• Tidak ada hasil yang ditemukan

sinonimitas dalam al-qur`an tentang kesucian - repository iiq

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "sinonimitas dalam al-qur`an tentang kesucian - repository iiq"

Copied!
40
0
0

Teks penuh

"Azka" dan "Athhar"), Institut Ilmu Al-Qur'an dan Tafsir, Fakultas Ushuluddin dan Dakwah, Institut Ilmu Al-Qur'an Jakarta. Sebagian ulama sepakat mengenai adanya sinonimi dalam Al-Qur'an, namun sebagian lagi mengingkarinya. Kemudian lahirlah teori anonimitas sebagai wujud penolakannya terhadap sinonim kata dalam Al-Qur'an.

Penulis menelusuri dan mengumpulkan ayat-ayat yang berkaitan, kemudian menganalisis makna yang terkandung dalam ayat-ayat tersebut melalui analisis sintagmatik dan analisis paradigmatik, kemudian mengintegrasikan konsep-konsep yang telah diperoleh untuk memperoleh makna tertentu dalam Al-Qur’an, penulis melakukan analisis tekstual terhadap ayat-ayat tersebut. konteks ayat yang dipelajari. Dan hasil analisis paradigmatiknya adalah zakat, aslaha, hasana, ‘azhuma, fadlu, athar dan khoir (baik). Jadi teori sinonimi dalam Al-Qur'an masih relevan mengingat tidak ditemukan kesamaan yang jelas di antara keduanya dalam penelitian ini.

Skripsi berjudul “Sinonimi Dalam Al-Qur’an Tentang Kesucian (Analisis Semantik Lafazh “Azka” dan “Athhar”)” yang disusun oleh Ana Rahmawati dengan Nomor Induk Mahasiswa (NIM) 14210565 lolos proses bimbingan dengan baik dan dinilai oleh dosen pembimbing memenuhi syarat keilmuan untuk diserahkan pada sidang Munaqasyah. Kata sandang yang diikuti alif lam (لا) syamsiah ditransliterasi menurut kaidah yang diberikan sebelumnya dan menurut bunyinya. Aturan ini berlaku secara umum, baik tasydîd berada di tengah kata, di akhir kata, atau setelah suku kata yang diikuti huruf syamsiyah.

Jika berdiri sendiri, waqaf atau diikuti kata adjektif (na'at), maka huruf tersebut ditranskripsikan menjadi huruf "h".

ميحلا نمحرلا للها مسب

Latar Belakang

Namun sehebat apapun seseorang, ia hanya dapat mencapai tingkat pemahaman yang relatif dan tidak dapat mencapai tingkat tersebut seiring dengan percepatan perkembangan kondisi sosial budaya, perkembangan kondisi budaya peradaban manusia.2. Jika berbicara mengenai kandungan Al-Qu’an, maka dalam celah isi Kitab Suci paling banyak terdapat tiga aspek/keajaiban tertentu yang menjadi bukti kebenarannya, salah satunya adalah keindahan dan ketepatan bahasa. dari Al-Qur'an. 2 Abdul Mustaqim, Kajian Al-Quran Konten Kontemporer; Wacana Baru dari Metodologi Tafsir, (Yogyakarta: PT. Tiara Wacana, 2002), hal.

Salah satu ciri Al-Quran adalah kata-kata dan kalimatnya yang pendek dapat menampung banyak makna. Ibarat berlian yang memancarkan cahayanya dari segala sisi.4 Bahasa Al-Qur'an mengandung nilai yang tinggi, mempunyai makna yang berkaitan satu sama lain dan saling melengkapi bila digunakan dalam berbagai ayat. Biasanya bahasa Al-Qur'an mengandung banyak isi dan konsep yang tidak menunjukkan satu makna saja.

5 Sugeng Sugiyono, Kajian Semantik Lisan dan Kalam Al-Quran, (Yogyakarta: Sunan Kali Jaga Press, 2009), hal. Dalam Al-Qur'an, kata 'Azka' muncul sebanyak 59 kali dalam 17 bentuk dan 66 huruf.10 Sedangkan 'Athhar' juga sama dengan 'Azka' dari wazan. Athhar” muncul sebanyak 32 kali dalam 19 bentuk dan 31 huruf. 11 Kata Azka dan Athhara dipilih karena kedua kata tersebut memegang peranan penting dalam struktur konsep kebahasaan dalam Al-Quran yang sering dipahami banyak orang.

Walaupun satu perkataan dengan perkataan lain dalam Al-Quran tidak boleh saling eksklusif. 9 Al-Immam Taqiyuddin dan Abu Bakar al-Husaini, Kifayatul Akhyar; Kitab Undang-undang Islam dilengkapi dengan Dalil Al-Qur'an dan Hadis, terj. Terdapat perdebatan di kalangan ulama tentang ungkapan yang maknanya kelihatan sinonim dalam al-Quran.

