Namun tergugat tetap bungkam karena hal ini menimbulkan pertengkaran dan perselisihan antara penggugat dan tergugat; Bahwa pada bulan September 2022, terjadi pertengkaran dan perselisihan antara penggugat dan tergugat yang disebabkan oleh hal yang sama, yaitu tergugat masih menjalin hubungan dengan laki-laki, dan tergugat meminta agar penggugat menceraikan penggugat begitu saja. delapan ratus ribu rupee), buktinya telah dibubuhkan oleh kantor pos dan giro, tetapi bukti tersebut tidak dapat dibandingkan dengan aslinya, maka ia diberi kode bukti (P.9).
Sedangkan Pemohon dan Termohon pernah menceritakan kepada saksi bahwa penyebab perselisihan dan pertengkaran yang timbul antara Pemohon dan Termohon adalah Pemohon berselingkuh dengan perempuan lain dan Termohon juga pernah berselingkuh dengan laki-laki lain, namun saksi lupa nama perempuan dan laki-laki lainnya.
Mahkamah Agung Republik Indonesia
Bahwa saksi mengetahui bahwa Pemohon dan Termohon tidak lagi serumah dan tinggal di kamar yang berbeda selama kurang lebih 9 bulan; Bahwa saksi mengetahui bahwa sejak perceraian penggugat dan tergugat tidak pernah lagi berhubungan dan tidak menunaikan kewajibannya sebagai suami istri dan penggugat dan tergugat tidak lagi saling menjaga satu sama lain; Bahwa saksi mengetahui bahwa pada awalnya rumah tangga antara terdakwa dan pemohon rukun dan rukun, namun sejak Agustus 2021 rumah tangga antara terdakwa dan tergugat sudah tidak harmonis lagi karena sering terjadi perselisihan dan pertengkaran;
Bahwa saksi tidak pernah melihat atau mendengar secara langsung perselisihan dan pertengkaran yang terjadi antara pemohon dan tergugat, hanya saja terdakwa pernah menceritakan kepada saksi bahwa rumah tangganya tidak harmonis lagi karena penggugat mempunyai wanita idaman lain; Bahwa rumah tangga Pemohon dengan Terdakwa sudah tidak harmonis lagi, sering terjadi perselisihan dan pertengkaran, karena Terdakwa mempunyai hubungan dengan laki-laki lain yaitu tetangga Pemohon dan Terdakwa sendiri. Namun tergugat tetap bungkam karena hal ini menimbulkan adu mulut dan perselisihan antara pemohon dan tergugat, yang puncaknya pemohon dan tergugat tidak lagi tinggal serumah dan tinggal terpisah sejak September 2022 hingga saat ini;
Binti Soekoestoer dan Soewarto Bin Jimin telah memenuhi syarat formil dan materiil alat bukti dan kedua saksi tersebut telah memberikan keterangan bahwa pada dasarnya keluarga pemohon dan tergugat sudah tidak rukun lagi karena telah terjadi perselisihan dan pertengkaran yang berujung pada pemohon. dan responden. mereka sudah tidak tinggal satu rumah lagi dan sudah pisah rumah selama kurang lebih 9 bulan dan berdasarkan hal tersebut, keterangan kedua saksi justru memperkuat dalil permohonan pemohon; Keluarga antara Pemohon dan Termohon sudah tidak harmonis karena sering terjadi perselisihan dan pertengkaran yang sangat sulit untuk didamaikan karena sama-sama berselingkuh, dimana Pemohon berselingkuh dengan perempuan lain sedangkan Tergugat juga berselingkuh. pria lain; Sedangkan Penggugat dan Tergugat tidak lagi tinggal serumah dan sudah tinggal terpisah selama kurang lebih 9 bulan;
Bahwa berdasarkan fakta-fakta tersebut di atas, Majelis berpendapat dalil-dalil dan alasan permohonan Pemohon terbukti benar, oleh karena itu rumah tangga Pemohon dengan Termohon dianggap sebagai perkawinan putus yang sangat sulit. mendamaikan dan tidak ada harapan hidup rukun kembali dalam membangun rumah tangga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 39 ayat (2) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974; Hal ini menunjukkan betapa sulitnya bagi Pemohon dan Termohon untuk bersatu dan tidak ada lagi harapan untuk hidup rukun dalam membangun rumah tangga;
ناسحإبحيرست
Bahwa pemohon tidak mempunyai riwayat penyakit berat yang menghalanginya untuk bekerja dan pemohon tidak mempunyai tanggungan; Menimbang bahwa perpecahan rumah tangga antara pemohon dan tergugat terlihat dari adanya perselisihan dan pertengkaran antara pemohon dan tergugat yang pada akhirnya mengakibatkan pemohon dan tergugat terpisah dari tempat tinggalnya (Scheiding van). . tafel than bed) sejak Februari 2023 hingga saat ini, serta upaya perdamaian. Apa yang dilakukan pihak keluarga dan majelis hakim dalam persidangan kasus ini tidak membuahkan hasil. Mengingat dalam hal ini majelis harus mengambil dalil dari Al-Quran Surat Al-Baqarah ayat 229 yang berbunyi.
