SATUAN ACARA PENYULUHAN (SAP)
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
DISUSUN OLEH : Kelompok 1
Aisyah Astri P00340218001
Anggi Oktari P00340218002
Anggun Rizkika Putri P00340218003
Ayu Febriyanti P00340218004
Ayu Wandira P00340218005
Ayu Widia P00340218006
Dosen Pembimbing:
Indah Fitri Andini, SST, M.Keb
KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLTEKKES KEMENKES BENGKULU
PRODI DIII KEBIDANAN CURUP T.A 2019/2020
FORMAT SATUAN ACARA PENYULUHAN
Topik : Hipertensi
Sub Topik : Hipertensi Dalam Kehamilan Sasaran : Ibu-ibu hamil
Tempat : Puskesmas Hari/Tanggal : 22 februari 2020 Waktu : 30 menit
A. Prinsip Pembuatan
Upaya kesehatan yang komprehensif, yang bersifat promotif (peningkatan) sebagai perpaduan dari upaya prefentif (pencegahan),kuratif (pengobatan) dan rehabilitative (pemulihan).
B. Model
Transteoritical Model (Model Berharap)
Model tranteortical adalah suatu model yang diterapkan untuk menilai kesiapan seorang individu untuk bertidak atas perilaku sehat yang baru dan memberikan strategi atau proses perubahan untuk memandu setiap individu melalui tahapan perubahan untuk bertindak dalam pemeliharaan kesehatan
C. Latar Belakang
Berdasarkan pengalaman klinik dalam penanggulangan hipertensi dengan kehamilan di Indonesia dengan penyesuaian terhadap lingkungan dan fasilitas yang tersedia bagi sebagian besar dokter di Indonesia, dirasakan perlu adanya suatu upaya klasifikasi baru mengenai hipertensi dengan kehamilan.
Tujuan klasifikasi baru ini adalah untuk mempermudah diagnostik dengan memberikan beberapa tolok ukur klinik dan untuk me-nyeragamkan catatan
medik agar dapat membantu epidemiologi dan penanggulangan hipertensi dengan kehamilan dimasa depan.
D. Tujuan Intruksional Umum
Menginformasikan dan menjelaskan tentang hipertensi dalam kehamilan E. Tujuan Intruksional Khusus
1. Mengetahui pengertian hipertensi dalam kehamilan 2. Mengetahui klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
3. Mengetahui cara penatalaksaan hipertensi dalam kehamilan 4. Mengetahui cara mencegah hipertensi dalam kehamilan F. Materi
Hipertensi dalam kehamilan
G. Metode Penyuluhan
1. Metode : Ceramah Dan Tanya Jawab 2. Media : leaflet
3. Langkah – langkah
H. Garis besar mater I (terlampir)
1. Mengetahui pengertian hipertensi dalam kehamilan 2. Mengetahui klasifikasi hipertensi dalam kehamilan
3. Mengetahui cara penatalaksaan hipertensi dalam kehamilan 4. Mengetahui cara mencegah hipertensi dalam kehamilan
I. Kegiatan Penyuluhan
No Acara Waktu Kegiatan Evaluasi
1 Pembukaan 5 Menit 1. Perkenalan
2. Menjelaskan tujuan
Menjawab salam,
mendengarkan dengan seksama 2 Inti 15 Menit 1. Menjelaskan pengertian
hipertensi dalam kehamilan 2. Menjelaskan tentang klasifikasi
Mendengarkan dan
Memperhatikan
hipertensi dalam kehamilan 3. Menjelaskan cara
penatalaksanaan hipertensi dalam kehamilan
4. Menjelaskan cara mencegah hipertensi dalam kehamilan 5. Memberi kesempatan peserta
untuk bertanya
3. Diskusi 8 Menit 1. Memberikan soal secara lisan kepada peserta secara
bergantian
2. Peserta mengerti seluruh materi penyuluhan yang telah
disampaikan
Peserta mengajukan pertanyaan
4. Penutup 2 Menit 1. Mengucapkan terimakasih atas segala perhatian peserta
2. Mengucapkan salam penutup
Peserta menjawab
Setting Tempat
Keterangan :
: Fasilitator : Moderator
: Peserta penyuluhan : LCD
Media Penyuluhan
Media : LCD Proyektor, PPT dan Leaflet Sarana : Ruang penyuluhan, meja dan kur
J. Kriteria Evaluasi
1. Ibu dapat menjelaskan tentang pengertian hipertensi dalam kehamilan dengan bahasa sendiri dan benar
2. Ibu dapat menjelaskan klasifikasi hipertensi dalam kehamilan 3. Ibu mengerti bagaimana penatalaksaan hipertensi dalam kehamilan 4. Ibu dapat menjelaskan bagaimana cara mencegah hipertensi dalam
kehamilan K. Referensi
http://sigidhs.blogspot.com/2012/05/hipertensi-pada-kehamilan.html http://bidanku.com/index.php?/hipertensi-pada-kehamilan
MATERI PENYULUHAN
HIPERTENSI DALAM KEHAMILAN
1. Definisi
hipertensi atau tekanan darah tinggi yang menimpa ibu hamil akan sangat membahayakan baik kehamilan itu sendiri maupun bagi ibu.
