Strategi Guru Pendidikan Agama Islam Dalam Menanamkan Nilai-Nilai Pluralistik Keagamaan Pada Siswa SMP Negeri 9 Kota Bengkulu Fakultas Tarbiyah dan Tadris. Mengungkap dan menjelaskan strategi guru pendidikan agama Islam dalam mengajarkan konsep nilai pluralistik agama di SMP Negeri 9 Kota Bengkulu.
PENDAHULUAN
- Identifikasi Masalah
- Batasan Masalah
- Rumusan Masalah
- Tujuan Penelitian
- Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritis
- Sistematika Penulisan
Dapat menambah ilmu pengetahuan khususnya teori-teori yang berkaitan dengan penanaman nilai-nilai pluralisme agama. Bagi orang tua, hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan memberikan masukan serta pertimbangan mengenai upaya guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai pluralisme agama.
LANDASAN TEORI
Pengertian Pluralisme Agama
Dakwah keagamaan yang selama ini bersifat meningkatkan jumlah pemeluknya dengan cara mengajak pemeluk agama lain untuk memeluk agamanya, ke arah peningkatan kualitas pengalaman beragamanya.14. Salah satu ukuran kinerja yang digunakan adalah prestasi akademik yang mengacu pada pencapaian suatu taksonomi pendidikan yang mencakup aspek kognitif, emosional, dan psikomotorik.
Nilai-nilai Pluralisme Agama dalam Islam
17Yunus Muhammad, 2017, Implementasi nilai-nilai toleransi beragama dalam pengajaran pendidikan agama Islam, (AL-ISHLAH, Jurnal Ilmu Pendidikan) Jilid XV, nomor 2, hal. 20 Ikmal, 2015, Internalisasi Nilai Pluralistik Dalam Pendidikan Islam, (IAIN Manado: Jurnal Pendidikan Islam) volume 9 nomor 1, hal.7.
Pluralisme agama menurut perspektif pemuka agama
Saat bermain, orang tua dan anak berkomunikasi dengan saling mendengarkan melalui cerita dan percakapan. Dan menjadi tantangan baru bagi masyarakat modern untuk dapat menerima hal tersebut sebagai fakta sosial yang tidak dapat dihindari.
Konsep pluralisme dalam dunia pendidikan (Menurut K.H abdurrahman wahid)
Yang dilihatnya adalah niat dan perbuatannya yang baik, sebagaimana sabda Nabi: “Allah tidak melihat tubuh dan wajahmu, tapi perbuatan dan hatimu.” Bagi Gus Dur, dia adalah orang yang jujur. Secara sosiologis, pengakuan terhadap pluralisme agama dan aspek lainnya merupakan bentuk pluralisme yang paling sederhana, karena pengakuan tersebut tidak berarti membolehkan pengakuan terhadap kebenaran teologis atau etika agama lain. Gus Dur mengatakan, pandangannya tentang pluralisme tidak mencakup pembahasan kebenaran yang ada pada agama lain.
Kritiknya terhadap agama lain adalah kritik sosial, dalam artian misalnya. mengkritik misi atau praktik misionaris Kekristenan. Ia tidak mengkritik berbagai ajaran teologis agama Kristen.25 Artinya, pandangan pluralistiknya dibatasi oleh nilai-nilai keimanan atau tidak adanya pertemuan dalam konteks keimanan, namun hanya sebatas pada pengakuan terhadap agama lain.
Permasalahan pluralisme dalam dunia pendidikan
Ingatlah bahwa pluralisme punya dua pilihan, dan agama menjadi salah satu faktor pemicu konflik. Sebab pluralitas agama, sebagai sebuah fakta sosiologis yang pada akhirnya mencerminkan berbagai jalan menuju Yang Esa, merupakan persoalan yang relatif dan mutlak. Guru-guru di sekolah yang merupakan pengemban pendidikan agama dari tingkat terendah hingga tertinggi hampir tidak tersentuh oleh gelombang pertarungan intelektual dan wacana keagamaan dan keagamaan seputar isu pluralisme dan dialog antar umat beragama.
