LAPORAN LENGKAP
PRAKTIKUM JARINGAN KOMPUTER
“Routing Information Protocol (Rip)”
Disusun Oleh :
Widyawati 42220046
3B TRJT
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA JARINGAN TELEKOMUNIKASI JURUSAN TEKNIK ELEKTRO
POLITEKNIK NEGERI UJUNG PANDANG 2022/2023
MODUL III
ROUTING INFORMATION PROTOCOL (RIP)
I. Tujuan
Setelah melaksanakan praktikum ini mahasiswa diharapkan mampu:
1. Memahami konsep dynamic routing protocol.
2. Mengetahui perbedaan RIPv1 dan RIPv2
3. Melakukan proses routing dengan protokol RIP.
4. Mengkonfigurasi routing RIP pada router Cisco.
II. Dasar Teori
Selain menggunakan static routing untuk menghubungkan beberapa jaringan, dapat juga menggunakan jenis dynamic routing protocol. Pada saat akan menggunakan dynamic routing, Administrastor jaringan tidak perlu lagi untuk menyusun tabel routing secara manual. Router akan dapat mengetahui network-network yang ada, dan menyusun sendiri tabel routingnya.
Untuk menyusun tabel routing sendiri, maka router harus menjalankan routing protocol.
Routing protocol ini yang akan digunakan untuk bertukar informasi dengan router-router lain yang ada dalam jaringan tersebut. Informasi yang dipertukarkan dapat berupa network address, tipe jaringan maupun cost yang diperlukan untuk menuju network tersebut. Hasil pengolahan dari pertukaran informasi tersebut akan menjadi tabel routing.
1. Pengertian RIP
Salah satu protokol routing yang mudah untuk diimplementasikan adalah Routing Information Protocol (RIP). RIP merupakan protokol routing yang menggunakan algoritma Distance Vector, yang mana berarti menentukan jalur terbaik berdasarkan jumlah hop count sebagai parameter metricnya pada router untuk mencapai tujuan. RIP dibatasi hanya sampai 15 hop yang berarti nilai 16 tidak terjangkau (unreachable). RIP memiliki kekurangan antara lain waktu respon yang lebih lambat, sehingga tidak cocok untuk jaringan dengan skala besar. Router yang menjalankan RIP juga tidak memiliki gambaran topologi yang jelas, sehingga besar kemungkinan terjadi routing loop. Sebuah router RIP hanya mengandalkan router tetangga untuk mengetahui keberadaan remote network.
Tiap RIP router saling tukar informasi routing tiap 30 detik, melalui UDP port 520.
Untuk menghindari loop routing, digunakan Teknik split horizon with poison reverse. RIP merupakan routing protocol yang paling mudah untuk di konfigurasi. RIP terdiri dari beberapa versi, yaitu RIPv1 yang hanya bisa bekerja pada jaringan dengan pengalamatan classfull, RIPv2 yang merupakan penyempurnaan RIPv1 yang bisa bekerja pada jaringan classless, dan RIPng untuk jaringan dengan pengalamatan IPv6.
2. Konsep Hop Count pada RIP
Untuk lebih memahami konsep hop pada RIP, perhatikan gambar dibawah ini:
Bila diasumsikan semua router menggunakan protokol routing RIP, maka pada R0 terdapat 2 kemungkinan jalur yang dapat digunakan untuk sampai ke jaringan 10.0.0.0/24.
Satu jalur melalui R1, sedangkan jalur yang satunya lagi melalui R2 dan R3.
Untuk kasus ini dalam menentukan jalur terbaik, RIP akan menggunakan jalur melalui R1 untuk sampai ke jaringan 10.0.0.0/24 karena hanya menggunakan 1 hop.
Dibandingkan dengan melalui R2 dan R3 yang menggunakan 2 hop.
