• Tidak ada hasil yang ditemukan

Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Peran Spiritualitas dalam Kearifan Lokal pada Pengelolaan Dana Desa di Masa Pandemi Covid-19

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "Repositori Institusi | Universitas Kristen Satya Wacana: Peran Spiritualitas dalam Kearifan Lokal pada Pengelolaan Dana Desa di Masa Pandemi Covid-19"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

1 Peran Spiritualitas dalam Kearifan Lokal pada Pengelolaan Dana Desa

di Masa Pandemi Covid-19

Shefiska Inno Ranindyasari

Program Studi Akuntansi Fakultas Ekonomika dan Bisnis Universitas Kristen Satya Wacana

[email protected]

PENDAHULUAN

Program pemerintah Presiden Joko Widodo yang sudah dicanangkan sejak tahun 2015 salah satunya ialah “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka negara kesatuan”. Kebijakan pelaksanaan program pembangunan desa diatur dalam Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa. Menurut regulasi ini desa merupakan kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas wilayah yang berwenang untuk mengatur dan mengurus urusan pemerintahan serta kepentingan masyarakat setempat berdasarkan prakarsa masyarakat, hak asal usul, dan/atau hak tradisional yang diakui dan dihormati dalam sistem pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Program kerja didukung pemerintah dengan memberikan dana desa yang dianggarkan setiap tahun pada APBN dan semakin meningkat di setiap tahunnya.

Pada tahun 2015 pemerintah mengalokasikan 20.7 triliun untuk 74.093 desa, tahun 2016 meningkat secara signifikan menjadi 46,9 triliun, sedangkan tahun 2017 meningkat hingga 60 trilliun (Raharjo et al., 2018). Pada tahun 2020 dana desa yang diberikan sebesar 72 triliun. Pengelolaan dana desa yang besar perlu memperhatikan asas transparansi, akuntabilitas, partisipasi tertib dan disiplin anggaran supaya tata kelola yang baik tidak hanya terwujud pada pemerintah pusat namun juga pada pemerintah daerah.

Pembangunan desa diharapkan sesuai dengan tujuan pemerintah yaitu meningkatkan kesejahteraan masyarakat dengan diperlukannya kebijakan prioritas penggunaan dana desa. Penggunaan dana desa yang sesuai dengan kebijakan

(2)

2 prioritas, akan menjadi ukuran sebuah keberhasilan pengelolaan dana desa. Kebijakan prioritas yang telah diatur oleh pemerintah digunakan sebagai pedoman umum dalam membatasi prakarsa lokal penyusun Rencana Kerja Pemerintah Desa (RKPDes) dan Anggaran Pendapatan dan Belanja Desa (APBDes), dengan demikian pengelolaan dana desa mampu dilakukan secara tertib, efisien, efektif, taat peraturan, ekonomis, transparan dan bertanggung jawab (Raharjo et al., 2018).

Prioritas dana desa menurut Peraturan Menteri Desa Nomor 16 Tahun 2018 yaitu pembangunan dan pemberdayaan masyarakat desa yang mampu memberikan manfaat besar berupa peningkatan kualitas hidup (pembangunan sekolah, puskesmas desa), peningkatan kesejahteraan (membuka lapangan kerja, BUMDes, pembangunan sarana olahraga), penanggulangan kemiskinan (kegiatan padat karya tunai) dan peningkatan pelayanan publik (penyediaan air bersih, posyandu, pengembangan apotek hidup).

Penelitian yang dilakukan oleh Noviyanti et al., (2018) Desa Bulutengger memprioritaskan penggunaan dana desa berdasarkan Rancangan Pembangunan Jangka Menengah Desa (RPJMDes) dalam bidang pembangunan desa yang meliputi jalan irigasi, jalan poros desa. Sedangkan dalam bidang pemberdayaan masyarakat meliputi adanya sekolah pertanian, BUMDes, dan pengadaan instrumen teknologi informasi. Berdasarkan dengan aspek pengelolaan keuangan secara umum, pelaksanaan pengelolaan keuangan yang dilakukan telah sesuai dengan apa yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 dan telah mematuhi prinsip dasar pengelolaan keuangan.

Coronavirus merupakan suatu wabah yang menyerang pernapasan serta mampu menular melalui manusia maupun hewan dan dapat berujung pada kematian.

Saat ini coronavirus atau disebut dengan covid-19 telah menyebar di berbagai belahan dunia termasuk di negara Indonesia. Coronavirus pertama kali masuk di negara Indonesia pada bulan Maret 2020 dengan dua kasus, dan hingga tanggal 12 September 2020 menurut data Kemenkes terdapat 214.746 kasus positif, 8.650 orang meninggal dunia, dan 152.458 orang sembuh (Kemenkes, 2020). Wilayah provinsi

(3)

3 Jawa Tengah tercatat sebanyak 17.729 orang positif corona, dan Kabupaten Karanganyar tercatat 45 orang yang terpapar virus corona. Untuk mencegah penyebaran virus corona, pemerintah membuat kebijakan yaitu dengan diberlakukannya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang saat ini membawa dampak bagi kehidupan sosial, kesejahteraan masyarakat dan melemahnya sektor ekonomi di daerah perkotaan maupun pedesaan. Hal tersebut terjadi karena aktivitas penduduk di masing-masing daerah dibatasi, dan adanya virus corona ini tidak sedikit perusahaan yang mengalami penurunan pendapatan sehingga beberapa perusahaan memberhentikan karyawannya dan dalam kondisi paling buruk memilih untuk menutup perusahaannya. Para penduduk desa yang bermata pencaharian sebagai pedagang juga mengalami penurunan penjualan.

Indonesia pada tahun 2020 mengalami penurunan dalam sektor ekonomi, sehingga mendorong pemerintah membuat kebijakan dengan diterbitkannya Permendesa, yaitu PDTT nomor 6 tahun 2020, atas perubahan PDTT Nomor 11 Tahun 2019 berisi mengenai perubahan prioritas penggunaan dana desa tahun 2020 yang digunakan untuk (1) pencegahan dan penanganan Covid-19 (2) Padat Karya Tunai Desa (3) Bantuan Langsung Tunai. Selain hal tersebut pemerintah juga memberikan amanat untuk membentuk satuan relawan atau dapat disebut desa tanggap Covid-19. Tidak hanya prioritas penggunaan dana desa yang berubah, namun dalam pengelolaan dana desa juga terdapat sedikit perubahan di masa pandemi ini.

Pengelolaan dana desa ada lima tahapan yaitu perencanaan, pelaksanaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan penatausahaan. Perencanaan program kerja dana desa dilakukan oleh masyarakat dan perangkat desa yang diawali dengan musyawarah (MusRenBang). Tahap selanjutnya merupakan tahap pelaksanaan yang diawali dengan penyaluran dana desa secara terpisah melalui tiga tahapan yaitu 20%, 40%, dan 40%. Apabila pada tahap pertama perangkat desa terlambat dalam melaporkan pertanggungjawaban maka akan menghambat penyaluran dana desa untuk tahap kedua dan seterusnya. Dalam melaksanakan program dana desa perlu memperhatikan enam prinsip yaitu keadilan, kewenangan desa, kebutuhan prioritas,

(4)

4 swakelola, partisipatif, berbasis sumber daya desa, serta tipologi desa. Penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa yang diwajibkan untuk mencatat setiap pengeluaran dan pemasukan dalam penggunaan dana desa. Catatan tersebut nantinya akan dijadikan pedoman bendahara desa dalam membuat pelaporan dan pertanggungjawaban kepada Bupati atau Walikota mengenai realisasi dana desa.

Pada masa pandemi sekarang pengelolaan dana desa mengalami sedikit perubahan seperti perencanaan yang biasanya dilakukan musyawarah dengan tatap muka namun saat ini memungkinkan melakukan musyawarah secara virtual atau mengurangi peserta yang mengikuti musyawarah. Persentase penyaluran dana desa berubah menjadi 40%, 40%, dan 20%, dana desa tersebut difokuskan untuk pemberian Bantuan Langsung Tunai kepada penduduk miskin. Kehidupan new normal seperti sekarang tentunya memberikan tantangan bagi masyarakat desa dalam melaksanakan pengelolaan dana desa yang efektif dan sesauai dengan prioritas yang telah berubah. Pengelolaan dana desa dapat dikatakan efektif apabila output yang dikeluarkan dan pemanfaatan sumber daya desa selama proses tahapan dana desa dilakukan sesuai dengan kebijakan prioritas, rencana, tepat waktu, dan tepat pada sasaran.

