• Tidak ada hasil yang ditemukan

strategi pengembangan komoditi tanaman porang

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2024

Membagikan "strategi pengembangan komoditi tanaman porang"

Copied!
65
0
0

Teks penuh

(1)

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI TANAMAN PORANG (Amorphophallus Oncophyllus) DI DESA TALUMAE KEC. WATTANG

SIDENRENG, KAB. SIDENRENG RAPPANG

OLEH : SULIS NAPIRA

4518033022

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR 2022

(2)

SKRIPSI

STRATEGI PENGEMBANGAN KOMODITI TANAMAN PORANG (Amorphophallus Oncophyllus) DI DESA TALUMAE KEC. WATTANG

SIDENRENG, KAB. SIDENRENG RAPPANG

OLEH:

SULIS NAPIR A 45 18 033 022

Skripsi ini Disusun Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana (S-1) Program Studi Agribisnis

PROGRAM STUDI AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS BOSOWA

MAKASSAR 2022

(3)

HALAMAN PENGESAHAN

Judul : Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Porang (Amorphophallus Oncophyllus) Di Desa Talumae Kec.

Wattang Sidenreng, Kab. Sidenreng Rappang Nama : Sulis Napira

Stambuk : 45 18 033 022 Jurusan : Agribisnis Fakultas : Pertanian

Skripsi Telah Diperiksa dan Disetujui Oleh :

Pembimbing I Pembimbing II

Ir. Baharuddin, M.Si.Ph.D Dr. Ir. Suryawati Salam, M.Si NIDN. 0917056502 NIDN. 0020095804

Mengetahui :

Dekan Fakultas Pertanian Ketua Program Studi Agribisnis

(4)

NIDN. 00221268047 NIDN. 0011065702

Tanggal Lulus : 2 Maret 2023

PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPSI Nama : Sulis Napira

No. Stambuk : 4518033022 Jurusan : Agribisnis

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Porang (Amorphophallus Oncophyllus) Di Desa Talumae Kec. Wattang Sidenreng, Kab. Sidenreng Rappang” merupakan karya tulis seluruh ide yang ada dalam skripsi ini, kecuali yang saya nyatakan sebagai kutipan, merupakan ide yang saya susun sendiri. Selain itu, tidak ada bagian dari skripsi ini yang telah saya gunakan sebelumnya untuk memperoleh gelar atau sertifikat akademik.

Jika pernyataan diatas terbukti sebaliknya, maka saya bersedia menerima sanksi yang telah ditetapkan oleh Fakultas Pertanian Universitas Bosowa Makassar.

Makassar, 2 Maret 2023

Sulis Napira

(5)

KATA PENGANTAR Assalamualaikum Wr. Wb.

Puji syukur penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat limpahan rahmat dan kuasa-Nyalah. Sehingga penulis dapat menyusun dan menyelesaikan Skripsi ini dengan judul Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Porang (Amorphophallus Oncophyllus) Di Desa Talumae Kecamatan Wattang Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang Sulawesi Selatan Skripsi merupakan salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Strata-1 di Fakultas Pertanian Universiatas Bosowa Makassar.

Dalam penulisan skripsi ini, penulis banyak mendapatkan bantuan baik berupa meterial dan moral yang sangat berarti dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih sebesar – sebesarnya kepada :

1. Bapak Ir. Baharuddin,M.Si.Ph.D dan Dr. Ir. Suryawati Salam,M.Si selaku Pembimbing yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan perhatian yang tiada hentinya selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Untuk semua pihak yang telah ikut serta dalam membantu dan memberikan masukan serta solusi selama penyusunan skripsi yang belum disebutkan tanpa mengurangi rasa hormat, Terima kasih banyak.

Sebagai manusia yang tidak luput dari kekeliruan, kekurangan dan keterbatasan Penulis menyadari bahwa laporan ini masih memiliki kekurangan dan jauh dari kesempurnaan.

(6)

Oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun atau inovatif untuk perbaikan skripsi ini sangat perlu diberikan kepada penulis. Akhir kata, penulis berharap semoga skripsi ini dapat diterima dan bermanfaat bagi kehidupan kita sehari–hari. Amin.

Wassalamualaikum. Wr. Wb

Makassar, Januari 2022

Penulis

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

PERNYATAAN KEORISINILAN SKRIPSI ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 3

1.3 Tujuan Penelitian ... 3

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Porang ... 4

2.2 Pengertian Strategi ... 8

2.3 Pengertian Pengembangan ... 10

2.4 Analisis SWOT ... 11

2.5 Skala Pengukuran ... 14

BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Lokasi dan Waktu ... 17

3.2 Populasi dan Sampel ... 17

3.3 Jenis dan Sumber Data ... 18

3.4 Metode Pengumpulan Data ... 18

3.5 Analisis Data ... 19

3.6 Matriks SWOT ... 24

3.7 Definisi Operasional ... 25

BAB IV GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis ... 27

4.2 Gambar Peta Administrasi ... 27

4.3 Jumlah Penduduk ... 28

4.4 Pendidikan ... 28

(8)

4.5 Sarana dan Prasarana ... 29

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden ... 31

5.1.1 Umur ... 31

5.1.2 Tingkat Pendidikan ... 32

5.1.3 Pengalaman Berusahatani... 33

5.1.4 Luas Lahan ... 33

5.2 Strategi Pengembangan Porang ... 34

5.3 Analisis Matriks SWOT ... 41

5.4 Matriks Analisis IFAS dan EFAS ... 44

5.5 Nilai Skor Alternatif Strategi ... 47

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 49

6.2 Saran ... 50 DAFTAR PUSTAKA

(9)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Scoring Jawaban Kuesioner ... 15

Tabel 2. IFAS ... 21

Tabel 3. EFAS ... 22

Tabel 4. Matriks SWOT ... 24

Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa ... 28

Tabel 6. Jumlah Pendidikan Desa ... 29

Tabel 7. Jumlah Sarana dan Prasarana Desa ... 29

Tabel 8. Klasifikasi Umur Petani ... 31

Tabel 9. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Petani ... 32

Tabel 10. Lama Pengalaman Usahatani ... 33

Tabel 11. Luas Lahan Responden ... 34

Tabel 12. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal ... 35

Tabel 13. Matriks Analisis SWOT ... 41

Tabel 14. Matriks Analisis IFAS ... 45

Tabel 15. Matriks Analisis EFAS ... 46

Tabel 16. Perhitungan Nilai Skor Alternatif Strategi ... 47

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman Lampiran 1. Daftar Identitas Responden ... 54 Lampiran 2. Dokumentasi bersama Responden ... 54

(11)

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Tanaman porang merupakan tanaman umbi-umbian dari spesies Amophophallus muelleri Blume yang termasuk dalam Famili Araceae (talas- talasan) yang masih satu famili dengan suweg, walur, dan iles-iles (Purwanto, 2014). Jenis-jenis porang yang banyak dijumpai di Indonesia diantaranya A.

campanulatus (Dennst.) Nicols, A. variailis B.I, A. spectabilis (Miq). Engl, A. decus-silvae Backer, Alderw, A. muelleri B.I, serta A. titanium Becc. Dari sekian banyak jenis tanaman porang tersebut yang ditanam dan dipergunakan sebagai bahan makanan dan bahan industri hanyalah A. campanulatus (Desnnt.) Nicols yang dikenal juga dengan sebutan suweg, A. muelleri B.I yang dikenal pula dengan nama lainnya sebagai porang, dan A. variabilis B.I dikenal dengan nama lokal sebagai bosot (Sufiani, 1993 dalam Fauziyah, 2010).

Porang (Amorphophallus oncophyllus) merupakan jenis tumbuhan umbi- umbian yang dapat tumbuh di daerah tropis maupun subtropis. Tanaman ini banyak ditemui di Indonesia khususnya daerah Jawa Timur. Pada saat ini umbi porang lebih banyak ditanam untuk keperluan ekspor ke luar negeri terutama ke negara Cina dan Jepang untuk membuat tepung glukomanan (Ramadana et al., 2015). Hasil panen porang tersebut diolah menjadi tepung porang kasar untuk diekspor sekitar 300 ton/tahun yang setara dengan US$

0,3 juta. Sebaliknya, untuk memenuhi kebutuhan tepung glukomanan di

(12)

Indonesia, dilakukan impor glukomanan rata-rata 20 ton/tahun yang setara dengan devisa lebih dari US$ 3 juta (Supraiti, 2016)

Jepang adalah negara utama pengimpor Porang dari Indonesia. Umbi Porang menjadi menu favorit sebagian besar masyarakat disana setelah diolah menjadi makanan Konyaku (tahu) dan Shirataki (mie) (Pusat Studi Porang, 2012). Oleh karena itu potensi tersebut perlu untuk dikelola secara optimal guna memenuhi kebutuhan pangan nasional, dimana pada saat ini kebutuhan bahan pangan pokok berupa beras semakin tinggi, sedangkan produksi padi nasional belum dapat memenuhi permintaan. Umbi porang ini diharapkan bisa menjadi pilihan bahan pangan yang dapat dimanfaatkan oleh masyarakat sehingga dapat mendukung program ketahanan pangan.

