PENGGUNAAN METODE BERCERITA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MENYIMAK DAN PEMAHAMAN SISWA
PADA PEMBELAJARAN KELAS ATAS
(Penelitian Tindakan Kelas di Kelas V SD Negeri 5 Simpen, Kec.
Bl.Limbangan, Kab. Garut)
Di susun oleh:
Imas Masrini, S.Pd
DINAS PENDIDIKAN
KECAMATAN BL. LIMBANGAN KABUPATEN GARUT
2018
DAFTAR ISI ...i
BAB I PENDAHULUAN... A. Latar Belakang Masalah ...1
B. Identifikasi Masalah ...2
C. Perumusan dan Pemecahan Masalah...2
1. Rumusan Masalah ...2
2. Pemecahan Masalah...3
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian...3
1. Tujuan Penelitan...3
2. Manfaat Penelitian...3
BAB II KAJIAN PUSTAKA...4
A. Hakikat Menyimak...4
1. Pengertian Menyimak...4
2. Kegiatan Menyimak...4
3. Kemampuan Menyimak Siswa SD...5
B. Hakikat Metode Bercerita...6
1. Tahap Persiapan...7
2. Tahap Pelaksanaan...7
3. Tahap pasca mendongeng...7
BAB III PELAKSANAAN PERBAIKAN...9
A. Setting dan Subjek Penelitian...9
B. Metode Penelitian...9
C. Deskripsi Per Siklus...10
D. Monitoring dan Evaluasi ...13
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN...14
A. Hasil Penelitian...14
B. Pembahasan...20
BAB VKESIMPULAN DAN SARAN...23
A. KESIMPULAN...23
B. SARAN...23
PUSTAKA...25
i
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Menyimak merupakan salah satu bagian dari empat keterampilan berbahasa Indonesia selain berbicara, menulis dan membaca. Keterampilan menyimak merupakan dasar pengetahuan berbicara yang sangat fungsional, karena dengan menyimak maka manusia dapat memahami simbol-simbol secara lisan yang diutarakan oleh pihak kedua. Menyimak juga merupakan keterampilan berbahasa aktif reseptif, di mana si penyimak sebagai penerima pesan akan menguraikan pesan yang terkandung dalam bahasa lisan si pembicara, sehingga mereka dapat mengidentifikasi, menilai dan mereaksi atas makna yang terkandung di dalamnya.
Menyimak adalah mendengarkan dan memahami bahasa secara lisan. Tujuan utama menyimak adalah menangkap, memahami atau menghayati pesan, ide, gagasan yang tersirat dalam bahan simakan (Tarigan, 1994 : 6). Namun, pada umumnya seperti yang diungkapkan oleh Chastain (Mulyati,2006:1.5) guru-guru berasumsi bahwa keterampilan menyimak dengan sendirinya dapat berkembang dari belajar berbicara saja, padahal tanpa latihan yang terbimbing maka kemampuan menyimak ini tidak akan mudah didapatkan oleh anak. Seperti yang sudah diketahui bahwa menyimak merupakan keterampilan berkomunikasi yang pertama kali diperoleh dan dikuasai anak, bahkan semenjak mereka bayi.
Maka dari itu, pemerolehan keterampilan menyimak seseorang akan sangat berpengaruh terhadap keterampilan berbicara, bahkan kepada keterampilan berbahasa yang lainnya.
Salah satu kegiatan yang disukai anak-anak dalam menyimak adalah mendengarkan dongeng. Dongeng sudah mereka kenal sejak masih kecil, mereka sudah sering mendengar dongeng sebelum tidur. Pada
umumnya kegiatan mendongeng hanya dilakukan pada siswa TK atau di SD kelas rendah, namun sesuai dengan karakteristik anak yang tingkat imajinasinya masih tinggi maka penulis mencoba menerapkan metode bercerita ini di SD kelas V untuk meningkatkan minat dan motivasi siswa dalam pembelajaran menyimak.
Berdasarkan uraian di atas, penulis menyadari betapa pentingnya aspek menyimak dalam mengembangkan keterampilan berbahasa pada diri anak. Maka dari itu, penulis mencoba mengobservasi kemampuan siswa di kelas V Sekolah Dasar. Setelah melakukan observasi ternyata keterampilan menyimak pada pelajaran Bahasa Indonesia masih sangat rendah. Hal ini terlihat dari nilai rata-rata kelas V pada tes kemampuan menyimak hanya mencapai 59. Sedangkan KKM Standar Kompetensi untuk keterampilan menyimak adalah 63. Dari 42 peserta didik ada 25 peserta didik yang belum mencapai KKM tersebut. Hal tersebut disebabkan beberapa faktor, yaitu guru kurang dapat memilih dan menguasai metode yang tepat, materi menyimak yang dianggap kurang menarik oleh peserta didik, dan kemampuan kebahasaan serta pembendaharaan kata peserta didik kurang memadai.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas dapat diidentifikasikan masalah dalam kegiatan belajar mengajar sebagai berikut:
1. Guru kurang menguasai metode pembelajaran yang kreatif;
2. Peserta didik kurang tertarik terhadap materi yang diajarkan;
3. Pembendaharaan kata dan tingkat kemampuan berbahasa anak rendah;
4. Banyak peserta didik yang masih menggunakan Bahasa Daerah dalam pembelajaran
C. Perumusan dan Pemecahan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan diatas, dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Perumusan Masalah
2
b. Bagaimanakah aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak melalui penggunaan metode bercerita di kelas V SDN 5 Simpen?
