• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tafsir Ayat Larangan Melukai dan Menghilangkan Nyawa

N/A
N/A
Wafiq Daniyatun Najwa

Academic year: 2024

Membagikan "Tafsir Ayat Larangan Melukai dan Menghilangkan Nyawa"

Copied!
6
0
0

Teks penuh

(1)

TAFSIR AYAT LARANGAN MELUKAI DAN MENGHILANGKAN NYAWA Musyafirah Nur Haryati [email protected], Julia Dwi Maharani

Dosen Pengampu: Dr. Hasyim Muhammad, M.Ag Program Studi Ilmu Al-Qur'an Tafsir

Fakultas Ushuludin & Humaniora UIN Walisongo Semarang

PENDAHULUAN

Al-Qur’an, sebagai wahyu ilahi yang disampaikan kepada Nabi Muhammad SAW melalui Malaikat Jibril. Membaca dan mengamalkan ajaran Al-Qur’an dianggap sebagai bentuk ibadah yang memberikan pahala. Karena Al-Qur’an berasal dari Allah yang Maha Benar, maka semua yang terkandung di dalamnya dianggap sebagai kebenaran yang universal. Al-Qur’an tidak hanya memberikan petunjuk dalam urusan ibadah ubudiyah, tetapi juga memberikan pedoman dalam hal-hal yang berkaitan dengan hubungan antar manusia yaitu muamalah serta berbagai aspek kehidupan lainnya.1

Al-Qur’an, sebagai sumber utama ajaran Islam, memiliki dimensi yang sangat luas dalam memberikan pedoman dan petunjuk bagi umat manusia. Selain sebagai panduan spiritual, Al- Qur’an juga mengatur berbagai aspek kehidupan, termasuk hukum, moralitas, dan hubungan sosial. Dalam Al-Qur’an, terdapat banyak ayat yang membahas tentang hukum dan keadilan, termasuk mengenai hukuman bagi orang yang membunuh manusia tanpa alasan yang dibenarkan.

Ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas hukuman bagi pembunuh sering kali menjadi fokus perhatian dalam kajian tafsir dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Salah satu ayat yang relevan adalah ayat Al-Ma’idah: 32, yang menegaskan bahwa membunuh satu manusia tanpa alasan yang dibenarkan sama saja dengan membunuh seluruh umat manusia. Ayat ini memberikan dasar hukum bagi perlindungan terhadap kehidupan manusia dalam masyarakat Islam.

1Iman, Fauzul. (2011). Harta Dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Tafsir Maudhu’i. Jurnal al-Qalam, Vol. 28, No. 1, hlm. 140.

(2)

Tafsir Al-Misbah menjelaskan makna dan implikasi dari ayat-ayat tersebut, termasuk pemahaman tentang kezaliman, hak asasi manusia, dan tanggung jawab sosial dalam menjaga keselamatan dan keamanan masyarakat. Selain itu, tafsir Jalalayn memberikan penjelasan yang mendalam tentang hukuman bagi pembunuh yang melakukan tindakan tersebut

Al-Qur’an juga menegaskan nilai-nilai keadilan, belas kasihan, dan perdamaian sebagai landasan utama dalam menegakkan hukum. Dengan mengkaji ayat-ayat yang berkaitan dengan hukuman atas pembunuhan, kita dapat memahami bahwa Islam bukan hanya sekadar memb

erikan sanksi, tetapi juga menawarkan solusi yang komprehensif dalam menanggapi tindakan kekerasan. Hal ini menggaris bawahi pentingnya konteks sosial, psikologis, dan moral dalam menafsirkan ajaran Al-Qur’an. Dengan demikian, kajian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tentang hukuman pembunuhan tidak hanya relevan secara hukum, tetapi juga memiliki implikasi yang mendalam dalam membangun masyarakat yang berkeadilan dan damai.