Pada beberapa tahun terakhir kebutuhan porang sangat besar. Pada tahun 2009 kebutuhan chip porang mencapai 3.400 ton chip kering porang (Widjanarko 2009). Di Jawa Timur produksi porang pada tahun 2009 hanya sekitar 3.000– 5.000 ton umbi basah atau hanya 600–1.000 kg dried chip (Suheriyanto et al. 2012). Produk berikut sebagai hasil proses lanjut dari chip adalah tepung glukomanan. Harga tepung glukomanan di KBM Agroforesty milik Perhutani di Pare, Kediri, Jawa Timur antara Rp.130.000–150.000/kg.

Sedangkan harga tepung glukomanan dengan mutu food grade (kadar glukomanan >80%) di pasar internasional per 15 Februari 2015 sekitar

$2.650/kg (Market Publishers 2015).

Menurut (Dewanto dan Purnomo, 2009 dalam Sari dan Suhartati. 2015).

Porang merupakan salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian, berupa semak

(13)

(herba) yang dapat dijumpai tumbuh di daerah tropis dan sub-tropis. Belum banyak dibudidayakan dan ditemukan tumbuh liar di dalam hutan, di bawah rumpun bambu, di tepi sungai dan di lereng gunung (pada tempat yang lembab). Porang dapat tumbuh di bawah naungan, sehingga cocok dikembangkan sebagai tanaman sela di antara jenis tanaman kayu atau pepohonan yang dikelola dengan sistem agroforestry. Budidaya porang merupakan upaya diversifikasi bahan pangan serta penyediaan bahan baku industri yang dapat meningkatkan nilai komoditi ekspor di Indonesia.

Komposisi umbi porang bersifat rendah kalori, sehingga dapat berguna sebagai makanan diet yang menyehatkan.

1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah pada penelitian ini ialah :

1. Apa saja faktor Internal dan Eksternal Komoditi Tanaman Porang dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di Desa Talumae, Kec.

Wattang Sidenreng, Kab. Sidenreng Rappang.

2. Bagaimana Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Porang di Desa Talumae, Kec. Wattang Sidenreng, Kab. Sidenreng Rappang.

1.3 Tujuan Penelitian

1. Untuk Mengetahui faktor Internal dan Eksternal Komoditi Tanaman Porang dilihat dari kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman di Desa Talumae, Kec. Wattang Sidenreng, Kab. Sidenreng Rappang.

2. Untuk Mengetahui Strategi Pengembangan Komoditi Tanaman Porang di Desa Talumae, Kec. Wattang Sidenreng, Kab. Sidenreng Rappang.

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Tanaman Porang

Porang (Amorphophallus oncophyllus Prain) adalah salah satu jenis tumbuhan umbi-umbian. Umbi porang termasuk salah satu komoditi ekspor, sehingga mempunyai prospek untuk dibudidayakan. Umbi porang dapat diolah untuk menjadi bahan pangan, bahan kosmetik, obat-obatan serta bahan baku industri. Adapun Klasifikasi tanaman porang adalah sebagai berikut(Ramdana, dkk, 2015).

Regnum : Plantae Sub Regnum : Tracheobionta Super Divisio : Spermatophyta Divisio : Magnoliophyta Class : Liliopsida Sub Class : Arecidae Ordo : Arales Familia : Araceae

Genus : Amorphophallus

Species : Amorphophallus oncophyllus Prain

Amorphophallus spp. awalnya ditemukan di daerah tropis dari Afrika sampai ke pulau-pulau Pasifik, kemudian menyebar ke daerah beriklim sedang seperti Cina dan Jepang. Jenis A. onchophyllus awalnya ditemukan

(15)

di Kepulauan Andaman (India) dan menyebar ke arah timur melalui Myanmar lalu ke Thailand dan ke Indonesia (Sumarwoto, 2005).

2.2.1 Kondisi Ekologis Tanaman Porang

Tanaman porang dapat tumbuh pada daerah tropik, , serta daerah temperate pada 40˚LU-40˚LS dengan ketinggian 0-700 meter di atas permukaan laut., tetapi ketinggian yang paling baik untuk budidaya adalah pada ketinggian 100 – 600 m dari permukaan laut. Kondisi tanah yang mutlak diperlukan adalah tanah yang gembur. Kondisi tanah yang gembur akan memberikan kemudahan bagi tanaman tanaman porang terutama dalam hal perkecambahan biji, kuncup buah, dan pembentukan polong yang baik (Hidayat, 2021).

Tanaman porang menghendaki keadaan iklim yang panas tetapi sedikit lembab, yaitu rata-rata 65-75% dan curah hujan relative sedang, yaitu sekitar 2500 mm/tahun. Curah hujan yang terlalu tinggi menyebabkan umbi dan zona perakaran terlalu lembab sehingga menyuburkan pertumbuhan cendawan dan penyakit yang menyerang umbi.

Pada waktu mengeluarkan umbi tanaman porang menghendaki keadaan yang cukup lembab dan cukup udara, sehingga umbi dapat menembus tanah dengan baik dan pembentukan umbi dapat berjalan secara leluasa, sedangkan pada saat umbi tanaman porang menjelang tua, tanah harus diupayakan menjadi kering. Apabila tanah terlalu basah, sebagian polong tanaman porang akan membusuk dan kualitasnya bisa menjadi kurang baik (Wijaya, 2011).

(16)

2.2.2 Prospek Pengembangan Tanaman Porang

Porang yakni tanaman mempunyai prospek dan potensi besar guna ditumbuh dikembangkan di Indonesia. Besarnya pemesanan pasar buat porang umunya dari negara-negara seperti Jepang, Korea, Cina, Australia, Malaysia dan Inggris, hal ini dikarenakan porang banyak dipakai pada industri makanan, kesehatan, kosmetik dan manufaktur.

Porang bisa dibuat salah satu jenis tanaman alternatif sumber bahan pangan hal ini mempunyai nilai kandungan gizi yang cukup tinggi, yaitu kandungan pati sebanyak 76,5%,protein 9,20%,dan kandungan serat 25%. Porang ini mempunyai kandungan lemak sebanyak 0,20%.

Karbohidrat yang dihasilkan dari umbi porang juga banyak digunakan pada industri tekstil, cat, kertas dan alat negative sebuah film, bahan isolasi, pita seluloid, serta bahan kosmetika. Porang belum banyak di Indonesia, dimanfaatkan sebagai bahan pangan. Chip umbi porang di Indonesia lebih besar diekspor ke Negara KW China dan Jepang. Di Jepang, tepung umbi porang begitu besar dimanfaatkan guna bahan pembuat konyaku dan shirataki atau sebagai pengganti agar-agar dan gelatin. Oleh karena itu potensi tersebut perlu untuk dipelihara secara optimal guna memenuhi kebutuhan pangan nasional, dimana pada saat ini kebutuhan bahan pangan pokok seperti tingginya harga beras, sedangkan produksi padi nasional belum dapat memenuhi permintaan (Lulu, S, dkk, 2020).

(17)

Beberapa karakteristik dari tanaman porang yang merupakan peluang bagi pengembangan usahatani tanaman porang di antaranya sebagai berikut:

1. Permintaan yang terus meningkat untuk konsumsi dan industri pengolahan

2. Memiliki keunggulan produk untuk pangan sehat

3. Memiliki alternatif produk turunan (pangan, pakan) karena sifatnya yang multi fungsi

4. Harga jual yang relatif stabil

5. Industri pengolahan tanaman porang dari skala kecil hingga skala besar di Indonesia berkembang dengan baik

6. Berdasarkan karakteristik seperti pada butir (1) sampai (5), maka tanaman porang mempunyai prospek pasar yang sangat baik untuk dikembangkan di Indonesia.

Dari sisi produksi, tanpa terobosan yang berarti dalam perluasan areal tanam dan teknologi budidaya, maka ke depan produksi tanaman porang akan terus menurun. Penurunan produksi terutama disebabkan oleh tajamnya laju penurunan areal tanam melampaui laju peningkatan produktivitas. Jika pertumbuhan areal panen dan produktivitas ke depan masih seperti yang terjadi selama periode 2003– 2013, maka areal panen dan produksi hingga tahun 2025 diproyeksikan terus menurun. Di sisi lain, konsumsi dalam negeri selama periode yang sama diproyeksikan terus meningkat, sehingga defisit juga meningkat dan harus dipenuhi

(18)

melalui impor. Pada tahun 2002, defisit yang harus dipenuhi dari impor diproyeksikan melampaui 32% dari kebutuhan konsumsi dalam negeri.

