahami bagaimana seseorang dapat berinteraksi dengan lingkungan serta dapat memahami bagaimana alam semesta bekerja hingga cara dapat bertahan hidup dan dapat meningkatkan kehidupan manusia jika dipelajari dengan benar.
Pembelajaran IPA bermanfaat untuk meningkatkan rasa ingin tahu dan kesadaran mengenai berbagai jenis lingkungan.
2
Penerapan model, metode dan pendekatan pembelajaran yang benar dan sesuai dengan materi yang diajarkan merupakan hal yang harus diperhatikan oleh seorang pendidik. Penerapan metode, model dan pendekatan pembelajaran yang salah dapat menimbulkan suasana mengajar yang membosankan di kelas, siswa kesulitan menerima dan mengerjakan tugas yang diberikan oleh guru.
Terampil dalam menuangkan kata kedalam kertas merupakan salah satu kemampuan pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran yang diterimanya, tetapi hal ini yang dianggap paling rumit oleh siswa dibandingkan dengan keahlian bahasa lainnya atau kemampuan dibidang gerak atau motorik. Dalam menilai kemampuan memahami siswa, tidak sekedar mampu menyalin ide dalam kata-kata menjadi tulis, tetapi juga menuangkan dan mengembangkan gagasan pokok dalam suatu struktur materi yang teratur. Kondisi ini juga terjadi di SDN 12 Tumijajar dimana siswa kelas V masih kesulitan untuk menyampaikan secara lisan maupuan menulis narasi atau ide sebuah materi pembelajaran khususnya IPA, hal ini disebabkan guru yang belum mampu menerapkan pembelajaran yang bermakna dan juga belum menggunakan model pembelajaran yang tepat, oleh karena itu diperlukan model pembelajaran yang tepat. diperlukan strategi pengajaran.
Pembelajaran IPA di sekolah dasar masih banyak dilakukan secara konvensional / tradisional (pembelajaran berpusat pada guru) serta lemahnya kemampuan guru dalam mendorong dan memotivasi siswa menjadikan prestasi belajar IPA masih rendah bila dibandingkan dengan mata pelajaran lainnya.
Untuk itu penulis merancang dan melaksanakan perbaikan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik menggunakan media flash card untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam pada materi mendeskripsikan rangka manusia dan fungsinya bagi siswa kelas V pada SDN 12 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat Tahun Pelajaran 2022/2023.
3
Berdasarkan hasil observasi awal terhadap proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam kelas V di SDN 12 Tumijajar, Tulang Bawang Barat, terdapat beberapa masalah selain model dan pola pembelajaran. Media yang digunakan dalam pembelajaran sebatas papan tulis, dan buku paket siswa, tidak terdapat media tambahan lain yang mendukung proses pembelajaran. Tidak terdapat pembelajaran yang menarik, hanya sebagian siswa yang terlibat mengajukan pertanyaan atau mengutarakan pendapat. Walaupun guru telah berulang kali memberi pertanyaan dan penjelasan yang kurang jelas kepada siswa banyak sebagian siswa tidak memperhatikan penjelasan dari guru, banyak siswa yang ramai atau becanda dan hanya sebagian yang memperhatikan atau bahkan hanya diam saja. Pada kenyataannya banyak siswa yang malas dan kurang percaya diri saat mengerjakan soal latihan dan dasil belajar kurang memuaskan.
Dari data observasi awal yang dilakukan peneliti melalui hasil latihan harian yang diberikan oleh guru kelas V diperoleh masih banyak siswa yang belum mendapatkan nilai diatas atau sama dengan KKM yaitu 70, adapun data perolehan nilai ulangan harian adalah sebagai berikut sebanyak 16 siswa masih berada dibawah KKM atau 66,67% dengan nilai terendah 50 sedangkan sisanya sebanyak 7 siswa mendapat nilai diatas dan atau sama dengan KKM atau sekitar 33,33% saja dengan nilai tertinggi 80.
Daryanto (2014, p. 51) mengatakan belajar mengajar dengan pendekatan saintific adalah suatu proses yang dirancang sedemikian rupa sehingga peserta didik secara aktif mengkonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui beberapa langkah yaitu mengamati (mengidentifikasi atau mendektisi suatu masalah), merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan atau hipotesis, mengakumulasi data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menyimpilkan dan mengkomunikasikannya.
Metode saintific adalah metode belajar mengajar yang mengutamakan kegiatan peserta didik melalui kegiatan pengamatan, membuat pertanyaan, penalaran, mendemonstrasikan dan menciptakan jaringan dalam proses belajar mengajar di kelas. Saintific merupakan pendekatan pembelajaran yang memberikan kesempatan peserta didik untuk mengeksplor dan mengelaborasi
4
bahan ajar yang sesuai dengan kompetensi yang diharapkan, selain itu memberi keleluasaan peserta didik untuk menunjukkan keterampilan yang dimilikinya melalui berbagai kegiatan pembelajaran yang telah dirancang oleh pendidik.
(Fransiska et. al., 2022, p. 321).
Pada saintific dapat menggunakan berbagai macam metode pembelajaran yang dapat memudahkan peserta didik untuk memahami bahan ajar, salah satunya dengan menggunakan flash card. Flash card adalah salah satu media bahan ajar berupa kartu yang dilengkapi gambar dan informasi berupa huruf yang sesuai dengan materi yang akan diberikan (Anil yusuf, dkk. 2021).
Flash card adalah serangkaian kartu bergambar yang disimbokan dengan sebuah huruf awal. Gambar dalam kartu dapat dikelompokan menjadi hewan, buahbuahan, pakaian, warna, bentuk dan angka. Isi dari flash card dapat disesuaikan dengan tingkatan atau usia anak, dasar, menengah atau tinggi.
(Ghias Isqi , 2020)
Salah satu manfaat media kartu bergambar dengan cara penggunaan yang tepat adalah dapat meningkatkan retensi sehingga tidak mudah dilupakan, melatih kemandirian, meningkatkan motivasi dan hasil belajar siswa. (Suryana dalam Hotimah, 2010)”. Siswa diharapkan lebih nyaman dalam kegiatan pembelajaran sehingga dapat meningkatkan hasil kompetensi peserta didik dalam hal membuat karangan cerita sederhana.
Febriyanti Utami dkk, (2021), menyimpulkan kelebihan dari media flascard antara lain lebih efektif, sifatnya nyata sehingga mudah diingat, keterbatasan ruang dan waktu dalam menyampaikan bahan ajar dapat diatasi, masalah dapat diperjelas, dan simple dibawa kemana-mana.
