• Tidak ada hasil yang ditemukan

putusan 1254 pdt.g 2023 pa.bks 20231012230137

N/A
N/A
Putri Zahra

Academic year: 2023

Membagikan "putusan 1254 pdt.g 2023 pa.bks 20231012230137"

Copied!
26
0
0

Teks penuh

(1)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

P U T U S A N

Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

DEMI KEADILAN BERDASARKAN KETUHANAN YANG MAHA ESA Pengadilan Agama Bekasi yang memeriksa dan mengadili perkara tertentu pada tingkat pertama dalam sidang Majelis telah menjatuhkan putusan sebagai berikut dalam perkara Cerai Gugat yang diajukan oleh:

XXX., Wiraswasta, berdomisili di XXX. Memberikan kuasa kepad:

ERICK S. PAAT, BSc, S.H., M.H., dan RICKY D.

MONINGKA, S.H., para Advokat pada KANTOR ADVOKAT ERICK S. PAAT & REKAN beralamat di Gedung Yarnati, Lantai 1, Ruang 102, Jalan Proklamasi No. 44, Jakarta Pusat 10310, berdasarkan Surat Kuasa Khusus tanggal 27 Maret 2023, terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Bekasi dalam reister kuasa No.0522/Adv./iX/2023 Tanggal 04-04-2023. Selanjutnya disebut sebagai PENGGUGAT;

Lawan XXX,

Karyawan Swasta, bertempat tinggal di XXX.

NIK.:327603061087000, memberikan kuasa kepada: Bismar Ginting, SH., MH. dan Yohanes Barus, SH., MH., Advkat dan Konsultan Hukum p ada Kantor Perkumpulan Bantuan Hkum

“Sinar Pagi” beralamat di Jl. M. Nasir No. 67 Rt.007 Rw.001 KelurahanCilodong Kecamatan Cilodong Kota Depok Provinsi Jawa Barat, terdaftar dalam Register Surat Kuasa Khusus Kepaniteraan Pengadilan Agama Bekasi No. 593/Adv./V/2023 tanggal 04-04-2023, disebut sebagai TERGUGAT.

Pengadilan Agama tersebut;

Hal. 1 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 1

(2)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Telah membaca dan mempelajari berkas perkara;

Setelah mendengar keterangan Penggugat dan Tergugat;

Telah memeriksa bukti surat dan saksi-saksi di persidangan;

DUDUK PERKARA

Menimbang, bahwa Penggugat dengan surat gugatannya tertanggal 04 April 2023 yang telah terdaftar di Kepaniteraan Pengadilan Agama Bekasi dengan register perkara Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks. tanggal 04 April 2023, mengemukakan dalil-dalil sebagai berikut:

KEWENANGAN PENGADILAN AGAMA BEKASI

Undang-Undang Nomor : 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama pasal 73 ayat (1) menyatakan : “Gugatan perceraian diajukan oleh istri atau kuasanya kepada Pengadilan yang daerah hukumnya meliputi tempat kediaman penggugat, kecuali apabila penggugat dengan sengaja meninggalkan tempat kediaman bersama tanpa izin tergugat.”

Adapun Gugatan Penggugat berdasarkan alasan-alasan hukum sebagai berikut:

PENGGUGAT DAN TERGUGAT TELAH MELANGSUNGKAN PERNIKAHAN

1. Bahwa antara Penggugat dan Tergugat telah melangsungkan pernikahan untuk membentuk rumah tangga yang sakinah, mawadah dan warahmah, pada tanggal 14 Maret 2020 sebagaimana diterangkan dalam Kutipan Akta Nikah No. 0229/49/III/2020 tanggal 14 Maret 2020 (19 Rojab 1441 H) yang dikeluarkan oleh Kantor Urusan Agama Kecamatan Tebet, Kotamadya Jakarta Selatan, DKI Jakarta. (BUKTI P.3)

2. Bahwa setelah menikah Penggugat dan Tergugat XXX rumah orang tua PENGGUGAT.

3. Bahwa selama masa perkawinan antara Penggugat dan Tergugat telah dilahirkan seorang anak bernama XXX, di Jakarta pada tanggal 31 Juli 2021. (BUKTI P.4)

Hal. 2 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 2

(3)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

4. Bahwa kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat yang pada mulanya dalam keadaan sakinah, mawadah dan warahmah, meskipun memang ada pertengkaran-pertengkaran kecil yang umum terjadi antara suami-istri namun hal tersebut tidak menjadi masalah antara Penggugat dan Tergugat.

TERGUGAT MERASA TIDAK NYAMAN TINGGAL DI RUMAH ORANG TUA PENGGUGAT DAN SERING KALI MENDIAMKAN/TIDAK BERBICARA DENGAN PENGGUGAT

5. Bahwa kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat yang sakinah, mawadah dan warahmah mulai goyah disebabkan ketika Tergugat mulai sering kali mediamkan/tidak berbicara dengan Penggugat tanpa Penggugat tahu penyebab mengapa Tergugat bertindak seperti itu kepada Penggugat;

6. Bahwa pada sekitar tanggal 3 Desember 2022 Tergugat kembali mendiamkan/tidak berbicara dengan Penggugat. Dan saat Penggugat menanyakan kepada Tergugat kenapa Tergugat mendiamkan Penggugat, Tergugat tidak menjawab dan hanya diam saja.

7. Bahwa pada tanggal 10 – 14 Desember 2022 Penggugat berada di Yogyakarta menghadiri pernikahan sepupu Penggugat dan saat itu Tergugat tidak ikut karena Tergugat memberi alasan bahwa pada tanggal 14 Desember 2022 Tergugat ada jadwal mengajar secara offline di Kampus tempat Tergugat mengajar di Bekasi, walaupun kenyataannya Tergugat tidak mengajar secara offline tetapi mengajar secara online dari rumah.

