• Tidak ada hasil yang ditemukan

Sistem Imun Innate

N/A
N/A
Sekar Putri Nabila tlm

Academic year: 2025

Membagikan "Sistem Imun Innate"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

INNATE SYSTEM IMUN MAKALAH IMUNOSEROLOGI II

DISUSUN OLEH:

Nama : Sekar Putri Nabila NIM : PO7134122041 Kelas : 3B

DOSEN PENGAMPU : Drs. Refai Ibrahim, M.Kes

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN PALEMBANG

JURUSAN TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

PROGRAM STUDI DIII TEKNOLOGI LABORATORIUM MEDIS

TAHUN 2024

(2)

KATA PENGANTAR

Puji Syukur atas kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah berjudul “Sistem Imun Innate” ini tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi nilai pada mata kuliah Imunoserologi II. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan mengenai Innate system Imun bagi pembaca maupun penulis

Penulis mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing bapak Drs. Refai Ibrahim, M.Kes serta kepada pihak-pihak yang membantu selama proses penyusunan makalah ini. Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu saran dan kritik yang membangun sangat diharapkan untuk menyempurnakan makalah ini.

Palembang, 4 November 2024

Penulis

(3)

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...2

BAB I... 4

PENDAHULUAN...4

1.1 Latar Belakang...4

1.2 Rumusan Masalah... 4

1.3 Tujuan... 5

BAB II...6

PEMBAHASAN... 6

2.2 Pengertian Sistem Imun Innate...6

2.2 Fungsi Sistem Imun Innate...6

2.3 Prinsip Sistem Imun Innate...7

2.4 Komponen Sistem Imun Innate... 7

A. Pertahanan Fisik/Mekanik...7

B. Pertahanan Biokimia... 8

C. Sistem Imun Non Spesifik Seluler...9

D. Sistem Imun Non Spesifik Humoral...10

2.5 Perbedaan Sistem Imun Innate Dan Adaptif...11

BAB III...13

PENUTUP...13

3.1 Kesimpulan...13

3.2 Saran... 13

(4)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Tubuh memiliki sistem imun untuk melindungi diri dari berbagai mikroba patogen yang membahayakan. Respon Imun ialah tanggapan terhadap substansi asing yang masuk ke dalam tubuh, misalnya mikroorganisme seperti bakteri, virus dan parasit serta molekul besar seperti pr otein dan polisakarisa. Sistem imun harus mampu memberikan respon terhadap sejumlah besar antigen asing yang masuk ke dalam tubuh, walaupun hanya sedikit jumlah limfosit yang mengenali dan memberikan respon terhadap setiap antigen secara spesifik. Limfosit ini tidak saja harus mampu mengetahui lokasi masuknya antigen, tetapi juga harus mengaktifkan mekanisme efektor yang sangat diperlukan untuk menyingkirkan antigen bersangkutan (Bratawidjaja, 2009).

Sistem imun merupakan kumpulan sel, jaringan, dan molekul yang membantu pertahanan melawan infeksi dan zat asing lainnya. Respons imun merupakan rangkaian kejadian molekuler dan seluler yang bertujuan untuk melindungi tubuh dari berbagai ancaman, seperti organisme- organisme patogenik, zat toksik, debris seluler, atau sel neoplastik. Fungsi fisiologis sistem imun adalah untuk mencegah infeksi dan menghilangkan infeksi yang telah terjadi. Respons imun juga terlibat dalam reaksi penolakan transplantasi organ serta dalam proses berbagai penyakit inflamasi yang dapat mengakibatkan mortalitas atau morbiditas yang serius (Abbas AK, 2015).

Sistem imun terdiri dari dua macam yaitu sistem innate immunity atau bawaan dan sistem imun adaptif. Kedua macam sistem imun ini memiliki komponen- komponen tersendiri yang saling bekerjasama untuk memberikan pertahanan bagi tubuh sehingga tidak mudah terserang oleh berbagai penyakit khususnya yang ditimbulkan dari mikroba patogen (Soeroso, 2007).

1.2

Rumusan Masalah

1.

Apa pengertian sistem imun innate?

2.

Apakah fungsi sistem imun innate?

3.

Bagaimana prinsip sitem imun innate?

4.

