• Tidak ada hasil yang ditemukan

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS TARBIYAH "

Copied!
102
0
0

Teks penuh

Tesis merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Program Studi Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah. Judul Disertasi: Budaya Mappadendang dalam Perspektif Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Suku Bugis Pattinjo di Dusun Waru Kecamatan. Bapak Rustan Efendy, M.Pd.I., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Agama Islam pada nya dukungan dan bantuan kepada penulis.

Kepala Desa Buttu Sawe yang mengizinkan penulis melakukan penelitian dalam rangka penyusunan disertasi untuk menyelesaikan studi dan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan di Fakultas Tarbiyah Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Parepare. Judul Skripsi: Kebudayaan Mappadendang Dalam Perspektif Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam (Studi Kasus Suku Bugis Pattinjo di Dusun Waru Kecamatan Duampanua Kabupaten Mappadendang. Kebudayaan Mappadendang dalam Perspektif Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam ( Studi Kasus Suku Bugis Pattinjo di Desa Buttu Sawe, Dusun Waru, Kecamatan Duampanua, Kabupaten Pinrang) (dibimbing oleh H.Abdullah Botma dan Rustan Efendy).

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian dan pembahasan

PENDAHULUAN

Latar Belakang

وو

Rumusan Masalah

Tujuan Peneliti

Kegunaan Penelitian

TINJAUAN PUSTAKA

  • Tinjauan Penelitian Terdahulu
  • Tinjauan Teoritis
    • Nilai-nilai Pendidikan Islam a. Pengertian nilai
  • Tinjauan Konseptual
  • Kerangka Pikir

Namun terdapat perbedaan juga dengan penelitian-penelitian sebelumnya, yaitu penelitian terdahulu lebih fokus pada pesan khotbah dalam budaya Mappadendang, sedangkan penelitian yang akan peneliti lakukan ini fokus pada nilai-nilai pendidikan Islam dalam budaya Mappadendang. pada masyarakat Bugis Pattinjo. Memberikan bahan informasi penyelenggaraan pendidikan dalam segala aspeknya untuk pengembangan pendidikan Islam. Dalam konteks ini, landasan yang menjadi acuan konteks pendidikan Islam harus menjadi sumber kebenaran dan kekuatan.

Judul usulannya adalah “Budaya Mappadendang Dalam Perspektif Nilai Pendidikan Islam (Studi Kasus Suku Bugis Pattinjo di Desa Buttu Sawe Dusun Waru Kecamatan. Nilai Pendidikan Islam Yaitu Nilai-Nilai Yang Terkandung Dalam Ajaran Islam mengembangkan fitrah manusia dan sumber daya manusia yang ada didalamnya ke arah pembentukan (insan kamil) menurut norma atau ajaran Islam untuk pembentukan kepribadian umat Islam Uraian ini tentang; budaya Mappadendang dalam perspektif nilai-nilai pendidikan Islam ​(studi kasus suku Bugis Pattinjo di Desa Buttu Sawe, Dusun Waru, Kec.

METODE PENELITIAN

  • Jenis Penelitian
  • Lokasi dan Waktu Penelitian 1. Lokasi Penelitian
  • Jenis dan Sumber Data
  • Metode Pengumpulan Data
  • Analisis Data
  • Uji Keabsahan Data

Data primer adalah sumber data yang memberikan data secara langsung kepada pengumpul data.42 Dalam penelitian kualitatif, kedudukan sumber sangatlah penting, tidak hanya sebagai pemberi jawaban, tetapi juga sebagai pemilik informasi. Dalam suatu penelitian diperlukan teknik pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi tentang budaya Mappadendang dalam perspektif nilai-nilai pendidikan Islam (Studi Kasus Suku Bugis Pattinjo di Desa Buttu Sawe Dusun Waru Kabupaten Duampanua. Dimana teknik dan instrumen satu sama lain dan saling memperkuat sehingga data yang diperoleh di lapangan valid dan autentik.