c. Bagaimanakah pemahaman siswa dalam menyimak setelah menggunakan metode bercerita di kelas V SDN 5 Simpen?
2. Pemecahan Masalah
Berdasarkan rumusan di atas maka diajukan pemecahan masalah sebagai berikut: Dengan menggunakan metode bercerita maka kemampuan menyimak dan pemahaman siswa akan meningkat.
D. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitan
a. Memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran menyimak dengan menggunakan metode bercerita;
b. Mengetahui aktivitas pembelajaran menyimak melalui penggunaan metode bercerita;
c. Memperoleh gambaran hasil belajar menyimak siswa setelah menggunakan metode bercerita.
2. Manfaat Penelitian a. Bagi guru
1) Dapat menggunakan berbagai metode pembelajaran dalam meningkatkan hasil belajar siswa;
2) Sebagai sarana dalam meningkatkan profesionalisme pendidik karena mampu memperbaiki hasil pembelajaran di kelasnya.
b. Bagi siswa
1) Dapat memotivasi siswa dalam meningkatkan akitvitasnya dalam pembelajaran;
2) Dapat meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran.
c. Bagi Sekolah
1) Dapat memberikan kontribusi dalam meningkatkan mutu pendidikan di Sekolah;
2) Menciptakan SDM guru yang professional.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Hakikat Menyimak 1. Pengertian Menyimak
Keterampilan menyimak sering disamakan dengan keterampilan mendengar, padahal menyimak dan mendengar merupakan istilah yang berbeda artinya. Mendengar adalah kegiatan menangkap suara, dan hanya sebagai langkah awal dalam menyimak.
Sedangkan menyimak itu sendiri melibatkan pemaknaan dan pemahaman atas apa yang didengar. Ia adalah suatu proses yang aktif yang melibatkan konsentrasi pikiran (Tarigan, 2005).
Selanjutnya Tarigan (2005:2.31) mengungkapkan bahwa menyimak merupakan suatu proses mental berupa pecerapan atau pemerolehan makna atau pesan yang disampaikan secara lisan.
Sedangkan menurut Edi Sugito (dalam Yeti Mulyati, 2006:1.5), berpendapat bahwa: menyimak merupakan proses yang mencakup kegiatan mendengarkan bunyi bahasa, mengidentifikasi, menafsirkan, menilai dan mereaksi terhadap makna yang termuat pada wacana lisan.
Jadi, peristiwa menyimak pada hakikatnya merupakan rangkaian kegiatan penggunaan bahasa sebagai alat komunikasi.
(Mulyati, 2006:1.5).
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa menyimak adalah suatu kegiatan mendengar bunyi bahasa dengan penuh perhatian, interpretasi, pemahaman, apresiasi, evaluasi dan respons.
Dalam kegiatan pembelajaran, kegiatan menyimak tidak berdiri sendiri tetapi harus dipadukan dengan keterampilan berbahasa lainnya, terutama keterampilan berbicara. Karena dalam komunikasi lisan pembicara dan penyimak berpadu dalam kegiatan yang respirokal.
2. Kegiatan Menyimak
Sebagai suatu proses kegiatan menyimak terdiri dari 3 tahapan:
a. Penyimak menerima rangsangan lisan yang disampaikan oleh pembicara melalui alat dengar dan daya pendengarannya;
b. Penyimak memusatkan perhatiannya untuk memilih hal-hal yang dianggapnya penting, dan mengabaikan hal-hal yang tidak penting;
c. Penyimak menentukan dan memahami makna atau pesan yang disampaikan pembicara berdasarkan pengetahuan dan pengalaman yang dimilikinya. (Muhammad Yunus dalam Tarigan, 2005:2.31)
Dalam prosesnya kadang kegiatan menyimak ini mengalami kekurangberhasilan. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor yaitu dari faktor penyimak dan pembicara itu sendiri. Dari segi penyimak, mungkin ia kurang berkonsentrasi sehingga kurang bisa memilih makna yang terkandung dalam bahan simakan, malas berpikir atau keadaan emosional yang tidak mendukung.
Sedangkan dari segi pembicara, ia mungkin kurang berhasil memperkirakan kemampuan dan kebutuhan sasaran dengan tepat (Muhammad Yunus dalam Tarigan, 2005:2.32), serta kurangnya pembicara dalam menguasai bahan simakan dan keadaan lingkungan tempat kegiatan menyimak berlangsung.
