PROPOSAL SKRIPSI
PERKEMBANGAN PENGELOLAAN OBJEK WISATA UMBUL PENGGING TAHUN 1985-2020
HENDRI SUSANTO
53010210062
PROGRAM STUDI SEJARAH PERADABAN ISLAM FAKULTAS USHULUDDIN ADAB DAN HUMANIORA
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SALATIGA 2024
OUTLINE
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Rumusan Masalah C. Batasan Penelitian D. Tujuan Penelitian E. Tinjauan Pustaka F. Kerangka Konseptual G. Metode Penelitian H. Sistematika Penulisan
BAB II PEMANDIAN UMBUL PENGGING KERATON SURAKARTA A. Pemandian Raja milik Keraton Surakarta
B. Terbengkalainya Pemandian pasca wafatnya Raja 1939-1984
C. Penyerahan Pemandian Umbul Pengging kepada Pemerintah Boyolali 1985
BAB III PERKEMBANGAN OBJEK WISATA DI PEMANDIAN RAJA KERATON SURAKARTA
A. Renovasi Pemandian Raja Keraton Surakarta 1985-1987 B. Pembukaan Pemandian Raja menjadi Objek Wisata 1987 C. Turunnya Retribusi Padusan Umbul Pengging 1992 D. Penyelenggaraan Lomba Cenderamata 1998
BAB IV PENGELOLAAN OBJEK WISATA PEMANDIAN OLEH PT. WINWIN A. Kerjasama Umbul Pengging dengan PT. Win-Win 2011
B. Penutupan Kawasan Wisata air Pengging saat Covid-19 2020
BAB V PENUTUP KESIMPULAN
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pariwisata merupakan kegiatan yang menjadi suatu kebutuhan pokok manusia yang pada umumnya disesuaikan dengan tingkat pendapatan pada masing-masing individu. Pariwisata merupakan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain yang bersifat sementara, dilakukan perorangan ataupun kelompok sebagai usaha mencari keseimbangan atau keserasian dan kebahagiaan dengan lingkungan hidup dalam dimensi sosial, budaya, alam dan juga ilmu.1
Pariwisata sendiri menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009 yakni berbagai macam kegiatan wisata didukung oleh berbagai fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah, dan juga pemerintah daerah.
Pengembangan Objek dan Daya Tarik Wisata (ODTW) dapat menjadi pilihan yang strategis dalam mengoptimalisasi berbagai keunggulan komparatif dan keunggulan kompetitif dengan negara destinasi lainnya. Pengembangan ini dapat menjadi kegiatan untuk meningkatkan produk wisata terlebih untuk menambah keunikan dari produk wisata tersebut.2
Pengembangan pariwisata sendiri berkaitan erat dengan pengembangan budaya bangsa serta bagaimana melestarikan nilai-nilai kepribadian bangsa dengan memanfaatkan potensi keindahan dan juga kekayaan alamnya. Memanfaatkan disini bukan merubah secara total, melainkan lebih berfokus pada pengelolaan, pemanfaatan dan pelestarian setiap potensi yang ada, yang mana potensi tersebut disusun dan dirangkai menjadi satu daya tarik wisata. Maka dari itu pengelolaan dan pemanfaatan potensi yang ada di daerah juga dikelola oleh masingmasing daerah.
Inilah yang juga di laksanakan oleh Pemerintah Kabupaten Boyolali, dimana Kabupaten Boyolali sendiri memiliki banyak potensi dan juga sumber daya alam yang dapat dimanfaatkan
1 (Nyoman S Pendit, 2002:66).
2 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 10 Tahun 2009
dan juga di kembangkan sebagai daya tarik wisata. Kabupaten Boyolali khususnya pada sektor pariwisata merupakan salah satu sektor yang strategis yang sangat berpotensial dalam proses pengelolaan pariwisata yang dapat dikembangkan dan dipasarkan.