وأفورعمب
ناترم
قلطلا
Mut’ah
Menimbang bahwa berdasarkan Pasal 41 huruf (c) Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan disebutkan: “Pengadilan dapat membebankan kewajiban kepada mantan suami untuk memberikan nafkah dan/atau kewajiban bagi mantan suami untuk memberikan nafkah kepada mantan suaminya. isterinya”, juga menurut Pasal 149 huruf (a) Kompilasi Hukum Islam, bahwa: “dalam hal perkawinan putus karena perceraian, maka bekas suami wajib memberikan hak mut’ah kepada perempuan bekas isterinya itu, kecuali wanita itu adalah qabla dukhul”.
تاقلطمللوعاتم
فورعملاب
نهوعتمفنهوحرسو
احارسليمج
Nafkah Iddah
Menimbang bahwa dalam perkara tunjangan iddah, majelis pengadilan harus menyatakan ketentuan huruf (c) Pasal 41 UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, yang menyatakan: “Pengadilan dapat mewajibkan mantan suami untuk memberikan biaya nafkah dan/atau menetapkan kewajiban bagi mantan istri.” Mengingat tergugat dalam rekonpensasi, walaupun ditunjuk sebagai nusyuz isteri tergugat dalam rekonpensasi, namun dalam persidangan penggugat dalam rekonpensasi dengan sukarela memberikan nafkah untuk iddah, maka majelis pengadilan wajib memvonis tergugat rekonpensasi untuk memberikan tunjangan iddah sesuai dengan ketentuan yang berlaku. kemampuan terdakwa sebesar satu juta rupee); Mengingat penyelesaian perkara perceraian sangat berbeda dengan penyelesaian perkara pada umumnya, yang diatur secara konkrit dan relatif dapat dilakukan secara sukarela atau paksa setelah putusan perkara tersebut bersifat final permanen atau inkracht van gewijsde.
Mengingat lahirnya undang-undang no. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan, sebagaimana telah diubah menjadi Undang-undang No. 16 Tahun 2019 tentang Perubahan Atas UU No. 1 Tahun 1974 tentang Perkawinan dan UU No. 7 Tahun 1989 tentang Kehakiman, jika kita memperhitungkan bahwa menjamin hak-hak perempuan sekaligus menuntut laki-laki memenuhi kewajibannya dalam lembaga perkawinan dan lebih khusus lagi dalam memenuhi beban-beban laki-laki, atau dalam hal ini kewajiban suami mengenai pembayaran-pembayaran yang harus dibayar. untuk menceraikan. Mengingat ketentuan normatif Pasal 70(3) UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama hanya mengatur teknis pelaksanaan tata cara ikrar talak terhadap putusan permohonan izin talak talak yang mempunyai kekuatan hukum tetap, sebaliknya ketentuan tersebut tidak mengatur pelaksanaannya terhadap putusan hasil perkawinan. perceraian . Mengingat Mahkamah Agung, dengan Keputusan Mahkamah Agung No. 3 Tahun 2017 tentang Pedoman Penanganan Kasus Perempuan Melanggar Hukum untuk Menjamin Hak Perempuan yang Diadili di Pengadilan.
Standar ini juga disepakati dalam rapat pleno Kamar Keagamaan Mahkamah Agung dan selanjutnya dituangkan dalam Surat Edaran Nomor 1 Tahun 2017 tanggal 19 Desember 2017 yang menegaskan bahwa kewajiban pembayaran akibat perceraian dapat dimasukkan dalam putusan hakim. “dibayar pada saat perjanjian cerai diucapkan”. Menimbang bahwa majelis hakim berpendapat bahwa hidup mut'ah dan iddah merupakan kewajiban yang harus dipenuhi ketika janji talak dilaksanakan, sehingga terkabulnya hidup mut'ah dan iddah. Menimbang bahwa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan tersebut di atas, maka majelis hakim memandang tepat untuk menjatuhkan hukuman kepada penggugat guna memenuhi hak penggugat atau isteri penggugat balik dalam membayar beban akibat perceraian tergugat atau isteri untuk menjamin kelangsungan hidup. pengembalian. Tergugat harus membayar kepada Penggugat Rekonsiliasi beban yang timbul akibat perceraian berupa hidup Iddah dan Mut’ah sebagaimana pertimbangan di atas, paling lambat pada saat sidang penyelesaian perceraian.
