• Tidak ada hasil yang ditemukan

Syarat dan Pentingnya

N/A
N/A
Risma indah Cahyaningtyas

Academic year: 2025

Membagikan " Syarat dan Pentingnya"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

SISTEM PENGEREMAN K ERETA API

Pada pengoperasian kereta api, perihal pengereman merupakan salah satu faktor yang perlu dan penting, karena menyangkut keamanan kereta api itu sendiri maupun bagi kepentingan keamanan penumpang. Selain itu diperlukan untuk kenyamanan perjalanannya. Pelaksanaan pengereman memerlukan pengetahuan dasar perasaan dan pengalaman dari masinis kereta api, untuk mencegah atau memperkecil akibat buruk dari pengturan pengeremannya.

Ketidak sempurnaan sistem pengereman kereta api dan pengaturannya menimbulkan kerusakan kereta atau gerbong, terutama pada bagian yang mengalami keausan. apabila keausan terjadi pada roda (efek flat spot), maka lebih

(2)

II.1. Syarat-Syarat Pengereman Kereta Api

lanjut akan mengurangi kenyamanan dan keamanan kereta. Untuk keperluan pengereman kereta api memerlukan syarat-syarat tertentu.

Syarat-syarat pengereman kereta api terdiri dari:

a. Kereta api harus dapat dihentikanpada jarak tertentu. masinis kereta harus mengatur kendali rem (tongkat rem) pada lokomotif, sehingga kereta dapat dihentikan pada tempat tertentu. Di PERUMKA, pengereman diperlukan apabila kereta dalam keadaan saat akan berhenti, atau dilakukan untuk memperlambat pada saat jalan yang kurang baik atau juga mempertahankan kecepatan pada lintasan yang menurun.

b. Sistem rem dapat di kendalikan, artinya pengereman kereta api bisa di atur oleh masinis.

c. Sistem rem kereta api harus dilengkapi dengan rem yang automatis, karena kereta api harus segera berhenti bila ada rangkaian yang terputus d. Keausan yang disebabkan oleh peristiwa pengereman harus ada pada

batas-batas tertentu, ditinjau dari fungsinya, gaya pengereman yang terjadi, maupun dari segi ekonomis.

Pada ruang lingkup perkeretaapian digunakan beberapa jenis sistem pengereman. Untuk membantu memahaminya akan dibagi menjadi beberapa bagian. Berikut ini akan dipaparkan pembagian menurut akibat keausan yang di timbulkan.

(3)

II.2. Pembagian engereman Menurut Akibat Keausan Yang Ditimbulkan II.2.1. Sistem Rem Yang Tidak Bebas Dari Aus

Rem Udara

Rem Vakum

- Rem Tangan P

Sistem pengereman ini maksudnya, akan terjadi keausan pada bagian kontak pengereman dari akibat peristiwa pengereman, misalnya pada kasut roda (bandasi), atau pada blok remnya.

-

Yang dimaksud dengan rem udara disini adalah rem udara tekan, dimana udara yang bertekanan lebih tinggi dari udara luar, diisikan kesaluran rem dan tangki udara reservoir. Udara bertekanan dihasilkan oleh kompresor pada lokomotifdan diatur penggunaanya oleh masinis dengan mengatur pembukaan.

-

Pada rem vakum, udara pada reservoir dan saluran rem diusahakan mempunyai tekanan dibawah udara tekanan luar (tekanan vakum 0,6 atmosfir).

udara luar dimasukan kesaluran rem saat peristiwa pengereman terjadi.

Rem tangan dahulu banyak digunakan pada gerbong dan sekarang digunakan untuk keperluan rem darurat pada sistem pengereman udara vakum ataupun udara tekan. sistem ini menggunakan transmisi ulir lengan rem.

Untuk ketiga jenis sistem pengerman diatasbagian-bagian yang aus adalah kasut rodanya dan blok remnya. Berikut ini adalah jenis rem dengan keausan lainya yaitu : Rem gesek magnetis, prinsip kerjanya adalah gesekan blok rem dengan rel atas dasar prinsip magnetis, keausanterjadi pada rel dan blok rem.

(4)

II.2.2. Rem Yang Bebas Dari Aus Rem Elektrodinamis

Rem Elektomagnetis

Rem Hidrodinamis -

Pada sistem ini energi kinetik kereta diubah menjadi energi listrik, dimana motor traksi yang mula-mula bekerja di ubah menjadi generator, yang mengubahnya kebentuk panas pada kumparan tahanan.

-

Prinsip rem ini adalah energi kinetik ketera diubah ke dalam magnet yang akan menghasilkan arus besar.

-

Rem hidrodinamis mempunyai prinsip seperti dinamometer brake, dimana energi kinetik kereta diubah kebentuk pusaran fluida yang akhirnya berubah panas.