Diantara banyaknya umbul yang ada di Kabupaten Boyolali, ada umbul yang memiliki kisah serta keunikan yang dapat menarik wisatawan untuk berkunung ke umbul ini. Nama umbulnya sendiri yakni Umbul Pengging. Umbul Pengging dikenal oleh masyarakat sekitar karena memiliki keunikan yakni bernuansa kerajaan masa lalu. Umbul Pengging secara administrativ terletak di Desa Dukuh, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah.3
Salah satu keunikan dari Umbul pengging yakni masih kentalnya tradisi yang dilakukan di pemandian ini. Ketiga pemandian yang berada di kawasan Umbul Pengging ini memiliki tingkat kedalaman masing-masing serta memiliki fungsi yang digunakan sebagai tempat pelaksanaan tradisi yang berbeda pula. Umbul temanten biasanya sering digunakan untuk lokasi siraman bagi pasangan yang akan melaksanakan pernikahan, sedangkan Umbul ngabean kerap digunakan sebagai tempat ritual kungkum. Dari tradisi tersebut dapat dijadikan sebagai objek untuk menarik wisatawan berkunjung khususnya pada hari-hari tertentu.4
Di Umbul Pengging tepatnya di sebelah umbul temanten juga terdapat suatu bangunan tempat pertunjukan yang cukup luas dan juga bagus serta unik karena bangunan tersebut kental akan budaya jawa seperti wayang. Tempat tersebut biasanya digunakan sebagai tempat pertunjukan seperti tarian, pertunjukan wayang, teater. Tempat tersebut jika dirawat dan dikembangkan dengan baik serta pelaksanaan pertunjukan kebudayaan yang digelar rutin dapat menarik minat wisatawan mancanegara untuk datang dan melihat pertunjukan-
pertunjukan kesenian yang disuguhkan, karena wisatawan mancanegara memiliki daya tarik yang tinggi akan keunikan kebudayaan-kebudayaan daerah di Indonesia salah satu contohnya yakni pertunjukan kebudayaan di Bali. Bangunan tempat pertunjukan ini dapat menjadi daya tarik
3 http://www.boyolalikab.go.id/, diunduh pada tanggal 20 november 2023 pukul 14.15).
4 (http://harianjoglosemar.com/. Ario Bhawono, diunduh pada tanggal 24 november 2023 pukul 10.20).
utama yang wisatawan mancanegara untuk berkunjung ke Umbul Pengging jika pengembangan dan pengelolaannya dapat dilakukan dengan baik.
Umbul Pengging di Boyolali memang terkenal karena beberapa keistimewaannya dibandingkan dengan umbul-umbul pemandian lainnya karena Lokasi Umbul Pengging dikelilingi oleh alam yang masih alami dan hijau, memberikan suasana yang tenang dan sejuk bagi pengunjung serta selain sebagai tempat rekreasi, Umbul Pengging juga memiliki nilai-nilai budaya yang terjaga, memberikan pengalaman yang lebih dalam tentang kekayaan budaya lokal.
Kombinasi dari alam yang indah, kualitas air yang baik, dan nilai-nilai budaya yang terpelihara menjadikan Umbul Pengging sebagai destinasi wisata yang menarik untuk dikunjungi.
Dalam penelitian ini difokuskan terhadap bentuk upaya-upaya perkembangan objek wisata Umbul Pengging yang berada di Desa Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Pengging merupakan salah satu wilayah yang masih banyak memiliki peninggalan- peninggalan yang memang harus dijaga dan dilestarikan sehingga dengan hadirnya Umbul Pengging ini masyarakat sekitar pengging harus bisa menjaga bangunan peninggalan dari Sri Susuhunan Paku Buwono IX dan mengembangkan tempat-tempat rekreasi yang berada di wilayah sekitar pengging. Pada tulisan ini nantinya akan disajikan data-data mengenai upaya perkembangan Desa Pengging, dan tepatnya perkembangan objek wisata Umbul Pengging.
Berdasarkan latar belakang yang diungkapkan oleh penulis serta hal-hal yang menarik yang ada di dalamnya, maka penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul
“Perkembangan Pengelolaan Objek Wisata Umbul Pengging Pada Tahun 1985/2020”.
B. RUMUSAN MASALAH
Masalah utama yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana perkembangan pengelolaan wisata Umbul Pengging dari awal mulainya objek wisata Umbul Pengging ini diresmikan oleh pemerintah pada tahun 1985 hingga datangnya sebuah wabah penyakit yang
melanda Indonesia yang sehingga membuat pengelolaan objek wisata Umbul Pengging ini di berhentikan sementara waktu pada tahun 2020.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan diatas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah antara lain :
1. Bagaimana situs Pemandian Umbul Pengging di masa Raja Keraton Surakarta ?
2. Bagaimana perkembangan Umbul Pengging menjadi Objek Wisata daerah tahun 1985-1998 ?
3. Bagaimana dinamika pengelolaan Objek Wisata Pengging setelah di Swastanisasi 2011-2020 ?
C. BATASAN PENELITIAN
Batasan temporal penelitian ini adalah pada saat awal mula Umbul Pengging ini di resmikan yaitu pada tahun 1985. Yang dimana pada tahun itu pihak dari keraton surakarta memberikan amanat kepada pemerintah Boyolali agar meresmikan dan meneruskan pengelolaan dari Umbul Pengging. Sedangkan pada tahun 2020 dipilih sebagai tahun akhir penelitian karena pada tahun ini obyek wisata Umbul Pengging sempat ditutup sementara dikarenakan tidak adanya pengelolaan dari pihak objek wisata Umbul Pengging yang pada saat itu kondisi di seluruh wilayah Indonesia sedang dilanda pandemi Covid-19.