Dengan kata lain, tanpa terobosan yang berarti, dimasa mendatang Indonesia makin tergantung pada impor (Setiasih, 2015).

tanaman porang tentunya memiliki tempat yang potensial dan utama karena merupakan sebagian kebutuhan pokok umat manusia.

Komoditas ini dijadikan sebagai bahan baku pembuatan berbagai macam jenis olahan seperti, bahan pangan, bahan baku lem, tepung dan bahan baku pelapis lem (Hermayanti, 2015). Tanaman porang layak untuk dikembangkan dalam upaya pelestarian sumberdaya hutan, sebagai sarana pengalihan orientasi dan mata pencaharian masyarakat di sekitar hutan dari Hasil Hutan Kayu ke Hasil Hutan Non Kayu dalam rangka peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat (Pusat Studi Porang Perhutani KPH Nganjuk, 2012).

2.2 Pengertian Strategi

Menurut (Koesoemah, 1993 : 1388), Kata strategi berasal dari kata Yunani yaitu strategos yang artinya “a general set of maneuvers cried aut over come a enemyduring combat” yaitu semacam ilmunya para jenderal untuk memenangkan pertempuran. Sedangkan dalam kamus Belanda- Indonesia, sertategis berasal dari kata majemuk, yang artinya siasat perang, istilah strategi tersebut digunakan dalam kemiliteran sebagai usaha untuk mencapai kemenangan, sehingga dalam hal ini diperlukan taktik serta siasat yang baik dan benar.

(19)

Menurut Hamel dan Pralahad (2006:4), Strategi merupakan tindakan yang bersifat incremenial (senantiasa meningkat) dan terus menerus, serta dilakukan berdasarkna sudut pandang tentang apa yang di harapkan oleh para pelanggan di masa depan. Dengan demikian, strategi hampir selalu dimulai dari apa yang dapat terjadi dan bukan dimulai dari apa yang terjadi. Terjadinya kecepatan inovasi pasar yang baru dan perubahan pola konsumen memerlukan kompetensi inti (core competition).

Strategi adalah bakal tindakan yang menuntun keputusan manajemen puncak dan sumber daya perusahaan yang banyak merealisasikannya. Di samping itu, strategi juga mempengaruhi kehidupan organisasi dalam jangka panjang, paling tidak selama lima tahun. Oleh karena itu, sifat strategi adalah berorientasi ke masa depan. Strategi mempunyai konsekuensi multifungsional atau multidivisional dan dalam perumusannya perlu mempertimbangkan faktor-faktor internal maupun eksternal yang dihadapi perusahaan.

Menurut Diah Tuhfat Yoshida (2004), Strategi memiliki hirarki tertentu. Pertama adalah strategi tingkat korporat. Strategi korporat, menggambarkan arah pertumbuhan dan pengelolaan berbagai bidang usaha dalam sebuah organisasi untuk mencapai keseimbangan produk dan jasa yang dihasilkan. Kedua adalah strategi tingkat unit usaha (bisnis).

Strategi unit usaha biasanya menekankan pada usaha peningkatan daya saing organisasi dalam satu industri atau satu segmen industri yang dimasuki organisasi yang bersangkutan. Ketiga strategi tingkat fungsional.

(20)

Strategi pada tingkat ini menciptakan kerangka kerja bagi untuk manajemen fungsional seperti produksi dan operasi, keuangan, sumber daya manusia, pemasaran ,dan penelitian dan inovasi (research and innovation).

Dari pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa strategi adalah suatu proses yang direncanakan untuk mencapai sasaran perusahaan dalam jangka waktu yang panjang. Saat strategi telah diterapkan maka akan diketahui apakah gagal atau berhasil pada organisasi tersebut.

2.3 Pengertian Pengembangan

Pada hakikatnya pengembangan adalah upaya pendidikan baik formal maupun non formal yang dilaksanakan secara sadar, berencana, terarah, teratur, dan bertanggung jawab dalam rangka memperkenalkan, menumbuhkan, membimbing, mengembangkan suatu dasar kepribadian yang seimbang, utuh, selaras, pengetahuan, keterampilan sesuai dengan bakat, keinginan serta kemampuan kemampuan sebagai bekal atas prakarsa sendiri untuk menambah, meningkatkan, mengembangkan diri ke arah tercapainya martabat, mutu dan kemampuan manusiawi yang optimal dan pribadi mandiri (Iskandar Wiryokusumo dalam Afrilianasari ; 2014)

Menurut (Gagne dan Brings dalam Warsita, 2003: 266), Pengembangan adalah suatu sistem pembelajaran yang bertujuan untuk membantu proses belajar peserta, yang berisi serangkaian peristiwa yang dirancang untuk mempengaruhi dan mendukung terjadinya proses belajar yang bersifat

(21)

internal atau segala upaya untuk menciptakan kondisi degan sengaja agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.

Dari beberapa pendapat para ahli yang ada ditarik kesimpulan bahwa pengembangan merupakan suatu usaha yang dilakukan secara sadar, terencana dan terarah untuk membuat atau memperbaiki, sehingga menjadi produk yang semakin bermanfaat untuk meningkatkan dan mendukung serta meningkatkan kualitas sebagai upaya menciptakan mutu yang lebih baik.

2.4 Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats)

Analisis SWOT (Strenghts, Weakness, Opportunities, Threats) Analisis (SWOT) yang terdiri dari Strenghts (kekuatan), Weaknesses (kelemahan), Opportunities (kesempatan), dan Threats (ancaman) merupakan salah satu analisis yang dapat menggambarkan secara jelas keadaan yang dihadapi oleh perusahaan (Septiana Yuyun. 2013).

Menurut Freddy Rangkuti (2004 : 56), Analisis SWOT adalah identifikasi berbagai faktor untuk merumuskan strategi perusahaan. Analisis ini didasarkan pada logika yang dapat memaksimalkan kekuatan (strengts) dan peluang (opportunities), namun secara bersamaan dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threats). Keputusan strategis perusahaan perlu pertimbangan faktor internal yang mencakup kekuatan dan kelemahan maupun faktor eksternal yang mencakup peluang dan ancaman.

Oleh karena itu perlu adanya pertimbangan-pertimbangan penting untuk analisis SWOT.

(22)

Menurut Philip Kotler (2009) diartikan sebagai evaluasi terhadap keseluruhan kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman. Analisis SWOT merupakan salah satu instrumen analisis lingkungan internal dan eksternal perusahaan yang dikenal luas. Analisis ini didasarkan pada asumsi bahwa suatu strategi yang efektif akan meminimalkan kelemahan dan ancaman. Bila diterapkan secara akurat, asumsi sederhana ini mempunyai dampak yang besar atas rancangan suatu strategi yang berhasil.

Dengan mengunakan cara penelitian dengan metode analisis SWOT ini ingin menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi faktor internal dan eksternal, kedua faktor tersebut harus dipertimbangkan dalam analisis SWOT. Cara membuat analisis SWOT penelitian menunjukkan bahwa kinerja perusahaan dapat ditentukan oleh kombinasi factor internal dan eksternal .kedua factor tersebut harus dipertimbangkan dalam analis SWOT.

SWOT adalah singkatan dari lingkuangan internal strengths dan weaknesses serta lingkungan eksternal opportunities dan threats yang dihadapi didunia bisnis. Analisis SWOT membadingkan antara factor ekternal peluang (opportunies) dan Ancaman (threats) dengan factor internal kekuatan (strenghs) dan kelemahan (weaknesses).

Menurut Sondang P Sinagian ada pembagian faktor-faktor strategis dalam analisi SWOT yaitu:

1. Faktor kekuatan

Yang dimaksud dengan faktor-faktor kekuatan yang dimiliki oleh suatu perusahaan termasuk satuan-satuan bisnis didalamnya adalah antara lain

(23)

kompetisi khusus yang terdapat dalam organisasi yang berakibat pada pemilkikan keunggulan komparatif oleh unit usaha dipasaran. Dikatan demikian karena satuan bisnis memilki sumber keterampilan, produk andalan dan sebagainya yang membuatnya lebih kuat dari pada pesaing dalam memuaskan kebutuhan pasar yang sudah dan direncanakan akan dilayani oleh satuan usaha yang bersangkutan.

2. Faktor kelemahan

Yang dimaksud dengan kelamhan ialah keterbatasan atau kekurangan dalam hal sumber, keterampilan, dan kemampuan yang menjadi penghalang serius bagi penampilan kinerja organisasi yang memuaskan.

3. Faktor peluang

Definisi peluang secara sederhana peluang ialah berbagai situasi lingkuangan yang menguntungkan bagi suatu satuan bisnis.

4. Faktor ancaman

Pengertian ancaman merupakan kebalikan pengertian peluang yaitu faktor- faktor lingkungan yang tidak menguntungkan suatu satuan bisnis jika jika tidak diatasi ancaman akan menjadi bahaya bagi satuan bisnis yang bersangkutan baik unutk masa sekarang maupun dimasa depan.

