ANALISIS NILAI-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PADA BUKU (SISWA) MATA PELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DAN
BUDI PEKERTI SMP KELAS VII
SKRIPSI
Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah & Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta
untuk Memenuhi Sebagian Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Strata Satu Pendidikan Agama Islam
Disusun Oleh:
SYARIF HIDAYATULLAH NIM. 16410002
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN KALIJAGA
YOGYAKARTA 2020
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN
ii SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI
iii PENGESAHAN SKRIPSI
iv MOTTO
ُساَّىلا اَهُّيَآٰ ي ْمُك ىْلَعَجَو ى ثْوُاَّو ٍرَكَذ ْهِّم ْمُك ىْقَلَخ اَّوِا
ِ ّاللّ َدْىِع ْمُكَمَرْكَا َّنِا ۚ اْىُفَراَعَتِل َلِ ىۤاَبَقَّو اًبْىُعُش ٌرْيِبَخ ٌمْيِلَع َ ّاللّ َّنِاۗ ْمُكى قْتَا
Wahai manusia! Sungguh, Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kami jadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal.
Sesungguhnya yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa. Sungguh, Allah Maha Mengetahui, Mahateliti.(Q.S. Al-Hujurat:13)1
1 Kementrian Agama RI, Al-Qur‟an dan Terjemahannya, (Solo: PT Tiga Serangkai, 2015), hal. 517
v
PERSEMBAHAN
Skripsi ini penyusun persemabahkan untuk :
Almamater tercinta
Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga
Yogyakarta
vi KATA PENGANTAR
ُدْمَحْلَا ُدَهْشَأَو .ًِِواَىِتْمِاَو ًِِقْيِف ْىَت َىلَع ًَُلُرْكُّشلاَو ًِِواَسْحِإ َىلَع ِ َّللَّ
َل ْنَأ َُّاللّ َّلِإ ًََلِا َّنَأ ُدَهْشَأَو ًَُل َكْيِرَش َل ُيَدْحَو
ُيُدْبَع اًدَّمَحُم اَوَدِّي َس
ىَلَع ِّلَص َّمُهَّللا .ًِِواَى ْضِر َىلإ يِعاَّدلا ًُُلْىُسَرَو ىَلَعَو ٍدَّمَحُم اَوِدِّيَس
ُدْعَباَّمَأ اًرْيِثَك اًمْيِلْسَت ْمِّلَسَو ًِِباَحْصَأَو ًِِلَا
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah Swt. atas limpahan rahmat, taufik, dan hidayah serta pertolangan-Nya, sehingga penulis selalu diberi kemudahan dalam menyelesaikan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad Saw.,Nabi yang seantiasa dinantikan syafaatnya dihari akhir nanti.
Penyusun menyadari bahwa penulisan skripsi ini tidak akan terwujud tanpa adanya dorongan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati pada kesempatan ini penyusun mengucapkan rasa terima kasih kepada :
1. Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
2. Ketua dan Sekertaris prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
3. Bapak Drs. Nur Hamidi, M.A., selaku Pembimbin Skripsi
vii 4. Bapak Dr. H. Tasman, M.A. selaku Penasehat Akademik.
5. Segenap Dosen dan Karyawan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
6. Kedua orangtuaku, yang selalu berdo‟a dan memberikan dukungan lahir batin setiap saat.
7. Semua pihak yang telah ikut berjasa dalam penyusunan skripsi ini yang tidak mungkin disebutkan satu pwersatu
Semoga amal baik yang telah diberikan dapat diterima di sisi Allah Swt. dan mendapat limpahan rahmat dari-Nya, Aamiin.
Yogyakarta,11 September 2020 Penyusun
Syarif Hidayatullah NIM. 16410002
viii DAFTAR ISI
HALAMAN COVER ... i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN ... ii
SURAT PERSETUJUAN SKRIPSI ... ii
PENGESAHAN SKRIPSI ... iii
MOTTO ... iv
PERSEMBAHAN ... v
KATA PENGANTAR ... vi
DAFTAR ISI ... viii
DAFTAR TABEL ... x
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
ABSTRAK ... xiii
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Latar Belakang Masalah... 1
B. Rumusan Masalah ... 5
C. Tujuan dan Manfaat Penelitan ... 5
D. Kajian Pustaka ... 7
E. Landasan Teori ... 13
F. Metode Penelitian ... 31
G. Sistematika Pembahasan ... 37
BAB II GAMBARAN ISI BUKU (SISWA) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM ... 39
DAN BUDI PEKERTI SMP KELAS VII ... 39
A. Gambaran Secara Umum ... 39
B. Deskripsi Materi Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Siswa SMP Kelas VII ... 42
C. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Pada (Siswa) Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP Kelas VII ... 63
ix BAB III HASIL ANALISIS NILA-NILAI PENDIDIKAN MULTIKULTURAL PADA BUKU (SISWA) PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DAN BUDI PEKERTI KELAS
VII ... 67
A. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural pada Buku (Siswa) Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti Kelas VII ... 67
B. Kelebihan dan Kekurangan buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII dalam perspektif pendidikan multikultural. ... 79
BAB IV ... 89
PENUTUP ... 89
A. Kesimpulan ... 89
B. Saran ... 90
C. Kata Penutup ... 90
DAFTAR PUSTAKA ... 91
LAMPIRAN ... 95
x DAFTAR TABEL
Tabel I : Nilai-nilai toleransi dalam buku (siswa) Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII……….63 Tabel II : Nilai-nilai toleransi dalam buku (siswa) Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII……….64 Tabel III : Nilai-nilai toleransi dalam buku (siswa) Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII……….65 Tabel IV : Nilai-nilai toleransi dalam buku (siswa) Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII……….66
xi DAFTAR GAMBAR
Gambar I : Gambar tampilan depan sampul buku (siswa) Pendidikan .Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII...40
Gambar II : Gambar contoh tanpilan peta konsep dalam buku (siswa) .Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP .kelas VII... 41
xii DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran I : Pengajuan Penyusunan Skripsi Lampiran II : Berita Acara Seminar
Lampiran III : Bukti Seminar Proposal Lampiran IV : Kartu Bimbingan Skripsi Lampiran V : Sertifikat PPL
Lampiran VI : Sertifikat PLP-KKN Lampiran VII : Sertifikat SOSPEM Lampiran VIII : Sertifikat OPAK Lampiran IX : Sertifikat PKTQ Lampiran X : Daftar Riwayat Hidup
xiii ABSTRAK
SYARIF HIDAYATULLAH. Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural pada Buku (Siswa) Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP Kelas VII. Skripsi. Yogyakarta: Prodi Pendidikan Agama Islam Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga, 2020.
Latar belakang masalah dalam penelitian ini adalah adanya keberagaman yang begitu kompleks di Indonesia, baik keberagaman agama/kepercayaan, ras, suku, etnis, budaya, maupun orgnaisasi terutama organisasi dari umat Islam yang merupakan mayoritas yaitu mencapai 431.465 ormas dan organisasi. Keberagaman tersebut suatu waktu dapat berpotensi konflik satu sama lain. Oleh karena itu, untuk menghindari konflik, setiap warga Negara terkhusus umat Islam perlu di didik sejak dini tentang nilai multikultural melalui pendidikan. Salah satu caranya adalah dengan memasukkan, menginternalisasikan dan mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan multikultural pada buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada atau tidaknya muatan nilai-nilai pendidikan multiltikultural dalam buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII serta apa saja kelebihan dan kekurangan buku tersebut menurut perspektif pendidikan multikultural.
Jenis penelitian ini adalah library research. Penelitian ini bersifat deskriptif- analitis. Sedangkan metode yang digunakan untuk mengumpulkan data adalah dokumentasi, kemudian dianalisis menggunakan metode content analysis, reduksi dan interpretasi.
