P E N G A R U H P E N D A P A T A N A S L I D A E R A H , I N D E K S P E M B A N G U N A N M A N U S I A , D A N P E N A N A M A N
M O D A L D A L A M N E G E R I T E R H A D A P P R O D U K D O M E S T I K R E G I O N A L B R U T O D I
SUMATERA UTARA TAHUN 2011-2022 SKRIPSI
Diajukan untuk memenuhi salah satu syarat Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi (S.E)
OLEH:
NAMA : DEBORA TAMARA HUTAPEA
NPM : 21530011
PROGRAM STUDI : EKONOMI PEMBANGUNAN
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS UNIVERSITAS HKBP NOMMENSEN
MEDAN
2025
ABSTRAK
DEBORA TAMARA HUTAPEA NPM: 21530011 “Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Indeks Pembangunan Manusia, Penanaman Modal Dalam Negeri Terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera Utara Tahun 2011-2022” dengan dosen Bapak Drs.
Jusmer Sihotang, M.Si sebagai dosen pembimbing utama dan Bapak Martin Luter Purba, SE, M.Si yakni dosen pembimbing pendamping.
Studi ini bertujuan untuk menganalisis Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Indeks Pembangunan Manusia, dan Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera Utara tahun 2011-2022. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang dikumpulkan selama rentang waktu 2011 hingga 2021. Data diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Sumatera Utara. Analisis regresi linear berganda dengan perangkat lunak Eviews 12 diterapkan untuk pengolahan data dalam penelitian ini.
Analisis data dari studi ini memperlihatkan bahwa Pendapatan Asli Daerah memberikan dampak positif, namun tidak signifikan, terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera Utara tahun 2011-2022. Di sisi lain, Indeks Pembangunan Manusia memiliki pengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera Utara tahun 2011-2022. Sementara itu, Penanaman Modal Dalam Negeri juga menunjukkan dampak positif, namun tidak signifikan, terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera Utara tahun 2011-2022. Hasil analisis uji F menunjukkan bahwa secara bersama-sama, Variabel pendapatan asli daerah, indeks pembangunan manusia, penanaman mpdal dalam negeri berpengaruh signifikan terhadap produk domestik regional bruto. Kemudian berdasarkan koefisien determinasi sebesar 0,955 mengimplikasikan bahwa 95% dari variasi variabel produk domestik regional bruto dapat dijelaskan oleh variabel pendapan asli daerah, indeks pembangunan manusia dan penanaman modal dalam negeri.
Kata Kunci : Produk Domestik Regional Bruto, Pendapatan Asli Daerah, Penanaman Modal Dalam Negeri
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan yang Maha Kuasa, karena atas berkat dan karunia-Nya yang telah diberikan kepada penulis sehingga penelitian skripsi ini dapat diselesaikan oleh penulis, dengan judul penelitian : Pengaruh Pendapatan Asli Daerah, Indeks Pembangunan Manusia, dan Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap Produk Domestik Regional Bruto Tahun 2011-2022. Skripsi ini disajikan untuk memenuhi tahap akhir penyelesaian studi strata satu pada program studi ekonomi pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas HKBP Nommensen Medan.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam penelitian ini, oleh karena itu dimohon kepada setiap pembaca untuk dapat memberikan kritik dan saran yang membangun sehingga penelitian ini dapat menjadi lebih baik.
Dengan segala ketulusan dan kerendahan hati, maka dalam kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terimakasih kepada semua pihak yang selama ini telah membimbing dan mendampingi penulis selama masa penyelesaian studi dan penulisan skripsi ini, antara lain kepada :
1. Bapak Dr. Richard A.M. Napitupulu, S.T., M.T., selaku rektor Universitas HKBP Nommensen Medan.
2. Bapak Dr. E. Hamonangan Siallagan., S.E, M.Si selaku Dekan Fakultas Ekonomi Bisnis Universitas HKBP Nommensen Medan.
3. Ibu Dr. Nancy Nopeline, S.E., M.Si selaku Ketua Program Studi Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas HKBP Nommensen Medan.
4. Bapak Drs.Jusmer Sihotang,M.Si selaku dosen pembingbing utama saya yang telah banyak memberikan saran dan membantu berlangsungnya setiap proses dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak Martin Luter Purba, S.E, M.Si selaku Sekretaris Program Studi Ekonomi Pembangunan Universitas HKBP Nommensen Medan sekaligus sebagai dosen pembimbing pembanding yang telah banyak memberikan bimbingan serta saran yang membangun kepada penulis d alam menyelesaikan skripsi ini.
6. Bapak Elvis F. Purba, S.E., M.Si selaku dosen pembanding utama saya yang telah turut memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
7. Ibu Lastri, S.E., M.Si sebagai dosen pendamping pembanding saya yang telah turut memberikan kritik dan saran yang membangun dalam penulisan skripsi ini.
8. Bapak dan Ibu dosen serta seluruh Staf Dan Pegawai Fakultas Ekonomi Dan Bisnis Universitas HKBP Nommensen Medan yang telah memberikan pelayanan yang baik saat masa menyelesaikan studi.
yang sebesar-besarnya kepada Ayahanda tercinta Rustam Efendi Hutapea, yang selalu menjadi pilar kekuatan dalam hidup saya. Terima kasih atas segala doa, bimbingan, kerja keras, dan kasih sayang yang tiada henti. Ayah adalah sumber inspirasi dan motivasi terbesar dalam perjalanan akademik ini.
10. Dengan penuh rasa rindu, saya ingin menyampaikan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Almarhum Mama tercinta Mutiara Tambunan. Meskipun Mama telah tiada, setiap doa, kasih sayang, dan nasihat yang Mama berikan tetap hidup dalam hati saya. Mama adalah alasan utama saya terus berjuang dan menyelesaikan perjalanan ini.
11. Kepada yang terkasih Kakak Medi Hutapea dan Adek Boy Hutapea, yang selalu memberi dukungan baik dalam bentuk materi dan selalu mendoakan penulis dalam penyelesaian studi.
12. Kepada teman yang saya sayangi Esty Rusmawati Simarmata, Santa Adelima Hutauruk dan Yisrel Dela Sabatani Sitanggang, yang selalu mendukung dan membantu penulis selama masa perkuliahan dan menyelesaikan skripsi ini.
13. Kepada teman teman seperjuangan EP 2021 yang saling mendukung, belajar bersama, dan selalu bekerja sama selama masa perkuliahan.
14. Kepada keluarga besar HMPS Ekonomi Pembangunan saudara saudara penulis selama berada dimasa perkuliahan.
15. Kepada teman-temn kost 42b Geby Tampubolon, Eka Damanik, dan Dita Sipakkar yang selalu menyemangati penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.
16. Kepada sahabat penulis, Tika Panjaitan, Esra Aruan, Lusi Situmeang, dan Martin Siregar yang selalu memberikan semangat dan yang selalu mendengar keluh kesah penulis, terimakasih atas waktunya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.
Akhir kata, penulis mengucapkan terimakasih untuk semua orang yang berkontribusi kepada penulis dan memberikan semangat, harapannya skripsi ini dapat bermanfaat bagi siapapun yang membaca dan apa yang dipelajari penulis dapat diaplikasikan dalam dunia kerja nanti.
