• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancang Bangun Pembelajaran Mata Pelatihan dan Rencana Pembelajaran

N/A
N/A
Sulastri Purba

Academic year: 2025

Membagikan "Rancang Bangun Pembelajaran Mata Pelatihan dan Rencana Pembelajaran"

Copied!
88
0
0

Teks penuh

(1)

PELATIHAN WIDYAISWARA PENYESUAIAN/ INPASSING BERBASIS E-LEARNING

RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN

MATA PELATIHAN dan

RENCANA PEMBELAJARAN

Penulis :

Ir. Brisma Renaldi, MM.

PUSAT PEMBINAAN JABATAN FUNGSIONAL BIDANG PENGEMBANGAN KOMPETENSI PEGAWAI ASN LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA RI

MODUL

(2)

PELATIHAN WIDYAISWARA INPASSING

MATA PELATIHAN

Rancang Bangun Pembelajaran Mata Diklat dan Rencana Pembelajaran Mata Diklat

Oleh:

Ir. Brisma Renaldi, MM

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

JAKARTA, 2016

(3)

ii

LEMBAGA ADMINISTRASI NEGARA REPUBLIK INDONESIA

KATA PENGANTAR

Salah satu aspek yang penting dalam sistem Pelatihan adalah tenaga pengajar, yang dalam hal ini adalah Widyaiswara, karena perannya sebagai ujung tombak dalam penyelenggaraan Pelatihan. Widyaiswaralah yang langsung berinteraksi dengan peserta Pelatihan dalam kelas dengan berbagi informasi, pengetahuan, dan pengalaman. Lebih dari itu, Widyaiswara juga memberikan motivasi dan juga menjadi inspirasi bagi peserta Pelatihan. Dalam pendek kata, peran Widyaiswara menentukan pemahaman dan kemampuan peserta dalam mengasilkan outcome Pelatihan.

Dengan peran strategis tersebut, Widyaiswara dituntut untuk semakin profesional karena hanya dengan kualifikasi yang mumpuni, Widyaiswara dapat melaksanakan tugasnya dengan baik dalam mengelola kelas-kelas dalam Pelatihan Aparatur Sipil Negara (ASN). Oleh karena itu untuk menjamin profesionalisme Widyaiswara, Lembaga Administrasi Negara (LAN) telah merevisi pengaturan tentang Pelatihan Widyaiswara Penyesuaian/Inpassing yang diantaranya merubah kurikulum Pelatihan dan metode Pelatihan yang mengedepankan Teknologi dan Informasi melalui e-Leraning agar dapat memenuhi tuntutan perubahan.

Untuk mendukung penyelenggaraan Pelatihan Widyaiswara Penyesuaian/Inpassing berbasis e-Learning, diperlukan adanya modul yang menjadi standar materi dalam Pelatihan Widyaiswara Penyesuaian/Inpassing berbasis e-Learning dan mempermudah peserta dalam memahami maksud pembelajaran materi yang diajarkan. Dengan demikian, modul ini lebih merupakan

(4)

iii

pedoman bagi pengajar yang diharapkan selalu dikembangkan/disempurnakan materinya untuk menjamin kualitas penyelenggaraan Pelatihan.

Dengan diterbitkannya modul ini, meskipun isinya telah dikembangkan dengan seoptimal mungkin, namun tak dapat dipungkiri masih terdapat kekurangan dan ketidaksempurnaan. Oleh karena itu kami selalu mengharapkan saran dan masukan dari para stakeholders demi peningkatan materi modul dan kualitas Pelatihan Widyaiswara Penyesuaian/Inpassing. Selanjutnya, kepada para penulis, kami sampaikan banyak terima kasih dan penghargaan atas kontribusi dan kerjasamanya.

Akhirnya, semoga Tuhan selalu meridhoi usaha kita semua. Amin.

(5)

iv

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ... ii

DAFTAR ISI ... iv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

A. Latar Belakang

... 1

B. Deskripsi Singkat

... 2

C. Manfaat Modul

... 2

D. Tujuan Pembelajaran

... 2

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

... 3

F. Petunjuk Belajar

... 4

BAB II KERANGKA PIKIR DALAM RANCANGAN PEMBELAJARAN ... 6

A. Dasar Pemikiran

... 6

1. Empat komponen: peserta diklat, tujuan, metode, dan evaluasi

... 6

2. Analisis Topik

... 9

B. Sifat Desain Pembelajaran

... 11

1. berorientasi pada pebelajar

... 11

2. alur berpikir sistem atau sistemik

... 11

3. teori: teori belajar dan pembelajaran

... 11

4. Peran Analisis Kebutuhan

... 13

C. Beberapa istilah terkait Rancangan Pembelajaran

... 14

1. pengembangan pembelajaran (instructional development)

... 14

2. sistem pembelajaran (instructional systems)

... 15

3. istilah lain yang sering digunakan untuk desain pembelajaran menurut Kemp, et al.hal. 11, diantaranya yaitu :

... 15

D. Rangkuman

... 16

E. Latihan

... 16

F. Evaluasi dan Tindak Lanjut

... 19

BAB III MODEL DESAIN PEMBELAJARAN ... 20

A. Dasar Pemikiran

... 20

1. variasi model

... 20

2. contoh perbedaan model desain pembelajaran

... 21

(6)

v

B. Komponen Dasar

... 23

1. perbedaan struktur komponen

... 23

2. sifat

... 24

C. Model Desain Pembelajaran

... 26

1. Model berbasis sistem (systems-oriented)

... 27

2. Model materi ajar atau pengetahuan (content-based)

... 28

3. Model Produk

... 31

4. Model kegiatan belajar-mengajar (classroom-oriented)

... 33

D. Rangkuman

... 35

E. Latihan

... 36

F. Evaluasi dan Tindak Lanjut

... 38

BAB IV KATEGORISASI PENGETAHUAN ... 40

A. Kategori Pengetahuan

... 40

1. Alasan Kategori Pengetahuan

... 40

2. Pendapat Pakar

... 42

B. Analisis Kategori Pengetahuan

... 43

1. Fakta

... 43

2. Konsep

... 45

3. Prinsip

... 46

4. Prosedur

... 47

5. Kemampuan Antarpribadi (Interpersonal Skills)

... 47

6. Sikap (Attitudes)

... 48

7. Metakognitif (Metacognitive Knowledge)

... 49

C. Penerapan Kategori Pengetahuan

... 51

D. Penerapan di Kelas

... 53

E. Evaluasi dan Tindak Lanjut

... 53

BAB V MODEL RANCANG BANGUN PEMBELAJARAN MATA PELATIHAN DAN RENCANA PEMBELAJARAN MATA PELATIHAN ... 54

A. Rancang Bangun

... 54

B. Jenjang Capaian dan Kompetensi

... 55

C. Pemetaan Kompetensi

... 56

1. Kompetensi / kemampuan dasar

... 56

2. Kompetensi pendukung

... 56

(7)

vi

3. Kompetensi / kemampuan madya

... 56

4. Kompetensi / kemampuan mahir

... 56

5. Rumusan Hasil Belajar/ Kompetensi

... 57

D. Rancang Bangun Diklat

... 57

1. Identifikasi perilaku dan karakteristik awal peserta

... 57

2. Analisis Pembelajaran

... 58

3. Strategi Pembelajaran

... 60

4. Evaluasi Belajar

... 64

E. Contoh Rancang Bangun Diklat

... 65

1. Nama Diklat dan Mata Diklat

... 66

2. Alokasi Waktu

... 66

3. Deskripsi Singkat

... 66

4. Hasil Belajar

... 67

5. Indikator Hasil Belajar

... 67

6. Materi Pokok Sub Materi Pokok

... 68

7. Metode

... 68

8. Media dan Alat Bantu

... 68

9. Estimasi waktu

... 68

10. Referensi

... 69

F. Contoh Rencana Pembelajaran

... 70

1. Nama diklat dan mata diklat

... 70

2. Alokasi Waktu

... 71

3. Deskripsi Singkat

... 71

4. Tujuan Pembelajaran

... 71

5. Materi Pokok Dan Sub Materi Pokok

... 71

6. Alokasi waktu

... 71

7. Kegiatan Belajar Mengajar

... 71

8. Uraian pembelajaran (Kegiatan Fasilitator-Peserta)

... 71

9. Metode

... 72

10. Media dan alat bantu

... 72

11. Evaluasi / penilaian

... 72

12. Alokasi Waktu

... 73

(8)

vii

13. Daftar pustaka/referensi

... 73

14. Contoh Penerapan

... 74

G. Rangkuman

... 75

H. Latihan

... 75

I. Evaluasi dan Tindak Lanjut

... 75

BAB VI PENUTUP ... 76

A. Simpulan

... 76

B. Tindak lanjut

... 76

DAFTAR PUSTAKA ... 78

(9)

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Untuk mampu mengajar dengan baik, seorang fasilitator memerlukan kompetensi ‘kedua’ selain kompetensi pertama yakni kemampuan terhadap substansi disiplin ilmu yang akan ditularkan kepada pebelajar. Kompetensi kedua ini memberi bekal kepada para fasilitator untuk memoles terutama cara menyajikan topik menjadi lebih menarik,teratur, dan terpadu dengan kompetensi yang terkandung dalam materi. Hal ini merupakan bagian integral dari teaching performance (kinerja mengajar) seorang fasilitator atau widyaiswara dimana saja, untuk jenjang pendidikan apa saja. Tentu saja harus ada upaya khusus yang dilakukan oleh fasilitatortadi agar kinerja mengajarnya bagus. Seringkali pebelajar mengalami kesulitan dalam memahami isi pelajaran. Salah satu aspek yang mempengaruhinya yaitu penyajian dan tehnik pengolahan mata diklat ini.