8. Bahwa saat berada di Yogyakarta tersebut Penggugat mengirimkan pesan WhatsApp kepada Tergugat yang isi pesannya menanyakan beberapa hal yang harus dijelaskan Tergugat kepada Penggugat mengenai kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat termasuk mengenai sikap Tergugat yang seringkali mendiamkan Penggugat tanpa Penggugat tahu

Hal. 3 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 3

(4)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

penyebabnya mengapa hal itu dilakukan Tergugat, namun Tergugat tidak membalas pesan WhatsApp tersebut;

9. Bahwa baru pada tanggal 19 Desember 2022 Tergugat mengajak Penggugat untuk membahas pesan WhatsApp yang Penggugat kirimkan saat Penggugat berada di Yogyakarta kepada Tergugat tersebut dengan mengatakan “Ayo, mau ngomong apa?”. Tergugat meminta Penggugat untuk membuka daftar hal-hal ditanyakan Penggugat kepada Tergugat dalam pesan WhatsApp yang dikirimkan Penggugat kepada Tergugat tersebut.

10. Bahwa pada saat itu Penggugat menanyakan kepada Tergugat : “Kamu ngerasa nggak nyaman di sini?”. Tergugat lalu menyampaikan hal-hal yang selama ini Tergugat pendam yaitu bahwa :

 Tergugat merasa tidak mendapatkan privasi sebagaimana yang Tergugat inginkan selama Tergugat dan Penggugat tinggal di kediaman bersama di rumah orang tua Penggugat.

Walaupun faktanya selama Tergugat dan Penggugat tinggal di rumah orang tua Penggugat, Tergugat jarang keluar kamar jika tidak ada keperluan.

 Tergugat juga merasa orangtua Penggugat terlalu banyak ikut campur urusan rumah tangga Penggugat dan Tergugat.

Padahal selama ini yang terjadi orang tua Penggugat tidak pernah mencampuri urusan rumah tangga Penggugat dan Tergugat.

 Tergugat juga meyampaikan sejak awal pernikahan ketika orang tua Penggugat merenovasi kamar untuk Penggugat dan Tergugat tinggal seharusnya hal tersebut tidak dilakukan, namun menurut Tergugat seharusnya orang tua Penggugat membelikan Penggugat dan Tergugat rumah untuk tempat tinggal Penggugat dan Tergugat dan

Hal. 4 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 4

(5)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

seharusnya orang tua Penggugat menyuruh Penggugat untuk tinggal bersama Tergugat, bukan Tergugat yang harus tinggal bersama Penggugat di rumah orang Penggugat.

Padahal kenyataannya Tergugat tidak pernah menyampaikan kepada orangtua Penggugat agar Penggugat tinggal dengan Tergugat.

11. Bahwa Penggugat sangat merasa sakit hati atas semua yang disampaikan Tergugat tersebut bahwa Tergugat selama ini memendam mengapa selama ini Tergugat tidak pernah jujur menyampaikan hal tersebut kepada Penggugat.

TERGUGAT BERTINDAK KASAR DAN MEMAKI PENGGUGAT DENGAN KATA-KATA KASAR SERTA MEMINTA CERAI

12. Bahwa setelah TERGUGAT menyampaikan perasaan yang Tergugat pendam selama ini terhadap Penggugat dan Keluarga Penggugat, kemudian Tergugat meminta agar Penggugat ikut Tergugat tinggal di Pamulang rumah orang tua Tergugat setelah Tergugat menyelesaikan studinya di China.

Namun Penggugat menolak karena sejak awal perkawinan Penggugat sudah mengajak Tergugat mengontrak rumah untuk tempat tinggal Penggugat dan Tergugat, namun Tergugat menolak ajakan Penggugat tersebut dan Penggugat juga mengatakan kepada Tergugat bahwa Penggugat juga tidak akan mendapat privasi jika tinggal di Pamulang bersama orang tua Tergugat. Tergugat lalu membentak sambil menghentak- hentakkan telunjuknya ke dahi Penggugat, “Lo mau tunggu orangtua gue mati dulu? Lo tuh siapa? Lo bukan siapa-siapa!”.

13. Bahwa Tergugat kemudian bertanya lagi kepada Penggugat, “Jadi, lo nggak mau tinggal di Pamulang?

Penggugat menjawab, “Tidak.” Tergugat lalu berkata, Oh ya sudah, cerai aja.” dan berkata kasar pada Penggugat:

Cewek brengsek lo!” “Anjing lo!” “Lo jebak gue ya?! Lo cari sana orang kaya biar bisa beli rumah!” “Lo nggak

Hal. 5 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 5

(6)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

diajarin agama ya sama orangtua lo?! Penggugat hanya diam dan menangis. Lalu Tergugat mengatakan, Ditunggu surat gugatannya. Lo yang gugat ya. Karena percuma kalau gue yang gugat, gue nggak akan menang. Al gue bawa.”

14. Bahwa hari itu ketika malam sebelum tidur Tergugat kembali mengatakan kepada Penggugat agar Penggugat menggugat cerai Tergugat, “Gue kasih lo waktu 1 bulan buat ngomong (perihal cerai ini) ke Ayah dan Uma (ibu saya) ya. Kalo lo nggak mau, gue yang bilang! Atas perkataan Tergugat ini Penggugat sangat sakit hati dan saya pikir ini sudah menjadi keputusan bulat Tergugat.

TERGUGAT PERGI MENINGGALKAN TEMPAT KEDIAMAN BERSAMA DAN BELUM KEMBALI SAMPAI SAAT GUGATAN INI DIAJUKAN.

15. Bahwa setelah pertengkaran Penggugat dan Tergugat tersebut, tanpa ada pemberitahuan kepada Penggugat pada tanggal 22 Desember 2022 Tergugat meninggalkan tempat tinggal bersama Penggugat dan Tergugat di XXX Penggugat, dan Penggugat mencari tahu bahwa Tergugat ternyata pulang ke rumah orang tua Tergugat di XXX dan tidak kembali hingga saat gugatan ini diajukan;

16. Bahwa pada tanggal 11 Februari 2023 Penggugat mencoba berkomunikasi dengan Tergugat dengan mengirimkan pesan melalui WA kepada Tergugat yang isinya pada pokoknya sehubungan dengan sikap dan perlakuan Tergugat terhadap Penggugat yang terjadi selama ini, Penggugat menyampaikan tidak bisa lagi hidup bersama lagi sebagai isteri Tergugat dan Penggugat akan mengajukan gugatan cerai terhadap Tergugat sesuai dengan keinginan Tergugat, namun Tergugat sama sekali tidak menjawab/membalas atas pesan WA Penggugat tersebut.

