• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sejarah Peradilan - INDONESIA - Repository Unpak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sejarah Peradilan - INDONESIA - Repository Unpak"

Copied!
232
0
0

Teks penuh

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Hambatan terhadap terselenggaranya lembaga peradilan yang independen juga terdapat pada bagian lain dari Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1986. Keempat, pembahasan mengenai independensi peradilan juga dapat dipisahkan dari perdebatan teoritis mengenai independensi peradilan itu sendiri. Baca Purwoto Gandasoebrata, “Kedudukan dan Fungsi Kekuasaan Kehakiman Berdasarkan UUD 1945” (Makalah dalam Workshop Kedudukan dan Fungsi Kekuasaan Kehakiman Berdasarkan UUD 1945 di Jakarta, 18 Maret 1996), 2.

Padahal, keinginan untuk mendukung lembaga peradilan yang merdeka ini sejalan dengan semangat yang terkandung dalam Pasal 24 dan 25 UUD 1945. Menurut Lubis,33 tuntutan terhadap lembaga peradilan yang independen mempunyai dasar yang kuat, setidaknya bisa kita baca dalam undang-undang. catatan lahirnya UUD 1945. untuk menghadirkan kekuasaan kehakiman yang merdeka sesuai dengan penjelasan UUD 1945, yaitu negara Indonesia merdeka adalah negara hukum (rechtstaat), bukan negara berdaulat (machstaat). 34.

Independensi lembaga peradilan setidaknya dapat tercermin pada pelaksanaan fungsi lembaga peradilan yang merupakan salah satu pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Peradilan yang bebas dari pengaruh kekuasaan diluar lembaga peradilan akan lebih menjamin terselenggaranya fungsi peradilan yang memberikan kepastian hukum dan keadilan.

Kerangka Teori

Kekuasaan legislatif adalah kekuasaan untuk membuat peraturan dan hukum.65 Berbeda dengan Locke, Montesquieu membagi kekuasaan negara menjadi kekuasaan legislatif, kekuasaan eksekutif, dan kekuasaan yudikatif.66 Dalam fungsi cabang kekuasaan tersebut, Locke. Berbeda dengan Locke, Montesquei menginginkan pemisahan yang jelas terhadap ketiga cabang kekuasaan, baik dari segi tugas (fungsi) maupun alat kelengkapan (organ) yang menjalankan kekuasaan tersebut. Keinginan untuk secara tegas memisahkan ketiga cabang kekuasaan negara didasarkan pada gagasan bahwa pemisahan kekuasaan merupakan prasyarat bagi kebebasan pengadilan.67 Montesquieu secara khusus menekankan pentingnya kebebasan peradilan karena peradilan yang independen akan menjamin independensi individu. dan hak asasi manusia.

Kelsen melihat konsep pemisahan kekuasaan dalam kerangka organisasi politik.78 Pendapatnya tersebut terkait dengan fungsi ketiga cabang pemerintahan tersebut yang ditujukan untuk melayani masyarakat. Ketiga cabang pemerintahan tersebut juga tidak boleh lebih berkuasa dari yang lain dan harus menjalankan kewenangannya berdasarkan undang-undang yang telah ditetapkan. Terlepas dari perdebatan ini, independensi peradilan sebagai konsekuensi logis dari pemisahan kekuasaan diakui sebagai suatu keharusan di negara ini, karena independensi peradilan merupakan salah satu pilar supremasi hukum.80 Hal ini berarti bahwa peradilan masih perlu dipisahkan dari dua cabang pemerintahan lainnya, yaitu dengan ditetapkannya undang-undang yang menjamin independensi peradilan dan jaminan yang lebih tegas dalam UUD 1945.

Perdebatan mengenai independensi peradilan tidak lepas dari pembahasan mengenai kekuasaan peradilan sebagai salah satu cabang kekuasaan negara yang erat kaitannya dengan konsep rule of law,81 dimana proses peradilan yang independen dan tidak memihak merupakan salah satu syarat utama dalam penegakan hukum. syarat untuk menegakkan supremasi hukum. Keadilan setidaknya terlihat pada penempatan setiap orang pada posisi yang setara. Keterkaitan asas persamaan di depan hukum dengan konsep negara hukum begitu penting sehingga istilah negara hukum dipertegas dengan tambahan kata demokratis.

Konsep

Mahkamah Agung merupakan salah satu pembentuk kekuasaan kehakiman sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (Pasal 1 Undang-Undang Nomor 5 Tahun 2004 Perubahan I).

SEJARAH POLITIK PERADILAN

Pendahuluan

Sebagai pemerintahan baru di negara yang baru berdiri, pemerintahan Soekarno-Hatta berdasarkan konstitusi baru yaitu UUD 1945 banyak mengalami tantangan dan hambatan. Pada tahun 1949, Indonesia berubah bentuk menjadi negara federal yang disebut Negara Indonesia Serikat berdasarkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Serikan (Konstitusi RIS) yang berumur pendek. Kerusuhan politik terus terjadi dan berujung pada berakhirnya pemerintahan orde lama dibawah Presiden Soekarno yang digantikan oleh Presiden Soeharto.

