• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II SEJARAH POLITIK PERADILAN

A. Pendahuluan

Proklamasi kemerdekaan RI diucapkan pada tanggal 17 Agustus 1945 merupakan tonggak sejarah bagi bangsa Indonesia dari suatu bangsa yang dijajah men j adi bangsa yang merdeka.92 Sehari kemudian, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI), dalam Rapat pada 18 Agustus 1945 menentukan: (1) Telah menetapkan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD 1945; (2) Telah memilih Ir. Soekarno sebagai Presiden Republik Indonesia  dan Drs. Moh. Hatta sebagai Wakil Presiden; dan (3) Pekerjaan Presiden untuk sementara waktu dibantu oleh sebuah Komite Nasional.93

Sebagai pemerintahan baru di negara yang baru berdiri, Pemerintahan Soekarno-Hatta dibawah konsitusi baru yaitu UUD 1945 mengalami banyak tantangan dan hambatan. Tugas berat Pemerintah Indonesia salah satunya adalah melakukan penataan dan pembentukan kelembagaan negara sebagai instrumen penyelenggaraan negara. Tantangan yang dihadapi tidak hanya pada kerangka lembaga ketatanegaran sebagai penyelenggara negara atau perangkat peraturan perundang-undangan sebagai dasar penyelenggaraan

92 Jimly asshidiqie, menggunakan pengertian Kons titusi dalam arti positif dari Carl Schmitt, mengatakan bahwa Proklamasi Kemerdekaan pada tanggal 17 Agustus 1945 ada lah suatu Kons titusi dalam arti positif, karena ia merupa kan satu-satunya keputusan politik yang tertinggi yang dilakukan oleh bang sa Indonesia yang merubah dari suatu bangsa yang dijajah men j adi bangsa yang merdeka. Undang-Undang Da sar 1945 dilahirkan sesudah proklamasi kemer dekaan, sebagai tindak lanjut dari proklamasi kemerdekaan itu. Baca lebih lanjut Jimly Asshidiqie, “Gagasan Dasar Tentang Konstitusi dan Mahkamah Konstitusi”, makalah ditrbitkan Mahkamah Konstitusi, tanpa tempat., tanpa tahun

93 Republk Indonesia, Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia, Hal penetapan Undang- Undang Dasar Negara Republik Indonesia, pemilihan Presiden dan Wakil Presiden serta pembentukan Komite Nasional, dimuat dalam: Berita RI 1945

negara. Tantangan dan hambatan juiga terjadi karena foktor sosial politik pascakemerdekaan Agresi militer Belanda I dan II, serta berbagai bentuk politik adu domba yang dilakukan Benada di Indonesia menguras energi pemerintah Indonesia.

Dinamika sosial politik terus berjalan. Pada tahun 1949, Indonesia berubah bentuk menjadi negara federal bernama Republik Indonesia Serikat di bawah Konstitusi Republik Indonesia Serikan (Konstitusi RIS) yang berlangsung singkat. Pada 17 Agustus 1950, Indonesia kembali menjadi negara kesatuan dibawah UUD Sementara 1950. Pergolakan politik tahun 1950 sampai 1959 berujung pada kembalinya Indonesia kepada UUD 1945. Gejolak Politik terus terjadi dan berujung pada berakhirnya pemerintahan orde lama di bawah Presiden Soekarno yang diganti dengan Presiden Soeharto. Masa orde baru di bawah Pemerintahan Presiden Soeharto berlangsung 32 tahun. Selama masa orde baru ini muncul ketidakpuasan dari rakyat yang memaksa Presiden Soeharto meletakkan jabatannya pada Tahun 1998. Sejak era reformasi 1998 hingga saat ini, terdapat 5 Presiden telah memimpin Pemerintahan Republik Indonesia.

Perjalanan panjang pemerintahan Indonesia dengan berbagai model kebijakan berdampak pada pelaksanaan kekuasaan kehakiman. Dalam sebuah negara, kekuasaan kehakiman tidak berdiri sendiri, tetapi merupakan satu dari kekuasaan negara yang keberadaannya diatur dalam Undang-Undang Dasar.

Upaya mewujudkan independensi kekuasaan kehakiman dan peradilan di Indonesia tidak dapat dilepaskan dinamika politik dan perkembangan Konstitusi dari masa ke masa. Jika ditinjau dari keberlakuan konstitusi94,

94 Konstitusi memiliki banyak pengertian yang disampaikan oleh para ahli. Carl Schmitt dalam bukunya Verfassungslehre, menguraikan terdapat 4 (empat) ke lompok pengertian konstitusi.

Keempat kelom pok pengertian itu adalah: (a) konstitusi dalam arti absolut (absoluter ver- fassungsbegriff), (b) konstitusi dalam arti relatif (rela ti ver verfas sungs begriff), (c) konstitusi dalam arti positif (der positive verfassungsbegriff), dan (d) konstitusi da lam arti ideal (idealbegriff der verfassung).Keempat kelompok pengertian tersebut dapat di rinci lagi menjadi 8 (delapan) pengertian, yaitu (1) Kon sti tusi dalam arti absolut (Absolute Verfassungsbegriff). Dalam arti absolute, arti kon stitusi dapat di beda kan dalam 4 (empat) ma cam, yaitu: (i) konstitusi sebagai cer min dari de reaale machtsfactoren, (ii) Konstitusi da lam arti absolut sebagai forma- formarum (vorm der vor men), (iii) konstitusi dalam arti absolut sebagai factor integratie, (iv) konstitusi dalam arti absolut sebagai norma-normarum (norm der normen); (2) Konstitusi dalam arti relatif (Relatieve Verfas sungsbegriff) yang dapat dibagi lagi menjadi 2 (dua), yaitu (v) konstitusi dalam arti materiel (Constitutite in Materiele Zin) dan (vi) konstitusi dalam arti

kebijakan tentang kekuasaan kehakiman dapat dipilah menjadi:

1. kekuasaan kehakiman pada masa UUD 1945 (sejak ditetapkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945 hingga 27 Desember 1949 saat berlakunya Konstitusi RIS).