Menurut (Irham Fahmi, 2013 : 260) untuk menganalisa secara lebih dalam tentang SWOT, maka perlu dilihat faktor eksternal dan internal sebagai bagian penting dalam analisa SWOT, yaitu :

1. Faktor Internal : Faktor internal ini mempengaruhi terbentuknya strength and weaknesses (S dan W), faktor ini menyakut dengan kondisi yang terjadi dalam perusahaan yang dapat mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor internal ini meliputi semua macam

(24)

manajemen fungsional : pemasaran, keuangan, operasi, sumberdaya manusia, penelitian dann pengembangan, sistem informasi manajemen dan budaya perusahaan.

2. Faktor Eksternal : Faktor eksternal ini mempengaruhi terbentuknya opportunity and threats (O and P), faktor ini menyangkut dengan kondisi yang terjadi di luar perusahaan yang mempengaruhi dalam pembuatan keputusan perusahaan. Faktor ini mencakup lingkungan industri dan lingkungan bisnis makro, ekonomi, politik, hukum, teknologi, kependudukan dan sosial budaya.

2.5 Skala Pengukuran

Dalam penelitian ini kuesioner yang digunakan yaitu kuisioner terbuka dan langsung sehingga responden tinggal memilih jawaban yang tersedia untuk mendapatkan informasi dan kuesioner diberikan secara langsung kepada responden. Skala pengukuran merupakan kesimpulan yang digunakan sebagai acuan untuk menentukan panjang pendeknya interval dalam alat ukur.

Dalam operasional ini variabel ini semua diukur oleh instrumen pengukur dalam bentuk kuesioner yang memenuhi pernyataan-pernyataan tipe Skala Likert. Menurut Sugiyono (2012:93) Skala Likert yaitu skala yang digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Untuk setiap pilihan jawaban diberi skor, maka responden harus menggambarkan, mendukung pernyataan (positif) atau tidak mendukung pernyataan (negatif).

(25)

Tabel 1. Scoring untuk Jawaban Kuesioner

Jawaban Responden Skor

Sangat Setuju 4

Setuju 3

Tidak Setuju 2

Sangat Tidak Setuju 1

Sumber: Sugiyono (2012:94)

Diagram Analisis SWOT

Kuadran 1 : ini merupakan situasi yang sangat menguntungkan. Perusahaan tersebut memiliki peluang dan kekuatan sehingga dapat memanfaatkan peluang yang ada. Startegi yang harus diterapka dalam kondisi ini adalah mndukung kebijakan pertumbuhan yang agresif (Growth oriented strategy).

Kuadran 2 : meskipun menghadapi berbai ancaman, perusahaan ini masih memiliki kekuatan dari segi internal. Strategi yang harus diterapkan

(26)

adalah yang mengunakan kekuatan untuk memanfaatkan peluang jangka panjang dengan cara strategi diversifikasi (produk/pasar).

Kuadran 3 : perusahaan menghadapi peluang pasar yang sangat besar, tetapi dilain pihak , ia menghadapi beberapa kendala/kelamahan internal.

Kondisi bisnis pada kuadran 3 ini mirip dengan Question mark pada BCG matrik. Focus strategi perusahaan ini adalah meminimalkan masalah-masalah internal perusahaan sehingga dapat merebut peluang pasar yang baik. Misalnya, Aple menggunakan strategi peninjauan kembali teknologi yang dipergunakan dengan cara menawarkan produk-produk baru dalam industry microcomputer.

Kuadran 4 : ini merupakan situasi yang sangat tidak mengguntungkan, perusahaan tersebut menghadapi berbagai ancaman dan kelemahan internal.

(27)

BAB III

METODE PENELITIAN 3.1 Waktu dan Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus - September 2022.

Tempat pelaksanaan yaitu di Desa Talumae Kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Rappang, Sulawesi Selatan. Peneliti memilih lokasi tersebut karena lokasi tersebut sebagai salah satu sentra prodi tanaman porang.

3.2 Populasi dan Sampel

1. Populasi dalam penelitian ini berjumlah 50 orang yang merupakan petani Komoditi Tanaman Porang di Kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang.

2. Sampel dalam penelitian ini adalah sampel acak sederhana (simple random sampling) sebesar 10% dari populasi. Munurut Sugiyono (2001) teknik random sampling adalah teknik pengambilan sampel dari anggota populasi yang dilakukan secara acak tanpa memperhatikan strata yang ada dalam populasi. Pelaksanaan sampel random sampling ini disebabkan anggota populasi dianggap homogen sehingga sampel berjumlah 5 orang petani komoditi tanaman porang yang berada di Kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang.

(28)

3.3 Jenis dan Sumber Data

Adapun jenis dan sumber data yang digunakan dalam Penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Data Primer

Data primer yang digunakan dalam penelitian ini dapat diperoleh melalui beberapa teknik, yaitu wawancara mendalam dan observasi. Wawancara mendalam adalah sesi diskusi tidak terstruktur yang sangat berguna dalam mengklarifikasi konsep dan terjadi antara pewawancara dan narasumber yang dipilih karena memiliki pengetahuan tertentu.

2. Data Sekunder

Data Sekunder diperoleh dari hasil penelitian kepustakaan yaitu mengumpulkan data sekunder atau data yang diperoleh dari buku teks, artikel, lapaoran, jurnal serta data instanti pemerintah yang terkait dengan penelitian.

3.4 Metode Pengumpulan Data

Adapun beberapa metode pengumpulan data yang digunakan dalam Penelitian ini yaitu sebagai berikut :

1. Observasi

Observasi adalah suatu usaha sadar untuk mengumpulkan data yang dilakukan secara sistematis, dengan prosedur yang terstandar. sedangkan menurut kerlinger, mengobservasi adalah suatu istilah umum yang mempunyai arti semua bentuk penerimaan Data yang dilakukan dengan cara merekam kejadian, menghitung, mengukur dan mencatatnya. Dalam

(29)

hal ini peneliti bertindak langsung sebagai pengumpul data dengan melakukan observasi atau pengamatan langsung terhadap penelitian.

2. Wawancara

Wawancara adalah proses tanya jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan dalam mana dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan- keterangan. Dalam penelitian ini penulis melakukan wawancara terhadap petani responden di kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang.

3. Dokumentasi

Dokumentasi menurut Sugiyono (2015: 329) adalah suatu cara yang digunakan untuk memperoleh data dan informasi dalam bentuk buku, arsip, dokumen, tulisan angka dan gambar yang berupa laporan serta keterangan yang dapat mendukung penelitian.

3.5 Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis SWOT dengan pendekatan kualitatif, yang terdiri dari Strenghts, Weakness, Opportunities dan Threaths. Analisis SWOT bertujuan untuk memaksimalkan kekuatan (strengths) dan peluang (opportunities), namun dapat meminimalkan kelemahan (weakness) dan ancaman (threaths).

(30)

Menurut Rangkuti (2001), Analisis SWOT adalah suatu identifikasi faktor strategis secara sistematis untuk merumuskan strategi. Strategi adalah alat yang sangat penting untuk mencapai tujuan (Porter : 1985). Sedangkan menurut Freddy Rangkuty (2001 : 183), Strategi adalah perencanaan induk yang komprehensive yang menjelaskan bagaimana mencapai semua tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Dari pengertian SWOT tersebut akan dijelaskan sebagai berikut :

1. Evaluasi Faktor Internal

a. Kekuatan (Strength), yaitu kekuatan apa yang dimiliki. Dengan mengetahui kekuatan dapat dikembangkan menjadi lebih tangguh hingga mampu bertahan dalam pasar dan mampu bersaing untuk pengembangan selanjutnya.

b. Kelemahan (Weakness), yaitu segala faktor yang tidak menguntungkan atau merugikan.

2. Evaluasi Faktor Eksternal

a. Kesempatan (Opportunities), yaitu semua kesempatan yang ada sebagai kebijakan pemerintah, peraturan yang berlaku atau kondisi perekonomian nasional atau global yang dianggap memberi peluang untuk tumbuh dan berkembang di masa yang akan datang.

b. Ancaman (Threaths), yaitu hal-hal yang dapat mendatangkan kerugian atau kegagalan dalam usaha.

(31)

Tabel 2. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS) Faktor-faktor Strategi

Internal Bobot Rating Bobot x Rating

Kekuatan X X X

Kelemahan X X X

Total X X X

Sumber : Freddy Rangkuti (2018 : 26)

Menurut Rangkuti (2017:26) Setelah faktor-faktor strategi internal perusahaan diidentifikasikan, suatu tabel IFAS (Internal Factors Analysis Summary) disusun untuk merumuskan faktor-faktor strategi internal tersebut dalam kerangka Strength and Weakness perusahaan. Tahapnya adalah:

a. Tentukan faktor-faktor yang menjadi kekuatan serta kelemahan perusahaan dalam kolom 1.

b. Beri bobot masing-masing faktor tersebut dengan skala mulai dari 1,0 (paling penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting), berdasarkan pengaruh faktor-faktor tersebut terhadap posisi strategis perusahaan.