Dalam suatu negara, lembaga peradilan tidak berdiri sendiri, melainkan merupakan salah satu kekuasaan negara yang keberadaannya diatur dalam Undang-Undang Dasar. Upaya mencapai independensi peradilan dan peradilan di Indonesia tidak lepas dari dinamika politik dan perkembangan ketatanegaraan dari masa ke masa. Benny K Harman dalam bukunya Konfigurasi Politik dan Kekuasaan Kehakiman di Indonesia mengurutkan hubungan antara lembaga peradilan dengan kekuasaan lain sebelum amandemen UUD 1945 menjadi tiga periode perkembangan, yaitu: periode ketika sistem demokrasi liberal-parlementer memaksa yang dimulai beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan sampai dengan tahun 1959 (masa dikeluarkannya dekrit presiden tanggal 5 Juli berlangsung masa demokrasi terpimpin tahun 1959 sampai tahun 1966; (3) masa demokrasi Pancasila dimulai pada tahun 1966.

Masa UUD 1945 (sejak ditetapkan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) pada tanggal 18 Agustus 1945 sampai dengan tanggal 27 Desember 1949 pada saat berlakunya UUD RIS); Kekuasaan kehakiman pada masa UUD 1945 dipulihkan mulai tanggal 5 Juli 1959 (dengan keputusan presiden) sampai dengan amandemen UUD 1945).

Era Demokrasi Parlemen dan Demokrasi

  • Kekuasaan Kehakiman pada Masa UUD 1945
  • Kekuasaan Kehakiman dalam UUD 1945
  • Independensi Kekuasaan Kehakiman
  • Aturan Peralihan UUD 1945 dan PP 1945 No. 2
  • Pengumuman Pemerintah 19 Agustus 1945
  • UU No. 7 Tahun 1946 (diganti PP No. 37 Tahun 1948)
  • Kekuasaan Kehakiman pada Masa UUD
  • Kekuasaan Kehakiman Pasca Masa Dekrit 1959

Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1949107, Undang-Undang Dasar Sementara (UUDS) Tahun 1950108, dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 (hasil amandemen) merumuskan independensi peradilan dalam lembaganya. 118 Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Penyelenggaraan Peradilan Militer Selain Peradilan Biasa, Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1946. 122 Undang-undang Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Susunan dan Kekuasaan Mahkamah Agung serta Susunan Kejaksaan Agung dan Kekuasaan Kejaksaan Jaksa Agung, UU No.

124 Republik Indonesia, Undang-undang tentang Susunan dan Kekuasaan Mahkamah Agung serta Susunan Kejaksaan Agung dan Kekuasaan Jaksa Agung, Undang-Undang Nomor 125 Republik Indonesia, Undang-Undang tentang Susunan dan Kekuasaan Mahkamah Agung Pengadilan dan Susunan Kejaksaan Agung serta Kekuasaan Jaksa Agung, Undang-Undang Nomor. Mahkamah Agung Indonesia adalah pengadilan federal tertinggi yang susunan dan kekuasaannya diatur oleh undang-undang federal.

Pengadilan federal lainnya dapat diselenggarakan berdasarkan hukum federal (Pasal 113 dibaca dengan Pasal 147). Namun, campur tangan apa pun yang dilakukan oleh badan non-peradilan dilarang kecuali diizinkan oleh hukum (Pasal 145).144. Mahkamah Agung menjalankan pengawasan tertinggi atas pengadilan federal lainnya sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh undang-undang federal (Pasal 150 dan 153). Pengangkatan presiden, wakil presiden, dan anggota Mahkamah Agung menurut peraturan perundang-undangan (Pasal 79).

Dinamika politik pasca Pemilu 1955 (tahun yang berujung pada dikeluarkannya Keputusan Presiden tahun 1959 (Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 150 Tahun 1959) tentang pengembalian UUD 1945).

Era Demokrasi Pancasila Suharto

  • Peninjauan Produk Hukum Masa
  • Undang-Undang No. 14 Tahun 1970
  • Undang-Undang No. 14 Tahun 1985
  • UU No. 2 Tahun 1986 Peradilan umum
  • UU No. 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata
  • UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama
  • UU No. 3 Tahun 1997 Pengadilan Anak
  • UU No. 31 Tahun 1997 tentang Peradilan

Setidaknya ada dua materi muatan penting dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970, yaitu (1) penegasan kekuasaan kehakiman yang merdeka; dan (2) kewenangan peninjauan kembali atau testingsrecht atau yang sekarang dikenal dengan hak peninjauan kembali (HUM) Mahkamah Agung terhadap peraturan perundang-undangan di bawah undang-undang. Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985 sendiri merupakan pelaksanaan Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan-ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman. Yang dimaksud dengan “Pejabat publik yang melaksanakan tugas kekuasaan kehakiman” diperjelas dalam ketentuan Pasal 5 Undang-undang Nomor 14 Tahun 1985, yaitu Pimpinan Mahkamah Agung dan Hakim Mahkamah Agung.