Hal. 6 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 6

(7)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

17. Tanggal 12 Februari 2023 Penggugat kembali mengirimkan pesan melalui WA kepada Tergugat yang isinya sehubungan dengan anak Penggugat dan Tergugat namun kembali Tergugat juga sama sekali tidak memberikan respons/tidak menjawab atas pesan WA Penggugat tersebut.

18. Tanggal 21 Februari 2023 Penggugat kembali mengirimkan pesan melalui WA kepada Tergugat dan Tergugat membalas pesan tersebut dengan mengirimkan pesan WA kepada Penggugat, namun isi pesan WA Tergugat tidak ada sama sekali menanggapi pesan WA Penggugat terdahulu padahal pesan WA Penggugat terdahulu berkaitan dengan permasalah rumah tangga Penggugat dan Tergugat. Hal ini membuat Penggugat semakin yakin bahwa Tergugat tidak mempunyai keinginan lagi untuk mempertahankan kehidupan rumah tangga dengan Penggugat dan Tergugat.

19. Bahwa ikatan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat sebagaimana diterangkan diatas, sudah tidak ada harapan untuk kembali membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah warahmah sebagaimana maksud dan tujuan dari suatu perkawinan, Penggugat sudah tidak sanggup lagi untuk mempertahankannya, kehidupan rumah tangga Penggugat dan Tergugat sudah tidak ada lagi kebahagiaan lahir dan batin sehingga lebih baik diputus karena perceraian sebagaimana menurut Kompilasi Hukum Islam pada Pasal 116 huruf (f)

20. Bahwa berdasarkan hal-hal tersebut diatas, permohonan Penggugat untuk mengajukan gugatan perceraian terhadap Tergugat atas dasar pertengkaran yang terjadi terus-menerus dan tidak mungkin hidup rukun dalam suatu ikatan perkawinan dan Tergugat tanpa ada pemberitahuan kepada Penggugat pergi meninggalkan tempat kediaman bersama sejak tanggal 22 Desember 2022 dan tidak kembali lagi sampai saat ini telah memenuhi isi Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah No. 9 tahun

Hal. 7 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 7

(8)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

1975 jo Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, sehingga berdasar hukum untuk menyatakan Gugatan Cerai ini dikabulkan.

21. Bahwa untuk memenuhi ketentuan Pasal 84 ayat (1) Undang-Undang No. 7 Tahun 1989 yang diubah dengan Undang- Undang No. 3 Tahun 2006 tentang Peradilan Agama serta Surat Edaran Mahkamah Agung No. 28/TUADA-AG/X/2002 tanggal 22 Oktober 2002, Penggugat memohon kepada Ketua Pengadilan Agama Bekasi memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Bekasi untuk mengirimkan salinan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada Kantor Urusan Agama di tempat tinggal Penggugat dan Tergugat dan Kantor Urusan Agama tempat perkawinan Penggugat dan Tergugat untuk dicatat dalam register yang tersedia untuk itu.

22. Bahwa Penggugat memohon agar Tergugat dihukum untuk membayar nafkah mut’ah kepada Penggugat sebesar Rp.

30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah).

23. Bahwa Penggugat memohon agar Tergugat dihukum untuk membayar nafkah iddah kepada Penggugat selama 3 (tiga) bulan total jumlah sebesar Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah).

24. Bahwa Penggugat memohon hak pengasuhan anak Penggugat dan Tergugat yang bernama XXX yang masih di bawah umur diberikan kepada Penggugat.

25. Bahwa Penggugat memohon agar Tergugat dihukum untuk menanggung biaya pemeliharaan dan pendidikan XXX sesuai dengan kebutuhannya sampai dewasa dan dapat berdiri sendiri.

26. Bahwa Penggugat mohon Ketua Pengadilan Agama Bekasi cq Majelis Hakim perkara aquo menjatuhkan putusan menghukum Tergugat untuk membayar biaya perkara yang timbul.

PERMOHONAN

Hal. 8 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 8

(9)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Berdasarkan seluruh uraian diatas, Penggugat memohon kepada Majelis Hakim Pengadilan Agama Bekasi cq Majelis Hakim perkara aquo kiranya berkenan untuk memeriksa dan memutuskan sebagai berikut:

Primair:

1. Menerima dan mengabulkan Gugatan Penggugat untuk seluruhnya.

2. Menyatakan perkawinan antara Penggugat dan Tergugat putus karena perceraian dengan segala akibat hukumnya.

3. Menjatuhkan talak satu ba’in sughraa Tergugat (XXX) terhadap Penggugat (XXX.).

4. Memerintahkan Panitera Pengadilan Agama Bekasi untuk mengirimkan salinan putusan yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap kepada Kantor Urusan Agama Bekasi di tempat tinggal Penggugat dan Tergugat dan Kantor Urusan Agama Kecamatan Tebet Jakarta Selatan tempat perkawinan Penggugat dan Tergugat untuk dicatat dalam register yang tersedia untuk itu.

5. Menghukum Tergugat untuk untuk membayar nafkah mut’ah kepada Penggugat sebesar sebesar Rp. 30.000.000,- (tiga puluh juta rupiah),-

6. Menghukum Tergugat untuk membayar nafkah iddah selama 3 (tiga) bulan total jumlah sebesar Rp. 15.000.000,- (lima belas juta rupiah).

7. Memberikan hak pengasuhan anak Penggugat dan Tergugat yang bernama XXX kepada Penggugat.

8. Menghukum Tergugat untuk menanggung biaya pemeliharaan dan pendidikan XXX sesuai dengan kebutuhannya sampai dewasa dan dapat berdiri sendiri.