Penyajian materi yang baik, proses belajar yang efektif memerlukan rancangan kegiatan yang cermat. Modul ini sudah tentu membahas hal tersebut. Temukan uraiannya pada bab II sampai dengan dan bab IV. Kedua bab tersebut mengupas bagaimana sebenarnya ilmu itudan landasan keilmuan desain pembelajaran.

Bab V menjelaskan kategori dan karakteristik setiap ilmu atau pengetahuan.

Dengan menyusun skema analisis, maka Anda diharapkan dapat menemukan jalan pintas (shortcuts) kegiatan belajar-mengajar tanpa secara langsung menyusun suatu lesson-plan tetapi tetap memperhatikan proses belajar.

Bab VI mengupas rancangan KBM langsung. Salah satu model yang diterapkan adalah RBPMP/RPMD (Rancang Bangun pembelajaran Mata Pelatihan/Rencana Pembelajaran Mata Diklat). Selain itu, modul ini juga menawarkan prosedur pengelolaan KBM agar interaksi berjalan kondusif.

(10)

2

Dengan dua alternatif ini, setiap fasilitator mampu mengembangkan ilmunya lebih baik lagi. Antara ilmu dan kinerja mengajar berjalan seiring. Singkatnya, klien KBM sebenarnya yaitu pebelajar dapat ‘menikmati’ proses belajarnya.

B. Deskripsi Singkat

Modul Rancang Bangun Pembelajaran Mata Pelatihan dan Rencana Pembelajaran membahas; kerangka pikir dalam rancangan pembelajaran, termasuk di dalamnya aspek dasar pemikiran, sifat dan beberapa istilah terkait rancangan pembelajaran; model desain pembelajaran; kategorisasi pengetahuan; serta model rancang bangun pembelajaran mata diklat dan rencana pembelajaran mata diklat.

C. Manfaat Modul

Sebagai seorang fasilitator, yang memiliki keahlian tertentu, Anda akan memahami:

1. pentingnya peranan desain pembelajaran bagi penyampaian mata diklat dan proses belajar, dari Bab II dan III.

2. bagaimana menyampaikan materi diklat dari pendekatan topik,yaitu berdasarkan kategorinya. Sebagai fasilitator, ini merupakan masukan bagi Anda, karena Anda dapat memperoleh masukan teknis mengenai tehnik penyampaian pesan yang benar berdasarkan kajian keilmuan dari mata diklat.

3. kompetensi rancangan dan rencana pembelajaran secara umum merupakan nilai tambah bagi Anda sebagai fasilitator karena penerapannya dapat dilakukan di mana saja dan untuk materi apa saja.

D. Tujuan Pembelajaran 1. Hasil Belajar

Anda dapat menerapkan prinsip-prinsip desain pembelajaran model RBPMP/RP bagi mata diklat yang Anda terapkan sesuai dengan kaidah yang berlaku.

(11)

3

2. Adapun Indikator keberhasilan yang akan dicapai adalah setelah mempelajari modul ini peserta diharapkan dapat:

a.

menjelaskan beberapa istilah terkait desain pembelajaran dengan baik

b.

membandingkan karakteristik model-model desain pembelajaran dengan benar

c.

mengidentifikasi mata diklat ditinjau dari kategori pengetahuan menjadi fakta, konsep, prinsip, prosedur, metakognitif, kemampuan antar pribadi dan sikap

d.

Menyusun Rancang Bangun dan Rencana Pembelajaran Mata Diklat dengan baik dan benar

E. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok

Modul ini membahas beberapa pokok bahasan yang terbagi atas 4 BAB berkaitan dengan isi, yaitu:

II. Bab II Kerangka Pikir Dalam Rancangan Pembelajaran A. Dasar Pemikiran

B. Sifat RancanganPembelajaran

C. Beberapa Istilah terkait Rancangan Pembelajaran D. Rangkuman

E. Latihan

III. Bab III Model Desain Pembelajaran A. Dasar Pemikiran

B. Komponen Dasar

C. Model desain pembelajaran:

1. systems-oriented : Rothwell & Kazanas 2. content-oriented : Merrill

3. product-oriented : Rowntree 4. classroom-oriented : Gagne IV. Bab IV Katagorisasi Pengetahuan (Ilmu)

A. Kategori Pengetahuan

B. Analisis Kategori Pengetahuan C. fakta

D. konsep E. prinsip

(12)

4

F. prosedur

G. kemampuan interpersonal H. sikap

I. metakognitif

J. Penerapan Kategori Pengetahuan V. Bab V Model RBPMD/RPMD

A. Rancang Bangun

B. Jenjang capaian dan Kompetensi C. Pemetaan Kompetensi

D. Rancang Bangun Diklat E. Contoh RBPMD

F. Contoh RPMD G. Rangkuman H. Latihan VI. Bab VI Penutup

Merupakan kesimpulan menyeluruh dari Bab I sampai dengan Bab V yang melengkapi modul ini sebagai suatu sistem pembelajaran.

F. Petunjuk Belajar

Untuk mendukung kelancaran pemahaman modul ini, Anda kami anjurkan untuk melaksanakan beberapa hal seperti yang diuraikan di bawah ini.

1. Bentuklah tim diskusi agar Anda dapat berlatih dengan teman calon sejawat Anda.

2. Kerjakanlah Latihan yang ada pada setiap bab dalam modul ini.

Gunakan kunci jawaban atau rambu-rambu jawaban untuk ‘mengukur’

kompetensi Anda setelah membaca setiap bab.

3. Kajiulang lesson plan yang pernah Anda buat selama ini, kemudian cobalah melakukan penilain sendiri atas lesson plan tadi sambil Anda pelajari modul ini.

4. Selain modul ini, cobalah baca buku:

Suparman, M. Atwi (1997). RancanganInstruksional. Jakarta : PAU PPAI Universitas Terbuka.

5. Jika menemui kesulitan, cobalah berdiskusi dengan pakar terkait dengan isi modul ini.

(13)

5

(14)

6

BAB II

KERANGKA PIKIR DALAM RANCANGAN PEMBELAJARAN

A. Dasar Pemikiran

Dalam bidang teknologi pendidikan, desain pembelajaran merupakan subbidang yang banyak peminatnya. Hal ini terlihat dari kemajuan model- model yang ditampilkan sangat cepat berkembang dan bertambah. Inovasi dalam model desain pembelajaran seringkali dipengaruhi oleh perkembangan teori belajar dan pembelajaran serta kemajuan teknologi komputer yang dimanfaatkan untuk belajar. Sebenarnya, esensi desain pembelajaran cukup sederhana dan mudah dipahami.

Perhatikan penjabaran dua model berikut yang menjadi cikal bakal desain pembelajaran sebagai berikut.

1. Empat komponen: peserta diklat, tujuan, metode, dan evaluasi Esensi desain pembelajaran mengacu kepada peserta diklat, tujuan pembelajaran, metode dan penilaian. Keempat komponen ini merupakan komponen dasar bagi model-model desain pembelajaran yang telah ada seperti yang dikemukakan oleh Kemp, Morrison, & Ross, 1994.

Indikator Keberhasilan, diharapkan peserta dapat :

Menjabarkan beberapa model desain pembelajaran, menjabarkan sifat desain pembelajaran, dan menjelaskan beberapa istilah terkait desain pembelajaran.

(15)

7

Bacalah penjelasan berikut.

a. Pebelajar

Berbagai istilah yang berkembang di Indonesia terkait dengan pebelajar ini diantaranya adalah peserta diklat, mahapeserta diklat, peserta pelatihan, dan seterusnya. Namun uraian ini tidak akan membahas mengapa istilah pebelajar berbeda. Uraian ini menjelaskan alasan-alasan rasional mengenai hal-hal yang patut dipertimbangkan tentang pihak yang belajar.

Apapun desain pembelajaran dan mataajaran yang disampaikan, perlu kiranya diketahui bahwa yang sebenarnya dilakukan oleh para perancang adalah menciptakan situasi belajar yang kondusif sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dan pebelajar merasa nyaman dan termotivasi dalam proses belajarnya. Pebelajar sebelum dan selama belajar dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor baik fisik maupun mental. Kelelahan secara fisik dapat mengurangi konsentrasi karena merasa mengantuk, sedangkan kelelahan mental dapat mengurangi daya tangkap dia untuk memahami materi ajar.