Oleh karena itu, tidak mengherankan jika tumbuhnya bentuk radikalisme agama yang dilakukan oleh sebagian masyarakat menjadi ancaman serius bagi berlangsungnya pendidikan pluralisme yang mengedepankan keterbukaan dan dialog timbal balik. 27 Saihu, Aziz Abdul, 2020, Penerapan Metode Pendidikan Pluralisme Pada Mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam, (PTIQ Jakarta: Jurnal Pendidikan Islam), vol.5 nomor 1, hal.139.
Pengertian Guru Pendidikan Agama Islam
Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam adalah seorang pendidik yang harus mempunyai pengetahuan, keterampilan dan keahlian khusus dalam menafsirkan ajaran agama Islam serta bertugas menanamkan nilai-nilai dan ajaran agama Islam kepada peserta didik melalui bimbingan. , pengajaran, pelatihan dan penerapan pengalaman, sehingga dapat diwujudkan dalam kehidupan nyata sehari-hari. Sebab pendidikan agama Islam sangat penting bagi berkembangnya peserta didik yang beriman dan beramal shaleh.
Fungsi Guru Pendidikan Agama Islam
Oleh karena itu diperlukan guru yang mempunyai kualifikasi, kompetensi, dan dedikasi yang tinggi dalam melaksanakan tugas profesionalnya.31. Tugas nyata guru bukan hanya sekedar memberikan pengetahuan atau keterampilan tertentu kepada peserta didiknya, namun juga mewujudkan atau mencapai tujuan pendidikan, khususnya tujuan pendidikan Islam. Tujuan pendidikan Islam seperti yang diketahui saat ini adalah membimbing, membimbing dan mendidik seseorang agar memahami dan mempelajari ajaran agama Islam sehingga diharapkan ia mempunyai Kecerdasan Mental (IQ), Kecerdasan Emosional (EQ) dan mempunyai Kecerdasan Spiritual. Kecerdasan (SQ) untuk menjamin kehidupan menuju kesuksesan dunia dan akhirat.
33 Suyadi, 2014, Implementasi Pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) di SMK Negeri 1 Lais Kecamatan Lais Kabupaten Musi Banyuasin, (IAIN Raden Patak Palembang: Jurnal) hal Kedua, memberikan motivasi dalam kegiatan pendidikan karena tujuan pendidikan pada dasarnya adalah nilai-nilai pendidikan yang harus dicapai dan diinternalisasikan dalam diri siswa.
Tugas dan tanggungjawab Guru PAI
Pertama, tugas profesionalnya menuntutnya untuk mengembangkan keahliannya sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Hal ini menunjukkan bahwa tugas guru sebagai pendidik adalah menularkan dan mengembangkan nilai-nilai kehidupan kepada peserta didik, bukan membunuh atau menghancurkannya. Tugas guru dalam konteks sosial sangat penting agar siswa menjadi warga negara yang bermoral.
36 Hulalago gafur abdul, rostitawati tita, 2019, guru dan penanaman nilai-nilai toleransi antar umat beragama, (IAIN sultan amai gorontalo: jurnal pendidikan agama islam dan budi pekerti), jilid 1. nomor 1. hal 43. Dimana yang tertinggi Tujuan merupakan tujuan yang mutlak, namun tujuan tersebut seolah terabaikan dan dilupakan sebagai sebuah institusi dan jiwa seorang pendidik saat ini.
Bahan ajar pendidikan agama islam
Oleh karena perangkat pembelajaran merupakan pelengkap bagi guru dalam pelaksanaan proses pembelajaran, maka dapat disimpulkan bahwa perangkat pembelajaran merupakan pelengkap. Buku teks merupakan salah satu komponen sistem pembelajaran yang berperan penting dalam mencapai standar kompetensi (SK) dan kompetensi inti (KD).Menurut Suharjon, buku teks adalah buku yang digunakan sebagai buku teks dalam bidang studi tertentu, yaitu buku standar. disusun oleh para ahli di bidangnya untuk maksud dan tujuan pembelajaran, dilengkapi dengan perangkat pembelajaran yang serasi dan mudah dipahami oleh pengguna di sekolah dan universitas, sehingga dapat menunjang program pembelajaran. Strategi Pembelajaran PAI Istilah strategi banyak digunakan dalam banyak konteks pembelajaran seperti yang diungkapkan oleh Nana Sujana sebagai berikut: Strategi mengajar adalah taktik yang digunakan guru dalam melaksanakan proses belajar mengajar untuk mempengaruhi siswa mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan efisien.