Pengelolaan dana desa yang efektif mampu dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satunya yaitu masih adanya penyalahgunaan dana desa. Indonesia Corruption Watch (ICW) mencatat korupsi di sektor dana desa selama 2019 terdapat 46 kasus dan kerugian negara hingga Rp 32,3 miliar. ICW mencatat 213 ASN menjadi tersangka korupsi pada 2019 (Kompas.com, 2020). Pada Provinsi Lombok Tengah ditemukan penyalahgunaan dana desa yang seharusnya digunakan untuk penyaluran BLT bagi warga desa (Kompas.com, 2020). Untuk mengurangi hal tersebut pengelolaan dana desa diperlukan aparat yang berintegritas dan komitmen yang kuat dari pemerintah desa serta masyarakat. Apabila tidak ada komitmen dan integritas yang kuat dalam diri individu akan menghambat proses realisasi pembangunan desa.

Komitmen diartikan bahwa individu memiliki rasa kecintaan pada pekerjaanya dan memiliki rasa tanggung jawab dalam melaksanakan tugas. Sehingga mereka

(5)

5 menyadari bahwa pekerjaan yang dilakukan bermakna mendalam dan individu akan mendapatkan jawaban mengapa ia melaksanakan tanggung jawab tersebut.

Spiritualitas berasal dari bahasa latin spiritus yang berarti “nafas hidup”, spiritualitas merupakan cara manusia untuk beradaptasi melalui kesadaran dalam diri yang dicirikan melalui perilaku baik pada diri manusia, alam, orang lain dan Tuhan (Elkins et al., 1988). Menurut Zinnbauer, J Brian dan Pargament, (2005) spiritualitas muncul dalam diri seseorang dikarenakan suatu pengalaman yang digunakan untuk mencari makna dan tujuan hidup. Dehaghi et al., (2012) menyatakan bahwa spiritualitas di lingkungan kerja merupakan salah satu faktor untuk menciptakan komitmen karyawan karena dalam lingkungan kerja. Lemahnya spiritualitas dalam masyarakat maupun pemerintah desa mengakibatkan terjadinya penyelewengan dana desa yang menunjukkan lemahnya faktor mental atau psikologis dari nilai instrumental yang dianut yang dapat menyebabkan kecenderungan berpikir singkat (Munidewi, 2017).

Spiritualitas ditempat kerja seperti pada pemerintahan desa mampu membentuk kondisi psikologis yang berdampak positif pada individu maupun organisasi, spiritualitas juga menjadi faktor munculnya rasa kepedulian (Agung dan Yogatama, 2015). Spiritualitas tidak lepas dari terciptanya ajaran-ajaran positif dalam kehidupan sehari-hari, spiritualitas sangat berkaitan pada kebijaksanaan dan rasa akan kesatuan sehingga spiritualitas mampu dijadikan pengontrol diri dalam hidup bermasyarakat maupun dalam menjalankan tanggung jawab. (Bonner et al., (2003) mengatakan bahwa nilai-nilai spiritualitas yang tinggi mampu memberikan dampak bagi individu dalam bermasyarakat untuk selalu berusaha berbuat kebaikan dan memiliki rasa tolong menolong yang tinggi.

Purnamawati dan Adnyani, (2019) menunjukkan bahwa di Bali untuk mewujudkan keberhasilan pengelolaan dana desa perlu diterapkannya pengawasan yang baik dengan cara menegakkan hukum karma phala yang bersifat abadi dan universal, dan menjadikan spirtualitasnya menjadi landsan yaitu moksartham

(6)

6 jagadhita ya caiti dharma (kebahagiaan dunia dan akhirat), sehingga akan mampu mencegah penyimpangan yang tidak diinginkan.

Penelitian Utami et al., (2019) di Desa Beringin Salatiga menemukan bahwa nilai kearifan lokal yang dilihat dari adat istiadat seperti merti dusun, ritual popokan, dan filosofi jawa “Hayuning Bawana, Ambrasta dur Hangkara” dapat mempengaruhi pengawasan dan niat masyarakat untuk melakukan whistleblowing. Nilai kearifan lokal tersebut akan membentuk perilaku masyarakat yang lebih bersyukur atas yang dimiliki serta berusaha memberikan yang terbaik dan menjaga desanya dari korupsi, keserakahan, dan kejahatan. Pertana, (2019) menyatakan masyarakat lokal di Desa Banguncipto yang terletak di Kulon Progo, Yogyakarta sampai saat ini masih mempertahankan kearifan lokal yang dimiliki seperti Upacara Saparan, upacara tersebut dilakukan bertujuan untuk mengucap syukur kepada leluhur, Selain itu ada juga tarian Jatilan, Ketoprak dan tradisi keagamaan seperti Shalawatan serta Qasidah.

Dengan adanya kearifan lokal tersebut masyarakat mampu menjalankan kehidupan dengan nilai-nilai tersebut sehingga akan tercipta kehidupan yang sejahtera. Namun pada faktanya masih terdapat kasus korupsi dana desa sebesar Rp 1,15 miliar yang dilakukan oleh kepala dan bendahara desa dengan modus mark up anggaran serta pengadaan barang fiktif.

Marpaung, (2013) mengatakan bahwa kearifan lokal setiap daerah mampu membentuk karakter masyarakat yaitu mengenai sistem kepemimpinan, hubungan sosial, dan hidup secara bergotong royong. Karakter pemimpin dan hubungan sosial antar masyarakat berpengaruh terhadap perkembangan desa, terlebih pada era sekarang yang menunjukkan semakin pesat masuknya budaya luar, hal ini berakibat pada terkikisnya rasa kepedulian yang ada dalam diri masyarakat untuk menjaga desanya. Penelitian Hidayati, (2016) menunjukkan kearifan lokal yang mampu menciptakan nilai kebersamaan, solidaritas, dan kepedulian kini sudah mulai memudar. Hal ini dikarenakan adanya tantangan meningkatnya tekanan penduduk.

Memudarnya nilai-nilai tersebut berpotensi menimbulkan perselisihan antar anggota masyarakat. Hasil penelitian keterkaitan pengelolaan dana desa dengan kearifan lokal

(7)

7 yang dimiliki setiap daerah menunjukkan adanya perbedaan hasil penelitian. Pada penelitian ini akan meneliti suatu desa di kabupaten Karanganyar yang masih melestarikan kearifan lokal, namun pada penelitian ini mengangkat fenomena yang berbeda dikarenakan pengelolaan desa pada masa pademi covid-19 dalam kondisi pergeseran prioritas dana desa. Kondisi ini memiliki peluang yang besar untuk melakukan penyalahgunaan dana desa.

Berdasarkan latar belakang permasalahan tersebut, penelitian ini memiliki tujuan untuk menjelaskan bagaimana nilai spiritualitas yang terkandung pada kearifan lokal. Pada penelitian ini menunjuk salah satu desa di Kabupaten Karanganyar tepatnya di desa Gondosuli. Dikarenakan desa Gondosuli masih memiliki kearifan lokal atau budaya adat yang masih dilestarikan, seperti upacara adat Julungan yang memiliki makna ucapan syukur kepada para leluhur yang telah menjaga desa sehingga dijauhkan dari marabahaya, dengan adanya kearifan lokal tersebut akan mampu berperan dalam pengelolaan dana desa di masa new normal yang memberikan nilai-nilai kearifan lokal pada para masyarakat desa sehingga mampu mengelola dana desa. Manfaat dalam penelitian ini memberikan pemahaman kepada masyarakat mengenai spiritualitas yang terkandung dalam kearifan lokal “julungan” mampu berperan pada pengelolaan dana desa di masa pandemi, sehingga dalam pengelolaan dana desa tidak terjadi penyalahgunaan maupun korupsi. Dengan adanya pegelolaan dana desa yang sesuai dengan peraturan mampu tercipta desa mandiri.