Penggunaan sistem pengereman yang pernah dipakai pada kereta api di PERUMKA adalah sebagai berikut :

- Rem tangan

- Rem vakum (Vacum brake) - Rem Udara tekan (air brake)

- Rem udara tekan –listrik (pada kereta rel listrik)

(5)

Pada saat sekarang PERUMKA banyak menggunakan sistem rem udara tekan yang menggantikan sistem vakum sejak tahun 1974. Untuk kedua sistem rem diatas selalu ada sistem pengereman tangan yang digunakan dalam keadaan darurat.

Sistem rem pada kereta api menggunakan sistem rem yang sangat penting dalam beroperasinya suatu rangkaian kereta api. Dalam pengoperasiannya, kereta dapat melaju dengan cepat. Supaya kereta dapat berhenti pada jarak tertentu, diperlukan suatu sistem rem yang handal dan terpadu pada setiap rangkaian kereta api. Untuk dapat menghentikan rangkaian kereta api dalam suatu jarak tertentu diperlukan kapasitas pengereman yang ditentukan oleh besarnya persentase pengereman dan kecepatan aliran udara dari pipa rem ke udara luar.

Pada sistem pengereman yang menggunakan rem blok seperti rem udara ini, maka besarnya persentase itu tergantung pada besarnya tekanan rem blok pada roda (bandasi roda). Semakin besar gaya tekanan rem blok pada bandasi roda, maka semakin besar kapasitas dari pengereman tersebut.

Ada berbagai macam sistem rem udara yang dipakai pada kereta dan gerbong di PERUMKA antara lain seperti disebutkan dibawah ini :

1. Westinghous ( pada lok-lok D.E/USA dan D>H/Prancis) 2. KNORR KE (pada lok-lok D.H Jerman dan Austria)

3. WABCO/Westinghous-perancis (pada gerbong-gerbong barang) 4. 4 Dako / Checo-Slovakia (Pada gerbong barang, hanya sedikit)

(6)

II.3. Sistem Rem Udara

II.3.1. Sistem Rem Dengan Metoda Langsung ( Direct Method)

Pada dasarnya terdapat dua macam sistem rem udara, ialah sistem rem dengan metode langsung dan sistem rem dengan metoda tak langsung.

Sistem ini tidak bekerja secara otomatis, oleh karena hanya dipakai pada lokomotif saja dan tidak digunakan pada kereta-kereta penumpang atau gerbong-gerbong barang.

Prinsip kerjanya:

a. Pada kedudukan hendel rem lepas silinder rem dan pipa berhubungan langsung dengan udara luar dengan tekanan 1 atmosfer.

b. Pada kedudukan hendel rem terikat, maka silinder rem dan pipa rem berhubungan langsung dengan tangki uadara (Reservoir) yang ada di lokomotif yang bertekanan 1 atmosfir.

Bila metoda langsung ini digunakan pada kereta, dan rangkaian kereta mengalami putus dalam perjalanan maka alat rem tidak b bekerja secara otomatis (otomatis melakukan pengereman), karena terlepas hubungannya dengan tangki udara di lokomotif.

(7)

Gambar 2.1. Sistem Rem Dengan Metode Langsung Ref. PT. (pe rsero) INKA "Peralatan Rem Udara"

(8)

II.3.2. Sistem Rem Dengan Metoda Tidak Langsung.

II.3.2.1. Rem Udara Sistem Dua Kamar

Sistem ini bekerja secara otomatis dan di terapkan pada kereta penumpang ataupun gerbong barang. Ada 2 macam metoda tidak langsung yang dilaksanakan pada sistem rem udara tekan, ialah rem udara sistem dua kamar dan rem udara sistem satu kamar.

Prinsip kerjanya:

1. Pada kedudukan handel rem di lepas, silinder rem dan pipa rem berhubungan dengan tangki udara (Reservoir) yang ada di lokomotif yang bertekanan 5 atmosfir.

2. Pada kedudukan handel rem terikat, silinder rem dan pipa rem berhubungan dengan udara luar yang tekanannya hanya 1 atmosfir. Oleh karena itu, udara tekan yang berada dalam silinder rem dan pipa rem mengalir keluar ke udara bebas.

3. Bersamaan dengan keluarnya udara tekan yang ada di dalam pipa rem, maka udara tekan dari tangki pembantu (Auxilliary Reservoir) yang terdapat pada kereta atau gerbong segera masuk kedalam silinder rem untuk mendorong torak rem agar mengikat. Jadi gaya rem yang menekan pada rem blok diperoleh dari udara yang ada di lokomotif.

Jadi apabila terjadi rangkaian kereta atau gerbong putus dalam perjalanan, maka alat rem yang terdapat pada masing-masing kereta atau gerbong segera akan bekerja secara otomatis, karena mendapat suplai udara i tangki pembantu yang terdapat pada masing-masing kereta atau gerbong.

(9)

Gambar 2.2. Sistem Rem Udara Tekan Sistem Dua Kamar Ref. PT. (pe rsero) INKA "Peralatan Rem Udara"

(10)

II.3.2.2. Rem Udara Sistem Satu Kamar Prinsip kerjanya :

1. Seperti pada sistem dua kamar, untuk satu kamar ini pada kedudukan handel rem lepas pipa rem juga berhubungan dengan tangki udara ( ) yang ada di lokomotip (5 atm).