9. Membebankan biaya perkara yang timbul kepada Tergugat.

Subsidair:

Apabila Ketua Pengadilan Agama Bekasi cq Majelis Hakim perkara aquo berpendapat lain, mohon putusan yang seadil-adilnya (ex aequo et bono).

Bahwa pada hari dan tanggal sidang yang telah ditetapkan Penggugat

Hal. 9 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 9

(10)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

didampingi kuasanya dan Tergugat telah menghadap di persidangan;

Bahwa Majelis Hakim selama persidangan berlangsung tetap memberikan nasehat kepada Penggugat dan Tergugat agar mengurungkan keinginannya untuk bercerai dan mencoba kembali membina rumah tangga yang sakinah, mawaddah wa rahmah;

Bahwa untuk mengoptimalkan upaya perdamaian tersebut, Ketua Majelis telah menunjuk Dra. Hj. Nurroh Sunah, S.H. selaku mediator untuk melakukan upaya mediasi, namun telah ternyata berdasarkan laporan tertulis dari mediator yang bersangkutan tertanggal 06 Juni 2023 menyatakan upaya mediasi telah dilaksanakan dan terkait pokok perkara tidak berhasil mencapai kesapakatan damai (gagal);

Bahwa terkait akibat dari perceraian, antara Penggugat dengan Tergugat telah tercapai kesepakatan tertanggal 06 Juni 2023, pada pokoknya sebagai berikut:

1.

Pengasuhan anak Penggugat dengan Tergugat yang bernama: XXX, laki- laki, lahir tanggal 31 Juli 2021 diasuh bersama antara Penggugat dengan Tergugat;

2.

Nafkah anak sebesar Rp 5.000.000,00 (lima juta rupiah) tiap bulan di luar biaya pendidikan dan kesehatan sampai anak tersebut dewasa atau dapat mandiri;

Bahwa terhadap kesepakatan tersebut, Penggugat dengan Tergugat mengakui dan membenarkanya, dan tidak ada perubahan terkait kesepakatan tersebut;

Bahwa selanjutnya pemeriksaan perkara ini dilanjutkan diawali dengan membacaan surat gugatan Penggugat yang isi pokoknya tetap dipertahankan oleh Penggugat dengan tanpa ada perubahan maupun tambahan;

Bahwa atas gugatan Penggugat tersebut, Tergugat telah mengajukan jawaban secara lisan sepanjang dapat disimpulkan pada pokoknya membenarkan dalil-dalil gugatan Penggugat dan tidak keberatan bercerai dengan Penggugat;

Hal. 10 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 10

(11)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Bahwa berdasarkan jawaban Tergugugat yang membenarkan dan mengakui dalil-dalil gugatan Pemggugat dan tidak keberatan bercerai denga Tergugat, maka janwab jinawab dipandang cukup;

Bahwa untuk menguatkan dalil-dalil gugatan, jawaban, replik dan duplik, Majelis Hakim telah memberikan kesempatan yang sama kepada pihak Penggugat maupun pihak Tergugat. Kesempatan terlebih dahulu diberikan kepada Penggugat, lalu Penggugat telah mengajukan bukti-bukti sebagai berikut:

I. Bu

kti Surat

1. Fotokopi Surat Keterangan Domisili Nomor 475/56- Ki.Jtc.Pemtrantibum, tanggal 09 Maret 2023 atas nama Andania, yang dikeluarkan oleh Lurah Jaticempaka Kecamatan Pondok Gede Kota Bekasi, telah bermeterai cukup dan di-nazegeling, yang oleh Ketua Majelis telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, diberi tanggal, diberi tanda P.1 dan diparaf;

2. Fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor 3276030610870004 tanggal 15 Juli 2022 atas nama XXX, yang dan dikeluarkan oleh Pemerintah Kota Bekasi, telah bermeterai cukup dan di-nazegeling, yang oleh Ketua Majelis telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, diberi tanggal, diberi tanda P.2 dan diparaf;

3. Fotokopi Kutipan Akta Nikah Nomor 0279/49/III/2020 tanggal 14 Maret 2020 atas nama Penggugat dan Tergugat yang dicatat dan dikeluarkan oleh Pegawai Pencatat Nikah Kantor Urusan Agama (KUA) Kecamatan Tebet Kota Jakarta Selatan, telah bermeterai cukup dan di- nazegeling, yang oleh Ketua Majelis telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, diberi tanggal, diberi tanda P.3 dan diparaf;

4. Fotokopi Kutipan Akta Kelahiran Nomor 3276-LT-11072022-0143 tanggal 12 Jul 2022 atas nama XXX, yang dicatat dan dikeluarkan oleh Pejabat Pencatatan Sipil Kota Depok, telah bermeterai cukup dan di- nazegeling, yang oleh Ketua Majelis telah dicocokkan dengan aslinya ternyata cocok, diberi tanggal, diberi tanda P.4 dan diparaf;

Hal. 11 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 11

(12)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

II. Bukti Saksi:

1. XXX, telah memberikan keterangan di bawah sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut:

- Bahwa Saksi kenal dengan Penggugat karena saksi adalah Bibi Penggugat;

- Bahwa setelah menikah Penggugat dengan Tergugat tinggal di rumah orang tua Penggugat;

- Bahwa selama pernikahan tersebut Penggugat dengan Tergugat telah hidup bersama sebagaimana layaknya suami istri dan telah dikaruniai keturunan 1 orang anak;

- Bahwa Saksi tahu semula rumah tangga Penggugat dengan Tergugat berjalan rukun dan harmonis, namun kemudian sekarang sudah tidak harmonis lagi dan sering berselisih;

- Bahwa Saksi tidak tahu penyebabnya perselisihan mereka, tetapi tahu sekarang Penggugat dengan Tergugat sudah berpisah tempat tonggal karena Tergugat pergi meninggalkan Penggugat dan anaknya, sampai sekarang sudah sekitar 5 bulan lamanya;

