• Tidak ada hasil yang ditemukan

profil minat peserta didik mengikuti konseling

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "profil minat peserta didik mengikuti konseling"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

PROFIL MINAT PESERTA DIDIK MENGIKUTI KONSELING KELOMPOK KELAS VII DI SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN

PESISIR SELATAN

ARTIKEL

Oleh:

WITRI MULYANA ELSA NPM: 12060016

PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING SEKOLAH TINGGI KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

(STKIP) PGRI SUMATERA BARAT PADANG

2016

(2)

1

PROFIL MINAT PESERTA DIDIK MENGIKUTI KONSELING KELOMPOK KELAS VII DI SMP NEGERI 1 SUTERA KABUPATEN

PESISIR SELATAN

Oleh:

Witri Mulyana Elsa*

Rici Kardo, M. Pd **

Wira Solina, M.Pd**

Mahasiswa Bimbingan dan Konseling STKIP PGRI Sumatera Barat

ABSTRAK

This research is motivated by learners who are hesitant expression while following group counseling, many are silent, lacking trust told the problem, fearing the secret known by friends, poor attendance, lack of enthusiasm in following activities and less enthusiasm. The purpose of this study to describe the interest of the students to follow the views of the counseling group:

Volunteer interests, interests involuntary, and interest Nonvolunter. This research is quantitative descriptive. This study population VII grade students who have attended group counseling in SMP Negeri 1 Sutera South Coastal District totaled 328 students. These samples included 72 learners using the technique Random Clusster Sampling.Data were obtained through a questionnaire. The data were processed using the percentage classification with the help of Microsoft Excel program.

The results of this study revealed that the interest of learners counseling Volunteer group visits of interest, interest involuntary, and Nonvolunter interest in the category is quite high.

Keywords: Interest, Counseling Group

PENDAHULUAN

Pendidikan mempunyai peran penting untuk mempersiapkan generasi mudah agar memiliki kecerdasan dan keterampilan guna menjalani kehidupan yang lebih baik di masa depan. Pendidikan tidak hanya berperan sebagai pengembangan potensi peserta didik, tetapi pendidikan juga membantu peserta didik untuk keluar dari permasalahan-permasalahan yang menghambat perkembangan potensinya.

Bahkan pendidikan sangat urgen dalam menjaga potensi peserta didik agar bermanfaat dalam pencapaian harkat dan martabat sebagai manusia.

Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk wawasan serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa serta bertujuan untuk mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Pasal 1 Ayat (1) UU No. 20/2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa:

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat bangsa dan negara.

Untuk mencapai tujuan pendidikan nasional maka diperlukan lembaga pendidikan formal, terutama adalah sekolah. Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang sangat strategis dalam mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Lingkungan pendidikan sekolah, peserta didik belajar berbagai macam hal yang dapat menunjukkan adanya perubahan yang bersifat positif sehingga peserta didik dapat memperoleh keterampilan, kecakapan dan pengetahuan baru. Melalui pendidikan peserta didik kemudian memperoleh pengalaman dan peranannya sebagai seorang pelajar, pada kenyataannya ada banyak kegiatan, tantangan, dan tuntutan yang dihadapi dan harus dijalankan oleh seorang peserta didik. Kegiatan, tantangan,

(3)

2 dan tuntutan tersebut akan semakin terasa besar bagi seorang pelajar apalagi ketika peserta didik memasuki tahapan usia sebagai seorang remaja khususnya pada jenjang pendidikan menengah.

Pada jenjang pendidikan sekolah menengah, seorang peserta didik memerlukan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah. Menurut Prayitno (2012: 1) penyelenggaraan pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah memperoleh perbendaharaan istilah baru, yaitu BK pola 17.

Istilah ini memberikan warna tersendiri bagi arah dan bidang, jenis layanan dan kegiatan, serta substansi pelayanan BK di jajaran pendidikan dasar dan menengah. Pelayanan bimbingan dan konseling di sekolah dilaksanakan dengan pola 17 plus, yang terdiri dari empat macam bidang bimbingan, yaitu bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karier, sepuluh macam layanan, yaitu layanan orientasi, layanan informasi, layanan penempatan dan penyaluran, layanan penguasaan konten, konseling perorangan, layanan bimbingan kelompok, layanan konseling kelompok, layanan konsultasi, layanan mediasi, layanan advokasi serta enam kegiatan pendukung, yaitu aplikasi instrumentasi, himpunan data, konferensi kasus, kunjungan rumah, tampilan kepustakaan dan alih tangan kasus.