Medan, Maret 2025 Penulis,
Debora Tamara Hutapea 21530011
DAFTAR ISI
ABSTRAK...ii
DAFTAR ISI... x
DAFTAR TABEL...xii
DAFTAR GAMBAR...xiii
BAB 1 PENDAHULUAN...1
1.1 LATAR BELAKANG...1
1.2 RUMUSAN MASALAH...10
1.3 TUJUAN PENELITIAN...10
1.4 MANFAAT PENELITIAN...11
BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12
2.1. Produk Domestik Regional Bruto...12
2.2 Pendapatan Asli Daerah...16
2.3 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)...19
2.3.1 Pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)...19
2.3.2 Manfaat Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri...21
2.3.3 Tujuan Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Negeri...22
2.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)...23
2.5 Hubungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Produk Domestik Bruto...26
2.6 Hubungan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Produk Domestik Bruto...28
2.7 Hubungan Penanaman Modal Dalam Negeri Terhadap Produk Domestik Bruto 29 2.8 PENELITIAN TERDAHULU...30
2.9 Kerangka Pemikiran...32
2.10 Hipotesis Penelitian... 33
BAB III METODE PENELITIAN...34
3.1 Lingkup Penelitian...34
3.2 Jenis Dan Sumber Data...34
3.2.1 Jenis Data...34
3.2.2 Sumber Data...34
3.3 METODE ANALISIS DATA...34
3.4 Pengujian Hipotesis... 35
3.4.1 Uji Parsial (Uji-t)...36
3.4.2 Uji Simultan (Uji F)...39
3.4.3 Kebaikan-Suai : Koefisien Determinasi (R2)...40
3.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik...41
3.5.1 Uji Multikolinearitas...41
3.5.2 Uji Autokorelasi... 42
3.5.3 Uji Normalitas...43
3.5.4 Definisi Operasional...44
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN...46
4.1 Gambaran Umum Sumatera Utara...46
4.2. Hasil Analisis Data... 47
4.2.1 Penggunaan Model Ekonometrik...47
4.2.2 Pendugaan Model Regresi Linear Berganda...47
4.3 Uji Kebaikan Suai: Koefisien Determinasi (R2)...48
4.4 Pengujian Hipotesis... 49
4.4.1 Uji Secara Individu ( Uji-t)...49
4.4.2 Uji Secara Simultan ( Uji F)...50
4.5 Uji Penyimpangan Asumsi Klasik...51
4.5.1 Uji Multikolinearitas...51
4.5.2 Autokorelasi... 51
4.5.3 Uji Normalitas...53
4.6 Pembahasan Model Regresi Linier Berganda...54
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN...57
5.1 Kesimpulan... 57
5.2 Saran...58
DAFTAR PUSTAKA...60
DAFTAR TABEL
Tabel 1. 1 Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Sumatera Utara Atas Dasar
Harga Konstan Tahun 2012-2022...3
Tabel 1. 2 Pendapatan Asli Daerah Pemerintah di Provinsi Sumatera Utara (ribu rupiah) 2012-2022... 5
Tabel 1. 3 Indeks Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Utara 2012-2022...6
Tabel 1. 4 Penanaman Modal Dalam Negeri Sumatera Utara 2012-2022...8
Tabel 4. 1 Hasil Pendugaan Model Regresi Linear Berganda...47
Tabel 4. 2 Uji Multikolinearitas... 51
Tabel 4. 3 Hasil Uji Run...53
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Kerangka pemikiran...32 Gambar 4. 1 Hasil Statisika Durbin-Watson...52 Gambar 4. 2 Hasil Uji Normalitas...54
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Taraf hidup individu sebagai manusia dinilai dari perspektif pembangunan ekonomi. Melalui pembangunan, kemakmuran dan standar hidup dapat meningkat, sehingga mampu mengatasi berbagai masalah yang dihadapi negara. Ketidakmerataan dalam pembangunan ekonomi dapat menimbulkan berbagai permasalahan bagi negara.
Menurut Edianto (2017: 1785):
Pembangunan ekonomi merupakan upaya dalam memperbaiki kualitas dan taraf kehidupan bangsa yang didasarkan pada pendapatan per kapita.
Serta bertujuan menaikan meningkatkan kemakmuran masyarakat melalui pemerataan distribusi pendapatan, serta pembangunan ekonomi berfokus pada penciptaan lapangan pekerjaan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini mampu meminimalisir tingkat pengangguran, sekaligus mendorong peningkatan pendapatan nasional dan pertumbuhan ekonomi.
Melalui bukunya, Arsyad (2010: 374) mengungkapkan bahwa:
Proses kerjasama antara pemerintah suatu daerah dengan masyarakat dalam mengorganisir sumber daya di suatu daerah dalam upaya membangun hubungan antara pemerintah daerah dengan swasta dalam mengembangkan yang mendorong pertumbuan ekonomi suatu daerah merupakan konsep dari Pembangunan ekonomi. Pelaksanaan pemerintah daerah sebagai bagian dari sistem negara bertujuan untuk meningkatkan efisiensi dan hasil dari penyelenggaraan pemerintahan serta pelayanan kepada masyarakat. Sebagai daerah otonom, provinsi memiliki kewenangan dan tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan bangsa dan meningkatkan kesejahteraan mereka.
Pembangunan nasional memiliki kaitan yang erat dengan pembangunan daerah, hal ini didasarkan pada upaya untuk meningkatkan kemampuan pemerintahan daerah agar dapat mengelola pemerintahan dengan lebih efektif dan memberikan pelayanan terbaik
kepada bangsa. Otonomi daerah dimampukan dengan mandat kewenangan yang besar, jelas, dan terlibat dengan seimbang. Keseimbangan pendapatan pada pusat dan daerah yang dilaksanakan secara adil merupakan pelimpahan pertanggung jawaban yang merupakan salah satu mandat otonomi daerah. Hal ini ditelusuri dari pertumbuhan ekonomi yang didasarkan atas perolehan nilai lebih melalui semua unit ekonomi pada suatu wilayah serta ditentukan yang dilihat melalui harga barang dan jasa akhir yang dihasilkan dari produksi ekonomi tersebut.
Mengidentifikasi terjadinya tanda perkembangan ekonomi daerah salah satunya adalah indikator PDRB (Produk Domestik Regional Bruto), konsep tersebut disebabkan oleh aktivitas ekonomi dihasilkan dan dicapai oleh masyarakat pada periode tertentu.
Pemahaman ini kemudian dimanfaatkan dalam mengukur bagaimana tingkat kesejateraan atau kemakmuran dalam suatu wilayah.
PDRB mencerminkan sejauh mana suatu tempat mampu melakukan kegiatan ekonomi terhadap pengelolahan sumber daya daerah tersebut. Dengan demikian, besar hasil PDRB ditentukan oleh bagaimana kapasitas faktor produksi pada wilayah tersebut, hal ini menyebabkan PDRB pada tiap wilayah berbeda karena pada satu daerah dengan daerah lain berbeda keterbatasan dalam penyediaan faktor produksinya. PDRB memiliki pengaruh besar terhadap perekonomian, karena penurunan PDRB dapat menimbulkan terancammnya kemakmuran serta pembangunan di daerah tersebut. Produksi, Pendapatan, dan pengeluaran merupakan tiga pendekatan utama dalam PDRB dalam suatu daerah (Anwar et al 2018). Untuk melihat PDRB di Provinsi Sumatera Utara, diuraikan pada tabel 1.1.
Tabel 1. 1
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Sumatera Utara Atas Dasar Harga Konstan Tahun 2012-2022
Tahun PDRB (Rp.Miliar)
2011 126.587,62
2012 375.924,14
2013 398.727,14
2014 419.573,31
2015 440.955,85
2016 463.775,46
2017 487.531,23
2018 512.762,63
2019 539.513,85
2020 533.746,36
2021 547.651,82
2022 573.528,77
Sumber : Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 1.1, menggambarkan kondisi PDRB Provinsi Sumatera Utara dari tahun 2011-2022 mengalami kenaikan setiap tahunnya. Pada tahun 2011 mencatat jumlah terendah yakni sebesar Rp 126.587,62 Miliar dan tahun 2022 naik menjadi Rp 573.528,77 Miliar. Namun, pada tahun 2020 terjadi penurunan yang diakibatkan oleh dampak pandemi COVID-19 menyebabkan banyak sektor ekonomi, terutama industri pengolahan, mengalami penurunan. Hal ini berdampak negatif terhadap PDRB, karena banyak bisnis yang terpaksa tutup atau mengurangi operasional, sehingga pertumbuhan ekonomi tahun 2020 mengalami penurunan sebesar Rp 533.746.36 Miliar.
Pertumbuhan PDRB dapat dipahami sebagai peningkatan dengan kurun waktu yang lama dalam kapasitas suatu daerah untuk menyediakan lebih banyak barang ekonomi. Kinerja ekonomi suatu daerah dapat diukur berdasarkan besar PDRB-nya.
Peningkatan PDRB akan berkontribusi pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
PDRB menjadi indikator yang efektif untuk menganalisis perubahan ekonomi suatu daerah Salsabillah (2018). Pertumbuhan tersebut, menjadi indikator pertumbuhan ekonomi suatu daerah, yang didasarkan pada faktor produksi dengan salah satunya yakni akumulasi mosal di suatu daerah.
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah bagian dari hasil pokok modal bagi daerah upaya menjalankan perekonomian. Bertambahnya PAD suatu daerah maka diketahui bahwa dana daerah tersebut meningkat, yang menjadikan pemerintah daerah proaktif dalam upaya mengembangkan sumber daya daerah. Peningkatan PAD akan berdampak positif terhadap pembangunan, yang pada gilirannya mendukung pertumbuhan daerah tersebut.
Hasil PAD didapatkan melalui sumber dari daerah, diantaranya retribusi masyarakat, pembayaran pajak wilayah, adanya pengembangan kekayaan yang terpisah, dan pendapatan asli daerah lainnya secara resmi. Memberi kebebasan yang bersifat objektif terhadap suatu daerah dalam memperoleh sumber pendapatan untuk melaksanakan otonomi daerah serta mewujudkan asas desentralisasi yang menjadikan hal ini sebagai tujuan utama PAD. Masing-masing wilayah diperoleh PAD yang berbeda, bergantung pada sektor unggulan yang dimiliki dalam mengoptimalkan penerimaan suatu wilayah. Dengan demikian, semakin tinggi potensi yang dimiliki suatu wilayah berbanding tegak lurus dengan pendapatan daerah dalam mengembangkan kebutuhan wilayah tersebut.
