PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Siswa sebagai anak muda yang ingin belajar akan memperoleh pelajaran yang memuaskan apabila komponen atau faktor pendidikan yang diperlukan terpenuhi. Belajar adalah suatu proses yang berlangsung dalam diri siswa untuk mengubah tingkah lakunya, yaitu tingkah laku dalam berpikir, tingkah laku dan tindakan. Sekolah memberikan bimbingan pendidikan kepada peserta didik berdasarkan kepercayaan yang diberikan keluarga dan masyarakat.
Pembelajaran yang baik dan berhasil akan terlihat jika hasil belajar siswa dan perubahan ranah kognitifnya sesuai dengan tujuan pembelajaran yang diharapkan. Berpikir juga dapat membantu siswa mengasah kemampuannya dalam menganalisis, mengkritisi dan menarik kesimpulan berdasarkan kearifannya.15 Pembelajaran perlu lebih memperhatikan proses berpikir. Pembelajaran dengan metode PBL akan melibatkan siswa dalam belajar memecahkan suatu masalah dunia nyata sambil belajar.
Selain itu, merancang dan memilih masalah yang tepat akan memotivasi siswa untuk aktif belajar dan mengembangkan idenya secara mandiri maupun kelompok. Pembelajaran sains membutuhkan kesempatan bagi siswa untuk melakukan PBL dan secara optimal mengkonstruksi dan mengelaborasi sains sesuai dengan kemampuannya di dalam kelas.
Sasaran Tindakan
Rumusan dan Batasan Masalah
Tujuan Penelitian
Manfaat dan Hasil Penelitian
Berdasarkan latar belakang dan rumusan masalah di atas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penerapan model pembelajaran berbasis masalah dalam meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa kelas IV MI AL-Amin Pejeruk dalam pembelajaran IPA. pada tahun pelajaran 2019/2020. Peneliti telah mendapatkan pengalaman dalam melakukan penelitian tindakan kelas, selain memberikan bimbingan untuk penelitian selanjutnya.
KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS TINDAKAN
Deskripsi Teori
- Model Pembelajaran
- Model Pembelajaran Berbasis Masalah
- Berpikir Kritis
- Pembelajaran IPA
Pembelajaran berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pengajaran bagi siswa untuk menghadapi masalah-masalah yang otentik sehingga siswa dapat membangun pengetahuannya sekaligus mengembangkan keterampilan siswa. Prinsip utama dalam pembelajaran berbasis masalah adalah masalah nyata.3521 Artinya, siswa memecahkan masalah melalui dunia nyata sebagai sarana untuk mengembangkan pengetahuan, rasa ingin tahu, dan kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan masalah. Pembelajaran berbasis masalah terutama dikembangkan untuk membantu siswa mengembangkan pemikiran kritis, pemecahan masalah, dan keterampilan intelektual, belajar melalui pengalaman dunia nyata, dan menjadi pembelajar mandiri.
Selain itu, tujuan pembelajaran berbasis masalah adalah membantu siswa mempelajari konsep pengetahuan dan kemampuan memecahkan masalah dengan menghubungkan situasi yang ada di dunia nyata. Pemilihan masalah yang tepat akan meningkatkan keingintahuan siswa dan membangkitkan inkuiri dalam benak mereka. Pemilihan masalah yang tepat akan meningkatkan rasa ingin tahu siswa dan dapat menimbulkan eksplorasi dalam berpikir mereka.
Kelima langkah pembelajaran berbasis masalah di atas dimulai dengan guru menjelaskan tujuan pembelajaran sambil memotivasi siswa untuk terlibat langsung. Dalam pembelajaran berbasis masalah, siswa dapat menggali informasi yang berkaitan dengan pemecahan masalah sehingga siswa dapat memecahkan masalah berdasarkan fakta dan berpikir logis.
Kerangka Berfikir
Kepunahan makhluk hidup merugikan masyarakat itu sendiri, Indonesia memiliki berbagai jenis hewan dan tumbuhan yang hampir punah bahkan sudah punah. Dengan demikian, hasil yang diharapkan adalah kegiatan pembelajaran tidak lagi monoton dan membosankan serta kemampuan berpikir kritis siswa meningkat.