Layanan konseling dapat diselenggarakan baik secara perorangan maupun kelompok. Secara perorangan layanan konseling dilaksanakan melalui konseling perorangan atau layanan konsultasi, sedangkan secara kelompok melalui layanan bimbingan kelompok (Bkp) atau konseling kelompok (Kkp). Kedua layanan ini mengikuti sejumlah peserta dalam bentuk kelompok, dengan konselor sebagai pemimpin kegiatan kelompok. Prayitno (2012: 149) layanan konseling kelompok adalah layanan bimbingan dan konseling yang memungkinkan klien memperoleh kesempatan untuk pembahasan dan pengentasan permasalahan yang dialami melalui dinamika kelompok.

Dimana dinamika kelompok ini adalah suasana yang hidup, bedenyut, bergerak yang ditandai adanya interaksi antara sesama anggota kelompok.

Kegiatan layanan konseling kelompok, aktivitas dan dinamika kelompok harus diwujudkan untuk membahas berbagai hal yang berguna bagi pengembangan atau pemecahan masalah peserta didik yang menjadi peserta layanan. Khususnya dalam meningkatkan minat peserta didik mengikuti

konseling kelompok kegiatan layanan konseling kelompok ini untuk menumbuhkan minat belajar peserta didik, serta diharapkan pada peserta didik mampu menumbuhkan ketertarikan dalam belajar, serta peserta didik dapat saling bertukar pikiran dan mengemukakan pendapat yang dimilikinya.

Menurut Slameto (2003: 180) minat merupakan suatu rasa lebih suka dan rasa ketertarikan pada suatu hal atau aktivitas, tanpa ada yang menyuruh. Minat pada dasarnya adalah penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri, semakin kuat atau dekat hubungan tersebut, semakin besar minat. Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian, minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru.

jadi minat terhadap sesuatu merupakan hasil belajar dan menyokong belajar selanjutnya.

Minat berkaitan dengan perasaan suka atau senang dari seseorang terhadap sesuatu objek.

Minat (interest) adalah keadaan mental yang menghasilkan respon terarah kepada suatu situasi atau objek tertentu yang menyenangkan dan memberikan kepuasan kepadanya.

Jadi, dapat disimpulkan minat peserta didik tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian. Minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Siswa yang memiliki minat terhadap subjek tertentu cenderung untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap subjek tersebut, minat merupakan suatu perhatian khusus terhadap suatu hal tertentu yang tercipta dengan penuh kemauan.

Minat dapat dikatakan sebagai dorongan kuat bagi seseorang untuk melakukan segala sesuatu dalam mewujudkan pencapaian tujuan dan cita-cita yang menjadi keinginannya.

Fenomena yang penulis temui di lapangan ketika melaksanakan Praktek Lapangan Bimbingan dan Konseling di SMP Negeri 1 Sutera (PPLBKS) sekolah pada bulan Agustus hingga Desember 2015 yaitu kurangnya minat peserta didik dalam belajar, baik belajar di kelas maupun belajar dalam kegiatan kelompok, seperti mengikuti layanan konseling kelompok peserta didik kurang berminat mengikuti konseling kelompok hal ini terlihat dari kurangnya kesiapan mengikuti konseling kelompok, serta kurang semangatnya peserta didik saat mengikuti konseling kelompok, kurang percaya diri saat mengikuti konseling, dalam pelaksanaan konseling kelompok ini peserta didik banyak

(4)

3 yang diam dan tidak mengeluarkan pendapat saat konseling kelompok dimulai.

Berdasarkan wawancara yang penulis lakukan dengan peserta didik pada tanggal 10 September 2015 bahwa peserta didik ini masih ragu-ragu dalam menyampaikan pendapatnya pada saat mengikuti konseling kelompok.

Peserta didik banyak yang diam, kurang percaya untuk menceritakan masalahannya dalam konseling kelompok. Karena peserta didik ini takut rasahasianya akan dibocorkan oleh teman-temannya dalam konseling kelompok.

