• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sinonimitas dalam Al-Qur'an: Studi atas Lafadz al-Syakk dan al-Raib

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "Sinonimitas dalam Al-Qur'an: Studi atas Lafadz al-Syakk dan al-Raib"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

Kemudian lahirlah teori asynonymy sebagai wujud penolakannya terhadap kata-kata sinonim dalam Al-Qur'an. Informasi di atas menimbulkan kegelisahan akademis di benak penulis berupa Apa Arti Kata al-Syakk dan al-Raib dalam Al-Qur'an. Diharapkan dengan adanya penelitian ini dapat mengetahui adanya sinonimi dalam Al-Qur’an dengan mengambil sampel kata menggunakan pasangan kata tersebut.

Untuk memperoleh makna tertentu dalam Al-Qur’an, penulis melakukan analisis terhadap konteks tekstual ayat-ayat yang dikaji. Sebagian ulama sepakat dengan adanya sinonimi dalam Al-Qur'an, namun sebagian lagi mengingkarinya karena beberapa alasan. Oleh karena itu, teori anonimitas dalam Al-Qur'an masih relevan mengingat tidak ditemukan persamaan yang jelas di antara keduanya dalam penelitian ini.

Abdul Mustaqim, M.Ag dan Afdawaiza S.Ag, M.Ag selaku ketua jurusan dan sekretaris Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir Fakultas Ushuluddin Ilmu Agama dan Pemikiran Islam UIN Suanan Kalijaga Yogyakarta. Abdul Mustaqim, M.Ag selaku dosen pembimbing akademik penulis mulai semester 1 hingga penulis menyelesaikan proses studi di jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir. Seluruh dosen Jurusan Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir pada khususnya, serta seluruh dosen Fakultas Ushuluddin yang telah menginspirasi dan mengajar.

Semoga segala jasa yang telah dilakukan menjadi amal soleh dan mendapat ganjaran daripada Allah SWT.

PENDAHULUAN

Latar Belakang Masalah

ﺐﻳِﺮُﻣ

Jika terdapat ta'kid lafẓi7 dalam satu ayat yaitu menentukan makna awal dengan lafadz itu sendiri atau dengan kalimat yang mempunyai makna yang sama dengan makna ta'kid, maka ini tandanya kedua kata tersebut mempunyai makna yang bersinonim. 7 Untuk penjelasan tentang Ta'kid dan berbagai jenisnya, lihat Badruddīn Muḥammad, Burhān fī 'Ulūm al-Qur'ān (Dār al-Fikr, n.d.) hal. Sesuai dengan praktik yang berkembang di masyarakat, terkadang masyarakat membaca dan memahami Al-Qur’an dengan bahasanya sendiri dan tidak sesuai dengan konsep bahasa aslinya, seperti terjemahannya ke dalam bahasa Indonesia.

Faktanya, bahasa Al-Qur'an tidak dapat diterjemahkan dengan konsep satu kata dengan kata yang lain, karena terjemahan kata tersebut hanya bersifat pertolongan pertama. Jadi hal inilah yang dapat mengubah sebagian atau seluruh makna istilah-istilah penting yang terkandung dalam bahasa asli Al-Qur'an. 9. Beberapa terjemahan kosakata Al-Qur'an dalam terjemahan Al-Qur'an, menggunakan hasil terjemahan dari kamus bahasa Arab-Indonesia.

Kata al-Syakk, al-Raib, diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia dengan keraguan.10 Begitu pula dalam terjemahan Al-Qur'an, sering dijumpai beberapa ayat yang menggunakan kata tersebut. Menerjemahkan Al-Quran mempunyai banyak kelebihan selain mempunyai kekurangan dalam proses perluasan makna kalimat dan kosa kata.11 Hasil penerjemahan di atas menunjukkan bahwa kata-kata tersebut nampaknya mempunyai makna yang sama atau mirip (sinonim).