Berdasarkan dari uraian masalah yang ada dilatar belakang, penulis akan melakukan perbaikan pembelajaran dengan menggunakan media flash card untuk meningkatkan hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam. Dengan media ini, siswa diharapkan dapat mendeskripsikan rangka manusia dan fungsinya secara sederhana dengan memperhatikan gambar pada kartu yang sudah disediakan guru sehingga memudahkan siswa menyusun kosakata menjadi kalimat yang mudah dipahami dan dimengerti.
5
. 1. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut, identifikasi masalah yang ada antara lain :
a. Penggunaan fasilitas kelas masih kurang optimal.
b. Kesiapan siswa dalam proses belajar mengajar masih kurang.
c. Pelajaran IPA, Pelajaran yang perlu diperaktikkan dan mencoba dari pada hanya metode ceramah.
d. Kurangnya cara belajar siswa sehingga mempengaruhi hasil belajar siswa.
e. Pergantian Kurikulum dari KTSP ke kurikulim 2013 siwa diharapkan lebih aktif dalam kegiatan belajar tidak menonton pada guru, sehingga guru perlu menggunakan model pembelajaran yang menyenangkan dan menarik perhatian siswa.
2. Analisis Masalah
Penulisan ini memfokuskan pembahasan tentang sejauh mana metode pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantu flash card dalam pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam memberikan pengaruh yang baik dalam meningkatkan hasil belajar peserta didik.
3. Alternatif dan Prioritas Pemecahan Masalah
Alternatif pemecahan masalah rendahnya hasil belajar Ilmu Pengetahuan Alam dengan menggunakan pendekatan saintific serta menggunakan media flash card.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang sudah diuraikan diatas, maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah “Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific berbantukan media kartu bergambar (Flash card), dapat meningkatkan hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 12 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat “?
6
C. Tujuan Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Adapun tujuan penelitian perbaikan pembelajaran ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan model pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintific berbantu kartu bergambar (Flash card) terhadap hasil belajar IPA siswa kelas V SDN 12 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat.
D. Manfaat Penelitian Perbaikan Pembelajaran 1. Secara Teoritis
Penelitian ini dapat diharapkan memberikan informasi dan pengetahuan pembaca, serta dapat digunakan sebagai literature dalam pelaksanaan di masa yang akan datang.
2. Secara Praktis a. Bagi siswa
Penggunaan model pembelajaran Picture and Picture dapat memberikan kemudahan dalam memahami materi yang disampaikan guru dan dapat meningkatkan rasa senang, berfikir kritis, serta konsentrasi belajar sehingga memproleh hasil belajar yang optimal.
b. Bagi guru
Peneliti ini dapat dijadikan pedoman dalam mengajar dan menambah pengetahuan dan wawasan guru, memberi informasi dan bahan pertimbangan untuk guru dalam menyajikan materi atau bahan pengajaran untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar peserta didik.
c. Bagi peneliti
Sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan dan penerapan strategi pebelajaran interaktif yang dapat dijadikan dalam perbaikan kualitas pembelajaran dikelas dan upaya peningkatan hasil belajar.
7
d. Bagi Sekolah
Sebagai bahan pemikiran kepada lembaga pendidikan khususnya di SDN 12 Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat dalam meningkatkan pelayanan dalam upaya pencapaian maksimal hasil belajar.
8
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Pendekatan Saintifik
Pendekatan scientific adalah pembelajaran yang menggunakan kaidah- kaidah keilmuan. Pendekatan scientific atau metode ilmiah pada umumnya memuat serangkaian aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, eksperimen, mengolah infomasi atau data, kemudian mengkomunikasikan (Kemendikbud, 2014, p. 19).
Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hosnan (2014, p. 34) pendekatan scientific adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengontruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Pendekatan scientific dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi searah dari guru. Proses pembelajaran dengan menggunakan pendekatan scientific diarahkan agar peserta didik mampu merumuskan masalah (dengan banyak menanya), bukan hanya menyelesaikan masalah dengan menjawab saja. Proses 10 pembelajaran diharapan diarahkan untuk melatih berpikir analitis (peserta didik diajarkan bagaimana mengambil keputusan) bukan berpikir mekanistis (rutin dengan haya mendengarkan dan mengahapal semata (Majid, 2014, p. 194).
9
Tabel 1. Keterkaitan antara langkah-langkah pembelajaran dengan kegiatan belajar dan maknanya
Langkah-langkah
pembelajaran Kegiatan belajar Kompetensi yang dikembangkan
Mengamati Membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat)
Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi.
Menanya Mengajukan pertanyaan
tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke pertanyaan yang bersifat hipotetik)
Mengembangkan
kreativitas, rasa ingin tahu, kemampuan merumuskan
pertanyaan untuk membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup cerdas dan belajar sepanjang hayat.
Mengumpulkan informasi/eksperimen
Melakukan eksperimen
Membaca sumber lain selaian buku teks
Mengamati objek/kejadian
Aktivitas
Wawancara dengan narasumber
Mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kempuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan
informasi melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan
kebiasaan belajar, dan belajar sepanjang hayat Mengasosiasikan/men
golah informasi
Mengolah informasi
yang sudah
dikumpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperi men maupun hasil dari kegiatan mengamati
dan kegiatan
mengumpulkan informasi.
Pengolahan informasi yang dikumpulkan dari yang bersifat
Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan
menerapkan prosedur dan kemampuan berfikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
10
Langkah-langkah
pembelajaran Kegiatan belajar Kompetensi yang dikembangkan menambah keleluasaan
dan kedalaman sampai kepada pengolahan informasi yang bersifat mencari solusi dari berbagai sumber yang memiliki pendapat yang berbeda sampai
kepada yang
bertentangan.
Mengkomunikasikan Menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya.
Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis,
mengungkapkan
pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan
kemampuan berbahasa yang baik dan benar Sumber: Permendikbud Nomor 81 A Tahun 2013
Pembelajaran dengan menggunakan pedekatan scientific memiliki karakteristik dan prinsip. Menurut Hosnan (2014, p. 36) pendekatan scientific memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Berpusat pada siswa
2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengontruksi konsep, hokum atau prinsip
3. Melibatkan proses-prose kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan intelektual, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.