Observasi merupakan suatu alat pengumpulan data yang dilakukan dengan cara mengamati dan mencatat secara sistematis gejala-gejala yang diselidiki oleh peneliti. Wawancara merupakan suatu metode pengumpulan data yang digunakan untuk memperoleh informasi verbal melalui percakapan tatap muka dengan orang yang dapat memberikan informasi mengenai masalah yang sedang diteliti. Reduksi data adalah suatu proses seleksi, yang berfokus pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data yang muncul dari catatan lapangan tertulis.

Data yang dikumpulkan merupakan data yang berkaitan dengan penelitian untuk menjawab permasalahan yang diangkat dalam rumusan masalah. Tahap reduksi dilakukan untuk mengkaji secara menyeluruh data-data yang diperoleh dari lapangan yaitu mengenai budaya Mappadendang dalam perspektif nilai-nilai pendidikan Islam (Studi Kasus Suku Bugis Pattinjo di Desa Buttu Sawe Dusun Waru Kabupaten Duampanua). dilakukan peneliti sebagai bentuk pengecekan ulang terhadap data yang diperoleh sebelumnya dari sumber data, untuk memastikan bahwa informasi yang diperoleh benar dan tidak diubah.

Selain itu juga dapat meningkatkan keakraban dengan sumber data seperti kepala desa, tokoh masyarakat dan masyarakat sebagai sumber data yang memberikan informasi mengenai penelitian yang dilakukan. Begitu pula dengan meningkatkan ketekunan, peneliti dapat memberikan gambaran data yang akurat dan sistematis terhadap apa yang diamati. Triangulasi diartikan sebagai teknik pengujian keabsahan data yang memadukan berbagai teknik pengumpulan data dan sumber data yang ada.

Triangulasi sumber untuk memeriksa kredibilitas data dilakukan dengan cara memeriksa data yang diperoleh dari beberapa sumber.

HASIL PENELITIAN

Sejarah Budaya Mappadendang Pada Masyarakat Bugis Pattinjo di Desa Buttu Sawe Dusun Waru

Masyarakat Dusun Waru mempunyai adat dan tradisi yang masih kental, salah satunya adalah budaya Mappadendang. Sejarah lahirnya tradisi Mappadendang di Dusun Waru berawal dari seorang kake bernama Patara Makkawaru yang memimpin Dusun Waru. Kake bekerja di sawah setiap hari dan suatu hari dalam tidurnya ia bermimpi bertemu Manurung (Dewi Padi). Setelah itu, kakek Patara mengadakan musyawarah atau meminta persetujuan masyarakat untuk mengadakan acara syukuran.

Kemudian diadakan Mappadendang, dahulu masyarakat Desa Waru selalu mengadakan Mappadendang setelah selesai masa panen. Nah itulah awal mula dilaksanakannya Mappadendang dan menjadi tradisi yang selalu dilakukan setiap tahunnya. Yato Mappadendang dipugaung I di waru nasaba disukkurui dallena pole punnatala te bobo di runtu tetaung mana taung pole padasi diruntu atau tattambai tu bobo diruntu taung pole.”56.

Kajangi juga mengatakan bahwa tradisi Mappadendang merupakan sebuah kepercayaan masyarakat kota Waru yang wajib dilakukan setiap tahunnya dan jika tradisi ini tidak dilakukan desanya akan dilanda bencana yaitu gagal panen yang akan menimpa mereka, oleh karena itu tradisi ini adalah. Abdul Karim (kepala desa), mengatakan Mappadendang merupakan wujud rasa syukur atas melimpahnya hasil panen sawa yang diterima masyarakat Desa Waru, sehingga tradisi ini setiap tahun mereka laksanakan. Dari keterangan di atas peneliti menyimpulkan bahwa tradisi Mappadendang dilakukan setiap tahun oleh masyarakat sebagai bentuk rasa syukur atas keberhasilan panen atau sebagai bentuk doa yang dilakukan agar terhindar dari bencana yaitu gagal panen.