Selanjutnya penulis juga melakukan wawancara dengan guru BK di SMP Negeri 1 Sutera pada tanggal 10 September 2015 layanan konseling kelompok ini sudah terlaksana, namun masih ada juga peserta didik yang belum mau mengikuti konseling kelompok. Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diasumsikan beberapa gejala sebagai berikut peserta didik yang diidentifikasi memiliki kehadiran yang rendah di sekolah saat mengikuti konseling. Adanya peserta didik yang kurang antusias dalam mengikuti jalannya kegiatan konseling kelompok. Peserta didik merasa enggan dalam mengutarakan pendapat, pengalaman, dan perasaannya pada waktu kegiatan konseling kelompok. Sikap acuh peserta didik dalam mengikuti kegiatan dan cenderung bersikap tertutup.

Berdasarkan masalah di atas, penulis tertarik untuk mengadakan penelitian dengan judul ”Profil Minat Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok (Studi pada Peserta Didik Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan)”.

Untuk memfokuskan penelitian ini, maka peneliti memfokuskan pada:

1. Profil minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat dari minat Volunter.

2. Profil minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat dari minat Involunter.

3. Profil minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat dari minat Nonvolunter.

Berdasarkan batasan masalah di atas maka dapat dirumuskan sebagai berikut:

1. Bagaimana minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat dari minat Volunter?

2. Bagaimana minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat dari minat Involunter?

3. Bagaimana minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat dari minat Nonvolunter?

Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan:

1. Minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat dari minat Volunter.

2. Minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat dari minat Involunter.

3. Minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat dari Nonvolunter.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini termasuk penelitian deskriptif kuantitatif. Yusuf (2007: 83) mengatakan bahwa penelitian deskriptif adalah salah satu jenis penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta- fakta dan sifat populasi tertentu dan mencoba menggambarkan fenomena secara mendetail apa adanya, artinya penelitian deskriptif adalah penelitian yang menggambarkan sesuatu yang sedang terjadi apa adanya.

Populasi dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera. Populasi dalam penelitian ini sebanyak 328 orang. Dalam pengambilan sampel, peneliti menggunakan teknik Clusster Random Sampling dengan jumlah 72 orang.

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data interval. Menurut Bungin (2011: 131) “Data interval adalah data yang memiliki ruas atau interval, atau jarak yang berdekatan dan sama”. Data yang akan diintervalkan adalah profil minat peserta didik mengikuti konseling kelompok.

Sumber data dalam penelitian ini adalah data primer dan data sekunder. Sumber data primer dalam penelitian ini adalah peserta didik kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera, sedangkan data sekunder diperoleh dari Tata usaha SMP Negeri 1 Sutera.

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah angket. Menurut Sugiyono (2011: 199) angket merupakan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau pernyataan tertulis pada responden untuk dijawab. Untuk pengolahan data dilakukan dengan menggunakan rumus persentase.

Menurut Sudijono (2010:43) persentase dapat dihitung dengan rumus:

P =F

N x 100%

(5)

4 Hasil Penelitian dan Pembahasan

Hasil Penelitian

1. Deskripsi Data Profil Minat Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Tabel 1. Distribusi Frekuensi Profil Minat Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

Interval Kategori F %

156-185 Sangat Tinggi 6 8.33

126-155 Tinggi 24 33.33

97-125 Cukup Tinggi 34 47.23

67-96 Rendah 8 11.11

37-66 Sangat Rendah 0 0.00

∑ 72 100

Berdasarkan table 1 di atas, profil minat peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan, menunjukkan sebanyak 6 orang peserta didik memiliki minat dalam mengikuti konseling kelompok yang sangat tinggi dengan persentase 8.33%, 24 orang peserta didik memiliki minat dalam mengikuti konseling kelompok yang tinggi dengan persentase 33.33%, 34 orang peserta didik memiliki minat dalam mengikuti konseling kelompok yang cukup tinggi dengan persentase 47.23%, dan 8 orang peserta didik memiliki minat dalam mengikuti konseling kelompok yang rendah dengan persentase 11.11%.