(Semua bobot tersebut jumlahnya tidak boleh melebihi skor total (1,00).

c. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor), berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Variabel yang bersifat positif (semua variabel yang masuk kategori kekuatan) diberi nilai +1 sampai dengan +4 (sangat baik) dengan membandingkan rata industri atau dengan pesaing utama.

(32)

Sedangkan variabel yang bersifat negatif kebalikanya. Contohnya jika kelemahan besar sekali dibandingkan dengan rata-rata industri yang nilainya adalah 1, sedangkan jika kelemahan dibawah rata-rata industri, nilainya adalah 4.

d. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

e. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor- faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS) Faktor-faktor Strategi

Eksternal

Bobot Rating Bobot x Rating

Peluang X X X

Ancaman X X X

Total X X X

Sumber : Freddy Rangkuti (2018 : 26)

(33)

Menurut Rangkuti (2017: 25) Sebelum membuat matrik faktor strategi eksternal, kita perlu mengetahui terlebih dahulu Faktor Strategi Eksternal (EFAS). Berikut ini adalah cara-cara penentuan Faktor Strategi Eksternal (EFAS):

a. Susunlah dalam kolom 1 (5 sampai dengan 10 peluang dan ancaman).

b. Beri bobot masing-masing faktor, mulai dari 1,0 (sangat penting) sampai dengan 0,0 (tidak penting). Faktor-faktor tersebut 19 kemungkinan dapat memberikan dampak pada faktor strategis. Hitung rating untuk masing-masing faktor dengan memberikan skala mulai dari 4 (outstanding) sampai dengan 1 (poor) berdasarkan pengaruh faktor tersebut terhadap kondisi perusahaan yang bersangkutan. Pemberian nilai rating untuk faktor peluang bersifat positif (peluang yang semakin besar diberi rating +4, tetapi jika peluangnya kecil, diberi rating +1).

Pemberian nilai rating ancaman adalah kebalikannya. Misalnya, jika nilai ancamannya sangat besar, ratingnya adalah 1. Sebaliknya, jika nilai ancamannya sedikit ratingnya 4.

c. Kalikan bobot pada kolom 2 dengan rating pada kolom 3, untuk memperoleh faktor pembobotan dalam kolom 4. Hasilnya berupa skor pembobotan untuk masing-masing faktor yang nilainya bervariasi mulai dari 4,0 (outstanding) sampai dengan 1,0 (poor).

d. Jumlahkan skor pembobotan (pada kolom 4), untuk memperoleh total skor pembobotan bagi perusahaan yang bersangkutan. Nilai total ini menunjukkan bagaimana perusahaan tertentu bereaksi terhadap faktor-

(34)

faktor strategis eksternalnya. Total skor ini dapat digunakan untuk membandingkan perusahaan ini dengan perusahaan lainnya dalam kelompok industri yang sama.

3.6 Matriks SWOT

Tabel 4. Matriks SWOT

Keunggulan (Strength) Kelemahan (Weakness)

Peluang (Opportunity)

Strategi SO (Comparative Advantage)

Bagaimana perusahaan memanfaatkan keunggulan yang dimiliki untuk

meningkatkan posisi kompetitifnya.

Strategi WO

(Divestment/Investment) Mengabaikan peluang yang dimiliki atau melakukan investasi untuk

memperbaiki dan menguatkan posisi kompetitifnya.

Ancaman (Threat)

Strategi ST (Mobilization) Melakukan mobilisasi terhadap sumber daya yang dimiliki untuk menekan ancaman, dan jika dimungkinkan

mengubahnya menjadi peluang

Strategi WT (Damage Control)

Mengendalikan kerugian yang mungkin diderita dengan membenahi sumber daya.

1. Strategi SO (Strength and Opportunity) Strategi ini dibuat berdasarkan tujuan perusahaan pada umumnya, dimana perusahaan menggunakan seluruh keunggulan yang dimiliki perusahaan untuk menyasar setiap kemungkinan peluang sehingga otomatis juga meningkatkan posisi kompetitifnya. Strategi ini merupakan posisi perusahaan yang paling baik, dimana pemimpin perusahaan akan mengarahkan perusahaannya menuju kondisi yang memungkinkan mereka untuk menerapkan strategi SO.

Internal Ekternal

(35)

2. Strategi ST (Strength and Threat) Strategi ini dibuat berdasarkan kondisi dimana perusahaan menggunakan sumber daya yang dimiliki untuk menekan potensi ancaman, dan apabila memungkinkan merubahnya menjadi peluang.

3. Strategi WO (Weakness and Opportunity) Strategi ini diterapkan berdasarkan kondisi dimana perusahaan mengabaikan peluang yang dimiliki dan memilih untuk menginvestasikan sumber daya yang dimiliki.

4. Strategi WT (Weakness and Threat) Strategi ini diterapkan berdasarkan kondisi yang berpotensi besar untuk merugikan, sehingga perusahaan mengambil tindakan preventif atau defensif untuk mencegah kerugian yang lebih besar lagi dengan cara membenahi sumber daya.

3.7 Definisi Operasional

Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan dalam penafsiran penelitian ini, maka perlu dibuat definisi operasional sebagai berikut:

1. Petani porang adalah petani yang mengusahakan porang di kecamatan wattang sidenreng.

2. Produksi adalah jumlah semua hasil panen tanaman porang.

3. Strategi pengembangan produksi adalah hal-hal yang dapat digunakan untuk pengembangan produksi porang.

4. Strengths adalah kekuatan-kekuatan yang dimiliki oleh usahatani porang.

(36)

5. Weaknesses adalah kelemahan-kelemahan yang dimiliki terhadap petani porang.

6. Opportunities adalah berbagai peluang yang muncul pada petani porang.

7. Threats adalah berbagai ancaman yang muncul terhadap petani porang.

(37)

BAB IV

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN 4.1 Letak Geografis

Desa Talumae merupakan salah satu Desa yang terletak di Kecamatan WT. Sidenreng Kabupaten Sidenreng Rappang dengan luas wilayah 1,215,00 Ha. Desa Talumae masuk dalam salah satu desa yang tergolong kecil. Desa Talumae merupakan desa swasembada dan memiliki tipologi desa persawahan.

Adapun batas-batas wilayah administratif Desa Talumae adalah sebagai berikut:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Damai b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Mojong c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kelurahan Ponrange d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kelurahan Empagae 4.2 Gambar Peta Administrasi Kabupaten Sidenreng Rappang

Sumber: Peta Administrasi Kabupaten Sidenreng Rappang 2021

(38)

4.3 Jumlah Penduduk

Penduduk di Desa Talumae memiliki total penduduk sebanyak 2.136 jiwa.

Berikut perbandingan jumlah penduduk Desa Talumae Kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang menurut jenis kelamin.

Tabel 5. Jumlah Penduduk Desa Talumae

No. Jenis Kelamin Jumlah (orang) Persentase%

1.

2.

L P

1.028 1.108

48,12 51,88

Jumlah 2.136 100%

Sumber: Desa Talumae 2021

Tabel 5. Dapat dilihat bahwa jumlah penduduk Desa Talumae Kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang dengan jenis kelamin perempuan lebih banyak yaitu 1.107 dengan persentase 51,874 dibanding jumlah penduduk laki-laki yaitu sebanyak 1.027 dengan persentase 48,126.

4.4 Pendidikan

Berdasarkan data tingkat pendidikan warga Desa Talumae Kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang dapat diklasifikasikan berdasarkan tamatan sekolahnya. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut :

(39)

Tabel 6. Pendidikan di Desa Talumae

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (orang) Persentase%

1. Tidak Sekolah 138 6,47

2. Tidak Lulus 155 7,25

3. TK 164 7,68

4. SD 789 36,94

3 SMP-SMA 820 38,38

4. S1-S2 70 3,28

Jumlah 2.136 100%

Sumber: Desa Talumae 2021 4.5 Sarana dan Prasarana

Menurut Rohiyat (2012) sarana dan prasarana adalah keseluruhan proses perencanaan, pengadaan, pendayagunaan dan pengawasaran sarana dan prasarana yang digunakan demi mencapai tujuan secara efektif dan jelas. Tabel 7. Sarana dan Prasarana Desa Talumae

No. Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah Unit

1. Puskesmas 1

2. TK 1

3. SD 2

4. SMP 1

5. SMA 1

6. Mesjid 3

Sumber: Desa Talumae 2021

(40)

Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa di Desa Talumae terdapat Puskesmas yang berjumlah 1 unit, Taman kanak-kanak (TK) 1 unit, Sekolah Dasar (SD) 2 unit, Sekolah Menengah Pertama (SMP) 1 unit, Sekolah Menengah Atas (SMA) 1 unit, dan Mesjid sebanyak 3 unit.