Apa saja komponen sistem imun innate?

5.

Apa perbedaan sistem imun innate dan adaptif?
(5)

1.3 Tujuan

1

Untuk mengetahui pengertian sistem imun innate.

2

Untuk mengetahui fungsi sistem imun innate.

3

Untuk mengetahui prinsip sitem imun innate.

4

Untuk mengetahui komponen sistem imun innate.

5

Untuk mengetahui perbedaan sistem imun innate dan adatif.
(6)

BAB II PEMBAHASAN

2.2 Pengertian Sistem Imun Innate.

Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untuk mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Innatte immunity merupakan kekebalan nonspesifik, artinya semua bentuk mikroba yang masuk akan dieliminasi tanpa memperhatikan jenis dari mikroba itu. Pada imunitas bawaan ini memiliki dua sistem pertahanan, pertahanan tingkat pertama dan pertahanan tingkat kedua. Pada pertahanan tingkat pertama tubuh akan dilindungi dari segala macam mikroba patogen yang menyerang tubuh secara fisik, kimia dan flora normal. Pertahanan kedua yang dilakukan oleh tubuh untuk melawan mikroba patogen meliputi fagosit, inflamasi demam dan substansi antimikroba. Yang termasuk sel fagosit adalah makrofag, sel dendrit, neutrofil. Sedangkan Inflamasi merupakan respon tubuh terhadap sel yang rusak, repon ini ditandai dengan adanya kemerahan, nyeri, panas dan bengkak. Tujuan inflamasi adalah untuk membatasi invasi oleh mikroba agar tidak menyebar lebih luas lagi, serta memperbaiki jaringan atau sel yang telah rusak oleh mikroba dan jenis pertahanan kedua yang terakhir yaitu substansi mikroba.

Substansi mikroba yang dimaksud adalah komplemen. Sistem komplemen merupakan sistem yang penting dalam innate immunity karena fungsinya sebagai opsonisator untuk meningkatkan fagositosis sel fagosit dan kemoatrtaktor untuk menarik sel-sel radang yang menyebabkan inflamasi.

Sedangkan menurut Sherwood (2001), sistem imun bawaan atau sistem imun nonspesifik adalah respon pertahanan inherent yang secara nonselektif mempertahankan tubuh dari invasi benda asing atau abnormal dari jenis apapun, walaupun baru pertama kali terpajan. Respon ini membentuk lini pertama pertahanan terhadap berbagai faktor yang mengancam, termasuk agen infeksi, iritan kimiawi, dan cedera jaringan yang menyertai trauma mekanis atau luka bakar termasuk dalam menghadapi serangan berbagai mikroorganisme. Sistem ini disebut nonspesifik karena tidak ditujukan terhadap mikroorganisme tertentu (Baratawidjaya, 2002). Selain itu sistem imun ini memiliki respon yang cepat terhadap serangan agen patogen atau asing, tidak memiliki memori immunologik, dan umumnya memiliki durasi yang singkat (O’Gorman dan Albert, 2008).

2.2 Fungsi Sistem Imun Innate.

a)

Mengambil sel imun ke wilayah infeksi dan inflamasi, melalui produksi faktor kimia, termasuk mediator kimia terspesialisasi yang disebut sitokin.
(7)

b)

Aktivasi lembah komplemen untuk mengidentifikasi bakteri, mengaktivasi sel dan melakukan pembersihan sel mati atau sisa-sisa antibodi

c)

Identifikasi dan memindahkan substansi asing yang terdapat pada organ, jaringan, darah dan limpa, oleh sel darah putih yang terspesialisasi.

2.3 Prinsip Sistem Imun Innate

Innate immunity atau sering disebut imunitas alamiah/bawaan, merupakan mekanisme pertama yang akan terjadi saat infeksi berlangsung, terjadi secara cepat terhadap infeksi mikrobia, dan terjadi antara jam ke-0 sampai jam ke-12 infeksi. Sistem imun bawaan terdiri dari berbagai sel dan mekanisme yang mempertahankan tubuh suatu organisme dari infeksi organisme lain, secara nonspesifik. Ini berarti sel-sel dari sistem imun bawaan mengenali dan merespon patogen dalam cara yang umum, namun tidak seperti sistem imun adaptif, sistem imun bawaan tidak menyediakan kekebalan yang protektif dan jangka panjang bagi organisme yang memilikinya. Sistem imun bawaan menyediakan pertahanan menengah melawan infeksi, dan dapat ditemukan pada semua tumbuhan dan hewan.