Melalui tabel 1.2 menjelaskan hasil Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara .
Tabel 1. 2
Pendapatan Asli Daerah Pemerintah di Provinsi Sumatera Utara (ribu rupiah) 2012-2022
Tahun Pendapatan Asli Daerah (ribu rupiah)
2011 3.578.462.081
2012 4.052.104.891
2013 4.091.285.889
2014 4.416.811.865
2015 4 883 880 619
2016 4.954.833.101
2017 5.287.469.402
2018 5.287.469.402
2019 5.761.270.412
2020 7.583.849.755
2021 5.991.151.366
2022 7.258.018.252
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Berdasarkan Tabel 1.2, menjelaskan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Provinsi Sumatera Utara menunjukkan peningkatan setiap tahun. Namun, pada periode 2021 PAD mengalami penurunan akibat pandemi COVID-19 berlangsung lama yang berpengaruh luas pada kegiatan ekonomian, termasuk di Sumatera Utara. Kebijakan yang berasal dari pemerintah dengan menetapkan pembatasan pada kegiatan masyarakat dilakukan sebagai upaya pengendalian penyebaran virus, hal ini berdampak terhadap penurunan retribusi suatu daerah karena banyak sektor usaha harus tutup atau beroperasi dengan kapasitas yang terbatas. Akibatnya, pendapatan dari pajak dan retribusi daerah mengalami penurunan. Target pendapatan APBD Provinsi Sumatera Utara pada 2021 menyebabkan penurunan jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, disesuaikan dengan kondisi ekonomi yang tidak stabil.
Penurunan target ini mencerminkan proyeksi yang lebih konservatif terhadap potensi pendapatan daerah sebagai dampak dari pandemi yang tercatat sebesar 5.991.151.336 rupiah. Pada tahun 2022 PAD kembali mengalami peningkatan sebesar 7.258.018.252 rupiah. Maka semakin tinggi PAD di suatu daerah, semakin besar pula potensi suatu daerah dalam meningkatkan taraf hidup masyarakat yang dilaksanakan dengan meningkatanya pelayanan publik. Dengan demikian, pengelolaan PAD yang efisien merupakan langkah utama terhadap pencapaian tujuan dari suatu pembangunan sumber daya manusia yang berkelanjutan. Hal ini mampu membuka adanya peluang baru bagi penduduk suatu daerah secara tidak langsung dalam mencapai kemakmuran dalam masyarakat. Kualitas hidup yang memumpuni bagi masyarakat yang diperoleh berdasarkan data pada angka Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
IPM mencerminkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) di suatu wilayah, yang dilihat dari berbagai faktor, seperti harapan hidup yang tinggi, tingkat melek huruf, dan pendapatan per kapita.
Tabel 1. 3 Indeks
Pembangunan Manusia Provinsi Sumatera Utara 2012-2022
Tahun Indeks Pembangunan Manusia
2011 67,34
2012 67,74
2013 68,36
2014 68,87
2015 69,51
2016 70,00
2017 70,57
2018 71,18
2019 71,74
2020 73,62
2021 73,84
Tahun Indeks Pembangunan Manusia
2011 67,34
2022 74,51
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Dari Tabel 1.3, Kondisi Indeks Pembangunan Manusia (IPM) wilayah Sumatera Utara menunjukkan kenaikan setiap periodenya. Dari 67,34 pada periode 2011, naik 74,51 periode 2022. Dengan pencapaian IPM tersebut, Sumatera Utara berada pada urutan dengan label pembangunan manusia dalam berkategori "tinggi". Kenaikan ini mencerminkan adanya peningkatan dalam kehidupan masyarakat yang dinilai dari tiga aspek utama yaitu pendidikan, kesehatan dan pendapatan.Setiap peningkatan satu poin pada IPM diperkirakan dapat berdampak besar terhadap peningkatan PDRB. IPM lebih fokus pada pendekatan yang mengutamakan kepentingan masyarakat, di mana pembangunan utama bertujuan untuk kesejahteraan manusia. Pembangunan ini dimaksudkan untuk memberdayakan individu dan memberikan kebebasan bagi mereka untuk mengaktualisasikan potensi diri.
Kegiatan memperluas berbagai hal yang menyebarkan berbagai pilihan bagi penduduk merupakan pengertian nasional menurut Asnidar (2018). Ini disebabkan oleh kemampuan penduduk untuk menawarkan keterampilan dan keahlian mereka di sektor produksi, baik di sektor swasta maupun pemerintah yang membutuhkan tenaga kerja. Hal ini menarik calon investor dalam melakukan penanaman modal atau investasi pada sektor tersebut, baik investor dalam maupun luar negeri.
Tabel 1. 4
Penanaman Modal Dalam Negeri Sumatera Utara 2012-2022 Tahun Penanaman Modal Dalam Negeri (Juta/Rp)
2011 2.004.055
2012 2.970.186
2013 5.068.881
2014 5.231.905
2015 4.287.417
2016 4.954.829
2017 11.683.692
2018 8.371.820
2019 19.748.995
2020 18.189.528
2021 18.484.498
2022 22.789.227
Sumber: Badan Pusat Statistik Provinsi Sumatera Utara
Melalui Tabel 1.4 , terjadi perubahan Investasi PMDN di Sumatera Utara antara tahun 2011 hingga 2022 menunjukkan fluktuasi, dari 2.004.055 rupiah pada tahun 2011, naik menjadi 22.789.227 rupiah pada tahun 2022. Berdasarkan laporan kinerja Kementerian Perindustrian 2018, penurunan investasi PMDN di Sumatera Utara pada 2018 disebabkan oleh pelemahan sektor industri kertas dan percetakan, tekstil, serta industri non-logam. Salah satu faktor penyebabnya adalah peralihan masyarakat ke teknologi digital dan penurunan harga kertas global yang melemahkan pertumbuhan industri kertas domestik, sehingga mengurangi minat investasi di subsektor tersebut. Di sektor tekstil, penurunan investasi terjadi karena tingginya jumlah investasi pada periode sebelumnya. Sementara itu, di industri non-logam, kebijakan pemerintah yang memperketat investasi di sektor semen turut berpengaruh. Beberapa tahun terakhir, pabrik semen di Sumatera Utara cukup aktif melakukan investasi, namun pada 2018 kapasitas produksi semen sudah mengalami kelebihan pasokan, sehingga kebijakan pengetatan
diberlakukan. Namun, pada tahun 2019, pertumbuhan investasi PMDN mengalami lonjakan signifikan hingga mencapai 19.748.995 rupiah, karena kebijakan pemerintah yang tidak lagi membatasi investasi, sehingga memudahkan investor untuk menanamkan modal.
Penanaman modal adalah langkah pertama dalam kegiatan pembangunan, menjadikan investasi sebagai dasar titik awal dari pembangunan ekonomi. Hal yang mampu mempengaruhi minat investor dalam menanamkan modal pada suatu wilayah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kondisi kehidupan sosial masyarakat, diantaranya ketersediaan sarana dan prasarana, tingkat pendidikan masyarakat serta tingkat korupsi di daerah tersebut. Penanaman modal menjadi kunci yang menyalurkan kontribusi positif terhadap pertumbuhan perekonomi, karena mampu mengkreasikan lapangan kerja dan meningkatkan kemamuran kelompok bangsa. (Lindblad, 2015).
Untuk mendorong pertumbuhan PDRB melalui pembentukan modal dari investasi, pemerintah daerah Sumatera Utara dapat menerapkan peraturan yang mampu mendatangkan investor dalam upaya penanaman modal pada wilayah tersebut. Kebijakan yang didukung oleh sistem birokrasi dan regulasi yang efisien, seperti kemudahan dalam perizinan serta penerapan pajak dan retribusi daerah yang kompetitif, diharapkan dapat meningkatkan investasi PMDN di Sumatera Utara secara berkelanjutan. Peningkatan investasi yang konsisten setiap tahun mampu menghasilkan sisi positif pada pertumbuhan ekonomi.
Penjelasan di atas memberikan gambaran tentang kondisi yang sebenarnya, sehingga penulis menaruh perhatian meneliti kondisi tersebut dengan judul : “Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Indeks Pembangunan Manusia, dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera Utara tahun 2011-2022”.
1.2 RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah diperoleh dari rangkuman latar belakang, dengan rumusan masalah dalam penelitian ini diantaranya:
1. Bagaimanakah pengaruh pendapatan asli daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera Utara periode 2011-2022?
2. Bagaimanakah pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera Utara periode 2011-2022?
3. Bagaimanakah PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) terhadap Produk Domestik Regioanal Bruto di Sumatera Utara periode 2011-2022?