3. Kemampuan Menyimak Siswa SD
Khusus mengenai kemampuan menyimak siswa sekolah dasar yang telah meninggalkan masa taman kanak-kanak menurut Anderson (Tarigan, 1994:24), adalah sebagai berikut:
a. Anak-anak akan mampu menyimak dengan baik, apabila suatu cerita dibacakan dengan nyaring;
b. Anak-anak akan senang dan mampu menyimak dengan baik, apabila seorang pembicara menceritakan suatu pengalaman sejati;
c. Anak-anak dapat menyimak bunyi-bunyi dan nada-nada yang berbeda, telebih kalau nada dan intonasi pembicara sangat jelas dan baik;
d. Anak-anak dapat menyimak serta menuruti petunjuk-petunjuk lisan yang disampaikan dengan jelas;
5
e. Anak-anak mampu menyimak persamaan-persamaan dan perbedaan-perbedaan yang terdapat dalam ujaran;
f. Anak-anak mampu dan senang menyimak ritme dan rima dalam suatu pembacaan puisi atau drama;
g. Anak-anak mampu menyimak dan menangkap ide-ide yang terdapat dalam ujaran atau pembicaraan.
B. Hakikat Metode Bercerita
Bercerita menuntun siswa untuk menjadi pembicara yang baik dan kreatif, dengan mendengarkan cerita dongeng siswa mampu mengembangkan imajinasi dan kemampuan bernalar mereka. Dongeng menurut Resmini dan Hartati (2006:81) adalah menuturkan atau membentangkan terjadinya eristiwa yang dipaarkan didalamnya bukan hanya garis besar peristiwanya saja melainkan diperinci juga hal yang bersangkut paut dengan peristiwa tersebut seperti: sosok pelakunya, watak-wataknya, tempat dan suasana itu terjadi, waktu dan latar belakang peristiwa itu terjadi.
Lestari (Bakar, 2006) menyatakan bahwa dongeng adalah paparan rekaan tentang kejadian atau aktivitas yang berhubungan dengan suatu tokoh dalam konteks tertentu. Secara keseluruhan, rangkaian kejadian dan karakter ini membentuk suatu alur yang utuh dan penggubahannya dimaksudkan sebagai hiburan, wahana ajaran atau moral keduanya.
Dongeng atau cerita merupakan salah satu alternatif media belajar di tengah hiruk-pikuknya ragam tayangan dan permainan anak. Dongeng yang baik juga akan mampu menyampaikan pesan sosial secara langsung kepada seorang anak. Bahkan sebagai suatu metode pembelajaran yang efektif bercerita memiliki peran yang signifikan bagi proses perekrutan guru yang kreatif (Ahmad Baedowi, 2008).
Bercerita dapat melatih dan mengembangkan kecerdasan anak secara inteligen (kognitif), emosional (afektif), spiritual dan visual anak.
Bagi guru yang akan menggunakan bercerita sebagai sebuah metode pembelajaran bahawa hendaknya memilih tema cerita yang cocok dengan
usia anak, mempersiapkannya dan penyampaikannya kepada pendengar dengan baik. Adapun cara-cara mendongeng yang kreatif menurut Kartini (Jurnal Pendidikan Dasar, 2010:68) adalah sebagai berikut:
1. Tahap Persiapan
a. Memilih materi dongeng/cerita:
a) Cerita harus menarik bagi anak;
b) Temanya harus sesuai dan bermanfaat bagi anak;
c) mengandung unsur mendidik;
d) materi dongeng harus beragam agar anak tidak mengalami kejenuhan.
b. Memilih media
Media yang digunakan harus menarik, ekonomis, praktis, fungsional serta aman apabila digunakan oleh anak.
c. Melakukan Latihan
Latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum kegiatan mendongeng yaitu: gerak, ekspresi, suara, penggunaan media, dan latihan memahami cerita.
2. Tahap Pelaksanaan
a. Memilih media yang tepat untuk mendongeng;
b. Memulai kegiatan dengan apersepsi;
c. Mendongeng dengan penuh penghayatan;
d. Menghidupkan suasana mendongeng, dengan cara:
a) menyesuaikan suara dengan karakter tokoh cerita b) menggunakan ekspresi dengan tepat
c) dialog harus optimal
d) melibatkan anak dalam ceita
e) membumbui cerita dengan sedikit humor.