PEMBAHASAN

Ayat Tentang Larangan Melukai Al-Ahzab: 58

ْؤُمْلا َو َنْيِنِمْؤُمْلا َن ْوُذْؤُي َنْيِذَّلا َو ْوُلَمَتْحا ِدَقَف ا ْوُبَسَتْكا اَم ِرْيَغِب ِتٰنِم

اًنْيِبُّم اًمْثِا َّو اًناَتْهُب ا

Orang-orang yang menyakiti mukminin dan mukminat, tanpa ada kesalahan yang mereka perbuat, sungguh, mereka telah menanggung kebohongan dan dosa yang nyata.2

Penafsiran ayat diatas yaitu Termasuk kategori menyakiti nabi adalah menyakiti orang-orang yang beriman. Dan karena itu, Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menyakiti dengan menuduh, menghina, dan mengganggu orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan berupa perbuatan buruk yang sengaja mereka perbuat (lihat juga: al-baqarah/2: 286), maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata yang menyebabkan mereka layak menerima azab dari Allah. Dari ayat ini tidak dapat diambil kesimpulan bahwa orang mukmin yang melakukan perbuatan buruk boleh disakiti, dihina, atau diganggu.3

2 al-Qur'an Tafsir Indonesia

3 https://tafsirweb.com/7670-surat-al-ahzab-ayat-58.html

(3)

Termasuk kategori menyakiti Nabi adalah menyakiti orang-orang yang beriman. Dan karena itu, Allah menegaskan bahwa orang-orang yang menyakiti dengan menuduh, menghina, dan mengganggu orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, tanpa ada kesalahan berupa perbuatan buruk yang sengaja mereka perbuat, maka sungguh, mereka telah memikul kebohongan dan dosa yang nyata yang menyebabkan mereka layak menerima azab dari Allah.

Dari ayat ini tidak dapat diambil kesimpulan bahwa orang mukmin yang melakukan perbuatan buruk boleh disakiti, dihina, atau diganggu.4

Ayat Tentang Menghilangkan Nyawa Al-Ma’idah: 32

ْ يِنَب ىٰلَع اَنْبَتَك ۛ َكِلٰذ ِلْجَا ْنِم اًعْيِمَج َساَّنلا َلَتَق اَمَّنَاَكَف ِض ْرَ ْلْا ىِف ٍداَسَف ْوَا ٍسْفَن ِرْيَغِب ۢاًسْفَن َلَتَق ْنَم ٗهَّنَا َلْيِءۤا َرْسِا

ا َمَّنَاَكَف اَهاَيْحَا ْنَم َو

ا ًرْيِثَك َّنِا َّمُث ِتٰنِ يَبْلاِب اَنُلُس ُر ْمُهْتَءۤاَج ْدَقَل َو اًعْيِمَج َساَّنلا اَيْحَا َن ْوُف ِرْسُمَل ِض ْرَ ْلْا ىِف َكِلٰذ َدْعَب ْمُهْنِ م

Oleh karena itu, Kami menetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil bahwa siapa yang membunuh seseorang bukan karena (orang yang dibunuh itu) telah membunuh orang lain atau karena telah berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Sebaliknya, siapa yang memelihara kehidupan seorang manusia, dia seakan-akan telah memelihara kehidupan semua manusia. Sungguh, rasul-rasul Kami benar-benar telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Kemudian, sesungguhnya banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi.5

Maksud atau Tafsir dari ayat diatas kami mengambil dari Tafsir Al-Misbah, maksud ayatnya yaitu Karena kezaliman dan sikap menyukai permusuhan yang ada pada sebagian manusia itu, Kami mewajibkan hukum bunuh terhadap orang yang menganiaya. Sebab, barangsiapa yang membunuh seseorang tanpa sebab atau tanpa alasan perbuatan kerusakan di muka bumi, ia seakan-akan membunuh semua manusia karena telah merusak kehormatan darah mereka. Kemurkaan dan siksa Allah akibat tindakan membunuh satu orang sama seperti kemurkaan dan siksa-Nya akibat tindakan membunuh semua orang.