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa; pertama, buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII memiliki semua nilai-nilai pendidikan multikultural, yaitu nilai toleransi, kesetaraan, keadilan, dan demokrasi. Kedua, kelebihan buku tersebut menurut perspektif Pendidikan multikultural, yaitu memiliki muatan seluruh nilai-nilai pendidikan multikultural yang terdiri atas nilai toleransi, kesetaran, keadilan dan demokrasi. Selain itu, terdapat 2 bab yang hampir mencakup seluruh nilai pendidikan multikultural, yaitu bab 4 dan bab 11. Sedangkan yang menjadi kelemahannya adalah masih banyaknya bab yang tidak memuat nilai pendidikan multikultural, serta Integrasi dan internalisasi nilai ajaran Islam dengan pendidikan multikultural dalam buku tersebut masih kurang dan tidak merata.
Kata Kunci : Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural dan Pendidikan Agama Islam
1 BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Bangsa Indonesia adalah bangsa yang kaya dengan keberagaman budaya, agama ras dan suku sehingga bangsa ini memiliki slogan Bhineka Tunggal Ika yang berarti berbeda-beda, tetapi satu juga. Namun, ketika perbedaan tersebut telah mengemuka dan menjadi ancaman untuk kerukunan hidup, maka perbedaan tersebut menjadi masalah yang harus segera diatasi.2 Dan salah satu cara untuk menjaga problem tersebut dan kerukunan antar warga Negara tetap baik maka salah satunya adalah dengan menumbuhkan kesadaran tentang pentingnya nilai-nilai multikulturalisme dalam diri setiap masyarakat tersebut.
Menumbuhkan kesadaran pentingnya nilai-nilai multikulturalisme sangat diperlukan agar kehidupan berwarga negara selalu berada dalam nuansa kehangatan dan keharmonisan. Karena sebagai fakta di Indonesia terdapat kelompok masyarakat yang mayoritas dan minoritas. Jika tidak dikelola dengan baik maka sangat mungkin adanya perlakuan diskriminatif baik menggunakan identitas agama, etnis maupun suku. Oleh karenanya perlu ada upaya yang dilakukan agar keberagaman ini dijadikan sebagai potensi
2 Yaya Suryana, Pendidikan Multikulkultural: Suatu Upaya Penguatan Jati Diri Bangsa:
Konsep-Prinsip-Implementasi, Cet. I (Bandung: Pustaka Setia, 2015), hal. 1
2 besar untuk saling bahu membahu membangun masyarakat yang maju. Dan salah satu upaya untuk mecapai hal tersebut adalah melalui pendidikan.
Pendidikan merupakan salah satu upaya yang paling mendasar untuk diperlukan kontribusinya. Karena pendidikan mampu membangun kesadaran sistematis tehadap pentingnya kehidupan yang damai.3 Hal ini sejalan dengan pendapat Darmaningtyas,4 bahwa pendidikan merupakan pencapaian standar hidup yang lebih baik/maju dengan suatu usaha sadar serta sistematis. Namun konsep pendidikan seperti apakah yang appropriate (tepat) dan menjurus untuk diterapkan dalam hal ini?. Tentu yang lebih tepat adalah konsep pendidikan multikultural, sebab ia didesain sebagai adanya kesadaran tentang keanekaragaman budaya, Hak Asasi Manusia (HAM) serta pengurangan sekaligus menghapus semua bentuk prejudice (prasangka). Hal ini dilakukan untuk menciptakan harmonisasi antar warga negara sehingga dapat bersama-sama membangun kehidupan masyarakat yang adil dan maju.5
Proses internalisasi niai-nilai pendidikan multikultural pada pendidikan formal/sekolah dapat dilakukan dengan berbagai cara salah satunya adalah dengan kegiatan pembelajaran. Namun, kegiatan tersebut tidak bisa berjalan dengan efektif tanpa adanya bahan ajar (buku pelajaran) yang memuat materi pelajaran. Oleh karena itu, salah satu bentuk internalisasi nilai-nilai
3 Ngainun Naim dan Ahmad Syauqi, Pendidikan Multikultural (Konsep dan Aplikasi) (Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, 2011), hal. 14-15.
4 Ibid, hal. 29.
5 Choirul Mahfud, Pendidikan Multikultural (Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2016), hal. viii
3 pendidiakan multikultural adalah melalui materi yang terrmuat dalam buku pelajaran siswa. Hal ini merupakan salah satu bentuk tahapan determining (menentukan) sumber belajar yang bermuatan multikultural yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran yaitu berupa media cetak termasuk buku mata pelajaran (mapel) siswa.6
Eksistensi Pendidikan Agama Islam telah diakui dalam sistem pendidikan nasional temasuk diakui sebagai salah satu mata pelajaran yang wajib di ajarkan pada tingkat taman kanak-kanak (TK) sampai perguruan tinggi.7Ini menandakan bahwa Pendidikan Agama Islam sangat dibutuhkan kontribusinya dalam membangun cita-cita bangsa yaitu persatuan Indonesia melalui penanaman nilai-nilai multikultural. Sekarang ini banyak muncul organisiasi masyarakat, profesi, serta berbagai macam aliran lainya mencapai 431.465 yang memiliki indikasi besar terhadap terjadinya konflik berupa sentimen kelompok dan sebagainya.8 Oleh karena itu perlu adanya perhatian terhadap urgensi pendidikan multikultural pada Pendidikan Agama Islam yaitu dengan memasukkan muatan-muatannya (nilai-nilai pendidikan
6 Yaya Suryana, hal. 317.
7 Haidar Putra Daulay, Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia, Edisi revisi, cetakan-3 (Jakarta: Kencana, 2012), hal. 3.
8 “Kemendagri Catat Jumlah Ormas Meningkat, Capai 431.465 Organisasi Halaman All - Kompas.Com,” hal. 1, accessed November 24, 2020,
https://nasional.kompas.com/read/2019/11/25/11151051/kemendagri-catat-jumlah-ormas-meningkat- capai-431465-organisasi?page=all.
4 multikultural) ke dalam materi pelajaran yang akan diajarkan pada siswa melalui buku pelajaran.
Integrasi antara pendidikan multikultural dengan Pendidikan Agama Islam sangat perlu dilakukan pada kurikulum sekolah, baik dari jenjang awal (TK/PAUD), SD, SMP, SMA sampai pada Perguruan Tinggi . Namun dalam penelitian ini, peneliti mengambil jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) dengan alasan bahwa belum pernah ada peneliti sebelumnya yang menjadikan objek kajiannya buku siswa pada jenjang ini yang berkaitan dengan pendidikan multikultural.
Selain alasan di atas penanaman nilai-nilai pendidikan multikultural pada siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) sangat penting dilakukan dilihat dari model pembelajarannya. Pada jenjang ini model pembelajarannya tidak lagi menggunakan doktrinisasi seperti yang lebih dominan diterapkan pada Sekolah Dasar (SD), tetapi lebih pada proses untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap dalil atau dasar tentang segala sesuatu yang diketahui. Dengan demikian, karakteristik pembelajaran di SMP dapat dikatakan pembelajaran tekstual, yaitu memberikan landasan secara tekstual terhadap segala sesuatu yang dikerjakan.9 Sehingga dalam hal ini dalil dan dasar tentang nilai pendidikan multikultural harus ada pada buku pelajaran
9 Ngainun Naim dan Syauqi, hal. 207.
5 siswa mata pelajaran PAI yang dalam penelitian ini peneliti batasi pada kelas VII.
Dari latar belakang di atas dapat disimpulkan bahwa nilai-nilai pendidikan multikultural termuat pada Buku Mata Pelajaran Siswa terutama pada jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP) kelas VII. Dengan demikian, peneliti tertarik meneliti isi daripada buku tersebut. Apakah mengandung nilai-nilai multikultural atau tidak. Lalu berusaha menemukan kelebihan serta kekurangan buku tersebut dalam perspektif pendidikan multikultural.
B. Rumusan Masalah
Dari latar belakang masalah di atas, maka dapat dirumuskan pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana muatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII?