(16)

8

Selain itu, materi ajar yang disajikan juga berperan besar. Sebagai contoh, tampilan buku atau modul yang menarik dapat menimbulkan minat belajar, sedangkan penyajian isi yang menarik dapat menimbulkan rasa ingin tahu yang besar. Dalam kelas konvensional, widyaiswara atau fasilitator dapat berpengaruh terhadap keberhasilan belajar. Pemaparan materi yang menarik, gaya bicara widyaiswara dapat pula mendukung atau menghambat proses belajar.

Apakah Anda dapat memikirkan hal lain mengenai pebelajar ini?

Bagaimana dengan kemampuan awal pebelajar?

b. tujuan pembelajaran

Akhir-akhir ini, tujuan pembelajaran banyak diperbincangkan orang terutama kaitannya dengan kompetensi. Setiap rumusan tujuan pembelajaran selalu dikembangkan berdasarkan kompetensi yang harus dimiliki oleh pebelajar jika ia selesai belajar. Desain instruksional memadukan kebutuhan pebelajar dengan kompetensi yang harus dia kuasai nanti setelah selesai belajar.

Tehnik merumuskan tujuan pembelajaran dapat Anda baca pada Bab V : Model RBPMP/RPMP.

c. metode

Metode terkait dengan strategi pembelajaran yang sebaiknya dirancang agar proses belajar berjalan mulus. Metode adalah cara- cara atau tehnik yang dianggap jitu untuk menyampaikan materi ajar. Dalam desain pembelajaran langkah ini sangat penting karena metode inilah yang menentukan situasi belajar yang sesungguhnya.

Di lain pihak, kepiawaian seorang desainer pembelajaran juga terlihat dalam cara dia menentukan metode ini. Metode sebagai strategi pembelajaran biasa dikaitkan dengan media, dan waktu yang tersedia untuk belajar. Pada konsep sederhana ini, metode adalah komponen strategi pembelajaran yang sederhana.

(17)

9

d. penilaian

Konsep ini menganggap menilai hasil belajar pebelajar sangat penting. Indikator keberhasilan pencapaian suatu tujuan belajar dapat diamati dari penilaian hasil belajar ini. Seringkali penilaian diukur dengan kemampuan menjawab dengan benar sejumlah soal- soal obyektif. Penilaian dapat juga dilakukan dengan format nonsoal, yaitu dengan instrumen pengamatan, wawancara, kwesioner, dan sebagainya.

Ketiga pakar ini yakin bahwa keempat aspek tadi menjadi konsep ilmiah dalam menentukan suatu desain pembelajaran.

Perkembangan desain pembelajaran menurut mereka telah mengalami sedikit pergeseran seperti ilustrasi yang mereka kembangkan atas versi berbeda dari desain pembelajaran.

Cobalah bandingkan model desain pembelajaran sederhana dengan empat komponen tadi dengan model desain pembelajaran yang berikut. Mana yang lebih mudah atau menarik ? Mengapa ?

2. Analisis Topik

Kutipan gambar berikut menunjukan bahwa ketiga pakar tadi telah mencermati versi lain yang melandasi desain pembelajaran.

Komponen model analisis topik ini terdiri atas :

(18)

10

a. Topik

Topik adalah mataajaran yang akan dijelaskan kepada pebelajar.

Untuk itu, desainer pembelajaran perlu mempelajari karakteristik dan kategori dari topik itu sebagai pengetahuan. Pengelompokkan topik tersebut menjadi landasan untuk menentukan bentuk pembelajaran yang akan diterapkan.

b. Tujuan Pembelajaran

Tujuan pembelajaran dirumuskan setelah kategori topik selesai dilaksanakan. Jadi, rumusan tujuan pembelajaran disusun berdasarkan kategori topik.

c. Pembelajaran

Pembelajaran diartikan sebagai PBM konvensional dimana widyaiswara dan pebelajar langsung berinteraksi. Dalam hal ini, desain pembelajaran menentukan seluruh aspek strategi pembelajaran sebagaimana telah disebutkan sebelumnya.

d. Penilaian

Penilaian dalam model mencakup dua hal, yaitu belajar dan pembelajaran. Penilaian belajar dilakukan untuk melihat pencapaian tujuan pembelajaran yang dapat dicapai. Selain itu, penilaian dilakukan pula terhadap proses pembelajaran. Penilaian ini bertujuan agar faktor penghambat belajar dapat diatasi sehingga proses belajar yang akan datang akan menjadi lebih mudah dan lancar.

e. Revisi

Setelah hasil penilaian diolah, terkait dengan proses belajar, maka dapat dikajiulang rumusan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya; apakah terlalu mudah atau sebaliknya.

Sebagaiman telah dijelaskan tadi, menurut model ini, penilaian juga dapat dilakukan terhadap pembelajaran. Langkah revisi ini

(19)

11

dimaksudkan untuk mencari alternatif atau pemecahan masalah belajar yang dialami oleh pebelajar.

Apa sebenarnya yang menjadi ‘roh’ suatu desain pembelajaran?

Simaklah uraian di bawah dengan seksama ! B. Sifat Desain Pembelajaran

1. berorientasi pada pebelajar

Seperti telah dijelaskan tadi, desain pembelajaran memang mengacu pada pebelajar. Setiap individu pebelajar dipertimbangkan memiliki kekhasan masing-masing. Menurut Smaldino, et al (edisi ke8, 2005, hal.) setiap pebelajar berbeda satu sama lain karena:

a. karakteristik umum: sifat internal pebelajar yang mempengaruhi penyampaian materi seperti kemampuan membaca, jenjang pendidikan, usia, atau latar belakang sosial.

b. kemampuan awal atau prasyarat: kemampuan dasar yang harus dimiliki sebelum pebelajar akan mempelajari kemampuan baru. Jika kurang, kemampuan awal ini sebenarnya yang menjadi matarantai penguasaan isi atau materi dan menjadi penghambat bagi proses belajar.

c. gaya belajar: merupakan berbagai aspek psikologis yang berdampak terhadap penguasaan kemampuan atau kompetensi.

Cara mempersepsikan sesuatu hal, motivasi, kepercayaan diri, tipe belajar (verbal, visual, kombinasi, dsb) termasuk gaya belajar.

2. alur berpikir sistem atau sistemik

(lihat: uraian C, istilah tentang desain pembelajaran) 3. teori: teori belajar dan pembelajaran

Pakar teknologi pendidikan, Gagne, Briggs, & Wager (1993, hal. 3-11) menyatakan bahwa proses belajar seseorang dapat dipengaruhi oleh faktor internal pebelajar itu sendiri dan faktor eksternal, yaitu pengaturan

(20)

12

kondisi belajar. Pembelajaran. Proses belajar terjadi karena sinergi memori jangka pendek dan jangka panjang diaktifkan melalui penciptaan faktor eksternal, yaitu lingkungan belajar. Penciptaan lingkungan belajar inilah yang dimaksudkan oleh Gagne, et.al. sebagai desain instruksional.

Pendapat ketiga pakar ini termasuk teori belajar.

Sedangkan Bruner sejak dulu percaya bahwa penyajian materi sebaiknya dimulai dari yang termudah secara bertahap ke arah materi yang lebih sukar. Atau materi yang bersifat sederhana sebaiknya dijelaskan terlebih dahulu, sehingga jika diberikan materi yang lebih sukar pebelajar tidak terlalu kaget. Konsep Bruner tentang penyajian materi seperti ini merupakan suatu teori pembelajaran.

secara ideal, Rancangan Pembelajaran disusun atas kerjasama dan sinergi suatu tim.

Penyusunan desain pembelajaran, terlepas dari model yang dipilih, merupakan tugas suatu tim. Tim penyusun ini bersifat sistemik, yaitu berperan sesuai profesi masing-masing, tidak tumpang tindih. Tim ini terdiri atas (Kemp, et.al., ibid, hal. 15) :

a. Desainer – orang yang bertanggung jawab untuk melaksanakan dan mengkoordinasikan seluruh perencanaan. Ia harus memiliki seluruh kompetensi yang tercakup dalam suatu desain pembelajaran.

b. Fasilitator – orang yang mengetahui dengan pasti dan memiliki pengalaman di kelas, berhadapan dengan pebelajar. Ia tahu bagaimana kesulitan yang dihadapi oleh setiap pebelajar. Ia

Beda antara teori pembelajaran dan teori belajar yaitu:

Teori pembelajaran bersifat preskriptif, menyarankan bagaimana sebaiknya proses belajar diselenggarakan.

Tteori belajar bersifat deskriptif atau menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi dalam diri seseorang.

(21)

13

memberikan masukan tentang pebelajar dan penyajian materi sesuai bidangnya.

c. Ahli materi – orang yang bertanggung jawab untuk memvalidasi materi yang disampaikan. Selain itu, ia mengetahui sumber-sumber belajar lain yang diperlukan sesuai dengan bidang keilmuannya. Ia juga berhak untuk ‘meluruskan’ materi yang diberikan oleh fasilitator.

d. Penilai – ia bertanggung jawab untuk membantu mengembangkan instrumen untuk pengukuran hasil belajar dan pengembangan pembelajaran itu sendiri. Ialah orang yang mengkaji data yang terkumpul terkait dengan proses pengembangan pembelajaran.