3. RIPv1 vs RIPv2
Perbedaan yang paling mendasar antara RIPv1 dengan RIPv2 adalah metode pengelamatan IP yang dimilikinya, yang mana pada RIPv1 menggunakan routing classfull dan pada RIPv2 menggunakan routing classless juga mendukung classful. Classfull secara sederhana dapat diartikan "dengan kelas" atau "menggunakan kelas". Kemudian jika dikaitkan dengan pengalamatan IP, maka pengalamatan IP classfull dapat diartikan menjadi "pengalamatan IP berdasarkan kelas". Contoh misalnya pada jaringan kelas A memiliki range jaringan 1 – 127 dan menggunakan subnet mask 255.0.0.0, begitu juga
dengan kelas B yang menggunakan subnet mask 255.255.0.0 dan juga kelas C yang menggunakan subnet mask 255.255.255.
Sedangkan untuk Classless atau secara sederhana dapat diartikan "tanpa kelas" atau
"tidak menggunakan kelas". Kemudian jika dikaitkan dengan pengalamatan IP, maka pengalamatan IP classless dapat diartikan menjadi "pengalamatan IP tanpa mengenal kelas". Yaitu dengan cara menggunakan Classless-Inter Domain Rouing (CIDR) atau juga dapat dikenal dengan istilah panjang prefiks. Format pengalamatannya adalah dengan memberi tanda slash (/) di belakang alamat IP kemudian diikuti dengan variabel panjang prefiks.
Contoh: 172.26.78.3/28
172.26.78.3 = alamat IP, /28 = panjang prefiks (CIDR)
Dengan metode classless dapat menyederhanakan tabel routing dengan cara satu tabel routing dapat untuk beberapa jaringan sehingga menghemat penggunaan kapasitas router dalam membuat tabel routing.
4. Konfigurasi Routing Protokol RIP
Melakukan konfigurasi routing protokol RIP terbilang cukup mudah. Adapun langkah yang perlu dilakukan untuk melakukan konfigurasi routing RIP.
1. Mengaktifkan routing protokol RIP melalui mode global configuration dengan memasukkan perintah “router rip”.
Router(config)#router rip
b. Untuk menggunakan RIP versi 2 cukup dengan memasukkan perintah “version 2”
namun apabila ingin menggunakan versi 1, Anda dapat melangkahi bagian ini.
Router(config-router)#version 2
c. Mendaftarkan alamat network yang terhubung langsung pada router dengan routing protocol RIP menggunakan perintah “network [alamat_jaringan]”
Router(config-router)#network [network_address]
Pada contoh konfigurasi protokol RIP dibawah ini, menggunakan dua buah router yang saling terhubung dan terdapat tiga network id. Untuk contoh dibawah kita menggunakan protokol RIP versi 2 untuk pengalamatan classless.
Konfigurasi RIP pada Router0:
Router(config)#router rip
Router(config-router)#version 2
Router(config-router)#network 192.168.1.0 Router(config-router)#network 10.10.10.0
Konfigurasi RIP pada Router1:
Router(config)#router rip
Router(config-router)#version 2
Router(config-router)#network 192.168.2.0 Router(config-router)#network 10.10.10.0
5. Administrative Distance
Administrative Distance(AD) adalah sebuah nilai yang diberikan pada sebuah routing protokol yang digunakan untuk memberikan peringkat jalur yang lebih diutamakan (nilai AD rendah) hingga yang tidak diutamakan (nilai AD tinggi). Maka dari itu pada saat terdapat beberapa jalur untuk ke tujuan yang sama, maka router akan menggunakan jalur yang memiliki nilai AD yang rendah. Setiap router vendor router umumnya telah menentukan besaran AD pada setiap router secara default. Contoh misalnya pada router Cisco untuk routing protokol RIP secara default memiliki nilai AD sebesar 120, meskipun nilai tersebut dapat juga ditentukan secara manual. Berikut list nilai default Adminstrative Distance routing protokol yang digunakan pada router Cisco:
Routing Protocol Administrative Distance
Connected interface 0
Static Route 1
Enhanced Interior Gateway Routing
Protocol (EIGRP) summary route 5 External Border Gateway Protocol
(BGP) 20
Internal EIGRP 90
IGRP 100
OSPF 110
Intermediate System-to-Intermediate
System (IS-IS) 115
Routing Information Protocol (RIP) 120 Exterior Gateway Protocol (EGP) 140
On Demand Routing (ODR) 160
External EIGRP 170
Internal BGP 200
Unknown* 255
III. Peralatan
1. Perangkat PC dengan software Packet Tracer 2. Kabel Rollover (console)
3. Kabel UTP Straight 4. Kabel Serial DTE-DCE 5. Switch
6. Router
IV. Prosedur Praktikum a) Percobaan 1 (RIPv1)
1. Simulasikan topologi jaringan dibawah ini dengan Software Cisco Paket Tracer dan konfigurasi menggunakan routing RIPv1.