Pada sistem, silinder rem tidak berhubungan dengan udara luar yang bertekanan 1 atmosfir. Disini kedudukan rem Lepas dibantu dengan adanya sistem pegas pembalik untuk menahan rem blok agar tidak menempel pada roda.

2. Pada kendali handel rem terikat, maka pipa rem berkaitan dengan udara kedalam tekanannya hanya 1 atmosfir, sehingga udara tekan yang berada dalam pipa rem itu mengalir keluar ke udara bebas.

3. Dengan adanya pipa rem itu, maka katup yang ada di dalam Distributor Valve akan terbuka, sehingga udara tekan yang tersimpan dalam tangki pembantu segara masuk kedalam silinder rem untuk menekan rem blok agar menghentikan roda.

Jadi gaya rem diperoleh dari udara tekan yang berasal i tangki pembantu ( ) yang terdapat pada masing-masing kereta atau gerbong, bukan dari tangki yang ada di lokomotip. Berarti sistem ini pun bekerja secara otomatis seperti pada sistem satu kamar. jadi apabila rangkaian kereta atau gerbong itu putus dalam perjalanan maka rangkaian kereta atau gerbong otomatis melakukan pengereman.

Reservoir

Auxilliary Recervoir

(11)

Gambar 2.3. Sistem Rem Udara Tekan Sistem Satu Kamar Ref. PT. (pe rsero) INKA "Peralatan Rem Udara"

(12)

II.4. Prinsip Kerja Rem Udara

Udara yang berhubungan pada sistem pengereman bertekanan sekurang- kurangnya 0,98 N/mm² pada unit traksi dan disana disimpan pada reservoar utama. Udara bertekanan yang berasal dari reservoar utama diatur sehingga mencapai tekanan kerja 0,49 N/mm² pada katup rem yang terdapat pada pihak pengemudi di unit traksi (lok),dan kemudian mengalir melalui pipa rem utama, selanjutnya melalui katup distributor kereta menuju reservoar pengumpan dan silinder rem. Mekanisme pengereman diawali dengan menurunkan tekanan didalam saluran udara sebesar 0,4 atmosfir, untuk menyentuhkan blok rem ke roda kereta dan kemudiamditurunkan tekenannya secara bertahap.

Dengan adanya beda tekanan udara pada saluran udara, distributor akan bekerja dan udara akan mengalir dari tangki udara pembantu ke silinder rem.

Torak silindar rem bergerak keluar menggerakan perangkat brake ringging.

Tekanan silinder rem pada saat ini adalah 0,37 N/mm². Gerakan tekanan udara didalam silinder rem menghasilkan gaya dorong pada torak silinder rem. Gaya tekanan udara di dalam silinder rem menghasilkan gaya dorong pada torak silinder rem. Gaya dorong torak tersebut dipindahkan melalui sebuah ubungan batang rem yang diperkuat oleh tuas-tuas menuju kasut rem (sepatu rem), menimbulkan tekanan pengereman. Jika rangkaian terputus, maka seluruh rem akan bekerja secara automatis, karena saluran udaranya terisi udara luar dan tekanannya akan turun. Untuk pelepasan rem, saluran udara dinaikkan te menjadi 5 atmosfir lagi pada saat ini distributor akan menghubungkan tangki udara

(13)

Gambar 2.4. Penempatan Peralatan Rem

pembantu dengan tabung udara utama serta silinder rem dengan udara luar, sehingga udara didalam silinder rem akan keluar dan rem akan terlepas.

Keterangan:

1. Roda 7. Tuas – tuas Rem

2. Selang Rem 8. Alat Pengatur (G-P)

3. Pipa Rem 9. Alat Pengatur Kedudukan

4. Distributor Valve 10. Slack Adaptor 5. Tangki Pembantu 11. Slack Adjuster 6. Silinder Rem

(14)

II.5.Hubungan Antara Handel Rem Dengan Tangki Utama Dan Distributor Valve Kontrol Serta Tangki Pembantu Dan Silinder Rem.

II.5.1. Pada Kedudukan Rem Terikat (Brake Position)

Gambar 2.5. Kedudukan Rem Terikat

Hubungan antara Handel Rem yang terdapat pada kabin masinis dengan Tangki Pembantu ( ) yang ada di lokomotip, dan juga antara Handel Rem dengan Distributor Valve, Tangi Pembantu ( ) dan Silinder Rem ( )yang ada pada rangkaian kereta atau gerbong melalui saluran pipa rem utama.

Pada posisi hendel rem ada dimula, maka rem terikat, k udara tekan yang ada didalam pipa abar terbuang bebas keluar, sehingga udara tekan yang tersimpan dalam tengki membantu masuk kedalam silinder rem. Apabila posisinya tetap dibiarkan terbuka, maka rem akan terus mengikar dengan kekuatan penuh (full brake position), karena pipa rem utama akan kosong sama sekali.