(41)

BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Karakteristik Responden

Karakteristik responden merupakan data eksistensi masyarakat petani yang dijadikan sumber informasi untuk memperoleh data yang akan digunakan dalam penelitian ini. Identitas responden yang digunakan dalam penelitian ini adalah data umur, pendidikan, dan tanggungan keluarga responden petani porang di Desa Talumae. Lebih detail berkaitan dengan identitas responden ini diuraikan, sebagai berikut.

5.1.1 Responden Berdasarkan Umur

Umur merupakan faktor yang mempengaruhi seseorang produktif atau tidak produktif. Untuk mengetahui umur responden dapat dilihat dalam tabel berikut.

Tabel 8. Klasifikasi Umur Responden Petani Porang

No. Umur Jumlah (Orang) Presentase%

1. 35 - 44 3 60%

2. 45 – 54 2 40%

Jumlah 5 100%

Sumber: Data Primer Hasil Olahan Lapangan 2021

Pada Tabel 8. Dapat dilihat bahwa jumlah responden yang berusia 35- 44 tahun sebanyak 3 orang dengan persentase 60%, sedangkan responden yang berusia 45-54 tahun sebanyak 2 orang dengan persentase 40%. Hal ini dapat diketahui bahwa responden yang berusia 35-44 tahun merupakan

(42)

penduduk dengan usia produktif, dimana penduduk pada usia 35-44 tahun dapat bekerja,

dan Sedangkan penduduk usia non produktif adalah penduduk dengan usia di bawah 15 tahun, yang umumnya belum bisa atau sudah tidak dapa bekerja secara produktif.

5.1.2 Responden berdasarkan Tingkat Pendidikan

Pendidikan yang telah dijalani seseorang tentulah tidak sama antara individu satu dengan individu lainnya sehingga menanamkan sebuah pola fikir yang berbeda pula, dengan pola fikir yang berbeda tentunya dapat mempengaruhi perilaku seseorang dalam melakukan tindakan. Berikut tingkat pendidikan petani porang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 9. Klasifikasi Tingkat Pendidikan Petani

No. Tingkat Pendidikan Jumlah (Orang) Presentase%

1. SMP 1 20

2. SMA 2 40

3. S1 2 40

Jumlah 5 100%

Sumber: Data Primer Hasil Olahan Lapangan 2021

Pada Tabel 9. Dapat dilihat bahwa tingkat pendidikan tamatan tertinggi adalah Strata 1 (S1) sebanyak 2 orang dengan persentase 40%, Sekolah Menengah Atas (SMA) sebanyak 2 orang dengan presentase 40%, dan pendidikan terendah adalah Sekolah Menengah Pertama (SMP) sebanyak 1 orang dengan presentase 20%.

(43)

5.1.3 Pengalaman Berusahatani

Pengalaman usahatani sangat mempengaruhi petani dalam menjalankan usahatani atau lama usahatani yang berbeda beda. Pengalaman Usahatani dapat dilihat pada tabel berikut.

Tabel 10. Responden berdasarkan Lama Pengalaman Usahatani Porang No. Pengalaman Berusahatani Jumlah (Orang) Presentase%

1. 1 – 2 2 40%

2. 3 – 4 3 60%

Jumlah 5 100%

Sumber: Data Primer Hasil Olahan Lapangan 2021

Tabel 10. Menunjukkan bahwa beberapa responden yang memiliki pengalaman berusahatani porang 1-2 tahun sebanyak 2 orang dengan presentase 40% dan 3-4 tahun sebanyak 3 orang dengan presentase 60%. Hal ini menunjukkan bahwa pada umumnya responden sudah berpengalaman dalam berusahatani.

5.1.4 Responden Berdasarkan Luas Lahan

Luas lahan responden adalah areal kebun yang diusahakan oleh petani responden untuk usaha tani porang yang dinyatakan dalam hektar (ha). Luas lahan akan mempengaruhi besarnya produksi yang diusahakan dan kesejahteraan yang akan mereka peroleh. Luas lahan responden dapat dilihat pada tabel berikut.

(44)

Tabel 11. Luas Lahan Responden di Desa Talumae

No. Luas Lahan (Ha) Jumlah (Orang) Presentase%

1. 0,5 - 1 Ha 4 80%

2. ≥ 1 Ha 1 20%

Jumlah 5 100%

Sumber: Data Primer Hasil Olahan Lapangan 2021

Tabel 11. Dapat dilihat bahwa luas lahan perkebunan petani porang terdapat 4 orang atau 80% dengan luas lahan 0,5-1 Ha dan 1 orang atau 20%

dengan luas lahan ≥ 1 Ha yang menanam tanaman porang. Hal ini menunjukkan bahwa luas lahan yang di usahakan oleh petani responden di daerah penelitian termasuk dalam skala cukup tinggi dan semua petani responden dalam penelitian ini berstatus kepemilikan lahan milik sendiri.

5.2 Strategi Pengembangan Tanaman Porang di Desa

Dalam penyusunan strategi pengembangan usahatani komoditi tanaman Porang di Desa Talumae peneliti melakukan analisis SWOT dengan terlebih dahulu yaitu mengidentifikasi faktor kekuatan (Strenghts), kelemahan (Weakness), peluang (Opportunies) dan ancaman (Threats). Setelah dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal selanjutnya perencanaan analisis faktor internal IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan faktor eksternal EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary). Berikut data identifikasi faktor internal dan faktor eksternal.

(45)

Tabel 12. Identifikasi Faktor Internal dan Faktor Eksternal di Desa Talumae

Faktor Internal

Kekuatan (Strenghts) Kelemahan (Weakness) 1. Ketersediaan bibit dan pupuk

2. Tersedianya luas lahan tanaman Porang

3. Pemasaran umbi porang yang tergolong mudah

4. Wilayah yang cocok untuk budidaya tanaman porang

1. Pertumbuhan awal yang lama 2. Pengetahuan masyarakat Umum

akan porang masih terbatas 3. Kurangnya media promosi

Faktor Eksternal

Peluang (Opportunities) Ancaman (Threats) 1. Harga porang yang terbilang tinggi

2. Tanaman porang yang mudah dibudidayakan dan tidak perlu pemeliharaan intensif

3. Petani sudah sangat berpengalaman dalam melakukan pengembangan tanaman porang

4. Permintaan umbi porang terus meningkat dari tahun ketahun

1. Perubahan harga porang dapat naik turun di setiap saat

2. Adanya hama dan penyakit tanaman porang

3. Informasi harga masih sulit

Sumber: Data Primer Hasil Olahan Lapangan 2021

Tabel 12. Menunjukkan bahwa Faktor Internal dan Faktor Eksternal Indonesia di Desa Talumae kecamatan Wattang Sidenreng, kabupaten Sidenreng Rappang. Adapun Faktor Internal terdiri dari 4 kekuatan dan 3 kelemahan sedangkan Faktor Eksternal terdiri 4 peluang dan 3 ancaman.

(46)

4. Kekuatan (Streghts)

a. Di Desa Talumae memiliki potensi yang baik untuk melakukan budidaya tanaman porang. Dimana ketersediaan bibit dan pupuk yang cukup mendukung, petani dapat membeli bibit di PT.Al-fatih dan ada beberapa petani yang mampu mengelolah atau membuat bibit dan pupuk sendiri sehingga petani tidak perlu membeli bibit lagi. Hal ini dapt meringankan biaya yang akan dikeluarkan petani dalam proses pembudidayaan porang.

b. Tersedianya luas lahan secara keseluruhan adalah ±90 Ha untuk budidaya komoditi tanaman porang di Desa Talumae kecamatan Wattang Sidenreng, kabupaten Sidenreng Rappang yang dimana petani memiliki luas lahan rata-rata ±1 Ha sehingga tanaman porang sangat efektif untuk dikembangkan karena melihat adanya ketersediaan lahan yang sangat mendukung untuk melakukan budidaya tanaman porang.

c. Pemasaran umbi porang yang tergolong mudah karena petani dapat menjual langsung hasil usahataninya ke perusahaan yang berada di desa talumae kecamatan Wattang Sidenreng kabupaten Sidenreng Rappang.

d. Di Desa Talumae wilayah yang sangat cocok untuk membudidayakan tanaman porang dengan luas lahan ±90 Ha. Di Desa Talumae juga sebagai salah satu sentra prodi tanaman porang yang cukup besar di kecamatan wattang Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang. Wilayah yang cocok dalam pertumbuhan yang optimal membudidayakan tanaman porang dengan ketinggian 100-600 meter diatas permukaan laut dengan tanah

(47)

yang bertekstur ringan hingga sedang, subur, gembur, dan memiliki kandungan bahan organik yang tinggi dengan pH 6–7 atau netral.

1. Kelemahan (Weakness)

a.