TINJAUAN PUSTAKA Agency Theory

Teori agensi merupakan teori yang membahas mengenai pemisahan kepentingan antara agen dengan principal sehingga sering terjadi asimetri informasi yang diperoleh antara principal dan agen. Dalam teori ini principal dapat terdiri dari satu orang atau lebih dan memilih agen untuk memenuhi kepentingan bersama. Untuk menyelaraskan kepentingan antara agen dan prinsipal perlu adanya kompensasi yang diberikan kepada agen (Sayumwe & Amroune, 2017). Teori agensi tidak hanya untuk perusahaan besar, namun juga mampu diimplementasikan dalam pemerintahan desa.

(8)

8 Pada pemerintahan desa masyarakat merupakan prinsipal yang memilih kepala desa (agen) untuk mewujudkan kepentingan bersama. Sebagai agen, kepala desa diberikan tanggung jawab dan kewenangan dalam pengambilan keputusan termasuk dalam pengelolaan dana desa.

Kasus penyalahgunaan dana desa yang melibatkan kepala desa menunjukkan bahwa masih terjadi pelanggaran peraturan dalam pengelolaan dana desa.

Penyalahgunaan dana desa merupakan salah satu dampak pengabaian peran serta masyarakat dalam berpartisipasi pengelolaan dana desa. Karena kepala desa dan perangkatnya merasa bahwa mereka memiliki banyak informasi tentang keuangan desa sehingga kelebihan informasi berpotensi untuk melakukan penyimpangan. Hal ini sejalan dengan fokus kajian dalam teori keagenan. Dalam teori ini

Pengelolaan dana desa perlu dikelola sesuai dengan asas akuntabilitas, transparansi, dan partisipasi. Pengelolaan dana desa ialah salah satu tanggungjawab yang diberikan oleh masyarakat kepada kepala desa, maka perlu adanya pertanggungjawaban yang diberikan kepada masyarakat melalui laporan keuangan yang transparan maupun realisasi dari perencanaan program kerja. Dalam melaksanakan tanggung jawabnya seringkali agen dan prinsipal memiliki perbedaan kepentingan sehingga perlu adanya penyelarasan kepentingan antar agen maupun prinsipal. Pada pemerintahan desa yang berperan menjadi agen ialah kepala desa sedangkan prinsipal merupakan masyarakat desa yang memberikan tanggungjawab penuh kepada kepala dessa untuk mengelola keuangan desa.

Nilai-nilai kearifan lokal yang dimiliki setiap daerah berperan penting dalam mewujudkan pengelolaan dana desa yang mampu mengajarkan masyarakat maupun kepala desa untuk bertoleransi apabila terjadi perbedaan pendapat. Selain itu nilai kearifan lokal yang dimiliki juga mampu memberikan pedoman bagi kepala desa untuk terus menjaga desanya dengan tidak mementingkan kepentingannya sendiri.

Nilai spiritualitas yang terkandung dalam kearifan lokal mampu dijadikan pengontrol diri dalam hidup bermasyarakat maupun dalam menjalankan tanggung jawab sehingga tidak terjadi self interest.

(9)

9 Pengelolaan Dana Desa

Pengelolaan dana desa meliputi lima kegiatan yang dimulai dari perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Perencanaan dmulai dengan penyusunan Rancangan Peraturan Desa (Raperdes) oleh sekretaris desa dan akan dibawa kepada Badan Permusyawaratan Desa (BPD) serta disepakati bersama dalam Musyawarah Perencanaan Pembangunan Desa (MusRenBang), musyawarah diikuti oleh masyarakat desa untuk menyusun program kerja yang akan dilakukan berdasarkan prioritas desa. Program kerja dibagi menjadi dua yaitu program rencana pembangunan jangka menengah dan tahunan.

Pelaksanaan dana desa diawali dengan penyaluran dana desa ke rekening kas daerah yang dilakukan secara terpisah menjadi tiga tahapan, tahap pertama 40%, tahap kedua 40% dan tahap ketika 20%. Apabila dana desa akan dicairkan untuk mendanai program kerja, tim pelaksana akan mengajukan pencairan dana desa kepada sekretaris desa dan kepada kepala desa akan menyetujui dengan disertai dokumen Rencana Anggaran Biaya (RAB). Tahap yang ketiga ialah penatausahaan, penatausahaan dilakukan oleh bendahara desa. Bendahara desa mencatat setiap penerimaan dan pengeluaran dan melakukan tutup buku pada akhir bulan secara tertib. Tahap pelaporan dan pertanggungjawaban dilakukan oleh kepala desa dengan menyampaikan laporan realisasi kepada Bupati/Walikota melalui Camat (Kementerian Keuangan Republik Indonesia, 2017). Pengelolaan dana desa dilaksanakan berdasarkan lima asas, yaitu transparan, akuntabel, partisipatif serta dilakukan dengan tertib dan disiplin anggaran (Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113, 2014). Apabila dana desa dilaksanakan sesuai dengan asas-asas tersebut, program dana desa akan menjadi lebih efektif.

Pengukuran efektivitas diukur dari keberhasilan program, ketepatan sasaran, kepuasan terhadap program, pencapaian tujuan menyeluruh. Tahir, (2017) efektivitas dapat dipengaruhi oleh faktor internal seperti kepemimpinan, ketatalaksanaan, kewenangan, sumber daya aparatur, struktur organisasi, dan budaya organisasi serta faktor eksternal yang meliputi kebijakan, pengawasan dan partisipasi dari masyarakat.

(10)

10 Sebuah karakteristik kepemimpinan dan tingkat partisipasi dari masyarakat biasanya dibentuk dari kebiasaan dalam bermasyarakat yang biasa disebut dengan kearifan lokal. Dengan kearifan lokal yang dimiliki dapat menciptakan sebuah nilai positif yang dianut oleh masyarakat sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan mereka.

Kearifan Lokal

Kearifan lokal yaitu perpaduan antar nilai budaya dan nilai kepercayaan yang diwariskan oleh para luhur yang perlu dilestarikan karena secara tidak langsung kearifan lokal sebagai identitas daerah (Ade dan Affandi, 2016) dan dijadikan sebuah ciri khas suatu daerah (Sugiyarto dan Amaruli 2018). Wujud kearifan lokal dibagi menjadi dua yaitu bersifat tangible dan intangible seperti sistem kepercayaan yang dianut oleh masyarakat (Saputra, 2010). Fajarini, (2014) kearifan lokal merupakan pandangan hidup yang diwujudkan dalam aktivitas masyarakat setempat dan berguna untuk menentukan tujuan arah kehidupan serta digunakan untuk menjawab permasalahan dalam kehidupan masyarakat lokal. Kearifan lokal lahir dari berbagai pengalaman masyarakat dan nilai-nilai kearifan lokal akan melekat pada masyarakat.

Utari et al., (2016) menyatakan bahwa kearifan lokal ialah kekayaan suatu daerah yang berupa norma, kepercayaan, adat istiadat, pengetahuan, dan wawasan yang merupakan warisan dan menjadi pedoman dalam bertindak. Fungsi dan ciri kearifan lokal: (1) sebagai identitas (2) sebagai perekat dalam hubungan sosial (3) memberikan pembelajaran pentingnya nilai kebersamaan untuk bertahan diri dari kemungkinan gangguan atau perusak solidaritas yang terjadi (4) sebagai budaya yang berkembang dalam masyarakat dan tidak bersifat memaksa (5) mampu membentuk pola pikir dan hubungan antar individu berdasarkan kesamaan yang dimiliki.

Kearifan lokal merupakan faktor penting dalam keberhasilan pembangunan desa yang memberikan dampak perubahan masyarakat ke arah yang lebih baik, hal tersebut perlu dipertahankan untuk lebih meningkatkan perekonomian masyarakat.

(Tiza et al., 2014) menyatakan kearifan lokal dilestarikan oleh masyarakat mampu menciptakan sebuah tradisi yang mampu membentuk karakter dalam diri individu.