3. Tahap pasca mendongeng
a. Memberikan kesempatan pada siswa untuk
beraktivitas/berkreativitas;
7
b. memberikan kesempatan pada siswa untuk memberikan respon atau memberi tanggapan tentang dongeng tersebut;
c. mengajak siswa bermain peran;
d. mengadakan evaluasi tentang isi dongeng;
e. mengulas isi dongeng (pesan dan kesan)
BAB III
PELAKSANAAN PERBAIKAN
A. Setting dan Subjek Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas (PTK) ini dilaksanakan di SDN 5 Simpen Kecamatan BL. Limbangan Kabupaten Garut pada kelas V semester I tahun ajaran 2018-2019. Standar Kompetensi yang digunakan adalah 1. Memahami penjelasan narasumber dan cerita rakyat secara lisan.
Jadwal pelaksanaan penelitian seperti terlampir dalam lampiran.
Subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 42 orang, dengan rincian siswa laki-laki berjumlah 22 orang dan siswa perempuan berjumlah 20 orang, yang memiliki karakteristik yang heterogen serta tingkat pemahaman dan hasil belajar dalam keterampilan menyimak yang masih rendah.
B. Metode Penelitian
Metode yang digunakan adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK), teori yang digunakan adalah teori Kemmis dan Mc.Tagart di mana tahap penelitian terdiri dari 4 komponen yaitu 1) Perencanaan 2) Tindakan 3) Observasi dan 4) Refleksi. Tindakan penelitian berupa penggunaan metode bercerita dalam pembelajaran menyimak.
Data penelitian dikumpulkan melalui tes evaluasi, pengamatan guru dan siswa, angket serta studi perpustakaan. Keabsahan data diperiksa dengan bantuan dan kolaborasi dengan pengamat lain.
Lembar pengamatan guru dan siswa dipergunakan untuk mengetahui peningkatan aktivitas siswa serta pemahaman dalam proses pembelajaran. Sedangkan tes evaluasi dilakukan untuk mengukur peningkatan prestasi belajar siswa.
9
C. Deskripsi Per Siklus SIKLUS I
a. Perencanaan
1. Menyusun RPP pada Kompetensi Dasar mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya;
2. Menyiapkan instrumen penelitian untuk guru dan siswa;
3. Menyiapkan format evaluasi;
4. Menyiapkan teks cerita rakyat;
5. Mengembangkan skenario pembelajaran dengan metode bercerita b. Pelaksanaan
1. Guru melakukan apersepsi dan memberikan motivasi untuk mengarahkan siswa memasuki materi yang akan dibahas;
2. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai
3. Guru menjelaskan materi dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan;
4. Siswa diminta berkumpul dan mendengarkan cerita rakyat yang dibacakan guru
5. Guru dan siswa saling bertanya jawab untuk menegaskan isi cerita 6. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai tokoh dan watak tokoh;
7. Siswa dan guru bertanya jawab mengenai latar cerita pada cerita yang dibacakan;
8. Guru meminta siswa untuk mengisi tabel mengenai tokoh dan watak tokoh dalam cerita yang dibacakan;
9. Siswa dan guru menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran;
10. Guru memberikan penilaian;
11. Siswa mencatat materi pelajaran;
12. Guru memberikan tugas rumah untuk mencari cerita rakyat lain dan menuliskan unsur-unsur ceritanya;
13. guru membagikan angket dan meminta siswa untuk mengisinya
c. Pengamatan
1. Observasi (kolaborasi) mengamati kegiatan guru pada saat pembelajaran berlangsung dan mengamati kegiatan siswa dengan menggunakan instrumen pengamatan pembelajaran guru dan siswa;
2. Guru mengevaluasi respon siswa selama pembelajaran dari angket yang diisi siswa.
d. Refleksi
1. Pada siklus I ada beberapa siswa yang tidak mendengarkan cerita yang dibacakan dan terus mengobrol, terutama di bangku barisan belakang;