Bukankah Al-Quran pada dasarnya menggunakan bahasa Arab, sedangkan bahasa Arab menggunakan kedua jenis pengucapan tersebut, maka tidak mengherankan jika Al-Quran juga menggunakan hal tersebut? Dalam penelitian ini penulis menggunakan kata kunci Azka dan Athar sebagai sarana penerapan metode semantik Al-Qur'an. Penelitian ini menggunakan analisis semantik yang dikembangkan oleh Toshihiko Izutsu, seorang ahli bahasa yang sangat tertarik dengan Al-Quran.

Menurut Izutsu, semantik Al-Qur'an mencoba mengungkap pandangan dunia Al-Qur'an melalui analisis semantik terhadap materi dalam Al-Qur'an itu sendiri, yaitu kosakata. Sehingga kosakata yang mempunyai makna luas tersebut disesuaikan dengan Al-Qur’an, yang kemudian dikenal dengan konsep utuh yang terorganisir yang dilambangkan dengan kosakata atau pandangan hidup masyarakat pengguna bahasa tersebut.

Pembatasan dan Rumusan Masalah

Hal inilah yang mendasari tujuan penelitian semantik Al-Qur’an berkenaan dengan konsep Azka dan Athar, yaitu mencoba mengungkap pandangan dunia Al-Qur’an dengan menggunakan analisis semantik kosakata atau istilah-istilah kunci dalam al-Qur’an. Alquran. an, sehingga dapat menghasilkan pesan-pesan dinamis dari kosa kata Al-Qur'an yang dikandungnya, dengan kajian analitis dan metodologis terhadap konsep-konsep yang tampaknya berperan dalam membentuk pandangan Al-Qur'an terhadap alam semesta.

Tujuan Penelitian & Kegunaan Penelitian

Tinjaun Pustaka

Skripsi yang disusun oleh Muhammad Nabihul Janan UIN Surakarta berjudul “Sinonimi Dalam Al-Quran (Analisis Semantik Lafadz Khauf dan Khasyyah) Tahun 2017. Skripsi ini menjelaskan tentang Makna Khauf dan Khasyyah dalam Al-Quran, Bagaimana Kaitan Kata Khauf dan Khasyyah. dan bagaimana konteks tekstual Khauf dan Khasyyah dalam Al-Qur'an. Jurnal Ilmiah Tafsir Hadits, Volume 5, Nomor 1, Juni 2015 yang ditulis oleh Ahmad Fawaid dari Institut Agama Islam Nurul Jadid Probolinggo, berjudul Aturan Al-Alfaz Mutaradif dalam Al-Qur'an.

Majalah ini menjelaskan fenomena yang terjadi dalam bahasa Arab akibat minimnya penelitian tentang taraduf, penulis menjelaskan pengertian taraduf, keberadaannya dalam bahasa Arab dan taraduf dalam Al-Qur'an. Itulah sebabnya kata-kata dalam Al-Qur'an selain mempunyai arti khusus, juga mempunyai arti yang berbeda dengan yang lain. Yakni dalam kaitannya dengan Taraduf (sinonim) dalam Al-Qur'an, hanya saja penulis tidak fokus pada lafadz yang akan dikaji sebagai peneliti, namun menjelaskan makna taraduf dalam Al-Qur'an secara utuh.24 .

Skripsi yang disusun oleh Ariefta Hudi Fahmi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Sinonimi dalam Al-Qur'an (Kajian Lafadz al-Syakk dan al-Raib), pada tahun 2015. Skripsi ini menjelaskan tentang Makna al-Syakk dan al-Raib dalam Al-Qur'an 'an, bagaimana hubungan kata al-Syakk dan al-Raib, serta bagaimana konteks tekstual al-Syakk dan al-Raib dalam Al-Qur'an. Skripsi ini disusun oleh Yudiansyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Sinonim Kata Berpikir Dalam Kajian Al-Quran, pada tahun 2010.

Kemudian penulis menyimpulkan bahwa dalam hal menerjemahkan sinonim, pemikiran ketika mempelajari Al-Qur'an harus melihat konteks ayat tersebut. 24 Jurnal Ilmiah Tafsir Hadits, Volume 5, Edisi 1, Juni 2015, karya Ahmad Fawaid, Institut Agama Islam Nurul Jadid Probolinggo, dengan judul Kaidah Al-Alfaz Mutaradif dalam Al-Qur'an. 25Ariefta Hudi Fahmi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta berjudul Sinonimi dalam Al-Qur'an (kajian Lafadz al-Syakka dan al-Raiba), tahun 2015.

Metode Penelitian

Fadz Al-Qur'an al-Karim Bi Hasiyah al-Mushaf al-Sharif dan beberapa buah kitab tafsir serta kajian-kajian lain dalam bentuk buku, jurnal, disertasi yang berkaitan dengan tajuk perbincangan. Makna asas dan makna relasional Untuk mengetahui makna sesuatu perkataan, perlu dikesan makna asas perkataan tersebut, yang terdapat dalam kamus bahasa Arab.