a. Profil Minat Volunter Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Tabel 2. Distribusi Frekuensi Profil Minat Volunter Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Interval Kategori F %

51-60 Sangat Tinggi 8 11.11

41-50 Tinggi 25 34.72

32-40 Cukup Tinggi 27 37.50

22-31 Rendah 11 15.28

12.-21 Sangat Rendah 1 1.39

∑ 72 100

Profil minat volunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan menunjukkan sebanyak 8 orang peserta didik memiliki minat volunter dalam mengikuti konseling kelompok yang sangat tinggi dengan persentase 11.11%, 25 orang peserta didik memiliki minat volunter dalam mengikuti konseling kelompok yang tinggi dengan persentase 34.72%, 27 orang peserta didik memiliki minat volunter dalam mengikuti konseling kelompok yang cukup tinggi dengan persentase 37.50%, 11 orang peserta didik memiliki minat volunter dalam mengikuti konseling kelompok yang rendah dengan persentase 15.28%, dan 1 orang peserta didik memiliki minat volunter dalam mengikuti konseling kelompok yang sangat rendah dengan persentase 1.39%.

b. Profil Minat Involunter Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 3.Profil Minat Involunter Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

Interval Kategori F %

55-65 Sangat Tinggi 8 11.11

45-54 Tinggi 25 34.72

34-44 Cukup Tinggi 31 43.06

24-33 Rendah 8 11.11

13-23. Sangat Rendah 0 0.00

∑ 72 100

Profil minat Involunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan bahwa minat involunter peserta didik mengikuti konseling kelompok di kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 8 orang peserta didik memiliki minat involunter dalam mengikuti konseling kelompok yang sangat tinggi dengan persentase 11.11%, 25 orang peserta didik memiliki minat involunter dalam mengikuti konseling kelompok yang tinggi dengan persentase 34.72%, 31 orang peserta didik memiliki minat involunter dalam mengikuti konseling kelompok yang cukup tinggi dengan persentase 43.06%,

(6)

5 dan 8 orang peserta didik memiliki minat involunter dalam mengikuti konseling kelompok yang rendah dengan persentase 11.11%.

c. Profil Minat Nonvolunter Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

Tabel 4. Profil Minat Nonvolunter Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

Interval Kategori F %

51-60 Sangat Tinggi 8 11.11

41-50 Tinggi 22 30.56

32-40 Cukup Tinggi 33 45.83

22-31 Rendah 9 12.50

12.-21 Sangat Rendah 0 0.00

∑ 72 100

Profil minat nonvolunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan bahwa minat nonvolunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 8 orang peserta didik memiliki minat nonvolunter dalam mengikuti konseling kelompok yang sangat tinggi dengan persentase 11.11%, 22 orang peserta didik memiliki minat nonvolunter dalam mengikuti konseling kelompok yang tinggi dengan persentase 30.56%, 33 orang peserta didik memiliki minat nonvolunter dalam mengikuti konseling kelompok yang cukup tinggi dengan persentase 45.8%), dan 9 orang peserta didik memiliki minat nonvolunter dalam mengikuti konseling kelompok yang rendah dengan persentase 12.50%.

Pembahasan

1. Profil Minat Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang sudah dilakukan, gambaran profil minat peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan, menunjukkan sebanyak 6

orang peserta didik memiliki minat dalam mengikuti konseling kelompok yang sangat tinggi dengan persentase 8.33%, 24 orang peserta didik memiliki minat dalam mengikuti konseling kelompok yang tinggi dengan persentase 33.33%, 34 orang peserta didik memiliki minat dalam mengikuti konseling kelompok yang cukup tinggi dengan persentase 47.23%, dan 8 orang peserta didik memiliki minat dalam mengikuti konseling kelompok yang rendah dengan persentase 11.11%. Minat merupakan suatu keinginan yang dirasakan oleh seseorang untuk mendapatkan sesuatu yang ia senangi dan berusaha untuk mencapainya. untuk mendapatkan sesuatu yang ia senangi dan berusaha untuk mencapainya. Untuk mencapai apa yang diinginkan itu harus butuh keseriusan dalam menjalankannya, jika seseorang tidak serius dalam menjalankan sesuatu yang akan dicapainya, atau sesuatu yang diminatinya maka berkemungkinan besar ia tidak bisa mencapai apa yang ia inginkan.