Ada 2 respon aktifitas imun yang saling mempengaruhi, yaitu:

1. Pengenalan (recognition)

a. mengenal dan mendeterminasi substansi asing secara spesifik.

b. menyeleksi molekul yang bersifat imunogenik.

c. membedakan komponen sendiri (self) dari substansi asing (nonself).

2. Tanggapan (respon)

Mengerahkan bermacam-macam sel dan molekul sehingga menghasilkan reaksi yang sesuai dan tepat untuk melawan dan menetralkan substansi/organisme yang masuk

2.4 Komponen Sistem Imun Innate

Sistem kekebalan membedakan diri dan menghilangkan molekul dan selsel yang berpotensi berbahaya dari tubuh. Setiap molekul yang mampu dikenali oleh sistem kekebalan dianggap antigen (Ag). Imunitas bawaan (non spesifik) meliputi kulit dan mukosa sebagai barrier, cara kimia dan fisik, asam lemak (kulit, folikel rambut), lisozim (air mata, saliva), mukus, asam lambung gerak silia, batuk/bersin (Antari, 2017).

A. Pertahanan Fisik/Mekanik

Dalam sistem pertahanan fisik atau mekanik, kulit, selaput lendir, silia saluran napas, batuk dan bersin, merupakan garis pertahanan terdepan terhadap infeksi. Keratinosit dan

(8)

lapisan epidermis kulit sehat dan epitel mukosa yang utuh tidak dapat ditembus kebanyakan mikroba. Kulit yang rusak akibat luka bakar dan selaput lendir saluran napas yang rusak oleh asap rokok akan meningkatkan risiko infeksi. Tekanan oksigen yang tinggi di paru bagian atas membanu hidup kuman obligat aerob seperti tuberkulosis (Antari, 2017).

B. Pertahanan Biokimia

Contoh pertahanan biokimia diantaranya :

a)

Kebanyakan mikroba tidak dapat menembus kulit yang sehat, namun beberapa dapat masuk tubuh melalui kelenjar sebasue dan folikel rambut.

b)

pH asam keringat sekresi sebasues, berbagai asam lemak yang dilepas kulit mempunya efek denaturasi terhadap protein membran sel

c)

Lisozim dalam keringat, ludah air mata dan air susu ibu, melindungi tubuh terhadap berbagai kuman positif-Gram oleh karena dapat menghancurkan lapisan peptidoglikan dinding bakteri.

d)

Air susu juga mengandung laktooksidase dan asam neuranminik yang mempunyai sifat antibakterial terhadap E. coli dan stafilokok.

e)

Saliva mengandung enzim seperti laktooksidase yang merusak dinding sel mikroba

f)

Asam hidroklorida dalam lambung enzim proteolitik, antibodi dan empedu dalam usus

halus membantu menciptakan lingkungan yang dapat mencegah infeksi banyak mikroba.

g)

pH yang rendah dalam vagina spermin dalam semen dan jaringan lain dapat mencegah tumbuhnya bakteri gram positif.

h)

Pembilasan oleh urin dapat menyingkirkan kuman patogen.

i)

Bahan yang disekresi mukosa saluran napas (enzim dan antibodi) dan telinga berperan dalam pertahanan tubuh secara biokimia.

j)

Mukus yang kental melindungi sel epitel mukosa dapat menangkap bakteri dan bahan lainnya yang selanjutnya dikeluarkan oleh gerakan silia.

Kulit, kornea, dan mukosa saluran pernapasan, GI, dan GU membentuk penghalang fisik yang merupakan garis pertahanan pertama tubuh. Beberapa hambatan yang memiliki fungsi kekebalan aktif menurut Baratawidjaya (2006).

1.

Epidermis luar dan keratin:

Keratinosit dalam kulit mengeluarkan peptida antimikroba (defensin), dan kelenjar sebasea dan keringat mengeluarkan zat penghambat mikroba (misalnya, asam laktat,

(9)

asam lemak). Juga, banyak sel imun (misalnya Sel mast, limfosit intraepitel, sel Langerhans pengambilan sampel antigen) berada di kulit.