Auxilliary Recservoir

Auxilliary Recservoir Brake Cilinder

(15)

II.5.2. Pada Kedudukan Rem Menutup (Lap Position)

Gambar 2.6. Kedudukan Rem Menutup

Apabila posisi Handel Rem, setelah"mengikat" kemudian dikembalikan ke posisi "tengah", yaitu posisi "RemMenutup", maka pengereman akan terhenti pada tingkat kekuatan tertentu (tidak penuh), karena hubungan antara pipa akbar dengan udara luar maupun dengan tengki utama yang ada lokomotif itu tertutup, inilah yang disebut "lap" (lap psition). Dengan adanya posisi "lap"ini, maka dimungkinkan berangsur-angsur (pengereman dan pelepasan bertahap).

Adanya kemungkinan untuk melakukan pengereman dan pelepasan bertahap ini, maka pengereman dapat diatur menurut kebutuhan. Jadi tidak harus selalu dengan kekuatan penuh.

(16)

II.5.3. Pada Kedudukan Rem Lepas ( )

II.6. Proses Kerja Distributor Valv

Pada posisi Handel Rem berada di "belakang", maka terjadilah posisi "Rem Lepas ", karena hubungan antara pipa rem utama pada rangkaian kereta atau gerbong dengan tangki utama yang ada di lokomotif menjadi terbuka, sehingga supply udara dari tangki utama itu bisa masuk ke pipa rem dan tangki pembantu.

Pada posisi "Rem Lepas" ( ) ini, maka tangki pembantu ( ) yang ada di kereta atau gerbong itu selalu mendapatkan supply udara tekan dari tangki utama yang terus menerus diisi udara tekan dari sebuah kompresor atau blower.

Dengan demikian, maka udara tekan yang disimpan didalam tangki pembantu itu tidak akan habis, apabila ada kebocoran sedikit-sedikit. Kebocoran ini pada suatu tingkat tertentu masih dapatdi tolerir.

e

Fungsi dari Distributor Valve adalah untuk mengatur la lintas udara dari dan menuju ke komponen-komponen alat rem. Ada tiga macam "posisi" darin distributor valve yaitu:

- posisi pada waktu berlangsungnya "Proses Pengisian" ( ).

- posisi pada waktu berlangsungnya "proses pengereman" ( ).

- posisi pada waktu berlangsungnya "Proses Pelepasan" ( ) Release position

Release Position Auxilliary Reservoir

Charging Process Brake Operation

Release Operation

(17)

II.6.1. Posisi Pengisian ( ) II.6.1.1. Proses Pengisian

Sebelum pelaksanaan proses-proses yang disebutkan diatas, distributor valve dalam "keadaan Siap", keadaan ini dapat diperoleh dengan mengisi ruang dalam distributor valve yang selalu berhubungan dengan pipa utama ruang pengatur A (control chamber)dan reservoir udara R. Udara pengatur sebesar 0,49 N/mm² yang didapat dariudara tekan di pipa utama. Pada waktu itu silinder rem dan ruang Cv, kedua-duanya berhubungan dengan udara luar.

Diagram pengereman seperti pada gambar lampiran.

Udara tekan yang mengalir dari tangki utama melalui handel rem masinis masuk ke pipa rem utama L terus ke torak (1) melewati katup (33) dan choke"1a", diaphragma torak menutup lubang "2b".

Ruang pengaturan A dan tangki pembantu R mendapatkan pengisian udara dari pipa rem utama L dengantekanan 0,49 N/mm².

- Pengisian Ruang A

Udara dari pipa remutama L mengalir ke ruang pengaturan A, terus membuka secara sensitif lubang (2) dan mengisi choke (2c). Apabila tekanan di dalam pipa utama L dan ruang pengaturan A itu seimbang, maka diaphragma torak pada lobang (2b) membuka.

- Pengisian Ruang R

Udara dari pipa rem utama L mengalir ke tangki udar pembantu R, melewati katup (27) yang di buka oleh tekanan dalam ruang A pada torak (25), melewati (3) serta katup (7) kemudian melewati pembatas tekanan (15)dan (20).

Charging Position

(18)

II.6.1.2 Pengurangan Pengisian Yang Berlebihan

II.6.2. Posisi Pengereman

II.6.2.1. Pengereman Penuh ( )

Katup R juga berada di katup relay "inlet"nya (32) tertutup. Katup (27) ) tertutup pada tekanan R sebesar=0,46 N/mm², selanjutnya pengisian berlangsung melalui chuke (29).

Katup tiga terbuka (Triple Presure Valve) dengan torak (1) dan (9) berada dalam posisi yang rendah dan menutup lubang pemasukan dari alat kontrol (10) lubang pembuangan (11) menjadi terbuka.

Pada posisi dari katup (23), Cv di kelurkan melalui pembuangan (5) dari torak (9) standar choke (22) Silinder rem C dikeluarkan melalui "outlet" (31) dari katup relay, ruang U melalui choke (19) dan lubanmg buangan (11) dari alat kontrol (10).