2. Apa kelebihan dan kekurangan buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII menurut perspektif pendidikan multikultural?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitan 1. Tujuan Penelitian
Berdasakan rumusan permasalahan di atas, maka tujuan dilakukan penelitian ini adalah :
6 a. Untuk mengetahui muatan nilai-nilai pendidikan multikutural dalam buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII.
b. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII menurut perspektif pendidikan multikultural.
2. Manfaat Penelitian
a. Secara Teoritik-akademik
1) Secara teoritik-akademik, penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan kepada para peneliti berikutnya tentang metode menganalisis isi dari buku, sekaligus sebagai referensi mengenai teori tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dan buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII.
2) Sebagai pertimbangan untuk melakukan evaluasi dan inovasi terhadap isi buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti kelas VII.
b. Secara Praktis
1) Bagi peneliti, penelitian ini memiliki manfaat berupa pemahaman yang mendalam tentang konsep pendidikan multikultural.
2) Bagi pembaca/orang umum, yaitu dapat menambah wawasan keilmuan tantang nilai-nilai pendidikan multikultural dan
7 pentingnya diajarkan kepada siswa. Serta mengetahui ada tidaknya nilai-nilai pendidikan multikultural yang termuat dalam buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti kelas VII.
D. Kajian Pustaka
Kajian pustaka merupakan salah satu kegiatan dalam penelitian.
Yaitu memuat dan mengkaji hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Kajian ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa fokus yang diangkat dalam penelitian tersebut belum pernah dikaji oleh peneliti sebelumnya, baik dalam hal tema maupun pendekatan yang digunakan. Sehingga dalam hal ini akan ditunjukkan bahwa penelitian tersebut different (berbeda) dengan yang sebelumnya.
Untuk itu, pada bagian ini peneliti perlu mengulas hasil penelitian sebelumnya yang relevan.
Berdasarkan penelusuran yang telah peneliti lakukan, terdapat beberapa penelitian yang ditemukan relevan dengan tema yang peneliti angkat. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Penelitian yang dilakukan oleh Rina Hanipah Muslimah (2010) mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiayah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Analisis Nilai-nilai Pendidikan Multikultural dalam Teks Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA Kelas X”.
8 Fokus penelitian tersebut yaitu mengungkapkan tentang pentingnya implikasi nilai-nilai Pendidikan Multikultural terhadap teks mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) SMA kelas X dan sejauh mana teks mata pelajaran Pendidikan Agama Islam memuat nilai-nilai Pendidikan Mutlikultural. Hasil dari penelitian ini memaparkan bahwa urgensi mengintegrasikan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam teks mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yaitu : (1) Sebagai sarana alternatif pemecahan konflik, (2) Agar siswa tidak terasing dari akar sejarah, (3) Upaya untuk membangun sikap sensitif gender, (4) Membangun sikap anti diskriminasi etnis di sekolah, (5) Membangun sikap toleransi terhadap keberagaman inklusif, (6) Upaya minimalisasi konflik kepentingan. Selain itu, penelitian ini juga mengungkapkan bahwa terdapat nilai-nilai pendidikan multikultural yang signifikan dalam teks mata pelajaran Pendidikan Agama Islam, dengan membuktikan total dari 12 bab materi pelajaran, hampir 8 bab mengandung muatan nilai- nilai pendidikan multikultural.10
2. Penelitian yang dilakukan oleh Ahmad Saefudin (2015) mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiyan dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural dalam Penyampain Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas X (Studi Kasus
10 Hanipah Muslimah, “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural dalam Teks Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam SMA Kelas X,” hal. 122.
9 di SMA Negeri 1 Bawang Batang)”. Fokus penelitian tersebut adalah meneliti tentang nilai-nilai multikutural dan apa saja yang terkandung dalam materi buku ajar PAI Kelas X di SMA N 1 Bawang Batang serta mencari tahu bentuk penyampaian nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku tersebut. Hasil penelitian ini mengungkapkan bahwa nilai- nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam buku ajar PAI SMA kelas X di SMA Negari 1 Bawang Batang meliputi : keadilan, sikap sensitif gender, menghindari prejudice, membangun paradigma keberagaman inklusif, anti kekerasan, cinta damai, anti diskriminatif, musyawarah, toleransi dan menjaga persaudaraan antar etnis. Selain itu, ditemukan juga pada aspek teknis pembelajaran PAI di sekolah yaitu adanya perilaku yang mengindikasikan anti terhadap nilai-nilai pendidikan multikultural seperti sikap diskriminatif guru PAI terhadap kelompok minoritas (kaum transgender), diskriminasi siswa dan civitas sekolah terhadap bahasa dan agama minoritas, ketidaknyamanan pola komunikasi yang dirasakan siswa non-muslim, dan pengalaman siswa perempuan atas streotip, subordinasi dan marjinalisasi.11
3. Penelitian yang dilakukan oleh Taufik Kurniawan (2019) mahasiswa Pasca sarjana UIN Sumatra Utara Medan dengan judul “Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural dalam Buku-Buku Ajar Sejarah Kebudayaan
11 Ahmad Saefudin, “Nilai-Nilai Pendidikan Multikutural dalam Penyampaian Materi Buku Ajar Pendidikan Agama Islam (PAI) Kelas X (Studi Kasus di SMA Negeri 1 Bawang Batang)”
(Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2015), hal. 187-189.
10 Islam (Telaah atas Buku Pelajaran SKI Kelas X Madrasah Aliyah)”.
Fokus penelitian tersebut adalah menganalisis dan membahas nilai-nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam buku-buku ajar siswa Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) Kelas X. Hasil dari penelitian tersebut menunjukkan bahwa muatan nilai pendidikan multikultural komponen buku pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI) kelas X Madrasah Aliyah masih sangat minim, di mana tidak semua nilai pendidikan multikultural dalam fitur, rubrikasi dan uraian materi pada setiap pokok bahasan diakomodasi dan merata, serta porsi muatan masing-masing belum berimbang. Diungkapkan juga bahwa nilai-nilai pendidikan multikultural penting diintegrasikan ke dalam materi Pembelajran Sejarah Kebudayaan Islam di Madrasah Aliyah demi sebuah proporsionalitas dan transformasi nilai, keterampilan atau pengetahuan yang disampaikan secara formal sehingga menghasilkan efek positif yang tetap terhadap lingkungan dan menjadi modal awal berharga utamanya bagi peserta didik dalam menjalani hubungan sosial di tengah masyarakat multikultural-multirelegius. 12
4. Penelitian yang dilakukan oleh Rizki Putra Pradana (2017) mahasiswa Fakultas Ilmu Tarbiayah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural pada Buku
12 Taufik Taufik Kurniawan, “Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Dalam Buku-Buku Ajar Sejarah Kebudayaan Islam (Telaah Atas Buku Pelajaran SKI Kelas X Madrasah Aliyah)” (Medan, UIN Sumatera Utara, 2019), hal. 143.
11 Siswa Mapel Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 SD Kelas 6”.13 Fokus penelitian tersebut adalah meneliti tentang ada tidaknya muantan nilai-nilai pendidikan multikultural yang terdapat dalam buku siswa mata pelajaran PAI dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 SD kelas 6 serta mencari kekurangan buku tersebut menurut perspektif pendidikan multikultural. Hasil dari penelitian ini mendeskripsikan bahwa muatan nilai-nilai multikultural yang dikembangakan di dalam buku teks PAI dan Budi Pekerti kelas 6 SD mencakup empat nilai yaitu : (1) Nilai toleransi, (2) Nilai demokrasi, (3) Nilai kesetaraan/kesamaan, (4) Nilai keadilan. Kemudian, terkait kelebihan dan kekurangan buku siswa PAI dan Budi Pekerti SD kelas 6 menurut perspektif pendidikan mutikultural penelitian tersebut menunjukkan hasil bahwa kelebihan dari buku tersebut adalah memiliki minimal satu nilai pendidikan multikultural pada setiap babnya dan terdapat cukup banyak ilustrasi dari buku tersebut yang menggambarkan tentang adanya nilai-nilai pendidikan multikultural. Sedangkan kekurangannya, nilai-nilai pendidikan mutikultural pada buku tersebut masih kurang jelas dan lengkap.14
13 Rizki Putra Pradana, “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural pada Buku Siswa Mapel Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 SD Kelas 6” (Yogyakarta, UIN Sunan Kalijaga, 2017), hal. I.
