• Tidak ada hasil yang ditemukan

Silase rumput odot dengan beberapa zat aditif

N/A
N/A
afsitin tatra

Academic year: 2025

Membagikan "Silase rumput odot dengan beberapa zat aditif"

Copied!
7
0
0

Teks penuh

(1)

BINATA Journal Page 47

Kualitas Organoleptik dan pH Silase Rumput Odot dengan Penambahan Zat Aditif

Organoleptic Quality and pH of Dwarf Elephant Grass Silage with Additive Addition

La Ode Muhamad Iskandar Zulkarnain1, Afsitin Joan Tatra2*, Husnaeni2, Wa Laili Salido2

1Mahasiswa Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian Perikanan dan Peternakan, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

2Program Studi Peternakan, Fakultas Pertanian Perikanan dan Peternakan, Universitas Sembilanbelas November Kolaka

*Corresponding author : [email protected] Abstrak

Silase merupakan salah satu teknik pengolahan hijauan pakan ternak yang dapat digunakan untuk menyimpan hijauan dalam jangka waktu yang panjang. Pembuatan silase rumput odot dengan penambahan zat aditif diharapkan dapat meningkatkan kualitas silase rumput odot. Kualitas silase dapat dilihat secara fisik atau organoleptik, kimia atau pH dan kandungan nutrien dan biologis atau kecernaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan zat aditif (tepung sagu, tepung kanji dan tepung jagung) pada silase terhadap kualitas organoleptik (warna, aroma dan tekstur), keberadaan jamur dan pH. Peneltian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan.

perlakuan yang digunakan adalah P0: Rumput odot tanpa zat aditif, P1: Rumput odot + 3%

tepung sagu, P2: Rumput odot + 3% tepung kanji dan P3: Rumput odot + 3% tepung jagung dengan waktu inkubasi 21 hari. Hasil penelitian ini menunjukkan pemberian zat aditif tepung sagu, tepung kanji dan tepung jagung pada pengolahan rumput odot menjadi silase tidak memberi pengaruh yang nyata pada warna, aroma dan pH, namun berpengaruh nyata terhadap tekstur silase rumput odot dengan penambahan zat aditif baik itu tepung sagu, tepung kanji dan tepung jagung mampu mempertahankan tekstur silase rumput odot seperti sebelum fermentasi.

pH silase rumput odot yang diberi tambahan tepung sagu lebih rendah dibandingkan penambahan zat aditif lainnya.

Kata kunci: organoleptik, rumput odot, silase, zat aditif Abstract

Silage is one of the forage processing techniques that can be used to store forage in the long term. Making dwarf elephant grass silage with the addition of additives is expected to improve the quality of dwarf elephant grass silage. Silage quality can be seen physically or organoleptically, chemically or pH and nutrient content and biologically or digestibility. This study aims to determine the effect of the addition of additives (sago starch, starch and corn starch) to silage on organoleptic quality (colour, aroma and texture), the presence of fungi and pH. This study used a completely randomised design (CRD) with 4 treatments and 3 replications. the treatment used was P0: Dwarf elephant grass without additives, P1: Dwarf elephant grass + 3% sago starch, P2: Dwarf elephant grass + 3% starch and P3: Dwarf elephant grass + 3% corn starch with an incubation time of 21 days. The results of this study showed that the addition of sago starch, starch and corn starch to the processing of dwarf elephant grass into silage did not give a significant effect on colour, aroma and pH, but had a

(2)

BINATA Journal Page 48 significant effect on the texture of dwarf elephant grass silage with the addition of additives both sago starch, starch and corn starch were able to maintain the texture of dwarf elephant grass silage as before fermentation. The pH of dwarf elephant grass silage added with sago starch was lower than the addition of other additives.