1.3 TUJUAN PENELITIAN
Sejalan dengan rumusan masalah yang telah ditetapkan, penelitian ini memiliki sasaran sebagai berikut:
1. Untuk menganalisis pengaruh pendapatan asli daerah terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera periode 2011-2022.
2. Untuk menganalisis pengaruh Indeks Pembangunan Manusia terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera Utara periode 2011-2022.
3. Untuk menganalisis pengaruh PMDN (Penanaman Modal Dalam Negeri) terhadap Produk Domestik Regional Bruto di Sumatera utara periode 2011-2022.
1.4 MANFAAT PENELITIAN
Studi ini dirancang untuk memberikan sejumlah manfaat, yaitu:
1. Peneliti : Memperdalam pemahaman peneliti mengenai hubungan antara penerimaan daerah, indeks pembangunan manusia, penanaman modal dalam negeri, dan produk domestik regional bruto di Sumatera Utara.
2. Pemerintahan : Menyediakan landasan bagi pemerintah dalam pengambilan keputusan terkait kebijakan fiskal, pembangunan manusia, dan investasi domestik yang berdampak pada pertumbuhan ekonomi regional di Sumatera Utara.
3. Pembaca: Memperluas cakrawala pengetahuan mahasiswa dan pembaca, serta menjadi referensi bagi penelitian lanjutan dengan fokus yang relevan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Produk Domestik Regional Bruto 2.1.1 Pengertian Produk Domestik Bruto
PDRB menunjukkan nilai akhir dari output barang dan jasa yang diperoleh dari berbagai kegiatan ekonomi dalam suatu daerah tertentu. PDRB adalah total pendapatan dalam perolehan seluruh produk barang dan jasa pada daerah dengan periode per-tahun , dari perolehan aktivitas ekonomi. Tingkat PDRB di setiap wilayah disebabkan beberapa faktor seperti ketersediaan potensi manusia, potensi alam, dan kebijakan pembangunan.
Peningkatan PDRB menunjukkan adanya peluang pendapatan yang lebih tinggi di daerah tersebut.Maka, adanya kenaikan ekonomi dengan pesat tercipta melalui kenaikan nilai PDRB
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) atas harga berlaku menggambarkan nilai tambah dari barang dan jasa yang dihitung dengan harga setiap tahun, Sementara PDRB atas harga konstan mencerminkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga pada tahun tertentu. dengan kalkulasi perhitungan diperoleh dari harga setiap periode tertentu. PDRB atas harga berlaku digunakan untuk mengamati pergeseran dan struktur ekonomi, sedangkan PDRB atas harga konstan digunakan untuk mengukur pertumbuhan ekonomi pada dari tahun ke tahun. Angka-angka PDRB dapat dihitung dengan tiga pendekatan, yaitu:
1. PDRB Pendekatan Produksi
Pendekatan tersebut dalam penghitungan PDRB memusatkan analisis pada total nilai tambah melalui diproduksi dari berbagai kegiatan ekonomi di suatu daerah selama kurun waktu yang ditetapkan, lazimnya dalam periode tahunan. Pendekatan ini memperhitungkan kontribusi dari setiap unit produksi yang aktif dalam perekonomian regional. Untuk memperoleh gambaran yang lebih terstruktur, Maka digolongkan menjadi 17 kategori kegiatan unit produksi ekonomi pada sektor usaha, yang mencerminkan keragaman aktivitas ekonomi di wilayah tersebut:
1. Sektor agraris, perikanan serta kehutanan
2. Eksplorasi sumber daya alam dan ekstraksi mineral 3. Manufaktur dan pengolahan bahan baku
4. Distribusi energi listrik serta gas
5. Penyediaan air bersih, pengelolaan limbah, serta proses daur ulang 6. Pembangunan infrastruktur dan konstruksi
7. Perdagangan grosir dan ritel, serta perbaikan kendaraan bermotor 8. Sektor transportasi dan logistic
9. Industri perhotelan serta layanan kuliner 10. Teknologi informasi dan telekomunikasi 11. Sektor perbankan serta perlindungan asuransi 12. Properti dan manajemen aset real estat
13. Layanan profesional dan konsultasi bisnis
14. Pemerintahan, pertahanan, serta sistem jaminan sosial
15. Bidang pendidikan dan pembelajaran
16. Pelayanan kesehatan serta kesejahteraan sosial 17. Berbagai sektor jasa lainnya
2. PDRB Pendekatan Pendapatan
Jumlah keseluruhan dari kompensasi yang diterima melalui faktor produksi yang memiliki keterlibatan dalam proses suatu prosuksi dalam suatu area selama perisode yang ditentukan adalah konsep Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) berdasarkan penghasilan. Pengertian ini juga mengandung konsep bahwa PDRB memuat depresiasi dan pajak tidak langsung bersih, sementara total dari seluruh bagian penghasilan per sektor dijadikan sebagai nilai tambah pada bruto sektoral. Dengan demikian, PDRB adalah akumulasi melalui nilai tambah bruto semua sektor (bidang ekonomi).
3. PDRB Pendekatan Pengeluaran
Mengukur nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) salah satunya diukur dengan menganalisis sisi pengeluaran. Penghitungan pendapatan nasional mengelompokkan Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) ke dalam empat kategori belanja, yaitu: (a) Pembelanjaan konsumen, (b) Penanaman modal, (c) Belanja pemerintah, (d) Selisih ekspor dan impor.
Nilai Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), yang direpresentasikan oleh Y, merupakan hasil penjumlahan dari konsumsi (C), investasi (I), pengeluaran pemerintah (G), dan ekspor bersih (NX). Secara matematis, hal ini dinyatakan dengan: Y = (C + I + G
+ NX). Rumus tersebut dikenal dengan identitas akun pendapatan nasional. Kesamaan dalam hal tersebut menunjukkan PDRB adalah keseluruhan pengeluaran yang terdiri dari pengeluaran rumah tangga (C), penanaman dana (I), pengeluaran pemerintah (G), dan explor neto (NX). Konsumsi mencakup barang dan jasa yang dibeli oleh rumah tangga, yang dibagi menjadi tiga kategori: barang tidak tahan lama, barang tahan lama, dan jasa (service). Aktivitas pembelanjaan oleh konsumen menjadikan konstribusi yang luas terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB), dengan proporsi hampir 70%. Investasi, yang didefinisikan sebagai pembelian barang-barang untuk penggunaan di masa yang akan datang, dapat diklasifikasikan menjadi tiga jenis:
investasi tetap bisnis (termasuk pembelian peralatan dan bangunan untuk keperluan operasional atau disewakan), investasi tetap residensial (berkaitan dengan pembelian rumah atau apartemen), dan investasi persediaan (perubahan nilai stok barang).
Sementara itu, investasi persediaan adalah perubabahn dalam total nilai barang jadi dengan setengah jadi dengan tujuan meningkatkan persediaan barang perusahaan.
Pengeluaran yang berasal dari pemerintah atau (government purchases) meliputi pembelian produk serta layanan melalui pemerintah di tingkat pusat, provinsi, dan lokal.
Berbedaan pada nilai keluarnya barang dari negara dan masuknya barang ke negara disebut sebgaia eksplor bersih, menggambarkan kondisi neraca perdagangan negara tersebut.
2.2 Pendapatan Asli Daerah
Pendapatan Asli Daerah (PAD) merupakan penerimaan melalui pengumpulan oleh pemerintah daerah, serta didasarkan pada peraturan daerah yang sejalan pada peraturan UU yang sah. Berdasarkan konteks perealisasian otonomi daerah, Kenaikan PAD harus menjadi fokus utama, hal ini disebabkan PAD adalah sumber pemasukan utama untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan daerah. PAD berasal dari hasil pajak daerah, retribusi daerah, hasil kekayaan yang dipisahkan, atau sumber lainnya. Tujuan dari PAD adalah kelulasaan yang dikonsepkan dan diberikan pada wilayah agar mampu melihat potensi serta mengelolah dana guna mendukung pelaksanaan otonomi daerah menjadi bagian dari desentralisasi.
1) Pajak Daerah
Setiap individu atau badan yang berdomisili di suatu daerah wajib membayar pajak daerah, yaitu kontribusi dengan pembayaran langsung bersifat mengikat dengan dasar peraturan Undang-undang. Dana terkumpul dimanfaatkan dalam membayar berbagai program pemerintah daerah serta peningkatan infrastruktur. Secara administratif, pengumpulan pajak daerah diatur dalam dua tingkatan administrasi, yaitu pajak yang menjadi tanggung jawab pemerintah pusat serta pajak yang dikelola oleh pemerintah kota atau kabupaten.