Kearifan lokal juga digunakan sebagai pengontrol diri dalam berkehidupan

(11)

11 bermasyarakat dan digunakan sebagai pedoman dalam mengambil kebijakan terkait permasalahan yang dihadapi, salah satu contoh permasalahan masyarakat terkait dengan adanya pemberian dana desa ialah penyalahgunaan dana desa oleh pihak yang mengelola, dan masyarakat harus menentukan kebijakan yang akan diambil untuk merespon penyalahgunaan yang dilakukan.

Spiritualitas

Spiritualitas merupakan konsep dengan berbagai dimensi dan perspektif yang ditandai munculnya rasa keterikatan kepada sesuatu pada diri individu disertai pencarian makna dalam kehidupan (Ardian, 2016). Menurut Efferin, (2015) spiritualitas tidak meninggalkan ajaran keagamaan dalam mengatasi permasalahan yang terjadi di lingkungan, dalam hal ini spiritualitas mampu menciptakan kerjasama untuk menciptakan lingkungan yang baik, memberdayakan manusia, dan mencegah dominasi. Amir dan Lesmawati, (2016) mengatakan religiusitas dan spiritualitas merupakan konsep yang berbeda, religiusitas memiliki dasar-dasar yang berkaitan dengan teologi dan kehidupan manusia diarahkan untuk mengikuti prinsip-prinsip dari Tuhan sedangkan spiritualitas tidak memiliki dasar-dasar tersebut dan menjadi sebuah pencarian bagi individu. Pemahaman yang dibentuk dalam religiusitas merupakan pola pikir, keyakinan, perilaku yang diarahkan pada spiritualitas dan diketahui dalam masyarakat serta diturunkan dalam tradisi. Spiritualitas diartikan sebagai proses pencarian tujuan atau makna dan kesejahteraan dalam hubungan antar makhluk hidup.

Petchsawang dan Duchon, (2009) menyatakan bahwa spiritualitas dalam pekerjaan mempunyai empat dimensi, yaitu: (1) welas asih, merupakan rasa kepedulian yang tinggi terhadap orang lain (2) kesadaran penuh, diartikan kesadaran yang dimiliki seseorang untuk melakukan tindakan sehingga lebih mampu mengontrol emosi dan perilakunya (3) pekerjaan yang bermakna mendalam, merupakan pengalaman yang diperoleh individu dan mampu memberikan jawaban mengapa ia melakukan pekerjaan dan sejauh mana pekerjaan tersebut mengekspresikan jati dirinya (4) transendensi, pengalaman yang dialami individu dan

(12)

12 mendorong kearah yang lebih positif. Apabila semakin tinggi dimensi-dimensi tersebut, jati diri yang dimiliki seseorang akan semakin utuh. Menurut Bennet dan Bennet, (2007) dimensi spiritualitas terdiri dari gairah (aliveness), kepedulian (caring), belas kasih (compassion), hasrat (eagerness), empati (empathy), ekspentansi (expectancy), harmoni (harmony), keceriaan (joy), cinta (love), respek (respect), sensitivitas (sensitivity), toleransi (tolerance), kerelaan (willingness)

Efferin, (2017) spiritualitas merupakan aset yang digunakan untuk mengembalikan jati diri manusia secara utuh serta untuk menyalurkan energi positif sehingga terciptanya kedamaian antar makhluk hidup dan spiritualitas juga berperan dalam mewujudkan asas pengelolaan dana desa seperti akuntabilitas. Weiss, (2016) mengatakan bahwa akuntabilitas tidak hanya mengenai kelengkapan dokumen laporan sebagai sumber data tetapi yang paling utama ialah keikhlasan serta kepercayaan kepada Sang Pencipta. Dalam masyarakat lokal, nilai spiritualitas terkandung dalam kearifan lokal atau kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat sehingga masyarakat lokal mampu menjalankan kehidupan kearah yang positif dan akan membentuk karakter masyarakat seperti memiliki rasa kekeluargaan yang tinggi, lebih memiliki rasa tanggung jawab, suka bergotong royong, hingga memiliki rasa empati yang terhadap sesama.

Kerangka Berpikir

Penelitian ini terkait dengan kearifan lokal yang ada pada desa Gondosuli, Kabupaten Karanganyar yang nantinya mampu mendorong pengelolaan dana desa di masa pandemi. Pada penelitian ini juga untuk melihat bagaimana relasi antara pemerintah desa dengan masyarakat dalam mencapai tujuan prioritas pengelolaan dana desa pada masa pandemi yang didasarkan pada teori agensi.

Pengelolaan dana desa akan dikaitkan dengan adanya peran kearifan lokal yang dimiliki desa Gondosuli yaitu upacara Julungan. Kearifan lokal berperan penting dalam mewujudkan lima asas pengelolaan dana desa. Penelitian Mahayani, (2017) menunjukkan bahwa budaya Tri Hita Karana yang berada di Bali berpengaruh signifikan pada asas pengelolaan dana desa seperti akuntabilitas dan partisipasi

(13)

13 masyarakat. Hal ini disebabkan karena masyarakat lokal memiliki perilaku bekerja berdasarkan norma-norma dan nilai yang positif dari Tri Hita Karana.

Utami et al., (2019) juga menunjukkan bahwa kearifan lokal berperan dalam pengelolaan dana desa, dengan adanya kearifan lokal yang dimiliki masyarakat lebih sadar untuk terus menjaga desanya dari perbuatan yang buruk seperti korupsi.

Dengan demikian masyarakat lokal memiliki kesadaran untuk melaksanakan tugas dengan rasa ikhlas tanpa memikirkan suatu imbalan yang akan diterima (Damayanti, 2017). Hidayati, (2016) menyatakan kearifan lokal yang berada ditengah-tengah masyarakat mampu membentuk pola perilaku seperti rasa kebersamaan, solidaritas, dan kepedulian. Pola perilaku yang seperti ini, apabila dilakukan secara terus menerus akan terciptanya spiritualitas dalam diri masyarakat sehingga jati diri yang dimiliki seseorang akan semakin utuh.

Petchsawang dan Duchon, (2009) menyatakan bahwa salah satu dimensi spiritualitas ialah kesadaran penuh, diartikan bahwa seseorang memiliki kesadaran dalam bertindak sehingga individu lebih mampu mengontrol emosi dan perilakunya.

Penelitian tersebut mampu mendukung pengelolaan dana desa, pemerintah desa akan lebih bertanggung jawab dalam mengelola dana desa sehingga tidak memiliki niat untuk melakukan kecurangan dan masyarakat lokal lebih sadar akan pentingnya berpartisipasi dalam pengelolaan dana desa sehingga pembangunan desa berjalan dengan lancar dan mewujudkan kesejahteraan bagi masyarakat.

Pada penelitian ini pengelolaan dana desa diukur dengan empat dimensi yaitu perencanaan, pengalokasian, pelaksanaan, dan pertanggungjawaban. Untuk memperjelas kerangka pemikiran penelitian ini akan disajikan dalam bentuk bagan:

Kearifan Lokal Spiritualitas Pengelolaan Dana

Desa

(14)

14 METODA PENELITIAN

Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan teknik deskriptif kualitatif untuk menganalisis dan menjelaskan fenomena dan hasil penelitian pada objek mengenai peran nilai kearifan lokal yang terkandung dalam pengelolaan dana desa. Penelitian kualitatif merupakan model penelitian yang digunakan secara langsung dalam lingkungan alami dan memungkinkan untuk mengembangkan keterlibatan yang lebih detail dalam pengalaman aktual, penelitian kualitatif dapat digunakan untuk meneliti kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, aktivitas sosial (Creswell, 2014).

Penelitian kualitatif bertujuan untuk membantu memahami sebab akibat yang terjadi dan untuk mempelajari perilaku manusia dalam lingkungannya serta untuk mengetahui dan mendeskripsikan suatu fenomena secara terperinci (Hancock et al.

2009). Dalam menentukan objek pada penelitian ini, peneliti melakukan survey terlebih dahulu kepada kantor kecamatan Tawangmangu dan menganalisa desa yang masih melestarikan kearifan lokal yang dimiliki. Sehingga pada penelitian ini dilakukan di desa Gondosuli yang terletak di Lereng Gunung Lawu Kabupaten Karanganyar karena di Gondosuli masih memelihara tradisi-tradisi di desanya.