2. Pada saat bertanya jawab siswa tidak mampu menjawab dengan kalimat runtut dan cenderung menggunakan bahasa daerah;
3. Jawaban siswa dari tes yang diajukan tidak sesuai dengan pertanyaan;
4. Hasil belajar siswa dalam pembelajaran menyimak tidak sesuai harapan.
SIKLUS II
a. Perencanaan
1. Menyusun RPP pada Kompetensi Dasar mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya;
2. Menyiapkan instrumen penelitian;
3. Menyiapkan alat peraga berupa gambar ilustrasi untuk dongeng;
4. Menyiapkan format evaluasi;
5. Menyiapkan teks cerita dongeng;
6. Membuat skenarion pembelajaran;
7. Guru sudah memberi tugas untuk mencari cerita dongeng di rumah dan menuliskan tokoh, watak dan latar ceritanya.
b. Pelaksanaan
1. Guru melakukan apersepsi dan motivasi;
11
2. Menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai;
3. Menjelaskan materi pelajaran dan kegiatan pembelajaran yang akan dilaksanakan;
4. Guru meminta siswa yang duduk di belakang untuk pindah ke depan;
5. Guru membacakan cerita dan memperlihatkan ilustrasi gambar yang tersedia;
6. Guru meminta siswa untuk menceritakan kembali cerita yang dibacakan guru secara berantai;
7. Setelah siswa yang ditunjuk guru menceritakan sebagian cerita, maka siswa yang ditunjuk berikutnya akan melanjutkan cerita tersebut;
8. Guru memberi penguatan kepada siswa yang bercerita, bertanya atau menjawab;
9. guru membagikan lembar tugas yang harus diisi oleh siswa;
10. Guru membacakan pertanyaan yang harus disimak oleh siswa satu- persatu dan menuliskan jawabannya pada lembar jawaban yang tersedia;
11. Guru meminta siswa untuk menukarkan lembar jawaban mereka dengan teman sebangkunya dan memeriksa silang hasilnya;
12. Guru dan siswa menarik kesimpulan dari kegiatan pembelajaran 13. Guru membagikan angket dan meminta siswa untuk mengisinya.
c. Pengamatan
1. Observasi (kolaborasi) mengamati kegiatan guru pada saat pembelajaran berlangsung dan mengamati kegiatan siswa dengan menggunakan instrumen pengamatan pembelajaran guru dan siswa;
2. Guru mengevaluasi respon siswa selama pembelajaran dari angket yang diisi siswa.
d. Refleksi
1. Motivasi siswa dalam mendengarkan cerita meningkat karena terbantu oleh gambar yang diperlihatkan;
2. Masih ada 3 orang siswa yang mengobrol tapi tidak sampai mengganggu kegiatan pembelajaran;
3. Hampir semua siswa dapat melanjutkan cerita dengan runtut;
4. Dalam bercerita masih ada yang menggunakan bahasa daerah;
5. Hasil tes mengalami peningkatan walau masih ada beberapa siswa yang nilainya di bawah KKM
D. Monitoring dan Evaluasi
Dalam pelaksanaan kegiatan pembelajaran setiap sikluls diamati oleh kolaborator untuk mengetahui pelaksanaan tindakan yang dapat menghasilkan perubahan yang diinginkan. Pengamatan dilaksanakan oleh 1 orang kolaborator dengan mengisi instrumen yang disiapkan guru.
Kolaborator memantau kegiatan guru dan siswa pada kegiatan pembelajaran.
Untuk mengetahui perubahan siswa setelah dilakukan tindakan dapat diperoleh dari hasil angket yang diisi oleh siswa pada akhir pembelajaran. Sedangkan untuk mengevaluasi peningkatan hasil belajar siswa dilihat dari hasil tes yang dilaksanakan pada kegiatan pembelajaran.
13
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian SIKLUS I
Dalam pelaksanaan PTK ini penulis menyusun perencanaan pada Kompetensi Dasar 1.2. Mengidentifikasi unsur cerita tentang cerita rakyat yang didengarnya. Pelaksanaan penelitian dilakukan untuk meningkatkan kemampuan menyimak siswa melalui mteode bercerita.
Pada pelaksanaan tindakan siklus I, guru melakukan apersepsi untuk memberikan motivasi dan mengarahkan siswa memasuki materi pembelajaran yang akan dilaksanakan, menjelaskan tujuan yang akan dicapai dan menjelaskan langkah-langkah pembelajaran.
Guru meminta siswa untuk berkumpul dan memperhatikan serta menyimak cerita yang dibacakan guru. Ketika guru sedang membacakan cerita, tampak siswa yang berada di barisan belakang tengah mengobrol dan tidak memperhatikan cerita. Kemudian guru menghentikan cerita dan menegur siswa yang mengobrol lalu melanjutkan kembali kegiatan bercerita. Saat guru mengadakan tanya jawab mengenai cerita yang disampaikan, siswa yang mengobrol tidak mampu menjawab pertanyaan dengan benar. Siswa juga masih menggunakan bahasa sunda saat mengajukan pertanyaan, menjawab pertanyaan maupun memberi komentar. Guru berusaha meningkatkan motivasi siswa dengan cara memberikan penguatan kepada siswa yang mampu menjawab dan mengajukan pertanyaan.
Guru membagikan LKS dan meminta siswa untuk mengisinya.
Saat mengisi LKS pun beberapa siswa terlihat ribut, siswa yang berada di belakang sibuk mencontek dan bertanya kepada temannya. Kemudian guru berkeliling dan meminta siswa yang ribut untuk mengerjakan dengan
tenang. Ada beberapa siswa yang berani bertanya kepada guru mengenai pertanyaan yang ada di LKS.