Berdasarkan ketentuan yang tercantum pada peraturan UU NO. 34 Tahun 2000 Pasal 2 ayat (1) dan (2), jenis pungutan wilayah yang dikelola melalui pemerintah provinsi mencakup:
a. Retribusi atas Kepemilikan Kendaraan Roda Dua dan Roda Empat (PKB)
b. Retribusi atas Transaksi Pengalihan pada masyarakat yang memiliki kendaraan beroda dua dan empat (BBNKB)
c. Retribusi atas Konsumsi Bahan Bakar Kendaraan Roda Dua dan Empat (PPKB)
d. Retribusi atas Ekstraksi dan Penggunaan Sumber Daya Air
Sementara itu, jenis pungutan daerah yang diterapkan di wilayah Kabupaten/Kota meliputi:
a. Retribusi atas Layanan Akomodasi Penginapan
b. Retribusi atas Layanan Konsumsi Makanan dan Minuman c. Retribusi atas Layanan Rekreasi
d. Retribusi atas Pemasangan Iklan Luar Ruangan e. Retribusi atas Penggunaan Fasilitas Penerangan Jalan f. Retribusi atas Ekstraksi Bahan Tambang Golongan C g. Retribusi Parkir
2) Retribusi Daerah
Kontribusi dikenakan melalui pemerintah daerah dengan biaya melalui layanan atau pemberian izin khusus yang disediakan oleh pemerintah daerah untuk kepentingan individu dan entitas, disebut sebagai pajak daerah. Dengan demikian, retribusi merupakan pendapatan yang diperoleh dari upaya pemerintah daerah dalam menyediakan fasilitas dan infrastruktur untuk memenuhi kebutuhan masyarakat, baik individu maupun badan usaha, dengan kewajiban untuk memberikan pembayaran dalam bentuk mata uang yang akan menjadi pemasukan ke kas daerah. Retribusi daerah dikelompokkan menjadi tiga jenis,
yaitu: retribusi umum, retribusi perizinan tertentu, yang untuk daerah provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan sesuai dengan wewenang masing-masing daerah berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, jenis retribusi jasa usaha untuk provinsi dan kabupaten/kota ditetapkan oleh masing-masing daerah terkait.
3) Hasil Kekayaan yang Dipisahkan
Kontribusi dari keuntungan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) selain dari pada retribusi beserta pajak memiliki peran penting sebagai sumber pendapatan asli daerah (PAD). BUMD berfungsi sebagai instrumen yang lebih efektif dalam menyediakan layanan publik serta menjadi salah satu pilar pendapatan suatu wilayah daerah.
Pendapatan diperoleh dari perputaran aset kemudian dibagi mencakup pembagian hasil, dividen, dan hasil penjualan saham yang dimiliki oleh pemerintah daerah.
4) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah
Pendapatan ini dimanfaatkan dalam membiayai belanja terhadap kebutuhan daerah yang dihasikan dari tahap-tahap yang sesuai dengan aturan yang berlaku. PAD lain-lain yang sah meliputi:
a) Perolehan dari penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan.
b) Pendapatan dari jasa giro.
c) Pendapatan bunga.
d) Hasil dari selisih uang tukar rupiah terhadap mata uang asing.
e) Biaya tambahan atau bonus, potongan, atau bentuk lain yang diperoleh melalui penjualan barang dan/atau jasa oleh daerah.
2.3 Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN)
2.3.1 Pengertian Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) Menurut Mankiw (2007:476) bahwa:
Aktivitas penanaman modal dalam bentuk barang yang dibeli untuk digunakan di waktu yang akan datang, dapat di golongkan menjadi 3 jenis, yaitu investasi tetap bisnis, investasi tetap rumah tangga, dan investasi persediaan. Investasi tetap bisnis merupakan kegiatan pembelian pabrik dan peralatan oleh perusahaan, investasi tetap rumah tangga merupakan kegiatan pembelian rumah baru oleh rumah tangga, dan investasi persediaan merupakan peningkatan jumlah barang yang ada di perusahaan, baik barang yang masih dalam proses pengerjaan, maupun barang yang sudah jadi.
Investasi, yang juga dikenal sebagai penanaman modal, adalah proses pembelian asset sebagai modal serta bahan produksi yang bermanfaat dalam menaikkan kapasitas suatu badan usaha dalam memproduksi barang dan jasa yang dibutuhkan dalam perekonomian suatu negara. Ilmu ekonomi menjelaskan penanaman modal sebagai
"pengeluaran atau dana yang digunakan oleh individu atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal dan fasilitas produksi dengan tujuan meningkatkan kapasitas produksi barang dan jasa yang ada dalam perekonomian" Sukirno Sadono, (2015: 121).
Aktivitas penanaman modal dalam negeri (PMDN) merupakan upaya investasi dalam melaksanakan kegiatan produksi pada Negara Republik Indonesia yang dilakukan oleh pelaku usaha dalam negeri dengan menggunakan sumber daya keuangan lokal.
Sumber daya keuangan lokal yang dimaksud adalah modal Negara Republik Indonesia, individu sebagai warganegara yang berperan sebagai entitas bisnis, baik berstatus badan hukum maupun yang tidak berbadan hukum.
Permodalan di negeri turut menjadi unsur dari kesejahteraan rakyat Indonesia, yang meliputi hak dan harta, maupun dikuasai pemerintah maupun bidang usaha swasta.
Berdasarkan Peraturan UU No. 25 Tahun 2007 yang berisikan tentang Investasi, diperoleh berbagai sasaran dalam pelaksanaan penanaman modal, antara lain:
1. Memperkuat perkembangan perekonomian nasional.
2. Menjadikan peluang kerja.
3. Mendorong pertumbuhan kegiatan ekonomi yang berkesinambungan.
4. Peningkatan kemampuan bersaing dunia usaha dalam negeri.
5. Memperluas lingkunagan pada keahlian teknologi nasional.
6. Mendukung pengembangan ekonomi berbasis masyarakat.
7. Mentransformasikan potensi ekonomi sebagai pilar kegiatan
perekonomian yang nyata pemanfatan sumber daya dari dalam maupun luar negeri.
8. Menstabilkan kemakmuran bangsa.
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN), lebih dikenal sebagai investasi domestik, merupakan indikator faktor kunci sebagai upaya meningkatkan ekonomi serta berperan penting dalam peningkatan pendapatan masyarakat. Investasi domestik juga meliputi pemanfaatan aset yang dikelola oleh pemiliknya sendiri atau secara tidak langsung, seperti simpanan berjangka dan rekening tabungan dengan periode minimum satu tahun. Berdasarkan peraturan perundang-undangan pada pasal 3, entitas usaha dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu perusahaan dalam negeri dan perusahaanluar negeri. Perusahaan dalam negeri sepenuhnya dimiliki oleh negara atau oleh pihak swasta
domestik, atau merupakan kegiatan patungan antara pemerintah dan pihak swasta domestik melalui negara dan pihak swasta mancanegara, dengan setidaknya 51% modal dikuasai oleh pihak domestik. Pada setiap kebijakan menyangkut operasional diserahkan pada perusahaan mancanegara dengan memanfaatkan modal domestik, pemerintah menetapkan masa berlaku izin tersebut antara 10 hingga 30 tahun, berdasarkan keselarasan dengan ketetapan sesuai Undang-undang. Namun, apabila masa operasional perusahaan mancanegara tersebut telah berakhir, pemerintah memberikan kesempatan bagi perusahaan mancanegara untuk melanjutkan kegiatan usaha mereka dilakukan dengan konsep memberikan modal pada sektor ekonomi lainnya yang masa izin operasionalnya masih terjalin.
2.3.2 Manfaat Investasi Penanaman Modal Dalam Negeri
Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) hanya mampu dilakukan di dalam batas wilayah negara, dan hal ini memberikan sejumlah keuntungan bagi bangsa. Asiyan (2013: 6) mengidentifikasi beberapa manfaat PMDN, antara lain:
a. Mengurangi pengeluaran devisa negara.
b. Meminimalisir ketergantungan pada produk impor.
c. Mendorong perkembangan industri domestik melalui integrasi dengan sektor hulu dan hilir.
d. Berkontribusi dalam menciptakan lapangan kerja
Sebagaimana yang dikemukakan oleh Afdal (2018:3), Penanaman modal pada sektor barang modal bukan hanya sekadar menaikan keluaran produksi, melainkan menambah pemanfaatan angkatan kerja. Aktivitas investasi tersebut memberikan hasil
dinilai menguntungkan, diantaranya terbentuknya spesialisasi dan penghematan dalam produksi dengan volume besar.
Kartika dkk (2021:76) mengemukakan bahwa, 'Aktivitas permodalan atau investasi yang dilakukan di Indonesia membawa konsekuensi pada penciptaan lapangan kerja baru, alih teknologi, peningkatan pendapatan pajak pemerintah, melancarkan kehidupan masyarakat, serta mendorong kebangkitan pelaku usaha domestic.