Batasan spasial atau ruang yang diambil yaitu berada di objek wisata Umbul Pengging yang terletak di Desa Pengging, Kecamatan Banyudono, Kabupaten Boyolali. Dipilihnya Umbul Pengging yang ada di Kecamatan Banyudono ini karena Umbul Pengging ini mencerminkan kompleksitas serta signifikansi keagamaan, budaya, dan sosial dari tempat ini dalam konteks masyarakat Jawa kuno. Ini tidak hanya sekadar batas fisik, tetapi juga mencakup dimensi spiritual dan simbolis yang melingkupi kehidupan dan kepercayaan masyarakat pada masa itu.
D. TUJUAN PENELITIAN
Penelitian ini memiliki tujuan untuk mengetahui bagaimana perkembangan obyek wisata Umbul Pengging setelah bekerjasama dengan PT. Win-Win. Maka dari itu penelitian ini memiliki tujuan :
1. Untuk mengetahui sejarah dan peran situs Pemandian Umbul Pengging di masa pemerintahan Raja Keraton Surakarta.
2. Untuk mengetahui perkembangan Pemandian Umbul Pengging menjadi objek wisata daerah pada periode 1985-1998.
3. Untuk mengetahui dinamika pengelolaan Objek Wisata Umbul Pengging setelah dilakukan swastanisasi pada periode 2011-2020.
E. TINJAUAN PUSTAKA
Tinjauan pustaka disini tujuannya untuk melakukan tinjauan terhadap karya-karya penelitian terdahulu yang sejenis dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu sebagai pembeda antara penelitian terdahulu dengan penelitian yang akan dilakukan.
Pertama, jurnal ini ditulis oleh Aldila Merdiana Dewanti 2014 : Analisa Pola Partnership Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Umbul Tirto Marto Pengging Kabupaten Boyolali Tahun 2012-2014. Jurnal ini membahas Kemitraan pada dasarnya menawarkan konsep keuntungan bagi pihak-pihak yang menjalankannya. Sesuai dengan prinsip kemitraan, bahwa dalam menjalankan sebuah kerjasama terlebih dalam pengelolaan sebuah aset, prinsip saling menguntungkan tetaplah menjadi modal utama selain kepercayaan (trust). Di Kabupaten Boyolali sendiri, konsep kemitraan ini seperti tergolong kebijakan minor dikarenakan kebijakan kemitraan ini masih menjadi agenda pemerintah yang belum familiar. Hal ini terlihat dari beberapa aset daerah saja yang telah berjalan dengan menggunakan sistem kemitraan. 5
Kedua, skripsi yang berjudul “Dinamika Sosial Ekonomi Pengelolaan Sumber Mata Air Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten Tahun 1998-2012”. Skripsi ini merupakan tulisan dari Mahasiswa UNS program studi Ilmu Sejarah yang bernama Alfian Affan pada tahun 2017. Tulisan ini membahas tentang pengelolaan sumber mata air di Desa Ponggok. Pada bab II, membahas mengenai gambaran umum Desa Ponggok, Kecamatan Polanharjo, dimana isinya yaitu tentang kondisi geografis, demografi, sosial budaya, dan latar belakang pengelolaan sumber mata air Desa Ponggok. Pada tulisan yang akan ditulis, sebenarnya tidak akan membahas mengenai kondisi geografi ataupun demografi, karena tulisan ini lebih difokuskan pada sisi historisnya, bukan di sosiologi ataupun geografi. Latar belakang yang dimaksud disini yaitu memberi penjelasan tentang mitos dan sejarah Desa Ponggok.
5 Aldila Merdiana Dewanti, 2014. Analisa Pola Partnership Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Umbul Tirto Marto Pengging Kabupaten Boyolali Tahun 2012-2014.
