PENDAHULUAN
Batasan Masalah
Dan hanya sebatas penelitian pada Bank Umum Syariah (BUS) dan Unit Usaha Syariah (UUS), yang datanya diambil dari website Otoritas Jasa Keuangan (OJK). 13 Kristen Naibaho, Sri Mangesti Rahayu, “Pengaruh PDB, Inflasi, BI Rate, Nilai Tukar Terhadap Non Performing Loan Bank Umum Konvensional di Indonesia (Studi pada Bank Umum Konvensional yang Terdaftar di Bursa Efek Indonesia Periode 2012-2016 . "
Rumusan Masalah
Tujuan Penelitian
Kegunaan Penelitian
Penelitian Terdahulu
KAJIAN TEORI
Perbankan Syariah
Bank pada dasarnya adalah suatu badan yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk pembiayaan atau dengan kata lain menjalankan fungsi intermediasi keuangan. Dalam sistem perbankan di Indonesia, terdapat dua jenis sistem operasional perbankan, yaitu bank konvensional dan bank syariah. 21 Tahun 2008 tentang Perbankan Syariah, Bank Syariah adalah bank yang melakukan kegiatan usaha berdasarkan prinsip syariah atau asas hukum Islam yang diatur dalam fatwa Majelis Ulama Indonesia, seperti asas keadilan dan keseimbangan ('adl wa tawazun). , kemaslahatan (maslahah), universalisme (alamiyah), dan tidak mengandung unsur gharar, maysir, riba, kezaliman dan haram.1.
Perbankan Syariah menjalankan kegiatan usahanya berdasarkan prinsip syariah, demokrasi ekonomi, dan prinsip kehati-hatian. Berdasarkan kegiatannya, bank syariah dibedakan menjadi Bank Umum Syariah (BUS), Unit Usaha Syariah (UUS), dan Bank Pembiayaan Rakyat Syariah (BPRS).
Pembiayaan Konsumtif
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pembiayaan Konsumtif 20
Produk Domestik Regional Bruto (PDRB)
Pertumbuhan ekonomi adalah upaya peningkatan kapasitas produktif untuk mencapai tambahan output, yang diukur dengan menggunakan Produk Domestik Regional Bruto suatu wilayah.12. PDB mengukur nilai barang dan jasa yang diproduksi di wilayah suatu negara tanpa memandang kepemilikan/kewarganegaraan pada suatu periode tertentu. Produk domestik bruto regional dapat dihitung berdasarkan dua ukuran, yaitu harga berlaku dan harga konstan.
Produk domestik bruto atas dasar harga berlaku adalah nilai barang dan jasa yang diproduksi suatu negara dalam satu tahun dan dinilai menurut harga yang berlaku pada tahun tersebut. PDRB merupakan besarnya nilai tambah terhadap barang dan jasa yang dihasilkan oleh berbagai unit produksi di wilayah suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya triwulanan dan tahunan). Belanja konsumsi rumah tangga, belanja konsumsi LNPRT, belanja konsumsi pemerintah, pembentukan modal tetap domestik bruto, perubahan persediaan, ekspor barang dan jasa, impor barang dan jasa.
PDRB adalah besarnya imbalan yang diterima oleh faktor-faktor produksi di suatu negara dalam jangka waktu tertentu (biasanya satu tahun). Imbalan yang dimaksud adalah upah, bunga tanah, bunga modal dan keuntungan; semuanya sebelum dipotong pajak penghasilan dan pajak langsung lainnya.
Inflasi
Inflasi ini akan terjadi jika barang impor mengalami kenaikan harga dan berperan penting dalam kegiatan konsumsi perusahaan. Inflasi ringan atau inflasi merayap adalah inflasi yang tingkatnya kurang dari 10% per tahun. Inflasi seperti ini merupakan hal yang wajar terjadi di negara-negara berkembang yang selalu berkembang. 2) Inflasi sedang. Inflasi ini terjadi ketika harga-harga terus berubah dan naik setiap saat sehingga masyarakat tidak dapat lagi memegang uang karena nilai uang yang terus turun, yang disebut dengan inflasi yang tidak terkendali (hiperinflasi).
Hubungan PDRB dan Inflasi Terhadap Permintaan
Oleh karena itu, dengan meningkatnya inflasi maka permintaan terhadap kredit/pembiayaan juga akan meningkat.
Kerangka Berpikir
Hipotesis
METODELOGI PENELITIAN
Waktu Dan Lokasi Penelitian
Populasi Dan Teknik Pengambilan Sampel
- Populasi
- Sampel dan Teknik Pengambilan Sampel
Data Dan Teknik Pengumpulan Data
- Sumber Dan Jenis Data
- Teknik Pengumpulan Data
Variabel dan Definisi Operasional
- Varibel-Variabel Penelitian
- Definisi Operasional
Teknik Analisis Data
- Uji Asumsi Dasar
- Uji Asumsi Klasik
- Uji Hipotesis
- Koefisien Determinasi
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Perkembangan Bank Syariah Di Bengkulu
Jika perekonomian suatu daerah berkembang dengan kuat maka perkembangan perbankan juga akan meningkat. Perkembangan perbankan syariah di Bengkulu mengalami peningkatan, pada tahun 2019 jumlah cabang bank umum syariah sebanyak 1 dengan total 12 cabang.