Pada saat yang sama kolaborator melakukan pengamatannya. Hasil pengamatan pada siklus I, kegiatan siswa kurang interaktif, siswa belum berani bertanya dan tidak terlalu konsentrasi. Hal tersebut dapat terlihat dari tabel pengamatan siswa berikut ini:
Tabel 1. Tabel Pengamatan Kegiatan Siswa LEMBAR PENGAMATAN SISWA
No. Kejadian yang diamati Ada Tidak Keterangan
1 Siswa yang mengobrol √ 11 orang siswa mengobrol
dan tidak memperhatikan 2 Siswa yang menjawab pertanyaan √
Dari 10 orang siswa yang menjawab 7 orang menjawab dengan runtut
3 Siswa yang tidak dapat menjawab
pertanyaan √ 4 orang siswa tidak dapat
menjawab
4 Siswa yang sukarela bercerita √
5 siswa yang aktif mendengarkan √ Hampir semua aktif, kecuali siswa yang dibelakang 6 Siswa yang tidak dapat melanjutkan
cerita √ Siswa yang mengobrol tidak
bisa melanjutkan ceritanya Selanjutnya hasil tes menyimak dapat dilihat pada tabel rekapitulasi nilai di bawah ini:
15
Tabel 2.
Rekapitulasi Hasil Tes Menyimak Siklus I
No. Nama Siswa Nilai No. Nama Siswa Nilai
1 2 3 1 2 3
1 Aisah 75 24 Ruhyat Abdul Muhyi Sabani 62
2 Ade Aksay 62 25 Saepul 50
3 Adi Fatah Darusalam 75 26 Melin Nezla Sriyani 75
4 Aldi Nawawi 87 27 Naba Arsila Urva 62
5 Jajuli Sehabudin 37 28 Nadia 75
6 Anisa Alawiyah Karimah 62 29 Saipul Anwar 75
7 Jalal Ludin 62 30 Novi Anggreyani 87
8 Aniyah 50 31 Rudiansyah 37
9 Kaka Anugrah 50 32 Tendi Irawan 37
10 Dini Puspita 50 33 Putri 100
11 Muhamad Ilyas 37 34 Rasti Devianti 50
12 Muhamad Paizal Alparizi 50 35 Ririn Ziza Oktavia 62
13 Muhamad Rapi 75 36 Bayu 75
14 Nurjaman 100 37 Siti Asiah 100
15 Elis 87 38 Siti Patimah 37
16 Parid Adi Gumilang 62 39 Siti Rahma Alia 75
17 Endah Rahmawati 50 40 Siti Robiah 25
18 Fahma Farhatul Aspia 75 41 Siti Rahmawati 62
19 Pikri Wijaya 50 42 Siti Robiyah 37
20 Rohaendi 37 Jumlah 2641
21 Hastilia 75 Rata-rata 63
22 Hurin Najla Harasta 50
23 Isni Maulidah 100
Pencapaian nilai rata-rata siswa kelas adalah 63, dengan rincian 25 peserta didik yaitu 59% anak belum tuntas dan 17 peserta didik atau 41% tuntas. Rata-rata kelas meningkat sebesar 6,34% dari sebelum tindakan yang hanya 59. Hal ini mendorong dilanjutkannya penelitian pada siklus II.
SIKLUS II
Berdasarkan refleksi dan penemuan pada siklus I maka dilanjutkanlah siklus II. Pada tindakan siklus II, Penulis mengatur tempat duduk peserta didik.
Peserta didik yang mengobrol dipindahkan ke depan agar peserta didik dapat berkonsentrasi menyimak cerita yang dibacakan guru. Guru melakukan apersepsi
17
dan menjelaskan tujuan pembelajaran yang akan dicapai serta menjelaskan langkah-langkah kegiatan yang akan dilaksanakan.
Pada kegiatan inti guru membacakan cerita yang harus disimak, untuk meningkatkan pemahaman siswa guru memperlihatkan gambar ilustrasi yang dipajang di papan tulis. Siswa tampak antusias dalam mendengarkan cerita, walaupun ada beberapa siswa yang mencoba mengobrol dengan temannya.
Namun, tidak sampai mengganggu kegiatan pembelajaran, karena guru segera memberikan kode agar siswa kembali menyimak cerita yang dibacakan guru.
Setelah selesai bercerita guru meminta siswa untuk menceritakan kembali cerita yang telah mereka simak. Peserta didik cukup antusias menanggapi, terlihat dari ada beberapa siswa yang mengajukan diri untuk menceritakan kembali.
Kemudian guru meminta salah seorang peserta didik untuk melanjutkan cerita yang telah sebelumnya diceritakan temannya. Dalam kegiatan menceritakan kembali masih ada peserta didik yang menggunakan Bahasa Sunda. Guru memberikan penguatan terhadap peserta didik yang bercerita, menganggapi dan bertanya. Kemudian guru memberikan pertanyaan untuk lebih memantapkan pemahaman peserta didik.
Guru membagikan lembar kerja dan menjelaskan cara mengisinya. Peserta didik diminta untuk menyimak pertanyaan yang akan dibacakan guru kemudian peserta didik menjawabnya pada lembar kerja yang disediakan. Pada kegiatan ini ada peserta didik yang tidak berkonsentrasi sehingga guru harus berulang-ulang membacakan pertanyaannya. Kemudian guru mengakhiri pembelajaran dengan memberikan tugas membaca di rumah.