Tanaman Porang adalah tanaman yang cukup lama untuk di budidayakan, tetapi tanaman porang ini sangat menguntungkan dan potensinya besar jika dikembangkan dengan baik. Pertumbuhan tanaman porang kurang lebih 6- 8 bulan. Rencana akan panen umbi ketika telah musim ketiga, nanti setelah keluar spora umbi. Dimana dua musim panen katak dan ketiganya nanti muncul spora umbi pada musim ketiga penanaman. Jadi artinya penanaman hanya sampai musim ketiga. Musim ketiga barulah sepenuhnya kita memperoleh pendapataan (Pak Ridwan).

b.

Sebagian petani di Desa Talumae kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang mengatakan bahwa masih banyak yang belum mengetahui tentang pengembangan tanaman porang dikarenakan tanaman porang ini masih tanaman baru. Ceritanya dulu pada bulan April 2020, Saya mendengar di desa Tallumae ada tanaman baru ditanam kemudian berlanjut ketika masyarakat sekitar dipanggil juga untuk ikut sosialisasi tanaman porang. Saya pertamakali tau ketika saya mengikuti kegiatan sosialisasi dikebun porang di Desa Talumae. Sosialisasi yang diadakan oleh sekolah porang ini membuat saya tertarik untuk tanam porang. Apalagi adaji lahan dekat sini jadi mau juga ikut tanam dilahan sendiri. Selanjutnya saya mencari tahu melalui youtube dan sharing- sharing mengenai budidaya tanaman porang. Saya jadi tau ada petani,

(48)

paidi namanya yang sukses menjadi milyader karena porang. Saya jadi yakin untuk tanam porang ini dan tanaman porang ini memiliki potensi yang besar (Pak Aryasunarto).

c.

Salah satu kelemahan di Desa Talumae yaitu masih kurangnya media promosi mengetahui tentang adanya pengembangan tanaman porang.

Dengan adanya promosi melaui sosial media, youtube, dan lain-lain tentang strategi pengembangan tanaman porang di Desa Talumae Kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Sidenre Rappang akan leibh banyak memotivasi petani ataupun masyarakat untuk menanam dan mengembangkan tanaman porang yang mempunyai nilai ekonomis dan produktif.

2. Peluang (Opportunities)

a.

Harga porang di Desa Talumae kecamatan Wattang Sidenreng kabupaten Sidenreng Rappang terbilang tinggi, dimana harga porang mencapai kisaran Rp. 6.000-8.000/Kg sesuai harga pasar. Harga porang yang tinggi juga dipengaruhi oleh kualitas porang, semakin bagus porang yang dimiliki maka semakin tinggi pula harga yang ditawarkan oleh pembeli atau pengepul porang yang ada di desa Talumae. Hal ini sejalan dengan hasil penelitian (Dewi Andirani, 2020) mengatakan bahwa harga umbi porang sangat tinggi pada tahun 2020 yang harganya Rp.8.000/Kg.

Berdasarkan hasil wawancara responden mengatakan bahwa para petani semangat dalam melakukan usahatani porang karena harga porang yang

(49)

tinggi dan proses budidayanya juga gampang untuk dilakukan (pak Mansur).

b. Budidaya Porang termasuk budidaya tanaman yang cukup mudah dan tidak terlalu intensif pemeliharaannya. Tanaman Porang merupakaan tanaman sangat pontensial dikembangkan di bawah tegakan hutan negara smaupun hutan rakyat. Menurut saya tanaman porang inikan bisa dikatakan tanaman baru, tanaman yang tidak repot dan mudah cara tanamnya dari tanaman lain terutama dari segi pemeliharaannya tidak merepotkan seperti tanaman lainnya. Dilakukan penyemprotan satu kali satu bulan dan jika dibiarkan saja didalam tanah tetap porang ini bisa tumbuh (Pak Sulaiman).

c. Petani porang Di desa Talumae sudah sangat berpengalaman dalam melakukan budidaya porang. Pengalaman sebagai petani porang adalah lamanya seorang petani secara intensif dalam melaksanakan kegiatan sebagai petani porang Secara umum dapat dikemukakan bahwa rata-rata pengalaman petani porang yang ada di Desa Talumae kecamatan Wattang Sidenreng, Kabupaten Sidenreng Rappang dalam melakukan budidaya usahatani porang yaitu selama 3 tahun. (Made Antara dan Effendy, 2009) mengatakan bahwa Pengalaman sebagai petani adalah lamanya seorang berkecimpung secara intensif dalam melaksanakan kegiatan sebagai petani. Secara umum dapat dikemukakan bahwa rata-rata pengalaman petani sekitar 19,8 tahun. Semakin lama pengalaman petani, maka semakin selektif untuk mengadopsi dan menerapkan suatu inovasi, dan sebaliknya

(50)

petani yang berpengalaman masih rendah akan berusaha aktif mencari informasi aktual yang berkaitan dengan usaha yang dilaksanakan untuk meningkatkan produksi dan pendapatannya.

d. Permintaan akan umbi porang di desa Talumae terus meningkat dari tahun ke tahun yang membuat peluang petani lebih giat untuk melakukan budidaya usahatani porang.

2. Ancaman (Threats)

a. Perubahan harga porang di Desa Talumae yang dapat naik turun di setiap saat akan mengakibatkan para usahatani tanaman porang mengalami kerugian.

b. Adanya hama dan penyakit pada tanaman porang di Desa Talumae. Meski budidaya tanaman porang terbilang mudah, tetapi tanaman ini juga rentan terkena penyakit dan hama yaitu seperti jamur, ulat, belalang dan lain-lain.

Hal ini dapat menurunnya kualitas atau nilai ekonomis terhadap tanaman porang.

c. Infomasi harga masih sulit di desa Talumae yang dimana peubahan harga biasanya bisa naik turun sesuai harga yang dipasarkan.

(51)

5.3 Analisis Matriks SWOT

Menurut (David & Fred, 2010) menjelaskan bahwa matriks SWOT merupakan alat untuk mencocokkan sehingga mambantu perusahaan meningkatkan 4 jenis strategi yang berupa strategi SO (Strength- Opportunities), strategi WO (Weakness-Opportunities), strategi ST (Strength- Threats), dan strategi WT (Weakness-Threats). Berikut tabel Matriks SWOT untuk strategi pengembangan porang di Desa Talumae.

Tabel 13. Matriks Analisis SWOT

Internal

Eksternal

KEKUATAN (S) KELEMAHAN (W) 1. Ketersediaan bibit dan

pupuk

2. Tersedianya luas lahan tanaman porang

3. Pemasaran umbi porang yang tergolong mudah 4. Wilayah yang cocok untuk

budidaya tanaman porang

1. Pertumbuhan awal yang lama

2. Pengetahuan masyarakat Umum akan porang masih terbatas 3. Kurangnya media

promosi

(52)

PELUANG (O) STRATEGI (S-O) STRATEGI (W-O) 1. Harga porang masih

terbilang tinggi 2. Tanaman porang

mudah dibudidayakan dan tidak perlu

pemeliharaan intensif 3. Petani sudah sangat

berpengalaman dalam melakukan

pengembangan tanaman porang 4. Permintaan umbi

porang terus

meningkat dari tahun ketahun

1. Memanfaatkan ketersediaan bibit dan pupuk untuk meningkatkan produktivitas tanaman porang karena harga porang yang terbilang tinggi

2. Memanfaatkan tersedianya luas lahan mengingat tanaman porang mudah dibudidayakan dan tidak perlu pemeliharaan intensif 3. Memanfaatkan pemasaran

umbi porang yang tergolong mudah untuk meningkatkan produktivitas mengingat permintaan umbi porang terus meningkat dari tahun ketahun

4. Memanfaatkan wilayah yang cocok untuk budidaya porang mengingat petani sudah sangat

berpengalaman dalam melakukan pengembangan tanaman porang

1. Meningkatkan

pengetahuan masyarakat umum yang masih terbatas mengingat permintaan umbi porang terus meningkat dari tahun ketahun 2. Meminimalisir

pertumbuhan awal yang lama untuk tanaman yang mudah di budidayakan dan tidak perlu

pemeliharaan intensif 3. Meningkatkan media

promosi mengingat harga porang yang terbilang tinggi

(53)

THREATS (T) STRATEGI (S-T) STRATEGI (W-T) 1. Perubahan harga

porang dapat naik turun di setiap saat 2. Adanya hama dan

penyakit tanaman porang

3. Informasi harga masih sulit

1. Memanfaatkan ketersediaan bibit dan pupuk untuk mencegah perubahan fluktuasi harga tanaman porang

2. Memanfaatkan tersedianya luas lahan untuk

meminimalisir adanya hama dan penyakit tanaman porang

1. Meminimalisir

pertumbuhan awal yang lama untuk mencegah adanya hama dan penyakit

Strategi S-O

1. Memanfaatkan ketersediaan bibit dan pupuk untuk meningkatkan produktivitas tanaman porang karena harga porang yang terbilang tinggi 2. Memanfaatkan tersedianya luas lahan mengingat tanaman porang mudah

dibudidayakan dan tidak perlu pemeliharaan intensif

3. Memanfaatkan pemasaran umbi porang yang tergolong mudah untuk meningkatkan produktivitas mengingat permintaan umbi porang terus meningkat dari tahun ketahun

