4
BAB II
LANDASAN TEORI
II.1 Sabun
Sabun adalah bahan yang digunakan untuk mencuci dan mengemulsi, terdiri dari dua komponen utama yaitu asam lemak dengan rantai karbon C16 dan sodium atau potasium. Proses pembuatan sabun dikenal dengan istilah proses saponifikasi yang merupakan reaksi pemutusan rantai trigliserida pada minyak melalui reaksi dengan basa dan akan menghasilkan produk samping yaitu gliserin.
Sabun yang dibuat dengan NaOH dikenal dengan sabun keras (hard soap), sedangkan sabun yang dibuat dengan KOH dikenal dengan sabun lunak (soft soap). Lemak yang digunakan dalam pembuatan sabun adalah lemak hewan, sedangkan minyak yang digunakan antara lain minyak kelapa dan minyak kelapa sawit (Barel dkk., 2009).
Reaksi kimia pada proses saponifikasi adalah sebagai berikut:
Trigliserida Alkali Gliserin Sabun
(Swern, 1979) Pembuatan sabun dapat dilakukan dengan metode proses dingin (cold process) dan proses panas (hot process). Perbedaan kedua proses tersebut terletak pada ada dan tidaknya proses pemanasan setelah reaksi penyabunan terjadi.
Pemanasan yang dilakukan ditujukan untuk mempercepat penghilangan sisa alkali sehingga memperpendek waktu curing. Sabun yang dihasilkan dengan metode proses dingin memerlukan waktu curing 2-4 minggu. Sedangkan sabun yang dihasilkan dengan metode proses panas dapat digunakan setelah 1 jam (Dana, 2016).
4
commit to user commit to user
5 Kegunaan sabun ialah kemampuannya mengemulsi kotoran berminyak sehingga dapat dibuang dengan pembilasan. Kemampuan ini disebabkan oleh dua sifat sabun. Pertama, rantai hidrokarbon sebuah molekul sabun larut dalam zat non-polar, seperti tetesan-tetesan minyak. Kedua, ujung anion molekul sabun, yang tertarik pada air, ditolak oleh ujung anion molekul-molekul sabun yang menyembul dari tetesan minyak lain. Karena tolak-menolak antara tetes-tetes sabun-minyak, maka minyak itu tidak dapat saling bergabung, tetapi tetap tersuspensi (Fessenden & Fessenden, 1986).
II.2 Sabun Mandi
Sabun mandi merupakan sediaan pembersih kulit yang dibuat dari proses saponifikasi atau netralisasi dari lemak, minyak, wax, rosin atau asam dengan basa organik atau anorganik tanpa menimbulkan iritasi pada kulit (SNI, 2016).
Berikut tabel syarat dan mutu sabun mandi berdasarkan SNI 3532:2016.
Tabel II.1 Syarat dan Mutu Sabun Mandi
No Kriteria Uji Mutu
(% Fraksi massa)
1 Kadar air Maks. 15,0
2 Total lemak Min. 65
3 Bahan tak larut dalam etanol Maks. 5,0 4
Alkali bebas
(dihitung sebagai NaOH) Maks. 0,1 5 Asam lemak bebas
(dihitung sebagai Asam Oleat) Maks. 2,5
6 Kadar klorida Maks 1,0
7 Lemak tidak tersabunkan Maks. 0,5
(SNI, 2016)
II.3 Minyak Nabati
Minyak nabati berasal dari bahan baku seperti kelapa, kelapa sawit, jagung, kedelai, biji bunga matahari, dan sebagainya. Kandungan utama dari commit to user commit to user
6 minyak nabati adalah asam lemak, yang terdiri dari asam lemak jenuh (asam palmitat, asam stearat) dan asam lemak tak jenuh (asam oleat atau Omega 9 dan asam linoleat atau Omega 6) (Utami, 2013).
Setiap jenis asam lemak memberikan sifat yang berbeda dalam sabun yang terbentuk. Asam lemak dengan rantai karbon 12-14 memberikan fungsi yang baik untuk pembusaan sementara asam lemak dengan rantai karbon 16-18 baik untuk kekerasan dan daya detergensi. Penggunaan asam lemak rantai panjang C16 dan C18 akan menghasilkan sabun batangan dengan struktur yang lebih kompak dan dapat mencegah atau memperlambat disintegrasi sabun saat terpapar air sedangkan asam lemak dengan rantai pendek yang memiliki kelarutan yang tinggi berperan dalam kemampuan sabun untuk menghasilkan busa.
Pengaruh jenis asam lemak terhadap sifat sabun yang dihasilkan dapat dilihat pada Tabel II.2.