14 Putra Pradana, hal. 98-99.
12 5. Penelitian (artikel jurnal) yang dilakukan oleh M. Ainul Yakin mahasiswa Fakultas Adab dan Ilmu Budaya UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta dengan judul “Nilai-Nilai Multikultural dalam Kehidupan Mahasiswa Difabel di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta”. Fokus penelitian tersebut adalah pembahasan mengenai nilai-nilai multikultural dan kehidupan sosial serta akademik mahasiswa difabel karena kampus UIN merupakan salah satu kampus di Yogyakarta yang serius mengembangkan program kampus yang ingklusif. Hasil dari penelitian tersebut membuktikan bahwa pengembangan dan penerapan nilai-nilai multikultural mempunyai signifikansi yang nyata terhadap kehidupan sosial dan akademik mahasiswa difabel di UIN Sunan Kalijaga.15
Dari kelima penelitian di atas memiliki sedikit kesamaan dan keterkaitan dengan penelitian yang penliti lakukan dilihat dari objek kajiannya yaitu mengkaji isi buku pelajaran mata pelajaran PAI. Begitu juga dengan metode penelitian yang digunakan. Namun yang menjadi perbedaan antara penelitian yang peneliti lakukan dengan keempat penelitian di atas adalah dari buku yang digunakan. Penelitian yang dilakukan oleh Rina Hanipah Muslimah dan Ahmad Saefudin menggunakan buku ajar dan teks pengajaran pada siswa SMA sebagai objek kajian. Begitu juga dengan penelitian yang dilakukan oleh Taufik Kurniawan , ia menjadikan buku kelas
15 M. Ainul Yakin, “Nilai-Nilai Multikultural Dalam Kehidupan Mahasiswa Difabel Di Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta,” Thaqafiyyat 16 (2015): hal. 98-99.
13 X untuk dijadikan objek kajiannya, namun bukan buku PAI secara umum melainkan lebih spesifik pada mata pelajaran Sejarah Kebudayaan Islam (SKI). Dan untuk penelitian yang dilakukan oleh Rizki Putra Pradana menggunakan buku peserta didik kelas 6 SD sebagai objek kajiannya. Untuk kajian pustaka yang terakhir yaitu penelitian yang dilakukan oleh M. Ainul Yaqin menggunkan Mahasiswa sebagai objek kajiannya. Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh peneliti sendiri yaitu menjadikan buku siswa SMP kelas VII sebagai objek kajian/fokus penelitian.
E. Landasan Teori 1. Pengertian Analisis
Analisis dapat diartikan sebagai usaha dalam mengamati sesuatu secara mendetail dengan cara menguraikan komponen-komponen pembentuknya atau menyusun komponen tersebut untuk dikaji lebih lanjut.
Pengertian analisis juga dapat didevinisikan sebagai suatu keterampilan dalam menyelesaikan dan menguraikan suatu informasi atau materi menjadi komponen-komponen yang lebih rinci sehingga lebih mudah dijelaskan dan dipahami.16
Dari kedua pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa analisis merupakan usaha mengamati suatu materi dan menguraiknnya menjadi komponen yang lebih kecil untuk dikaji lebih lanjut.
16 “Pengertian Analisis adalah: Arti Menurut Para Ahli, dan Contoh,” Pengertian dan Definisi Istilah (blog), December 21, 2018, https://www.maxmanroe.com/vid/umum/pengertian-analisis.html.
14 2. Hakikat Pendidikan
Pendidikan merupakan faktor penting, strategis, dan determinatif bagi masyarakat. Maju-mundurnya kualitas peradaban suatu masyarakat/bangsa sangat bergantung pada kualitas pendidikan yang diselenggarakan.17 Pendidikan juga penentu kemajuan peradaban dunia, karena berbagai nilai kepedulian, kerjasama, kasih sayang, perdamaian, bahkan persatuan umat manusia dapat dirajut melalui pendidikan.
Mengenai hakikat pendidikan, istilah pendidikan diambil dari bahasa Yunani yang merupakan terjemahan dari kata paedagogie yang berarti pergaulan dengan anak-anak. Sementara untuk orang yang tugasnya membimbing atau mendidik dalam pertumbuhan dan perkembangannya disebut paedagogos. Istilah tersebut terdiri dari dua kata yaitu paedos (anak) dan agoge (saya membimbing, memimpin).18
George F. Kneller (ed) mengungkapkan bahwa : “pendidikan dapat dipandang dalam arti luas dan dalam arti teknis, atau dalam arti hasil dan dalam arti proses. Dalam pengertian yang lebih luas pendidikan merupakan suatu tindakan atau pengalaman yang mempunyai pengaruh yang berhubungan dengan pertumbuhan dan perkembangan pikiran (mind),
17 Yaya Suryana, Pendidikan Multikulkultural, hal. 71.
18 Sri Sumarni, Pengantar Kebijakan Pendidikan di Indonesia (Yogyakarta: Pascasarjana Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Kalijaga, 2018), hal. 3.
15 karakter, atau kemampuan fisik individu.”19 Pengertian ini memiliki makna bahwa pengalaman hidup seseorang merupakan suatu proses pendidikan yang berimplikasi pada pertumbuhan dan perkembangan jiwa maupun raganya. Pertumbuhan dan perkembangan tersebut dapat dilihat dari cara berfikir, sikap, maupun keterampilan setiap individu.
Sedangkan dalam arti tekhnis, pendidikan merupakan suatu proses transformasi budaya yang dilakukan secara sengaja oleh masyarakat dari generasi ke generasi dengan pengetahuan, nilai-nilai, serta keterampilan melalui lembaga pendidikannya (sekolah, perguruan tinggi, dan lembaga- lembaga lain).20 Dengan kata lain pendidikan merupakan salah satu cara mewariskan budaya (pengetahuan, nilai-nilai dan keterampilan) dari generasi sekarang ke generasi berikutnya.
Menurut Carter V. Good, pendidikan adalah : (1) Keseluruhan proses dimana seseorang mengembangkan kemampuan, sikap, dan bentuk-bentuk tingkah laku lainnya yang bernilai positif dalam masyarakat di mana dia hidup; (2) Proses sosial di mana orang dihadapkan pada pengaruh lingkungan yang terpilih dan terkontrol (khususnya yang datang dan sekolah), sehingga ia dapat memperoleh atau mengalami perkembangan kemampuan sosial dan kemampuan individu yang optimal.21 Pandangan ini dapat dipahami bahwa cara hidup seseorang ditentukan oleh pendidikan,
19 Dwi Siswoyo, dkk, Ilmu Pendidikan, Pertama (Yogyakarta: UNY Press, 2013), hal. 47.
20 Ibid hal. 47.
21 Ibid, hal. 48.
16 karena terjadinya modifikasi dalam pandangan seseorang disebabkan pula oleh terjadinya pengaruh interaksi antara kecerdasan, perhatian, pengalaman dan sebagainya, yang dinyatakan dalam perilaku, kebiasaan, paham kesusilaan dan sebagainya.22
Sedangkan menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan dituliskan : pendidikan adalah suatu usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, self-control, kepribadian (personality), kecerdasan, akhlak, serta skil yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.23
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa, pendidikan adalah suatu proses yang dilakukan secara sadar oleh pendidik dalam meningkatkan potensi peserta didik ke arah yang optimal melalui pengajaran serta bimbingan dengan cara memberi pengetahuan, penanaman nilai (value) dan melatih keterampilan sehingga ia menjadi pribadi yang berwawasan luas, menjunjung tinggi nilai-nilai yang disepakati dan terampil. Dengan demikian pendidikan dapat membentuk seseorang menjadi pribadi yang tangguh dan ramah secara sosial.