Keywords: organoleptic, dwarf elephant grass, silage, additives

Pendahuluan

Rumput odot (Pennisetum purpureum cv. Mott) adalah salah satu varietas dari rumput gajah (Pennisetum purpureum). Rumput ini dikenal karena pertumbuhannya yang cepat dan kualitas nutrisinya yang baik, sehingga sering digunakan sebagai pakan ternak, terutama untuk ruminansia seperti sapi, kambing, dan domba. Rumput odot dapat tumbuh dengan baik di berbagai jenis tanah dan kondisi iklim, termasuk di daerah tropis dan subtropis. Ini membuatnya cocok untuk dibudidayakan di banyak wilayah di Indonesia. Selain digunakan sebagai pakan hijauan segar, rumput odot juga sering dijadikan silase dan hay untuk penyimpanan jangka panjang. Kemampuannya untuk disimpan dalam bentuk silase menjadikannya solusi yang baik untuk menyediakan pakan ternak selama musim kemarau atau saat hijauan segar sulit didapatkan dengan dilakukan pengolahan seperti silase.

Silase merupakan pengolahan yang dilakukan pada hijauan pakan ternak dengan proses fermentasi pada jenis pakan berkadar air tinggi seperti rumput (Syaiful & Siva, 2022). Kadar air yang tinggi pada rumput harus diturunkan hingga 60-70% untuk membuat proses ensilase berjalan baik (Despal et al., 2011). Penambahan bahan yang mengandung karbohidrat yang mudah terlarut menjadi salah satu upaya untuk meningkatkan kualitas silase rumput odot karena penggunaan aditif pada proses ensilase akan menstimulasi keberadaan bakteri asam laktat yang merupakan bakteri yang memfermentasi karbohidrat terlarut air pada rumput menjadi asal laktat dan sebagain kecil asam asetat sehingga pH menjadi turun dan mikroba perusak dihambat pertumbuhannya dan mampu menurunkan kadar air bahan baku pembuatan silase (Despal et al., 2011). Bahan aditif yang dapat untuk meningkatkan kualitas silase yaitu tepung sagu, tepung kanji dan tepung jagung karena memiliki kandungan karbohidrat mudah terlarut atau WSC ( Water Soluble Carbohydrate) yang cukup tinggi yang dapat digunakan sebagai sumber glukosa untuk bakteri dan diubah menjadi asam laktata (Jamarun et al., 2014) (Zakariah et al., 2015).

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penambahan zat aditif (tepung sagu, tepung kanji dan tepung jagung) pada silase terhadap kualitas organoleptik (warna, aroma dan tekstur), pH dan keberadaan jamur dan diharapkan penelitian ini dapat memberi informasi jenis zat aditif yang dapat digunakan sebagai tambahan untuk meningkatkan kualitas silase.

Materi dan metode

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan mei 2024 di di Laboratorium Mikrobiologi Universitas Sembilanbelas November Kolaka.

Materi

Bahan yang digunakan yaitu rumput odot, tepung sagu, tepung kanji dan tepung jagung, akuades, pH4, pH7 dan pH10 dan alat yang digunakan yaitu seperangkat alat manual pembuatan silase seperti parang, kayu sebagai alas untuk memotong, terpal, ember, baskom,

(3)

BINATA Journal Page 49 timbangan, sendok, plastik klip sebagai silo dan karet sebagai pengikat, gelas ukur, tabung reaksi, spatula drigalski, timbangan analitik, cawan petri, mortar dan pH meter.

Rancangan penelitian

Metode penelitian yang digunakan adalah percobaan Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan 3 ulangan. Susunan perlakuan yang digunakan adalah P0: Rumput odot tanpa zat aditif, P1: Rumput odot + 3% tepung sagu, P2: Rumput odot + 3% tepung kanji dan P3: Rumput odot + 3% tepung jagung dengan waktu inkubasi 21 hari. Variabel penelitian yaitu karakteristik organoleptik yang terdiri dari warna, aroma dan tekstur, keberadaan jamur dan pH Prosedur

Pembuatan silase

Silase dibuat dengan cara mencacah rumput odot dengan ukuran ± 5 cm dengan menggunakan parang. Rumput yang telah dicacah ditimbang sebanyak 500 gram dan ditambahkan zat aditif sesuai denga perlakukan sebanyak 3% dari bobot rumput odot lalu dicampur sampai homogen. Rumput odot yang telah ditambahkan zat aditif dimasukkan kedalam kantong plastik sambil ditekan-tekan agar padat dan ikat dengan karet sehingga kondisi anaerob dan diinkubasi selama 21 hari.