Teknik Pengumpulan Data

Data pada penelitian ini menggunakan data sekunder dan primer. Data sekunder diambil dari data-data pemerintah desa seperti rencana kerja tahunan dan laporan dana desa. Pengumpulan data primer dilakukan dengan wawancara dan observasi pada pertengahan tahun 2020. Wawancara menggunakan teknik semi- terstruktur sehingga pertanyaan wawancara dikembangkan sesuai dengan kondisi lapangan yang terkait pengelolaan dana desa dan upacara Julungan. Informan pada wawancara ialah perangkat desa yang terlibat dalam pengelolaan desa, masyarakat lokal, dan tokoh desa. Perangkat desa yang menunjang dalam pengumpulan data ialah kepala desa, bendahara desa, sekretaris desa, dan masing-masing kepala dusun.

Proses wawancara kepada kepala desa, informasi yang diperlukan mengenai pengelolaan dana desa dan prioritas dan desa yang akan dilaksanakan menggunakan

(15)

15 dana desa. Pada bendahara desa diperlukan informasi mengenai pertanggungjawaban dan pelaporan dana desa. Untuk sekretaris desa yaitu informasi mengenai tercapainya pelaksanaan pembangunan desa. Dalam pengambilan data diperlukan informasi mengenai kearifan lokal, nilai lokal maupun ajaran lokal yang dapat diperoleh dari tokoh desa dan masyarakat lokal. Observasi dilakukan untuk mengamati kegiatan serta tradisi masyarakat dalam berpartisipasi untuk mewujudkan rencana dana desa.

Teknik Analisis Data

Data yang telah diperoleh pada saat wawancara dipilih dengan memilah informasi yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu mengenai pengelolaan dana desa, kearifan lokal, dan nilai spiritualitas masyarakat desa. Selanjutnya menganalisis hasil wawancara, tahapan analisis untuk penelitian ini ialah: (1) mendeskripsikan profil desa (2) deskripsi pengelolaan dana desa pada saat new normal yang dapat dilihat dari dimensinya

Tabel 1. Dimensi Pengelolaan Dana Desa

(3) mengidentifikasi kearifan lokal yang ada di desa Gondosuli dan menganalisis nilai-nilai yang terkandung pada kearifan lokal dengan melihat dimensi-dimensi kearifan lokal (4) menganalisis spiritualitas yang terkandung dalam kearifan lokal seperti welas asih, kepedulian, empati, toleransi, dan kerelaan dari dimensi vertikal yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan dan dimensi horizontal yang mengatur hubungan individu dengan diri sendiri, orang lain serta lingkungan (5) mengidentifikasi peran kearifan lokal dalam pengelolaan dana desa. Dalam menganalisis dilakukan triangulasi data untuk membandingkan hasil wawancara

No Dimensi

1 Perencanaan 2 Pelaksanaan 3 Penatausahaan 4 Pertanggungjawaban

(16)

16 dengan berbagai narasumber sehingga dapat menunjukkan keabsahan suatu data.

Dimensi-dimensi kearifan lokal yang akan dianalisis sebagai berikut:

No Dimensi Penjelasan

1 Nilai lokal Nilai yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhan maupun dengan sesama yang menunjukkan rasa belas kasih dan kepedulian, kedamaian, toleransi, kerendah hatian, cinta kasih, rasa menghargai, bertanggung jawab 2 Mekanisme pengambilan

keputusan lokal

Pengambilan keputusan dapat dilakukan secara demokratis atau secara hierarkis seperti adanya musyawarah yang dapat menciptakan dimensi spiritualitas seperti toleransi pada perbedaan pendapat

3 Solidaritas kelompok lokal Media yang digunakan untuk mengikat persatuan warganya seperti ritual keagamaan atau upacara adat sehingga menciptakan spiritualitas seperti rasa solidaritas, saling memberi dan saling menolong

Sumber: Endraswara, 2013

Tabel 2. Dimensi Kearifan Lokal

HASIL DAN PEMBAHASAAN Gambaran Umum Desa

Objek pada penelitian ini adalah desa yang terletak di Kecamatan Tawangmangu yaitu Desa Gondosuli. Penduduk Desa Gondosuli berjumlah 3.632 jiwa yang terdiri dari 1.833 laki-laki dan 1.779 perempuan. Dengan kondisi alam yang terletak di lereng Gunung Lawu mayoritas mata pencaharian penduduk desa Gondosuli yaitu sebagai petani sayuran. Hal tersebut dikarenakan suhu yang dimiliki berkisar antara 19 - 22C dan memiliki ketinggian 772 meter diatas permukaan laut, sehingga

(17)

17 membuat udara desa Gondosuli terasa sejuk. Berikut merupakan struktur organisasi pemerintahan Desa Gondosuli:

Gambar 1

Struktur Organisasi Desa Gondosuli

Pengelolaan Dana Desa pada saat New Normal

Covid-19 berdampak yang besar bagi Indonesia terkhususnya pada sektor perekonomian negara. Hal tersebut mendorong pemerintah Indonesia menyusun kebijakan baru untuk menghadapi ketidakstabilan perekonomian nasional.

Menurunnya aktivitas perekonomian negara mengakibatkan perubahan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) tahun 2020, baik sisi Pendapatan Negara, sisi Belanja Negara, maupun sisi Pembiayaan.

Pemerintah Indonesia memberikan bantuan berupa dana desa telah diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 113 Tahun 2014 Tentang Pengelolaan Keuangan Desa, dalam peraturan tersebut dana desa dikelola melalui lima tahapan yang dimulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan dan pertanggungjawaban. Desa Gondosuli ialah salah satu

(18)

18 desa di Kecamatan Tawangmangu yang mendapat bantuan dana desa dari pemerintah untuk meningkatkan sektor perekonomian di desa. Berikut tabel pendapatan dana desa Gondosuli tahun 2019 hingga 2022.

Tabel 3. Pendapatan Dana Desa Gondosuli

Pengelolaan dana desa dan penggunaannya perlu memperhatikan kebijakan prioritas yang telah diatur dalam Peraturan Menteri Desa 16 Tahun 2018 Tentang Prioritas Penggunaan Dana Desa Tahun 2019, dengan adanya peraturan baru yang tertuang pada Permendesa Nomor 13 Tahun 2020. Seperti yang dilakukan oleh pemerintah desa Gondosuli yang menggeser prioritas dana desa untuk menanggulangi covid-19. Hal tersebut sesuai dengan bapak SH selaku sekretaris desa:

“Untuk penggunaan dana desa pada saat sekarang lebih diprioritaskan untuk penanganan covid mba, seperti digunakan untuk bantuan langsung tunai lalu ada pembelian masker, desinfenktan, dan hand sanitizer yang diberikan kepada masyarakat desa secara berkala. Selain itu juga dianggarkan untuk masyarakat yang bertugas pada posko covid di desa” (SH-Sekretaris Desa)

Tahap pertama pengelolaan dana desa ialah perencanaan. Tahap perencanaan ialah penyusunan Rancangan Kerja Pemerintah (RKP) untuk periode satu tahun.

Penyusunan RKP dilakukan oleh perangkat desa, LPM (Lembaga Permusyawaratan Desa) yang telah menampung usulan dari masyarakat, BPD (Badan Pengawas Desa), dan perwakilan Tokoh Masyarakat. Namun dalam penyusunan RKP tidak jauh dari visi dan misi kepala desa. Selanjutnya dilakukan MusRemBang untuk memilah program perangkat desa yang dibutuhkan dan diprioritaskan. Program kerja serta anggaran yang telah dipilah akan disetujui oleh pemerintah kabupaten dengan melaporkan dalam Siskeudes. Sesuai yang dikatakan oleh bapak HJ selaku Bendahara Desa:

Tahun Pendapatan Dana Desa

2020 Rp 1.254.152.000

2021 Rp 1.267.856.000

2022 Rp 1.062.555.000

(19)

19

“Perencanaan dana desa itu dimulai dari penyusunan RKP untuk satu tahun biasanya yang ikut saya, kepala desa, LPM, BPD, dan tokoh masyarakat. Dalam menyusun RKP itu juga harus memperhatikan usulan dari masyarakat karena mereka tau apa yang dibutuhkan, namun tidak semua usulan masyarakat dapat kita penuhi. Kalau sudah menyusun RKP akan ada musrembang untuk menentukan program kerja yang diprioritaskan dan paling dibutuhkan. Setelah menentukkan prioritas program kerja beserta anggarannya, kita harus melaporkan pada sistem keuangan desa untuk mendapat persetujuan dari pemerintah kabupaten. Karena pemerintah kabupaten akan memeriksa terlebih dahulu apakah sesuai dengan peraturan dana desa atau tidak. Selain itu juga akan berpengaruh pada pelaporan realisasi anggaran dana desa nantinya. Kalau untuk prioritas Gondosuli sekarang untuk BLT, masker, dan hand sanitizer untuk masyarakat. Alokasi dana desa pada tahun 2022 yaitu 40% untuk BLT, 8% penanganan covid dan 20% untuk ketahanan pangan (padat karya tunai)” (HJ-Bendahara Desa).