22 H. M Djumransjah, Pengantar filsafat pendidikan (Indonesia: Bayumedia Publishing, 2004), hal. 24.
23 “UU No.20 Thn 2003 - Sistem Pendidikan Nasional,” hal. 2, accessed April 7, 2020, http://hukum.unsrat.ac.id/uu/uu_20_03.htm.
17 3. Pengertian Multikulturalisme
Secara etimologi multikulturalisme terdiri dari tiga kata yaitu multi yang berarti plural, kultural yang berarti kebudayaan, dan isme yang berarti aliran atau kepercayaan. Jadi secara sederhana multikulturalisme diartikan sebagai paham atau aliran tentang budaya yang plural/beragam. 24
Namun pengertian secara mendalam istilah multikulturalisme tidak sekedar menjadi suatu pengakuan terhadap beragamnya kultur, melainkan disertai dengan implikasi-implikasi politik, sosial, ekonomi dan lainnya.
Unsur-unsur universal dari kebudayaan antara lain : agama, bahasa, teknologi, sistem ekonomi. Sedangkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dituliskan, multikulturalisme adalah gejala pada seseorang atau suatu masyarakat yang identik dengan kebiasaan meggunakan lebih dari satu kebudayaan.25
Dari berbagai pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa ; Multikullturalisme adalah sebuah paham atau aliran yang mengakui suatu keberagaman budaya baik agama/kepercayaan, bahasa, ras, suku, politik, teknologi, maupun sistem ekonomi dengan menerimanya sebagai kekayaan yang harus dijaga. Artinya paham ini tidak menganggap budaya satu dengan lainnya lebih baik ataupun rendah melainkan sesuatu yang
24 Yaya Suryana, Pendidikan Multikulkultural, hal. 99.
25 Ibid, hal. 99.
18 terintegrasi satu sama lain yang diantara mereka masing-masing memiliki spirit untuk bergerak lebih maju tanpa harus menjatuhkan kelompok lainya.
4. Pendidikan Multikultural
a. Pengertian Pendidikan Multikultural
Pendidikan multikultural dapat didefinisikan sebagai pendidikan untuk atau mengenai keragaman kultur dalam menghadapi perubahan demografi keberagaman lingkungan masyarakat tertentu bahkan dunia secara keseluruhan. Hal ini sejalan dengan yang dikatakan Paulo Freire, bahwa pendidikan harus mampu menciptakan tatanan masyarakat yang menggunakan prestise sosial sebagai akibat kekayaan dan kemakmuran yang dialaminya. Pendidikan bukan merupakan “menara gading” yang berusaha menjauhi realitas sosial dan budaya.26Artinya yang diajarkan pada lembaga pendidikan harus kompatibel dengan kondisi sosial dan kultur masyarakat sekitarnya.
Menurut pendapat Sleeter and Grant, pendidikan multikultural adalah suatu kebijakan dari praktik pendidikan dalam mengakui, menerima, dan menegaskan perbedaan serta persamaan manusia yang dikaitkan dengan gender, ras, dan kelas. Hal ini sejalan dengan yang dikemukakan oleh Skeel. Ia mengatakan bahwa pendidikan multikultural adalah suatu sikap dalam memandang keunikan manusia
26 Sri Sumarni, hal. 132.
19 tanpa membedakan ras, budaya, jenis kelamin, kebiasaan seks, kondisi jasmaniah atau status ekonomi seseorang.
Semantara itu Howard berpendapat bahwa pendidikan multikultural memberikan kompetensi multikultural. Pada masa awal kehidupan siswa, waktu banyak dilalui di daerah etnis dan kulturnya masing-masing. Kesalahan dalam mentrasnformasi nilai, aspirasi, atiket dari budaya tertentu, sering berdampak pada primordialisme kesukuan, agama dan golongan yang berlebihan. Ini merupakan sebuah faktor yang menyebabkan terjadinya permusuhan antar etnis dan golongan. Melalui pendidikan multikultural sejak dini anak diharapkan mampu menerima dan memahami perbedaan budaya yang berdampak pada perbedaan usage (cara individu berperliku), folkways (kebiasaan yang ada di masyarakat), mores (tata kelakuan di masyarakat), dan customs (adat istiadat suatu komunitas).
Definisi yang lebih rinci dikemukakan oleh James Banks, Pendidikan multikultural adalah suatu rangkaian kepercayaan (set of beliefs) dan penjelasan yang mengakui dan menilai pentingnya keragaman budaya dan etnis dalam bentuk gaya hidup, pengalaman sosial, identitas pribadi, kesempatan pendidikan dari individu, kelompok, ataupun negara. Dengan kata lain pendidikan multikultural adalah ide, gerakan, pembaharuan pendidikan, dan proses pendidikan yang tujuan utamanya adalah untuk mengubah struktur lembaga
20 pendidikan agar siswa laki-laki dan perempuan, siswa berkebutuhan khusus, dan siswa yang merupakan anggota dari kelompok ras, etnis, dan kultur yang bermacam-macam memiliki kesempatan yang sama untuk mencapai prestasi akademis di sekolah.27
Sehingga dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pendidikan multikultural dalam konteks pendidikan agama Islam, adalah suatu proses transformasi dan internalisasi nilai-nilai dasar dan ideal ajaran Islam yang berusaha mengakasentuasikan aspek-aspek perbedaan dan disparitas kemanusiaan dalam konteksnya yang luas sebagai sunnat Allah yang harus diterima dengan penuh arif dan lapang dada di tengah kenyataan kemanusiaan yang plural multikultural dalam segala dimensinya untuk mewujudkan tatanan kehidupan yang berkeadilan.28 Dari pengertian tersebut dapat dikerucutkan dalam ruang lingkup buku (siswa) Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti bahwa pendidikan multikultural merupakan proses internalisasi atau transformasi nilai-nilai dasar dan ideal ajaran islam yang terdapat dalam bahan pembelajaran berupa buku pelajaran siswa dalam usaha mengaktualisasikan nilai-nilai toleransi, kesetaraan, keadilan dan demokrasi dalam semua aspek kehidupan.
b. Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural
27 Suryana, Pendidikan Multikulkultural, hal. 196-197.
28 Ibid, hal. 325
21 Nilai merupakan suatu alat yang memberi keterengan alasan dasar bahwa “cara pelaksanaan atau keadaan akhir tertentu lebih disukai secara sosial dibandingkan cara pelaksanaan atau keadaan akhir yang berlawanan.29
Mengenai pendidikan multikultural seperti yang telah dijelaskan sebelumnya, pendidikan multikultural adalah suatu rangkaian proses memberi pengetahuan, penanaman sikap, dan melatih siswa dalam memahami serta menerima budaya yang berbeda baik bahasa, agama, ras, etnis, kelas sosial, ekonomi, kondisi jasmaniyah maupun kelompok organisasi. Pengetahuan yang diajar kepada siswa adalah tentang pentingnya kesetaraan, toleransi, menghargai sesama, anti diskrimitatif serta berlaku adil. Selain itu guru juga diwajibkan untuk bersikap adil terhadap siswa dan melatihnya dengan memberikan tugas-tugas yang memungkinkan mereka untuk saling berkolaborasi.
Ide pendidikan multikultural dijadikan sebagai sebuah komitmen global yang direkomendasikan oleh UNESCO pada bulan Oktober 1994 di Jenawa. Hasil rekomendasi tersebut memuat beberapa pesan diantaranya :30Pertama, pendidikan harus mampu mengembangkan sikap mengakui dan menerima nilai-nilai yang ada dalam kebhinekaan
29 “Nilai,” in Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas, March 31, 2020, https://id.wikipedia.org/w/index.php?title=Nilai&oldid=16774301.
30 Salmiwati, Urgensi Pendidikan Agama Islam dan Pengembangan Nilai-nilai Multikultural, Jurnal Al-Ta‟lim, Jilid 1, Nomor 4 fwebruari 2013, hal.338.