2. kekuasaan kehakiman pada masa Konstitusi RIS (kurang dari 1 Tahun yaitu sejak tanggal 27 Desember 1949 hingga 17 Agustus 1950 atau berlakunya UUDS 1950).

3. kekuasaan kehakiman pada masa UUDS 1950 (sejak 17 Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959 saat dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali pada UUD 1945).

4. kekuasaan kehakiman pada masa UUD 1945 diberlakukan kembali sejak 5 Juli 1959 (berdasarkan Dekrit Presiden) hingga amandemen UUD 1945).

5. kekuasaan kehakiman pada masa UUD NRI Tahun 1945 (hasil Amandemen UUD 1945) Pertama berlaku sejak 19 Oktober 1999, Amandemen Kedua berlaku sejak 18 Agustus 2000, Amandemen Ketiga berlaku sejak 9 November 2001, Amandemen Keempat berlaku sejak 10 Agustus 2002.95

formil (Constitutite in Formele Zin); Sedangkan dua arti yang terakhir adalah (3) Kon sti tusi dalam arti positif (Positieve Verfassungs begriff) sebagai konstitusi dalam arti yang ke-7, dan (vii) kon stitusi dalam arti ideal (Idealbegriff der verfassung) se bagai konstitusi dalam arti yang ke-8 (viii). Carl Schmitt dalam bukunya Verfassungslehre (Berlin unveran dester neudruk:

Duncker & Humbolt, 1957) dalam Jimly ashidiqie, loc.cit

95 Beberapa ahli membuat preriodesasi pengaruh eksekutif terhadap kekuasaan kehakiman.

Benny K Harman, dalam bukunya Konfigurasi Politik dan Kekuasaan kehakiman di Indonesia memilah hubungan kekuasaan kehakiman dengan kekuasaan lain sebelum amandemen UUD 1945 menjadi tiga masa perkembangan yaitu: masa berlakunya sistem demokrasi liberal-parlementer yang dimulai beberapa bulan setelah proklamasi kemerdekaan sampai Tahun 1959 (masa dikeluarkannya dekrit Presiden 5 Juli 1959); (2) masa demokrasi terpimpin berlangsung mulai tahun 1959 hingga tahun 1966; (3) masa demokrasi pancasila sejak tahun 1966. Baca Benny K. Harman, Konfigurasi Politik dan Kekuasaan Kehakiman di indonesia, (Jakarta: Elsam, 1997), hal. 60. Periodisasi tersebut juga digunakan Mahfud MD dalam bukunya melakukan analisis hubungan politik dan hukum di Indonesia. Baca M. Mahfud MD, Pergumulan Politik dan Hukum di Indonesia, (Yogyakarta: Gama Media, 1999) hal, 12. Jauh kebelakang, Soetandyo Wignjosoebroto dalam bukunya Hukum Kolonial ke Hukum Nasional: Dinamika Sosial dalam Perkembangan Hukum di Indonesia, mengkaji tentang proses introduksi Hukum Barat (Eropa Kontinental) ke dalam hukum di wilayah Hindia Belanda. Dinamika sosial politik baik yang terjadi di negeri Belanda maupun di Hindia Belanda merupakan Soetandyo Wignjosoebroto, Hukum Kolonial Ke Hukum Nasional: Dinamika Sosial dalam Perkembangan Hukum di Indonesia (Jakarta: Rajagrafindo Persada, 1994), hal. 58.

Jika ditinjau dari periodesasi pemerintahan, periodesasi politik hukum kekuasaan kehakiman dapat dipilah menjadi:

1. Kekuasaan kehakiman pada era demokrasi perlemen di bawah Pemeritahan Presiden Sukarno;

2. Kekuasaan kehakiman pada era demokrasi terpimpin di bawah Pemeritahan Presiden Sukarno;

3. Kekuasaan kehakiman pada era Orde Baru di bawah Pemerintahan Presidne Suharto; dan

4. Kekuasaan kehakiman pada era pemerintahan transisi Demokrasi Post 1998.

Pembahasan buku ini akan menguraikan politik hukum kekuasaan dengan periodesasi sebagai berikut:

1. Era Pemeritahan Presiden Sukarno yang dipilah dalam:

a. Masa UUD 1945 (sejak ditetapkan Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPKI) tanggal 18 Agustus 1945 hingga 27 Desember 1949 saat berlakunya Konstitusi RIS);

b. Masa Konstitusi RIS (kurang dari 1 Tahun yaitu sejak tanggal 27 Desember 1949 hingga 17 Agustus 1950 atau berlakunya UUDS 1950);

c. Kekuasaan kehakiman pada masa UUDS 1950 (sejak 17 Agustus 1950 hingga 5 Juli 1959 saat dikeluarkannya Dekrit Presiden 5 Juli 1959 kembali pada UUD 1945); dan

d. Kekuasaan kehakiman pada masa UUD 1945 diberlakukan kembali sejak 5 Juli 1959 (berdasarkan Dekrit Presiden) hingga amandemen UUD 1945).

2. Era Orde Baru di bawah Pemerintahan Presiden Suharto; dan

3. Era transisi Demokrasi Post 1998 (masa UUD NRI Tahun 1945 (hasil Amandemen UUD 1945).

B. Era Demokrasi Parlemen dan Demokrasi