Otot tungkai : Otot gastrocnemius dan soleus merupakan otot yang aktif pada saat seseorang dalam posisi berdiri. Pria yang bekerja terutama sambil berdiri hampir dua kali lebih mungkin terkena varises dibandingkan pria lainnya.
WORK STATION
Pendekatan multifaset diperlukan untuk mendapatkan desain stasiun kerja yang tepat untuk pekerja yang berbeda. Persyaratan tugas dan karakteristik pengguna harus dipertimbangkan dalam kaitannya dengan pilihan desain stasiun kerja.
DISPLAY, CONTROL
Waktu pencarian lebih singkat pada layout familiar (qwerty) dan terdapat satu huruf pada satu tombol. Tata letak yang tidak diketahui (dvorak, fitaly) menghasilkan waktu pencarian terlama bahkan dengan satu huruf per kunci.
ERGONOMI UNTUK KELOMPOK KHUSUS
ERGONOMI KOGNITIF
Namun jangan bingung mengenai ruang lingkup ergonomi kognitif karena ergonomi kognitif bukan berarti hanya membahas tentang kognitif saja dan tidak membahas tentang afektif dan konatif. Ergonomi kognitif dapat mencakup afektif dan konatif dan hal ini sejalan dengan beberapa pandangan yang mengatakan bahwa konatif dapat dianggap sebagai bagian dari afektif dan/atau afektif sebagai bagian dari kognisi. Sesuai dengan penjelasan di atas, ergonomi kognitif selain mengandung pengetahuan juga tidak lepas dari perilaku, emosi, bahkan mungkin somatik.
Hal ini sesuai dengan sumber yang menyebutkan bahwa ergonomi kognitif merupakan suatu disiplin ilmu yang mempelajari aspek perilaku dan kognitif dalam hubungan manusia dengan lingkungannya, baik fisik maupun sosial. Ergonomi sebagai suatu disiplin ilmu yang mencoba mempelajari interaksi manusia (dari aspek beban fisik dan mental) dalam sistem kerjanya secara komprehensif-integral, mengklasifikasikannya sebagai kajian ergonomi kognitif. Ergonomi kognitif mempelajari kognisi dalam sistem kerja untuk mengoptimalkan kesejahteraan manusia dan kinerja sistem. Ergonomi kognitif bukan berarti hanya membahas kognitif saja dan tidak membahas afektif dan konatif.
Ergonomi kognitif merupakan disiplin ilmu yang mempelajari aspek perilaku dan kognitif hubungan manusia dengan lingkungannya, baik fisik maupun sosial.
PARTISIPATORI
Jika suatu produk memiliki tingkat kegunaan yang rendah maka pengguna akan merasa sangat tidak nyaman ketika menggunakan produk tersebut. Dengan demikian, kegunaan bertujuan untuk meminimalkan gangguan yang ditimbulkan suatu produk terhadap penggunanya. Kegunaan produk yang digunakan di tempat kerja juga berdampak pada tingkat kepuasan pekerja.
Merancang untuk kompatibilitas adalah merancang suatu produk sehingga metode pengoperasian produk sesuai dengan harapan pengguna berdasarkan pengetahuan mereka tentang jenis lain dan wawasan mereka. Tingkat kesesuaian suatu produk sangat dipengaruhi oleh stereotip masyarakat yang kemudian akan mempengaruhi persepsi mereka terhadap suatu objek. Dalam hal ini, perancang harus merancang produk yang pengoperasiannya memperhitungkan permintaan sumber daya pengguna selama interaksi. Rancang produk sehingga tindakan pengguna dikenali dan menunjukkan hasil dari tindakan tersebut.
Rancang suatu produk agar kesalahan pengguna dapat diminimalkan dan jika terjadi kesalahan pengguna dapat kembali dengan cepat dan mudah.
LAY OUT
Misalnya penelitian yang membuktikan bahwa warna merah cocok untuk meningkatkan pekerjaan yang membutuhkan konsentrasi pada detail dan biru cocok untuk meningkatkan pekerjaan yang membutuhkan kreativitas, atau penelitian yang menyatakan bahwa tim olahraga berseragam merah cenderung dominan dalam meraih kemenangan. Hal ini sesuai dengan fisiologi yang mengatakan bahwa warna merah merangsang tubuh dan pikiran, psikologi yang mengatakan bahwa warna biru memberikan kesan ketenangan pikiran atau rasa tenang, dan psikologi yang mengatakan bahwa warna merah memberikan kesan intimidasi. dan memicu emosi. Ada beberapa efek atau makna warna yang memiliki makna universal, misalnya saja warna merah dikenal hangat dan diduga dapat membangkitkan emosi mulai dari perasaan hangat dan nyaman hingga perasaan marah dan bermusuhan.