Selain karakteristik, Hosnan (2014, p. 37) juga menyebutkan prinsip- prinsip pembelajaran dengan pendekatan scientific yaitu :
1. Pembelajaran berpusat pada siswa
2. Pembelajaran membentuk students self concept 3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme
11
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru
7. Memberikan kesempatan pada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hokum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kogntifnya.
Menurut Daryanto (2014, p. 51) pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruksi konsep, Hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan pertanyaan atau mengajukan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip-prinsip yang ditemukan.
Pendekatan saintifik menurut Imas Kurniasih (2014, p. 29) adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruksikan konsep pembelajaran melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep.
Menurut Imas kurniasih (2014:34) Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah sebagai berikut :
1. pembelajaran berpusat pada siswa,
2. pembelajaran membentuk students self concept, 3. pembelajaran terhindar dari verbalisme,
4. pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan mengakomodasi konsep , hukum, dan prinsip.
12
5. pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berfikir siswa.
6. pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi pengajar guru.
7. memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam komunikasi.
8. adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya.
Jadi dapat disimpulkan bahwa dalam pelaksanaannya pendekatan scientific berlandaskan pada kaidah keilmuan yang menekankan pentingnya kerjasama siswa dalam aktivitas pengumpulan data melalui observasi, menanya, saintifik, mengolah data atau informasi, dan mengkomunikasikan. Selama pembelajaran berlangsung siswa harus dapat mencari tahu sendiri dari berbagai sumber melalui observasi tentang hal yang dipelajari, tidak hanya menerima informasi dan menjawab pertanyaan dari guru saja.
B. Hasil Belajar Siswa
Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh siswa melalui kegiatan belajar. Dalam pengertian lain, hasil belajar adalah pola-pola perbuatan, nilainilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan ketermapilan.
Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari sesesiswa yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan prilaku yang relatif menetap. Penjabaran di atas memberikan suatu pengertian bahwa hasil belajar adalah adanya perubahan yang terjadi dalam diri individu yang belajar, baik perubahan pengetahuan dan tingkah laku, yang ditunjukkan melalui nilai tes. Untuk mengetahui hakikat hasil belajar.
13
Hasil belajar adalah adanya perubahan yang terjadi dalam diri individu yang belajar, baik perubahan pengetahuan dan tingkah laku, yang ditunjukkan melalui nilai tes. Untuk mengetahui hakikat hasil belajar, ada beberapa pandangan para ahli mengenai hasil belajar. Sujana dalam Iskandar mengemukakan bahwa “hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran, yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan, maupun tes perbuatan.” (Iskandar, 2015, p.
128)
Hasil belajar adalah kemampuan siswa yang diperoleh setelah kegiatan belajar (Nugraha, 2020). Hasil belajar adalah kompetensi atau kemampuan tertentu yang dicapai oleh siswa setelah mengikuti proses belajar mengajar dan meliputi keterampilan kognitif, afektif, maupun psikomotor (Wulandari, 2021)
Telah diuraikan bahwa belajar ditandai dengan adanya perubahan dalam diri siswa akibat dari pengalaman dan latihan. Jadi hasil belajar atau bentuk perubahan tingkah laku dalam pendidikan agama diharapkan mengarah pada tiga aspek yaitu: pertama, aspek kognitif, aspek ini meliputi perubahan-perubahan dari segi penguasaan pengetahuan dan perkembangan keterampilan/kemampuan yang diperlukan untuk menggunakan pengetahuan tersebut, kedua, aspek afektif, pada aspek ini ditandai dengan perubahan-perubahan dari segi sikap mental, perasaan dan kesadaran. Dan ketiga, aspek psikomotorik, yaitu ditandai dengan adanya perubahan dalam bentuk tindakan motorik.
Pendapat dari Mustakim (2020) hasil belajar adalah segala sesuatu yang dicapai oleh peserta didik dengan penilaian tertentu yang sudah ditetapkan oleh kurikulum lembaga pendidikan sebelumnya Hasil belajar berkaitan dengan perubahan pengetahuan, pemahaman, sikap dan tingkah laku dalam diri seseorang akibat pembelajaran yang dilakukanya, perubahan yang disebabkan oleh pertumbuhan bukan termasuk kedalam hasil belajar (Lestari, 2012)
14
Dalam proses pembelajaran, guru sebagai pengajar sekaligus pendidik memegang peranan dan tanggung jawab yang besar dalam rangka membantu meningkatkan keberhasilan siswa, hal ini sangat dipengaruhi oleh kualitas pengajaran dan faktor intern dari siswa itu sendiri. Dalam setiap mengikuti proses pembelajaran di sekolah sudah pasti setiap siswa mengharapkan mendapatkan hasil belajar yang baik, sebab hasil belajar yang baik dapat membantu siswa dalam mencapai tujuannya, sehingga untuk mencapai hasil belajar yang baik, maka harus melalui proses belajar yang baik pula.
Berdasarkan definisi hasil belajar di atas maka dapat disimpulkan bahwa hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku setelah melalui proses belajar mengajar yang mencakup bidang kognitif, afektif dan psikomotorik. Hasil belajar dapat diketahui dengan melakukan penilaian-penilaian tertentu yang menunjukkan sejauh mana kriteria-kriteria penilaian telah tercapai. Penilaian ini dilakukan dengan memberikan tes.
C. Media Pembelajaran
Media pembelajaran menurut (Surayya, 2012) yaitu alat yang mampu membantu proses belajar mengajar serta berfungsi untuk memperjelas makna pesan atau informasi yang disampaikan, sehingga dapat mencapai tujuan pembelajaran yang telah direncanakan.
Media pembelajaran dapat dipahami sebagai segala sesuatu yang dapat menyalurkan informasi dari sumber informasi kepada penerima informasi (Falahudin, 2014). Ayuningtyas (2013) menyatakan bahwa “tujuan pemanfaatan media dalam proses pembelajaran adalah untuk mengefektifkan dan mengefisiensikan proses pembelajaran”.
Tujuan penggunaan media pembelajaran secara umum menurut Lestari, Ariani, & Ashadi (2014) adalah membantu guru dalam menyampaikan pesanpesan atau materi pelajaran kepada siswanya agar pesan lebih mudah dimengerti, lebih menarik dan lebih menyenangkan bagi peserta didik.