Struktur surat kuasa pada Mahkamah Agung tidak jauh berbeda dengan struktur Pengadilan Tinggi dan Pengadilan Negeri sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985.217 Surat Kuasa pada Pengadilan. Mengingat kedudukan Mahkamah Agung sebagai lembaga tertinggi negara dan pelaksana kekuasaan kehakiman tertinggi, maka jabatan wakil juga diatur dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985. Namun demikian, letak sisi administratif-keuangan Mahkamah Agung juga mengatur kedudukan Mahkamah Agung sebagai lembaga tertinggi negara dan pelaksana kekuasaan kehakiman tertinggi. peradilan diatur. sebenarnya terjadi melalui pengaturan Pasal 11 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970.

Penjelasan § 10 ayat 4 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970 menjelaskan lebih rinci mengenai pelaksanaan tugas pengawasan Mahkamah Agung, yaitu:242. 243 Soedirjo, Mahkamah Agung : Uraian singkat mengenai kedudukan, susunan dan wewenang berdasarkan Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985, Op.Cit., 44. Pengaturan kewenangan Mahkamah Agung dalam menjalankan fungsi pengawasan sebagaimana diatur dalam Pasal 47 UU No. Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2010 Tahun 1965 ayat (2) s/d (5), juga dapat ditemukan pada Pasal 32 Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 ayat. (1) ke ayat (4).

mempunyai kewenangan untuk menguji materiil peraturan perundang-undangan sesuai dengan ketentuan hukum yang bertentangan dengan hukum (Pasal 31); 13 Tahun 1965 sudah tidak sesuai lagi dengan semangat dan semangat UU No. 14 Tahun 1970 dan berdasarkan UU No. UU No. 5 Tahun 1986 merupakan pelaksanaan UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Peradilan.

249 Republik Indonesia, Peraturan Pemerintah tentang Pelaksanaan Undang-undang Nomor 5 Tahun 1986 tentang Peradilan Tata Usaha Negara, PP Nomor 1985 tentang Mahkamah Agung. Badan peradilan ini semuanya berpuncak pada Mahkamah Agung sesuai dengan asas yang tertuang dalam Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1970.

Kekuasaan Kehakiman Post Reformasi 1998

  • Kebijakan MPR 1998
  • TAP MPR No. X/MPR/1998: GBHN
  • UU No. 35 Tahun 1999: one roop system
  • Amandemen UUD 1945
  • Pembentukan Pengadian Khusus
  • UU No. 24 Tahun 2003: Pembentukan Mahkamah
  • Pembentukan Pengadian Khusus

268 Klarifikasi UMUM, UU Perubahan UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kehakiman, UU No. 277 Negara Republik Indonesia, Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti Undang-undang No. 1 Tahun 1998 tentang Perubahan Undang-Undang Kepailitan yang Akan Diundangkan. Untuk pertama kalinya dengan undang-undang ini, Pengadilan Niaga dibentuk di Pengadilan Negeri Jakarta Pusat.

Hak Asasi Manusia, sepanjang tidak bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945 (Pasal 2), dan mengamanatkan pembentukan komisi nasional hak asasi manusia yang dibentuk dengan undang-undang (Pasal 4). Untuk pelaksanaan Ketetapan MPR No. XVII/MPR/1998 tentang Hak Asasi Manusia, UU No. 39/1999 tentang Hak Asasi Manusia. 298 Akibatnya gagasan tersebut tidak dimuat dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 1970 tentang Pokok-pokok Kekuasaan Kehakiman.

299 Negara Republik Indonesia, Undang-undang Perubahan UU No. 14 Tahun 1970 tentang Ketentuan Pokok Kekuasaan Kehakiman, UU No. 301 Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945, (Jakarta: Sekretariat Jenderal MPR RI, 2002), hal. 3 Tahun 2006 tentang Perubahan Atas UU No. 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2006 Nomor 22, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4611).

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 14 Tahun 1985 tentang Mahkamah Agung308; 3. Undang-Undang Nomor 50 Tahun 2009 tentang Perubahan Kedua Atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama; dan 5. Oleh karena itu perlu ditetapkan Undang-Undang tentang Kehakiman yang baru, yaitu Undang-Undang Nomor 48 Tahun 2009 tentang Kehakiman, yaitu Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kehakiman.

PUU/2006, salah satunya membatalkan Pasal 34 Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2004 tentang Kehakiman. Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut juga membatalkan ketentuan terkait pengawasan hakim dalam Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2004 tentang Komisi Yudisial. Hakim dan hakim konstitusi adalah pegawai negeri sipil yang menjalankan kekuasaan kehakiman yang diatur dengan undang-undang (Pasal 19).

Hakim Mahkamah Agung tidak boleh memegang fungsi serentak, melainkan diperuntukkan sebaliknya oleh undang-undang (Perkara 31).

Referensi

Dokumen terkait

Central to this application was the question whether, barring claims based on contracts, the Labour Court’s jurisdiction under the Basic Conditions of Employment Act 75 of 1997 BCEA, is