Warna merah dan biru diduga memicu respons otak yang signifikan dari warna lain dan berbeda. Warna merah mampu meningkatkan konsentrasi otak terhadap detail, sedangkan warna biru memicu kreativitas. Warna merah digunakan untuk menyembuhkan anemia dan kebotakan, sedangkan kuning digunakan untuk menyembuhkan sembelit dan rematik.
Warna merah misalnya sangat membantu penurunan berat badan, sehingga ada baiknya program diet memasukkan makanan berwarna merah sebanyak mungkin, seperti lobak, bit, dan sayuran merah lainnya.
KESEHATAN DAN KESELAMATAN KERJA
Pernyataan keberatan untuk bekerja dalam kondisi dimana persyaratan keselamatan dan kesehatan kerja serta perlengkapan perlindungan yang diperlukan diragukan, kecuali dalam hal khusus ditentukan lain oleh pegawai pengawas dalam batas yang masih dapat dihitung. Pasal ini menyebutkan bahwa kesehatan kerja meliputi pelayanan kesehatan kerja, pencegahan penyakit akibat kerja, dan persyaratan kesehatan. Dengan demikian, upaya kesehatan kerja pada hakikatnya adalah harmonisasi kapasitas kerja, beban kerja dan lingkungan kerja.
Pelayanan kesehatan kerja adalah pelayanan kesehatan yang diberikan kepada pekerja sesuai dengan jaminan sosial ketenagakerjaan dan mencakup upaya peningkatan kesehatan, pencegahan penyakit, penyembuhan penyakit, dan pemulihan kesehatan. Persyaratan lingkungan kerja meliputi persyaratan kesehatan pekerja, baik fisik maupun psikis, tergantung pada jenis pekerjaan, persyaratan bahan baku, peralatan dan proses kerja serta persyaratan tempat atau lingkungan kerja. Dalam pasal tersebut ditegaskan bahwa yang mempunyai tugas menyediakan lingkungan kerja adalah tempat-tempat yang mempunyai risiko bahaya kesehatan atau mudah tertular penyakit, atau mempunyai pegawai lebih dari 10 orang.
Oleh karena itu, program peningkatan Keselamatan Berbasis Perilaku yang efektif perlu dilaksanakan sebagai upaya untuk meningkatkan kinerja K3 di tempat kerja 1) Menjelaskan hambatan dalam meningkatkan keselamatan pekerja di Indonesia 2) Perilaku apa saja yang dapat menyebabkan kecelakaan kerja.
KELELAHAN /STRESS KERJA
Agar ketenagakerjaan selaras dan seimbang, kedua sistem berada dalam keadaan yang menjamin stabilitas. Jika keadaan seperti itu berlarut-larut, akan muncul tanda-tanda kemunduran kesehatan, lebih tepatnya disebut “kelelahan klinis atau kronis”. Pekerja yang mempunyai masalah psikologis dan masalah lainnya dengan cepat mengembangkan suatu bentuk kelelahan kronis dan sangat sulit untuk melepaskan kaitannya dengan masalah psikologis.
Apabila produktivitas pekerja terganggu karena kelelahan fisik atau mental, maka perusahaan akan merasakan akibatnya berupa menurunnya produktivitas perusahaan. Kelelahan dan stress yang hebat juga akan sangat mengganggu proses metabolisme dan hormonal dalam tubuh kita.Kelelahan terjadi karena kita dipaksa secara fisik dan mental untuk bekerja terus menerus tanpa istirahat yang cukup. Dengan kondisi seperti ini diharapkan tingkat kelelahan pekerja dapat ditekan dan dikendalikan pada tingkat yang wajar sehingga produktivitas kerja tidak terganggu.
Untuk mencegah dan mengatasi memburuknya kondisi kerja akibat faktor kelelahan kerja, disarankan untuk:
BAHAYA DI TEMPAT KERJA (HAZARD)
Administrasi Keselamatan dan Kesehatan Kerja (OSHA) mewajibkan perusahaan untuk melindungi karyawannya dari bahaya di tempat kerja yang dapat menyebabkan cedera. Penggunaan alat pelindung diri (APD) untuk mengurangi paparan karyawan terhadap bahaya diperlukan ketika pengendalian teknik dan pengendalian administratif (klik di sini untuk informasi lebih lanjut mengenai pengendalian) tidak layak atau efektif dalam mengurangi paparan tersebut ke tingkat yang dapat diterima. Secara umum, perusahaan bertanggung jawab untuk: Melakukan “penilaian bahaya” di tempat kerja untuk mengidentifikasi dan mengendalikan bahaya fisik dan kesehatan. Mengidentifikasi dan menyediakan alat pelindung diri.