15
Tujuan penggunaan media pembelajaran secara khusus yakni :
1. Memberikan pengalaman belajar yang berbeda dan bervariasi sehingga merangsang minat peserta didik untuk belajar.
2. Menumbuhkan sikap dan keterampilan tertentu dalam bidang teknologi.
3. Menciptakan situasi belajar yang tidak mudah dilupakan oleh peserta didik.
4. Untuk mewujudkan situasi belajar yang efektif.
5. Untuk memberikan motivasi belajar kepada peserta didik (Rahmatia, Monawati, & Darnius, 2017).
Peran penggunaan media sangat berpengaruh dalam menunjang proses pembelajaran. Menurut (Umar, 2013) peran media pembelajaran yang bersifat sebagai bahan ajar antara lain :
1. Mengaktifkan komunikasi dan interaksi antara guru dan peserta didik, antara peserta didik dengan peserta didik dalam kegiatan belajar mengajar.
2. Merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan peserta didik agar dapat mendorong kegiatan belajar, sehingga pengalaman belajar yang diperoleh akan lebih bermakna.
3. Membangkitkan keinginan dan minat belajar peserta didik sehingga perhatian peserta didik dapat terpusat pada bahan pelajaran yang diberikan guru.
4. Meletakan dasar-dasar yang penting untuk perkembangan belajar, sehingga membuat pelajaran lebih lama diingat.
5. Memberikan pengalaman nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan mandiri dikalangan peserta didik.
Dari pendapat diatas maka dapat disimpulkan bahwa penggunaan media pembelajaran secara keseluruhan yaitu mempermudah, memperjelas, serta sebagai alat dan bahan untuk membantu guru dalam proses belajar mengajar sehingga peserta didik dengan mudah memahami isi materi pembelajaran dan menumbuhkan rasa semangat belajar bagi peserta didik.
16
D. Media Flash Card
Idot (2018) mengatakan bahwa Flashcard adalah media yang sederhana namun sangat bermanfaat untuk menampilkan dan melatih kosa kata. Media flashcard dapat berupa kartu bergambar yang dibawahnya terdapat tulisan yang di desain dengan warna yang menarik sehingga hal ini akan menyenangkan anak, maka anak akan termotivasi untuk belajar.
Media Flash Card adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang berukuran 25 x 30cm. Gambar-gambarnya dibuat menggunakan tangan atau foto,atau memanfaatkan gambar/foto yang sudah ada yang ditempelkan pada lembaran- lembaran Flash Card . Gambar- gambar pada Flash Card merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangan setiap gambar yang dicantumkan pada bagian belakangnya (Nurseto, 2011).
Nuha (2016) berpendapat bahwa media flash card adalah alat peraga yang terbuat dari koran dan gambar-gambar, kata-kata yang menarik yang berbentuk kartu berukuran besar yang bertujuan agar siswa dapat mudah untuk memahami isi pesan yang terdapat pada gambar dan tulisan tersebut dengan baik. Media pembelajaran ini merupakan media yang dapat membantu peserta didik dalam mengingat dan mempelajarai informasi baru. Penggunaan flash card melatih peserta didik untuk memperluas jangkauan pandangannya, dimana peserta didik dibiasakan melihat beberapa gambar atau kata yang tertulis dalam kartu dalam satu kali pandangan. Serta dapat menumbuhkan motivasi dan persaingan yang sehat antara peserta didik untuk menghafal apa yang dilihatnya. Suasana kelas dapat lebih hidup dan menyenangkan serta mampu mengurangi kejenuhan
Susilana dan Riyana dalam Maria Petronel Eka Lengari et. al (2020) mengatakah bahwa kemudahan flash card terbagi menjadi empat yaitu, mudah dibawa, praktis, gampang diingat dan menyenangkan. Selain itu media flash card adalah media yang mudah digunakan dan dibuat oleh siapa saja. Media flash card dibuat dari karton dan dilapisi lakban sehingga dapat digunakan berkali- kali. Selain itu, dalam penggunaannya tidak perlu bergantung pada listrik sehingga dapat digunakan kapan saja.
17
Media flashcard adalah kartu belajar yang efektif berisi gambar, teks, atau tanda simbol yang digunakan untuk membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar, teks, atau tanda simbol yang ada pada kartu, serta merangsang pikiran dan minat siswa sehingga proses belajar terjadi. Media flashcard adalah media pembelajaran dalam bentuk kartu bergambar yang ukurannya sekitar 25×30 cm. Gambar yang ada pada media ini merupakan rangkaian pesan yang disajikan dengan keterangannya (Indriana, 2011).
Dari beberapa pendapat di atas, dapat disimpulkan bahwa flashcard adalah kartu belajar yang efektif mempunyai dua sisi dengan salah satu sisi berisi gambar, teks, atau tanda simbol dan sisi lainnya berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu.
Flashcard biasanya berukuran 8 X 12 cm, 25 X 30 cm, atau dapat disesuaikan dengan besar kecilnya kelas yang dihadapi. Flashcard merupakan media grafis yang praktis dan aplikatif. Dari pengertian flashcard di atas yaitu kartu belajar yang efektif mempunyai dua sisi dengan salah satu sisi berisi gambar, teks, atau tanda simbol dan sisi lainnya berupa definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian yang membantu mengingatkan atau mengarahkan siswa kepada sesuatu yang berhubungan dengan gambar yang ada pada kartu.
Maka, dapat disimpulkan bahwa flashcard mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
1. Flashcard berupa kartu bergambar yang efektif.
2. Mempunyai dua sisi depan dan belakang.
3. Sisi depan berisi gambar atau tanda simbol.
4. Sisi belakang berisi definisi, keterangan gambar, jawaban, atau uraian.
5. Sederhana dan mudah membuatnya.
18
E. Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam di Sekolah Dasar
Ilmu pengetahuan alam merupakan terjemahan kata-kata Inggris yaitu natural science, artinya ilmu pengetahuan alam (IPA). Berhubungan dengan alam atau bersangkut paut dengan alam, sedangkan science artinya ilmu pengetahuan. Jadi ilmu pengetahuan alam (IPA) atau science dapat disebut sebagai ilmu tentang alam. Ilmu yang mempelajari peristiwa-peristiwa yang terjadi di alam ini.
Samatowa (2010:104) mengatakan tujuan utama pembelajaran IPA di SD adalah membantu siswa memperoleh ide, pemahaman, dan keterampilan (life skill) esensial sebagai warga Negara. Life skills esensi yang perlu dimiliki siswa adalah kemampuan menggunakan alat tertentu, kemampuan mengamati benda dan lingkungan sekitarnya, kemampuan mendengarkan, kemampuan berkomunikasi secara efektif, menanggapi dan memecahkan masalah secara efektif.