Apabila tekanan didalam pipa rem utama L turun secara perlahan-lahan, maka udara dalamruang pengatur A bisa terbuang keluar melalui lubang (2b) dan choke (2c) serta melalui lubang kepekaan (2). Kelebihan pengisian ruang Abisa dibuang melalui katup pembuangan atau katup lepas (Release Valve).

Diagram pengereman seperti pada gambar lampiran.

Hubungan dari Lke R terhalang oleh tertutupnya flap (3) pada alat pengisi R. Dalam "katup tiga tekanan" torak (1) mendesak perangkat torak (1) + (9) dan pegas (8) kearah atas.

Full brake Aplication

(19)

Alat pengatur (10) menutup lubang (11) dan membuka lubang pengisian (12) yang menuju ke ruang U. Ruang U mengalirkan udara dario pipa rem utama Lmelalui choke (1a).

Karena aksi penyempitan dari choke (1ª), maka perangkat torak (1) + (9) bergerak cepat ke posisi puncak, sambil menutup lubang pembuangan (5) dan membuka lubang pemasukan (6) dengan perantaraan pelat katup (7).

Udara dari tangki pembantu R mengalir melalui alat pembatas tekanan minimum (15) dan alat pembatas tekanan maksimum (20) terus melalui standar choke (16) (bila pada posisi G) atau melalui standar choke (16) +(17) (pada posisi p), dimana katup (24) dalam keadaan terbuka , melalui lubang pemasukan (6) dambing choke (30a) terus ke tangki kontrol Cv. Tekanan di dalam Cv meningkat dan sekaligus menutup pengatur A (18) serta memperlambat untuk sementara pengatur U (14) melalui choke (14a).

Apabila Cv mencapai 0,07 N/mm², alat pembatas tekanan minimum (15) akan menutup. Peningkatan selanjutnya dalam Cv muncul standar choke (16) (pada posisi G), sedangkan pada poisisi P (katup 24) dalam keadaan terbuka lewat standar (16) + (17) sehingga sampai alat pembatas tekanan maksimum (20) menutup pada saat tekanan Cv mencapai 0,37 N/m².

Peningkatan tekanan dalam Cv dipindahkan dengan silindernya kedalam katup relay olah torak (30) pada C (tidak tergantung pada vulume) oleh arus udara dari tangki pembantu R melalui tabung pemasukan (32) setelah menutup katup lubang pembuangan (31). Setelah penurunan tekanan dalam pipa L, maka jarum dari choke switch (2ª) akan memperkecil lubang kepekaan (2).

(20)

II.6.2.2 Pengereman Bertahap dan Penutupan Rem

II.6.2.3. Pengisian Kembali Secara Otomatis

Apabila tekanan dalam pipa ram utama Lditurunkan secara berlahan, perangkat torak (1) + (9) bergabung kebawah dalam posisi menutup setelah sama dengan peningkatan dalam Cv, menutup lubang pemasukan (6) dari katup (7) dan tanpa pembuka lubang pembuangan (5).

Hal yang sama terjadi dalam katup relay pada peningkatan tekanan di ruang Coleh torak (32) melalui masukan (32).

Jika tekanan turun akibat kebocoran dalam C setelah dilakukan penutupan rem, maka katup relay akan mengisi kembali dari R masuk ke C melalui lubang pemasukan (32).

Tekanan dalam C meningkat dan torak (30) bergerak lagi keposisi menutup. Bila tekanan dalam Cv turun, maka pelat katup (7) akan membuka dan membiarkan udara mengalir melalui alat pembatas tekanan maksimum (20) serta melewati standar choke (16) atau (16) + (17) berturut-turut selama ada keseimbangan di dalam perangkat torak (1) + (9).

Jika terjadi penurunan tekanan di dalam R sampai dibawah tekanan yang ada dalam pipa rem utama L, karena adanya kebocoran yang lebih besar di C, maka tangki pembantu R itu akan terisi kembali melalui choke (29) dan flap (3) dari L.

(21)

II.6.3. Posisi Pelepasan II.6.3.1 Pelepasan Total

Diagram posisi pelepasan seperti pada gambar terlampir.

Tekanan dalam pipia rem utama L ditingkatkan oleh handel rem masinis.

Perangkat torak (1) + (9) bergerak kebawah dan membuka lubang pembuangan (5) dari torak (9). Cv mengeluarkan udara melalui standar choke (22) pada posisi P, dimana katup (23) dalam keadaan terbuka.

Penerangan tekanan dalam Cv mengakibatkan penurunan tekanan yang sama dalam silinder rem C melalui lubang pembuangan (31) dan katup relay.

Apabila peningkatan tekanan pipa rem utama Lberlangsung lebih lamban dari pada penurunan tekanan dalam ruang Cv, maka alat tekanan maksimum (20) akan membuka lebih dahulu, kemudian diikuti oleh alat pembatas tekanan maksimum (15) membuka pada tekanan 0,078 N/mm² dan akhirnya oleh ruang pengatur (18), yaitu pada tekanan L kira-kira sebesar 0,47 N/mm², (secara kasar menjadi 0,029 N/mm²).