- Bahwa Saksi sudah pernah menasehati Penggugat, tetapi Penggugat tetap ingn bercerai dengan Tergugat;

- Bahwa Saksi tidak sanggup untuk merukunkan Penggugat dengan Tergugat;

2. XXX, telah memberikan keterangan di bawah sumpah yang pada pokoknya sebagai berikut:

- Bahwa Saksi kenal dengan Penggugat karena saksi adalah Teman Penggugat;

- Bahwa setelah menikah Penggugat dengan Tergugat tinggal di rumah orang tua Penggugat;

- Bahwa Saksi tahu rumah tangga Penggugat dengan Tergugat telah dikaruniai 1 orang anak;

- Bahwa Saksi tahu rumah tangga Penggugat denganTergugat sekarang sudah tidak rukun lagi, dan sering terjadi perselisihan;

Hal. 12 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 12

(13)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

- Bahwa Saksi tidak tahu penyebabnya perselisihan mereka, tetapi tahu sekarang Penggugat dengan Tergugat sudah berpisah tempat tonggal, dan Tergugat yang pergi meninggalkan Penggugat dan anaknya, dan sampai sekarang sudah mencapai sekitar 5 bulan lamanya Tergugat tidak pernah kembali;

- Bahwa Saksi sudah pernah menasehati Penggugat, tetapi Penggugat tetap ingn bercerai dengan Tergugat;

- Bahwa Saksi tidak sanggup untuk merukunkan Penggugat dengan Tergugat;

Bahwa Tergugat tidak mengajukan bukti-bukti, meskipun Majelis telah memberina kesempatan untuk mengajukanya;

Bahwa Penggugat telah menyampaikan kesimpulannya secara lisan yang pada intinya tetap pada pendiriannya sebagaimana yang tercantum dalam surat gugatan Penggugat dan tetap pada kesepakatan tertanggal 06 Juni 2023.

Demikian pula Tergugat menyampaikan kesimpulan secara lisan pada pokoknya tetap pada dali-dalil jawabanya serta tetap pada kesepatan tertanggal 06 Juni 2023;

Bahwa untuk mempersingkat uraian putusan ini cukup ditunjuk kepada hal-hal sebagaimana yang tercantum dalam berita acara sidang perkara ini yang merupakan satu kesatuan yang tidak terpisahkan dengan putusan ini.

PERTIMBANGAN HUKUM

Menimbang, bahwa maksud dan tujuan gugatan Penggugat adalah sebagaimana tersebut di atas;

Menimbang, bahwa berdasarkan posita gugatan Penggugat, Majelis Hakim dapat menyimpulkan bahwa perkara tersebut mengenai sengketa perkawinan yang menjadi wewenang Peradilan Agama sebagaimana yang tercantum dalam Pasal 49 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 tentang Perubahan atas Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan Penggugat telah mendalilkan mengenai tempat domisili Penggugat yang berada di wilayah hukum Pengadilan Agama Bekasi, maka berdasarkan ketentuan Pasal 73 ayat (1) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang

Hal. 13 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 13

(14)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009, maka Pengadilan Agama Bekasi berwenang menerima, memeriksa, mengadili dan memutus gugatan Penggugat;

Menimbang, bahwa oleh sebab antara Penggugat dan Tergugat terdapat hubungan perkawinan sebagai suami istri yang belum pernah putus (bercerai), maka dapat dinyatakan keduanya memiliki kepentingan hukum untuk bertindak sebagai pihak dalam perkara ini (persona standi in judicio) dan mempunyai kualitas untuk mengajukan tuntutan dalam sengketa bidang perkawinan, sebagaimana diatur dalam Pasal 14 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 73 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana yang telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006 dan perubahan kedua dengan Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009;

Menimbang, bahwa pada hari dan tanggal persidangan yang telah ditetapkan Penggugat dan Tergugat telah dipanggil untuk menghadap ke persidangan, panggilan tersebut dinilai oleh Majelis Hakim telah dilaksanakan oleh petugas yang cakap dan dilakukan secara resmi serta patut sesuai dengan ketentuan Pasal 55 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, terakhir dengan perubahan kedua Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 jo. Pasal 26 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 dan Pasal 138 Kompilasi Hukum Islam, atas panggilan tersebut Penggugat didampingi Kuasanya dan Tergugat telah hadir di persidangan;

Menimbang, berdasarkan Pasal 39 ayat (1) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 65 dan Pasal 82 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2006, terakhir dengan perubahan kedua Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 jo.

Pasal 31 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 serta Pasal 143 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam, Majelis Hakim telah berusaha mendamaikan dengan cara menasihati Penggugat supaya bersabar dan berupaya supaya rukun kembali dengan Tergugat;

Hal. 14 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 14

(15)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Menimbang, berdasarkan Pasal 130 HIR dan Pasal 4 Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Prosedur Mediasi di Pengadilan, bahwa dalam perkara perdata inklusif didalamnya mengenai perkara perceraian wajib dilaksanakan mediasi, karenannya Majelis Hakim telah mewajibkan kepada kedua belah pihak yang berperkara untuk menempuh mediasi, dan untuk keperluan itu Ketua Majelis telah menunjuk Dra. Hj. Nurroh Sunah, S.H. selaku mediator dalam perkara ini;

Menimbang, bahwa berdasarkan laporan proses mediasi dari mediator tersebut tanggal 06 Juni 2023 yang pada pokoknya menyatakan upaya mediasi dalam perkara ini telah dilaksanakan tetapi terkait pokok perkara tidak mencapai kesepakatan damai. Aapaun terkait akibat perceraian kedua belah pihak telah terjadi kesepakatan tertanggal 06 Juni 2023 sebagaimana tersebut di atas;

Menimbang, bahwa dari dalil-dalil gugatan Penggugat tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi alasan diajukannya perkara Cerai Gugat ini adalah karena alasan perceraian sebagaimana yang terdapat pada Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam yaitu adanya perselisihan dan pertengkaran terus menerus antara suami istri dan tidak ada harapan lagi untuk kembali rukun;