Fowler dalam Trianto (2010, p. 136) berpendapat IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan dirumuskan, yang berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan dan didasarkan terutama atas pengamatan dan deduksi. Ilmu pengetahuan alam sangat penting untuk diajarkan karena sangat bermanfaat untuk kehidupan manusia, seperti Ilmu Pengetahuan Alam yang diajarkan melalui sekolah dasar sampai perguruan tinggi. IPA atau sering disebut sains yang dapat didefinisikan sebagai suatu ilmu pengetahuan yang didalamnya mempelajari tentang peristiwa – peristiwa yang terjadi dialam. (Sujana, 2014)
Cahyo (2013) juga mendefinisikan pengertian Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa faktafakta, konsep-konsep, atau prinsip-prinsip saja tetapi juga merupakan proses penemuan.
19
Setiap mata pelajaran memiliki karakteristik sendiri-sendiri. Karakteristik sangat dipengaruhi oleh sifat keilmuan yang terkandung pada masing-masing mata pelajaran. Perbedaan karakteristik pada berbagai mata pelajaran akan menimbulkan perbedaan cara mengajar dan cara siswa belajar antar mata pelajaran satu dengan yang lainnya. IPA memiliki karakteristik tersendiri untuk membedakan dengan mata pelajaran lain. Harlen dalam Susanto 2015, p. 98) menyatakan bahwa ada tiga karakteristik utama Sains yakni: Pertama, memandang bahwa setiap orang mempunyai kewenangan untuk menguji validitas (kesahihan) prinsip dan teori ilmiah meskipun kelihatannya logis dan dapat dijelaskan secara hipotesis. Teori dan prinsip hanya berguna jika sesuai dengan kenyataan yang ada. Kedua, memberi pengertian adanya hubungan antara fakta-fakta yang diobservasi yang memungkinkan penyusunan prediksi sebelum sampai pada kesimpulan. Teori yang disusun harus didukung oleh fakta-fakta dan data yang teruji kebenarannya. Ketiga, memberi makna bahwa teori Sains bukanlah kebenaran yang akhir tetapi akan berubah atas dasar perangkat pendukung teori tersebut. Hal ini memberi penekanan pada kreativitas dan gagasan tentang perubahan yang telah lalu dan kemungkinan perubahan di masa depan, serta pengertian tentang perubahan itu sendiri
Badan Standar Nasional Pendidikan dalam Susanto (2015, p. 171) menyebutkan tujuan pembelajaran sains di SD sebagai berikut:
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa berdasarkan keberadaan, keindahan, dan keteraturan alam ciptaan-Nya 2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsep-konsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
3. Menggembangkan rasa ingin tahu, sikap positif dan kesadaran tentang adanya hubungan saling memengaruhi antara IPA, lingkungan, teknologi dan masyarakat.
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam sekitar, memecahkan masalah, dan membuat keputusan.
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperan serta memelihara, menjaga dan melestarikan lingkungan alam.
20
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya sebagai salah satu ciptaan Tuhan.
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep, dan keterampilan IPA sebagai dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP.
Dengan demikian pembelajaran IPA di Sekolah Dasar dapat melatih dan memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan- keterampilan proses dan dapat melatih siswa untuk dapat berpikir serta bertindak secara rasional dan kritis terhadap persoalan yang bersifat ilmiah yang ada di lingkungannya. Keterampilan-keterampilan yang diberikan kepada siswa sebisa mungkin disesuaikan dengan tingkat perkembangan usia dan karakteristik siswa Sekolah Dasar, sehingga siswa dapat menerapkannya dalam kehidupannya sehari-hari.
21
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subyek Penelitian Perbaikan Pembelajaran 1. Subjek Penelitian
Subjek penelitian perbaikan pembelajaran adalah siswa kelas V SDN 12 Tumijajar menjadi fokus penelitian ini. Jumlah siswanya adalah sebanyak 23 siswa, 12 di antaranya laki-laki dan 11 di antaranya perempuan.
2. Tempat Penelitian
Lokasi pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan di SDN 12 Tumijajar dengan alamat Jl. KI. Hajar Dewantara RT/RK 23/07 Tiyuh Margo Mulyo Kec. Tumijajar, Kabaputen Tulang Bawang Barat.
3. Waktu Pelaksanaan
Waktu pelaksanaan perbaikan pembelajaran adalah dari dilaksanakan pada bulan Maret 2023 hingga Mei 2023.
4. Pihak yang Membantu
Penelitian ini dapat berjalan dengan lancar sesuai dengan rencana yang telah peneliti susun berkat bantuan dan kerjasama dari semua pihak diantaranya bapak Pandiyar, S.Pd, sebagai Kepala SDN 12 Tumijajar yang telah memberikan ijin untuk melakukan kegiatan perbaikan pembelajaran ini, kemudian ibu Ike Purnamasari Mendrofa, S.Pd. yang nanti akan membantu dalam kegiatan pelaksanaan perbaikan pembelajaran bertidak sebagai observer selama kegiatan berlangsung, adalah juga sebagai wali kelas penelitian yaitu kelas V.
22
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Kegiatan ini merupakan penelitian tindakan kelas. Terdapat beberapa langkah dapat dilakukan yaitu: Perencanaan, tindakan pelaksanaan, observasi (pengamatan), dan refleksi adalah empat tahap yang membentuk setiap siklus.
Langkah-langkah tersebut dapat digambarkan dengan menggunakan desain penelitian.
Gambar 1. Adaptasi Alur PTK Model Jhon Elliot (Wiriaatmadja, 2013, p.64) Pada tahapan Refleksi data awal, peneliti melakukan pertemuan dengan pihak sekolah untuk mengumpulkan data awal berdasarkan temuan sebelumnya.
Tahap selanjutnya adalah review, dilanjutkan dengan pencarian fakta dan analisis oleh peneliti yaitu tindakan pra siklus. Peneliti melakukan dua tahap selama pelaksanaan. siklus I, yaitu: Membuat rencana tindakan umum pertama dan kedua. Kegiatan observer yang nantinya akan membuat RPP, Lembar Observasi Siswa, dan Lembar Observasi Guru dengan merencanakan pelaksanaan tindakan yang akan dilakukan peneliti. Setelah pelaksanaan langkah tindakan seperti yang dijelaskan diatas, peneliti menyelesaikan proses kegiatan belajar mengajar sesuai dengan rencana pelaksanaan proses belajar dikelas.