2.

Mukosa saluran pernapasan, GI, dan GU:

Lendir mengandung zat antimikroba, seperti lisozim, laktoferin, dan antibodi IgA sekretori (SIgA).

C. Sistem Imun Non Spesifik Seluler 1) Fagosit

Sel utama yang berperan dalam pertahanan nons-pesifik adalah sel mononuklear (monosit dan makrofag) serta sel polimorfonuklear atau granulosit. Sel-sel ini berperan sebagai sel yang menangkap antigen, mengolah dan selanjutnya mempresentasikannya kepada sel T. yang dikenal sebagai sel penyaji atau APC. Kedua sel tersebut berasal dari sel asal hemopoietik. Granulosit hidup pendek, mengandung granul yang berisikan enzim hidrolitik. Beberapa granul berisikan pula laktoferin yang bersifat bakterisidal (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

2) Makrofag

Makrofag merupakan monosit yang berada dalam jaringan. Makrofag mempunyai beberapa nama sesuai dengan jaringan yang ditempati. Makrofag pada kulit disebut langerhans, pada syaraf disebut dendrit, pada hati disebut kupfer, pada otak disebut makroglia, pada lung disebut alveolar makrofag. Monosit ditemukan dalam sirkulasi, tetapi dalam jumlah yang lebih sedikit dibanding neutrofil. Monosit bermigrasi ke jaringan dan di sana berdiferensiasi menjadi makrofag yang seterusnya hidup dalam jaringan sebagai makrofag residen. Sel kuppfer adalah makrofag dalam hati, histiosit dalam jaringan ikat, makrofag alveolar di paru, sel glia di otak, dan sel langerhans di kulit.

Makrofag dapat hidup lama, mempunyai beberapa granul dan melepas berbagai bahan, antara lain lisozim, komplemen, interferon dan sitokin yang semuanya memberikan kontribusi dalam pertahanan nonspesifik dan spesifik (Mardjono dan Shidarta, 2006).

secara garis besar dapat dikatakan bahwa makrofag berada di posisi yang terbaik melawan bakteri, virus dan protozoa yang mampu hidup di sel-sel tuan rumah. Makrofag sebagai fagosit intra sel juga berfungsi sebagai Antigen Presenting Cell (APC) dan produksi sitokin. Sebagai APC jika antigennya eksogen maka peptida akan digendong oleh MHC kelas II yang selanjutnya direspon oleh limfosit T helper sedangkan jika antigennya endogen maka peptida akan digendong oleh MHC kelas I yang selanjutnya direspon oleh limfosit T sitotoksik (Baratawidjaya, 2006).

3) Sel NK (Natural Killer)

(10)

Jumlah sel NK sekitar 5-15% dari limfosit dalam sirkulasi dan 45% dari limfosit dalam jaringan. Sel tersebut berfungsi dalam imunitas nonspesifik terhadap virus dan sel tumor, Secara morfologis sel NK merupakan limfosit dengan granul besar. Ciri-cirinya yaitu memiliki banyak sekali sitoplasma (limfosit T dan B hanya sedikit), granul sitoplasma azurofilik, pseudopodia dan nukleus eksentris (Baratawidjaja dan Rengganis, 2009).

D. Sistem Imun Non Spesifik Humoral

Soluble Mediators (mediator yang larut dalam plasma):

1) Protein Fase Akut (Acute Phase Reactant/Protein)

a.

C-Reactive Protein

CRP yang merupakan salah satu PFA termasuk golongan protein yang kadarnya dalam darah meningkat pada infeksi akut sebagai respons imunitas nonspesifik.

Sebagai opsonin, CRP mengikat berbagai mikroorganisme, protein C pneumokok yang membentuk kompleks dan mengaktifkan komplemen jalur klasik. Pengukuran CRP digunakan untuk menilai aktivitas penyakit inflamasi. CRP dapat meningkat 100x atau lebih dan berperan pada imunitas nonspesifik yang dengan bantuan Ca⁺⁺

dapat mengikat berbagaimolekul antara lain fosforilkolin yang ditemkan pada permukaan bakteri/jamur. Sintesis CRP yang meningkat meninggikan viskositas plasma dan laju endap darah. Adanya CRP yang tetap tinggi menunjukkan infeksi yang persisten.

b.