Pembiayaan Konsumtif Bank Syariah Di Bengkulu
Perkmbangan PDRB Di Bengkulu
Perkembangan Inflasi Di Bengkulu
Inflasi merupakan salah satu indikator makro yang penting dalam sistem perekonomian, Inflasi disebabkan oleh tingginya permintaan masyarakat terhadap suatu barang dan peningkatan yang diakibatkannya. Dari triwulan I tahun 2012 hingga triwulan IV tahun 2019, inflasi di Bengkulu mengalami naik turun seperti terlihat pada tabel di bawah ini. Sumber: Bank Indonesia, Laporan BPS Bengkulu, 2012-2019 Perkembangan tingkat inflasi di Bengkulu mengalami naik turun.
Laju inflasi tertinggi terjadi pada triwulan IV tahun 2013 yaitu sebesar 9,94% yang disebabkan oleh kenaikan harga pangan pada bulan Oktober, dan kenaikan harga jasa angkutan pada bulan Desember yang mendorong inflasi pada triwulan ini ke level yang lebih tinggi. Menurut kelompok barang dan jasa, peningkatan inflasi terjadi pada kelompok makanan dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan. Pemicu utama kenaikan inflasi pada triwulan ini adalah kenaikan tarif jasa penerbangan di akhir tahun, kenaikan tarif listrik pada bulan November 2013 yang mendorong kenaikan inflasi kelompok penerangan, dan melemahnya nilai tukar rupiah. yang mendorong pelaku usaha harus menaikkan harga jual obat impor.
Tingkat inflasi terendah terjadi pada triwulan I tahun 2019 yaitu sebesar 1,65%. Penurunan laju inflasi pada triwulan I tahun 2019 terutama didorong oleh meredanya tekanan inflasi pada kelompok makanan (khususnya komoditas cabai merah, beras, dan bawang putih).
Hasil Penelitian
- Uji Asumsi Klasik
Uji multikolinearitas dilakukan untuk menjelaskan kemungkinan adanya pengaruh antara variabel independen dengan variabel independen lainnya. Dari tabel 4.8 diatas, hasil pengolahan data dengan SPSS menunjukkan nilai Durbin Watson sebesar 0,805. Nilai tersebut merupakan nilai uji autokorelasi yaitu independensi antar residu (ρres = 0) yang kemudian dibandingkan dengan nilai dU dan dL pada tabel Durbin-Watson Statistics. signifikansi 5% dengan n = 32 dan k = 2 maka nilai yang diperoleh dU = 1,5736 dL = 1,3093 Jadi nilai Durbin Watson adalah 0 < d < dL (0 < 0,805 < 1,3093) yang berarti tidak terjadi autokorelasi positif. Tidak ada gejala autokorelasi. Dari gambar di atas terlihat bahwa gambar tersebut tidak membentuk pola gelombang, tidak melebar lalu menyempit, serta titik-titik menyebar di atas dan di bawah angka 0.
Analisis regresi linier berganda digunakan untuk memprediksi atau memperkirakan (memperkirakan) nilai variabel lain. Dalam penelitian ini variabel (Y) Permintaan Pembiayaan Konsumen kemudian dihubungkan dengan dua variabel independen yaitu X1 = PPBB dan X2 = Inflasi. Persamaan regresi menunjukkan PDB (X1) berpengaruh positif terhadap Pembiayaan Konsumen (Y) dengan nilai (β1) sebesar -486.203.
Berdasarkan persamaan regresi menunjukkan bahwa variabel Inflasi (X2) mempunyai pengaruh negatif terhadap Pembiayaan Konsumen (Y) dengan nilai (β1) sebesar -114,665. b) tes. Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah variabel independen secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen atau tidak. Dimana jika sig < 0,05 maka variabel independen secara individu mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependen.
Berdasarkan tabel 4.10 diatas terlihat nilai PDRB mempunyai nilai sig sebesar 0,000 < 0,05 yang berarti H1 diterima yang berarti variabel PDRB (X1) berpengaruh signifikan terhadap permintaan pembiayaan konsumen ( kamu) punya. . Berdasarkan tabel 4.10 diatas terlihat nilai inflasi mempunyai nilai tanda 0,003 < 0,05 yang berarti H2 diterima yang berarti variabel inflasi (X2) berpengaruh signifikan terhadap permintaan pembiayaan konsumen ( kamu) punya. c) Uji F Uji F digunakan untuk mengetahui apakah variabel PDRB (X1) dan Inflasi (X2) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Permintaan Pembiayaan Konsumen (Y).
Pada tabel 4.11 diatas, hasil pengolahan uji statistik secara bersama-sama menggunakan SPSS, pengujian variabel PDRB (X1) dan Inflasi (X2) terhadap permintaan pembiayaan konsumen (Y), diperoleh nilai F signifikan sebesar 23,751 dengan tingkat signifikansi 0,000 atau turunkan standar 0,05. Dengan demikian dapat disimpulkan H3 diterima yang berarti variabel PDRB (X1) dan Inflasi (X2) secara bersama-sama mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap permintaan pembiayaan konsumen (Y). Koefisien determinasi (R Square) sebesar 0,621 atau sama dengan 62,1% yang berarti variabel Pembiayaan Konsumen (X1) dan Variabel Inflasi (X2) secara simultan (bersama-sama) mempunyai pengaruh terhadap variabel Pembiayaan Konsumen (Y) sebesar 62 0,1% sedangkan sisanya dipengaruhi oleh variabel lain di luar persamaan regresi ini atau variabel yang tidak diteliti.
Pembahasan