Metode pembelajaran PAI merupakan suatu metode yang digunakan untuk mencapai tujuan yang telah ditetapkan. Bahan ajar atau bahan pembelajaran adalah segala sesuatu yang digunakan oleh guru atau siswa untuk memperlancar proses pembelajaran.
Toleransi Keberagamaan
Penelitian Yang Relevan
Dan perbedaan penelitian diatas dengan yang peneliti lakukan adalah penelitian diatas membahas tentang konsep pluralisme dalam pengembangan nilai-nilai karakter dan urgensinya di Indonesia, sedangkan yang peneliti lakukan adalah membahas tentang strategi guru pendidikan agama islam. menanamkan nilai-nilai pluralisme 43 . Dan perbedaan penelitian diatas dengan yang telah peneliti lakukan adalah penelitian diatas membahas tentang kajian deskriptif pendidikan agama islam yang saat ini sudah menjadi sebuah kebutuhan. Dan perbedaan penelitian diatas dengan yang peneliti lakukan adalah penelitian diatas membahas tentang analisis sikap pluralisme terhadap agama dan budaya pada siswa SMP Pangudi Luhur 1 dan SMP Negeri 5 Yogyakarta kelas VIII,” sedangkan yang dilakukan peneliti adalah untuk mendiskusikan strategi guru pendidikan agama Islam dalam menanamkan nilai-nilai pluralisme.45.
Dan perbedaan penelitian diatas dengan yang telah peneliti lakukan adalah penelitian diatas membahas tentang konsep pendidikan pluralistik Abdurahman Wahid. Sedangkan yang peneliti lakukan adalah membahas tentang strategi guru pendidikan agama Islam dalam memperkenalkan nilai-nilai pluralisme.46.
Kerangka berpikir
Kita juga perlu mengagumi apa yang dimiliki orang lain, karena bagaimanapun juga, orang yang paling memahami Islam adalah Muslim, dan mereka yang memahami urusan Tiongkok, misalnya. Konfusianisme, adalah mereka yang benar-benar percaya pada Konfusianisme. Persamaan tesis di atas dengan tesis yang sedang penulis kerjakan adalah sama-sama membahas tentang pluralisme.
Jenis Penelitian
Tempat Dan Waktu Penelitian
Sumber Data Penelitian
Teknik Pengumpulan Data
Catatan lapangan digunakan peneliti untuk mencatat proses kegiatan pembelajaran sebagai bukti nyata untuk analisis data. Peneliti juga menggunakan catatan lapangan untuk mempelajari lebih lanjut tentang strategi guru dalam melaksanakan pendidikan agama Islam, metode dan strategi yang digunakan, evaluasi pembelajaran, faktor-faktor yang mempengaruhi dan mendukung pembelajaran agama Islam dalam praktiknya.47. Dalam penelitian ini yang menjadi objek observasi meliputi tiga aspek yaitu tempat, pelaku dan aktivitas di SMP Negeri 9 Kota Bengkulu.
Metode dokumentasi digunakan sebagai sumber data karena dokumentasi dapat digunakan untuk mencatat kegiatan pembelajaran yang digunakan untuk menganalisis data. Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif, dengan deskripsi lebih banyak dari hasil wawancara dan penelitian dokumentasi.
Keabsahan Data
Analisis data adalah “proses menyusun urutan data, mengorganisasikannya ke dalam pola, kategori, dan uraian dasar”. Definisi ini menggambarkan betapa pentingnya kedudukan analisis data dalam kaitannya dengan tujuan penelitian.