Menimbang, bahwa untuk dikabulkannya gugatan perceraian karena alasan sebagaimana Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, maka harus memenuhi beberapa unsur sebagai berikut: (1) Rumah tangga sudah tidak harmonis, terus menerus terjadi perselisihan dan pertengkaran. (2) Perselisihan dan pertengkaran tersebut menyebabkan suami istri tidak ada harapan untuk rukun kembali. (3) Pengadilan sudah berusaha mendamaikan, namun tidak berhasil;

Menimbang, bahwa dari proses jawab menjawab yang telah dilakukan oleh Penggugat dan Tergugat, Majelis Hakim dapat menyimpulkan bahwa telah ada dalil-dalil Penggugat, Tergugat telah mengakui dan membanarkan dalil-dalil

Hal. 15 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 15

(16)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

gugatan Penggugat, serta pada pokoknya tidak keberatan untuk bercerai dengan Penggugat;

Menimbang, bahwa dari proses jawab-menjawab antara Penggugat dan Tergugat di persidangan, pada intinya Tergugat menerima dan membenarkan dalil-dalil yang diajukan oleh Penggugat serta tidak kebertaan bercerai dengan Pemggugat, maka sebagaimana Pasal 174 HIR, pengakuan pihak dimuka sidang merupakan bukti yang sempurna dan mengikat, oleh karenanya gugatan Penggugat telah terbukti;

Menimbang, bahwa dalam undang-undang perkawinan terdapat prinsip mempersulit perceraian dalam artian warga negara Indonesia tidak dapat mempermainkan lembaga pernikahan yang sakral dengan seenaknya melakukan perceraian tanpa alasan yang dibenarkan peraturan perundang- undangan, dan khusus dalam kasus-kasus perceraian wajib mencari kebenaran materil bukan hanya sekedar kebenaran formil disamping untuk menghindari timbulnya kesepakatan bercerai tanpa alasan yang sah menurut hukum dan berdasarkan Yurisprudensi Mahkamah Agung RI Nomor 863 K/Pdt/1990 tanggal 28 Nopember 1991 yang menyatakan bahwa tidaklah dibenarkan dalam perkara perceraian semata-mata didasarkan pada pengakuan dan atau adanya kesepakatan saja, karena dikhawatirkan timbulnya kebohongan (de groten langen). Begitupula dalam hukum Islam pernikahan bukanlah sebagai ikatan perdata biasa akan tetapi sebagai mitsaqan ghalidhan (ikatan yang kokoh), sehingga bagi suami istri haram hukumnya bercerai tanpa alasan yang dibenarkan oleh hukum. Disamping itu, berdasarkan Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan menentukan bahwa gugatan perceraian karena alasan perselisihan dan pertengkaran, Majelis Hakim harus terlebih dahulu mendengarkan keterangan dari pihak keluarga atau orang- orang yang dekat dengan suami istri tersebut. Dengan demikian, Penggugat diwajibkan untuk membuktikan dalil-dalil yang dikemukakannya sebagaimana ketentuan Pasal 163 HIR.;

Menimbang, bahwa untuk menguatkan dalil gugatannya, Penggugat telah mengajukan alat bukti berupa alat bukti surat yang ditandai dengan kode (P.1

Hal. 16 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 16

(17)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

sd. P.4) dan telah menghadirkan alat bukti saksi di persidangan, yaitu:XXX dan Goldenatasya binti Augustinus Pangaribuan. Tergugat telah mengajukan bukti- bukti meskipun Majelis Hakim telah memberikan kaesempatan untuk mengajukanya.;

Menimbang, bahwa bukti surat berkode P.1 (berupa Surat Keterangan Domisili atas nama Penggugat), bukti P.2 (berupa fotokopi KTP atas nama Tergugat), dan P.3 (berupa fotokopi Kutipan Akta Nikah atas nama Penggugat dan Tergugat). Bukti-bukti tersebut merupakan fotokopi sah dari merupakan akta autentik, telah dicocokkan dengan aslinya, khusus dibuat sebagai alat bukti, telah diberi meterai cukup dan telah di-nazageling, maka berdasarkan ketentuan Pasal 1888 KUH Perdata dan Pasal 2 ayat (3) Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1985 tentang Bea Materai serta Pasal 2 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2000 tentang Perubahan tarif Bea Materai dan Besarnya Batas Pengenaan Harga Nominal Yang dikenakan Bea Materai, harus dinyatakan alat bukti tersebut telah memenuhi persyaratan formil dan dapat diterima, dan secara materiil dapat dipertimbangkan karena alat bukti tersebut memuat keterangan yang menguatkan dan relevan dengan dalil gugatan Penggugat;

Menimbang, bahwa alat bukti kode P.1, P.2 dan P.3 sebagaimana tersebut di atas, merupakan akta otentik yang berdaya bukti sempurna dan mengikat yang memberi bukti identitas Penggugat dan Tergugat telah sesuai dengan yang tercantum dalam surat permohonan Penggugat, identitas Penggugat dengan Tergugat telah sesuai sebagaimana tercantum dalam gugatan Penggugat, dan antara Penggugat dengan Tergugat masih terikat dalam perkawinan sah, dan telah sesuai dengan ketentuan Pasal 164 HIR jo. Pasal 2 ayat (1) dan (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 jo. Pasal 7 ayat (1) Kompilasi Hukum Islam;

Menimbang, bahwa saksi-saksi dari Penggugat maupun Tergugat telah memberikan keterangan di persidangan secara terpisah dan telah mengucapkan sumpah menurut agama yang dianutnya, sedangkan adanya hubungan dekat atau adanya hubungan keluarga antara Penggugat dan saksi- saksi merupakan ketentuan khusus dalam perkara perceraian atau sengketa

Hal. 17 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 17

(18)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

mengenai kedudukan para pihak, sebagaimana yang tertuang dalam Pasal 145 ayat (2) HIR jo. Pasal 22 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 Tentang Perkawinan, dari kriteria-kriteria tersebut Majelis Hakim menilai bahwa saksi-saksi tersebut telah memenuhi syarat formil sebagai saksi;