Dalam kondisi ini ruang pengatur Abisa diperlambat dan disamakan dengan L dengan penyempitan lubang kepekaan (2) yaitu tekanan sebesar 0,47 N/mm² tercapai di L. Torak (1) + (9) kemudian bergerak ke posisi terbawah dan menutup lubang pemasukan (12) dari alat pengatur (10) serta membuka lubang pembuangan (11).

Bila pengatur U membuka udara telah siap lagi untuk menerima udara lewat choke (19) secara bersamaan dengan operasi ini lubang kepekaan (2) yang normal itu di kembalikan ke posisinya dengan membuang choke switch (2ª)

(22)

II.6.3.2. Pelepas Bertahap

II.6.3.3. Pelepasan Cepat dan Pembebasan Oleh Kejutan Tekanan

lewat lubang pembuangan (11). Bila tekanan dalam pipa utama L secara kontinu meningkat sampai 5kg/cm² = 0,49 N/mm².

Tangki pembantu R di isi oleh pengisi R sejak dimulainya proses pelepasan, seirama dengan turunnya tegangan di Cv. Karena turunnya tekanan Cv pada torak (26), maka katup (27) terbuka oleh tekanan A pada torak (25) yang lebih tinggi dari pada pegas (28). Udara akan mengalir dari pipa rem utama L melalui flap (3) ke tangki pembantu R sampai pegas (28) menutup katup (27).

Pengisian tambahan terjadi pelan –pelan lewat choke (29).

Apabila peningkatan tekanan pada pipa rem utama L itu berlangsung lamban dengan jumlah udara yang sedikit, maka operasi lepasan di mulai lagi seperti seperti sebelumya.

Bila tekanan dalam pipa rem L dinaikan menuju tekanan normalnya lebih cepat dari pada tekanan Cv dapat dikurangi melalui choke (21) atau (22) perangkat torak (1) = (9) bergerak ke ujung yang lebih bawah dan menggerakan control slevee (10) sebelum pengatur A (18) serta pengatur U (14) terbuka.

Apabila tekanan dalam pipa rem utama L meningkat dengan langkah yang sedang diisi di atas tekanan kontrol, maka tekanan torak (1) = (9) brgerak ke arah posisinya yang terrendah dan diaphragma torak menutup lubang pengisian (2b). Udara dari L bisa mengalir sangat lambat kedalam ruang pengatur A, tetapi hanya lewat choke (2c). Ruang pengatur A dapat tercegah dari pengisian yang berlebihan (overloading )yang di sebabkan oleh operasi pelepasan.

(23)

II.6.4. Pemutaran Rem

II.7. Bagian-Bagian dari Peralatan Rem Udara

II.7.1. Handle Rem

Gambar 2.7. Handle Rem

Untuk memutuskan rem (tidak berfungsi), yaitu bila kita menutup katup (33) dan membuka katup (34) dengan cara memutar roda eksentrik. R dikosongkan ke udara luar. Cv dikosongkan ke R melalui inlet port (6) yang terbuka, Cdikosongkan ke R melalui port (31). A controlier membuka, jadi membuka hubungan antara A dan L yang kemudian keduanya dikosongkan ke R melalui R changer (valve 27 dan sealing flap3). Jadilah seluruh ruang-ruang di kosongkan.

Dari suatu sistem rem udara yang terdiri dari banyak peralatan atau alat bantu, ada beberapa alat bantu yang utama atau penting untuk bekerjanya suatu sistim rem kereta pada saat melakukan pengereman.

Hanle rem terletek di lokomotif. Untuk mulainya pengereman di perlukan pengaturan Rem Terikat atau Rem Lepas.

(24)

II.7.2. Tangki Utama

II.7.3. Distributor Valve

Tangki utama berfungsi sebagai tempat menyimpan udara yang di hasilkan dari kompresor. Udara yang digunakan pada sistem pengerema bertekanan sekurang-kurangnya 0,98 N/mm² dan disimpan didalam tangki utama. Tekanan yang di perlukan untuk melakukan pengerema sekurang-kurangnya 0,49 N/mm².

Untuk menghasilkan tekanan 0,49 N/mm² yang berasal dari tangki utama dengan mengatur katup rem yang terdapat di lokomotif oleh pihak penemudi / masinis.

Tabung ini terletak di lokomotif, kapasitas penampunganya : 2600 liter permenit, dengan menggunakan tekanan 0,98 N/mm².

Distributor Valve ini berfungsi mengatur lalu lintas udara dari dan menuju ke komponen – komponen, seperti pengisian dan pengosongan tangki pembantu, silinder rem, dan sebagainya.

Ada 4 macam Distributor Valve tipe KNOOR KE yang dikenal, yaitu : KET, KE 0, KE 1, KE 2. KE adalah singkatan dari KNOOR TNHEIT, artinya bahwa satu unit yang konstruksinya sedemikian rupa sehingga tetap dan penambahahan komponen dapat dilakukan dengan menambahkan komponen- komponen lain pada unit itu sesuai dengan keperluan. Dari urutan keempat macam Distributor Valve KNORR tersebut, makin kebawah makin disempurnakan.