hipertensi atau tekanan darah tinggi terjadi ketika darah yang dipompakan oleh jantung mengalami peningkatan tekanan, hingga hal ini dapat membuat adanaya tekanan dan merusak dinding arteri di pembuluh darah.
Seseorang dikatakan mengalami hipertensi jika tekanan darahnya di atas 140/90 mmHG (berarti 140 mmHg tekanan sistolik dan 90 mmHg tekanan diastolik). Hipertensi pada kehamilan banyak terjadi pada usia ibu hamil di bawah 20 tahun atau di atas 40, kehamilan dengan bayi kembar, atau terjadi pada ibu hamil dengan kehamilan pertama.
2. Klasifikasi
Klasifikasi hipertensi dalam kehamilan:
a) Hipertensi kronik adalah hipertensi yang timbul sebelum umur kehamilan 20 minggu atau hipertensi yang pertama kali didiagnosa setelah umur kehamilan 20 minggu dan hipertensi menetap sampai 12 minggu pascapersalinan.
b) Preeklampsia adalah hipertensi yang timbul setelah 20 minggu kehamilan disertai dengan proteinuria.
c) Eklampsia adalah preeklampsia yang disertai dengan kejang-kejang dan atau koma.
d) Hipertensi gestasional (disebut juga transient hypertension) adalah hipertensi yang timbul pada kehamilan tanpa disertai proteinuria dan hipertensi menghilang setelah 3 bulan pascapersalinan atau kehamilan dengan tanda-tanda preeklampsia tetapi tanpa proteinuria.
3. Etiologi dan faktor resiko
Terdapat banyak resiko untuk terjadinya hipertensi dalam kehamilan, yang
dapat dikelompokkan dalam faktor resiko sebagai berikut:
a) Primigravida, primipaternitas
b) Hiperplasentosis, misalanya molahidatidosa, kehamilan multipel, DM, hidrops fetalis, bayi besar
c) Umur yang ekstrim
d) Riwayat keluarga pernah preeklampsia/eclampsia
e) Penyakit-penyakit ginjal dan hipertensi yang sudah ada sebelum hamil
f) Obesitas
4. Patofisiologi
Penyebab hipertensi kehamilan masih belum diketahui dengan jelas. Banyak teori telah dikemukakan tentang terjadinya hipertensi tersebut. Teori yang sekarang dianut, yaitu :
a) Teori kelainan vaskularisasi plasenta
b) Teori iskemik plasenta, radikal bebas, dan difungsi endotel c) Teori intoleransi imunologik antara ibu dan janin
d) Teori adaptasi kardiovaskularori genetic e) Teori defisiensi gizi
f) Teori inflamasi
5. Manifestasi klinis
Gambaran klinik preeklampsia bervariasi luas dan sangat bervariasi luas dan sangat individual. Kadang-kadang sukar untuk menentukan gejala preeklampsia mana yang timbul lebih dulu. Secara teoritik urutan gejala-gejala yang timbul pada preeklampsia ialah edema, hipertensi, dan terakhir proteinuria; sehingga bila gejala-gejala ini timbul tidak dalam urtan diatas dapat dianggap bukan preeklampsia.
Dari semua gejala tersebut, timbulnya hipertensi dan proteimuria merupakan gejala yang sangat penting. Namun, sanyangnya penserita
sering kali tidak merasakan perubahan ini. Bila penderita sudah mengeluh adanya gangguan nyeri kepal, gangguan penglihatan, atau nyeri epigastrium, maka penyakit ini sudah cukup lanjut.