Kebijakan awal pemanfaatan air di Desa Ponggok pun ditulis pada skripsi ini. Bab III membahas perkembangan pengelolaan sumber mata air, dari sumber mata air di Indonesia hingga fokus di perkembangan pengelolaan sumber air Desa Ponggok. 6
Ketiga, jurnal ini ditulis oleh Amira Dzatin Nabila, Dyah Widiyastuti 2018
“Kajian Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas untuk Pengembangan Pariwisata Umbul Ponggok di Kabupaten Klaten’’. Jurnal ini membahas kondisi Umbul Ponggok dilihat dalam hal atraksi, amenitas, aksesibilitas dan pengelolaan wisata serta memberikan alternatif strategi pengembangan objek wisata yang dimana pengelolaan wisata Umbul Ponggok berada pada satu tangan yaitu BUMDes Tirta Mandiri menjadikan pengelolaan tersentral pada satu pihak.7
Keempat, jurnal ditulis oleh Atun Yulianto, Anis Kumalaningrum 2020 : “Potensi Pengembangan Destinasi Wisata Umbul Pluneng Di Kabupaten Klaten Jawa Tengah”. Jurnal ini membahas Umbul Pluneng sangat berpotensi untuk dikembangkan lagi dengan beberapa strategi, antara lain disimpulkan melalui strategi pengembangan dengan memanfaatkan kreatifitas budaya masyarakat dalam sebuah agenda wisata (festival) yang didiukung kesenian modern untuk mendorong motivasi berkunjung masyarakat melalui promosi digital, meningkatkan peran masyarakat dalam BUMDES Tirta Sejahtera untuk kegiatan pelayanan, kebersihan dan pengelolaan wahana Umbul Pluneng yang didukung pemerintah setempat, meningkatkan jumlah kerjasama dengan tour operator, memanfaatkan peran serta masyarakat dalam pengadaan lahan parkir yang lebih luas, kebersihan dan peningkatan keamanan lingkungan, memanfaatkan internet atau sosial media untuk memposting pentingnya membersihkan diri seperti mandi dan cuci tangan menggunakan air yang jernih dari sumber mata air Umbul Pluneng untuk mengurangi resiko terpapar virus corona, dan membuat karakteristik pembeda bagi objek wisata Umbul Pluneng
6.Alfian Affan 2017. “Dinamika Sosial Ekonomi Pengelolaan Sumber Mata Air Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten Tahun 1998-2012”.
7 Amira Dzatin Nabila, Dyah Widiyastuti, 2018. “Kajian Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas untuk Pengembangan Pariwisata Umbul Ponggok di Kabupaten Klaten’’
melalui peningkatan kebersihan, perbaikan fasilitas, aksesbilitas, layanan serta membangun pusat informasi berbahasa Indonesia maupun asing.8
Kelima, jurnal ini ditulis oleh Evi Rusvitasari, Agus Solikhin 2014 : “Strategi
Pengembangan Wisata Alam dalam Meningkatkan Kunjungan Wisatawan di Obyek Wisata Umbul Sidomukti Bandungan Semarang”. Jurnal ini membahas strategi promosi yang dilakukan oleh pihak pengelola untuk mengenalkan obyek wisata tersebut agar wisatawan tertarik untuk mengunjungi obyek wisata Umbul Sidomukti. Melalui hasil analisis data yang diolah dalam pembahasan dapat disimpulkan bahwa obyek wisata alam Umbul Sidomukti memiliki daya tarik dan potensi yang besar untuk menjadi obyek wisata alam yang menyajikan keindahan alam serta fasilitas yang sudah disediakan oleh pihak pengelola mampu bersaing dengan obyek wisata alam lainnya
Berdasarkan beberapa karya yang ditulis di atas, tidak ada tulisan yang secara khusus membahas persoalan tentang Perkembangan Pengelolaaan Objek Wisata Umbul Pengging Pada Tahun 1985-2020. Kalaupun penelitian ini ada singgungan dan kaitannya dengan kajian-kajian di atas, hal itu hanya sebatas penggunaan fakta. Oleh sebab itu, sekalipun banyak tulisan yang menjadikan umbul pengging sebagai objek penelitian atau tema kajiannya, tetapi penelitian ini berbeda dengan kajian-kajian tersebut.
8 Atun Yulianto, Anis Kumalaningrum, 2020. “Potensi Pengembangan Destinasi Wisata Umbul Pluneng Di Kabupaten Klaten Jawa Tengah”
F. KERANGKA KONSEPTUAL
Pada bab ini, akan dijelaskan mengenai pengertian dan juga teori-teori tentang istilah- istilah yang digunakan, seperti penngertian dari perkembangan, pengelolaan, objek wisata, dan pengelolaan objek wisata.
1. Perkembangan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), kata "perkembangan memiliki beberapa arti sebagai berikut :9
a. Perihal berkembang: Proses atau keadaan berkembang.
b. Perubahan: Proses bertambah atau meningkat secara bertahap dalam suatu aspek.
c. Pertumbuhan: Proses bertambahnya ukuran, jumlah, atau cakupan. Kebijakan.
2. Pengelolaan
Dalam kamus besar bahasa Indonesia (2010) pengelolaan didefenisikan sebagai berikut:
a. Proses, cara dan perbuatan
b. Proses melakukan perbuatan tertentu dengan menggerakkan tenaga orang lain.
c. Proses yang membantu merumuskan kebijaksanaan dan tujuan organisasi.
d. Proses yang memberikan pengawasanpada semua hal yang terlibat.
Patterson dan Plowman dalam Suprapto (2009) mendefinisikan pengelolaan (manajemen) sebagai suatu teknik, maksud dan tujuan dari sekelompok manusia tertentu yang ditetapkan, dijelaskan dan dijalankan.
