• Tidak ada hasil yang ditemukan

soal imunologi 2025

N/A
N/A
Erna Wati

Academic year: 2025

Membagikan "soal imunologi 2025"

Copied!
3
0
0

Teks penuh

(1)

UTS IMUNOLOGI

Nama : Ernawati NIM : 4820102240010 Kelas : F (RPL)

1. Jelaskan peranan MHC II saat seseorang terkena penyakit flu!

2. Jelaskan perbedaan antara IgA, IgD, IgE, IgM, dan IgG! Buatlah contohnya

3. Apakah yang terjadi pada IgG, dan IgM saat seseorang sedang sembuh, sakit, baru sembuh dari penyakit tertentu?

4. Jelaskan peranan sel leukosit dan antibody saat seseorang terserang virus COVID

5. Buatlah kasus tentang suatu penyakit yang berkaitan dengan hipersensitifitas tipe cepat, menengah, atau lambat! Apakah reaksi imun tersebut dimediasi oleh sel tertentu?

6. Jelaskan proses terjadinya anafilaksis (berkaitan dengan IgE)!

7. Bahas 1 kasus yang berkaitan dengan system imun dan apakah pengobatan yang dijalani?

(bisa dicari di google scholar)!

JAWABAN

1. Peranan MHC II (Major Histocompatibility Complex kelas II) saat seseorang terkena penyakit flu adalah memicu respon imun adaptif, khususnya mengaktivasi sel T helper (CD4⁺).

Tahapannya adalah saat seseorang terkena flu (misalnya akibat infeksi virus influenza), virus masuk ke dalam tubuh dan akan ditangkap oleh sel-sel penyaji antigen (Antigen Presenting Cells / APC) seperti :makrofag, sel dendritic dan sel B. APC menelan virus (melalui fagositosis atau endositosis), kemudian memprosesnya. Fragmen virus hasil pemrosesan (antigen) akan dipasangkan dengan MHC II di dalam vesikel sel, setelah itu: kompleks MHC II-antigen dibawa ke permukaan sel APC, sel APC memperlihatkan” antigen virus flu ke sel T helper (CD4⁺), jika cocok, sel T helper akan diaktifkan, lalu mengeluarkan sitolokin. sel T helper yan aktiv akan membantu aktivasi sel B menghasilkan antibodi untuk melawan virus flu, juga membantu aktivasi sel T sitotoksik (CD8⁺) secara tidak langsung, melalui peningkatan interaksi imun serta meningkatkan respon inflamasi untuk mengeliminasi infeksi.

2. Perbedaan Imunoglubulin

Jenis Imunoglobulin Fungsi Utama Lokasi Contoh

IgA Melindungi

permukaan mukosa Mukosa saluran napas, usus, air liur, air mata, ASI

Melindungi dari infeksi saluran pernapasan dan diare

IgD Reseptor antigen

pada sel B (fungsi belum jelas)

Reseptor antigen pada sel B (fungsi belum jelas)

Tahap awal aktivasi sel B sebelum membentuk

antibodi lain

(2)

Jenis Imunoglobulin Fungsi Utama Lokasi Contoh

IgE Reaksi alergi dan

perlindungan dari parasit

Terikat pada sel

mast dan basofil Reaksi alergi seperti asma, gatal-gatal, anafilaksis

IgM Antibodi pertama

saat infeksi akut Sirkulasi darah dan

limfa Deteksi awal infeksi, seperti IgM anti-HAV pada hepatitis A

IgG Imunitas jangka

panjang, antibodi terbanyak

Darah, cairan tubuh, menembus plasenta

Imunitas pasca vaksinasi atau infeksi;

perlindungan janin

3. Yang terjadi saat seseorang baru sembuh dari penyakit, IgM turun, dan IgG meningkat menunjukkan bahwa infeksi sudah berakhir, dan tubuh mulai membentuk imunitas jangka panjang terhadap penyakit tersebut.

4. Peran Leukosit (Sel Darah Putih)

a. Makrofag & Neutrofil: Menyerang dan memakan virus di saluran napas.

b. Sel Dendritik: Menyampaikan informasi virus ke sel T.

c. Sel T (CD4 & CD8): CD4⁺ membantu mengaktifkan sel B, CD8⁺ menghancurkan sel tubuh yang terinfeksi.

d. Sel B: memproduksi antibodi spesifik untuk melawan virus.

Peran Antibodi

a. IgM: Muncul pertama saat infeksi, tanda infeksi awal/aktif.

b. IgG: Muncul belakangan, bertahan lama, tanda sudah sembuh atau kebal.

c. IgA: Ada di lendir saluran napas, cegah virus masuk ke sel.

5. Jenis: Hipersensitivitas Tipe I (Cepat) Deskripsi Kasus:

Seorang anak laki-laki usia 9 tahun sering mengalami batuk, sesak napas, dan bunyi mengi (wheezing) saat berada di lingkungan dingin atau berdebu. Gejala muncul cepat (dalam beberapa menit) setelah terpapar udara dingin, terutama di malam atau pagi hari.

Sel-sel yang melakukan mediasi terhadap reaksi Imun : Saat pertama kali terpapar alergen (debu, udara dingin memicu reaksi silang), sel B menghasilkan IgE spesifik terhadap alergen. Ig E menempel pada permukaan sel mast di saluran napas. Ketika terpapar kembali alergen mengikat IgE, sel mast melepas histamin dan mediator lain, saluran napas menyempit dan terjadi produksi lendir berlebih kemudian muncul gejala asma atau alergi saluran nafas.