Kebijakan yang diberikan pemerintah untuk pencegahan penyebaran covid-19 salah satunya dengan memberlakukan aturan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) pada masing-masing wilayah berdasarkan tingkat kasus. PSBB diatur pada Peraturan Pemerintah Nomor 21 Tahun 2020 Tentang Pembatasan Sosial Berskala Besar. Pemerintah desa Gondosuli dalam melaksanakan kegiatan pemerintah desa menerapkan PSBB termasuk dalam menyusun perencanaan dana desa.

Dalam menyusun rencana program kerja atau rapat, sekarang dibatasi mba orangnya dan waktunya juga dipersingkat menjadi lebih pendek tidak boleh terlalu lama. Selain itu juga tempat duduknya diberikan jarak tidak boleh terlalu dekat(HJ-Bendahara Desa)

Pelaksanaan merupakan tahapan kedua dalam pengelolaan dana desa. Untuk merealisasikan program kerja yang telah disepakati, kepala desa akan membentuk TPK (Tim Pelaksana Kegiatan) untuk menjadi penanggung jawab program kerja termasuk melaksanakan kegiatan, mengawasi kegiatan, dan melaporkan realisasi program kerja serta realisasi anggaran. Dalam pelaksanaan program kerja, pemerintah menganjurkan untuk melaksanakan Padat Karya Tunai dengan kata lain pembangunan dan pelaksanaan dilakukan oleh masyarakat lokal desa tersebut.

Dengan adanya Padat Karya Tunai juga akan meningkatkan pertumbuhan perekonomian masyarakat desa dan meningkatkan partsipasi dari masyarakat. Hal ini sesuai dengan pernyataan PG selaku Kepala Desa:

Kalau melaksanakan program kerja seperti pembangunan jalan dan jembatan seperti kemarin di Gondosuli dilakukan oleh masyarakat sini

(20)

20 sendiri mba, karena kalau disini masih kental dengan gotong royongnya, masyarakat suka membantu dengan senang hati. Partisipasinya juga sangat antusias karena mereka berpikirnya juga untuk kepentingan bersama, tapi nanti juga ada penanggung jawabnya sendiri supaya mampu berjalan sesuai dengan rencana dan anggaran. Padat Karya Tunai juga membantu perekonomian masyarakat desa, karena 50% dana PKTD diberikan untuk upah kerja warga yang mengikuti pembangunan” (PG-Kepala Desa)

Pelaksanaan program kerja yang telah disusun di tahun 2019 bergeser untuk penanganan covid-19 seperti kebijakan yang disusun oleh pemerintah Indonesia untuk menghadapi ancaman ketidakstabilan perekonomian nasional pada Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2020 yaitu "pengutamaan penggunaan Dana Desa" adalah dapat digunakan antara lain untuk bantuan langsung tunai (BLT) kepada penduduk miskin di desa, padat karya tunai dan kegiatan penanganan pandemi covid-19.

Pergeseran pelaksanaan program dana desa juga terjadi di desa Gondosuli, hal tersebut diungkapkan oleh SH Sekretaris Desa:

Sebelum terjadinya covid-19 dulu kita mempunyai program kerja untuk pembangunan gedung pertemuan mba untuk satu tahun kedepan, namun karena adanya pandemi ini mau tidak mau kita harus memindahkan anggaran untuk membantu masyarakat melalui BLT sesuai dengan kebijakan pemerintah. Dalam menyalurkan BLT pun kita harus mendata masyarakat mana saja yang mendapatkan bantuan, disitu perlu adanya kerja ekstra karena masyarakat di Desa Gondosuli cukup banyak dan supaya BLT tersebut sampai ditangan yang tepat

Bantuan Lansung Tunai diberikan kepada masyarakat dengan berpedoman kriteria kriteria atau syarat yang diberikan oleh pemerintah, hal tersebut digunakan pemerintah desa supaya pemberian BLT tepat sasaran. Kriteria penerima BLT telah diatur dalam PMK 222/PMK07/2020 yang tertulis bahwa penerima BLT merupakan keluarga miskin atau tidak mampu dan bukan termasuk penerima bantuan PKH, kartu pra kerja, dan program bantuan pemerintah lainnya. Langkah awal penyaluran BLT ialah mendata calon penerima bantuan yang dilakukan oleh relawan desa pada tingkat RT. Selanjutnya hasil pencataan dimusyawarahkan untuk validasi, finalisasi, dan penetapan data KK calon penerima BLT-DD yang ditulis dalam berita acara dan disetujui oleh Kepala Desa.

Apabila berita acara telah ditandatangani, kepala desa akan memberikan data kepada Bupati/Walikota. Pada desa Gondosuli setelah melakukan pendataan akan dilanjutkan

(21)

21 dengan survey terlebih dahulu kepada calon penerima BLT, hal tersebut diungkapkan oleh SH Sekretaris Desa:

Bantuan Langsung Tunai tidak semua warga menerima. Awalnya kita harus mendata terlebih dahulu setelah itu melakukan survey ke rumah warga, pada tahun 2021 BLT diberikan kepada 33 KPM sedangkan pada tahun 2022 penerima BLT meningkat menjadi 119 KPM. Anggaran BLT merupakan 40% dari anggaran dana desa

Pengelolaan dana desa pada tahap penatausahaan memerlukan tanggung jawab penuh dari bendaharawan desa, bendahara desa diwajibkan menyusun laporan setiap penerimaan dan pengeluaran dana dan melakukan pencatatan atau tutup buku setiap akhir bulan secara tertib untuk dilaporkan kepada kepala desa. Laporan dana desa yang telah disusun perlu adanya pelaporan dan pertanggungjawaban. Pelaporan dan pertanggungjawaban dana desa mampu mewujudkan salah satu asas pengelolaan keuangan desa yaitu akuntabilitas.

Fungsi pelaporan dana desa yaitu untuk mengetahui sejauh mana pelaksanaan program kerja dan mengevaluasi dana desa dalam berbagai aspek terkait pelaksanaan kegiatan dana desa. Pelaporan dana desa memiliki prinsip yaitu menyajikan informasi yang akurat dan valid, jelas, dan tepat waktu sesuai dengan yang ditetapkan. Karena ketepatan waktu dalam pelaporan juga akan berpengaruh pada penyaluran dana desa tahap selanjutnya. Pelaporan dana desa dibagi menjadi dua tahap, semester pertama dan kedua. Semester pertama akan di lapokan pada bulan Juli tahun berjalan dan semester kedua pada bulan Januari. Pelaporan tersebut diberikan kepala desa kepada bupati atau walikota.

Laporan pertanggungjawaban yang diberikan kepala desa kepada bupati merupakan laporan realisasi pelaksanaan APBDesa. Namun laporan realisasi tersebut tidak hanya diberikan kepada pemerintah daerah, masyarakat desa juga perlu mengetahui realisasi dana desa. Laporan pertanggungjawaban kepada masyarakat juga dapat disebarluaskan melalui website resmi pemerintah desa atau keabupaten dan papan informasi desa sehingga dapat terwujudnya asas transparansi.