Penyempurnaan dilakukan hanya dengan menambah komponen – komponen tanpa merubah konstruksi.

(25)

Gambar 2.8. Distributor Valve

II.7.4. Tangki Kontrol ( )

II.7.5. Tangki Udara Pembantu ( )

Tangki kontrol ini berisi udara tekan yang fungsinya hanya untuk mengontrol bekerjanya alat-alat membran, dan sebagainya. Tidak untuk mensuplai udara tekan. Tangki Kontrol ada yang menjadi satu dengan tingkap kontrol, dan ada yang di letakkan pada badan Distributor Valve. Ada pula yang terpisah dari Distributor Valve dan disambungkan dengan tangki kontrol itu oleh sebuah pipa.

Tangki udara yang berfungsi memberi suplai udara kepada silinder rem, tidak memiliki alat – alat pengatur khusus. Dia hanyalah sekedar tabung yang dipakai untuk menyimpan udara tekan dengan tekanan 0,49 N/mm².

Besarnya volume dari tangki udara tergantung dari besarnya silinder rem yang dipakai pada kereta tersebut dan biasanya ukurann dibuat sedemikian besarnya hingga apabila dilakukan suatu operasi pengereman penuh oleh silinder

Control Reservoir

Auxilliary Rreservoir

(26)

II.7.6. Silinder Rem ( )

Gambar 2.9. Silinde r Rem

rem dengan langkah torak yang normal, maka ada sisa udara didalam tangki yang tekanannya masih lebih tinggi dari pada silinder rem . oleh karena itu ada terdapat suatu jaminan, bahwa tangki udara tersebut masih bisa berikan suplai udara, apabila terjadi suatu kebocoran di dalam silinder rem.

Silinder rem dibuat dari bahan baja atau besi tuang. Di bansingkan dengan silinder rem dari besi tuang, maka silinder rem dari bahan baja sisa menghemat berat sampai 50%.

Badan silinder berdinding tipis, memiliki kerangka berbentuk khusus agar pemasanganya mudah pada kerangka lantai dari badan kereta atau gerbong . kedudukan silinder pada kerangka disebut supaya bisa berputar, maksudnya agar pemasangannya lebih mudah dan menghindari kemungkinan terjadinya ketegangan–ketegangan pada pemasangan pipa–pipanya, untuk menjaga terjadinyapenyambungan pipa – pipa yang kurang tepat .

brake Cylinder

(27)

II.7.7. Alat Penyetel Setang ( )

Gambar 2.10. Alat Penyetel Stang

Pegas dari batang torak sudah terpasang didalam Silinder Rem. Tuas pada batang torak supaya bisa dikombinasikan dengan pelaksanaan Rem Tangan tanpa menimbulkan gangguan pada toraknya. Pada operasi pelepasan rem, batang – batang tuas ditarik kembaki oleh doronmgan pegas yang pada batang torak di dalam silinder.

Pada pelaksanaan operasi pengereman, maka akan terjadi keausan pada blok, roda, dan sebagainya yang terjadi pada bidang – bidang yang bergesekan.

Demikian juga dalam perjalanan waktu akan terjadi pembesaran speling atau kerenggangan antara pen – pen dan baut – baut dengan lubang setang atau tuas.

Keausan – keausan ini berlipat ganda dengan adanya faktor pemindahan dari batang – batangnya dan akan mengakibatkan bertambah besarnya langkah torak silinder rem yang diperlukan, yang sebetulnya tidak dikehendaki.

Maka diperlukan suatu alat penyetel setang, yang selama opeasi pengereman bisa mengatur sendiri secara otomatis apabi terjadi perubahan – perubahan pada langkah torak silinder.

Slanck Ajuster

(28)

II.7.8. Brake Rigging

Gambar 2.11. Brake Ringging

II.7.9. Sepatu Rem

Gambar 2.12. Sepatu Rem

Brake rigging adalah susunan lengan – lengan rem yang keluar silinder rem sampai blok rem. Brake Rigging mempunyai perbandingan panjang lengan, sehingga gaya keluar silinder rem akan diperbesar sampai blok remnya, maka akan didapat gaya tekan yang lebih besar.

Sepatu rem terbuat dari besi tuangm. Adapun syarat – syarat yang harus dipenuhi oleh sepatu rem adalah:

- koefisien gesek antara sepatu rem dan roda setinggi mungkin, akibatnya bahan sepatu rem harus selunak mungkin tetapi jangan cepat aus.

- Umur sepatu rem harus lebih lama.

- Penempatan Peralatan Rem Udara

(29)

II.8. Prinsip pengereman

II.9. Perhitungan Sistem Pengereman II.9.1.Gaya Tekan Pada Rem Blok (P)

II.9.2. Jarak Pengereman

II.9.2.1. Jarak Pengereman Teoritis (Sa)

Pengereman relatif, apabila roda masih menggelinding dan tidak melincir.