Sementara Terry (2009:9) dalam bukunya Manajemen” mengemukakan bahwa:
Pengelolaan sama dengan manajemen sehingga pengelolaan dipahami sebagai suatu proses membeda-bedakan atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan
9 Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. (2023). Perkembangan. Diakses dari KBBI Daring.
memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Pengelolaan merupakan suatu proses kegiatan yang meliputi perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan.
Adapun menurut Keating (Cairunida 2009:24), yang dimaksud dengan pengelolaan adalah : bekerja dengan lewat orang-orang secara pribadi dan kelompok untuk mencapai tujuan organisasional lembaga. Pengelolaan terutama harus ditujukan kepada pencapaian tujuan kelompok/lembaga dengan kata lain pengelolaan harus bisa bekerja dengan orangorang dan kelompok supaya bisa tercapai suatu tujuannya.
Dari beberapa definisi di atas dapat dikatakan bahwa pengelolaan/manajemen merupakan kegiatan merencanakan, mengorganisasikan menggerakkan dan mengembangkan segala upaya dalam mengatur dan mendaya gunakan sumber daya manusia sarana prasarana untuk mencapai tujuan organisasi yang ditetapkan secara efektif dan efisien.
Menurut Handoko (Cairunida,2009:24) pengertian pengelolaan adalah proses yang membantu merumuskan suatu kebijakan dan tujuan organisasi atau proses yang memberikan pengawasan pada suatu yang terlibat dalam pelaksanan dan pencapaian tujuan. dengan manajemen sehingga pengelolaan dipahami sebagai suatu proses membeda- bedakan atas perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan dengan memanfaatkan baik ilmu maupun seni agar dapat menyelesaikan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya.
3. Objek Wisata
Objek wisata merupakan keseluruhan aspek yang berada di kawasan tujuan wisata yang memiliki pesona yang menarik bagi orang-orang untuk datang mengunjungi tempat tersebut.
Menurut Undang-Undang No. 10 Tahun 2009 tentang pariwisata, objek dan daya tarik wisata merupakan sesuatu yang memiliki keindahan, keunikan, dan nilai berupa keanekaragaman
kekayaan alam, budaya, dan hasil buatan manusia yang berpotensi menjadi sasaran atau kunjungan para wisatawan.10
Pariwisata merupakan kegiatan yang menggerakkan banyak orang serta mewujudkan berbagai bidang usaha. Sektor pariwisata merupakan salah satu bidang yang menguntungkan karena mampu mempercepat pertumbuhan ekonomi, peningkatan pendapatan, penyedia lapangan kerja, dan mempercepat sektor-sektor produktif lainnya. Selain itu interaksi antar wisatawan dengan masyarakat dapat mempengaruhi kondisi sosial budaya maupun ekonomi masyarakat dan berpengaruh terhadap keberadaan wisata secara berkelanjutan.11
Karakteristik Objek Wisata Merujuk pada desa wisata, objek wisata yang bisa dikembangkan akan memberikan contoh yang baik bagi objek wisata lainnya, penetapan suatu wisata dijadikan sebagai objek wisata harus memenuhi beberapa persyaratan, antara lain12: a) Akses baik, sehingga mudah dikunjungi wisatawan dengan menggunakan berbagai jenis alat transportasi.
b) Memiliki objek-objek menarik berupa alam, seni budaya, legenda, makanan lokal, dan sebagainya untuk dikembangkan sebagai objek wisata.
c) Masyarakat dan aparat desanya menerima dan memberikan dukungan yang tinggi terhadap objek wisata serta para wisatawan yang datang.
d) Keamanan objek wisata tersebut terjamin.
e) Tersedia akomodasi, telekomunikasi, dan tenaga kerja yang memadai.
f) Berhubungan dengan objek wisata lain yang sudah dikenal oleh masyarakat luas
Setiap objek wisata tentunya memiliki karakteristik tersendiri, hal tersebut dilihat dari adanya potensi di kawasan wisata tersebut sehingga layak untuk dijadikan sebagai objek wisata.
Pengelolaan suatu objek wisata tidak hanya terbatas pada penetapannya sebagai sarana
10 Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
11 Ismayanti, Pengantar Pariwisata (Jakarta: PT Gramedia Widisarana Indonesia, 2010), 55.
12 Neneng Komariah, Encang Saepudin, dan Pawit M. Yusup, “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal,”
Jurnal Pariwisata Pesona 3, no. 2 (2018), 161.
berwisata, namun juga memiliki karakteristik yang berbeda dari objek wisata lainnya sehingga dapat membedakan keunggulan dari masing-masing objek wisata.