Lektin/kolektin adalah molekul yang larut dalam plasma dan dapat mengikat manan/manosa dalam polisakarida. Permukaannya banyak bakteri seperti galur pneumokok dan banyak mikroba, tetapi tidak pada vertebrata. Lektin berperan sebagai opsonin dan mengaktifkan komplemen.

Protein fase akut yang lain adalah α1-antitripsin, amiloid serum A, haptoglobin, C9, faktor B dan fibrinogen yang juga berperan pada peningkatan laju endap darah akibat infeksi, namun jauh lebih lambat dibanding dengan CRP. Secara keseluruhan, respons fase akut memberikan efek yang menguntungkan melalui peningkatan resistensi pejamu, mengurangi cedera jaringan dan meningkatkan resolusi dan perbaikan cedera inflamasi. d. Mediator asal fosfolipid Metabolisme fosfolipid diperlukan untuk produksi PG dan LTR. Keduanya meningkatkan respons inflamasi melalui peningkatan permeabilitas vaskuler dan vasodilatasi.

2) Komplemen (Opsonisasi, Sitolisis)

Komplemen terdiri atas sejumlah besar protein yang bila diaktifkan akan memberikan proteksi terhadap infeksi dan berperan dalam respon inflamasi. Komplemen

(11)

dengan spektrum aktivitas yang luas diproduksi oleh hepatosit dan monosit dan dapat diaktifkan secara langsung oleh mikroba atau produknya (jalur alternatif, klasik dan lektin). Komplemen berperan sebagai opsonin yang meningkatkan fagositosis, sebagai faktor kemotaktik dan juga menimbulakn destruksi/lisis bakteri dan parasit. Komplemen rusak pada pemanasan 56°C selama 30 menit.

Serum normal dapat memusnahkan dan menghancurkan beberapa bakteri Gram negatif atas kerja sama antara antibodi dan komplemen yang ditemukan dalam serum normal. Antibodi dengan bantuan komplemen dapat menghancurkan membran lapisan LPS dinding sel Bila lapisan LPS menjadi lemah, lisozim, mukopeptida dalam serum dapat menembus membran bakteri dan menghancurkan lapisan mukopeptida (Baratawidjaya, 2006).

3) Sitokin

Sitokin berbagai molekul yg berfungsi memberi sinyal antara Limfosit, Fagosit &

Sel-Sel lain untuk membangkitkan respon imun. Contoh sitokin antara lain adalah interferon, interleukin, Coloni Stimulating Factor (CSF), Tumor Necrosis Factor (TNF).

Sitokin IL- 1, -6, TNF-α.

2.5 Perbedaan Sistem Imun Innate Dan Adaptif

Sistem Imunitas Bawaan yaitu:

1.

Terdiri dari sel sel imun makrofag, sel dendritik, Natural Killer (NK) sel, Neutrofil, Eosinofil, sel Mast

2.

Terjadi Pada awal infeksi untuk menghancurkan virus, mencegah ataumengendalikan infeksi

3.

Eksposur menyebabkan respon maksimal segera, berlangsung cepat

4.

Tidak ada memori imunologikal

5.

Respon tidak spesifik, umumnya efektif terhadap semua mikroba

6.

Spesifik untuk molekul dan pola molekular berhubungan dengan pathogen Sedangkan untuk sistem Imun Adaptif seperti di bawah ini:

1.

Terdiri dari sel sel imun: Limfosit B (sel B) dan Limfosit T (sel T)

2.

Melanjutkan, termasuk pada virus bervariasi, bergantung pada virulensi virus, dosis infeksi dan jalur masuknya virus

3.

Perlambatan waktu antara eksposur dan respon maksimal
(12)

4.

Eksposur menyebabkan adanya memori imunologikal

5.

Respon spesifik patogen dan antigen, Spesifik untuk mikroba yang sudah mensintesa sebelumnya

6.