Peneliti melibatkan pengamat untuk membantu mengamati guru dan siswa pada tahap berikutnya, yaitu memantau pelaksanaan dan dampaknya. Pengulangan, juga dikenal sebagai refleksi, adalah tahap di mana pengamat dan peneliti menganalisis data yang dikumpulkan selama tindakan yang telah dilakukan.
23
Kemudian, mempersiapkan siklus berikutnya. Siklus kegiatan berlanjut sampai tujuan yang telah ditentukan tercapai untuk penguasaan pembelajaran.
Kelengkapan lain yang dibutuhkan selama kegiatan perbaikan pembelajaran untuk pendidk dan peserta didik adalah lembar pengamatan, lembar wawancara, dokumentasi, dan tes merupakan salah satu instrumen yang digunakan dalam penelitian ini selain itu juga menggunakan dokumen foto-foto kegiatan.
Berikut ini adalah tahap-tahap penelitian perbaikan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti selama 2 siklus :
1. Siklus I
a. Tahap Perencanaan
1. Mengajak teman sejawat untuk menjadi observer pada saat pelaksanaan perbaikan pembelajaran
2. Merancang skenario pembelajaran dengan membuat RPP sebagai langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan Pendekatan Saintifik.
3. Menyiapkan soal untuk diberikan kepada setiap kelompok dan soal tes setelah pembelajaran
4. Membuat lembar observasi b. Tahap Pelaksanaan
1. Kegiatan Awal
o Guru bersama siswa saling memberi dan menjawab salam
o Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
o Siswa menyuarakan yel-yel kelas sebelum memulai pelajaran untuk membangkitkan semangat dalam belajar, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu wajib nasional.
24
o Menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang ”Organ Tubuh Manusia dan Hewan”.
o Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengomunikasikan dan menyimpulkan.
o Guru menginformasikan tujuan pembelajaran yang akan di capai
o Guru menginformasikan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu kartu bergambar beberapa jenis karangka, dan tulang manusia.
o Guru menyampaikan apersepsi dengan menanyakan kenapa tubuh kita bisa berdiri ?
o Ketika menjawab pertanyaan, siswa diarahkan pada pengetahuan awal mereka dan penanaman sikap yang sesuai nilai-nilai yang dapat diteladani melalui gambar 2. Kegiatan Inti
o Kegiatan dimulai dengan mengkomunikasikan kepada siswa tentang kegiatan yang akan dilakukan.
o Siswa mengamati gambar anak-anak yang sedang melakukan jalan cepat. Gambar ini menjadi stimulus untuk melakukan diskusi tentang manfaat jalan cepat bagi kesehatan.
o Untuk lebih memahami gambar tentang jalan cepat tersebut siswa membaca teks ”jenis olahraga yang baik untuk jantung”. Teks ini berisi aktivitas-aktivitas fisik yang bermanfaat untuk kesehatan.
o Siswa diarahkan berdiskusi untuk mencari informasi penting yang terdapat dalam bacaan secara cermat dan teliti.
25
o Untuk menguji kebenaran hasil diskusi mereka, siswa diarahkan untuk mengisi latihan menjodohkan kosakata dengan makna yang sesuai.
o Mengoreksi kebenaran hasil kerja siswa tentang menjodohkan kosakata dengan makna yang sesuai.
o Guru memberikan penjelasan dan gambaran terhadap pertanyaan stimulus tentang kenapa tubuh kita bisa berdiri ?
o Siswa mengingat kembali pengetahuan tentang rangka manusia.
o Siswa menggunakan pemahamannya tentang rangka manusia untuk mengklasifikasi rangka menjadi tiga bagian.
o Siswa mengamati gambar rangka manusia (tulang pipa, tulang pendek, dan tulang pipih)
o Siswa mencari informasi dari berbagai sumber dan dibimbing untuk memahami klasifikasi tulang rangka berdasarkan bentuknya
o Siswa melakukan diskusi kelas tentang fungsi rangka tubuh manusia dan menuliskan hasilnya pada tabel yang disediakan di buku siswa
o Siswa mengamati gambar pada card yang disediakan dan card lain sebagai keterangan dari gambar tersebut, kemudian dibimbing oleh guru untuk menyimpulkan pengertian dari gambar rangka manusia tersebut.
26
3. Kegiatan Penutup
o Guru memberikan penghargaan bagi siswa atau kelompok yang membacakan hasil belajar kelompoknya didepan kelas.
o Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
o Guru melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah berlangsung.
o Guru memberikan evaluasi
o Kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin salah seorang siswa.
c. Tahap Observasi
Setelah pelaksanaan, tahapan kegiatan selanjutnya adalah observasi yaitu pengamatan oleh observer. Kegiatan ini dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan kegiatan pembelajaran dikelas.
Teman sejawat mengisi lembar observasi sesuai dengan kegiatan yang dilakukan peneliti, serta mencatat kelemahan dan kelebihan saat melaksanakan kegiatan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik. Observer juga mengamati pada siklus ini peneliti sudah menggunakan media flash card dan perolehan nilai siswa serta persentase ketuntasan belajar. Hasil pengamatan dan catatan selama observasi dibahas pada kegiatan refleksi.
d. Tahap Refleksi
Kegiatan ini mencoba untuk melihat hasil perkembangan pelaksanaan dan membuat kesimpulan mengenai kekurangan dan kelebihan selama pelaksanaan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik dan belum menggunakan media flash card, masih menggabungkan model pembelajaran konvensional. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi dengan tindakan yang telah dilakukan, serta menentukan langkah-langkah selanjutnya pada pelaksanaan siklus II.
27
2. Siklus II
a. Tahap perencanaan tindakan
Pada tahap ini peneliti dapat mengetahui seberapa banyak siswa yang memiliki hasil belajar rendah. Pada tahap ini peneliti memfokuskan kesulitan dan kendala yang dialami guru pada saat pelaksanaan pembelajaran dan kendala yang dialami siswa sehingga menyebabkan Sebagian siswa belum mencapai ketuntasan belajar.
Peneliti membuat rancangan pembelajaran sesuai dengan materi yang masih sama dengan pertemuan siklus I, kemudian sebelum masuk ke materi terlebih dahulu peneliti membuat soal- soal tes. Kemudian peneliti melakukan pendampingan yang lebih intensif pada siswa dan lebih teliti serta semangat lagi.