6. Klasifikasi preeklampsia a) Preeklampsia ringan
1. Definisi
Suatu sindroma spesifik kehamilan dengan menurunnya perfusi organ yang berakibat terjadinya vasospasme pembuluh darah dan aktivasi endotel.
2. Diagnosis
Diagnosis preeklampsia ringan ditegakkab berdasar atas imbulnya hipertensi disertai proteinuria dan/atau edema setelah kehamilan 20 minggu.
a. ü Hipertensi sistolik/diastolik ≥ 140/90 mmHg. Kenaikan sistolik ≥ 30 mmHg dan kenaikan diastolik ≥ 15 mmHg tidak dipakai lagi sebagai kriteria preeklampsia.
b. Priteinuria: ≥ 300 mg/24 jam atau ≥ 1 + dipstik.
c. ü Edema lokal tidak dimasukkan dalam kriteria preeklampsia, kecuali edema pada lengan, muka dan perut, edema generalisata.
b) Preeklampsia Berat 1) Definisi
berat ialah preeklampsia dengan tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan
tekanan darah diastolik ≥ 1110 mmHg disertai proteinuria lebih 5 g/24 jam.
2) Diagnosis
Diagnosis ditegakkan berdasar kriteria preeklampsia berat sebagimana tercantum di bawah ini:
a. Untuk Tekanan darah sistolik ≥ 160 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 110 mmHg. Tekanan darah ini tidak akan menurun meskipun ibu hamil sudah dirawat di rumah sakit dan sudah menjalani tirah baring.
b. Untuk Proteinuria lebih 5 gr/ 24 jam atau 4 + dalam pemeriksaan kualitatif.
c. Untuk Oliguria, yaitu produksi urin kurang dari 500 cc/24 jam.
d. Untuk Kenaikan kadar kreatinin plasma.
e. Untuk Gangguan visus dan serebral: penurunan kesadaran, byeri kepala, skotoma dan pandangan kabur.
f. Untuk Nyeri epigastrium atau nyeri pada kuadran kanan atas abdomen (akibat teregangnya kapsula Glisson)
g. Untuk Edema paru-paru dan sianosis.
h. Untuk Hemolisis mikroangiopati.
i. Untu Trombositopenia berat: < 100.000 sel/mm3 atau penurunan trombosit dengan cepat.
j. Untuk Gangguan fungsi hepar (kerusakan hepatoseluler):
peningkatan kadar alanin dan aspartae aminotransferase.
k. Untuk Pertumbuhan janin intrauterin yang terhambat.
l. Untuk Sindrom HELLP.
c) Pembagian preeklampsia berat
Preeklampsia berta dibagi menjadi (a) preeklampsia berat tanpa impending eclmpsia dan (b) preeklampsia berat dengan Impending eclampsia bila preeklampsia berat disertai gejala-gejala subjektif berupa nyeri kepla hebat, gangguan visus, muntah-muntah, nyeri epigastrium, dan kenaikan progresif tekanan darah.
7. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan tambahan ynag diperlukan untuk penegakan diagnosa adalah:
a. Darah rutin, Eritrosit, Leukosit, Trombosis, Hb, Ht, LED, Fungsi hati, SGOT/SGPT, Bilirubin, Protein serum, Aspartataminotransfe rase, Fungsi Ginjal, Ureum, kreatinin, Rontgen atau CT_scan otak : untuk mengetahui sudah terdapat edema atau tidak.
8. Penatalaksanaan
a. penderita preeklampsia berat harus segera masuk Rumah sakit untuk rawat inap dan dianjurkan tirah baring k=miring ke satu sisi (kiri).
b. Perawatan yang penting pada preeklampsia dan eklampsia berat ialah pengelolaan cairan karena penderita preeklampsia dan eklampsia mempunyai resiko tinggi untuk terjadinya edema paru dan oliguria.
c. Oleh karenaitu, monitoring input cairan (melalui oral ataupun infus) dan output cairan (melalui urin) menjadi sangat penting.
Artinya harus dilakukan pengukuran secara tepat berapa jumlah cairan yang dimasukkan dan dikeluarkan melalui urin.
d. Cairan yang diberikan berupa
1. 5% Ringer-dekstrose atau cairan daram faali, jumlah tetesan: <
125 cc/jam
2. Infus dektrose 5% yng tiap 1 liternya diselingi dengna infus Ringer Laktat (60-125cc/jam) 500cc
e. Dipasang foley catheter untuk mengukur pengeluaran urin.