4. Memanfaatkan wilayah yang cocok untuk budidaya porang mengingat petani sudah sangat berpengalaman dalam melakukan pengembangan tanaman porang

(54)

Strategi S-T

1. Memanfaatkan ketersediaan bibit dan pupuk untuk mencegah perubahan fluktuasi harga tanaman porang

2. Memanfaatkan tersedianya luas lahan untuk meminimalisir adanya hama dan penyakit tanaman porang

Strategi W-O

1. Meningkatkan pengetahuan masyarakat umum yang masih terbatas mengingat permintaan umbi porang terus meningkat dari tahun ketahun 2. Meminimalisir pertumbuhan awal yang lama untuk tanaman yang mudah di

budidayakan dan tidak perlu pemeliharaan intensif Strategi W-T

1. Meningkatkan media promosi mengingat harga porang yang terbilang tinggi

5.4 Matriks Analisis IFAS (Internal Factor Analysis Summary) dan EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary)

a. Evaluasi Faktor Lingkungan Internal

Setelah dilakukan identifikasi faktor internal dan faktor eksternal selanjutnya dilihat dalam tabel perencanaan analisis faktor internal (IFAS) dan faktor eksternal (EFAS).

(55)

Tabel 14. Matriks Analisis IFAS (Internal Factor Analysis Summary) No. Kekuatan (Strenghts) Bobot Rating Skor

1. Ketersediaan bibit dan pupuk

0,16 3 0,48

2. Tersedianya luas lahan tanaman porang

0,19 4 0,76

3. Pemasaran umbi porang yang tergolong mudah

0,15 3 0,45

4. Wilayah yang cocok untuk budidaya tanaman porang

0,17 4 0,68

Sub Total 0,67 2,37

Kelemahan(Weakness) Bobot Rating Skor 1. Pertumbuhan awal yang

lama

0,11 2 0,22

2. Pengetahuan masyarakat umum akan porang masih terbatas

0,12 2 0,24

3. Kurangnya media promosi 0,10 2 0,2

Sub Total 0,33 0,66

Total 1,00 3,03

Sumber: Data Primer Hasil Olahan Lapangan 2021 b. Evaluasi Faktor Lingkungan Eksternal

Adapun persyaratan matriks EFAS (Eksternal Factor Analisis Summary) dari hasil penelitian startegi pengembangan usahatani porang di Desa Talumae Kecamatan Wattang Sidenreng terdapat pada tabel berikut.

(56)

Tabel 15. Matriks Analisis EFAS (Eksternal Factor Analysis Summary) No. Peluang (Opportunities) Bobot Rating Skor

1. Harga porang masih terbilang tinggi

0,14 2 0,28

2. Tanaman porang mudah dibudidayakan dan tidak perlu pemeliharaan intensif

0,16 3 0,48

3. Petani sudah sangat berpengalaman dalam melakukan pengembangan tanaman porang

0,18 2 0,36

4. Permintaan umbi porang terus meningkat dari tahun ketahun

0,14 1 0,14

Sub Total 0,62 1,26

Ancaman (Threats) Bobot Rating Skor 1. Perubahan harga porang

dapat naik turun di setiap saat

0,14 2 0,28

2. Adanya hama dan penyakit tanaman porang

0,11 2 0,22

3. Informasi harga masih sulit 0,13 1 0,13

Sub Total 0,38 0,63

Total 1,00 1,89

Sumber: Data Primer Hasil Olahan Lapangan 2021

(57)

5.5 Perhitungan Nilai Skor Terhadap Alternatif Strategi Tabel 16. Perhitungan Nilai Skor Alternatif Strategi

IFAS EFAS

KEKUATAN KELEMAHAN

PELUANG Strategi S-O 2,37 + 1,26 = 3,63

Strategi W-O 0,66 + 1,26 = 1,92 ANCAMAN Strategi S-T

2,37 + 0,63 = 3,00

Strategi W-T 0,66 + 0,63 = 1,29 Sumber: Data Primer Hasil Olahan Lapangan 2021

Berdasarkan hasil perhitungan pada tabel 16 Matriks SWOT alternatif strategi yang paling sesuai dengan keadaan faktor lingkungan Internal dan faktor Eksternal yang dimiliki dalam strategi pengembangan tanaman porang di Desa Talumae kecamatan Wattang Sidenreng kabupaten Sidenreng Rappang yaitu S-O dengan skor alternatif strategi sebesar 3,63. Hal ini menunjukkan bahwa pilihan strategi yang tepat adalah memanfaatkan kekuatan (Strenghts) untuk meraih peluang (Opportunities). Adapun kekuatan dan peluang yang dimiliki sebagai berikut :

1. Memanfaatkan ketersediaan bibit dan pupuk untuk meningkatkan produktivitas tanaman porang karena harga porang yang terbilang tinggi

2. Memanfaatkan tersedianya luas lahan mengingat tanaman porang mudah dibudidayakan dan tidak perlu pemeliharaan intensif

(58)

3. Memanfaatkan pemasaran umbi porang yang tergolong mudah untuk meningkatkan produktivitas mengingat permintaan umbi porang terus meningkat dari tahun ketahun

4. Memanfaatkan wilayah yang cocok untuk budidaya porang mengingat petani sudah sangat berpengalaman dalam melakukan pengembangan tanaman porang

(59)

BAB VI

KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian mengenai strategi pengembangan komoditi tanaman porang di Desa Talumae Kec. Wattang Sidenreng, Kab. Sidenreng Rappang, dapat disimpulkan bahwa:

1. Faktor internal meliputi faktor kekuatan/Strength (ketersediaan bibit dan pupuk, tersedianya luas lahan, pemasan umbi porang yang mudah, serta wilayah yang cocok untuk budidaya tanaman porang) dan faktor kelemahan/Weakness (pertumbuhan awal yang lama, pengetahuan masyarakat umum mengenai porang masih terbatas serta kurangnya media promosi). Sedangkan faktor eksternal meliputi peluang/Opportunity (harga porang terbilang masih tinggi, mudah dibudidayakan, petani yang sudah berpengalaman dalam pengembangan tanaman porang, serta permintaan porang yang terus meningkat) dan ancaman/Threath (Perubahan harga porang tidak stabil, adanya hama dan penyakit pada tanaman porang, serta informasi harga masih sulit).

2. Strategi pengembangan komoditi tanaman porang di Desa Talumae Kec.

Wattang Sidenreng Kab. Sidenreng Rappang yaitu memanfaatkan ketersediaan bibit dan pupuk untuk meningkatkan produktivitas tanaman porang karena harga porang yang terbilang tinggi, memanfaatkan tersedianya luas lahan mengingat tanaman porang mudah dibudidayakan dan tidak perlu pemeliharaan intensif, memanfaatkan pemasaran umbi

Gambar

Tabel 1. Scoring untuk Jawaban Kuesioner
Tabel 2. Matrik Faktor Strategi Internal (IFAS)  Faktor-faktor Strategi
Tabel 3. Matrik Faktor Strategi Eksternal (EFAS)  Faktor-faktor Strategi
Tabel 4. Matriks SWOT
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dari analisa SWOT IFAS EFAS diperoleh strategi rencana pengembangan pelabuhan yang dapat diterapkan di Pelabuhan Umum Gresik adalah strategi agresif yaitu :

Penyusunan strategi pengembangan obyek wisata menggunakan analisis SWOT, dengan membuat analisa Faktor Strategi Internal (IFAS) dan analisa Faktor Strategis Eksternal (EFAS).

Hasil analisis dari matriks SWOT IFAS dan EFAS adalah beberapa strategi pengembangan usaha yang dapat diterapkan pada industri Pundi Mas yaitu (a) Strategi

Sedangkan dari analisa SWOT IFAS EFAS diperoleh strategi rencana pengembangan pelabuhan yang dapat diterapkan di Pelabuhan Umum Gresik adalah strategi agresif yaitu :

Hasil identifikasi menyimpulkan bahwa, faktor-faktor yang menjadi kekuatan, kelemahan, peluang, dan ancaman dalam pengembangan usaha komoditi kemiri lokal di Kampung

Matriks Analisis SWOT IFAS EFAS Kekuatan Strength Kelemahan Weaknesses  Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal  Tentukan 5-10 faktor-faktor kekuatan internal Peluang

Matrik SWOT Galangan Kapal Rakyat di Kabupaten Lamongan IFAS EFAS STRENGTHS S 2,20 Faktor-faktor kekuatan internal WEAKNESSES W 0,65 Faktor-faktor kelemahan internal

Matrik SWOT IFAS EFAS Strengths S Weaknesses W Menetukan minimal 5 dan maksimal 10 faktor kekuatan internal Menetukan minimal 5 dan maksimal 10 faktor kelemahan