2. Berikan pengaturan alamat IP pada masing-masing PC dan Router
 PC Host
Device IP Address Netmask Gateway
PC0 192.168.1.2 255.255.255.0 192.168.1.1 PC1 192.168.1.254 255.255.255.0 192.168.1.1 PC2 192.168.6.2 255.255.255.0 192.168.6.1 PC3 192.168.6.254 255.255.255.0 192.168.6.1 PC4 192.168.3.2 255.255.255.0 192.168.3.1 PC5 192.168.3.254 255.255.255.0 192.168.3.1
 Router
Interface Router 0 Router 1 Router 2 Fa0/0 192.168.1.1 192.168.3.1 192.168.6.1 Se0/1/0 192.168.2.2 192.168.2.1 192.168.4.2 Se0/1/1 192.168.4.1 192.168.5.1 192.168.5.2
3. Setting clock rate pada interface serial router di sisi DCE.
4. Lakukan konfigurasi routing RIP versi 1 pada masing-masing router.
5. Lakukan analisa dengan melakukan perintah :
 show ip interface brief
 show ip route
 show ip protocols
6. Pastikan antar PC host dapat saling terhubung dengan menggunakan perintah ping.
7. Lakukan tracert antar PC host
8. Putus jalur antara router1 ke router2, kemudian lakukan analisa kembali dengan melakukan perintah seperti di nomor 4
9. Ulangi tracert antar PC host.
10. Catat hasil percobaan pada laporan.
b) Percobaan 2 (RIPv2)
1. Lakukan konfigurasi jaringan berikut menggunakan routing protokol RIP versi 2
2. Lengkapi table pengalamatan IP address berikut : Alamat jaringan Netmask Alamat IP
awal
Alamat IP akhir
Alamat broadcast 192.168.0.0/27 255.255.255.224 192.168.0.1 192.168.0.30 192.168.0.31 192.168.0.32/27 255.255.255.224 192.168.0.33 192.168.0.62 192.168.0.63 192.168.0.64/28 255.255.255.240 192.168.0.65 192.168.0.78 192.168.0.79 192.168.0.80/30 255.255.255.252 192.168.0.81 192.168.0.82 192.168.0.83 192.168.0.84/30 255.255.255.252 192.168.0.85 192.168.0.86 192.168.0.87