(22)

22 Nilai Spiritualitas dalam Kearifan Lokal

Negara Indonesia merupakan negara dengan keanekaragaman budaya. Budaya yang dimiliki setiap daerah tentunya beranekaragama dan memiliki makna tersendiri bagi masyarakat daerah tersebut. Budaya biasanya akan selaras dengan kearifan lokal karena kedua hal tersebut lahir karena adanya kebiasaan dari masyarakat. Kearifan lokal terdiri dari kata kearifan dan lokal yang masing-masing memiliki arti sendiri.

Kearifan diartikan sebagai kebijakan sedangkan lokal memiliki arti setempat sehingga kearifan lokal merupakan kebijakan, aturan maupun pegangan hidup yang dimiliki oleh masyarakat setempat yang dianggap baik dan benar. Bentuk-bentuk kearifan lokal dalam masyarakat dapat berupa: norma, nilai, adat istiadat, kepercayaan, etika, tradisi, hukum adat dan aturan-aturan.

Pada penelitian ini mengambil objek pada salah satu desa di Jawa Tengah yaitu desa Gondosuli yang terletak di lereng Gunung Lawu. Menurut masyarakat setempat, desa Gondosuli merupakan salah satu desa yang masih melestarikan kearifan yang dimiliki. Salah satu bentuk kearifan lokal yang dimiliki desa Gondosuli yaitu tradisi Julungan yang diadakan pada wuku Juluwangi biasanya dihitung enam bulan sekali.

Julungan merupakan tradisi bersih desa, yang biasanya dilakukan oleh masyarakat Jawa. Namun beberapa desa memiliki hitungan waktu sendiri untuk melakukan bersih desa yang didasarkan pada penanggalan jawa. Menurut AN selaku Perangkat Desa:

Desa Gondosuli ini dari dulu masih memelihara tradisi leluhur Julungan yang dilestarikan secara turun menurun, biasanya seluruh masyarakat mengikuti tradisi tersebut dari mulai anak kecil hingga para sesepuh desa. Tradisi Julungan Gondosuli memiliki berbagai rangkaian acara mulai dari menyiapkan makanan yang akan dibawa ke Punden oleh sesepuh dan makanan yang dibagikan kepada masyarakat.

Tapi sebelum makanan dibawa ke Punden akan diadakan acara berdoa bersama disalah satu rumah warga yang mendapatkan giliran sebagai tuan rumah

Kearifan lokal memiliki nilai-nilai yang terkandung di dalamnya, nilai-nilai tersebut akan diterapkan atau menjadi pendoman masyarakat dalam bersosialisasi.

Nilai-nilai kearifan lokal masyarakat terbentuk melalui kesepakatan seluruh masyarakat atas dasar berbagai pengalaman hidupnya yang menjadi pedoman perbuatan bagi anggota masyarakat. Seperti tradisi Julungan yang memiliki arti ucapan

(23)

23 syukur atas kemakmuran yang diberikan Tuhan kepada masyarakat seperti adanya bantuan dana dari pemerintah yaitu dana desa. Selain itu juga bermakna ucapan syukur atas kesejahteraan dikarenakan pemerintah desa Gondosuli dalam pengelolaan dana desa dilakukan sesuai dengan aturan serta penuh dengan rasa tanggungjawab, sehingga desa Gondosuli dijauhkan dari tindakan korupsi dalam pengelolaan dana desa. Hal tersebut dikatakan oleh AN:

“Tradisi Julungan memiliki arti penting bagi masyarakat Gondosuli, dengan adanya upacara Julungan, warga disini akan menyampaikan ucapan syukur atas kesehatan, berkah, kedamaian yang diberikan. Selain itu dengan adanya upacara Julungan, masyarakat disini juga percaya desanya akan dijauhkan dari segala bahaya dan terwujud desa yang ayem tentrem”

Tradisi Julungan memiliki arti yang sama seperti yang dikatakan oleh Negoro (2001:57-60), bersih desa merupakan upacara tradisional masyarakat setempat untuk menyatakan ucapan syukur atas suatu hal baik yang diberikan kedihupan yang bahagia dan mempunyai cukup sandang dan pangan, hidup selamat dan berkecukupan. Makna tradisi Julungan memiliki peran penting dalam pengelolaan dana desa, masyarakat mengucap syukur atas rejeki yang diberikan pada desanya, selain itu juga berperan penting untuk perangkat desa dalam mengelola dana desa supaya dikelola dengan baik tanpa adanya tindak kecurangan.

Nilai tradisi Julungan juga mengandung nilai-nilai spiritualitas di dalamnya seperti rasa tanggungjawab, keikhlasan dan kerelaan untuk menjaga desanya supaya aman dan tentram. Nilai-nilai tersebut dapat diterapkan dalam pengelolaan dana desa, seperti rasa tanggungjawab yang perlu dimiliki oleh pemeritah desa sehingga dalam menjalankan tugasnya mengelola keuangan desa mampu menciptakan keberhasilan pembangunan desa yang sesuai dengan aturan pemerintah. Hal tersebut seperti yang dikatakan SH:

“Makna Julungan biasanya juga harus diterapkan pada perangkat desa, karena perangkat desa memiliki tanggungjawab untuk mengelola daerahnya sendiri. Salah satunya dengan diberikannya dana desa oleh pemerintah, berarti perangkat desa harus bisa bertanggung jawab mengelola dengan baik sesuai dengan kebutuhan masyarakat disini. Karena kita sudah dipercaya masyarakat untuk mewakili mereka, jadi kita juga harus memiliki kerelaan untuk mendengarkan aspirasi masyarakat sehingga dana desa dapat digunakan sesuai dengan kebutuhan mereka”

(24)

24 Nilai spiritualitas yang terkadnung pada kearifan lokal seperti rasa tanggungjawab, keikhlasan dan kerelaan juga berperan dalam pengelolaan dana desa. Nilai tanggungjawab terdapat pada semua tahapan pengelolaan dana desa. Pada tahap perencanaan pemerintah desa bertanggungjawab atas pengelolaan dan prioritas dana desa sehingga mampu merealisasikan rencan pembangunan desa pada tahap pelaksanaan. Pada tahap pelaksanaan tidak hanya pemerintah desa yang betanggungjawab, namun tim yang ditunjuk oleh pemerintah desa untuk pengawasan pembangunan desa juga ikut bertanggungjawab atas pelaksanaan program desa.

Tahap pelaporan dan pertanggungjawaban, bendahara desa bertanggungjawab atas laporan realisasi anggaran yang akan dilaporkan kepada bupati atau walikota.

Nilai spiritualitas yang terkandung tidak hanya terbatas pada dimensi tersebut, namun juga memiliki dimensi lainnya yaitu adanya kesadaran dalam diri manusia untuk melakukan suatu tindakan. Karena masyarakat desa Gondosuli memiliki kesadaran diri untuk menjaga desanya sehingga masyarakat akan berpartisipasi dalam pengelolaan dana desa. Kerjasama yang baik antar perangkat desa dan masyarakat akan mewujudkan pembangunan desa yang sesuai dengan prioritas, selain hal tersebut juga akan mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Dimensi kesadaran diri ini juga dibuktikan dalam tahap pelaksanaan pengelolaan dana, masyarakat desa Gondosuli ikut berpartisipasi dalam pengelolaan dana desa. Hal tersebut dibuktikan melalui perkataan SH:

“Di desa Gondosuli ini alhamdulilahnya tidak ada masyarakat yang merasa kekurangan selama masa pandemi Covid ini, karena kita terus memperhatikan kondisi masyarakat disini. Apabila ada yang membutuhkan juga kita akan membantu, tidak hanya perangkat desa yang membantu, namun tetangga sekitarnya juga ikut membantu. Semisal ada yang positif Covid, nanti kita akan memberikan bantuan makanan, vitamin, dan obat-obat yang dibutuhkan karena kan dana desa juga salah satunya dianggarkan untuk penanggulangan covid. Selain itu masyarakat juga ikut membantu dalam sensus penerima BLT”

Nilai spiritualitas tidak hanya terkandung dalam kearifan lokal julungan. Pada masa pandemi saat ini adanya kebiasaan baru yang dilakukan oleh masyarakat Gondosuli. Karena kearifan lokal lahir adanya pengalaman hidup dari masyarakat

(25)

25 setempat, masyarakat Gondusuli memiliki kearifan lokal yang mengusung nilai spiritualitas gotong royong. Kearifan lokal tersebut ialah “Jogo Tonggo” yang telah dicanangkan oleh Bapak Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Jogo memiliki arti menjaga sedangkan tonggo ialah tetangga. Jogo tonggo merupakan program yang berbasis kearifan lokal untuk melawan keterpurukan desa pada masa pandemi covid- 19. Selain itu jogo tongo memacu masyarakat untuk memiliki kesadaran dalam mentaati peraturan dan menujukaan solidaritas.