22 pribadi, jenis kelamin, masyarakat dan budaya serta mengembangkan kemampuan berbagi, bekerja sama dan berkomunikasi dengan yang lain.
Kedua, hendaknya pendidikan mampu meneguhkan jati diri dan mendorong konvergensi gagasan dan penyelesaian-penyelesaian yang memperkokoh persaudaraan, perdamaian, dan solidaritas antar pribadi dan masyarakat. Ketiga, pendidikan hendaknya meningkatkan kemampuan menyelesaikan konflik secara damai tanpa kekerasan.
Karena itu, pendidikan juga harus mampu meningkatkan pengembangan kedamaian dalam pikiran peserta didik sehingga dengan demikian mereka mampu membangun secara lebih kokoh kualitas toleransi, kesabaran, kemauan untuk berbagi dan memelihara.
Dari beberapa rekomendasi tersebut dapat dideteksi bahwa nilai- nilai yang diusung oleh pendidikan multikultural ada empat yaitu nilai toleransi, kesetaraan, demokrasi, dan keadilan.
1) Toleransi
Salah satu nilai multikultural adalah nilai toleransi, istilah toleransi berasal dari bahasa Latin dari kata Tolerare yang berarti dengan sabar membiarkan sesuatu.31 Ada juga yang mengatakan toleransi sebagai penerimaan terhadap adanya perbedaan baik untuk
31 Eko Digdoyo, “Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung Jawab Sosial Media,” 2018, hal. 19.
23 sementara maupun dalam waktu lama.32 Secara luas toleransi merupakan suatu sikap seseorang yang tidak menyimpang dari aturan, dimana ia menghormati atau menghargai setiap tindakan yang dilakukan orang lain.33 Sehingga dalam konteks sosial seseorang dapat menghargai agama, organisasi, partai politik serta kelompok- kelompok lain yang bersebrangan dengannya tanpa harus merubah keyakinan dan pandangannya tentang sesuatu.
Definisi toleransi tersebut sangat sesuai dengan pengertian pendidikan multikultural menurut James Bank. Ia mengatakan bahwa pendidikan multikultural sebagai pendidikan people of color.
Pendidikan people of color hanya akan terwujud apabila adanya nilai-nilai toleransi karena dengan nilai tersebutlah suatu kelompok orang yang beragam dapat hidup rukun dan saling menghormati. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa nilai toleransi adalah bagian dari nila-nilai Pendidikan multikulturalis.
Pendapat tersebut juga dikuatkan oleh Musa Asy‟arie yang mengatakan bahwa pendidikan agama multikultural bermakna sebagai proses hidup cara menghormati, tulus, toleransi terhadap keragaman budaya yang hidup di tengah-tengah masyarakat plural.34
32 Yaya Suryana, Pendidikan Multikulkultural, hal. 158.
33 Eko Digdoyo, “Kajian Isu Toleransi Beragama, Budaya, dan Tanggung Jawab Sosial Media.”
34 Yaya Suryana, Pendidikan Multikulkultural, hal. 197.
24 2) Kesetaraan/kesamaan
Akar kata kesetaraan adalah setara atau sederajat. Sehingga kesetaraan dapat disebut sebagai kesederajatan. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) sederajat artinya sama tingkatan, martabat, atau kedudukan.35 Sehingga kesetaraan atau kesederajatan menunjukkan sama tingkatan, kededukan dan tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah satu sama lain.
Semua manusia adalah setara di hadapan Tuhan. Yang membedakannya adalah kualitas kedekatan dan ketaataanya dalam menjalankan perintahnya. Sehingga konsep inipun berlaku untuk laki-laki dan perempuan, sehat atau sakit, miskin atau kaya, orang berkulit putih maupun hitam semuanya sama di mata Tuhan.36
Sehingga dalam konteks pendidikan, kesetaraan merupakan penyamarataan hak terhadap semua aspek maupun golongan yang ada dalam ruang lingkup pendidikan baik di lihat dari segi hubungan antar sesama guru, guru dengan siswa, siswa dengan siswa maupun kebijakan-kebijakan yang diterapkan. Misalnya, dalam hal yang lebih spesifik yaitu ketika prose pembelajaran, implementasi dari nilai kesetaraan ini terlihat ketika guru senantiasa memperlakukan semua siswanya dengan sama tanpa ada yang didiskriminasi. Begitu juga
35 “Arti Kata Sederajat - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online,” accessed April 15, 2020, https://typoonline.com/kbbi/sederajat.
25 dengan para siswa, ia tidak pernah menganggap temannya lebih rendah atau lebih bermartabat darinya baik dari aspek ekonomi, status sosial, gender, maupun bentuk fisik.
Nilai kesetaraan dikatakan sebagai salah satu nilai pendidikan multikultural karena banyak dari para pakar yang mendefinisikan pendidikan multikultural yang memuat nilai kesetaraan. Seperti James Banks yang mengatakan bahwa pendidikan multikultural adalah pendidikan yang bertujuan untuk mengubah struktur pendidikan agar semua siswa memiliki kesempatan yang sama dalam mendapatkan prestasi akademik di sekolah.
3) Keadilan
Keadilan memiliki makna persamaan (musawah, ega-lite) dan anti diskriminasi dalam segala hal. Maksudnya adalah bahwa orang dikatakan adil apabila memperlakukan semua orang secara sama.
Secara sama yang dimaksud adalah bukan dilihat pada kesamaan jumlah atau ukuran (subyektif) melainkan dilihat pada kesamaan hak setiap orang yang harus dilindungi dan diberikan . Dalam pengertian lain juga disebutkan bahwa keadilan merupakan perhatian kepada hak-hak pribadi dan pemenuhan hak orang lain yang berhak (ithaa kulli dzii haqq haqqahuu).
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa prinsip keadilan (sosial) adalah setiap orang memiliki hak yang sama dan
26 tidak ada yang diperlakukan diskriminatif, serta memperoleh perhatian baik berkenaan dengan hak pribadi maupun hak-haknya.37
Dalam konteks pendidikan, nilai keadilan harus benar-benar diimplementasikan. Indikator terimplementasinya keadilan dalam pendidikan adalah dengan adanya kebijakan serta kurikulum yang memiliki muatan nilai-nilai keadilan. Misalnya siswa memiliki hak untuk mendapat perlakuan yang sama dalam mendapatkan perlindungan, mengikuti proses pembelajaran, dan menggunakan fasilitas yang disediakan oleh lembaga pendidikan tanpa melihat latar belakangnya baik latar belakang budaya, agama, etnis ataupun status sosialnya di masyarakat.
4) Demokrasi/kebebasan
Dalam bukunya Banks (1993) mengatakan bahwa pembelajaran multikultural pada dasarnya merupakan program pendidikan memberikan sumbangsih dalam mewujudkan kehidupan demokrasi yang ideal bagi bangsanya.38 Pendapat tersebut mengindikasikan bahwa nilai demokrasi merupakan bagian pendikan multikultural.
37 Rochmat Wahab, “Implementasi Prinsip Keadilan Sosial Bidang Pendidikan di Indonesia Pasca Reformasi Oleh,” n.d., hal. 2-3.
38 Suparlan Alhakim, Pendidikan multikultural: strategi inovatif pembelajaran dalam pluralitas masyarakat Indonesia, 2018, hal. 1.
27 Kata demokrasi sering diartikan sebagai suatu kebebasan.
Perikles (431 SM) yaitu seorang intelektual terkenal Athena, mendefinisikan demokrasi dengan empat kriteria yaitu: (1) pemerintahan oleh rakyat dengan partisipasi rakyat yang penuh dan langsung; (2) kesamaan di depan hukum; (3) penghargaan atas semua bakat, minat keininan dan pandangan; (4) penghargaan terhadap suatu pemisahan wilayah pribadi untuk memenuhi dan mengekspresikan kepribadian individual.39
Sedangkan nilai demokrasi merupakan suatu nilai yang menjunjung tinggi kebebasan setiap orang, dan yang menjadi pembatas kebebasan tersebut adalah aturan yang dibuat atas dasar kesepakatan bersama.