3. Lakukan konfigurasi IP pada setiap router dan PC host berdasarkan alokasi alamat IP jaringannya.
4. Setting clock rate pada interface serial router di sisi DCE.
5. Lakukan konfigurasi routing RIP versi 2 pada masing-masing router.
6. Lakukan analisa dengan melakukan perintah :
 show ip interface brief
 show ip route
 show ip protocols
7. Pastikan antar PC host dapat saling terhubung dengan menggunakan perintah ping.
8. Lakukan tracert antar PC host.
9. Catat hasil percobaan pada laporan.
V. Data Percobaan a) Percobaan 1
1. Router 0
 Ip address
 Konfigurasi
 Routing RIP
 Show ip interface brief
 Show ip route
 Show ip protocols
 Tes ping
 Tracert
2. Router 1
 Ip address
 Konfigurasi
 Routing RIP
 Show ip interface brief
 Show ip route
 Show ip protocols
 Tes ping
 Tracert
3. Router 2
 Ip address
 Konfigurasi
 Routing RIP
 Show ip interface brief
 Show ip route
 Show ip protocols
 Tes ping
 Tracert
 Jalur antara router 1 dan router 2 diputus
1. Router 0
- Show ip interface brief
- Show ip route
- Show ip protocols
- Tracert
2. Router 1
- Show ip interface brief
- Show ip route
- Show ip protocols
- Tracert
3. Router 2
- Show ip interface brief
- Show ip route
- Show ip protocols
- Tracert
b) Percobaan 2
1. Router 0 - Ip address
- Konfigurasi
- Routing RIP
- Show ip interface brief
- Show ip route
- Show ip protocols
- Tes ping
- Tracert
2. Router 1 - Ip address
- Konfigurasi
- Routing RIP
- Show ip interface brief
- Show ip route
- Show ip protocols
- Tes ping
- Tracert
3. Router 2 - Ip address
- Konfigurasi
- Routing RIP
- Show ip interface brief
- Show ip route
- Show ip protocols
- Tes ping
- Tracert
VI. Analisa Data a) Percobaan 1
Pada percobaan pertama dilakukan routing RIP versi 1. Routing RIP diaktifkan dalam mode global configuration dengan menambahkan perintah “router rip”. Kemudian penambahan network yang terhubung langsung dengan router yaitu dengan perintah
“network [alamat_jaringan]”. Masing-masing router dan PC host dikonfigurasi dengan IP yang berbeda-beda sesuai dengan yang ada pada modul.
Untuk melakukan konfigurasi pada router diperlukan PC sebagai sarana konfigurasi dikarenakan tidak dapat melakukan konfigurasi secara langsung pada perangkat router.
PC yang menjadi sarana konfigurasi pada router dihubungkan menggunakan kabel console dengan konektor DB-9 disisi satu dan konektor RJ-45 disisi lainnya. Ujung konektor RJ- 45 dihubungkan ke port console dari router dan ujung konektor serial dihubungkan ke port RS232 pada PC. Masing-masing router perlu memasukkan modul HWIC-2T sehingga terdapat port serial.
Network yang terhubung dengan Router0 yaitu 192.168.1.0, 192.168.2.0, dan 192.168.5.0. Pada Router1 yaitu 192.168.6.0, 192.168.5.0, dan 192.168.4.0. Pada Router2 yaitu 192.168.2.0, 192.168.3.0, dan 192.168.4.0. Network-network tersebutlah yang dimasukkan pada perintah “network [alamat_jaringan]” untuk melakukan routing RIP pada router.
Setelah semua terpasang, beberapa perintah yang dilakukan untuk memastikan kedua router telah mendaftarkan alamat network yang terhubung langsung pada router menggunakan perintah show interface brief, show ip route, dan show ip protocols.
Perintah show interface brief untuk menampilkan semua interface pada layer. Perintah show ip route untuk melihat tabel routing dari sebuah router cisco. Perintah show ip protocols untuk memverifikasi apakah router rip telah terkonfigurasi. Selanjutnya untuk mengecek konektivitas dilakukan tes ping antar PC host.
Pemutusan jalur antar Router1 dan Router2 yang dilakukan mempengaruhi pada jumlah hops yang ada. Terdapat penambahan jumlah hops yaiut 1 hops sehingga perlu melalui jalur yang lebih jauh. Dapat dilihat perbedaannya pada perintah show ip interface brief, show ip route, dan show ip protocols. Dan untuk melihat perbedaan jalurnya yaitu terdapat pada perintah tracert.
b) Percobaan 2
Pada percobaan kedua dilakukan routing RIP versi 2. Routing RIP diaktifkan dalam mode global configuration dengan menambahkan perintah “router rip” dan penambahan perintah version 2. Kemudian menambahkan network yang terhubung langsung dengan router yaitu dengan perintah “network [alamat_jaringan]”. Konfigurasi router dan PC dilakuakn sama dengan routing RIP versi 1.