Sistematika Penulisan

Di dalam al-Quran terdapat banyak perkataan yang difahami sebagai sama, tetapi tidak sama, yang dalam bahasa Arab disebut al-Alfadz Allati Yuzhannu al-Taraduf ve Laysat Minhu. Setelah menganalisis perbedaan pendapat para ulama dan tafsir mengenai makna yang dibawa dan selalu melekat pada kata Azka adalah Khoir (suci atau baik). Maksud “suci” yang melekat pada perkataan Azka di sini ialah kesuciannya daripada dosa menjadikan manusia mempunyai hak dan kewajipan dunia daripada sifat-sifat yang terpuji dan yang ada padanya.

Hasil analisis paradigmatik kemudiannya ialah lafaz zakat, ashâha, aflah, hasan, 'azhim, 'afdlal dan athhar. Dalam analisis sintagmatik, perkataan Athhar mempunyai hubungan makna yang agak luas berbanding dengan perkataan Azka. Jadi pendapat penulis tentang teori asynonymity dalam al-Quran, bahawa teori tersebut masih relevan kerana sinonim tulen tidak wujud dalam al-Quran.

Perkataan Athhar dalam penggunaannya dalam al-Quran mempunyai skop yang lebih luas berbanding dengan lafaz Azka. Selain lafadz yang telah dikaji oleh para pengkaji, masih banyak lagi lafadz lain yang belum dikaji menggunakan pendekatan ini, membuka peluang seluas-luasnya bagi mereka yang mempelajari ilmu linguistik al-Quran. Abdurrahman Aisyah Bint al-Syati', Al-I'jaz Al-Bayâni li Al-Qur`an Wa Masâiluhu Ibn Al-Azraq, Jilid I Mesir: Dar al-Ma'arif, 1987.

Asfahani Al-Rahgib, Mu'jam Mufradat al-Fâzh Al-Koran Beiroet: Dar al-Kutub al-„Ilmiyah, 2004. Hidayat Rahat Taufik, Khazanah Istilam Al-Koran, Bandung: Mizan, 1989 Harun Salman, Rules of Interpretation, Jakarta: Qaf, 2017. Izutsu Toshihiko, Hubungan Tuhan Dengan Manusia; 'n Semantiese benadering tot die Koran, Yogya: PT Tiara Wacana Yogya (lid van Ikapi), 2003, Verhouding tussen God en mens, trans.

Nuruddin Muhammad al-Munajjad, al-Tarâduf fi Al-Qur`ân al-Karîm, Baina al-Mazariyah wa al-Tatbiq. Disertasi: Fahmi Ariefta Hudi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul Sinonimitas dalam Al-Qur'an (Kajian Lafadz al-Syakk dan al-Raib), tahun 2015. Disertasi: Yudiansyah UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dengan judul Sinonim Kata Berpikir dalam Kajian dari Al-Qur'an, pada tahun 2010.

Tesis: Zulaikhah Fitri Nur Ngaisah, Keadilan dalam Al-Qur'an (Kajian Semantik Kata Al-'Adl dan Al-Qist), Fakultas Ushuluddin Dakwah UIN Yogyakarta, 2014. Taqiyuddin Al-Immam dan Abu Bakar al - Husaini, Kifâyatul Akhyâr; Kitab Hukum Islam dilengkapi dengan Al-Qur'an dan Hadits, terj.

Referensi

Dokumen terkait

Sesuatu fenomena yang menarik dalam Al-Qur‟an berkaitan dengan operasi bilangan adalah bahwa berdasarkan urutan surat, ternyata Al-Qur‟an mengajarkan terlebih dahulu

Orientalis menganggap bahwa al-Qur`an adalah karangan Nabi SAW atau inspirasi dari Nabi SAW. Ini menjadi permasalahan hingga saat ini, karena ada perbedaan riwayat mengenai

Metode maudhu‟i adalah metode tafsir yang berusaha mencari jawaban al- Qur‟an dengan cara mengumpulkan ayat-ayat al-Qur‟an yang mempunyai tujuan satu, yang bersama-

Metode yang digunakan Utsman Ra bersama tim penyusunan adalah : (1) Menulis al-Qur`an diatas berbagai naskah (mashahif), (2) Mengirimkan naskah-naskah tersebut ke negeri-negeri

riwayat bacaan dari satu imam pada imam lainnya, perbedaan riwayat tersebut, serta tata cara pelafalannya. Selain jam‟ al-Qur‟an, kajian nuzulul al-Qur‟an juga membahas

Dalam khazanah „Ulûm al-Qur‟ân makna mutashâbih al-lafz}} adalah ayat-ayat al- Qur‟an yang muncul berulang-ulang pada satu kisah atau tema yang sama dengan susunan

Najmuddin, “Resepsi Kegiatan Tahfiz Kajian Living Qur`an di SDIT Nur Hidayah, Surakarta”, Skripsi, IAIN Surakarta, 2018, Tidak diterbitkan t.d Rizkiyah, Fathiyatur, “Komunikasi

ii LEMBAR PENGESAHAN Skripsi dengan judul “Efektivitas Penggunaan Metode Turki Usmani Dalam Menghafal Al-Qur`an Di Pondok Pesantren Tahfizhul Qur`an Al-Qodr Tangerang” oleh Nila