Menimbang, bahwa untuk memenuhi syarat materil alat bukti saksi, maka berdasarkan ketentuan Pasal 171 (2) HIR, 172 HIR, dan 171 (1) HIR, saksi- saksi tersebut harus memberikan keterangan yang dialami, didengar dan dilihat sendiri, keterangan yang diberikan tersebut harus mempunyai sumber pengetahuan yang jelas dan keterangan yang diberikan oleh saksi harus saling bersesuaian satu dengan yang lain;

Menimbang, bahwa dari saksi-saksi yang dihadirkan Penggugat maupun Tergugat di persidangan, Majelis Hakim menilai bahwa keterangan-keterangan saksi yang memenuhi syarat materil sehingga dapat dinilai sebagai bukti adalah sebagai berikut:

1. Bahwa Penggugat dan Tergugat telah hidup bersama sebagaimana layaknya suami istri dan telah dikaruniai keturunan 1 orang anak;

2. Bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat saat ini sudah tidak rukun karena antara Penggugat dan Tergugat terjadi perselisihan dan pertengkaran yang berkelanjutan;

3. Bahwa penyebab pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat tidak mengetahui persis, dan yang saksi ketahui antara Penggugat dengan Tergugat telah berpisah tempat tinggal, karena Tergugat pergi meninggalkan Penggugat dan anak sejak tanggal 22 Desember 2022, dan tidak pernah kembali sampai diajukannya gugatan perceraian di pengadilan;

4. Bahwa antara Penggugat dengan Tergugat sudah tidak ada komunikasi yang baik lagi dari sejak berpisah sampai sekarang;

Menimbang, bahwa berdasarkan dalil-dalil dari Penggugat yang telah diakui oleh Tergugat, serta dikuatkan dengan bukti-bukti yang diajukan oleh Penggugat dan Tergugat, serta pengakuan Tergugat atas dalil-dalil gugatan Penggugat, serta kejadian-kejadian yang terjadi selama persidangan, Majelis

Hal. 18 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 18

(19)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Hakim telah menemukan fakta-fakta dan akan Majelis pertimbangkan sebagai berikut:

Menimbang, bahwa berdasarkan keterangan para saksi yang dikuatkan dengan alat bukti surat berkode P.3 dan P.4 berupa fotokopi Kutipan Akta Nikah yang telah memenuhi syarat formil dan material dan dibenarkan Tergugat, dapat dinyatakan terbukti bahwa Penggugat dengan Tergugat telah terikat perkawinan yang sah sejak tanggal 14 Maret 2020 dan telah dikaruniai 1 orang anak. Dengan adanya fakta tersebut pemeriksaan perkara perceraian ini dapat dilanjutkan karena antara Penggugat dan Tergugat memiliki hubungan hukum sebagai suami istri, sehingga Penggugat mempunyai kedudukan hukum (legal standing) untuk mengajukan perkara ini ke Pengadilan Agama;

Menimbang, bahwa berkaitan dengan gugatan perceraian yang diajukan oleh Penggugat sebagai isteri, Majelis Hakim berpendapat bahwa perceraian merupakan pintu darurat untuk menyelesaikan konflik dalam sebuah ikatan pernikahan, oleh karenanya perceraian hanya dibenarkan dalam keadaan terpaksa, dengan memenuhi pelbagai persyaratan tertentu, terkait hal tersebut peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan perkawinan telah membatasi warga negara Indonesia untuk melakukan perceraian kecuali apabila terdapat alasan perceraian sebagaimana yang termaktub dalam Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang Pelaksanaan Undang- Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jis. Pasal 116 Kompilasi Hukum Islam, Pasal 76 Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Pasal 34 ayat (3) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan;

Menimbang, oleh karena suami istri dilarang untuk bercerai tanpa alasan yang sah menurut hukum, maka Majelis Hakim akan mendalami, apakah dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat telah ada alasan perceraian sebagaimana yang diperbolehkan oleh hukum Islam dan atau peraturan perundang-undangan yang berlaku, selanjutnya dalam perkara ini, Penggugat telah mendalilkan adanya alasan perceraian sebagaimana yang terdapat pada Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 tentang

Hal. 19 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 19

(20)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan jo.

Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam;

Menimbang, bahwa keterangan para saksi tentang perselisihan dan pertengkaran antara Penggugat dan Tergugat, Majelis Hakim menilai bahwa keterangannya tersebut telah berdasarkan atas pengetahuan sendiri secara langsung adanya perselisihan antara Penggugat dengan Tergugat, tahu antara Penggugat dengan Tergugat telah berpisah tempat tinggal sejak sekitar kurang lebih 5 bulan lamanya, dan selama pisah tersebut tidak ada hubungan dan komunikasi yang baik antara Penggugat dan Tergugat, dan dihubungkan dengan pengakuan Tergugat yang membenarkan atas dalil-dalil gugatan Penggugat serta tidak keberatan untuk bercerai dengan Penggugat, maka berdasarkan fakta-fakta tersebut telah cukup untuk membuktikan dalil-dalil gugatan Penggugat;

Menimbang, bahwa selama proses persidangan berlangsung, Majelis Hakim telah mengupayakan perdamaian dengan memberi nasihat kepada Penggugat supaya bersabar dan berusaha rukun lagi dengan Tergugat, namun Penggugat tetap dengan pendiriannya untuk bercerai dengan Tergugat, demikian pula Tergugat menyatakan di hadapan sidang pada dasarnya tidak keberatan bercerai dengan Penggugat. Hal tersebut menunjukan fakta bahwa Penggugat dan Tergugat sudah tidak ingin mempertahankan dan meneruskan rumah tangganya;

Menimbang, bahwa Majelis Hakim dalam perkara ini juga mempertimbangkan apakah rumah tangga Penggugat dan Tergugat tersebut masih dapat dipertahankan atau tidak, karenanya apabila selama proses persidangan kedua belah pihak atau salah satu pihak tidak bersedia lagi meneruskan kehidupan rumah tangga dengan pasangannya, maka apabila rumah tangga tersebut dipaksakan, akan sulit untuk mencapai visi misi membentuk rumah tangga yang sakinah, mawadah wa rahmah, karena keduanya sudah tidak bisa disatukan, hal ini terjadi juga kepada rumah tangga Penggugat dan Tergugat;