Proses Upacara Budaya Mappadendang pada Masyarakat Dusun Waru Desa Buttu Sawe

Hal ini merupakan awal yang sangat penting karena sebelum diperkenalkannya budaya Mappadendang, para tokoh adat dan masyarakat akan berkumpul untuk membahas budaya Mappadendang. Pada tahap ini akan ditentukan apakah akan diperkenalkan atau tidak, dan jika sudah ada kesepakatan akan dilangsungkannya Kebudayaan Mappadendang, maka akan diadakan pula Penentuan Nama Hari, dimana pemimpin adat akan memilih yang baik. hari untuk melaksanakan tradisi Mappadendang karena menurut mereka saat-saat baik dan terkadang buruk. Dari pernyataan informan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa dalam menentukan hari pelaksanaan tradisi Mappadendang di Dusun Waru, kita tidak hanya melihat hari baik saja tetapi juga melihat seluruh aspek masyarakat agar bisa berkumpul dan merasakan kegembiraan bersama. . Alat-alat diatas digunakan dalam pelaksanaan budaya Mappadendang dari awal acara hingga akhir acara budaya Mappadendang.

Proses ini merupakan kegiatan yang paling ditunggu-tunggu atau kegiatan puncak dalam budaya Mappadendang setelah hari atau waktu kegiatan telah ditentukan dan semua peralatan yang digunakan dalam melaksanakan budaya Mappadendang telah terkumpul. Dari informan diatas peneliti dapat menyimpulkan bahwa masyarakat masih mengikuti tata cara nenek moyang pada saat upacara adat Mappadendang di Dusun Waru. Segala peralatan disediakan dalam sebuah wadah, setelah itu pemimpin adat melakukan paddendang maccera yang diiringi ritual dan pembacaan doa, memastikan acara Mappadendang berjalan lancar hingga acara berakhir.

Dari para informan di atas peneliti menyimpulkan bahwa di Maccera Padendang sebaiknya dipersiapkan segala sumber daya yang diperlukan sebelum diadakannya Maccera Padendang. Dari para informan di atas, peneliti menyimpulkan bahwa saat mulai memainkan acara Padendang, tidak sembarang orang yang memulai acara tersebut, dan semua lapisan masyarakat menikmati pertunjukan tradisi Mappadendang. Penyembelihan sapi dilakukan pada pagi hari sebelum pengalengan dimulai, penyembelihan sapi ini dilakukan karena banyaknya masyarakat yang datang untuk menyaksikan acara Mappadendang dan berbagi rasa syukur dengan memberikan makanan kepada yang hadir.

Mabbaca merupakan kegiatan Mabarasanji dimana seluruh peserta acara digiring menuju tempat masing-masing yang telah disiapkan. Sebelum memulai Mabarasanji, masyarakat Dusun Waru memanfaatkan waktu tersebut dengan berkumpul untuk membicarakan keluh kesah mereka selama bekerja di sawah, seperti ketika mereka akan turun lagi bekerja di sawah karena masyarakat Dusun Waru memiliki tiga budaya ketika bekerja di sawah, sebagaimana disampaikan Kajangi di awal pengamatan peneliti, menjelaskan bahwa ada tiga tahapan kebudayaan, yaitu; Mappanini merupakan ritual pertama yang dilakukan oleh sesepuh sebelum bekerja di sawah.

Ritual ini dilakukan sebagai ungkapan rasa syukur masyarakat Desa Waru atas padi yang tumbuh subur dan mulai berbuah.

Nilai-nilai Pendidikan Islam yang Terkandung Dalam Tradisi Mappadendang

Nilai-nilai pendidikan Islam yang terkandung dalam budaya Mappadendang dilihat dari beberapa hal, yaitu; Salah satu unsur penting dalam pengamalan budaya Mappadendang adalah pembacaan doa atau permohonan menjadi bukti seseorang hamil. Aspek nilai religius lainnya dalam budaya Mappadendang adalah ungkapan rasa syukur petani atas keberhasilan panen.

Budaya Mappadendang yang dilakukan oleh masyarakat Dusun Waru Desa Buttu Sawe merupakan salah satu bentuk rasa syukur atas keberhasilan hasil panennya, sehingga sebelum acara dimulai, terlebih dahulu diundang tokoh adat untuk memimpin doa.”69. Dari penjelasan diatas informan, peneliti menyimpulkan bahwa budaya Mappadendang merupakan wujud rasa syukur masyarakat atas hasil panen yang diterimanya, karena Allah SWT telah memerintahkan umatnya untuk selalu mensyukuri apa yang telah diberikan Allah SWT. budaya Mappadendang masyarakat dusun Waru menjalin hubungan dengan Allah SWT.