Analisis kualitas organoleptik

Analisis kualitas organoleptik dilakukan setelah 21 hari dengan membuka kantong plastik silase dan menimbang sebanyak masing-masing 5 gram untuk dinilai oleh panelis tidak terlatih sebanyak 10 orang. Uji skoring kualits organoleptik pada penelitian ini berdasarkan uji skoring Soekarto 1985 (Suningsih et al., 2019). Untuk analisis keberadaan jamur dilakukan dengan mengamati banyaknya jamur yang terdapat pada silase.

Tabel 1. Skoring kualitas organoleptik hijauan fermentasi

Kualitas Organoleptik Skor Karakteristik Hijauan Fermentasi Warna 9,0-10,0 Sama dengan warna sebelum difermentasi

7,0-8,9 Hijau kekuningan 5,0-6,9 Kuning kecoklatan 0,0-4,9 Coklat kehitaman

Aroma 9,0-10,0 Sama dengan aroma sebelum difermentasi 7,0-8,9 Aroma menyengat

5,0-6,9 Aroma asam 0,0-4,9 Aroma apek

Tekstur 9,0-10,0 Sangat lembut (berair, menggumpal dan berlendir)

7,0-8,9 Lembut (agak berlendir dan menggumpal) 5,0-6,9 Agak kasar

0,0-4,9 Kasar dan rapuh Analisis pH

Analisis pH menggunakan metode (Nahm, 1992) sampel ditimbang sebanyak 10 g lalu dihaluskan dengan mortar dan ditambahkan 100 ml akuades, kemudian dilakukan penyaringan

(4)

BINATA Journal Page 50 untuk diambil cairannya, lalu cairan tersebut diuji pH menggunakan pH meter yang telah dikalibrasi menggunakan standar pH 4. pH 7 dan pH 10.

Analisi data

Data yang telah diperoleh akan dianalisis menggunakan analisis ragam (ANOVA) pada software microsoft excel. Jika perlakuan yang dianalisis berbeda nyata terhadap peubah yang diamati, maka akan dilakukan uji lanjut Duncan Multiple Range Test (DMRT) menggunakan bantuan software Statistical Product and Service Solution (SPSS).

Hasil dan pembahasan

Kualitas organoleptik yang terdiri dari warna, aroma dan tekstur serta kualitas kimia organik yaitu pH merupakan salah satu variabel yang diukur untuk mengetahui keberhasilan suatu proses ensilase. Kualitas organoleptik silase rumput odot dengan penambahan zat aditif dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Skoring kualitas organoleptik silase rumput odot dengan penambahan zat aditif

Perlakuan Warna Aroma Tekstur Jamur

P0 7.47 8.77 9.8a +

P1 6.87 6.07 5.9b ++

P2 6.3 7.1 6.87b ++

P3 7.2 7.2 6.87b ++

Keterangan: Superskrip yang berbeda (ab) menunjukkan pengaruh berbeda nyata antar perlakuan, P0: Silase rumput odot tanpa zat aditif, P1: Silase rumput odot + 3% tepung sagu, P2: Silase rumput odot + 3% tepung kanji, P3: Silase rumput odot + 3% tepung jagung.