Setelah melakukan konfigurasi pada PC Host dan Router serta menambahkan pengaturan routing protokol RIP versi 2 masing- masing router diperlukan pengecekan untuk memastikan kedua router telah mendaftarkan alamat network yang terhubung langsung pada router menggunakan perintah show interface brief, show ip route, dan show ip protocols. Dan pengecekan konektivitas pada perintah ping dan tracert.
VII. Tugas
1. Apakah yang dimaksud dengan dynamic routing protocol?
Jawaban : Dynamic Routing (Router Dinamis) adalah sebuah router yang memiliki dan membuat tabel routing secara otomatis, dengan mendengarkan lalu lintas jaringan dan juga dengan saling berhubungan antara router lainnya. Protokol routing mengatur router-router sehingga dapat berkomunikasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi satu dengan yang lain dan saling memberikan informasi routing yang dapat mengubah isi forwarding table, tergantung keadaan jaringannya.
2. Jelaskan konsep hop count pada routing RIP!
Jawaban : RIP menggunakan algoritma distance vector untuk menentukan arah dan jarak dalam jaringan. Jika ada beberapa atau banyak jalur untuk sampai ke tujuan, maka RIP akan memilih jalur dengan jumlah lompatan (hop count) yang kecil atau terendah. Tapi, karena jumlah lompatan (hop count) merupakan satu- satunya routing metric yang dipergunakan oleh RIP, maka RIP tidak terfokus untuk memilih jalur tercepat untuk sampai ke tujuan.
3. Mengapa routing RIP dibatasi maksimum hanya 15 hop!
Jawaban : RIP bekerja baik pada jaringan kecil, tetapi RIP tidak efisien pada jaringan besar dengan link WAN atau jaringan yang menggunakan banyak router. RIP secara default memiliki sebuah nilai jumlah hop maksimum yg diizinkan, yaitu 15, berarti nilai 16 tidak terjangkau (unreachable). Route dengan distance- vector 16 tidak dimasukkan ke dalam forwarding table karena batas metrik 16 ini digunakan mencegah waktu menghitung-sampai tak-hingga yang terlalu lama. Jika dalam 180 detik sebuah route tidak diperbarui, router menghapus entri route tersebut dari forwarding table (paket yang dikirim akan dibuang).
4. Sebutkan beberapa metode yang digunakan oleh routing RIP untuk mencegah routing loop!
Jawaban :
a. Split horizon digunakan RIP untuk meminimalkan efek bouncing. Prinsip yang digunakan split horizon sederhana: jika node A menyampaikan datagram ke tujuan X melalui node B, maka bagi B tidak masuk akal untuk mencapai tujuan X melalui A.
Jadi, A tidak perlu memberitahu B bahwa X dapat dicapai B melalui A.
b. Untuk mencegah kasus menghitung-sampai-tak-hingga, RIP menggunakan metode Triggered Update. RIP memiliki timer untuk mengetahui kapan router harus kembali memberikan informasi routing. Jika terjadi perubahan pada jaringan, sementara timer belum habis, router tetap harus mengirimkan informasi routing karena dipicu oleh perubahan tersebut (triggered update). Dengan demikian, router-router di jaringan dapat dengan cepat mengetahui perubahan yang terjadi dan meminimalkan kemungkinan routing loop terjadi.
c. Holddown timer adalah interval tertentu dalam detik yang berlaku untuk semua interface router yang menyatakan bahwa suatu route tidak dapat dicapai.
d. Poisonnus reverse, yaitu router tetap mmberikan informasi mengenai suatu router kepada sumber, tetapi memberikan nilai tidak terhingga. Dengan poisonous reverse, router-router tetap dapat mengetahui bahwa suatu jaringan ada.
VIII. Kesimpulan
Setelah melakukan praktikum ini dapat disimpulkan bahwa perbedaan paling mendasar antara RIPv1 dan RIPv2 adalah pengalamatan IP yang dimilikinya, yang mana pada RIPv1 menggunakan routing classfull dan pada RIPv2 menggunakan routing classless juga mendukung classful. Classfull berarti pengalamatan IP berdasarkan kelas. Sedangkan untuk Classless berarti pengalamatan IP tanpa mengenal kelas.