a. Profil Minat Volunter Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui profil minat volunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan menunjukkan sebanyak 8 orang peserta didik memiliki minat volunter dalam mengikuti konseling kelompok yang sangat tinggi dengan persentase 11.11%, 25 orang peserta didik memiliki minat volunter dalam mengikuti konseling kelompok yang tinggi dengan persentase 34.72%, 27 orang peserta didik memiliki minat volunter dalam mengikuti konseling kelompok yang cukup tinggi dengan persentase 37.50%, 11 orang peserta didik memiliki minat volunter dalam mengikuti konseling kelompok yang rendah dengan persentase 15.28%, dan 1 orang peserta didik memiliki minat volunter dalam mengikuti konseling kelompok yang sangat rendah dengan persentase 1.39%.

Jadi, minat volunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori cukup tinggi, artinya peserta didik kelas VII memiliki minat yang cukup volunter yaitu minat yang timbul dari dalam diri peserta didik tanpa adanya pengaruh dari luar untuk

(7)

6 mengikuti konseling kelompok yang dilaksanakan oleh guru BK di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Menurut Amelia (Surya, 2004:

20) menggolongkan minat menjadi tiga jenis berdasarkan alasan timbulnya minat, minat volunter adalah minat yang timbul dari dalam diri peserta didik tanpa adanya pengaruh dari luar. Minat merupakan suatu keinginan yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dipengaruhi faktor dari luar diri seseorang, tetapi jika dilihat dari proses timbulnya minat maka minat itu timbul tanpa adanya pengaruh dari luar dirinya, inilah minat yang sesungguhnya, jika minat timbul dengan adanya paksaan dari luar atau dari orang-orang sekitarnya maka minat yang timbul dengan paksaan itu kurang baik, dan juga proses perkembangannya juga berjalan tidak sebaik minat yang timbul dari dalam dirinya.

Minat volunter merupakan minat yang benar-benar timbul dari dalam diri seseorang tanpa ada pengaruh dari luar dirinya, baik dilingkungan sekitar, karena minat pada dasarnya penerimaan akan suatu hubungan antara diri sendiri dengan sesuatu di luar diri. Minat volunter ini memang timbul dari dalam diri seseorang tanpa ada paksaan dari orang lain maupun lingkungan sekitar, dimana seorang peserta didik memiliki keingintahuan yang tinggi pada suatu aktivitas dalam belajar, baik belajar dikelas maupun belajar mengikuti konseling kelompok, peserta didik mendapatkan banyak manfaat dan kepuasan dari aktivitas yang diminatinya, serta dorongan yang kuat dari dirinya sendiri untuk mengetahui lebih banyak lagi suatu aktivitas yang diminatinya dalam mengikuti konseling kelompok.

Minat tidak dibawa sejak lahir, melainkan diperoleh kemudian, minat terhadap sesuatu dipelajari dan mempengaruhi belajar selanjutnya serta mempengaruhi penerimaan minat-minat baru. Pada minat volunter ini guru BK hanya memberikan sedikit motivasi kepada peserta didik, karena minat peserta didik sudah timbul dari dalam dirinya tanpa ada paksaan, minat peserta didik yang timbul dalam dirinya akan lebih baik lagi ketika mengikuti konseling kelompok. Salah seorang peserta didik minsalnya dipaksa oleh guru BK untuk mengikuti konseling kelompok maka hasilnya kurang baik jika dibandingkan dengan salah seorang peserta

didik yang minatnya memang benar-benar tumbuh dari dalam dirinya sendiri untuk mengikuti konseling kelompok maka hasilnya akan baik.

b. Profil Minat Involunter Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui profil minat Profil minat Involunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan bahwa minat involunter peserta didik mengikuti konseling kelompok di kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 8 orang peserta didik memiliki minat involunter dalam mengikuti konseling kelompok yang sangat tinggi dengan persentase 11.11%, 25 orang peserta didik memiliki minat involunter dalam mengikuti konseling kelompok yang tinggi dengan persentase 34.72%, 31 orang peserta didik memiliki minat involunter dalam mengikuti konseling kelompok yang cukup tinggi dengan persentase 43.06%, dan 8 orang peserta didik memiliki minat involunter dalam mengikuti konseling kelompok yang rendah dengan persentase 11.11%.