2.3.3 Tujuan Penyelenggaraan Penanaman Modal Dalam Negeri
Pemerintah memerlukan sektor ekonomi yang bisa di akses oleh masyarakat dengan ketentuan yang berdasarkan pada kepentingan negara, seperti pengembangan UMKM, koperasi, perlindungan sumber daya alam, pengaturan produksi dan distribusi, meningkatnya kemampuan teknologi, serta adanya keikutsertaan modal domestic yang menjalin kerjasama dengan BUMN.
Dalam UU No. 25 Tahun 2000, tentang Pajak dan Retribusi perjanjian yang diberikan pemerintah terhadap penanam modal, yaitu:
1. Pengurangan pajak penghasilan untuk meminimalisir pendapatan netto hingga tahapan tertentu berdasarkan penanaman modal yang dilaksanakan dalam periode waktu tertentu.
2. Dispensasi atau pengurangan tarif masuk untuk aset modal, mesin, atau perlengkapan yang tidak mampu diproduksi di dalam negeri.
3. Pengecualian berupa keringanan tarif untuk bahan tambahan yang dipakai melalui proses produksi dalam kurun periode tertentu serta keadaan tertentu.
4. Penghapusan berupa penundaan pajak pertambahan nilai atas aset modal atau alat produksi yang diperuntukkan dalam kegiatan produksi yang tidak mampu diproduksi di dalam negeri dalam rentang periode tertentu.
5. Penyusutan yang dipercepat.
6. Keringanan pajak properti dan gedung, difokuskan pada sektor industri tertentu di kawasan tertentu.
Berdasarkan pendapat Yunita dan Sentosa (2019 : 535):
Kenaikan investasi dapat mendorong kemajuan dunia bisnis dan membuka lapangan pekerjaan yang berpotensi menstimulasi pertumbuhan ekonomi di suatu area atau wilayah. Perkembangan investasi akan tergantung pada berbagai faktor, seperti aspek internasional, regional, dan domestik. Kondisi ini membentuk suasana investasi yang ideal, memberikan keuntungan bagi investor maupun pemerintah.
2.4 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)
Untuk pembangunan bangsa yang optimal, dibutuhkan sumber daya manusia dengan prinsip berketerampilan baik, berpengatahuan luas, serta berkompetensi dalam berbagai bidang keahlian. Dengan demikian, dibutuhkan sebuah indikator untuk digunakan dalam mengukur kualitas pembangunan manusia, seperti diusulkan oleh United Nations Development Programme (UNDP) melalui teori Indeks Pembangunan Manusia, yang merupakan pendekatan untuk menilai sejauh mana tingkat pembangunan manusia di suatu negara.
Menurut Dewi Novita (2008 : 870-882):
Mutu kualitas manusia mampu ditingkatkan dari segala macam keputusan, seperti pembangunan sistem pendidikan diselaraskan dengan arah perkembangan perekonomian di masa mendatang.
Pengembangan di sektor kesehatan difokuskan pada implementasi gaya hidup yang sehat dan peningkatan jangkauan serta mutu layanan kesehatan. Dalam menanggulangi kemiskinan, pengembangan kualitas dilakukan dengan memberikan keterampilan aplikatif, menumbuhkan sikap produktif, serta mendorong semangat swadaya dan kemandirian agar masyarakat dapat keluar dari lingkaran kemiskinan. Di samping itu, upaya untuk menekan laju pertumbuhan populasi dilakukan dengan memperkuat program Keluarga Berencana (KB) dan meningkatkan keseimbangan dalam distribusi serta kepadatan penduduk.
Komponen utama Indeks Pembangunan Manusia mencakup tiga elemen utama:
Dalam mengukur Indeks Pembangunan Manusia (IPM), digunakan tiga komponen dasar pembangunan manusia, salah satunya adalah:
1. Usia Harapan Hidup
Rentang usia keinginan hidup merepresentasikan proyeksi durasi maksimal kehidupan yang diinginkan dapat dicapai oleh individu. Agenda pembangunan manusia diarahkan pada peningkatan umur harapan hidup populasi. Indikator-indikator yang relevan dengan proyeksi kehidupan ini mencakup:
a. Rasio kematian bayi.
b. Jumlah penduduk yang diperkirakan tidak akan mencapai usia 40 tahun.
c. Persentase penduduk yang mengalami gangguan kesehatan.
d. Persentase penduduk yang memiliki kondisi sakit atau morbiditas.
e. Rata-rata lama durasi sakit.
f. Rasio penduduk dengan melakukan pengobatan sendiri.
g. Rasio persalinan yang ditangani oleh tenaga medis.
h. Rasio anak dibawah tiga tahun yang mengalami kekurangan nutrisi.
i. Rasio keluarga memiliki akses air minum higienis.
j. Rasio keluarga yang tinggal di rumah dengan lantai tanah.
k. Rasio masyarakay yang tidak memiliki akses kesehatan yang memadai.
l. Rasio keluarga tanpa sanitasi yang layak.
2. Pengetahuan
Kualitas pendidikan, yang tercermin dalam tingkat pengetahuan, dianggap sebagai aspek esensial dalam perkembangan sumber daya manusia. Beberapa tolok ukur yang digunakan untuk menilai kualitas pendidikan meliputi:
a. Tingkat literasi.
b. Rata-rata periode belajar.
c. Angka keikutsertaan dalam pendidikan.
d. Jumlah siswa yang menghentikan pendidikan (drop out).
3. Standar Hidup Layak
Elemen fundamental ketiga dalam pengembangan sumber daya manusia adalah kualitas kehidupan yang memadai. Parameter untuk mengukur kualitas kehidupan yang memadai dapat dilihat dari kemampuan ekonomi masyarakat, yang mencakup:
a. Jumlah populasi yang memiliki pekerjaan.
b. Jumlah individu yang tidak memiliki pekerjaan.
c. Jumlah dan persentase warga yang berada di bawah garis kemiskinan.
d. Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil per kapita.
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) disusun menggunakan tiga parameter pokok sebagai landasan perhitungannya, meliputi:
a. Harapan hidup dan kesehatan, yang diukur dengan angka harapan hidup kelahiran.
b. Kualitas pengetahuan, yang dihitung berdasarkan ekspektasi masa sekolah dan rata-rata tahun bersekolah.
c. Kualitas hidup yang layak, yang diukur melalui Produk Domestik Bruto (PDB).
Selain itu, paradigma ini mengintegrasikan opsi-opsi krusial dalam eksistensi sosial, yaitu kebebasan politik, ekonomi, dan sosial, serta potensi untuk berkembang secara inovatif dan produktif, dan menikmati kehidupan yang selaras dengan martabat manusia. Pendekatan pembangunan manusia ini memiliki perbedaan mendasar dengan model pembangunan konvensional yang lebih mengutamakan pertumbuhan ekonomi.
Dalam pendekatan ini, beragam dimensi kehidupan perlu diperhatikan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat, meliputi bidang ekonomi, sosial, politik, budaya, dan lingkungan. Oleh sebab itu, sasaran utama dalam pembangunan manusia adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat itu sendiri.
2.5 Hubungan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Produk DomestikRegional Bruto
PAD adalah pendapatan yang diterima oleh suatu daerah yang diperoleh melalui pemungutan berdasarkan peraturan daerah sesuai dengan undang-undang yang berlaku.
Sebagai salah satu sumber pendapatan daerah, PAD perlu terus ditingkatkan agar dapat mencakup sebagian beban belanja yang diperlukan untuk menjalankan pemerintahan dan kegiatan pembangunan yang semakin meningkat setiap tahunnya, sehingga otonomi daerah dapat dilaksanakan secara mandiri, nyata, dan bertanggung jawab.
Menurut Halim Abdul (2004 : 94):
Pendapatan Asli Daerah (PAD) adalah pemasukan yang diperoleh pemerintah daerah dari sumber-sumber yang berada di wilayahnya, yang dipungut sesuai dengan peraturan daerah yang sejalan dengan ketentuan perundang-undangan yang berlaku. Sektor pendapatan daerah memiliki peran yang sangat penting karena dari sektor ini dapat terlihat seberapa besar kemampuan suatu daerah untuk membiayai penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan wilayahnya. Secara teoretis, pengukuran otonomi daerah dapat dilihat dari PAD, yang berasal dari pajak daerah, retribusi daerah, keuntungan badan usaha milik daerah, pengelolaan aset daerah lainnya yang terpisah, dan pendapatan resmi lainnya.