(3)

Jenis: Hipersensitivitas Tipe II (menengah) Deskripsi Kasus:

Seorang anak perempuan usia 8 tahun datang ke puskesmas dengan keluhan lemas, pucat, dan urin berwarna gelap. Pemeriksaan darah menunjukkan jumlah sel darah merah menurun, dan tes antibodi positif terhadap eritrosit.

Sel-sel yang melakukan mediasi terhadap reaksi Imun : Tubuh keliru mengenali eritrosit sebagai zat asing, antibodi (IgG atau IgM) terbentuk melawan antigen di permukaan eritrosit, antibodi memicu aktivasi komplemen yang mengakibatkan sel darah merah menjadi lisis dan terjadi fagositosis oleh makrofag (karena eritrosit ditandai antibodi).

Jenis: Hipersensitivitas Tipe III (lambat) Deskripsi Kasus:

Seorang anak laki-laki usia 10 tahun datang ke klinik dengan keluhan demam, ruam merah di kulit, dan nyeri sendi, sekitar 1–2 minggu setelah sembuh dari infeksi tenggorokan (kemungkinan streptokokus). Tes laboratorium menunjukkan adanya kompleks imun dalam darah dan peningkatan faktor peradangan.

Sel-sel yang melakukan mediasi terhadap reaksi Imun : Setelah infeksi, terbentuklah antibodi (IgG atau IgM) terhadap antigen bakteri, Antigen dan antibodi membentuk kompleks imun, kompleks ini mengendap di jaringan (misalnya ginjal, sendi, kulit), komplemen yang aktiv menarik neutrofil kemudian terjadi peradangan dan kerusakan jaringan.

6. Anafilaksis terjadi saat IgE yang menempel pada sel mast mengenali alergen, memicu pelepasan histamin dan mediator lain yang menyebabkan reaksi alergi hebat dalam waktu singkat.

7. Kasus: Anak 4 Tahun dengan Sindrom Immunodeficiency APDS2 dan COVID-19 Berat.

Latar Belakang dan Gambaran Klinis : Seorang anak laki-laki berumur 4 tahun didiagnosis dengan activated PI3K delta syndrome type 2 (APDS2) — yaitu kelainan immunodefisiensi primer yang menyebabkan gangguan fungsi sel T dan B. Ia kemudian terserang COVID-19 dengan gejala pernapasan yang parah dan inflamasi sistemik.

Mekanisme Gangguan Imun

Pada APDS2, mutasi gen PI3K delta menyebabkan disregulasi sel T dan B: T-cells terlalu aktif tapi tidak efektif, B-cells abnormal menyebabkan infeksi berat dan inflamasi yang berlebihan.

Saat terinfeksi SARS-CoV-2, sistem imun tidak bisa membersihkan virus efisien, namun juga memicu respon inflamasi berat (cytokine storm).

Pengobatan yang Dijalani

Antiviral: Remdesivir digunakan untuk membantu mempercepat pembersihan virus dikombinasi dengan nitazoxanide untuk meningkatkan clearance dan mengurangi kemungkinan resistensi.

Imunomodulator / Anti-inflamasi: Kortikosteroid dosis tinggi diberikan untuk menekan peradangan sistemik akut, Tocilizumab (anti-IL-6 receptor monoclonal antibody) digunakan untuk meredam respons sitokin yang berlebihan

Referensi

Dokumen terkait

Tidak adanya daya sensitivitas dari antibodi monoklonal subklas IgG 3 dalam mengenali epitope antigen S.mutans dapat dikarenakan oleh beberapa hal yang dapat

Antibodi adalah 2at kekebalan yang dilepaskan oleh sel darah putih untuk  mengenali serta menetralisir antigen (bibit penyakit baik virus maupun bakteri) yang mengenali

Tipe III juga melibatkan reaksi IgG dan IgM antibodi, tetapi berbeda dari reaksi tipe II, antibodi yang diarahkan terhadap antigen terdistribusikan secara luas

Hasil induksi antigen PSPB dari sapi bunting pada hewan coba kelinci dapat merespon imun dalam memproduksi antibodi poliklonal berpengaruh terhadap jumlah sel limfosit,

Hal ini didukung oleh pernyataan Artama (1992) dan Bellanti (1993) bahwa selama respons sekunder ini sel-sel imunokompeten lebih cepat mengenali antigen karena sudah

Reaksi hipersensitivitas Tipe II disebut juga reaksi sitotoksik atau sitolitik, terjadi karena dibentuk antibodi jenis IgG atau IgM terhadap antigen yang merupakan

–Pilih darah yang tidak mengandung antigen yg melawan antibodi yang ditemukan –Lakukan DCT darah donor + + Ditemukan Antibodi dalam uji saring antibodi dan atau melawan sel

Makalah ini membahas tentang imunodefisiensi primer yang disebabkan oleh defisiensi antibodi pada orang dewasa. Defisiensi antibodi primer adalah kondisi di mana tubuh tidak dapat memproduksi antibodi yang cukup untuk melawan infeksi. Makalah ini membahas tentang berbagai jenis defisiensi antibodi primer, termasuk X-Linked Agammaglobulinemia (XLA), Common Variable Immunodeficiency (CVID), Selective IgA Deficiency (IgAD), dan Hyper IgM Syndrome (HIGM). Makalah ini juga membahas tentang penyebab, gejala, diagnosis, dan pengobatan defisiensi antibodi