Warna silase

Warna merupakan salah satu indikator dalam penilaian kualitas organoleptik yang baik, silase dengan proses fermentasi yang baik dapat dilihat dari warna hijauan setelah fermentasi sama dengan warna hijauan sebelum fermentasi (Marhamah et al., 2019). Hasil sidik ragam penambahan zat aditif tdiak memberi pengaruh yang nyata terhadap warna silase rumput odot (tabel 2) denga skor warna berkisar dari 6.3 – 7.47 yang mempunyai karakteristik warna dari kuning kecoklatan hingga hijau kekuningan. Warna yang diperoleh pada penelitian ini hampir sama dengan yang diperoleh (Astati et al., 2022) pada silase rumput odot dengan penambahan asam asetat dengan warna coklat kekuningan. Warna silase yang diperoleh pada penelitian ini dapat terjadi karena penambahan zat aditif dapat meningkatkan populasi BAL yang mampu mempercepat penggunaan oksigen sehingga proses respirasi aerobik yang dapat mengoksidasi gula pada hijuan menjadi CO2, air dan panas terhambat sehingga tidak terbentuk suhu yang tinggi yang menyebabkan terjadinya mailard yang dapat mengubah warna silase menjadi coklat kehitaman (Despal et al., 2011)(Christi et al., 2019)(Astati et al., 2022).

Aroma silase

Aroma menjadi salah satu variabel penilaian dalam kualitas organoleptik silase. Silase yang baik tidak mengeluarkan bau yang kuat karena asam laktat dan asam-asam organik yang dihasilkan dari proses ensilase tidak memiliki bau tetapi aroma khas seperti bau cuka

(5)

BINATA Journal Page 51 diakibatkan oleh asam asetat yang merupakan produk kedua terbanyak setelah asam laktat memiliki sifat yang mudah menguap sehingga ketika silo dibuka akan tercium aroma asam yang menandakan proses fermentasi terjadi dengan baik (Kung et al., 2018). Aroma silase rumput odot pada penelitian mempunyai skor berkisar dari 6.07 – 8.77 (tabel 2) dengan karakteristik aroma asam sampai dengan aroma asam menyengat dan hasil sidik ragam penambahan zat aditif tidak memberi pengaruh yang nyata terhadap aroma silase rumput odot Hasil yang sama diperoleh Wati et al (2018) aroma silase rumput odot dengan penambahan Lactobacillus plantarum mempunyai karakteristik dari asam sampai asam menyengat . Tekstur silase

Tekstur silase dengan kualitas yang baik adalah mempunyai tekstur yang sama dengan tekstur sebelum terjadinya fermentasi (Hidayat, 2014). Hasil sidik ragam penambahan zat aditif terhadap tekstur silase rumput odot memberi pengaruh yang nyata dengan P0 berbeda nyata terhadap P1, P2 dan P3 sedangkan P1, P2 dan P3 tidak berbeda nyata dengan skor nilai berkisar dari 5.9 – 9.8 yang mempunyai karakteristik agak kasar sampai lembut. P1 dengan skor 9.8 mempunyai karakteristik yang lembut, berair, menggumpal dan berlendir hal ini diduga terjadi karena tidak adanya penambahan zat aditif untuk menurunkan kadar air rumput odot, tingginya kadar air akan mempengaruhi tekstur silase menjadi basah (Miksusanti et al., 2019). Tekstur yang sama diperoleh (Hidayat, 2014) pada silase rumput gajah dengan penambahan karbohidrat fermentable yaitu agaka kasar dan remah.

Keberadaan jamur pada silase

Keberadaan jamur pada silase rumput odot (tabel 2) terdapat pada semua perlakuan.

Keberadaan jamur dapat terjadi karena masih adanya oksigen sehingga proses anaerob belum terjadi, proses terbentuknya asam laktat yang lambat dan penurunan pH yang lambat (Landupari et al., 2020) yang dapat dilihat pada hasil pH pada penelitian ini yang masih cukup tinggi sehingga jamur masih dapat tumbuh.