Adapun jenis pariwisata yang dikenal oleh masyarakat, sebagai berikut13 :
a) Wisata budaya, merupakan perjalanan wisatawan yang berkeinginan untuk memperluas pandangan hidup dengan mengadakan perjalanan ke tempat atau ke luar negeri, mempelajari kondisi rakyat, kebiasaan, adat istiadat, cara hidup, kesenian, dan kebudayaan.
b) Wisata olahraga, merupakan perjalanan wisatawan bertujuan untuk berolahraga atau hanya sekedar melihat pertandingan olahraga di suatu tempat.
c) Wisata komersial, merupakan perjalanan wisatawan untuk berkunjung ke pameran dan pekan raya yang bersifat sementara.
d) Wisata industri, merupakan perjalanan wisatawan pelajar atau mahasiswa dan orang-orang ke suatu daerah perindustrian dengan tujuan melakukan penelitian atau peninjauan.
e) Wisata bahari, merupakan perjalanan wisatawan ke tempat alam seperti danau, pantai atau laut.
f) Wisata cagar alam, merupakan jenis wisata berkunjung ke tempat cagar alam, taman lindung yang dijaga oleh undang-undang demi kelestarian.
4. Pengelolaan Objek Wisata
Dalam pengelolaan pariwisata ini, Undang-Undang Nomor 32 pasal 1 tahun 2009 tentang perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup bahwa upaya sistematis dan terpadu yang dilakukan untuk melestarikan fungsi lingkungan hidup dan mencegah terjadinya pencemaran dan kerusakan lingkungan hidup.Pengembangan pariwisata yang berbasis pada masyarakat harus memperhatikan empat pertimbangan utama yaitu :
1. Aksesbilitas dengan isu pokok kenyamanan dan keadaan.
2. Pelestarian lingkungan isu pokok manfaat dan siklus bisnis.
13 I Ketut Suwenan dan Ngurah Widyatama, Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata (Bali: Udayana University Press, 2010), 25.
3. Kemajuan ekonomi isu pokok manfaat dan siklus bisnis.
4. Pengelolaan yang berkesinambungan isu pokok tujuan dan metode.
Didalam menghadapi isu pokok pertimbangan utama dalam pengembangan pariwisata perlu dipersiapkan sebagai respon strategis antara lain :
a. Jalur-jalur transportasi dan terminalnya.
b. Keramah tamahan pelayanan.
c. Penggarapan pelayanan.
d. Penonjolan penyajian warisan budaya lokal.
e. Siversifikasi dan pengendalian produk.
f. Investasi dan penyerapan tenaga kerja lokal.
g. Kesertaan masyarakat dalam segala kegiatan.
Berdasarkan peraturan pemerintahan nomor 67 tahun 1996, pengelolaan dan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam meliputi 5 hal yaitu :
1. Pembangunan sarana dan prasarana pelengkap beserta fasilitas pelayanan lain bagi wisatawan. 2.
Pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam termasuik sarana dan prasarana yang ada.
3. Penyediaan sarana dan fasilitas bagiu masyarakat dan sekitarnya untuk berperan serta dalam kegiatan pengusahaan objek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.
4. Penyelenggaraan persetujuan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap objek wisata dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.
5. Penyelenggaraan persetujuan seni budaya yang dapat memberi nilai tambah terhadap objek dan daya tarik wisata alam yang bersangkutan.
G. METODE PENELITIAN
Metode penelitian yang akan digunakan adalah metode sejarah kritis. Metode sejarah adalah petunjuk pelaksanaan dan petunjuk teknis tentang bahan, kritik, interpretasi dan penyajian sejarah. Langkah-langkah menggunakan metode sejarah yaitu heuristik, kritik
(verifikasi), interpretasi, dan historiografi. Adapun keempat langkah tersebut yang digunakan oleh penulis untuk menyelesaikan Proposal Penelitian ini sebagai berikut:
1. Heuristik (pengumpulan data)
Heuristik adalah pengumpulan data atau sumber-sumber yang ditinggalkan manusia yang ada di masa lampau yang menunjukan segala aktifitas manusia padad waktu itu baik berupa peninggalan-peninggalanya maupun catatan-catatanya. Pada tahap ini melakukan pengumpulan data perkembangan objek wisata Umbul Pengging dari tahun 1985-2020. Kemudian dalam penelitian ini menggunakan 2 langkah untuk mencari sumber sejarah :
a. Sumber Primer : sumber primer adalah sumber informasi yang diciptakan pada saat itu, baik berupa lisan, audio atau dokumen seperti teks, foto.
1. Sumber tertulis : dikumpulkan melalui dokumentasi atau karya ilmiah yang membahas tentang objek wisata Umbul Pengging.
2. Sumber dokumen : dikumpulkan dari sumber hasil pengamatan penelitian, koran, internet berupa foto dan dokumen seperti surat pengesahan.
Dokumentasi : foto kunjungan Sri Sultan Hamengku Buwono IX pada tahun 1971 yang diperoleh di Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah DIY, foto tempat pemandian Pakubuwono ke X yang diperoleh di kantor pengelola Umbul Pengging.