4. Peran Analisis Kebutuhan

Analisis kebutuhan adalah penelusuran tentang proses belajar, kebutuhan pebelajar serta harapan yang harus dicapai dalam proses belajar lanjutan. Analisis kebutuhan bermanfaat antara lain untuk menentukan:

a. pengalaman belajar yang harus dimilik, atau kemampuan prasyarat yang dikuasai sebelum suatu proses belajar (lanjutan atau baru diselenggarakan);

b. rumusan tujuan pembelajaran serta analisis tugas yang harus dilaksanakan;

c. bagaimana penyajian materi dimulai, dengan metode, media, jangka waktu atau strategi pembelajaran apa yang harus diterapkan; atau kondisi belajar apa yang harus dikembangakan agar belajar berlangsung lancar; dan

d. dukungan dan hambatan terhadap proses belajar.

Analisis kebutuhan berdasarkan atas beberapa hal seperti :

a. dokumentasi tentang proses belajar (dan mengajar) yang selama ini telah berlangsung;

b. analisis karakteristik pebelajar,

(22)

14

c. lingkungan fisik belajar;

d. SDM pembelajaran (fasilitator, desainer, stat pengembang, dst), serta

e. aspek organisasi atau manajerial baik langsung atau tidak langsung berpengaruh terhadap kelancaran proses belajar.

Pernahkah Anda mendengar istilah seperti pengembangan pembelajaran atau sistem pembelajaran selain desain pembelajaran?

Belum atau sudah, sebaiknya simak saja penjelasan terkait dengan kedua istilah itu.

C. Beberapa istilah terkait Rancangan Pembelajaran

Seringkali kedua istilah tadi dan beberapa istilah lainnya membingungkan para widyaiswara atau fasilitator yang tidak berlatarbelakang bidang teknologi pendidikan. Uraian di bawah menegaskan masing-masing istilah tersebut dengan mengembangkannya sebagai konsep.

1. pengembangan pembelajaran (instructional development)

Baik Kemp, et al.,dalam buku yang sama maupun Reigeluth (ed., 1983) berpendapat sama tentang konsep pengembangan pembelajaran.

Pengertian Pengembangan pembelajaran dikembangkan dari model sederhana kedua yang memasukkan aspek revisi pada desain pembelajaran. Reigeluth menyatakan bahwa pengembangan pembelajaran merupakan proses pelaksanaan dilapangan dari apa yang sudah diselesaikan dalam desain. Jadi, desain adalah kisi-kisi (blueprint) yang masih harus divalidasikan ketepatannya.

Pada tahap menerapkan di lapangan, pada situasi belajar (dan pembelajaran) yang sebenarnya ini yang disebut dengan ujicoba.

Seluruh data mengenai proses belajar dan seluruh komponen desain pembelajaran dikajiulang apakah sudah tepat atau masih ada hal lain yang diperbaiki. Data yang terkumpul dijadikan pedoman perbaikan aspek yang masih dianggap lemah. Model kedua dari analisis topik yang

(23)

15

telah dijelaskan tadi adalah kerangka awal konsep pengembangan pembelajaran.

2. sistem pembelajaran (instructional systems)

Berbagai definisi yang telah dikemukakan para pakar menyatakan kesamaan pendapat mereka tentang sistem. Bagi mereka, bahwa sistem terdiri atas bermacam-macam subsistem yang memiliki fungsi masing-masing dan berbeda-beda, bekerja sama dan berkoordinasi untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan sebelumnya. Subsistem sering juga disebut sebagai komponen. Jika salah satu subsistem itu rusak atau terkena gangguan, berarti sistem tersebut ikut pula mengalami gangguan atau hambatan dalam bekerjanya.

Desain pembelajaran sebagai sistem terdiri atas subsistem, yaitu komponen-komponen seperti yang telah dijabarkan sebelumnya (pebelajar, tujuan, metode, dan penilaian). Masing-masing komponen secara sinergi bergerak dan bekerja sama agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Seandainya salah satu dari komponen tersebut terhambat maka akan berdampak terhadap proses belajar. Dengan demikian tujuan belajar tidak tercapai.

3. istilah lain yang sering digunakan untuk desain pembelajaran menurut Kemp, et al.hal. 11, diantaranya yaitu :

a. instructional systems design – terkait dengan penyelenggaran proses belajar dan mengajar yang melibatkan aktifitas pebelajar dan fasilitator

b. learning systems design – model ini sangat menekankan proses belajar yang dialami oleh pebelajar

c. competency-based instruction – desain pembelajaran yang mendefinisikan pembelajaran sebagai pengembangan kemampuan dan kompetensi.

(24)

16

d. performance technology – model desain pembelajaran yang menerjemahkan kompetensi sebagai kinerja (performance).

D. Rangkuman

Rancang bangun mata diklat dan rencana pembelajaran minimal ditentukan oleh pebelajar, tujuan pembelajaran, metode dan penilaian. Selain itu beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam rancang bangun mata diklat dan rencana pembelajaran diantaranya adalah beberapa teori yang menjadi tumpuan seperti teori sistem, belajar dan pembelajaran. Idealnya, perwujudan rancang bangun mata diklat dan rencana pembelajaran dikelola oleh suatu tim yang bersinergi, terdiri atas ahli materi, fasilitator/widyaiswara, perancang, serta penilai.

Rancang bangun mata diklat dan rencana pembelajaran bisa membingungkan karena memiliki nama yang berlainan atau dikaitkan dengan beberapa istilah seperti pengembangan pembelajaran, desain sistem belajar, atau teknologi kinerja. Sebenarnya istilah tersebut dapat saja menunjuk hal yang sama, rancang bangun mata diklat dan rencana pembelajaran, dapat pula berbeda. Perbedaan ini timbul karena para pakar mengajukan model mereka dengan alasan tertentu.

E. Latihan

Pilihlah jawaban yang Anda Anggap tepat dengan cara melingkari atau menyilang huruf di depan pilihan jawaban.

1. Yang tidak termasuk dalam komponen dasar suatu desain pembelajaran adalah :

Sebenarnya walau istilah berbeda, namun rancang bangun mata diklat dan rencana pembelajaran mata diklat selalu mengacu pada peningkatan kinerja atau kompetensi. Memang untuk inilah prinsip RBMPD dan RP diciptakan.

(25)

17

a. media pembelajaran

b. metode pembelajaran c. tujuan pembelajaran

2. Rancang bangun mata diklat dan rencana pembelajaran berorientasi pada proses belajar karena :

a. widyaiswara adalah desainer, sekaligus penyaji materi.

b. proses komunikasi sangat penting untuk KBM

c. proses belajar sudah seharusnya dirancang dengan baik, efektif dan tepat.

3. Pernyataan yang dianggap paling tepat untuk menjabarkan konsep desain pembelajaran adalah :

a. upaya seseorang yang merancang proses belajar ditinjau dari kepentingan pebelajar, tujuan, cara dan tehnik penyampaian materi dan penyediaan lingkungan belajar, serta penilaian terhadap proses belajar dan seluruh komponen yang termasuk di dalamnya.

b. lingkungan belajar yang memadai bagi seseorang yang akan mempelajari suatu materi, disediakan agar ia dapat memahami isi materi tersebut.

c. penyediaan metode, tujuan, system penilaian, perbaikan atas materi tertentu yang dilaksanakan untuk suatu proses belajar tertentu.

4. Pernyataan yang paling dianggap tepat untuk menjelaskan sistem adalah:

a. sistem dinyatakan sebagai sesuatu hal yang harus dikoordinasikan dan ada unsur kerjasama di dalamnya.

b. sistem terdiri atas berbagai komponen dimana setiap komponen memiliki sifat dan fungsi berbeda, namun bersinergi, terkait satu

(26)

18

sama lain, dan bekerja sama untuk mencapai tujuan yang telah dirumuskan.

c. perangkat keras yang terdiri atas beberapa komponen, seluruh komponen bekarjasama dan berpotensi untuk berhasil.

5. Perbedaan yang mendasar dari desain dan pengembangan pembelajaran yaitu :

a. dalam desain terdapat kompetensi sedangkan dalam pengembangan ada rumusan tujuan.

b. peran widyaiswara dalam desain sebagai ahli materi, sedangkan dalam pengembangan adalah penyaji materi;

c. desain adalah penerapan dari teori dan berbagai pendekatan, dan dianggap sebagai kisi-kisi seluruh KBM, sedangkaan pengembangan adalah penerapan di lapangan untuk memperoleh masukan bagi perbaikan.

6. Yang tidak termasuk diantara sifat desain pembelajaran adalah : a. analisis kebutuhan

b. kajian materi c. sistemik.

7. Yang menyusun kerangka desain pembelajaran adalah : a. widyaiswara

b. desainer c. ahli materi

8. Penanggung jawab isi materi dalam suatu tim desain pembelajaran adalah:

a. ahli materi b. perancang c. penilaian

(27)

19

9. Yang tidak termasuk dalam istilah desain pembelajaran adalah : a. desain system pembelajaran

b. teknologi kinerja

c. sistem penilaian belajar.