Maka perusahaan harus melindungi karyawannya dari bahaya atau risiko di tempat kerja, seperti mesin, bahan berbahaya, dan prosedur kerja yang berbahaya. Perusahaan harus melakukan pengendalian yaitu pengendalian teknis dan pengendalian praktek kerja. Alat Pelindung Diri (APD) atau Personal Protective Equipment (PPE) dalam bahasa Inggris adalah serangkaian peralatan yang digunakan oleh staf untuk melindungi seluruh karyawan. / bagian tubuhnya terhadap kemungkinan potensi bahaya/kecelakaan kerja.
Semua itu dilakukan melalui tiga cara, yaitu pengendalian teknik, pengendalian praktik kerja, dan alat pelindung diri.
MAKRO ERGONOMI
Makro-ergonomi didefinisikan sebagai pendekatan top-down terhadap sistem sosio-teknis yang digunakan untuk merancang sistem kerja secara keseluruhan pada berbagai tingkat interaksi mikro-ergonomis dan memanfaatkan hasilnya dalam desain pekerjaan manusia, desain manusia-mesin, dan manusia-perangkat lunak. -desain antarmuka (Hendrick & Kleiner, 2001). Pendekatan makroergonomi berupaya menciptakan harmonisasi atau keseimbangan dalam sistem kerja secara keseluruhan (Davis & Moro, 2004). Makroergonomi menghubungkan mikroergonomi tradisional dengan dasar-dasar perangkat keras, perangkat lunak, pekerjaan, atau lingkungan.
Makroergonomi adalah pendekatan sosioteknik top-down yang diterapkan pada desain sistem kerja secara keseluruhan pada berbagai tingkat mikroergonomi, seperti pekerjaan manusia, manusia-mesin, dan manusia-perangkat lunak, dengan tujuan untuk meningkatkan optimalisasi desain sistem kerja. dan memastikan sistem kerja berfungsi secara harmonis. Makroergonomi berperan dalam perancangan berbagai sistem sosioteknik dalam kaitannya dengan “organisasi manusia” dan “teknologi”. Bagi para ahli ergonomi, makroergonomi merupakan perspektif untuk melihat sistem dalam skala yang lebih besar sehingga investasi berdasarkan mikroergonomi lebih berhasil.
Kegiatan ergonomis ini tergolong sosioteknik, tetapi tidak komprehensif sehingga tidak dapat disebut makroergonomi.
SHIFT WORK
Duchon (dalam Timpe, 1992) juga menambahkan bahwa shift kerja mempunyai rotasi, yaitu perubahan jadwal kerja antara pegawai yang satu dengan pegawai yang lain. Jadwal kerja 2 – 3 – 2 merupakan jadwal shift kerja yang paling sering digunakan oleh pabrik atau perusahaan yang bergerak di bidang jasa. Kerja shift berdampak pada kualitas hidup individu atau karyawan yang bekerja dengan sistem shift.
Selain itu, perubahan pekerjaan juga berdampak pada karyawan dalam hubungannya dengan keluarga, partisipasi sosial, dan kesempatan untuk melakukan aktivitas waktu luang. Dari uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa shift kerja dapat memberikan dampak fisiologis dan psikologis terhadap karyawan. Duchon (dalam Timpe, 1992), membagi jadwal waktu kerja menjadi :. a) 8 jam : terdiri dari shift pagi, shift siang dan shift malam b) 12 jam : terdiri dari shift pagi dan shift malam.
Menurut susunan jadwal shift yang dikemukakan oleh Duchon (dalam Timpe, 1992), shift ini termasuk dalam klasifikasi kerja 12 jam.
STRESS KERJA
Situasi politik yang tidak menentu seperti yang terjadi di Indonesia, banyak menimbulkan protes dari berbagai kalangan yang tidak puas dengan keadaannya. Kurangnya dukungan sosial dari rekan kerja dan hubungan interpersonal yang buruk dapat menimbulkan stres yang signifikan, terutama pada karyawan yang memiliki kebutuhan sosial yang tinggi. Faktor-faktor tersebut antara lain kehidupan pribadi karyawan terutama masalah keluarga, masalah ekonomi pribadi dan ciri-ciri kepribadian bawaan. a) Faktor masalah keluarga.
Kesulitan dalam perkawinan, rusaknya hubungan dan kesulitan disiplin anak adalah contoh masalah hubungan yang menimbulkan stres bagi karyawan dan terbawa ke tempat kerja. Diciptakan oleh individu yang tidak mampu mengelola sumber daya keuangannya merupakan contoh kesulitan pribadi yang dapat menimbulkan stres bagi karyawan dan mengalihkan perhatian mereka dari pekerjaannya. Artinya, gejala stres yang diungkapkan di tempat kerja sebenarnya berasal dari kepribadian orang tersebut.
Tekanan untuk menghindari kesalahan atau menyelesaikan tugas dalam waktu terbatas, beban kerja berlebihan, atasan yang menuntut dan tidak peka, serta rekan kerja yang tidak menyenangkan.