Koran : berita yang meliput adanya penurunan retribusi pada tahun 1992 dan berita koran yang meliput tentang adanya lomba cenderamata pada tahun 1998 yang diperoleh dari Monumen Pers Nasional.
b. Sumber sekunder : sumber yang merujuk pada karya sejarah yang ditulis dengan merujuk pula pada sumber -sumber primer dan sumber-sumber sekunder.
2. Verifikasi ( Kritik Sumber )
Setelah mendapatkan data-data relevan dengan tema, penelitian dilanjutkan pada tahap metode sejarah selanjutnya, yaitu kritik sumber. Kritik sumber dilakukan dengan pengujian terhadap data atau sumber-sumber sejarah tersebut.
Kritik sumber dilakukan untuk memperoleh fakta akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.Tahap kritik dibagi menjadi dua, yaitu:
a) Kritik Eksternal
Kritik ini yaitu kritik terhadap fisik sumber yang berhubungan dengan masalah otentitas (keaslian) sumber yang diteliti. Bagian lain dalam melakukan kritik eksternal adalah menilai kredibiltas para penulis atau penyedia sumber. Oleh karena itu, penulis mengambil sumber dari lembaga lembaga dan sumber pusataka yang sudah terjaga kredibiltasnya. Seperti Dinas Pariwisata dan Kebudayaan, Kabupaten Boyolali, kantor pengelola Umbul Pengging, dan kantor Dinas Kearsipan Kabupaten Boyolali. Arsip yang didapatkan di kantor Dinas Kearsipan Kabupaten Boyolali yaitu berbentuk sebuah foto dimana foto tersebut kondisinya masih terjaga dan terawat walaupun masih banyak arsip-arsip lain terkait Umbul Pengging yang masih belum ditemukan.
b) Kritik Internal
Kritik ini yaitu kritik trehadap isi sumber yang dilakukan dengan proses penyeleksian data perkembangan obyek wisata Umbul Pengging dengan tujuan utamanya kridibilitas (kebenaran) sumber. Pada tahap ini peneliti melakukan analisis selain dengan cara memperhatikan kembali isinya, juga melakukan dengan uji perbandingan dengan hasil dokumen koran yang di dapat, apakah terdapat perbedaan atau tidak dari sumber-sumber yang didapat tersebut.
3. Interprestasi ( penafsiran )
Dalam penafsiran terdapat dua cara yaitu dengan analisis dan sintesis :
Analisis merupakan penguraian atau menguraikan sumber-sumber yang telah peneliti dapat mengenai sumber-sumber yang berkaitan dengan Perkembangan obyek wisata Umbul Pengging, Banyudono , Kabupaten Boyolali baik secara tetulis maupun dokumentasi.
Sedangkan cara keduanya itu dengan proses penafsiran sintesis yaitu menyatukan atau menghubungkan antara sumber satu dengan sumber yang lainya. Pada tahap ini peneliti menyatukan apakah sesuai atau tidak antara sumber data perkembangan obyek wisata Umbul Pengging yang tertulis dengan dokumentasi yang diperoleh dari pengelola obyek wisata Umbul Pengging.
4. Historiografi ( penulisan sejarah )
Penulisan sejarah pada umumya merupakan istilah yang digunakan dalam proses laporan hasil penelitian sejarah. Dari kerangka penulisan yang tidak bisa dirubah karena sudah dijadikan baku akan tetap pola penyusunan penelitian masih dapat di susun sesuai dengan kemauan peneliti sendiri, seperti halnya pengurutan periodesasi baik peristiwa atau secara tema yang di dapat. Dalam hal pemaparanya pun juga dilakukan dengan dua cara yaitu dengan pemaparan deduktif maupun induktif.
Kemudian dalam penelitikan sejarah ini selalu berhubungan dengan adanya peristiwa, pastinya tidak akan lepas dengan proses penulisan secara kualitatif, sehingga deskripsi faktanya dapat berhubungan selama penulisan sejarah. Dari hasil yang diperoleh dimulai dari pengumpulan sumber, memastikan keaslian, dan penafsiran data, kemudian langkah yang terakhir adalah menuangkan hasil penelitian kedalam historiografi. Dalam tahap ini, penulis melakukan analisis terhadap perkembangan statistik obyek wisata Umbul Pengging pada tahun 1985-2020 dalam bentuk narasi.
H. SISTEMATIKA PENULISAN
Untuk mempermudah dalam penelitian ini, maka sistematika yang digunakan olehpenulis adalah sebagai berikut :
BAB-I Pendahuluan, meliputi latar belakang masalah, perumusan masalah, batasan penelitian, tujuan penelitian, tinjauan pustaka, kerangka konseptual, metode penelitian, serta sistematika penulisan.
BAB-II Dalam bab ini berisi tentang sejarah berdirinya Umbul Pengging, diskripsi kondisi dan potensi wisata Umbul Pengging baik secara fisik maupun non fisik.