Pada saat yang sama kolaborator melakukan pengamatan dengan mengisi instrumen yang sudah disiapkan. Berdasarkan pengamatan terhadap peserta didik pada siklus II ini terjadi peningkatan aktivitas peserta didik secara signifikan, seperti terlihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 3.
Tabel Pengamatan Kegiatan Siswa Siklus II LEMBAR PENGAMATAN SISWA
No. Kejadian yang diamati Ada Tidak Keterangan
18
mengganggu kegiatan.
2 Siswa yang menjawab pertanyaan √
10 orang yang ditanya menjawab dengan benar dan runtut
3 Siswa yang tidak dapat menjawab
pertanyaan √
4 Siswa yang sukarela bercerita √ Ada 6 orang siswa
5 siswa yang aktif mendengarkan √ Semua siswa mendengarkan dengan baik
6 Siswa yang tidak dapat melanjutkan
cerita √
Siswa yang mengobrol pada siklus II hanya ada 3 orang, itupun tidak mengganggu kegiatan pembelajaran secara keseluruhan. Siswa yang secara sukarela bercerita terdapat 6 orang, ini menandakan mereka telah mampu menyimak dengan baik. Semua siswa yang diajukan pertanyaan dapat menjawab dengan baik. Pembelajaran berjalan lebih komunikatif dan kondusif. Siswa terlihat lebih aktif dan terlibat dengan tiap kegiatan yang disajikan.
Hasil tes kegiatan menyimak dapat dilihat dari rekapitulasi nilai di bawah ini:
Tabel 4.
Rekapitulasi Hasil Tes Menyimak Siklus II
No. Nama Siswa Nilai No. Nama Siswa Nilai
1 2 3 1 2 3
1 Aisah 87 24 Ruhyat Abdul Muhyi Sabani 75
2 Ade Aksay 75 25 Saepul 62
3 Adi Fatah Darusalam 75 26 Melin Nezla Sriyani 87
4 Aldi Nawawi 100 27 Naba Arsila Urva 62
5 Jajuli Sehabudin 50 28 Nadia 100
6 Anisa Alawiyah Karimah 75 29 Saipul Anwar 75
7 Jalal Ludin 62 30 Novi Anggreyani 100
8 Aniyah 62 31 Rudiansyah 62
9 Kaka Anugrah 62 32 Tendi Irawan 50
19
10 Dini Puspita 62 33 Putri 100
11 Muhamad Ilyas 62 34 Rasti Devianti 62
12 Muhamad Paizal Alparizi 75 35 Ririn Ziza Oktavia 75
13 Muhamad Rapi 87 36 Bayu 87
14 Nurjaman 100 37 Siti Asiah 100
15 Elis 100 38 Siti Patimah 50
16 Parid Adi Gumilang 75 39 Siti Rahma Alia 75
17 Endah Rahmawati 62 40 Siti Robiah 37
18 Fahma Farhatul Aspia 100 41 Siti Rahmawati 75
19 Pikri Wijaya 75 42 Siti Robiyah 62
20 Rohaendi 50 Jumlah 3064
21 Hastilia 100 Rata-rata 73
22 Hurin Najla Harasta 62
23 Isni Maulidah 100
Dari tabel di atas dapat dilihat rata-rata kelas pada siklus II adalah 73. Berarti mengalami peningkatan sebesar 15,87 % dari siklus I. Dari 42 orang siswa hampir semua siswa mengalami peningkatan hasil belajar.
Ada 8 orang siswa yang nilainya tetap, dan ada 5 orang siswa yang nilainya belum mencapai KKM yang ditentukan. Namun dapat disimpulkan, secara umum pembelajaran berjalan dengan kondusif dan terkondisi dengan baik.
B. Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian di atas, pada siklus I aktivitas siswa dalam pembelajaran menyimak masih kurang. Siswa belum berani menanggapi isi cerita dengan baik, karena masih menggunakan Bahasa Sunda. Namun, dilihat dari hasil tes evaluasi menyimak, siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Pada siklus II dapat diketahui tingkat kemampuan menyimak cerita siswa mengalami peningkatan, meskipun masih ada 5 orang yang belum tuntas. Kegiatan belajar siswa pun mengalami peningkatan terbukti dari banyaknya siswa yang mengobrol yang berkurang dari 11 anak pada siklus 1 menjadi 3 orang pada siklus II.
Kemampuan menceritakan kembali cerita yang didengar pun meningkat dengan baik, yang pada awalnya mereka tidak berani menjadi lebih aktif dan kreatif pada siklus II.
20
siklus. Antusiasme siswa mengalami peningkatan yang cukup baik. Seperti terlihat pada tabel berikut ini:
Tabel 5.
Rekapitulasi hasil angket siswa setelah KBM
No. Pertanyaan Jawaban Siklus I
(%)
Siklus II (%) 1. Apakah guru kalian menjelaskan
langkah-langkah Kegiatan Belajar?