Selain itu peneliti juga membuat lembar observasi, membuat media flash card sebagai alat bantu dan lebih banyak, berlatih agar menguasai materi serta menguasai langkah-langkah pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik, agar tidak ada kegiatan yang terlewatkan.
e. Tahap Pelaksanaan
Tindakan Pada tahap ini peneliti berusaha untuk sebaik mungkin memberikan pengarahan dan bimbingan kepada siswa yang diteliti agar seluruh materi yang diajarkan kepada siswa dapat dinikmati dan benar-benar dapat dipahami oleh siswa, penggunaan media flash card dibuat semakin banyak dan lebih bervariasi. Serta memberikan motivasi agar siswa selalu aktif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
28
Adapun pelaksanaan pada siklus II pada kegiatan pembelajaran antara lain :
Kegiatan Pendahuluan
o Guru memberikan salam dan mengajak semua siswa berdoa menurut agama dan keyakinan masing – masing.
o Guru mengecek kesiapan diri dengan mengisi lembar kehadiran dan memeriksa kerapihan pakaian, posisi dan tempat duduk disesuaikan dengan kegiatan pembelajaran.
o Siswa menyuarakan yel-yel kelas sebelum memulai pelajaran untuk membangkitkan semangat dalam belajar, dilanjutkan dengan menyanyikan lagu wajib nasional.
o Guru menginformasikan tema yang akan dibelajarkan yaitu tentang ”Tubuh Manusia”.
o Guru menyampaikan tahapan kegiatan yang meliputi kegiatan mengamati, menanya, mengeksplorasi, mengomunikasikan dan menyimpulkan.
o Guru menginformasikan media yang akan digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu media flash card. Diiringi dengan memberikan ulasan singkat tentang materi yang telah lalu dan yang akan dipelajari saat ini.
Kegiatan Inti
o Guru memberikan pertanyaan pemantik untuk menstimulus antusiasme peserta didik dalam mengikuti pembelajaran.
Pertanyaan berupa ”Siapa yang berangkat sekolah dengan berjalan kaki dan naik sepedah?”
o Guru memberikan kesempatan untuk mereka menjawab pertanyaan tersebut.
o Guru meminta siswa untuk mengamati kartu bergambar (Flash Card yang dibawa) tentang rangka manusia.
(Mengamati)
29
Gambar 2. Flash card Rangka manusia
o Guru menstimulasi siswa untuk bertanya tentang informasi apa yang terdapat pada gambar tersebut. Kemudian guru dan siswa melakukan tanya jawab berkaitan dengan gambar.
(Menanya)
o Siswa dibimbing untuk berdiskusi mencari fungsi-fungsi 5 yang ada pada gambar kemudian menuliskan pada buku siswa. ( Mengeksplorasi )
o Mengoreksi kebenaran hasil kerja siswa tentang fungsi kerangka manusia dengan makna yang sesuai.
o Guru menjelaskan ulang kembali fungsi-fungsi kerangka manusia, dan memberikan pembenahan terhadap jawaban anak-anak berdasarkan kartu gambar yang mereka peroleh.
o Siswa membacakan hasil diskusi pembahasan gambar kerangka manusia dari beberapa card yang mereka peroleh didepan kelas. (Mandiri) (Mengkomunikasikan )
o Guru memberikan tanggapan berupa umpan balik dan apresiasi terhadap hasil pekerjaan siswa kemudian memberikan penguatan.
30
o Guru dan siswa bersama-sama membuat kesimpulan pembelajaran . (menyimpulkan)
Kegiatan Penutup
o Guru bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran.
o Guru memberikan kesempatan bertanya kepada siswa tentang materi yang belum dipahami
o Guru memberikan soal evaluasi untuk dikerjakan siswa secara mandiri
o Guru melakukan koreksi dan penilaian
o Guru melakukan refleksi atas pembelajaran yang telah berlangsung.
o Siswa diajak untuk menyanyikan lagu daerah untuk menambah rasa nasionalisme.
o Guru menyampaikan materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya
o Kelas ditutup dengan doa bersama dipimpin salah seorang siswa
f. Observasi
Tahapan observasi dilakukan bersamaan dengan saat pelaksanaan tindakan dilakukan. Pada tahap ini, observer mencatat hal-hal yang terjadi termasuk kelemahan dan kelebihan pada saat guru melakukan kegiatan pembelajaran dengan menerapkan pendekatan saintifik dan menggunakan media flash card, sehingga keefektifan hasil pembelajaran dapat terlihat jelas. Kemudian, observer juga mencatat hasil tes yang dikerjakan siswa untuk mengetahui perubahan hasil belajar siswa dibandingkan dengan siklus sebelumnya. setelah mengamati semua kegiatan, observer mengisi lembar observasi aktivitas guru, kemudian mencatat peningkatan hasil nilai siswa untuk dianalisis pada kegiatan refleksi.
31
g. Refleksi
Pada tahap ini merupakan kegiatan untuk mencari tahu seberapa besar tingkat keberhasilan yang dilakukan. Tindakan keberhasilan ditentukan dengan melihat dari kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Berdasarkan hasil observasi, peneliti bersama teman sejawat dan kepala sekolah merefleksi hasil perbaikan kegiatan pembelajaran, yaitu guru / peneliti sudah menerapkan pendekatan saintifik pada saat mengajar, kemudian nampak juga penggunaan media flash card sebagai alat bantu dalam mengajar. Selain itu pendampingan guru secara intensif dalam Latihan menulis permulaan juga sudah dilakukan, sehingga memberikan dampak positif yakni peningkatan hasil belajar IPA siswa kelas V. kemudian persentase ketuntasan siswa juga telah menunjukkan target sesuai tujuan penelitian yang telah ditetapkan.
Oleh karena keberhasilan dan tujuan telah tercapai, maka tidak diperlukan kembali pelaksanaan perbaikan pembelajaran pada siklus selanjutnya.