Kearifan lokal Gondosuli yaitu tradisi Julungan dan “Jogo Tonggo” memiliki makna yang mendalam bagi masyarakat setempat. Pada masa perubahan globalisasi seperti sekarang, masyarakat Gondosuli masih memelihara dan melestarikan kearifan lokal yang dimiliki. Kearifan tersebut dijadikan sebagai pedoman hidup dalam kegiatan bersosialisasi seperti dalam kegiatan pengelolaan dana desa mulai dari perencanaan hingga pertanggungjawaban yang mampu mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Kearifan lokal yang memiliki keselarasan terciptanya dimensi nilai spiritualitas, seperti adanya rasa gotong royong untuk mewujudkan prioritas dana desa, rasa kesadaran, rasa keikhlasan untuk saling membantu masyarakat, dan rasa toleransi yang tinggi dalam pengambilan keputusan dalam menentukan prioritas dana desa. Selain itu juga adanya rasa kesadaran diri dalam mewujudkan pembangunan desa dengan adanya partisipasi dari masyarakat diawali pada saat musyawarah hingga adanya program Padat Karya Tunai oleh masyarakat Gondosuli.

PENUTUP

KESIMPULAN

Hasil penelitian mengenai peranan spiritualitas yang terkandung dalam nilai kearifan lokal pada pengelolaan dana desa di masa pandemi covid-19 sudah dilakukan sesuai dengan perubahan peraturan pemerintah yang mengatur pengelolaan dana desa pada masa pandemi. Dilihat dari tahapan pertama yaitu tahap perencanaan, pemerintah desa Gondosuli menyusun Rencana Kerja Pemerintah (RKP) dengan musrenbang yang melibatkan partisipasi dari masyarakat sehingga mampu

(26)

26 menghasilkan rencana kerja sesuai dengan prioritas kebutuhan desa. Namun pada masa pandemi covid-19, pemerintah desa Gondosuli menggeser prioritas rencana kerja pembangunan menjadi penanggulangan covid-19. Hal tersebut dilakukan sesuai dengan perubahan peraturan pemerintah mengenai prioritas dana desa tahun 2019.

Pada tahap pelaksanaan Desa Gondosuli melaksanakan program kerja baru untuk penanggulangan covid-19 dengan cara memberikan BLT, masker, dan hand sanitizer kepada masyarakat dengan alokasi dana desa pada tahun 2022 yaitu 40%

untuk BLT, 8% penanganan covid dan 20% untuk ketahanan pangan (padat karya tunai). Namun Bantuan Langsung Tunai tidak semua warga menerima, pada tahun 2021 BLT diberikan kepada 33 KPM sedangkan pada tahun 2022 penerima BLT meningkat menjadi 119 KPM. Anggaran BLT merupakan 40% dari anggaran dana desa. Untuk tahap pelaporan dan pertanggungjawaban pemerintah desa Gondosuli melaporkan dengan tepat pada aplikasi sistem keuangan desa (siskeudes) yang diawasi langsung oleh BPKP.

Pada penelitian ini di desa Gondosuli dalam mengelola dana desa menerapkan nilai pada kearifan lokal yang dimiliki. Desa Gondosuli memiliki kearifan lokal tradisi Julungan yang memiliki peran penting dalam pengelolaan dan desa yaitu masyarakat lebih mengucap syukur atas rejeki dan kesejahteraan yang diberikan pada desanya, selain itu juga berperan penting untuk perangkat desa dalam mengelola dan desa supaya dikelola dengan baik tanpa adanya tindak kecurangan karena perangkat desa memiliki rasa untuk menjaga desa Gondosuli supaya masyarakatnya hidup dengan sejahtera. Nilai tradisi Julungan yang dimiliki oleh Gondosuli juga mengandung nilai-nilai spiritualitas di dalamnya seperti rasa tanggungjawab, keikhlasan dan kerelaan untuk menjaga desanya supaya aman dan tentram.

Masyarakat Gondosuli pada masa pandemi saat ini memiliki kebiasaan baru yang dilakukan oleh masyarakat Gondosuli, kearifan lokal tersebut ialah “Jogo Tonggo”.

yang mengusung nilai spiritualitas untuk gotong royong dan menimbulkan rasa kepedulian antar masyarakat, sehingga dalam pengelolaan dana desa pemerintah dan

(27)

27 masyarakat saling bergotong royong untuk mewujudkan rencana kerja dan pembangunan desanya.

KETERBATASAN

Keterbatasan yang dialami dalam penelitian ini adalah tidak maksimal dalam pengambilan data, dikarenakan kasus pademi covid-19 masih tinggi sehingga informan seperti sesepuh desa, masyarakat penerima BLT tidak dapat ditemui.

Kemudian keterbatasan lainnya ialah kurangnya pemahaman beberapa masyarakat mengenai dana desa secara mendalam.

SARAN

Saran untuk penelitian selanjutnya dalam melakukan penelitian pengelolaan dana desa tidak hanya berfokus pada nilai spiritualitas dan kearifan lokal yang dimiliki oleh setiap daerah. Namun dapat dikembangkan dengan aspek-aspek lain yang mampu berpengaruh pada pengelolaan dana desa, seperti kinerja pemerintah desa dan perilaku dalam organisasi (organizational behavior). Selain itu saran untuk desa Gondosuli yaitu terus melestarikan kearifan lokal yang dimiliki dan mengajarkan kepada generasi muda sehingga nilai pada kearifan lokal terus mampu menjadi pandangan hidup dalam berkehidupan bermasyarakat dan dalam pengelolaan pemerintahaan desa maupun keuagan desa. Dengan dilestarikan nilai-nilai tersebut mampu mewujudkan desa yang mandiri dan sejahtera.

Gambar

Tabel 1. Dimensi Pengelolaan Dana Desa
Tabel 2. Dimensi Kearifan Lokal

Referensi

Dokumen terkait

Budaya sasi yang masih terpelihara hingga saat ini adalah salah satu wujud nyata kearifan lokal masyarakat dalam pengelolaan sumberdaya alam berbasis

dalam hal memiliki kearifan lokal yang menjaga tanah sebagai bagian hidup dan terkait. dengan ritus dan kegiatan masyarakat kiranya

―Analisis Relasi Wajah Dalam Tradisi Pangngan Orang Toraja Melalui Filsafat Tanggung Jawab Wajah Levinas.‖ In Teologi Kontekstual Dan Kearifan Lokal Toraja.. Research Design Pendekatan

Pendampingan Pastoral Dalam Pembimbingan Spiritual Remaja GKS Pusat Waikabubak Di Masa Pandemi Pastoral dipahami sebagai sebuah kehadiran sosok gembala yang menempatkan diri untuk

Kardina, Astrida.2014.Peran Pelayan Gereja dalam pendampingan pastoral remaja di jakarta, Yogyakarta: Universitas Kristen Duta Wacana, 2014 Krisetya Mesach,Konseling seni hubungan

Harus dipastikan bahwa keluarga penerima manfaat KPM PKH mendapatkan subsidi BPNT, jaminan sosial KIS, KIP, pemberdayaan melalui KUBE termasuk berbagai program perlindungan dan

DESAIN PELATIHAN PADA MASA PENDEMI COVID-19 STUDI KASUS PENERAPAN METODE CONSTRUCTIVE LEARNING PADA PENYAMPAIAN PEMBELAJARAN VIRTUAL LEARNING Siti..

PEMAHAMAN JEMAAT HKBP SALATIGA TERHADAP PANDEMI COVID-19 Studi Kasus di HKBP Salatiga dengan Kajian Teologi Bencana Oleh: Aslin Elia Mayana Sibarani 712016030 TUGAS AKHIR