Menimbang, bahwa dengan adanya fakta antara Penggugat dengan Tergugat telah berpisah tempat tinggal, Penggugat tidak ingin meneruskan

Hal. 20 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 20

(21)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

rumah tangga dengan Tergugat, dan Tergugat pada dasarnya tidak keberatan untuk bercerai denga Penggugat, hal ini menunjukan bahwa rumah tangga Penggugat dan Tergugat telah pecah sedemikian rupa dan tidak ada harapan akan hidup rukun lagi dalam rumah tangga sebagaimana tujuan adanya pernikahan;

Menimbang, bahwa dengan adanya fakta-fakta tersebut di atas, apabila dihubungkan dengan Yurisprudensi Mahkamah Agung Republik Indonesia tanggal 17 Maret 1999 nomor 237/K/AG/1998 yang mengandung abstrak hukum, bahwa berselisih, cekcok, hidup berpisah, tidak dalam satu tempat kediaman bersama, salah satu pihak dan atau kedua belah pihak tidak berniat untuk meneruskan kehidupan bersama dengan pihak lain, hal itu adalah merupakan fakta hukum yang cukup untuk menjelaskan adanya perselisihan dan pertengkaran dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat;

Menimbang, Majelis Hakim berpendapat, bahwa dengan meneruskan rumah tangga yang sudah tidak terjalin harmonis hanya akan membuat salah satu pihak atau bahkan kedua belah pihak dalam keadaan teraniaya (dzulm), maka hal tersebut merupakan bukti adanya kemudhorotan dalam rumah tangga Penggugat dan Tergugat, maka sudah sepatutnya kemudhorotan tersebut dihilangkan, Terkait hal tersebut Majelis Hakim sependapat dengan pendapat ahli hukum Islam dalam kitab Madza Hurriyat Azzauzaini Fii Athalaq, Juz 1, halama 83 yang diambil alih oleh Majelis Hakim sebagai pendapat sendiri, yang berbunyisebagai berikut:

Artinya: Islam memilih lembaga talak/perceraian ketika rumah tangga sudah dianggap goncang serta dianggap sudah tidak bermanfaat lagi nasehat perdamaian dan hubungan suami istri menjadi tanpa ruh (hampa) sebab dengan meneruskan perkawinan berarti menghukum salah satu suami isteri dengan penjara yang berkepanjangan. Hal ini adalah aniaya yang bertentangan dengan semangat keadilan.

Hal. 21 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 21

(22)

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Mahkamah Agung Republik Indonesia

Menimbang, bahwa secara sosiologis suatu perkawinan yang didalamnya sering terjadi perselisihan dan pertengkaran akan sulit untuk mewujudkan rumah tangga bahagia yang penuh rahmah dan kasih sayang seperti yang diharapkan setiap pasangan suami istri, justru sebaliknya mempertahankan perkawinan seperti itu (rumah tangga yang sudah pecah/retak) bisa menimbulkan dan mengakibatkan akibat negatif bagi semua pihak dan kesemuanya itu bisa mendatangkan mudharat, oleh karena itu harus dicari kemaslahatannya (yang terbaik), hal ini sesuai pula dengan kaidah fiqh yang berbunyi sebagai berikut:

Artinya: Menolak kesusahan (madlarat) itu harus didahulukan (diutamakan) daripada mengambil kemaslahatan.

Menimbang, bahwa untuk kemaslahatan Penggugat dan Tergugat maka jalan perceraian merupakan pilihan yang terbaik bagi Penggugat dan Tergugat serta dengan fakta-fakta yang telah dipertimbangkan tersebut di atas, Majelis Hakim menilai bahwa unsur-unsur untuk dikabulkanya sebuah perceraian berdasarkan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo.

Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, telah terpenuhi;

Menimbang, bahwa hukum perceraian menurut Islam berkisar pada hukum haram, wajib, sunat, mubah dan makruh, dan dalam perkara ini perceraian menjadi diperbolehkan, dan oleh karena Imsak bil Ma'ruf tidak berhasil maka perceraian dianggap sebagai Tasrih bi Ihsan;

Menimbang, oleh karena Penggugat telah berhasil membuktikan adanya alasan perceraian sesuai dengan Pasal 19 huruf (f) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 jo. Pasal 116 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam, sedangkan usaha perdamaian sesuai dengan Pasal 130 HIR dan Peraturan Mahkamah Agung Nomor 1 Tahun 2016 tentang Proses Mediasi di Pengadilan tidak dapat dilaksanakan karena Tergugat tidak pernah hadir dan usaha damai oleh Majelis Hakim sesuai Pasal 82 ayat (2) Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama dan perubahannya dan Pasal 31 ayat (1) dan (2) serta Pasal 22 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 9 Tahun 1975 ternyata

Hal. 22 dari 26 Hal. Putusan Nomor 1254/Pdt.G/2023/PA.Bks

Disclaimer

Kepaniteraan Mahkamah Agung Republik Indonesia berusaha untuk selalu mencantumkan informasi paling kini dan akurat sebagai bentuk komitmen Mahkamah Agung untuk pelayanan publik, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan fungsi peradilan. Namun dalam hal-hal tertentu masih dimungkinkan terjadi permasalahan teknis terkait dengan akurasi dan keterkinian informasi yang kami sajikan, hal mana akan terus kami perbaiki dari waktu kewaktu.

Dalam hal Anda menemukan inakurasi informasi yang termuat pada situs ini atau informasi yang seharusnya ada, namun belum tersedia, maka harap segera hubungi Kepaniteraan Mahkamah Agung RI melalui :

Email : kepaniteraan@mahkamahagung.go.id Telp : 021-384 3348 (ext.318) Halaman 22

Referensi

Dokumen terkait

Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia Mahkamah Agung Republik Indonesia sembilan