Dalam pemerintahan yang demokrasi setiap orang memiliki hak dan perlakuan yang sama dalam pendidikan. Artinya dalam pendidikan setiap laki-laki maupun perempuan, anak orang kaya atau miskin, anak pejabat maupun petani, pedagang, pengusaha, bahkan anak berkebutuhan khususpun memiliki hak dan kesempatan yang sama. Yang menjadi pembeda adalah tergantung pada kualitas yang mereka miliki. Semakin mereka berkualitas baik dalam hal kemampuan intelektual, sikap/perilaku maupun keterampilan maka
39 Eep Saefullah Fatah, Masalah dan Prospek Demokrasi di Indonesia, (Jakarta: Ghalia Indonesia, 1994), hal. 5.
28 semakin besar kesempatan mendapatkan pendidikan yang bermutu.
Karena dalam demokrasi setiap orang bebas berkompetensi dan yang menjadi penentu adalah kemampuan mereka masing-masing.
Sekolah harus mampu membuat siswa merasa bahwa di sekolah merupakan surga kecil yang mengembirakan, di mana mereka dihargai, dipahami, tidak dibodoh-bodohkan, dihina, dipojokkan atau dibiarkan semaunya.40 Mereka bebas mengespresikan minat dan mengembangkan setiap kemampuannya dalam hal apapun di sekolah.
Selain yang telah disebutkan di atas, untuk mengembangkan pendidikan multikultural Burnett juga mengembangkan beberapa nilai.
Nilai-nilai tersebut di antaranya :41
1) Apresiasi terhadap kenyataan pluralitas budaya dalam masyarakat.
2) Pengakuan terhadap harkat dan martabat manusia dan Hak Asasi Manusia (HAM).
3) Pengembangan tanggung jawab masyarakat dunia.
4) Pengembangan tanggung jawab manusia terhadap planet bumi.
5. Buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti
Buku Pendidikan Agama dan Budi Pekerti adalah buku yang dijadikan sebagai sumber belajar dalam proses pembelajaran mata
40 Siti Yulaikah, hal. 18.
41 Suryana, Pendidikan Multikulkultural, hal. 263.
29 pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti yang disusun oleh praktisi-praktisi atau pakar-pakar Pendidikan Agama dan Budi Pekerti, serta diterbitkan oleh instansi formal dan disebarluaskan guna menunjang pelaksanaan proses Pembelajaran Agama Islam dan Budi Pekerti.
Dalam penelian ini, buku yang digunakan adalah Buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti SMP kelas VII (edisi revisi 2017). Buku tersebut merupakan buku yang disusun langsung oleh Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia yang diperuntukkan bagi siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP). Dalam penyusunannya mengacu pada kurikulum 2013 yang disesuaikan dengan tujuan pembelajaran yang harus dicapai oleh peserta didik yaitu pada Kompetensi Inti (KI) dan Kompetensi dasar (KD) yang telah disusun langsung oleh kementrian pendidikan dan kebudayaan.
Materi yang dikembangkan pada buku ini merupakan rumpun materi PAI yang terdiri dari 5 komponen meliputi : 1) Aqidah, 2) Akhlak dan Budi Pekerti, 3) Fiqih, 4) Sejarah Peradaban Islam dan 5) al-Qur‟an dan Hadits.
6. Buku (Siswa) yang Berkualitas
Buku (siswa) merupakan salah satu alat penunjang dalam mencapai keberhasilan proses bembelajaran. Namun tidak semua Buku (siswa) dapat memberikan kontribusi yang lebih terhadap keberhasilan apabila tidak memenuhi kriteri-kriteria buku yang berkualitas. Maka dari itu, mengetahui
30 kriteria-kriteria tersebut sangat penting dalam menilai kualitas-kualitas buku (siswa). Dalam hal ini setidaknya ada 10 kriteria buku yang berkualitas menurut Geene dan Petty, yang ditulis oleh Masnur Muslich dalam bukunya, diantaranya :
a. Buku (siswa) menarik perhatian para pemakai, yaitu siswa.
b. Buku dapat memotivasi para siswa
c. Memuat ilustrasi yang menarik minat para siswa sebagai pemakai.
d. Idealnya, buku (siswa) mempertimbangkan aspek-aspek linguistik yang sesuai dengan kemampuan siswa.
e. Buku (siswa) terintegrasi dengan ilmu-ilmu lainnya.
f. Buku(siswa) harus mampu menstimulus aktivitas-aktivitas pribadi para siswa yang memakainya.
g. Buku (siswa) harus dengan sadar dan tegas menghindari konsep-konsep yang samar-samar dan tidak bias sehingga tidak menimbulkan kebingungan bagi para siswa yang menggunakannya.
h. Mempunyai sudut pandang atau point of view yang jelas dan tegas sehingga dapat menjadi sudut pandang para pemakainya yang setia.
i. Buku (siswa) harus mampu memberi pemantapan, penekanan pada nilai- nilai anak dan orang dewasa.42
42 Masnur Muslich, Text Book Writing (Dasar-dasar Pemahaman, Penulisan dan Pemakaian Buku Teks), (Yogyakarta : Ar-Ruzz Media, 2010), hal. 50
31 F. Metode Penelitian
Asal kata metode diambil dari bahasa Yunani yaitu methodos, yang berarti cara atau jalan. Secara istilah metode adalah cara kerja untuk memahami obyek yang menjadi sasaran ilmu pengetahuan yang bersangkutan.43 Metode penelitian harus menggambarkan tentang jesnis penelitian, pendekatan penelitian, subyek penelitian, metode pengumpulan data, dan analisis data yang digunakan oleh peneliti.44
1. Jenis Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini merupakan penelitian kualitatif. Berdasarkan objek kajian, penelitian ini termasuk penelitian kepustakaan (library research), yaitu mengkaji literatur melalui riset kepustakaan.45
Penelitian ini merupakan penelitian kepustakaan untuk menganalisis nilai-nilai pendidikan multikultural yang terkandung dalam buku (siswa) mata pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII.
2. Sifat Penelitian
Penelitian ini bersifat deskriptif-analitis, yaitu mendeskripsikan makna yang tersirat, kemudian diuraikan secara teratur seluruh konsep
43 Kuncoroningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat (Jakarta : Gramedia, 1989, hal. 7
44 Rofik, dkk, Panduan Penulisan Skripsi (Yogyakarta : Jurusan Pendidikan Agama Islam Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2017) hal. 11
45 Ibid, hal. 20
32 yang ada relevansinya dengan pembahasan.46 Konsep yang diuriakan dalam penelitian ini adalah konsep pendidikan multikultural, Isi buku (siswa) mata pelajaran Pendidkan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa kelas VII.
Kemudian data-data yang telah terkumpul tersebut disusun dengan teratur dan dilakukan analisis secara mendalam.
3. Pendekatan Penelitian
Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan documen study (studi dokumen/teks). Pendekatan tersebut merupakan kajian yang mengedepankan analisis dan interpretasi bahan tertulis berdasarkan konteksnya yang salah satunya adalah buku teks/siswa . Pendekatan jenis ini digunakan oleh para peneliti untuk menentukan tingkat pencapaian pemahaman terhadap topik tertentu dalam sebuah teks.
Dalam konteks penilitian ini, peneliti menggunakan pendekatan tersebut untuk menganalisis, mereduksi, dan menginterpretasikan lalu menentukan sejauh mana buku (siswa) Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII memuat nilai-nilai pendidikan multikultural.47
46 Sutrisno Hadi, Metodelogi Research, Cet. 1 (Yogyakarta : Andi Offset, 2000), hal. 9
47 Fatkhan Amirul Huda, “Macam-macam Penelitian Kualitatif,” Fatkhan.web.id (blog), February 16, 2018, https://fatkhan.web.id/macam-macam-penelitian-kualitatif/.