10. Menyusun kisi-kisi soal, mengembangkan instrument untuk wawancara, atau pengamatan, adalah pekerjaan yang harus diselesaikan oleh : a. desainer

b. penilai c. ahli materi

F. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Apa yang saudara dapatkan setelah mempelajari materi Kerangka Pikir dalam Rancangan Pembelajaran.

Jawaban :

1. a 2. c 3. a 4. b 5. c 6. b 7. b 8. a 9. c 10. a.

Apakah bab ini dapat dipahami ? Jangan ragu untuk mengulang !

(28)

20

BAB III

MODEL DESAIN PEMBELAJARAN

A. Dasar Pemikiran 1. variasi model

Sebagaimana yang telah disebutkan di awal Bab I ini, desain pembelajaran menjadi favorit para pakar. Berbagai versi model desain pembelajaran diajukan oleh mereka. Beberapa keuntungan yang dapat disimpulkan dari khazanah model yang ada ialah:

a. memberikan kesempatan yang seluas-luasnya bagi para fasilitator atau widyaiswara dalam memilih desain suatu PBM sesuai dengan ilmu atau pengetahuan yang mereka bina;

b. menimbulkan inspirasi diantara pakar teknologi pendidikan untuk menciptakan kembali model-model turunan lain dari desain pembelajaran; dan

c. membuka peluang untuk penelitian dan pengembangan dalam bidang desain pembelajaran sehingga model desain pembelajaran dapat diujicobakan dan diperbaiki.

Indikator Keberhasilan, diharapkan peserta dapat :

menjabarkan seluruh komponen dasar desain pembelajaran, menjabarkan 4 model desain pembelajaranyaitu berbasis sistem;

materiajar; produk dan KBM.

(29)

21

Model desain pembelajaran yang ada dapat dikategorikan berdasarkan :

a. tampilan visual (skema, diagram, dst) b. penjabaran komponen di dalamnya, serta

c. manfaat yang terkandung dalam model tersebut.

Setiap pakar merumuskan model desain pembelajaran seringkali karena alasan latar belakang keilmuan mereka, pengalaman mengajar mereka seperti yang dikemukakan oleh Landa tentang model Algo-heuristic atau minat mereka dalam desain pembelajaran itu sendiri.

Perhatikanlah tampilan dan komponen beberapa desain pembelajaran berikut ini!

2. contoh perbedaan model desain pembelajaran a. prosedural

Berdasarkan skema, model desain pembelajaran ada yang bersifat prosedural. Model prosedural menyarankan agar penerapan prinsip desain pembelajaran disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus ditempuh secara berurutan. Model ini membantu menata kerja seorang widyaiswara atau widyaiswara jika harus menyusun desain pembelajaran sendiri menjadi lebih teratur dan terarah.

Model Dick & Carey adalah salah satu dari model prosedural. Inilah kutipan gambar model mereka.

(30)

22

b. melingkar (circular)

Ada juga model melingkar (circular). Model melingkar tidak menentukan awal atau akhir mendesain suatu pembelajaran. Model melingkar bahkan diasumsikan dinamis, karena tahap pertama dan akhir dapat ditentukan dari komponen mana saja oleh pengguna atau widyaiswara. Model Kemp, et.al. pada halaman berikut termasuk yang mengajukan model melingkar.

(31)

23

Masih banyak lagi versi-versi lain dari model desain pembelajaran.

Modul ini hanya akan membahas empat kategori model desain pembelajaran, yaitu berbasis sistem (systems-oriented), materi ajar atau pengetahuan (content-based), produk (product development) dan kegiatan belajar-mengajar atau KBM (classroom-oriented). Untuk kejelasan model desain pembelajaran, simak uraian bagian C dari Bab III ini.

B. Komponen Dasar

Perhatikan baik-baik kedua tampilan model yang telah dibahas sebelumnya!

Dapatkah Anda menyimpulkan apa yang ada dalam model-model tadi?

1. perbedaan struktur komponen

Kedua contoh tadi mempunyai komponen tersendiri. Berikut matriks komponen dari kedua model tadi.

(32)

24

No Dick & Carey Kemp, et. al.

1 tujuan instruksional umum

Instructional objectives

2 Analisis instruksional

Task analysis

3 Perilaku dan karakteristik awal

Learner characteristics

4 Tujuan kinerja

Instructional problems

5 Butir tes acuan patokan

Instructional resources

6 Strategi instruksional

Evaluation instruments

7 Bahan instruksional

Instructional delivery

8 Evaluasi formatif

Instructional strategies

9 Evaluasi sumatif

Content sequence

10

Formative evaluation

11

Summative evaluation

12

Revision

13

Planning

14

Project management

15

Support Services

Dari tampilan matriks di atas, Anda melihat adanya perbedaan yang menyolok diantara dua model tersebut.

2. sifat

Kemp, et.al. selain bersifat sirkuler, namun juga termasuk dalam suprasistem. Jumlah komponen sangat banyak, rinci dan lengkap. Jadi, tatakerja keseluruhan memerlukan pengelolaan yang baik sebagaimana mereka menjelaskan hal tersebut dalam komponen project management. Sedangkan model Dick & Carey relatif sederhana, dan tidak perlu dikelola sebagaimana model Kemp, et.al., tadi. Dengan

(33)

25

demikian, model ini dapat diselesaikan oleh fasilitator atau widyaiswara sendiri bagi kepentingan PBM yang menjadi tanggung jawabnya.

Kesamaan secara umum yaitu kedua model tersebut menerapkan penilaian yang mengacu pada proses belajar dan program pembelajaran itu sendiri. Hal ini ditandai dengan adanya komponen evaluasi formatif dan evaluasi sumatif yang diterapkan.

Berdasarkan dua model tadi, dapat disimpulkan bahwa komponen dasar desain pembelajaran adalah:

1. pebelajar

Pebelajar adalah pihak yang menjadi fokus suatu desain pembelajaran.

Informasi yang paling diperlukan untuk dilacak adalah karakteristik mereka, kemampuan awal atau prasyarat.

2. tujuan pembelajaran (umum dan khusus)

Rumusan tujuan pembelajaran merupakan penjabaran kompetensi yang akan dikuasai oleh pebelajar jika mereka telah selesai dan berhasil menguasai materi ajar tertentu. Tujuan pembelajaran dalam lingkup besar dianggap sebagai tujuan umum, sedangkan tujuan yang dicapai untuk keahlian khusus yang dapat diamati disebut tujuan khusus.

3. analisis pembelajaran

Analisis pembelajaran adalah proses menganalisis topik atau materi yang akan dipelajari. Analisis topik dikaitkan dengan kemampuan awal, jika dibutuhkan. Dengan demikian, desainer dapat memperkirakan tahapan penguasaan materi dan kategorisasi materi itu sendiri. Analisis pembelajaran dilakukan agar kendala belajar seperti tingkat kesulitan atau perilaku awal yang belum dikuasai dapat ditelusuri dan diantisipasi.

4. strategi pembelajaran

Strategi pembelajaran dapat dikembangkan secara makro atau mikro.

Strategi pembelajaran makro adalah strategi pembelajaran yang

(34)

26

diterapkan untuk kurun waktu satu tahun, atau satu semester.

Sedangkan strategi pembelajaran mikro dikembangkan untuk satu KBM.

Strategi pembelajaran dilaksanakan melalui (cf : Suparman, 1997):

a. pemanfaatan media (OHP materials, program VCD,lingkungan, dst) b. pemilihan metode (diskusi, belajar kooperatif, praktek, dst)

c. alokasi waktu (satu jam pelajaran, satu semester, dst)

d. alokasi narasumber (widyaiswara, ahli materi, master performer, dst)

5. bahan ajar

Bahan ajar, dalam desain pembelajaran, adalah satu-satunya yang berwujud (tangible) dari seluruh komponen dasar desain pembelajaran.

Bahan ajar adalah format materi yang diberikan kepada pebelajar.

Format tersebut dapat dikaitkan dengan media tertentu, handouts, atau buku teks, permainan, dan sebagainya.

6. penilaian belajar

Penilaian belajar adalah tentang pengukuran kemampuan atau kompetensi yang sudah dikuasai atau belum. Penilaian tidak hanya berkaitan dengan angka tertentu sebagai hasil belajar yang menunjukkan prestasi pebelajar. Penilaian adalah masukan bagi desainer dan widyaiswara agar mereka tahu apa yang menyebabkan pebelajar berhasil atau gagal. Selanjutnya langkah apa yang harus dilakukan.

C. Model Desain Pembelajaran

Simaklah dengan sebaik-baiknya uraian ekstensif berikut tentang beberapa model desain pembelajaran seperti berbasis sistem, materi ajar, produk, dan KBM.