Maksud dari perkataan tersebut adalah dalam ritual budaya Mappadendang banyak dilakukan ritual Mabbaca-baca dll. Dan sebelum diadakannya acara budaya Mappadendang ini, masyarakat Dusun Waru atau masyarakat setempat saling membantu baik secara materiil maupun non materil. Berdasarkan pemaparan di atas dapat disimpulkan bahwa budaya Mappadendang tidak boleh dilihat dan dijadikan sekedar hiburan bagi masyarakat awam saja, namun harus dilihat sebagai budaya yang mempersatukan masyarakat, mempererat tali persaudaraan, persahabatan dan kewilayahan. khususnya pada masyarakat dusun Waru karena budaya ini sangat memerlukan yang namanya kerjasama, gotong royong antar sesama masyarakat dan masyarakat lainnya.

Nilai religi yang terkandung dalam budaya Mappadendang adalah masyarakat melakukan budaya Mappadendang semata-mata untuk mensyukuri hasil panen yang diperolehnya. Nilai ketuhanan atau ketuhanan yang terkandung dalam budaya Mappadendang adalah masyarakat meyakini dan meyakini bahwa rezeki atau hasil panennya semata-mata berasal dari Allah SWT. Nilai moral yang terkandung dalam budaya Mappadendang masyarakat dusun Waru menanamkan sikap saling menghormati.

Nilai ukhuwal Islamiyah yang terkandung dalam budaya Mappadendang adalah mempererat tali persaudaraan, tali silaturahmi dan suatu wilayah khususnya pada masyarakat Dusun Waru, karena dalam budaya tersebut sangat diperlukan yang namanya kerjasama, membantu sesama masyarakat dan lain-lain. komunitas.

Saran

Penerapan budaya Mappadendang patut diapresiasi oleh pemerintah untuk membantu pembangunan di bidang pertanian dan melestarikan budaya bangsa. Nilai-Nilai Pendidikan Agama Islam Dalam Budaya Pamali Masyarakat Bugis Di Kecamatan Sumpang Minangae Kec. Judul : Budaya Mappadendang Ditinjau Nilai Pendidikan Islam (Studi Kasus Suku Bugis Pattinjo di Desa Buttu Sawe Dusun Waru Kecamatan.

RIWAYAT HIDUP

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan dari temuan fakta-fakta dan keunikan yang peneliti temukan peneliti sangat tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Kurikulum Program Konsentrasi Pada

Sugandi, Perkembnagan peserta didik, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2012), h.. menyiapkan materi, menyampaikan materi, serta mengatur semua kegiatan belajar mengajar

Hal ni sesuai dengan hasil wawancara yang telah dilakukan sebagai berikut: “Motivasi saya menyekolahkan anak saya ke pondok pesantren yaitu karena saya ngin anak saya menjadi anak yang

Tabel 4.2 Relevansi Guru Sebagai Pendidik No Hakekat dan Kewajiban Guru Relevansinya 1 Menurut Hamka: Guru adalah orang yang sangat berjasa dalam ilmu pengetahuan ia bukan hanya

Selanjutnya, seorang guru lebih ditekankan untuk menguasai beberapa komponen dalam berinteraksi, baik interaksi terhadap peserta didik, orang tua peserta didik maupun masyarakat seperti

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN METODE TEAM QUIZ DALAM MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM DI SMP NEGERI 11 PAREPARE OLEH MUZDALIFAH NIM:

69 BAB V PENUTUP 5.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan penelitian tentang hubungan pola komunikasi antara guru dan peserta didik dengan kemampuan baca

Adapun manfaat dari pelaksanaan keterampilan variasi yang tepat dalam proses pembelajaran bagi peserta didik diantaranya: 1 Dapat menimbulkan dan meningkatkan perhatian peserta didik