Koefisien untuk variabel PAD menunjukkan nilai positif, yang mengindikasikan bahwa setiap peningkatan satu satuan pada PAD akan berpengaruh pada peningkatan PDRB. Hal ini menunjukkan adanya hubungan positif yang signifikan antara PAD dan PDRB. Pengaruh PAD terhadap PDRB disebabkan oleh tingginya kontribusi penerimaan PAD terhadap PDRB. Dapat disimpulkan bahwa pemerintah telah berhasil memaksimalkan penerimaan PAD, yang tercermin dari peran aktifnya dalam meningkatkan potensi PAD, terutama melalui pajak dan retribusi daerah. Dengan demikian, hal ini berkontribusi pada peningkatan PDRB.Untuk selanjutnya, kebijakan pemerintah diharapkan lebih fokus untuk menggali potensi daerah masing-masing, mengingat pentingnya kontribusi PAD dalam meningkatkan PDRB.
Studi ini mengafirmasi temuan yang dilaporkan oleh Suharlina (2019), yang menyatakan bahwa terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara PAD dan
pertumbuhan ekonomi. Peningkatan perolehan PAD secara langsung berdampak pada peningkatan PDRB, yang merepresentasikan kinerja optimal pemerintah dalam memanfaatkan sumber-sumber pendapatan daerah.
2.6 Hubungan Indeks Pembangunan Manusia Terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Indeks Pembangunan Manusia (IPM) dapat mempengaruhi pertumbuhan ekonomi suatu wilayah. IPM yang tinggi memungkinkan penduduk untuk memanfaatkan dan mengelola sumber daya ekonomi yang berkaitan dengan teknologi dan kelembagaan, yang keduanya memiliki peranan penting dalam mendukung pertumbuhan ekonomi saat ini. IPM berfungsi sebagai indikator pembangunan yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas manusia, meliputi kemampuan untuk memperoleh pendapatan, kesehatan, dan pendidikan yang baik.
Ketika pendapatan, kesehatan, dan tingkat pendidikan masyarakat tinggi, maka pertumbuhan ekonomi di wilayah tersebut akan berjalan dengan baik. Peningkatan kualitas sumber daya manusia akan mendongkrak kesejahteraan dan mengurangi risiko kemiskinan, karena produktivitas kerja juga meningkat seiring dengan peningkatan kualitas sumber daya manusia.
Penjelasan ini menunjukkan bahwa setiap peningkatan satu satuan IPM dapat mempengaruhi peningkatan PDRB. Hal ini mengindikasikan bahwa IPM memiliki hubungan positif dan signifikan terhadap PDRB. Pengaruh IPM terhadap PDRB dipengaruhi oleh terus meningkatnya tingkat IPM di daerah tersebut. Kenaikan IPM
mencerminkan perbaikan kualitas sumber daya manusia, yang pada gilirannya mendorong peningkatan produktivitas tenaga kerja, mengurangi tingkat pengangguran, dan berkontribusi pada kenaikan PDRB. Faktor positif ini juga dipengaruhi oleh meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kualitas sumber daya manusia yang baik. Peningkatan IPM sebagian besar didorong oleh peran aktif pemerintah dalam memperbaiki kondisi sumber daya manusia, melalui berbagai program pelatihan kerja serta peningkatan kualitas SDM melalui program pendidikan vokasi sistem ganda di SMK.
2.7 Hubungan Penanaman Modal Dalam Negeri Terhadap Produk Domestik Regional Bruto
Pembentukan investasi domestik, dianggap sebagai faktor utama yang memengaruhi pertumbuhan dan pembangunan ekonomi, ditekankan oleh hampir semua ahli ekonomi. Keberadaan investasi di suatu wilayah memiliki arti penting karena masyarakat tidak sepenuhnya membelanjakan penghasilannya untuk konsumsi, tetapi menyisihkan sebagian untuk disimpan , dengan tujuan mewujudkan investasi. Lebih lanjut, keberadaan investasi di wilayah tersebut dianggap sebagai salah satu indikator krusial terhadap kemajuan ekonomi. Hal ini diwujdukan dengan investasi terhadap modal asset atau pembentukan modal. Oleh karena itu, terdapat korelasi positif antara pembentukan investasi domestik dengan perkembangan ekonomi di suatu negara.
Melalui dinamika pertumbuhan ekonomi, himpunan modal berperan penting dan sangat signifikan, sebab himpunan modal akan berdampak pada kecepatan ekspansi
ekonomi dan menggambarkan sejauh mana kemajuan atau kemunduran ekonomisuatu wilayah. Investasi domestik mampu dijalankan melalui pengumpulan himpunan modal guna menciptakan beragam fasilitas dan alat penunjang kegiatan produktif. Hal ini akan meningkatkan hasil berdasarkan potensi negara serta mendorong peningkatan ekonomi dengan jangka waktu yang lama. Pertumbuhan ekonomi yang semakin baik juga berkontribusi pada peningkatan dana untuk pembangunan daerah. Infrastruktur keuangan yang mendukung pembangunan daerah sering kali dikenal sebagai investasi. Investasi merujuk pada pengeluaran yang terkait dengan upaya pemerintah dalam menanamkan modal untuk mencapai tujuan pembangunan. Investasi ini menciptakan fasilitas yang dibutuhkan untuk mendorong kemajuan perekonomian Hasanuddin & Roy, (2022). maka menyebabkan peningkatan PDRB, yang diinginkan dapat mendorong kenaikan ekonomi daerah. Maka disimpulkan, penanaman modal dalam negeri (PMDN) berkontribusi baik dalam ekspansi ekonomi suatu daerah. Meningkatnya besar alokasi PMDN oleh pemerintah terhadap barang publik, diinginkan agar mempercepat dinamika sektor swasta dan rumah tangga melalui memanfaatkan sumber daya tersedia di suatu wilayah. Implikasinya, hal ini akan meningkatkan PDRB.
2.8 PENELITIAN TERDAHULU
No Nama Judul Metode
Penelitian
Hasil Penelitian
1 Sabilla, Sumarsono (2022:60-61)
Pengaruh belanja pemerintah, pendapatan asli daerah,
penanaman modal dalam negeri, indeks pembangunan manusia
terhadap PDRB
Model Analisis
Regresi Linear Beraganda
1. PAD memiliki hubungan positif serta signifikan terhadap PDRB 2. IPM memiliki
hubungan positif dan signifikan terhadap PDRB 3. PMDN
berpengaruh positif dan tidak signifikan
terhadap PDRB 2 Wulantari,
Haviz (2021:13)
Pengaruh
Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana
AlokasiUmum (DAU),dan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) terhadap Produk Domestik
Regional Bruto (PDRB)
Provinsi Jawa Barat 2003- 2017
Model Analisis
Regresi Linear Berganda.
1. PAD
berpengaruh positif dan signifikan
terhadap PDRB 2. PMDN tidak
berpengaruh secara signifikan terhadap PDRB
3 Mulyasari (2016:374)
Pengaruh Indeks
Pembangunan Manusia dan Angkatan Kerja terhadap Produk Domestik
Regional Bruto
Model Analisis
Regresi Linear Berganda.
Indeks pembangunan manusia mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap PdRB
4 Kristina PENGARUH Model 1. Pendapatan Asli
(2017:179) PENDAPATAN ASLI
DAERAH, INDEKS PEMBANGUN AN MANUSIA DAN TENAGA KERJA
TERHADAP PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO(38 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Timur Tahun 2011-2016).
Analisis
Regresi Linear Berganda
Daerah mempunyai pengaruh positif dan signifikan terhadap Produk Domestik
Regional Bruto 2. Indeks
Pembangunan Manusia berpengaruh
positif dan
signifikan
terhadap Produk Domestik Bruto
2.9 Kerangka Pemikiran
Studi ini melibatkan variabel independen yang terdiri atas tiga, yaitu Pendapatan Asli Daerah, Indeks Pembangunan Manusia, serta Penanaman Modal Dalam Negeri.
Setelah diperoleh tingkat signifikansi dari masing-masing variabel independen, diharapkan dapat memberikan deskripsi tentang relasi pada variabel independen dan dependen. Secara ringkas, digambarkan pada ilustrasi Gambar 2.1 :
+ + +
PDRB (Y)
Penanaman Modal Dalam Negeri (X3)
Indeks Pembangunan Pendapatan Asli
Daerah (X1)
2.10 Hipotesis Penelitian
Hipotesis merupakan hasil sementara terhadap permasalahan studi dimana kebenarannya masih perlu diuji melalui pengamatan empiris. Berdasarkan teori dan hasil penelitian sebelumnya, hipotesis studi ini dirumuskan sebagai berikut :
1. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB tahun 2011-2022.
2. Indeks Pembangunan Manusia berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB tahun 2011-2022.
3. Penanaman Modal Dalam Negeri berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB tahun 2011-2022.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Lingkup Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di wilayah Provinsi Sumatera Utara dengan menganalisis dampak dari hasil pendapatan asli daerah, Indeks Pembangunan Manusia, dan Penanaman Modal Dalam Negeri terhadap Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) di Sumatera Utara tahun 2011-2022.