(35)

27

1. Model berbasis sistem (systems-oriented)

Model desain pembelajaran berbasis sistem merupakan desain pembelajaran yang mengembangkan teori sistem atau pendekatan sistem dalam pelaksanaannya. Model ini biasanya seringkali dimulai dengan komponen analisis kebutuhan. Alur pelaksanaannya berlangsung secara berurutan. Artinya jika langkah analisis kebutuhan belum selesai dilaksanakan maka langkah selanjutnya tidak dapat dilaksanakan.

Model sistem menganalisis faktor lingkungan yang dianggap dapat mempengaruhi kinerja belajar seseorang. Kebutuhan organisasi atau individu yang belajar diperhitungkan dalam desain. Selain itu, lingkup pekerjaan dan tugas dari desain berbasis sistem cenderung meluas, tidak hanya kegiatan di kelas atau proses belajar saja. Jadi, sistem pembelajaran ditinjau dari berbagai sudut pandang. Pembelajaran dapat dianggap sebagai suatu pemecahan masalah yang timbul berdasarrkan data yang diperoleh dari analisis kebutuhan.

Secara khusus, model berbasis sistem memiliki ciri-ciri seperti

a. jumlah komponen relatif banyak dibandingkan model lain; dengan jumlah komponen yang relatif banyak, maka dengan sendirinya model ini termasuk lengkap.

b. seringkali diawali dengan komponen analisis kebutuhan, analisis lain terkait dengan pembelajaran seperti lingkungan sekolah atau pekerjaan;

c. memisahkan penilaian proses belajar dan penilaian terhadap program pembelajaran;

d. merupakan prosedur pengembangan karena adanya alur umpan balik (feedback) dan komponen revisi; serta

e. dapat saja mencantumkan aspek manajemen pelaksanaan desain pembelajaran itu sendiri seperti pengelolaan SDM dan waktu yang diperlukan untuk seluruh kegiatan desain pembelajaran.

(36)

28

Beberapa keterbatasan yang dimiliki model ini diantaranya :

a. terlalu rumit, sehingga sulit untuk dilaksanakan oleh seorang fasilitator. Model ini mudah dilaksanakan oleh suatu tim ahli tersendiri.

b. waktu yang dibutuhkan lebih banyak dibandingkan dengan model lain. Analisis kebutuhan, misalnya, memerlukan waktu untuk menyusun instrumen, waktu untuk mengumpulkan data, serta mengolahnya;

c. memerlukan upaya khusus untuk mengkaji model ini.

Salah satu contoh dari model berbasis sistem adalah model Rothwell &

Kazanas (1994). Perhatikan kutipan skemanya di halaman berikut.

Keistimewaan model ini adalah komponen atau subsistem yang lengkap sehingga pembelajaran merupakan upaya optimal yang sengaja dirancang agar proses belajar berlangsung efektif. Perlu diingat bahwa kedua pakar ini tidak menggunakan istilah subsistem, namun desain pembelajaran sebagai suprasistem, terdiri atas sistem-sistem.

Sisi lain dari kelengkapan model sistem ini adalah desain pembelajaran merupakan pekerjaan yang sulit dan luas sehingga tim yang dibentuk harus meliputi semua fasilitas dan SDM yang sesuai agar dapat dilaksanakan.

Model Rothwell & Kazanas cocok digunakan untuk mendesain proses belajar di suatu organisasi, dan dapat digunakan untuk program

pelatihan. Selain itu, mereka juga memandang desain pembelajaran sebagai proses yaitu pekerjaan yang memakan waktu

lama dan dilaksanakan secara bertahap.

2. Model materi ajar atau pengetahuan (content-based)

Desain pembelajaran materi ajar menitikberatkan bagaimana suatu topik yang menjadi bagian dari suatu materi atau mataajaran disampaikan kepada pebelajar. Model ini cenderung mengembangkan strategi

(37)

29

pembelajaran tertentu seperti menggunakan media tertentu atau metode tertentu agar materi dapat dikuasi oleh pebelajara dengan baik.

Secara khusus, model desain materi ajar mempunyai ciri-ciri seperti a. komponen yang ada tidak banyak, dan cenderung model desain ini

sederhana, misalnya hanya ada tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan dikuasai, kategorisasi materi ajar, dan strategi penyampaian;

b. strategi penyampaian cenderung memberikan masukan bagaimana cara menjelaskan atau menyajikan materi di kelas;

c. kebanyakan mengacu kepada materi bersifat kognitif; dandapat dilaksanakan oleh fasilitator tanpa tim khusus.

(38)

30

Selain keistimewaan, model ini mempunyai kelemahan yaitu

a. komponen tidak lengkap, sehingga tidak mudah mendeteksi kelemahan yang ada pada pembelajaran;

b. lingkup sempit, tidak dapat mencakup seluruh bagian dari suatu mata diklat karena model ini baik hanya untuk satu topik tertentu;

c. model ini tidak mencerminkan upaya pebelajar untuk menguasai kompetensi yang harus dicapai.

Dalam buku yang disunting oleh Reigeluth (1983) Merrill menyusun model desain pembelajaran yang dinamai component display theory atau CDT. CDT adalah contoh model desain materi ajar. Model CDT mengembangkan pembinaan aspek kognitif dalam proses belajar, bagaimana memberikan contoh-contoh yang tepat dan sesuai untuk setiap kategori.

Ia berpendapat bahwa kinerja belajar terdiri atas : a. mengingat (remember)

b. menerapkan atau menggunakan (use) c. menemukan (find).

Jenjang kinerja belajar tertinggi atau tersulit adalah menemukan.

Pebelajar harus dilatih melalui pengembangan contoh untuk setiap kategori materi.

Baginya berpikir kognitif meliputi kategori materi : a. fakta (facts)

b. konsep (concepts) c. prinsip (principles) dan d. prosedur (procedures)

(39)

31

Anda akan mengkaji lebih mendalam lagi mengenai kategori materi ini dalam Bab III modul Rancang Bangun Pembelajaran Mata Dikat dan Rencana Pembelajaranini.

Perhatikanlah kutipan model CDT pada halaman berikut. Menurut Merrill, materi fakta hanya perlu untuk diingat saja. Sedangkan konsep, seperti rumus, dapat diingat atau dihapal, diterapkan dan ditemukan (rumus baru). Demikian pula halnya dengan prinsip dan prosedur.

Setelah itu, fasilitator dapat memikirkan dan mempertimbangkan contoh terkait dengan kategori materi serta penilaian yang sesuai.

3. Model Produk

Model produk ditandai dengan pekerjaan yang harus dilaksanakan untuk memproduksi suatu bahan ajar. Modul ini seringkali diawali dengan tahap perencanaan, yaitu rumusan tujuan belajar, analisis kebutuhan pebelajar. Setelah itu, tahap pengembangan, yakni tentang pengembangan topik, penyusunan draft, produksi prototipe dari satu jenis produk yang akan digunakan untuk belajar. Tahap ketiga yaitu penilaian dengan melaksanakan uji coba prototipe produk serta perbaikannya berdasarkan masukan yang telah diperoleh sebelumnya.

Manfaat yang dapat diperoleh dari model desain pembelajaran ini, diantaranya:

a. kejelasan pelaksanaan seluruh kegiatan desain pembelajaran;

(40)

32

b. terkonsentrasi atas produksi bahan ajar tertentu sehingga mudah diikuti setiap langkahnya; dan

c. model dan cara kerja relatif sederhana, tanpa melibatkan komponen (supra) sistem.

Adapun keterbatasan model produk ini yaitu tidak ada penjelasan secara langsung tentang pelaksanaan KBM. Dengan demikian, model ini tidak menjelaskan bagaimana proses belajar terjadi. Salah satu model produk dikembangkan oleh Rowntree, 1994 seperti di bawah ini.

(41)

33

4. Model kegiatan belajar-mengajar (classroom-oriented)

Desain pembelajaran untuk KBM sebenarnya memandu seorang fasilitator bagaimana mengelola atau menciptakan interaksi belajar mengajar yang tepat. Desain KBM biasanya memiliki ciri-ciri menonjol seperti :

a. relatif lebih banyak komponennya dibandingkan dengan model materi ajar. Komponen tersebut diantaranya analisis pebelajar, rumusan tujuan pembelajaran, strategi pembelajaran, sistem penyampaian, penilaian proses belajar dan penilaian pembelajaran.

b. Tidak jarang aspek perbaikan juga dicantumkan di dalamnya.

Selain itu, model ini

c. sangat memperhatikan pebelajar, ditinjau dari proses belajar, tipe belajar, atau kemampuan prasyarat;

d. mengisyaratkan ada aspek pengelolaan kelas seperti pengelompokkan pebelajar menjadi belajar mandiri, belajar tim dan sebagainya;

e. menyiratkan peran widyaiswara atau fasilitator dalam menyampaikan materi dan mengelola kegiatan di kelas;

f. model ini dapat diterapkan oleh fasilitator sendiri tanpa tim khusus.

Sama halnya dengan dua model sebelumnya, model KBM juga mempunyai kelemahan tertentu, yakni

a. tidak mencakup suatu mata diklat tertentu,

b. walau komponen relatif banyak, namun tidak semua komponen desain pembelajaran termasuk didalamnya;

c. model ini menitikberatkan penyampaian materi dan pengelolaan kelas yang sebaiknya dilakukan oleh fasilitator;

d. aspek lain yang berdampak terhadap proses belajar tidak dideteksi.