Teknik Analisa Data
- Sejarah SMP Negeri 9 Kota Bengkulu
- Extrakulikuler SMP Negeri 9 Kota Bengkulu
Memilih hal yang paling penting, fokus pada hal penting mengenai Strategi guru Pendidikan Agama Islam untuk menanamkan nilai-nilai pluralisme agama pada siswa di SMP Negeri 9 Kota Bengkulu.53. Verifikasi data atau penarikan kesimpulan yaitu memberikan kesimpulan tentang hasil penelitian di lapangan dan merupakan jawaban atas rumusan masalah yang dirumuskan sejak awal, mengenai Strategi guru Pendidikan Agama Islam terhadap nilai-nilai Pluralisme Agama pada peserta didik untuk menetap di Negara. SMP Negeri 9 Kota Bengkulu. Desa Jitra Kecamatan Teluk Segara yang mengalami perkembangan dan kemajuan yang sangat signifikan, mempunyai guru sebagai tenaga pengajar sebanyak 14 orang dan siswa sebanyak 62 orang. 55 Dengan adanya kebijakan pemerintah maka dibentuklah direktorat tersendiri yang menangani bidang Pendidikan, SMP Negeri 9 pada tahun 2004 kota Bengkulu berani buka mandiri.
Perjuangan yang masih berlangsung antara kepala sekolah, komite sekolah, dan dewan guru menyebabkan mulai tanggal 2 Maret 2007, SMP Negeri 9 Kota Bengkulu berubah status menjadi SMP Negeri 9 Kota Bengkulu dengan jumlah siswa sebanyak 135 orang. SMP Negeri 9 Kota Bengkulu saat ini mempunyai pengurus sebanyak 34 orang guru yang terdiri dari 25 orang guru PNS, 9 orang guru honorer dan 3 orang staf dan pegawai.
Deskripsi hasil penelitian
“Guru PAI juga mengikutsertakan siswa muslim dan siswa non muslim untuk mengikuti kegiatan seperti OSIS, ekstrakurikuler dan tidak membeda-bedakan satu sama lain.” 58. Untuk mendukung strategi guru PAI dalam menanamkan nilai-nilai pluralisme agama di SMP Negeri 9 Kota Bengkulu. Dalam hal ini peneliti juga mewawancarai guru PAI tentang reaksi siswa ketika memasuki pelajaran pembelajaran agama Islam di kelas.
Peneliti kemudian juga mewawancarai guru PAI mengenai apakah guru sering memberikan pekerjaan rumah kepada siswa. 61 Dari penjelasan di atas terlihat jelas bahwa guru PAI telah melakukan evaluasi terhadap siswanya dengan baik hingga tuntas dan benar.
PEMBAHASAAN
Zulyadain, 2018, Membangun Nilai-Nilai Toleransi dalam Pendidikan Agama Islam, (UIN Mataram: Jurnal AL-RIWAYAH), Volume 10, Nomor. P. 135. Suparno Lilik, 2004, Nilai-nilai Puralisme dalam mata pelajaran seni budaya Islam, (Jawa Tengah: Jurnal Pendidikan Islam), Vol.5, No.2, H. Yunus Muhammad, 2017, Penerapan Nilai-Nilai Toleransi Beragama dalam Ikmal, 2015, internalisasi nilai-nilai pluralistik dalam pendidikan Islam, (IAIN Manado: jurnal pendidikan Islam) volume 9, nomor 1, hal.7.
Ikmal, 2015, Internalisasi Nilai-Nilai Pluralistik dalam Pendidikan Islam, (IAIN Manado: Jurnal Pendidikan Islam) Volume 9, Nomor 1, hal. Hulalago gafur abdul, rostiwati tita, 2019, guru dan penanaman nilai toleransi antar umat beragama, (IAIN sultan amai gorontalo: jurnal pendidikan agama islam dan budi pekerti), volume 1. edisi 1. hal. 43. Hairudin, Rohman Miftahur, 2018, Konsep Tujuan Pendidikan Islam Perspektif Nilai Sosial Budaya (STEBI Lampung: Jurnal Pendidikan Islam, Vol. 9, No.
Ummah Khoirul, Yusuf Achmad, 2019, Nilai-nilai pluralisme dalam pendidikan agama di SMP Katolik Monsignur (Mgr) Soegijapranata dan SMP Katolik Sang Timur Pasuruan, (Universitas Yudharta Pasuruan: Jurnal Multikultural), volume 3, edisi 2, hal. .