ﺔَﻤْﻬﱡـﺘﻟاو ُﺔﱠﻨﱢﻈﻟاو ﱡﻚﱠﺸﻟا ُﺔﺒﻳﱢﺮﻟاو ُﺐْﻳﱠﺮﻟا

ﻦﻴﻘﻴﻟا ﺾﻴﻘﻧ ﱡﻚﱠﺸﻟا

  • Rumusan Masalah
  • Tujuan dan Kegunaan Penelitian
  • Telaah Pustaka
  • Kerangka Teori
  • Sistematika Pembahasan

Terdapat perdebatan di kalangan ulama tentang perkataan yang maknanya nampak sama dalam al-Quran. Maka, menjadi menarik, apabila teori Asonymity lafadz-lafadz al-Qur'an (Lā tarādufa fī alfāẓ al-Qur'an) digunakan dan diuji dengan melihat makna perkataan yang hendak dikaji. Menjelaskan maksud yang terkandung dalam kalimah al-Syakk dan al-Raib dari sudut al-Quran.

Selain itu, akan disadari bahwa kajian linguistik dalam Al-Qur’an tidak bisa dianggap remeh. Penelitian terhadap kata-kata dalam Al-Qur'an telah banyak dilakukan oleh para ulama dan akademisi. Mu'jam Mufradāt al-Fāẓal-Qur'an karya Ragīb al-Aṣfahanī berisi glosarium berbagai makna kosa kata dalam Al-Qur'an.

Buku lainnya adalah Ensiklopedia Al-Qur'an; Kajian kamus yang ditulis oleh sekelompok ulama, salah satunya adalah M. Al-Tarāduf fī al-Qur'an al-Karīm (Baina al-Naẓāriyyah wa al-Taṭbīq) karya M. Selain itu, terdapat perdebatan di kalangan Ulama tentang sinonim dalam bahasa arab dan arab - Alquran juga dijelaskan.

Al-I'jāz al-Bayāni li al-Qur'ān, tulisan Bint al-Syāṭi' diterangkan di dalamnya secara linguistik di sisi i'jāz al-Qur'an. Sebagai tambahan kepada i'jāz-an al-Quran, ia dipaparkan secara ringkas pada perkataan yang kelihatan sinonim 24. 23M. Nūruddīnal-Munajjad, al-Tarāduf fī al-Qur'ān al-Karīm (Baina al-Naẓāriyyah wa al-Taṭbīq), (Damsyīq: Dār al-Fikr, 1997).

Kajian dalam e-jurnal oleh Enoh iaitu konsep kebaikan (kebaikan) dan keburukan (keburukan) dalam al-Quran membincangkan pelbagai istilah berkaitan kebaikan dan keburukan. Sumber utama kajian ini ialah ayat-ayat al-Quran yang berkait langsung dengan kalimah al-Syakk dan al-Raib. Implikasi dari penelitian yang meneliti istilah-istilah dalam ayat, maka rujukan penelitian ini adalah Al-Qur’an.

26 Enoh, “Konsep Baik (Kebaikan) dan Keburukan (Keburukan) dalam Al-Qur’an” dalam ejournal.unisba.ac.id diakses pada 14 April 2015. Tokoh abad terakhir bahwa adanya sinonim kata dalam Al-Qur'an adalah Muhammad Syahrūr dan Binti al-Syāṭi'.

PENUTUP

Al-Quran sering menggunakan dua kalimah syakk dan raib berdampingan dalam satu ayat untuk menguatkan makna satu dengan. Perkataan al-Syakk tidak lagi menjadi kata fokus apabila berada dalam wilayah sintagmatik perkataan al-Raib, dan begitu juga sebaliknya. Al-Quran menggunakan kedua-duanya beberapa kali dalam satu ayat, fungsinya adalah untuk saling menguatkan makna ragu.

Dilihat dari analisis konteks tekstualnya, kata al-Syakk mempunyai konteks tekstual yang lebih terbatas cakupannya, yaitu hanya memuat hal-hal yang berkaitan dengan bidang aqidah saja. Sedangkan kata al-Raib mempunyai cakupan yang lebih luas, tidak hanya menyangkut wilayah aqidah saja, tetapi juga mencakup wilayah mu'amalah. Jika dilihat dari pelaku atau subjek hukumannya, kata al-Raib tidak hanya digunakan oleh orang-orang yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan non-Muslim, tetapi juga oleh umat Islam, meskipun mereka adalah orang-orang munafik.