BAB-IIIBab ini menjelaskan bagaimana perkembangan pengelolaan terhadap Umbul Pengging yang merupakan Pemandian Raja Keraton Surakarta hingga akhirnya diambil alih oleh Pemerintah Boyolali.
BAB-IV Bab ini menjelaskan bagaimana dinamika pengelolaan objek wisata Umbul Pengging setelah kerjasama dengan pihak swasta yaitu oleh PT Win-Win.
BAB-V Penutup berisi, kesimpulan yang merupakan jawaban dari dari permasalahan yang dikaji dalam penelitian ini.
DAFTAR PUSTAKA
Aldila Merdiana Dewanti, 2014. Analisa Pola Partnership Dalam Pengelolaan Obyek Wisata Umbul Tirto MartoPengging Kabupaten Boyolali Tahun 2012-2014.
Alfian Affan 2017. “Dinamika Sosial Ekonomi Pengelolaan Sumber Mata Air Desa Ponggok Kecamatan Polanharjo Kabupaten Klaten Tahun 1998-2012”.
Amira Dzatin Nabila, Dyah Widiyastuti, 2018. Kajian Atraksi, Amenitas dan Aksesibilitas untuk Pengembangan Pariwisata Umbul Ponggok di Kabupaten Klaten’’ .
Atun Yulianto, Anis Kumalaningrum, 2020. Potensi Pengembangan Destinasi Wisata Umbul Pluneng Di Kabupaten Klaten Jawa Tengah .
Desky, M.A. 2001. Pengantar Bisnis Biro Perjalanan Wisata. Yogyakarta: Adi Citia Karya Nusa.
Hamalik Oemar 1978. Travel & Tour Asas-metode-teknik. Jakarta Pradnya Paramita 1978.
http://www.boyolalikab.go.id/, diunduh pada tanggal 20 november 2023 pukul 14.15).
(http://harianjoglosemar.com/, Ario Bhawono, diunduh pada tanggal 24 november 2023 pukul 10.20).
I Ketut Suwenan dan Ngurah Widyatama, Pengetahuan Dasar Ilmu Pariwisata (Bali: Udayana University Press, 2010).
Ismayanti, Pengantar Pariwisata (Jakarta: PT Gramedia Widisarana Indonesia, 2010).
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Daring. (2023). Perkembangan. Diakses dari KBBI.
Neneng Komariah, Encang Saepudin, dan Pawit M. Yusup, “Pengembangan Desa Wisata Berbasis Kearifan Lokal,” Jurnal Pariwisata Pesona 3.
Nyoman.S. Pendit. 2002. Ilmu Pariwisata Sebuah Pengantar Perdana. Jakarta : Pradya Paramita
Oka A Yoeti 1990. Pengantar Ilmu Pariwisata, Bandung . Angkasa Wahab, Saleh. 1985.
Manajemen Pariwisata. Jakarta: PT. Pradya Paramita.
Soekadijo. 1997. Anatomi Pariwisata (Memahami Pariwisata Sebagai “Systemic Linkage”).
Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama.
Undang-Undang No.10 Tahun 2009 Tentang Kepariwisataan.
LAMPIRAN
Sri Sultan Hamengku Buwono IX melihat peta wilayah Desa Pengging khususnya perbaikan Umbul Pengging dengan teliti dalam kunjungan di Boyolali.
Area Identitas
Kode referensi : iKrat.F3-krat.F3.VI-krat.F3.VI.313-krat.F3.VII-krat.F3.VII.351- krat.F3.VIIIkrat.F3.VIII.391-krat.F3.IX-krat.F3.IX.446-krat.F3.X-krat.F3.X.534
Jenis Media : Gambar Tanggal: 1971 (penciptaan)
Area Konteks
Nama Pencipta : Kraton Yogyakarta
Repositori : Dinas Perpustakaan Dan Arsip Daerah DIY
Foto pemandian Raja Keraton Surakarta Umbul Pengging sebelum di ambil alih oleh Pemerintah Boyolali yang
belum di renovasi dan di revitalisasi.
.
Jenis Media : Gambar Tanggal : 1980
Repositori : Kantor Pengelola Umbul Pengging
Berikut merupakan arsip yang berupa koran yang meliput pemberitaan terkait penurunan retribusi
hasil dari acara Padusan di Umbul Pengging pada tahun 1992.
Nama : Bernas Jenis Media : Koran Tanggal : 1992-03-16 Halaman : 09
Repositori : Monumen Pers Nasional
Berikut merupakan arsip yang berupa koran yang meliput pemberitaan terkait
penyelenggaraan Lomba Cenderamata yang diadakan di Umbul Pengging pada tahun 1998.
Nama : Solopos Jenis Media : Koran Tanggal : 1998-04-13 Halaman : 07
Repositori : Monumen Pers Nasional