pH silase

pH atau derajat keasaman adalah uji kualitas kimia organik sederhana dan tercepat untuk mengetahui kualitas silase dan keberhasilan proses ensilase (Falola et al., 2013). Nilai pH silase rumput odot dengan penambahan zat aditif dapat dilihat pada gambar 2. Hasil sidik ragam penambahan zat aditif terhadap nilai pH silase rumput odot tidak memberi pengaruh yang nyata dengan nilai pH berkisar 4.68 – 5.61. Kisaran nilai pH pada penelitian ini lebih tinggi jika dibandingkan dengan pH silase yang dianjurkan oleh McDonald et al (2011) yaitu 3.0 – 4.5. Tingginya nilai pH pada penelitian ini dapat terjadi karena persentase pemberian zat aditif hanya berkisar 3% sehingga kadar karbohidrata terlarut yang dapat dimanfaatkan oleh BAL kurang tersedia yang menyebabkan tidak terbentuknya asam organik yang membuat pH menjadi rendah (Despal et al., 2011). McDonald et al (2011) menyatakan bahwa karbohidrat mudah terlarut yang harus tersedia didalam silo untuk meningkatkan perkembangan BAL berkisar 6.5 – 7%.

(6)

BINATA Journal Page 52 Gambar 1. pH Silase rumput odot dengan penambahan zat aditif

Kesimpulan

Penambahan tepung sagu, tepung kanji dan tepung jagung tidak memberi pengaruh yang berbeda terhadap warna, aroma dan pH silase rumput odot pada penelitian ini tetapi silase dengan penambahan tepung sagu mempunyai nilai pH yang lebih rendah dibandingkan dengan zat aditif lainnya. Tekstur silase dengan penambahan zat aditif tepung sagu, tepung kanji dan tepung jagung mampu mempertahankan tekstur silase rumput odot sama dengan tekstur sebelum fermentasi.

Daftar Pustaka

Astati, A., Kurniawan, W., & Sandiah, N. (2022). Kualitas Fisik dan Kimia Silase Kombinasi Rumput Odot (Pennisetum Purpureum Cv. Mott) dan Lamtoro (Leucaena Leucocephala) dengan Penambahan Berbagai Level Asam Asetat. Jurnal Ilmiah Peternakan Halu Oleo, 4(3), 184. https://doi.org/10.56625/jipho.v4i3.27017

Christi, R. F., Rochana, A., & Hernaman, I. (2019). Kualitas Fisik Dan Palatabilitas Konsentrat Fermentasi Dalam Ransum Kambing Perah Peranakan Ettawa. Jurnal Ilmu Ternak Universitas Padjadjaran, 18(2), 121–125. https://doi.org/10.24198/jit.v18i2.19461 Despal, Permana, I. G., Safarina, S. N., & Tatra, A. J. (2011). Penggunaan berbagai sumber

karbohidrat terlarut air untuk meningkatkan kualitas silase daun rami. Media Peternakan, 34(1), 69–76. https://doi.org/10.5398/medpet.2011.34.1.69

Falola, O. O., Alasa, M. C., & Babayemi, O. J. (2013). Assessment of Silage Quality and Forage Acceptability of Vetiver Grass (Chrysopogon zizanioides L. Roberty) Ensiled with Cassava Peels by Wad Goat. Pakistan Journal of Nutrition, 12(6), 529–533.

https://doi.org/10.3923/pjn.2013.529.533

Hidayat, N. (2014). Karakteristik dan Kualitas Silase Rumput Raja Menggunakan Berbagai Sumber dan Tingkat Penambahan Karbohidrat Fermentable. Jurnal Agripet, 14(1), 42–

49. https://doi.org/10.17969/agripet.v14i1.1204

Jamarun, N., Ryanto, I., & Sanda, L. (2014). Pengaruh Penggunaan Berbagai Bahan Sumber Karbohidrat terhadap Kualitas Silase Pucuk Tebu. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science), 16(2), 114.

https://doi.org/10.25077/jpi.16.2.114-118.2014 5.61

4.68

5.45 5.07

0 1 2 3 4 5 6

P0 P1 P2 P3

(7)

BINATA Journal Page 53 Kung, L., Shaver, R. D., Grant, R. J., & Schmidt, R. J. (2018). Silage review: Interpretation of

chemical, microbial, and organoleptic components of silages. Journal of Dairy Science, 101(5), 4020–4033. https://doi.org/10.3168/jds.2017-13909