33 4. Sumber Data Penelitian
Zuldafrial mengatakan bahwa sumber data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh. Sumber data terdiri dari dua macam yakni sumber data primer dan data sekunder.48
Data primer adalah sumber data penelitian yang diperoleh secara langsung oleh peneliti dari sumber aslinya. 49Dalam penelitian ini yang menjadi sumber data primer adalah buku dengan judul “Pendidikan Agama Islam (PAI) dan Budi Pekerti SMP kelas VII”, karya Muhammad Ahsan, Sumiyati dan Mustahdi. Penerbit: Pusat Kurikulum dan Perbukuan, Balitbang, Kemendikbud, Jakarta, yang diterbitkan pada tahun 2017 (edisi revisi).
Sedangkan data sekunder adalah sumber data penelitian yang diperoleh peneliti secara tidak langsung melalui media perantara. Artinya peneliti berperan sebagai pihak kedua, karena didapatkan secara tidak langsung.50 Sumber data sekunder terdiri dari buku-buku, Jurnal, artikel dan sebagainya yang membahas tentang pendidikan multikultural. Dalam konteks penelitian ini yang menjadi sumber data sekunder adalah sebagai berikut:
48 Putra, “Pengertian Data: Fungsi, Sumber, Jenis Jenis Data dan Contohnya,” Salamadian (blog), February 1, 2020, https://salamadian.com/pengertian-data/.
49 “Pengertian Data Primer dan Data Sekunder, Serta Perbedaan, Kelebihan dan Kekurangan Antara Data Primer dan Data Sekunder dalam Penelitian,” accessed May 28, 2020,
http://legalstudies71.blogspot.com/2018/10/data-primer-dan-data-sekunder-dalam.html.
50 “Pengertian Data Primer dan Data Sekunder, Serta Perbedaan, Kelebihan dan Kekurangan Antara Data Primer dan Data Sekunder dalam Penelitian.”
34 a. “Pendidikan Multikultural (Suatu Upaya Penguatan Jati diri Bangsa);
Konsep-Prinsip-Implementasi”, karya Yaya Suryana dan Rusdiana, penerbit Cv. Pustaka Setia, Bandung, tahun 2015.
b. “Pendidikan Multikultural (Strategi Inovatif Pembelajaran dalam Pluralitas Masyarakat Indonesia)”, karya Supralan Al-Hakim dan Sri Untari, Penerbit: Madani Media, kelompok Intrans Publishing dan Wisma Kalimetro, Malang, tahun 2018.
c. “Pendidikan Multikultural”, karya Choirul Mahfud, Penerbit: Pustaka Pelajar, Yogyakarta, tahun 2016.
d. “Pendidikan Islam dalam Sistem Pendidikan Nasional di Indonesia”, karya Haidar Putra Daulay, Penerbit: Kencana, Jakarta, tahun 2012.
e. “Ilmu Pendidikan”, karya Dwi Siswoyo, dkk, Penerbit: UNY Press, Yogyakarta, tahun 2013.
f. “Analisis Nilai-Nilai Pendidikan Multikultural Pada Buku Siswa Mapel Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kurikulum 2013 SD Kelas 6”, Skripsi Putra Pradana, Penerbit: UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta, Yogyakarta, tahun 2017.
g. “Analisis Nilai Toleransi Dalam Buku Pendidikan Agama dan budi Pekerti (Studi Komparasi Agama dan Agama Kristen Tingkat SMP)”, Skripsi Khoirul Alfani, Penerbit: IAIN Salatiga, Salatiga, tahun 2014.
35 5. Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode dokumentasi. Metode atau teknik ini adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku tentang pendapat, teori, dalil-dalil atau hukum-hukum dan lain-lain berhubungan dengan masalah penelitian.51
Oleh karena itu dalam penelitian ini cara mengumpulkan datanya dengan melakukan riset pada berbagai buku, jurnal maupun artikel yang berupa media cetak maupun melakukan penelurus menggunakan internet yang membahas tentang hal-hal yang berkaitan dengan penelitian. Adapun langkah-langka dalam pengumpulan data tersebut adalah :
a. Peneliti membaca secara komprehensif dan kritis dilanjutkan dengan mengamati dan mengidentifikasi setiap isi di dalam objek penelitian lalu menguraikannya dengan cara mengklasifikasikan secara sistematis, mulai dari judul buku sampai pada materi-materi tiap babnya.
b. Peneliti mencatat dan mengklasifikasikan setiap isi buku yang memiliki muatan nilai-nilai pendidikan multikultural.
c. Peneliti menganalisis objek penelitian kemudian ditafsirkan dan memberi penilaian.
51 Iryana Risky Kawasati, “Teknik Pengumpulan Data Metode Kualitatif” (Sorong, Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Sorong, 2018), hal. 11.
36 6. Metode Analisis Data
a. Metode Content Analysis (Analisis Isi)
Metode yang digunakan untuk menganalisis data pada penelitian ini adalah metode content analiysis (analisis isi). Metode ini memungkinkan peneliti untuk mendapatkan muatan, isi, serta pesan- pesan nilai pendidikan multikultural dalam setiap fitur, rubrikasi, dan uraian dalam pokok bahasan dengan mengesampingkan makna-makna simbolik yang terdpat di dalamnya.52
b. Metode Reduksi Data
Pada metode ini peneliti melakukan proses identifikasi, klasifikasi, dan kondisifikasi terhadap data penelitian. Pada tahap identifikasi data, peneliti menggunakan pendekatan oyektif untuk menemukan data tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku siswa Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti kelas VII.
Selanjutnya pada tahap klasifikai dan kodifikasi, peneliti mengelompokkan data hasil identifikasi ke dalam 4 (empat) nilai-nilai p pendidikan multikultural yang meliputi nilai toleransi, kesetaraan, demokrasi, dan keadilan.
c. Metode Interpretasi
Metode interpretasi merupakan pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoritis terhadap suatu penafsiran. Berkaitan dengan
52 Farid Wajidi, Pengantar Teori dan Metodologi (Jakarta: Rajawali, 1991), hal. 32.
37 penelitian ini, maka peneliti melakukan kegiatan pemberian makna pada paparan bahasa berupa paragraf-paragraf yang mengemban gagasan tentang nilai-nilai pendidikan multikultural dengan melalui kegiatan membaca, menganalisis dan mengintruksi.53
G. Sistematika Pembahasan
Dalam skripsi ini penulis menuangkan hasil penelitian dalam tiga bagian (awal, inti, dan akhir) untuk memberikan gambaran pembahasan secara menyeluruh dan sistematis.
Sesuai dengan buku panduan penulisan skripsi, pada bagian awal skripsi ini terdiri dari beberapa halaman diantaranya adalah halaman surat pernyataan keaslian, surat persetujuan skripsi, pengesahan, motto, persembahan, abstrak, kata pengantar, daftar isi, dan daftar lampiran.
Kemudian pada bagian inti yaitu memuat tiga bab, yaitu bab I yang terdiri dari pendahuluan yang memuat latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan dan kegunanaan penelitian, kajian pustaka, landasan teori, metode penelitian, dan sistematika pembahasan.
Sedangkan pada bab II memuat deskripsi gambaran umum serta materi buku Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti siswa SMP kelas VII.
Selanjutnya untuk bab III yaitu memaparkan hasil analisis terkait muatan nilai-nilai pendidikan multikultural dalam buku “Pendidikan Agama
53 Sumadi Suryabrata, Metodelogi Penelitian, (Jakarta: PT Raja Grafindo,1995), hal. 87
38 Islam dan Budi Pekerti untuk SMP kelas VII” serta menjelaskan urgensi mengajarkan nilai-nilai pendidikan multikultural pada anak usia remaja dikaitkan dengan tugas psikologi perkembangan remaja.
Untuk bab IV atau bab penutup yaitu meliputi kesimpulan yang dipaparkan secara tegas dan lugas serta menyeluruh sesuai dengan permasalahan penelitian. Sekaligus saran-saran dan kata penutup.