Tentang Nafkah Anak
نإإَف
نُهوُتآَف
نُهَروُج ُأ
نُهُقْزإر ُهَل
Ayat ini menekankan siapa yang mempunyai tugas untuk menjamin terpenuhinya kebutuhan hidup anak berupa pangan dan sandang.
يذخام
ىفكءرملاب
امثإنأ
توقي
نإىلع
يفاحلص
دلونم
ةقفنوةوسكو
ةمداخو
Menimbang hal tersebut, berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, mempertimbangkan kemampuan kerja Tergugat Pengakuan sebagai Sopir Truk sebagaimana dipertimbangkan di atas. Menimbang bahwa atas dasar pertimbangan-pertimbangan tersebut dan sesuai dengan penghasilan yang telah dipertimbangkan di atas serta potensi yang dimiliki oleh Tergugat Pengakuan sebagai seorang laki-laki yang memungkinkannya untuk dapat mencari penghasilan tambahan lainnya. Menimbang bahwa berdasarkan Surat Edaran Mahkamah Agung Nomor 4 Tahun 2016 tentang Pelaksanaan Perumusan Hasil Rapat Pleno Kamar Mahkamah Agung Tahun 2016 Sebagai Pedoman Pelaksanaan Tugas Mahkamah menyatakan bahwa “Pengadilan Agama dapat secara ex officio menetapkan suatu nafkah anak kepada bapaknya apabila anak itu benar-benar berada dalam pengasuhannya, ibunya, sebagaimana diatur dalam Pasal 156 huruf (f) Kompilasi Hukum Islam.”
Mengingat dengan bertambahnya usia Bagus Eka Ramadhani bin Bambang Riyanto dan Syafina Putri Jelita binti Bambang Riyanto, maka kebutuhan makan dan minum, pendidikan, kesehatan, rekreasi dan lain sebagainya juga semakin meningkat setiap tahunnya. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka majelis hakim memandang tepat untuk menambah hukuman pelunasan terdakwa agar dapat membayarkan upah layak kepada penggugat ganti rugi kepada Bagus Eka Ramadhani bin. Menimbang bahwa majelis hakim menilai penambahan 10% (sepuluh persen) setiap tahun atas nafkah Bagus Eka Ramadhani bin Bambang Riyanto dan Syafina Putri Jelita binti Bambang Riyanto tidak melanggar doktrin “Ultra Petitum Partium” sebagaimana dimaksud dalam pasal 178, ayat 3, DIA.
Padahal, beban tergugat gugatan balik ini berlaku apabila terdapat dua orang anak yang berada dalam pengasuhan dan pengasuhan penggugat gugatan balik. Menimbang, menurut majelis hakim, tunjangan anak yang tidak dibayarkan pada masa lalu tidak bersifat mutlak lil intifa' (memperoleh atau memanfaatkan) sesuai aturan yang tertuang dalam putusan Mahkamah Agung nomor 608 K/AG/2003 tanggal 23 Maret 2005. Menimbang bahwa berdasarkan surat Mahkamah Agung, Surat Edaran Nomor 2 Tahun 2019, tanggal 27 November 2019 tentang Pelaksanaan Perumusan Hasil Sidang Paripurna Kamar Mahkamah Agung Tahun 2019 sebagai pedoman bagi pelaksanaan tugas di hadapan Mahkamah, disebutkan bahwa “nafkah madliyah) seorang anak yang ditelantarkan oleh bapaknya dapat digugat oleh ibunya atau orang lain yang sebenarnya mengasuh anak tersebut.”
Ayah sebagai penanggung jawab anak dilarang menelantarkan anaknya sebagaimana diatur dalam Pasal 76 B Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 35 Tahun 2014 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2002 tentang Perlindungan Anak yang menyatakan: “Setiap orang dilarang menempatkan, mengizinkan, melibatkan, memerintahkan untuk melibatkan anak-anak dalam situasi pelecehan dan penelantaran.” Tergugat Rekonpensi menjatuhkan hukuman untuk membayar nafkah 2 (dua) orang anak penggugat Rekonpensi dan tergugat Rekonpensi bernama ANAK PERTAMA, lahir di Rembang 05 Januari 2006, umur 17 tahun dan ANAK KEDUA, lahir di Rembang 14 Juli 2014, berumur 9 tahun dengan jumlah minimal Rp satu juta lima ratus ribu rupiah) setiap bulannya, oleh Termohon tidak termasuk biaya pendidikan dan kesehatan dengan kenaikan sebesar 10 (sepuluh) persen setiap tahunnya pada tahun-tahun berikutnya, terhitung sejak putusan ini mempunyai kekuatan hukum tetap sampai dengan anak tersebut. sudah dewasa dan mandiri;