(42)

34

Gagne, berlatar belakang psikologi belajar, menyusun model terkait dengan KBM. Ia menyebutnya sebagai 9 event of instruction. Berikut kutipan asli dari komponen model Gagne ini (Gagne, Briggs, & Wager, 1993,hal. 11-12 dan bab 9).

1) Stimulation to gain attention to ensure the reception of stimuli.

2) Informing learners of the learning objectives, to establish appropriate expectations.

3) Reminding learners of previously learned content for retrieval from LTM*.

4) Clear and distinctive presentation of material to ensure selective perception.

5) Guidance of learning by suitable semantic encoding.

6) Eliciting performance, involving response generation.

7) Providing feedback about performance.

8) Assessing the performance, involving additional response feedback occasions.

9) Arranging variety of practice to aid future retrieval and transfer.

Kesembilan langkah di atas dapat sederhanakan menjadi 4 kegiatan besar, yaitu

a. Langkah 1 sampai dengan 3 merupakan kegiatan fasilitator untuk memotivasi pebelajar dengan berbagai cara. Menjelaskan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang akan mereka peroleh dari penyajian materi nanti sangat diperlukan pebelajar karena mereka akan belajar lebih terarah. Selain itu, sebaiknya seorang widyaiswara menghubungkan materi yang akan dipelajari dengan materi yang telah dikuasai sebelumnya. Usahakanlah semua kegiatan awal PBM ini menjadi sesuatu yang menarik dan menimbulkan rasa ingin tahu.

* LTM = long term memory – memori jangka panjang.

(43)

35

b. Langkah 4 sampai dengan 7 merupakan kegiatan penyajian materi yang dilakukan oleh fasilitator. Sewaktu menyajikan, fasilitator sebaiknya memberikan kesempatan kepada pebelajar untuk merespons atas penyajian dengan melaksanakan berbagai kegiatan yang mendukung pemahaman materi seperti kerja tim, bertanya, berdemonstrasi, dan sebagainya. Kalau perlu, cobalah pikirkan suatu tehnik agar materi yang disampaikan mudah diingat dan diterapkan. Sebagai contoh, Anda dapat membuat singkatan tertentu yang tengah dikenal di masyarakat, namun dikaitkan dengan materi yang akan diajarkan. Pada bab V dibahas tentang model RBPMD/RPMD sebagai model KBM lain.

c. Langkah 8 yaitu tahap penilaian hasil belajar untuk mengetahui apakah kompetensi dapat dikuasai atau belum. Pada langkah ini, jika pebelajar masih mengalami kesulitan atau hambatan, cobalah diskusikan materi yang telah dibahas. Kalau perlu, cobalah berikan ringkasan atau pengulangan materi tersebut. Penilaian dapat diberikan dalam bentuk tes obyektif, atau tugas lain (penyusunan makalah, tugas lab) yang setara tingkat kesulitannya.

d. Sedangkan langkah 9 merupakan upaya fasilitator untuk memberikan tugas terkait dengan materi yang telah dibahas tadi.

Tugas yang diberikan pada langkah ke 9 ini dapat dianggap sebagai pengayaan agar kompetensi lebih mengendap lagi dalam pikiran pebelajar.

D. Rangkuman

Desain pembelajaran mempunyai ragam yang banyak. Setiap ragam memiliki ciri tersendiri, keunggulan dan keterbatasan masing-masing. Model desain ada yang merupakan sistem lengkap, ada model desain pengembangan materi ajar, dan desain pembelajaran untuk KBM.

Desain pembelajaran berlandaskan beberapa teori seperti teori belajar dan pembelajaran, dan teori sistem, komunikasi, teori belajar, dan sebagainya.

(44)

36

Teori-teori ini mempengaruhi keberadaan komponen, alur kerja serta tampilan model.

E. Latihan

Padankanlah soal di bawah dengan cara menulikan huruf di muka pilihan jawaban pada tempat yang telah disediakan !

Pernyataan Jawaban

1. Salah satu manfaat yang dapat diperoleh karena banyaknya model desain pembelajaran (…..)

2. Tampilan visual suatu desain pembelajaran (……)

3. Model desain pembelajaran yang sangat teratur tahapannya (…….)

4. Model desain pembelajaran yang dianggap dinamis (……) 5. Salah satu komponen yang

tidak termasuk komponen dasar desain pembelajaran (…….)

a. Gagne

b. Rothwell & Kazanas c. terlalu rumit

d. prosedural e. penilaian

f. materi ajar / pengetahuan g. KBM

h. analisis materi i. melingkar

j. komponen tidak lengkap k. media

l. tidak mencakup KBM m. skema

n. Rowntree o. bahan ajar

Pahami dengan benar masing-masing model sebelum memutuskan model mana yang akan Anda terapkan untuk mata diklat yang Anda bina !

(45)

37 6. Mengembangkan materi ajar

menjadi topik dan subtopik (……)

7. Komponen desain

pembelajaran yang berwujud (……..)

8. Pengukuran kemampuan atau pencapaian kompetensi termasuk komponen ini (……..)

9. Keterbatasan dari model desain pembelajaran berbasis sistem (……..)

10. CDT dari Merrill termasuk model ini (……)

11. Keterbatasan model produk (…….)

12. Keterbatasan model materi ajar (……..)

13. Pakar ini menyusun model berbasis sistem (…….)

14. Pakar ini menyusun model produk (……..)

15. Model ini mencakup aspek pengelolaan kelas (……..).

p. membuka peluang untuk

litbang desain pembelajaran

q.

(46)

38 Cobalah isi matriks di bawah ini !

Model Ciri-ciri

prosedural

melingkar

Materi ajar

KBM

F. Evaluasi dan Tindak Lanjut

Apa yang Saudara dapatkan setelah mempalajari materi Model Rancangan Pembelajaran.

Jawaban :

1. p 2. m 3. d 4. i 5. k 6. h 7. o 8. e

9. c 10. f 11. l 12. j 13. b 13. n 15. g.

(47)

39

Apakah Anda dapat menentukan model desain pembelajaran yang mana yang akan Anda pilih nanti ?

(48)

40

BAB IV

KATEGORISASI PENGETAHUAN

A. Kategori Pengetahuan

1. Alasan Kategori Pengetahuan

Seorang fasilitator perlu mengenali apa sebenarnya yang dimaksud dengan ilmu atau pengetahuan agar ia dapat menyampaikan isi pelajaran dengan baik. Desain pembelajaran mempunyai kiat khusus untuk mengenali ilmu ini.

Jika Anda analisis suatu ilmu atau pengetahuan yang telah Anda kuasai dengan baik ternyata berupa unsur-unsur yang rumit, saling berkaitan dan saling mendukung. Sekarang perhatikanlah ilustrasi berikut!

Perang Dipenogoro berlangsung antara tahun 1825 – 1830. Kalimat ini merupakan suatu pernyataan sederhana tentang suatu kejadian bersejarah. Seandainya kalimat ini dianalisis, maka strukturnya antara lain :

a. nama perang b. tahun kejadian c. alasan perang

d. kajian tehnik perang tadi dibandingkan tehnik perang sekarang.

Setiap struktur tadi (nama perang, dll) memiliki sifat tersendiri dan dapat diajarkan dengan tehnik khusus. Nama perang adalah konsep; dapat

Indikator Keberhasilan, diharapkan peserta dapat :

mengidentifikasi mata diklat ditinjau dari kategori pengetahuan menjadi fakta, konsep, prinsip, prosedur, metakognitif, kemampuan antarpribadi dan sikap;

(49)

41

dikembangkan dalam bentuk cerita. Alasan nama tersebut digunakan karena tokoh yang memimpin peperangan bernama (Pangeran) Dipenogoro yang diasingkan oleh Belanda ke Sulawesi. Sedangkan tahun kejadian perang termasuk fakta.

Fakta dapat dipelajari peserta diklat, dengan cara dihapalkan. Bercerita dan menghapalkan tahun merupakan tehnik khusus belajar tentang Perang Dipenogoro. Konsep dan fakta ini adalah dua kategori ilmu.

Kompetensi atas kategorisasi ilmu sangat penting bagi fasilitator agar ia dapat menyajikan mata diklat dengan tepat.

Dilain pihak, Perang Dipenogoro dapat juga disajikan dengan bermain drama. Dalam hal ini, drama diterapkan agar semua peserta diklat dapat memahami bagaimana perang tersebut terjadi sehingga mereka mengingatnya dengan baik, tanpa harus menghapalkan. Peserta diklat hapal sejarah perang tersebut karena ia dilibatkan dalam situasi buatan yang dikembangkan dalam bentuk drama.

Pernahkah Anda memikirkan tentang perbedaan antara topik atau isi dengan karakteristik pengetahuan ?