Hipotesis Tindakan
METODE PENELITIAN
Setting Penelitian
Rencana Tindakan
Jenis Instrumen dan Cara Penggunaannya
Pelaksanaan Tindakan
Cara Pengamatan (Monitoring)
Analisis Data dan Refleksi
Indikator Keberhasilan
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Deskripsi Setting Penelitian
- Letak Geografis MIN 1 Mataram
- Visi dan Misi MI Al-Amin
- Keadaan Siswa MI Al-Amin
- Keadaan Sarana dan Prasarana MI Al-Amin
Secara geografis MI Al-Amin Pejeruk terletak di Kelurahan Pejeruk Jalan Duku Saleh No 39 Pejeruk Ampenan Kota Mataram Nusa Tenggara Barat yaitu : 78. berwatak, berilmu dan berwawasan luas, sedangkan misi MI Al-Amin adalah meningkatkan kedisiplinan siswa di lingkungan madrasah, meningkatkan aktivitas. peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar, menggalakkan dan mengaktifkan kegiatan keagamaan. Sarana adalah semua alat dan perlengkapan yang secara langsung digunakan dan menunjang proses pembelajaran, seperti gedung, ruang kelas, meja, kursi dan lain-lain.
Sedangkan sarana prasarana adalah fasilitas sekolah yang secara tidak langsung menunjang kemajuan proses pembelajaran, seperti taman, jalan dan lain-lain.
Hasil Penelitian
Pada tahap ini guru meminta siswa untuk berdiskusi dengan kelompok, berbagi pendapat tentang pemecahan masalah dan mempresentasikan hasil diskusi dalam bentuk presentasi di depan kelas. Selain itu, pada tahap (1) orientasi siswa terhadap masalah, dimana guru pada tahap ini menyampaikan tujuan pembelajaran dan. Pada tahap observasi, peneliti mengamati aktivitas siswa dan guru dalam kegiatan pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa pada setiap pertemuan.
Tidak hanya mengamati aktivitas guru dan siswa, tetapi juga data hasil berpikir kritis siswa. Hasil observasi keterampilan berpikir kritis guru, siswa dan siswa dapat dilihat pada Tabel 4.3. Berdasarkan data observasi aktivitas siswa pada Siklus I, Sesi 1 dan Sesi 2 menunjukkan peningkatan sebesar 7% dengan rata-rata 41%.
Berdasarkan hasil observasi aktivitas guru dan siswa yang peneliti lakukan pada siklus I hasilnya belum maksimal dan belum sesuai dengan harapan. Selanjutnya adalah level (1), dimana guru mengarahkan siswa pada masalah dengan menyampaikan tujuan pembelajaran, dengan memberikan gambaran sederhana terkait. Tahap (2) guru mengorganisasikan siswa dengan cara meminta siswa membagi kelompok menjadi 5 kelompok, kemudian guru membagikan LKS ke setiap kelompok dan guru menyediakan setiap anggota.
Selama kegiatan pembelajaran guru terlihat menguasai kelas, meskipun masih ada siswa yang tidak menyimak. Setelah pembelajaran selesai, guru dan siswa mengakhiri kegiatan pembelajaran dengan mengucapkan kalimat “Alhamdulillah” secara bersama-sama. Berdasarkan data observasi siswa pada siklus II pada pertemuan 1 70% dan pertemuan 2 83%.
Berdasarkan tingkat keberhasilan kegiatan, siswa termasuk dalam kategori sangat aktif dan dinyatakan berhasil. Data penguasaan berpikir kritis siswa pada Siklus II dapat dilihat pada Gambar 4.4. Berdasarkan gambar tersebut, sebagian besar siswa yaitu 90% (18 siswa) termasuk dalam kategori tuntas dengan kemampuan berpikir kritis dan sangat kritis, dan sisanya 10% (2 siswa) tidak tuntas.
Pembahasan
Perbandingan penguasaan berpikir kritis siswa I. dan II. derajat dapat dilihat dari gambar 4.6. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa dengan menggunakan model pembelajaran berbasis masalah ini dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa.
PENUTUP
Simpulan
Saran