Ya 86 90
Tidak 14 10
2.
Apakah dengan bercerita dapat memudahkan kalian dalam menyimak?
Ya 57 80
Tidak 43 20
3.
Apakah penggunaan gambar dalam bercerita memudahkan kalian memahami isi cerita?
Ya 80 92
Tidak 20 8
4. Apakah bercerita membuat
pembelajaran lebih menyenangkan?
Ya 80 90
Tidak 20 10
5. Apakah kamu mengalami kesulitan dalam pembelajaran?
Ya 50 28
Tidak 50 72
6. Apakah guru kalian membacakan cerita dengan menarik?
Ya 59 83
Tidak 41 17
7. Apakah cerita yang dibacakan gurumu kurang menyenangkan?
Ya 50 90
tidak 50 10
Pada tabel di atas dapat terlihat antusiasme siswa dalam menyimak meningkat dengan disajikannya metode bercerita menjadi 80%. Penggunaan gambar ilustrasi juga dapat memicu motivasi siswa, dapat terlihat dari peningkatanya menjadi 92%. Selain itu jenis cerita juga dapat meningkatkan minat siswa dalam kegiatan menyimak, terbukti dari peningkatan sebesar 40%
pada siklus I yang hanya sebesar 50% menjadi 90% pada siklus II. Berarti dapat disimpulkan metode bercerita dapat digunakan pada siswa kelas V untuk meningkatkan motivasi mereka dalam proses pembelajaran.
Nilai rata-rata kelas pun mengalami peningkatan yang baik, seperti dapat dilihat dari grafik di bawah ini:
Grafik 1
Nilai rata-rata hasil tes sebelum dan setelah tindakan
21
22
tindakan pada siklus I nilai rata-rata naik sebesar 6,8 % menjadi 63, dan meningkat lagi sebesar 15,87 % pada siklus II yaitu menjadi 73. Data hasil pelaksanaan pembelajaran tersebut menunjukkan perolehan nilai siswa meningkat dengan diperolehnya nilai yang lebih baik pada tiap-tiap siklusnya.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelititan yang telah dilaksanakan, penulis dapat menarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Kegiatan menyimak di kelas V cukup kondusif dengan diterapkannya metode bercerita ini;
b. Aktivitas siswa dalam kegiatan menyimak dapat meningkat dengan cukup baik. Hal tersebut dapat terlihat dari pengamatan yang dilakukan terhadap murid serta angket yang telah diisi oleh murid;
c. Metode bercerita tidak hanya dapat digunakan di kelas rendah tetapi dapat pula digunakan di kelas tinggi. Hal ini terlihat dari hasil belajar dan pemahaman siswa yang terus meningkat di tiap siklulsnya. Jadi, metode bercerita dapat meningkatkan pemahaman menyimak siswa kelas V Sekolah Dasar.
B. Saran
Berdasarkan hasil penelitian tentang metode bercerita dalam pembelajaran menyimak di kelas V Sekolah Dasar, terdapat beberapa hal yang penulis sarankan:
1. Untuk para guru terutama guru yang mengajar di kelas tinggi, dapat mencoba menggunakan metode bercerita untuk membantu siswa dalam pembelajaran menyimak. Cerita yang dipilih harus disesuaikan dengan minat dan karakteristik anak;
2. Pergunakanlah media gambar dalam menyampaikan cerita yang dibacakan karena gambar dapat merangsang imajinasi anak sehingga anak dapat lebih memahami bahan simakan yang dibacakan;
3. Agar siswa dapat memahami dan menggunakan Bahasa Indonesia dengan baik, diharapkan setiap guru memberikan tugas membaca buku kepada siswanya secara intensif, agar pembendaharaan kata siswa meningkat;
23
4. Untuk meningkatkan profesionalitas personal serta meningkatkan pembelajaran di kelas, sebaiknya guru melakukan Penelitian Tindakan Kelas secara berkala dalam tingkat yang lebih sederhana.
PUSTAKA
Baedowi, Ahmad. (2008). Pendidikan Dongeng. Http://www.kickandy.com/
friends/4/37/1354/read / dongeng/10. 25 Juli 2010
Bakar, Z. (2006). Penggunaan Strategi Induktif Melalui Kegiatan Mendongeng (story telling) untuk Meningkatkan Kemampuan Anak dalam Menyimak.
Jurnal Pendidikan Dasar. IV.
Mulyati, Yeti. (2006). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi.
Jakarta. Universitas Terbuka.
Resmini, N. dan Hartati, T. (2006). Kapita Selekta Bahasa Indonesia. Bandung:
UPI Press.
Tarigan, D. (2005). Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Rendah.
Jakarta: Universitas Terbuka.
Tarigan, H.G. (1994). Menyimak Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa.
Bandung: Angkasa.
25