4 NU Online

5 al-Qur'an Tafsir Indonesia

(4)

Barangsiapa memelihara kehidupan manusia, dengan menegakkan hukum kisas, seolah-olah ia telah memelihara kehidupan semua orang, karena telah melindungi darah mereka. Untuk itu, mereka akan mendapatkan pahala yang besar dari Tuhannya. Sesungguhnya, Kami telah mengutus rasul Kami kepada mereka dengan memperkuat hukum Kami dengan bukti-bukti dan keterangan yang jelas. Akan tetapi, kemudian, banyak di antara Banu Isra’il sesudah itu yang benar-benar melampaui batas dalam berbuat kerusakan di muka bumi.6

Ayat ini menerangkan bahwa melakukan kezaliman dengan membunuh satu nyawa berarti melakukan kezaliman kepada semua anggota masyarakat. Hal ini telah membenarkan cara dakwah tentang hak masyarakat yang dilakukan olah seorang ketua atau wakilnya atau badan- badan yang didirikan oleh negara untuk melaksanakan tugas ini seperti yang kita dapatkan dalam undang-undang modern. Hal ini sama dengan hak Allah yang ada dalam syariat Islam.

Barangsiapa berbuat baik kepada seseorang dengan menyelamatkan hidupnya, ia telah berbuat baik kepada masyarakat. Ayat di atas mengandung dua makna yang menerangkan bahwa Islam telah memelihara undang-undang dalam suatu masyarakat dan dasar tolong menolong sesama individu dan masyarakat. Dengan kata lain, Islam telah memelihara keselamatan, keamanan dan tolong menolong antara individu dan masyarakat.

An-Nisa’: 93

ْنَم َو َع ُ هاللّٰ َب ِضَغ َو اَهْيِف اًدِلاَخ ُمَّنَهَج ٗهُؤۤا َزَجَف اًدِ مَعَتُّم اًنِمْؤُم ْلُتْقَّي اًمْيِظَع اًباَذَع ٗهَل َّدَعَا َو ٗهَنَعَل َو ِهْيَل

Siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja, balasannya adalah (neraka) Jahanam.

Dia kekal di dalamnya. Allah murka kepadanya, melaknatnya, dan menyediakan baginya azab yang sangat besar.7

Dalam Ayat ini kami mengambil dari penafsiran Jalalayyin yang isinya yaitu (dan siapa yang membunuh seorang mukmin dengan sengaja) artinya sengaja hendak membunuhnya dengan alat yang biasa dipergunakan untuk membunuh di samping ia tahu pula bahwa orang yang akan dibunuhnya itu beriman (maka balasannya ialah neraka Jahanam, kekal ia di dalamnya

6 M.Quraisy Shihab. Tafsir Al Misbah

7 al-Qur'an Tafsir Indonesia

(5)

dan Allah murka kepadanya dan mengutukinya) artinya menjauhkannya dari rahmat-Nya (serta menyediakan baginya siksa yang besar) yakni di neraka. Ini ditakwilkan jika seseorang menganggapnya halal dengan pernyataan bahwa inilah balasannya yang setimpal jika dihukum menurut sepatutnya. Tetapi dengan catatan bahwa hukuman itu dapat saja diubah berdasarkan fırman Allah swt., “Dan Dia mengampuni dosa selain itu, syirik, bagi siapa yang dikehendaki- Nya.” Dan menurut Ibnu Abbas bahwa ayat ini menasakhkan ayat-ayat lain yang berisi pengampunan sementara ayat pada surah Al-Baqarah menyatakan bahwa orang yang membunuh secara sengaja hendaklah dibunuh pula dan bahwa ia wajib membayar diat jika memperoleh kemaafan dan telah diterangkan pula berapa banyaknya.