Jadi, minat involunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori cukup tinggi, artinya peserta didik kelas VII memiliki minat yang cukup tinggi, involunter yaitu minat yang timbul dari dalam diri peserta didik dengan adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru BK dalam pelaksanaan konseling kelompok di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Menurut Amelia (Surya, 2004:

20) menggolongkan minat menjadi tiga jenis berdasarkan alasan timbulnya minat, minat Involunter adalah minat yang timbul dari dalam diri peserta didik dengan adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru. Dapat diartikan bahwa involunter menunjukan bahwa minat dalam kategori ini adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru, minat involunter hanya diciptakan guru saja, karena minat ini tidak timbul dari dalam diri peserta didik melainkan pengaruh dari luar diri, minat involunter hanya terdapat

(8)

7 rangsangan yang akan diberikan kepada peserta didik oleh guru BK. Seandainya guru BK tidak memberikan rangsangan kepada peserta didik maka minatnya tidak akan timbul dengan sendirinya, pada minat involunter ini guru BK sangat berperan aktif untuk menumbuh kambangkan minat peserta didik supaya peserta didik bersemangat lagi melakukan suatu aktivitas yang diminatinya, dorongan dari orang tua dan lingkungan sekitar juga berpengaruh besar terhadap minat involunter peserta didik, karena minat involunter ini tidak timbul dari dalam diri melainkan timbul karena ada pengaruh dari orang lain, minat yang dipengaruhi dari luar diri atau lingkungan sekitar maka minat seseorang itu tidak akan baik hasilnya.

c. Profil Minat Nonvolunter Peserta Didik Mengikuti Konseling Kelompok Kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, diketahui profil minat nonvolunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan bahwa minat nonvolunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan sebanyak 8 orang peserta didik memiliki minat nonvolunter dalam mengikuti konseling kelompok yang sangat tinggi dengan persentase 11.11%, 22 orang peserta didik memiliki minat nonvolunter dalam mengikuti konseling kelompok yang tinggi dengan persentase 30.56%, 33 orang peserta didik memiliki minat nonvolunter dalam mengikuti konseling kelompok yang cukup tinggi dengan persentase 45.8%), dan 9 orang peserta didik memiliki minat nonvolunter dalam mengikuti konseling kelompok yang rendah dengan persentase 12.50%.

Jadi, minat nonvolunter peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan berada pada kategori cukup tinggi, artinya peserta didik kelas VII memiliki minat yang cukup nonvolunter yaitu minat yang timbul dari dalam diri peserta didik secara paksa dalam mengikuti konseling kelompok di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan.

Menurut Amelia (Surya, 2004:

20) menggolongkan minat menjadi tiga jenis berdasarkan alasan timbulnya minat:

minat Nonvolunter adalah minat yang timbul dari dalam diri peserta didik secara paksa. Minat merupakan suatu keinginan yang dimiliki oleh seseorang yang dapat dipengaruhi faktor dari luar diri seseorang, tetapi jika dilihat dari proses timbulnya minat maka minat itu timbul tanpa adanya pengaruh dari luar dirinya, inilah minat yang sesungguhnya, jika minat timbul dengan adanya paksaan dari luar atau dari orang-orang sekitarnya maka minat yang timbul dengan paksaan itu kurang baik, dan juga proses perkembangannya juga berjalan tidak sebaik minat yang timbul dari dalam dirinya.

Guru BK hendaknya memberikan banyak informasi mengenai konseling kelompok supaya minatnya akan muncul dengan sendiri, minat peserta didik yang muncul dengan sendiri akan berdampak baik baginya, karena peserta didik ini tidak harus terpaksa mengikuti konseling kelompok. Guru BK juga memberikan dorongan dan motivasi kepada peserta didik yang minatnya terpaksa saat melakukan konseling kelompok, begitupun keluarga juga memberikan banyak masukan kepada peserta didik supaya minatnya memang timbul dari dalam dirinya bukan paksaan dari orang lain ia belajar, baik belajar di sekolah maupun belajar dirumah. Lingkungan sekitar juga mempengaruhi minat peserta didik untuk melakukan suatu aktivitas yang diminatinya, aktivitas ini berupa konseling kelompok, jika seorang peserta didik berminat melakukan konseling kelompok maka ia akan melakukannya karena terpaksa oleh guru, ikut teman dan barulah minatnya timbul untuk melakukan konseling kelompok. Salah seorang peserta didik minsalnya dipaksa oleh guru BK untuk mengikuti konseling kelompok maka hasilnya kurang baik jika dibandingkan dengan salah seorang peserta didik yang minatnya tumbuh dari dalam diri sendiri untuk mengikuti konseling kelompok maka hasilnya akan baik.