Jadi konteks tekstual kata al-Raib lebih luas dibandingkan dengan konteks tekstual kata al-Syakk (Gambar 1.d). Pendapat penulis mengenai teori sinonimi dalam Al-Qur'an adalah dengan demikian teori ini masih relevan karena tidak ada makna sinonim yang murni dalam Al-Qur'an. Semantik yang ditawarkan Toshihiko Izutsu diajarkan di universitas-universitas Islam, sehingga peneliti muda (mahasiswa) dapat menggunakan pendekatan ini untuk mempelajari bahasa Al-Qur'an.

Terlalu banyak lafadz yang belum dipelajari dengan pendekatan ini yang membuka seluas-luasnya kemungkinan bagi mereka yang mempelajari linguistik al-Quran. Masih banyak perkataan-perkataan yang seakan-akan sinonim di dalam al-Quran yang belum dipelajari, seperti kalimah al-balad dengan al-baldah, kalimah al-Anbijā’ dengan kalimah al-Nabiyyūn dan lain-lain. Oleh itu, ia tidak menutup kemungkinan para ulama untuk menjalankan penyelidikan lanjut untuk menunjukkan ada atau tidaknya sinonim murni dalam al-Quran.

Enoh, “Consep Baik (Kebaikan) in Buruk (Keburukan) dalam al-Qur’an” fra www.ejournal.unisba.ac.iddiakses tanggal 14. april 2015. Nūruddīn, al-Tarāduf fī al-Qur’ān al-Karīm ( Baina al-Naẓāriyyah wa al-Taṭbīq). Mūsa, Rahifah, Sa'ādatu al-Insān fī al-Qur'ān al-Karīm (Dirāsah Mauḍū‘iyyah,.tk: al-Jamī'ah al-Islāmiyyah Gazzah.

Rumzah, Teori Asinonimi (Lā Tarādufa fī al-Fāẓ al-Qur'ān; Kajian Pemikiran 'Ᾱisyah 'Abdurrahmān Binti al-Syāṭi'. M., “Mengenal Pemikiran Binti al-Syāṭi; Al-Quran 'an, dalam Jurnal al-Qur'ānd dan Hadits VI.

CURRICULUM VITAE

Referensi

Garis besar

Dokumen terkait

Bahasa dan Studi al-Qur`an Muhammad Syahrur E. Syahrur adalah Profesor di jurusan Teknik Sipil Universitas Damaskus dengan latar belakang ilmu Mekanika Tanah dan Teknik Pondasi.

Teknik ini digunakan dalam pembelajaran bahasa Arab aspek mahārah al-istimā’ di SMA Takhassus Al-Qur‟an. Teknik tes ini dilaksanakan dengan cara siswa mendengarkan

Oleh Salman Fariz Mahasiswa UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Fakultas Ushuludin Jurusan Ilmu Al-Qur‟an dan Tafsir, dalam skripsi ini penulis membahas surah al-ikhlas

Dan berdasarkan pandangan al-Qur‟an bahwa pohon zaitun disebutkan 7 kali dalam al-Qur‟an, yaitu 6 kali dengan kata zaitun dan 1 kali dengan kata thursina lalu di

Oleh karen itu, Al- Qur‟an mengungkapkanya menggunakan kata masoobiih ( خيثبصِ) yang diartikan sebagai lampu-lampu bukan menggunakan kalimat nujum (َىجٔ)

Secara bahasa asbab al-nuzul terdiri dari dua kata yaitu asbab dan al-nuzul, dalam bahasa Arab jika digabung disebut dengan tarkib idafiy (mudaf dan mudaf

Ada pun al-Qurthubîy dan Wahbah az-Zuhailîy, penafsiran keduanya dalam memaknai perilaku penista boleh dikatakan hampir sama yaitu menyumpahi Al-Qur`an karena ragu terhadap kebenaran

skripsi ini lebih menekankan pada aspek morfologi dan anatomi buah dalam Al-Qur‟an serta kontekstualitasinya menurut ilmu sains botani.15 Kesamaan dengan penulis adalah tentang