Landupari, M., Foekh, A. H. B., & Utami, K. B. (2020). Pembuatan Silase Rumput Gajah Odot (Pennisetum Purpureum cv. Mott) dengan Penambahan Berbagai Dosis Molasses. Jurnal Peternakan Indonesia (Indonesian Journal of Animal Science), 22(2), 249.

https://doi.org/10.25077/jpi.22.2.249-253.2020

Marhamah, S. U., Akbarillah, T., & Hidayat, H. (2019). Kualitas Nutrisi Pakan Konsentrat Fermentasi Berbasis Bahan Limbah Ampas Tahu dan Ampas Kelapa Dengan Komposisi yang Berbeda Serta Tingkat Akseptabilitas Pada Ternak Kambing. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 14(2), 145–153. https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.2.145-153 Miksusanti, Sandi, S., Yosi, F., Sahara, E., & Rofiq, N. (2019). The change of nutrients rations

quality of feed fermented with different moisture content (hal. 47–53). Indonesian Journal

of Environmental Management and Sustainability.

https://doi.org/https://doi.org/10.26554/ijems.2019.3.2.47-53

Suningsih, N., Ibrahim, W., Liandris, O., & Yulianti, R. (2019). Kualitas Fisik dan Nutrisi Jerami Padi Fermentasi pada Berbagai Penambahan Starter. Jurnal Sain Peternakan Indonesia, 14(2), 191–200. https://doi.org/10.31186/jspi.id.14.2.191-200

Syaiful, F. L., & Siva, L. (2022). Pengolahan Limbah Jerami Padi Menggunakan Teknologi Amoniasi Untuk Pakan Ternak Ruminansia Di Nagari Ujung Gading, Pasaman Barat.

Jurnal Hilirisasi IPTEKS, 5(3), 172–179. https://doi.org/10.25077/jhi.v5i3.617

Wati, W. S., Mashudi, M., & Irsyammawati, A. (2018). Kualitas Silase Rumput Odot (Pennisetum Purpureum Cv.Mott) Dengan Penambahan Lactobacillus Plantarum Dan Molasses Pada Waktu Inkubasi Yang Berbeda. Jurnal Nutrisi Ternak Tropis, 1(1), 45–53.

https://doi.org/10.21776/ub.jnt.2018.001.01.6

Zakariah, M. A., Utomo, R., & Bacruddin, Z. (2015). Pengaruh inokulum campuran Lactobacillus plantarum dan Saccharomyces cerevisiae terhadap kualitas organoleptik, fisik, dan kimia silase kulit buah kakao. Buletin Peternakan, 39(1), 1.

https://doi.org/10.21059/buletinpeternak.v39i1.6152

Referensi

Dokumen terkait

Kesimpulan yang diambil dari penelitian ini adalah penggunaan jenis aditif sebagai sumber karbohidrat (dedak padi halus, onggok dan molases) menghasilkan silase rumput

” Kecernaan Bahan Kering Dan Bahan Organik Silase Rumput Paspalum Dilatatum Yang Diberi Level Aditif Gula Merah

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan isi rumen kering sebagai bahan inokulan pembuatan silase hijauan jagung Zea mays dengan bahan aditif sumber

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh penggunaan aditif gaplek, pollard dan tepung jagung dengan lama ensilase yang berbeda terhadap karakteristik

Kadar Bahan Organik (%) Silase Rumput Kolonjono ( Brachiaria mutica ) Pada Berbagai Macam Akselerator .... Nilai pH Silase Rumput Kolonjono ( Brachiaria Mutica ) Pada

Berdasarkan hasil penelitian disimpulkan bahwa silase ampas sagu sebesar 40% yang menggunakan bahan aditif molases 15%, dapat digunakan sebagai pakan basal pengganti

Penambahan aditif BLEF pada rumput Raja dapat meningkatkan kualitas fermentasi silase yang ditandai nilai pH dan konsentrasi N-NH 3 yang signifikan menurun, serta konsentrasi

Materi tentang zat aditif dan zat adiktif yang terdapat pada