3.2 Jenis Dan Sumber Data 3.2.1 Jenis Data
Penelitian menggunakan data kuantitatif yang dianalisis terdiri dari nilai-nilai numerik saling berhubungan dengan Pendapatan Asli Daerah, Indeks Pembangunan Manusia, Penanaman Modal Dalam Negeri, dan PDRB, yang disusun dalam bentuk deret waktu dari periode tahun 2011 sampai 2022.
3.2.2 Sumber Data
Penelitian ini menggunakan data sekunder, dihasilkan melalui Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, dimulai dari periode 2011- 2022.
3.3 METODE ANALISIS DATA
Penelitian menggunakan model dalam menganalisis pengaruh pendapatan daerah yang asli, indeks pembangunan manusia, dan penanaman modal dalam domestik terhadap PDRB periode 2011-2022 adalah dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Regresi linier berganda adalah pengembangan dari analisis
regresi sederhana. Melalui penelitian ini, regresi linier berganda menggunakan pendekatan Ordinary Least Squares (OLS). Metode tersebut merupakan prosedur ekonometrika yang memanfaatkan variabel independen sebagai variabel eksplanatori dengan variabel dependen sebagai variabel berfungsi dalam formulasi persamaan linear.
Model Regresi Linear Berganda:
Y = ^β0+ ^β1𝑋1 + β^2𝑋2+ ^β3𝑋3 + εi Keterangan:
Y = PDRB ( Rupiah )
^β0 = Intersep (konstanta)
^β1 β^2 ^β3 = koefisien regresi
X1 = Pendapatan Asli Daerah (Miliar rupiah)
X2 = Penanaman Modal Dalam Negeri (Juta rupiah) X3 = Indeks Pembangunan Manusia
ε = galat (error)
i = pengamatan 1,2,3,4……n 3.4 Pengujian Hipotesis
Validasi hipotesis dilakukan melalui pengujian statistik atau justifikasi yang bertujuan untuk mengukur sejauh mana dampak setiap koefisien melalui variabel prediktor, dengan komprehensif atau individual, yang dihubungkan dengan variabel terikat. Validasi ini diterapkan dengan melalui uji parsial (uji-t) dan uji simultan (uji-F).
3.4.1 Uji Parsial (Uji-t)
Uji parsial disebut juga uji-t bermanfaat dalam menentukan apakah variabel independen (pendapatan asli daerah, penanaman modal dalam negeri, dan indeks pembangunan manusia) menghasilkan pengaruh individual yang signifikan dalam variabel dependen (PDRB). Uji tersebut melibatkan parameter populasi melalui tingkat signifikansi sebesar 0,05 atau 5%. Jenis penarikan kesimpulan yang digunakan dalam mengevaluasi pengaruh setiap variabel independen adalah:
1. Pendapatan Asli Daerah (X1)
H0 : β1 = 0, bermakna pendapatan asli yang tidak memiliki pengaruh secara signifikan pada PDRB di Sumatera Utara tahun 2011- 2022.
H1 : β1 > 0, terdapat pengaruh signifikan pada pendapatan asli daerah terhadap PDRB di Sumatera Utara tahun 2011- 2022.
Ketentuan memperoleh hasil thitung adalah:
th =
^β1−β1 S( ^β1)
^β1 : Koefisen Regresi (statistik) β1 : Parameter
S (^β1) : Simpangan Baku
Diketahui pada saat nilai thitung lebih besar daripada ttabel, maka H0 ditolak dan H1 diterima. Hal ini bermakna pendapatan asli daerah secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Sumatera Utara.
bermakna pendapatan asli daerah secara parsial tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Sumatera Utara Tahun 2011-2022.
2. Penanaman Modal Dalam Negeri (X2)
H0 : β2 = 0, bermakna penanaman modal modal dalam negeri tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Sumatera Utara tahun 2011- 2022.
H1 : β2 > 0, bermakna ada pengaruh positif dan signifikan pada penanaman modal dalam negeri terhadap PDRB di Sumatera Utara tahun 2011- 2022.
Rumus untuk mencari thitung adalah:
th =
^β2−β2 S( ^β2)
^β2 : Koefisen Regresi (statistik) β2 : Parameter
S (^β2) : Simpangan Baku
Ketika nilai thitung melebihi ttabel hipotesis nol (H0) tidak diterima dan hipotesis alternatif (H1) diterima. Ini mengindikasikan bahwa investasi domestik secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Sumatera Utara. Sebaliknya, jika nilai thitung kurang dari ttabel, H0 diterima dan H1 ditolak, bermakna investasi dalam negeri secara parsial tidak memiliki pengaruh signifikan terhadap PDRB di Sumatera Utara selama periode 2011-2022.
3. Indeks Pembangunan Manusia (X3)
H0 : β3 = 0, artinya Indeks pembangunan manusia tidak berpengaruh signifikan terhadap PDRB di Sumatera Utara tahun 2011- 2022.
H1 : β3 > 0, artinya ada pengaruh positif dan signifikan antara indeks pembangunan manusia terhadap PDRB di Sumatera Utara tahun 2011- 2022.
Menghitung thitung menggunakan:
th =
β^3−β3 S( ^β3)
^β3 : Koefisen Regresi (statistik) β3 : Parameter
S (^β3) : Simpangan Baku
Jika hasil thitung lebih besar daripada ttabel, disimpulkan H0 ditolak dan H
1 diterima. berarti indeks pembangunan manusia secara parsial berpengaruh positif dan signifikan terhadap PDRB di Sumatera Utara. Kemudian jika hasil t
hitung lebih kecil dari hasil ttabel maka H0 diterima dan H1 ditolak, artinya indeks pembangunan manusia secara parsial tidak berpengaruh terhadap PDRB di Sumatera Utara Tahun 2011-2022.
Adapun Kriteria dalam pengambilan keputusan adalah sebagai berikut:
1. Pada nilai probabilitas (signifikansi) kurang dari α = 0,05, di mana α adalah tingkat kesalahan dengan kategori dapat diterima dalam pengambilan keputusan, maka H0 akan ditolak dan H1 diterima.
2. Pada saat nilai probabilitas (signifikansi) lebih besar dari α = 0,05, maka H
0 diterima dan H1 ditolak, dengan α sebagai batas toleransi kesalahan dalam pengambilan keputusan.
3.4.2 Uji Simultan (Uji F)
Pengujian parameter dilakukan bersamaan disebut pengujian simultan dilaksanakan dalam mengetahui dampak variabel bebas pada variabel terikat secara bersama. (Usman , 2022:230) .
a) Hipotesis penelitian:
1. H0 : βi=0,i=1,2,3, artinya variabel bebas secara bersama tidak berdampak signifikan terhadap variabel PDRB.
2. H1 : βi tidak semua nol, i =1,2,3, artinya variabel bebas secara bersama berdampak signifikan terhadap variabel PDRB.
b) Perbandingan nilai Fhitung dengan nilai kritis F dari tabel F dilakukan untuk menentukan signifikansi uji F. Nilai kritis F ditentukan berdasarkan tingkat signifikansi (α) dan derajat kebebasan (df) untuk pembilang (k-1) dan penyebut (n- k).
Berikut adalah rumus untuk menghitung Fhitung: :JKR(k−1) JKG(n−k)
JKR : Jumlah Kuadrat Regresi JKG : Jumlah Kuadrat Galat K : Banyaknya koefisien regresi n : Banyaknya sampel
Jika hasil Fhitung kurang atau sama dengan hasil Ftabel, dengan hipotesis 0 maka (H0
) diterima, yang berarti variabel independen bersama tidak berdampak signifikan terhadap variabel dependen. Sebaliknya, saat hasil Fhitung lebih besar dari hasil Ftabel, H0
ditolak, yang menunjukkan bahwa variabel-variabel independen secara bersama-sama berdampak signifikan terhadap variabel dependen.
3.4.3 Kebaikan-Suai : Koefisien Determinasi (R
2)
Dalam model regresi terdapat sebuah pengukuran yang disebut dengan Koefisien Determinasi yang dinotasikan dengan R2. Secara statistik, R2 ini dapat menunjukkan seberapa baik regresi yang dibuat dengan data aktualnya. Sementara itu secara substansi, R2 ini dapat menunjukkan sejauh manakah permasalahan yang dapat diselesaikan dengan mengintervensi variabel bebas.
Nilai R2 berkisar pada rentang nilai 0-1 atau 0%-100%. Jika R2 bernilai 100%, maka secara statistik dapat dinyatakan bahwa semua titik-titik data aktual tepat berada di garis regresi. Adapun secara substansi dapat dinyatakan bahwa permasalahan dapat diselesaikan secara tuntas jika mengintervensi variabel bebas yang digunakan. Usman (2022:37).
Formulasi matematis penghitungan R2 adalah: