• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rekonstruksi Makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dalam Proses Penciptaan Manusia: Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na Cum-Magza Sahiron Syamsuddin

N/A
N/A
Nguyễn Gia Hào

Academic year: 2023

Membagikan "Rekonstruksi Makna QS. Al-Nisa>’ [4]: 1 dalam Proses Penciptaan Manusia: Analisis Aplikasi Pendekatan Hermeneutika Ma’na Cum-Magza Sahiron Syamsuddin"

Copied!
134
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

Kata ini juga diperdebatkan oleh para mufassir yang mengatakan bahwa Hawa diciptakan dari tulang rusuk Adam, yang terdapat pada frase nafs wa>hidah. Padahal, ulama klasik dan ulama modern tidak membahas kata al-d}al'i, melainkan kata nafs wa>hidah itu sendiri. Jadi, menurut Muhammad Abduh, yang dimaksud dengan nafs wa>hidah dalam ayat ini tidak diartikan sebagai Adam.

Berlawanan dengan pendapat Muhammad Abduh, Wahbah Al-Zuhaili justru mengatakan bahwa Nafs wa>hidah (satu jiwa) yang dimaksud adalah Adam, bapak seluruh umat manusia. Sedangkan menurut sebagian ulama modern, ada yang mengatakan bahwa wa>hidah ini adalah nafs Adam.

Permasalahan

  • Identifikasi Masalah
  • Pembatasan Masalah
  • Rumusan Masalah

Oleh karena itu, dengan adanya kecemasan akademik yang muncul dan kebutuhan untuk mencari jawaban ilmiah adalah; Apa perbedaan pandangan para mufassir klasik dan kontemporer tentang makna QS. Oleh karena itu, tulisan ini juga berupaya melengkapi kajian hermeneutika, khususnya pendekatan ma'nā-cum-maghzā dari Sahiron Syamsuddin, terkait pemaknaan QS. Ada berbagai pendapat mufasir yang sebagian besar masih menggunakan pendekatan bil-ma'tsur.

Al-Nisa>' [4]:​1 dengan merekonstruksinya pada pendekatan Hermeneutika Ma'na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin. Karena sejauh ini penulis juga belum menemukan penelitian serupa dengan penelitian ini, yang masih jarang ditemukan dalam dunia akademik, khususnya dalam kajian hermeneutika ma'nā-cum-magzā yang digagas oleh Sahiron Syamsuddin.

Tujuan Penelitian

Manfaat Penelitian

Menekankan Pentingnya Mempelajari Makna Dalam Al-Qur'an Dengan Menggunakan Pendekatan Hermeneutika Ma'na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsudin. Menjadi inspirasi dan alternatif bagi peneliti khususnya di bidang hermeneutika Ma'na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsudin.

Kajian Pustaka

11 Muhammad Khalil, “Asal Usul Terciptanya Wanita Menurut Muhammad Abduh”, (skripsi, Fakultas Ushuludin dan Filsafat, 2018). Faizin mampu menganalisis beberapa jurnal ilmiah di Indonesia yang membahas tentang tafsir penciptaan perempuan dalam Surat Al-Nisa>' ayat 1, sehingga menunjukkan adanya hubungan antara kekuasaan dan ilmu dalam penciptaan kebenaran. Keempat, Asal Usul Penciptaan Wanita Dalam Al-Qur'an (Analisis Kajian Pemikiran Nasaruddin Umar) oleh Nur Mahmudah. ​​​​​​14 Ada dua topik utama yang dibahas dalam tesis ini: pertama, presentasi.

14 Nur Mahmudah, “Asal Usul Penciptaan Wanita Dalam Al-Qur’an: Kajian Analisis Pemikiran Nasaruddin Umar”, (Skripsi Universitas, Fakultas Ushuluddin, Adab dan Dakwah IAIN, Ponorogo, 2018), hlm. Bedanya, penelitian Nur Mahmudah pada ayat ini hanya mengkaji bias awal penciptaan perempuan dengan menggunakan teori Nasaruddin Umar.

Metodologi Penelitian

  • Jenis Penelitian
  • Sumber Data
  • Teknik Pengumpulan Data
  • Teknik Analisa Data
  • Pendekatan Penelitian

Kemudian dalam mencari makna historis ayat tersebut, penulis harus mencari makna bahasanya dengan bantuan kamus Lisa>n al-Arab sebagai pencarian makna kata, melakukan intratekstualitas (membandingkan dan menganalisis kata yang ditafsirkan dengan penggunaannya dalam ayat-ayat lain) membantu dengan kosa kata Anda. 'jam al-mufahras, melakukan analisis intertekstualitas (hubungan dan perbandingan ayat-ayat Al-Qur'an dengan teks di luar Al-Qur'an seperti hadits, puisi dan lain-lain), mencari penemuan sejarah ayat-ayat Al-Qur'an 'an Al-Qur'an, baik mikro maupun makro, kemudian menggali pesan utama dari ayat yang ditafsirkan, kemudian membangunnya dengan mendefinisikan kategori-kategori ayat, mengembangkan definisi magza > al-Tarikhi>, menangkap makna simbolik, dan mengembangkan interpretasi dengan menggunakan perspektif orang lain, seperti ilmu sosial, ilmu kehidupan, psikologi dan lain-lain. 1 yang dikaji dengan menggunakan pendekatan ma'na>-cum magza> Sahiron Syamsuddin. Sedangkan menurut Sahiron Syamsuddin, ada tiga hal penting yang harus dicari oleh seorang mufassir, yaitu (1) makna sejarah (al-ma'nā al-tārīkhī), (2) makna sejarah yang fenomenal (al-maghzā al-tārikhi), dan (3) signifikansi fenomenal yang dinamis (al-maghzā al-mutaḥarrik) bagi konteks ketika teks Alquran diinterpretasikan.18.

Menilik ketiga kaidah yang dijelaskan oleh Sahiron Syamsuddin ketika menafsirkan sebuah ayat Alquran, maka dari itu. 18 Sahiron Syamsuddin, Ma'nā-Cum-Maghza Pendekatan Al-Qur'an dan Hadits: Jawaban Permasalahan Sosial Keagamaan di Zaman Kontemporer, h.

Teknik dan Sistemtaika Penulisan

5 Adian Husaini dan Abdurrahman Al-Baghdadi, Hermeneutika dan Tafsir Al-Qur'an, (Depok: Gema Insani, 2007), hlm. Metode tafsir bil-Ma's|ur sering digunakan oleh para mufassir klasik dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an. Selain itu, para sahabat mulai melakukan ijtihad dalam menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an.

Penafsiran Al-Qur'an tidak berdiri sendiri saat ini, masih terkait dengan disiplin ilmu hadits. Pendekatan Ma'na>-Cum-Magza> Al-Qur'an dan Hadits: Menanggapi Permasalahan Sosial Keagamaan di Era Modern (2020). Bila perlu, penafsir menjelaskan lebih detail sejauh mana kosa kata dalam al-Qur'an memiliki makna dasar dan mengalami makna dinamis (berupa makna relasional).

TINJAUAN UMUM HERMENEUTIKA

Ruang Lingkup Hermeneutika

  • Definisi dan Sejarah Singkat Perkembangan Hermeneutika
  • Aliran-aliran Hermeneutika Umum/Modern dan Tipologi Tafsir Al-

Arus Hermeneutika Umum/Modern dan Tipologi Tafsir Al-Qur'an pada Zaman Kontemporer Al-Qur'an pada Zaman Kontemporer. Sebelum melanjutkan pembahasan tentang kajian tafsir al-Qur’an, ada baiknya terlebih dahulu membahas tentang pengertian tafsir. Dia sendirilah yang menafsirkan Al-Qur'an dan memenuhi kewajibannya untuk menjelaskan isi ayat-ayat Al-Qur'an, sebagaimana disebutkan dalam ayat berikutnya.

Sumber-sumber tafsir yang terdapat pada zaman para sahabat selain merujuk kepada al-Quran, mereka juga memetik daripada kisah Rasulullah saw. Manakala para sahabat yang mentafsirkan al-Quran dengan riwayat dan ijtihad ialah Ibnu Maudi dan Ibnu Abbad. Ciri-ciri tafsir pada zaman para sahabat ialah mereka tidak mentafsirkan ayat-ayat al-Quran secara keseluruhan, hanya sedikit sahaja yang menyertakan sejarah Israel dan hanya segelintir sahaja yang berbeza pendapat.

Juga pada periode ini, sebagian besar mufassir melakukan penafsiran Al-Qur'an dengan kata-kata dan mulai menekankan pada penafsiran bil-ma'tsur dan bil-ra'yi. Sedangkan tafsir bil-Ra'yi adalah tafsir yang bertumpu pada kekuatan ijtihad seorang mufassir dengan ilmu yang diperlukan untuk menafsirkan al-Qur'an. Menurut Al-Zahabi, perkembangan tasfir Al-Qur'an terbagi menjadi 3 periode; Tafsir pada zaman Nabi

Sebagian dari mereka selalu mengkaitkan penafsiran ayat-ayat Al-Qur'an dengan kondisi sosial masyarakat pada zamannya. Isa HA Salam dan Rifqi Muhammad Fathi, Kajian Peta Tafsir Al-Qur'an di Program Pascasarjana UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta: Analisis Kutipan Penulis Disertasi Mahasiswa Tahun h. Namun tidak menutup kemungkinan adanya penafsiran yang utuh, sebagaimana Quraish Shihab, seorang mufasir dari Indonesia, beliau menafsirkan ayat-ayat Al-Qur'an secara utuh dalam karyanya yang berjudul Tafsir Al-Misbah.

PROFIL SAHIRON SYAMSUDDIN SERTA PEMIKIRANNYA

Biografi Singkat Sahiron Syamsuddin

  • Kondisi Sosio-Historis dan Perjalanan Intelektual
  • Karya-karya

Selain itu, penafsir juga harus memastikan bahwa bahasa yang digunakan dalam teks Alquran adalah bahasa Arab dari abad ke-7 Masehi. s{ ahih li kulli Zaman wa Makan (cocok untuk kapan saja dan di mana saja). 5 Himpunan Kajian Al-Quran dan Tafsir Indonesia, Ma'na-Cum-Maghza Pendekatan Al-Qur'an dan Hadits Menanggapi Masalah Sosial Keagamaan, (Bantul: Lembaga Ladang Kata, 2020), hal.

Sedangkan penggunaan kata “an-nas” sendiri disebutkan sebanyak 241 kali, dalam 53 surah dalam Al-Qur’an. Adapun ayat-ayat Alquran yang menggunakan kosa kata ini terdapat 9 surah dengan lafal yang berbeda-beda. Sedangkan makro adalah peristiwa-peristiwa kecil yang berhubungan dengan situasi dan kondisi di Arab pada masa turunnya Al-Qur'an.

Kesalehan dijelaskan dalam Al-Qur’an menurut Al-Zuhaili dalam 2 pengertian, yaitu al-Targi>b (dorongan) dan al-Tarhi>b (ketakutan). Menurut sejarahnya, Adam sendiri diciptakan dari debu tanah yang disebutkan dalam berbagai istilah dalam Al-Qur'an. Penggunaan kata tura>b disebutkan sebanyak 6 kali dalam Al-Qur'an, yaitu dalam QS.

44 Lajnah Pentashihan Mushaf Al-Qur'an, Badan Penelitian dan Pengembangan dan Pembinaan Kementerian Agama Republik Indonesia, Ciptaan Manusia Perspektif Al-Qur'an dan Ilmu Pengetahuan, h. Himpunan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Indonesia, Ma'na>-Cum-Magza> Pendekatan Al-Qur'an dan Hadits: Menanggapi Permasalahan Sosial Keagamaan.

Pemikiran Hermeneutika Ma’na>-Cum-Magza> Sahiron Syamsuddin

  • Identifikasi Fisiologis
  • Identifikasi Metodologis Penafsiran Berdasarkan Ma’na-cum-
  • Identifikasi Ideologis

ANALISIS KONSEP HERMENEUTIKA MA’NA<-CUM-MAGZA<

Penafsiran QS. Al-Nisa’ [4]: 1 dalam Literatur Kitab Tafsir

  • Mufasir Klasik Terhadap QS. An-Nisa>’ [4]: 1
  • Penafsiran Mufasir Kontemporer Terhadap QS. An-Nisa’ [4]: 1

Implementasi Hermeneutika Ma’na-Cum-Magza terhadap QS. An-

  • Makna dan Pesan Utama Historis QS. An-Nisa’ ayat 1
  • Signifikansi dan Dinamisasi Makna QS. An-Nisa’ ayat 1

PENUTUP

Kesimpulan

Pada bagian penutup, penulis menanggapi hasil analisis berdasarkan rumusan masalah yang telah dijelaskan pada bab pertama. Al-Nisa>' [4]:​​​​1 mengacu pada konsep tafsir yang diusung oleh Sahiron Syamsuddin, yaitu melalui teori pendekatan hermeneutika Ma'na>-cum-magza>, sehingga dapat dianalisis dan dicari maknanya. makna utama yang terkandung dalam QS. Al-Nisa>' [4]: ​​​​​​​​​1 menurut tafsir klasik dan modern, keduanya relatif sama, namun ada sedikit perbedaan dalam penafsiran kata nafs wahidah.

Kebanyakan dari mereka sepakat bahwa kata nafs wahidah dalam ayat ini diartikan sebagai Adam. Menurutnya, kata nafs wahidah di sini tidak diartikan sebagai Adam, melainkan mengacu pada Qushey, salah satu suku Quraisy yang hidup pada zaman Nabi Muhammad. Selain itu, sebagian besar tafsir klasik juga menyiratkan bahwa Hawa diciptakan dari sebagian tubuh (tulang rusuk) Adam.

Berbeda dengan penafsir modern yang menjelaskan bahwa Hawa tidak diciptakan dari tulang rusuk Adam, melainkan sejenis dengan Adam, yaitu keduanya memiliki akal, emosi dan saling terhubung satu sama lain. Al-Nisa>' [4]: ​​​​​​​​​1 sebagai argumentasi proses penciptaan manusia, yang digunakan dengan metode hermeneutika ma'na>-cum-magza> Sahiron Syamsuddin, yaitu ;. Kedua, tidak hanya berisi kisah penciptaan manusia, tetapi mengandung beberapa pesan utama, seperti perintah untuk bertakwa kepada Allah.

Saran

Maka dari itu, kita sebagai intelektual muslim tidak boleh ketinggalan dengan perubahan yang ada, salah satunya adalah pengembangan disiplin al-qur an tanpa meninggalkan koridor-koridor ajaran islam. Namun, seiring berjalannya waktu, para intelektual muslim juga ikut berpartisipasi dalam penerapan dan pengembangan ilmu tersebut ke dalam suatu disiplin ilmu baru yang disebut hermeneutika Al-Qur'an. Mereka percaya bahwa hermeneutika ini dapat membantu menafsirkan ayat-ayat Alquran dengan menangkap pesan-pesan yang terkandung di dalamnya.

عمر بين حسين تسن إلي> الطامي> مي> البكري> الرازي>, فخر الذي>ن محمد.

Gambar

Tabel 4. 1 Frasa “Ya ayyuha al-Nas” di dalam Al-Qur’an  No.  Nama Surah dan Ayat  Tempat
Tabel 4. 2 Derivasi kata سانلا / Manusia  No.  Nama Surah  Jumlah Ayat  1.  QS. Al-Baqarah [2]  39 Ayat  2
Tabel 4. 3 Derivasi kata  س - ف - ن
Tabel 4. 4 Kata Nafs wahidah
+4

Referensi

Dokumen terkait