Sangat spesifik, mampu membedakan perbedaan minor dalam struktur molekul, detail struktur mikroba atau non mikroba dikenali dengan spesifitas tinggi.
(13)

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Innate immunity atau kekebalan alami adalah pertahanan paling awal pada manusia untuk mengeliminasi mikroba patogen bagi tubuh. Fungsi utama dari sistem imun bawaan yaitu:

mengambil sel imun ke wilayah infeksi dan inflamasi, aktivasi lembah komplemen untuk mengidentifikasi bakteri, dan identifikasi dan memindahkan substansi asing. Komponen sistem imun innate adalah pertahanan fisik/mekanik (Contoh : kulit, selaput lendir, silia saluran napas), pertahanan biokimia (Contoh : keringat, ASI, air mata, mucus), sistem imun non spesifik seluler (Contoh : polimorfonuklear (PMN) dan monosit), dan sistem imun non spesifik humoral (Contoh : Protein fase akut, Kompemen, Sitokin). Pebedaan sistem imun innate dan adaptif diantaranya yaitu sistem imun innate terdiri dari sel sel imun makrofag, sel dendritik, Natural Killer (NK) sel, Neutrofil, Eosinofil, sel Mast. Terjadi pada awal infeksi dan berlangsung cepat. Sedangkan sistem imun adaptif terdiri dari sel sel imun: Limfosit B (sel B) dan Limfosit T (sel T). Melanjutkan sistem imun sebelumnya (innate). Terjadi perlambatan waktu

3.2 Saran

Diharapkan dengan membaca makalah ini pembaca dapat menambah wawasan pengetahuan tentang sistem imun bawaan. Penulis juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dari makalah ini untuk itu diharapkan kritik dan saran yang membangun demi kebaikan makalah ini di masa depan

(14)

DAFTAR PUSTAKA

Pusat Pendidikan Sumber Daya Manusia Kesehatan. (2019). Bahan Ajar Teknologi Bank Darah (TBD).

Jakarta: Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.

Pranata, F. (2010). Innate Immunity. Retrieved from https://id.scribd.com/doc/214738672/Innate- Immunity-2010

Abbas AK, Lichtman AH, Pillai S. Basic Immunology: Functions and Disorders of the Immune System.

Elsevier Health Sciences; 2015. Hal. 1-22.

Benjamin, E., Richard C., G. Sunshine. 2000. Immunology A Short Course Fourth Edition. Canada:

Wiley-liss

Bratawidjaja, KG. 2009. Imunologi Dasar Edisi VIII. Jakarta: Fakultas KedokteranUniversitas Indonesia.

O’Gorman dan A. Donnenberg. 2008. Hanbook of Human Immunology Second Edition. London: CRC Press.

Sherwood, L. 2001. Fisiologi Manusia dari Sel ke Sistem Edisi 2. Jakarta: EGC.

Soeroso, admani. 2007. Sitokin. Jurnal Oftalmologi Indonesia. Vol, 5. No. Hal: 171-180 .

.

Referensi

Dokumen terkait

Eka Wina Deliyanti : Sistem Imun Tubuh Terhadap Karies, 2003... Eka Wina Deliyanti : Sistem Imun Tubuh Terhadap

Sistem Imun adalah sistem perlindungan pengaruh luar biologis yang dilakukan oleh sel dan organ khusus pada suatu organisme. Jika sistem kekebalan bekerja dengan benar sistem ini

Pada wanita dengan endometriosis, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa imun surveilans terganggu dan sistem kekebalan tubuh bawaan tampaknya tidak dapat

HIV %(Human Immunodeficiency Virus) adalah /irus yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia. Virus ini menyerang $rgan$rgan /ital sistem kekebalan tubuh manusia, seperti sel

Mahasiswa mampu menjelaskan sistem sirkulasi dan sistem pertahanan tubuh manusia (jantung, pembuluh darah, sistem pernapasan, sistem limfatik, ginjal, kekebalan tubuh)

Artikel ini membahas tentang imunomodulator, zat yang dapat memodulasi sistem kekebalan tubuh, termasuk jenis-jenisnya dan penggunaannya dalam pengobatan gangguan

Makalah ini membahas tentang penerapan sistem ekonomi Pancasila dalam mendorong pembangunan manusia

Makalah tentang sistem respirasi pada hewan dan manusia untuk tugas Mata Kuliah Fisiologi Hewan, membahas struktur dan fungsi sistem