C. Teknik Analisis data
Teknik analisis data tentu memiliki tujuan yang akan dicapai dalam penggunaannya pada suatu penelitian. Analisis data merupakan tahapan yang penting dalam penelitian. Teknik analisis data ini sangat erat kaitannya atau tergantung dengan desain penelitian dan masalah yang telah ditentukan sebelumnya. Dapat dikatakan bahwa teknik analisis data hanya dapat dilakukan ketika poin-poin penelitian sudah terpenuhi, misalnya pengumpulan data yang tepat yang disesuaikan dengan permasalahan pada penelitian tertentu. Tujuan teknik analisis data ialah untuk menentukan atau mendapatkan simpulan secara keseluruhan yang berasal dari data-data penelitian yang telah dikumpulkan oleh peneliti. Selain itu, teknik analisis data bertujuan untuk mendeskripsikan dan menjelaskan mengenai data-data penelitian, sehingga dapat dipahami oleh orang lain
32
Analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan dokumentasi, serta hasil tes dengan mengorganisasikan data ke dalam kategori, menjabarkan ke dalam unit-unit, melakukan sintesa, menyusun kedalam pola, memilih mana yang penting dan yang akan dipelajari dan membuat kesimpulan sehingga mudah dipahami oleh diri sendiri maupu orang lain (Sugiyono, 2014) Proses analisis data yang dilakukan penelitian ini menggunakan tiga lagkah yaitu : 1. Reduksi Data (Data Reduction) Mereduksi data berati merangkum,
memilih hal-hal yang pokok, memfokuskan pada hal-hal yang penting, dicari tema dan polanya (Sugiyono, 2016). Reduksi data dalam penelitian ini yaitu data yang telah diperoleh dilapangan melalui test pada setiap akhir pelaksanaan perbaikan pembelajaran.
2. Penyajian Data (Display Data) Setelah data direduksi kemudian tahap selanjutnya adalah display data atau penyajian data. Penyajian data dalam penelitian kulitatif dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori, flowchart, tabel dan sejenisnya (Sugiyono, 2016).
3. Penarikan kesimpulan (Conclusing Drawing Verivication) Langkah ketiga dalam proses analisis data adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi.
Kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti –bukti yang kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya (Sugiyono, 2016). Kesimpulan data dapat menjawab rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal dan kesimpulan berupa deskripsi atau gambaran mengenai objek yang diteliti.
33
Untuk menghitung tingkat ketuntasan belajar siswa (individual) dapat dihitung dengan menggunakan rumus yaitu :
Tingkat Penguasaan Siswa = 𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎
𝑆𝑘𝑜𝑟 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑀𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙𝑥100%
Setiap siswa dikatakan tuntas belajaranya (ketuntasan individual) jika persentase ketuntasan belajar mencapai > 70% siswa, yang dapat dihitung dengan menggunakan rumus :
Ketuntasan Klasikal = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝑆𝑖𝑠𝑤𝑎 𝑥100%
Dalam penelitian ini hasil belajar dikatakan meningkat apabila presentasi ketuntasan individual dan klasikal yang diperoleh siswa semakin meningkat dari tes awal yang diberikan sampai pada tes yang dilakukan pada setiap siklus sekurang-kurangnya 80% siswa memperoleh nilai tes >KKM yang ditentukan.
34
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian Perbaikan Pembelajaran
Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di kelas V SDN 12 Tumijajar, Kecamatan Tumijajar Kabupaten Tulang Bawang Barat. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan dalam 2 siklus untuk menentukan bagaimana cara meningkatkan hasil belajar IPA dengan menggunakan pendekatan saintifik berbantu media flash card bagi siswa kelas V SDN 12 Tumijajar. Berdasarkan penelitian yang dilaksanakan, mulai dari pemeriksaan tahap studi awal sampai pada siklus kedua diperoleh data sebagai berikut :
1. Deskripsi Tahap Studi Awal
Penelitian ini menggunakan penelitian tindakan kelas dengan subjek penelitian adalah siswa kelas V SDN 12 Tumijajar yang berjumlah 23 siswa, 12 laki-laki dan 11 perempuan. Kegiatan awal yang dilakukan peneliti adalah observasi dengan melakukan wawancara bersama guru kelas V, dengan tujuan memperoleh data awal mengenai kendala atau masalah yang terjadi di kelas. Dari hasil wawancara diketahui bahwa siswa kelas V kurang tertarik pada proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam tentang mendeskripsikan rangka manusia dan fungsinya. Hal ini disebabkan karena dalam mengajar, guru belum menggunakan media pembelajaran, masih lebih dikuasai dengan model pembelajaran ceramah.
Selain itu, kemampuan siswa dalam memahami dan menghafalkan materi juga masih cukup rendah, penguasaan kata dan penyusunan kalimat masih terbatas ketika guru berupaya untuk melakukan interaksi tanya jawab tentang materi yang telah dipelajari. Selain tidak menggunakan media dalam mengajar. Semua kegiatan berpusat pada guru, siswa hanya pasif mendengarkan dan mengerjakan tugas sesuai buku modul yang diberikan.
Dan tujuan pembelajaran hanya terbatas pada penyelesaian materi sesuai kurikulum yang digunakan di sekolah. Guru juga kurang melakukan
35
pendampingan kepada siswa pada saat membelajarkan kegiatan menulis.
Dari semua permasalahan di atas menyebabkan perolehan hasil belajar siswa juga rendah. Hal ini terbukti hasil evaluasi harian yang dilakukan oleh guru, berdasarkan hasil observasi pada tangga 13 April 2023, kelas subjek penelitian bahwa dari 23 siswa hanya 7 siswa yang mendapatkan nilai mencukupi KKM yang sudah ditentukan. Adapun hasil belajar yang diperoleh sebelum dilakukan tindakan adalah sebagai berikut :
Tabel 2. Data Hasil Belajar Pra Siklus
No Nama Siswa Nilai
Ketuntasan Tuntas Belum
Tuntas
1 Anggi Ramadhan 65 √
2 Arya Kesuma 70 √
3 Chelvi Anggian Choirunnisa 60 √
4 Desctricha Nazwa Widyantika 65 √
5 Dewi Jamilattul Mubarokah 80 √
6 Fadhil Aqila Pranajaya 60 √
7 Fihalwa 65 √
8 Fitri Pujiati 70 √
9 Fiyan Ken Hidayah 60 √
10 Frananda Raditia 50 √
11 Hanan Abdulloh 80 √
12 Marcel Andika Putra Pratama 60 √
13 Maylani Indah Dwi Pertiwi 40 √
14 Muhamad Dava Nur Aziz 60 √
15 Muhammad Dani 70 √
16 Nadia Marsela Hidayati 60 √
17 Naira Nur Akila 30 √
18 Nurwahidin 60 √
19 Raisa Berlian Mecca 70 √
20 Reihan Nur Wibowo 60 √
21 Rifqi Aldo Jaya Perkasa 65 √
22 Vanesa Marga Raesiya 80 √
23 Latifatulasroriyah 60 √
Rata-rata 62.61