Di samping itu sunah menerangkan pula bahwa di antara sengaja dengan tersalah itu ada semacam pembunuhan yang disebut semisengaja, yakni jika seseorang membunuh orang lain dengan alat yang tidak biasa digunakan untuk membunuh, maka tidak wajib kisas, hanya diat, sebagaimana pula sengaja dalam bentuk atau sifatnya tetapi tersalah dalam mengundurkan dan melakukannya. Dan ini dalam keadaan sengaja lebih patut membayar kafarat daripada dalam keadaan tersalah. Ayat berikut ini turun tatkala serombongan sahabat lewat pada seorang laki- laki dari Bani Sulaim yang sedang menghalau kambingnya. Orang itu memberi salam kepada rombongan sahabat itu tetapi kata mereka, "Ia mengucapkan salam itu hanyalah untuk menyelamatkan dirinya," lalu orang itu mereka bunuh dan mereka halau ternaknya.8

KESIMPULAN

Dari pembahasan diatas, dapat ditarik kesimpulan bahwa Al-Qur’an tidak hanya sebagai pedoman spiritual, tetapi juga sebagai sumber hukum yang memberikan landasan bagi keadilan dan perdamaian dalam masyarakat. Ayat-ayat yang membahas hukuman atas pembunuhan menekankan pentingnya menjaga kehidupan manusia sebagai salah satu nilai utama dalam ajaran Islam. Tafsir yang mendalam atas ayat-ayat tersebut memberikan pemahaman yang komprehensif tentang hukum Islam terkait keadilan, tanggung jawab sosial, dan perlindungan hak asasi manusia.

8 Jalaludin mahali, Jalaludin suyuthi. Tafsir Jalalyn

(6)

Selain itu, pembahasan tentang ayat-ayat Al-Qur’an juga menggambarkan relevansi dan ketegasan Islam dalam menanggapi tindakan kekerasan serta pentingnya penegakan hukum yang adil dan berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan. Hal ini memperkuat konsep Islam sebagai agama yang mengutamakan perdamaian, keadilan, dan kasih sayang dalam hubungan antarmanusia.

Oleh karena itu, kajian terhadap ayat-ayat Al-Qur’an tentang hukuman pembunuhan menjadi sangat penting dalam menafsirkan ajaran Islam secara holistik dan menerapkan nilai-nilai tersebut dalam konteks kehidupan modern.

DAFTAR PUSTAKA

M. Quraisy Shihab. Tafsir Al-Misbah. 2001.

Jalaludin Mahali, Jalaludin Suyuthi. Tafsir Jalalyn. 1505.

Iman, Fauzul. (2011). Harta Dalam Perspektif Al-Qur’an: Studi Tafsir Maudhu’i. Jurnal alQalam, Vol. 28, No. 1, hlm. 139-166.

Referensi

Dokumen terkait

Ibnu Katsîr Dalam Kitab Tafsîr Al-Qur`An Al-‘Azhîm, hal 3.. Menurut riwayat dari ibnu ‘umar bahwa ia pernah mendengar rasulullah bersabda, “luqman bukanlah

Dalam bahasa fenemenologis, 17 hermeneutika ini dikatakan sebagai ilmu yang menentukan hubungan antara kesadaran manusia dengan objeknya, dalam hal ini teks suci

Al-Qur'an dan hadits sebagai pedoman hidup (dusturuna) manusia mengatur kehidupan dari berbagai aspek mulai dari aspek sosial, ekonomi, ibadah, pendidikan dan

Al Quran merupakan sebuah petunjuk yang berasal dari Allah yang wajib diapahami, dihayati dan diamalkna oleh manusia yang beriman kepada Allah Swt. Di dalam al Qur‟an

Keenam, skripsi yang ditulis oleh Aghis Nikmatul Qomariyah dengan judul Penafsiran Bakri Syahid Terhadap Ayat-ayat al-Qur‟an dan Kewajiban Istri dalam Tafsir al-Huda

Konsep pendidikan tauhid dalam Islam menurut al Qur‟an Surat al Baqarah ayat 132-133 merupakan proses membimbing manusia untuk tetap teguh kepercayaannya bahwa Allah Maha

Al-Qur’an sebagai kalam Allah SWT, yang telah diwahyukan kepada Nabi Muhammad SAW bagi pedoman manusia, merupakan petunjuk yang lengkap mencakup seluruh aspek

Oleh karena itu, penulis tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “Qirâ‟ât dan Penafsiran Ayat-ayat Hukum dalam Tafsir al- Jamî li Ahkâm Al-Qur‟an Karya al-Qurthubî Studi