Perang Dipenogoro adalah topik atau bahasan yang dicantumkan dalam kurikulum. Tehnik untuk menguasai topik tersebut sangat berbeda karena topik dapat dipandang dari berbagai sisi. Jika dianggap fakta, maka proses kognitifnya adalah mengingat, jika Perang Dipenogoro dipandang sebagai prinsip (perang) maka topik dapat disajikan dalam format drama.Jadi, topik sebagai pengetahuan terkait dengan jenjang kompetensi yang akan dicapai.

(50)

42

2. Pendapat Pakar

Model desain Merrill yaitu CDT telah menyinggung kategori ilmu itu. Ia menyatakan bahwa isi pelajaran terdiri atas fakta, konsep, prosedur, dan prinsip. Pendapat Merrill ini merupakan konsep tertua untuk kategorisasi ilmu. Ia memang mengfokuskan pada pembentukan kognitif pebelajar.

Desain pembelajaran yang dikembangkanya khusus untuk ranah belajar kognitif.

Berbeda dengan Merrill, Kemp, et.al. memperhatikan ranah belajar lainnya seperti kemampuan antar pribadi dan sikap. Kategori ilmu menurut mereka adalah

a. fakta (facts) b. konsep (concept)

c. prinsip dan aturan (principles and rule)

d. kemampuan antar pribadi (interpersonal skills) e. sikap (attitude)

Kemp, dkk berpendapat bahwa proses belajar kemampuan antar pribadi dan sikap sering diabaikan orang. Padahal kompetensi yang sesungguhnya dari seseorang selalu ditinjau dari seluruh aspek tadi.

Anderson & Krathwohl, dkk, 2001, hal. 27 – 34, menyatakan bahwa dimensi pengetahuan terdiri atas

a. fakta b. konsep c. prosedur d. metakognitif

Selain itu, mereka percaya bahwa jika seseorang sedang belajar, maka peningkatan kognitif terjadi dalam diri seseorang. Setiap potensi terkait motorik atau sikap berawal dari proses kognitif ini. Atau, berpikir kognitif inilah yang menjadi dasar dari segala penguasaan ilmu dan peningkatan

(51)

43

kemampuan Teori mereka dianggap sebagai pengembangan dari teori kognitif yang diajukan oleh Merrill.

Kesimpulan pendapat para pakar tadi tentang kategori pengetahuan digambarkan pada matriks di bawah ini.

Pakar Pengetahuan

Merrill (1983)

Kemp, dkk (1994)

Anderson &

Krathwohl (eds., 2001)

Istilah

Type of

content

(jenis isi)

Content structures

(struktur isi)

Knowledge dimension

(dimensi pengetahuan)

fakta ya ya ya

Konsep ya ya ya

Prinsip ya ya tidak

prosedur ya ya ya

kemampu an antar-pribadi

tidak ya tidak

Sikap tidak ya tidak

metakogni-tif tidak tidak ya

B. Analisis Kategori Pengetahuan

Terlepas dari perbedaan pendapat yang timbul, pada bagian ini Anda akan diajak untuk membahas satu demi satu setiap karakteristik ilmu. Simaklah pembahasan selanjutnya.

1. Fakta

Bagi Merrill (Reigeluth, ed., 1983, hal. 287 – 289), fakta adalah

arbitrarily associated pieces of information such as proper name, a data, or an event, the name of a place or the symbols used to name particular objects or events”. Merrill termasuk pakar yang lebih awal telah

(52)

44

mendeteksi kategorisasi isi atau pengetahuan yang bersifat kognitif ini sebagai landasan berpikir bagi setiap orang untuk mempelajari sesuatu hal, mulai dari yang paling sederhana sampai dengan yang paling sulit.

Kemp, et al., di halaman 60, beranggapan, “ a fact is an arbitrary association between two objects. For example, ‘Columbus discovered America’ is a fact that describes a relationship between Columbus and America”. Pendapat Kemp, et al ini memperkuat pernyataan Merrill tadi.

Anderson & Krathwohl, eds., pada halaman 45 – 48 mengungkapkan

“factual knowledge contains the basic elements students must know it they are to be acquintained with the discipline or to solve any of the problems ini it. The elements are usually symbols associated with some concrete referents or ‘string of symbols’ that convey important information”. Jadi, menurut mereka, fakta adalah langkah awal mengenal atau memahami suatu ilmu pengetahuan. Mereka mengelompokkan fakta menjadi dua, yaitu :

a. istilah (terminology) dan rincian atau elemen (details or elements).

Fakta istilah “includes knowledge of specific verbal and nonverbal labels and symbols (e.g. words, numerals, signs, pictures”.

b. rincian atau elemen. Yang dimaksud dengan rincian atau elemen yaitu “knowledge of specific details and elements refers to knowledge of events, locations, people, dates, sources of information, and the like”.

Dari berbagai sumber tersebut, dapat disimpulkan bahwa fakta berkaitan dengan :

a. nama orang, tempat, yang menurut kebahasaan harus ditulis dengan huruf awal besar seperti Dewi, Bandung.

b. benda termasuk di dalamnya flora dan fauna seperti meja, kursi, bunga, kucing, dan seterusnya;

c. kejadian atau peristiwa seperti proklamasi Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945; dan

(53)

45

d. berbagai istilah seperti ekonomi, ilmu dan sebagainya.

Cobalah Anda susun suatu daftar contoh fakta menurut seluruh kategori.

Untuk memudahkan, lihat saja segala sesuatu yang ada di sekeliling Anda !

2. Konsep

Dua pendapat yang hampir sama tentang materi ajar yang bersifat konsep dikemukakan oleh Kemp, et. al., dan Merrill. Bagi Kemp, et al., ibid, konsep adalah “.... categories used for grouping similar or related ideas, events or objects”; menurut Merrill konsep adalah “.... group of objects, events, or symbols that all share common characteristics and that are identified by the same names. Most of the words in any language identify concepts”.

Kesimpulan dari dua pendapat ini bahwa suatu konsep harus mengemukakan suatu pengelompokkan atau kategori, dan didalamnya terkandung nilai kesamaan antar elemen atau komponennya. Sebagai contoh, ciri-ciri unggas diantaranya adalah binatang yang bersayap, dan memiliki paruh. Termasuk di dalamnya adalah spesies burung dan ayam. Contoh lain, beberapa kota seperti Semarang, Bandung, Surabaya, Medan, Padang, Banjarmasin. Kota-kota ini termasuk dalam ibukota propinsi. Kesamaannya adalah pimpinan tertinggi PEMDA seperti Gubernur, Kepala Kanwil bekerja dan bertempat tinggal di kota- kota tersebut.

Cobalah Anda cari contoh lain tentang konsep ini. Contoh tersebut dapat saja gambaran umum, atau mengacu kepada mata diklat yang Anda ajarkan.

Sedikit berbeda dari dua pendapat tadi, Anderson & Krathwhohl, 52.

merinci lebih mendalam lagi tentang konsep. Bagi mereka “Conceptual knowledge includes knowledge of categories and classification and the relationships between and among them --- more complex, organized knowledge forms. Conceptual knowledge includes schemas, mental

(54)

46

models, or implicit or explicit theories in different cognitive psychological models. Pandangan mereka ini menyiratkan bahwa konsep mengandung teori atau aspek kognitif yang bisa rumit, dan tidak berbentuk atau abstrak.

Dari contoh tadi, dapat dirumuskan bahwa konsep berupa

a. klasifikasi dan kategori, misalnya jenis minuman ada yang panas dan yang dingin. Minuman panas misalnya kopi, coklat susu, minuman yang dingin seperti jus buah dan sorbet.

b. prinsip dan generalisasi teori, model

Gambar

Tabel 4.1. Contoh kompetensi
Tabel 4.2. contoh metode pembelajaran
Gambar 4.1 Kategori media pembelajaran  (Smaldino Dkk 2005)

Referensi

Dokumen terkait

Prosedur rancang bangun modul pembelajaran berbasis matlab dengan trainer pada mata pelajaran dasar dan pengukuran listrik yang dikemas dengan mengunakan model

Dari peran (role), aturan (rule) dan kebijakan (policy) yang didapatkan, selanjutnya adalah menggambarkannya kedalam bentuk flowchart, sehingga diharapkan desain

Setelah mengikuti proses pembelajaran menggunakan model pembelajaran Discovery Learning peserta didik diharapkan dapat Memahami pewarisan sifat menurut Hukum Mendel dan

Tujuan Pembelajaran Umum : Setelah mengikuti mata ajar diklat ini, peserta diharapkan mampu memahami pengertian, definisi, sejarah dan perkembangan, fungsi, tujuan dan

POKOK T L Lap Total 2. Peningkatan Motivasi Diri. Melaksanakan Tahap Breakthrough1. Intisari kompetensi masing-masing Mata Diklat; 1. Mempengaruhi atasan ttg rencana

Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan menunjukkan integritas, jiwa dan semangat nasionalisme dalam mengelola pencapaian visi

Deskripsi Singkat : Mata Diklat ini membekali peserta dengan kemampuan menunjukkan integritas, jiwa dan semangat nasionalisme dalam mengelola strategi instansi

Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery Learning dan pendekatan saintifik, peserta didik diharapkan mampu Memahami konsep medan magnet, Memahami