Oliguria terjadi bila produksi urin < 30 cc/jam dalam 2-3 jam atau
< 500 cc/24 jam.
f. Diberikan antasida untuk menetralisir asalam lambung sehingga bila mendadak kejang, dapat menghindari resiko aspirasi asam lambung yan sangat asam.
g. Diet yang cuukup protein, rendah karbohidrat, lemak, dan garam.
h. Pemberian obat anti kejang
1. MgSO4
2. Diazepam 3. Fenitoin
Magnesium sulfat lebih efektif diberikan sebagai anti kejang, cara kerja magnesium sulfat ialah mengahambat atau menurunkan asetikolin pada rangsangan serat saraf dengan menghambat transmisi neuromuskular. Transmisi neuromuskular membutuhkan kalsium pada sinaps. Pada pemberian magnesium sulft, magnesium akan menggeser kalsium, sehingga aliran rangsangan tidak terjadi (terjadi kompetitif inhibition antara ion kalsium dan iuo magnesium) kadar kalsium yang tinggi dalam darah dapat menghambat kerja magnesium sulfat.
Cara pemberian:
1. Untuk Loading dose: initial dose
2. 4 gram MgSO4: intravena, (40% dalam 10cc) selama 15 menit.
3. Untuk Meintenance dose:
Diberikan infus dalam larutan Ringer/6 jam atau diberikan 4 atau 5 gram i.m. selanjutnya meintenance dose diberikan 4 gram i.m. tiap 4-6 jam.
Untuk Syarat-syarat pemberian MgSO4:
1. Harus tersedia antidotum MgSO4, bila terjadi intoksikasi yaitu kalsium glukans 10% = 1 g (10% dalam 10cc) diberikan i.v. 3 menit.
2. Refleks patella (+) kuat
3. Frekuensi pernapasan > 16 kali/menit, tidak ada tanda-tanda distres napas.
Magnesium Sulfat dihentikan bila:
1. Ada tanda-tanda intoksiskas
2. Setelah 24 jam pascapersalinan atau 24 jam setelah kejang berakhir 3. Dosis teraupetik dan toksis MgSO4
4. Dosis terapeutik 4-7 mEq/liter 4,8-8,4 mg/dl 5. Hilangnaya refleks tendon 10 mEq/liter 12 mg/dl 6. Terhentinya pernapasan 15 mEq/liter 18 mg/dl 7. Terhentinya jantung >30 mEq/liter > 36 mg/dl
Pemberian Magnesium sulfat dapat menurunkan resiko kematian ibu dan didapatkan 50% dari pemberiannya menimbulkan efek flushes (rasa panas). Bila terjadi refrakter terhadap pemberian MgSO4, maka diberikan salah satu obat berikut: tiopental sodium, sodium amobarbital, diasepam, atau fenitoin.
Pemberian antihipertensi
1. Obat pilihan adalah hidralazin, yang diberikan 5 mg IV pelan-pelan selama 5 menit sampai tekanan darah turun
2. Jika perlu, pemberian hidralazin dapat diulang setiap jam, atau 12,5 mg IM setiap 2 jam
3. Jika hidralazin tidak tersedia dapat diberikan:
4. Nifedipin 5 mg sublingual. Jika respon tidak baik setelah 10 menit, beri tambahan 5 mg sublingual;
5. Labetolol 10 mg IV, yang jika respon tidak baik setelah 10 menit, diberikan lagi labetolol 20 mg IV.
9. Pencegahan
Pola hidup sehat akan meningkatkan potensi ibu untuk terhindar dari hipertensi pada kehamilan. Jauhi minuman yang beralkohol, jangan biasakan anda merokok, hindari stress, pola makan yang sehat (konsumsi protein tinggi, hindari konnsumsi berlebih makanan yang mengandung hidrat arang dan garam berlebih) dan berolahragalah. Selain itu ibu bisa mengkonsumsi beberapa makanan yang dapat membantu menurunkan tekanan darah seperti coklat, ikan buah jeruk, buah pisang dan ikan. Lakukan kontrol rutin terhadap kehamilan ibu dan ikuti petunjuk yang disarankan oleh dokter.