Agar roda masih tetap menggelinding, maka angka gaya tekan rem blok pada roda (Dmaks) harus lebih kecil bila dibandingkan angka berat beban roda yang di rem pada rel.

Adalah gaya yang bekerja setelah mendapatkan tekanan udara terhadap silinder rem . Besarnya gaya tekan dari udara mendapat perlawanan dari pegas silinder rem, sehingga gaya yang dihasilkan sebesar.

P = A.Pc –Kf ………(2.1)(3) Data: A = (m2 )

Kf = gaya perlawanan (N)

Pc = Tekanan silinder rem (N/m2)

Pada kecepatan kereta api sebesar v, maka besarnya Energi Kinetik dari massa kereta api yang sedang bergerak adalah :

E =

.

m

.

………(2.2)(3)

(30)

Gambar 2.13. Jarak Pengereman Teoritis

Dimana:

E = Energi kinetik (kg.m2/s2) m = massa (kg)

V = Kecepatan (m/s)

V V= 0 Sa

Apabila pengereman di lakukan sampai ketreta api berhenti total, maka besarnya energi kinetik yang harus di hapus adalah :

E = .m.( - ) ……….(2.3)(7)

Pada Pengereman yang menggunakan rem blok maka besarnya gaya yang menghambat adalah :

- Gaya gesekan antara roda dan tekanan rem blok :

- Gaya perlawanan total dari seluruh rangkaian kereta api Wr pada kecepatan V sampai 0.

Maka di dapat persamaan :

P.Sa = m ( - )...(1)

Gaya dikali jarak pengereman sama dengan perlawanan rem akibat energi kinetik dan bila koefisiens gesek roda dengan blok rem dan gaya tekan blok rem konstan maka.

F = .P

(31)

Sa = ...(2) Berat kosong kereta untuk 8 gerbong1 lokomotif

8 Gerbong = 160 ton 1 lokomotif = 30 ton

Total = 190 ton

Untuk 1 gerbong 20 ton maka untuk 8 gerbong = 160 ton

Kapasitas 8 Gerbong dengan kapasitas 1 Gerbong 50 orang dimana berat 1 orang

= 60 kg .

Untuk 1 Gerbong = 50 . 60 kg.

= 3000 kg

= 3 ton

Berat Penumpang Untuk 8 gerbong = 24ton Berat Penumpang untuk 1 lokomotif = 2 x 60 kg

= 120kg.

Barat barang unyuk 1 Gerbong = 50 kg x 50 orang

= 2500 = 2,5 ton Untuk 8 gerbong 8 x 2,5 ton = 20 ton

Berat penumpang gerbong + barang penumpang lokomotip + berat barang 24 ton + 120 kg + 20 ton = 44,12 ton

Berat keseluruhan 190 ton + 44,12 ton = 234,12 ton

(32)

Gambar 2.14.Rangkaian Kereta

II.9.2.2. Tempo reaksi (t)

II.9.2.3Jarak Pengereman Akibat Tempo Reaksi ( Sr )

dt = ……….(2.4)(7)

Dimana:

Panjang pipa rem untuk setiap kereta (L) =20 m

Kecepatan transmisi udara di asumsikan Vu = 250 m/det (standar UIC)

Adalah jarak pengereman akibat adanya tempo reaksi yang berbeda pada setiap kereta.

Sr

=

……….(2.5)(7)

.

K2 2 K2 2 K2

2

K2 2

K2 2 K2

2 K2

2 K2 2

Gambar

Gambar 2.1. Sistem Rem Dengan Metode Langsung Ref. PT. (pe rsero) INKA  "Peralatan Rem Udara"
Gambar 2.2. Sistem R em Udara Tekan Sistem Dua Kamar Ref. PT. (pe rsero) INKA  "Peralatan Rem Udara"
Gambar 2.3. Sistem Rem Udara Tekan Sistem Satu Kamar Ref. PT. (pe rsero) INKA  "Peralatan Rem Udara"
Gambar 2.4.  Penempatan Peralatan Rem
+7

Referensi

Dokumen terkait

Sistem pengamanan ganda pada perlintasan rel kereta api adalah suatu sistem yang membuat keamanan pada perlintasan rel kereta api menjadi lebih baik.. Pengamanan pada

Aplikasi fuzzy logic controller untuk pengereman kereta api di stasiun yang digunakan untuk membantu masinis dalam mengambil keputusan terkait persentase kekuatan pengereman

Aplikasi fuzzy logic controller untuk pengereman kereta api di stasiun yang digunakan untuk membantu masinis dalam mengambil keputusan terkait persentase kekuatan pengereman

Dokumen ini membahas tentang pentingnya komunikasi digital dalam dunia

Dokumen ini membahas tentang pentingnya kedisiplinan positif dalam menciptakan budaya belajar yang merdeka di

Dokumen ini membahas tentang pentingnya belajar komputer dalam era informasi dan peran komputer dalam

Dokumen ini membahas jenis-jenis cutting torch dan bagian-bagian

Dokumen ini membahas tentang kondisi prasarana irigasi di Indonesia dan pentingnya irigasi untuk meningkatkan produksi padi