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa profil minat peserta didik mengikuti konseling kelompok kelas VII di SMP Negeri 1 Sutera Kabupaten Pesisir Selatan sebagai berikut :

(9)

8 1. Minat peserta didik mengikuti konseling

kelompok dilihat pada minat volunter berada pada kategori cukup tinggi, terkait dengan minat dalam diri peserta didik tanpa pangaruh dari luar.

2. Minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat pada minat involunter berada pada kategori cukup tinggi, terkait dengan minat peserta didik adanya pengaruh situasi yang diciptakan oleh guru.

3. Minat peserta didik mengikuti konseling kelompok dilihat pada minat nonvolunter berada pada kategori cukup tinggi, terkait dengan minat yang timbul dalam diri peserta didik secara paksa.

SARAN

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan maka dapat diberikan saran kepada:

1. Peserta didik, menambah wawasan dan pengetahuan tentang konseling kelompok serta bersosialisasi lebih baik lagi dengan teman-temannya dalam meningkatkan minat belajar setelah mengikuti konseling kelompok.

2. Guru BK, untuk meningkatkan kinerja dan memperluas wawasan guru pembimbing dalam meningkatkan minat peserta didik serta merencanakan dan melaksanakan program konseling kelompok sesuai dengan kebutuhan.

3. Kepala sekolah, sebagai pengelola dan penyelenggara pendidikan serta bahan pertimbangan untuk menyadari pentingnya memberikan layanan konseling kelompok yang terbaik bagi peserta didik, sehingga peserta didik dapat berkembang secara optimal dalam meningkatkan minatnya mengikuti konseling kelompok.

4. Pengelolah Prodi Bimbingan dan Konseling, sebagai masukan dalam mengembangkan ilmu pengetahuan khususnya pada layanan konseling kelompok.

5. Peneliti, untuk menambah pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana meningkatkan minat peserta didik mengikuti konseling kelompok kedepannya.

6. Peneliti selanjutnya, sebagai bahan masukan dalam penelitian selanjutnya.

KEPUSTAKAAN

Bungin, Burhan. 2005. Metodologi Penelitian Kuantitatif. Jakarta: Kencana.

Djaali. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta:

Bumi Aksara.

Dalyono. 2007. Psikologi Pendidikan. Jakarta:

Rineka Cipta.

Prayitno. 2012. Jenis Layanan dan Kegiatan Pendukung Konseling. Padang: Rineka Cipta.

Prayitno. 2012. Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling. Jakarta: Rineka Cipta.

Slameto. 2003. Belajar dan Faktor-faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:

Rineka Cipta.

Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar.

Jakarta: Kencana.

Syah, Muhibbin. 2012. Psikologi Belajar.

Jakarta: Rajawali Press.

Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitataif dan R & D.

Bandung: Alfabeta.

Sudijono, Anas. 2010. Pengantar Statistik Pendidikan. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Surya, Muhammad. 2004. Psikologi Konseling. Bandung: Rosdakarya.

Yusuf, A Muri. 2007. Metodologi penelitian Dasar-dasar Penyelidikan Ilmiah.

Padang: UNP Press.

Referensi

Dokumen terkait

Untuk mendapat data yang tepat maka perlu ditentukan informan yang memiliki kompetensi dan sesuai dengan kebutuhan data (purposive). Untuk penelitian ini, yang menjadi

Mengacu pada hasil analisis skor minat peserta didik untuk bergabung dalam aktivitas ekstrakurikuler pada kelas X di SMA Negeri 1 Sawan, tersaji distribusi frekuensi seperti