Tabel II.2 Pengaruh Jenis Asam Lemak terhadap Sifat Sabun
Asam Lemak Karakteristik Sabun
Asam laurat (C11H23COOH)
Mengeraskan, membersihkan, menghasilkan busa lembut
Asam ricinoleat (C18H34O3)
Melembabkan, menghasilkan busa yang stabil dan lembut
Asam palmitat
(C16H31COOH) Keras, menghasilkan busa yang stabil Asam stearat
(C17H31COOH) Keras, menghasilkan busa yang stabil Asam oleat
(C17H33COOH) Melembabkan kulit Asam linoleat
(C17H31COOH) Melembabkan kulit
commit to user commit to user
7 Minyak nabati yang dipakai dalam pembuatan sabun antara lain sebagai berikut.
1) Minyak Kelapa Sawit
Minyak kelapa sawit dapat diperoleh dari pemasakan buah kelapa sawit.
Komposisi asam lemak pada minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel II.3.
Tabel II.3 Komposisi Asam Lemak pada Minyak Kelapa Sawit
Asam Lemak Jumlah (%)
Asam miristat (C13H27COOH) 1,1-2,5 Asam palmitat (C16H31COOH) 40-46 Asam stearat (C17H31COOH) 3,6-4,7 Asam oleat (C17H33COOH) 39-45 Asam linoleat (C17H31COOH) 7-11
Minyak kelapa sawit merupakan minyak yang sangat umum digunakan sebagai bahan pembuat sabun padat. Minyak kelapa sawit dapat menghambat busa yang dihasilkan oleh sabun jika digunakan terlalu banyak. Oleh karena itu, sabun yang terbuat dari 100% minyak kelapa sawit akan bersifat keras dan sulit berbusa sehingga jika minyak kelapa sawit akan digunakan sebagai bahan baku pembuatan sabun, minyak kelapa sawit harus dicampur dengan bahan lainnya. Sifat fisika-kimia minyak kelapa sawit dapat dilihat pada Tabel II.4.
Tabel II.4 Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa Sawit Karakteristik Nilai
Specific gravity, 15oC 0,900
Bilangan iod 48-56
Bilangan penyabunan 196-205 Indeks bias 1,4565-1,4585
commit to user commit to user
8 2) Minyak Kelapa
Minyak kelapa berwarna kuning pucat dan diperoleh melalui ekstraksi daging buah yang dikeringkan (kopra). Minyak kelapa memiliki kandungan asam lemak jenuh yang tinggi, terutama asam laurat, sehingga minyak kelapa tahan terhadap oksidasi yang menimbulkan bau tengik. Sifat fisika-kimia minyak kelapa sebagai berikut dapat dilihat pada Tabel II.5.
Tabel II.5 Sifat Fisika-Kimia Minyak Kelapa
.
Minyak kelapa berfungsi sebagai penghasil busa dalam sabun dan memiliki sifat membersihkan namun jika terlalu banyak dapat membuat kulit kering.
II.4 Susu Sapi
Susu merupakan sumber protein hewani. Susu sapi segar merupakan unsur penting dalam industri pengolahan susu. Sebagai pangan asal hewan, susu bersifat mudah rusak (perishable food). Susu segar merupakan cairan yang berasal dari kambing sapi sehat dan bersih, yang diperoleh dengan cara pemerahan yang benar, yang kandungan alaminya tidak dikurangi atau ditambah sesuatu apapun dan belum mendapat perlakuan apapun kecuali pendinginan
Susu sapi memiliki protein, kalsium, laktosa, lemak, vitamin A, B12, D dan seng. Susu menenangkan dan memberi nutrisi kulit dan bahan-bahan alami dari produk susu membantu melembabkan, mengurangi kemerahan, dan mencegah kulit teriritasi. Oleh karena itu, susu banyak digunakan sebagai bahan dasar kosmetik, seperti lulur susu, sabun susu, hand body lotion, pelembab dan lain-lain. Susu sapi dapat disabunkan karena memiliki kandungan lemak yang
Karakteristik Nilai Specific gravity, 15oC 0,931b Bilangan iod 7,5-10,5c Bilangan penyabunan 250-260a Titik leleh (oC) 20-25b
commit to user commit to user
9 merupakan asam lemak rantai panjang alam jumlah besar. Lemak susu mengandung trigliserida (komponen dominan), digliserida, monogliserida, asam lemak, sterol, karotenoid (warna kuning dari lemak), dan vitamin-vitamin (A, D, E, dan K). Secara kimiawi susu mempunyai komposisi air (87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%) (Sanam et al.
2014). Kelebihan sabun susu sapi yaitu tidak membuat kulit menjadi kering karena tidak mengandung sodium lauryl sulphate (SLS), bahan baku deterjen.
Komposisi susu sapi disajikan pada Tabel II.6.
Tabel II.6 Komposisi Susu Sapi untuk Setiap 100 gram Kandungan Kimia Jumlah (gram)
Protein (g) 3,3
Lemak (g) 3,3
Karbohidrat (g) 4,7
Kalori (kal) 61
Fosfor (g) 93
Kalsium (g) 19
Magnesium (g) 13
Besi (g) 0,05
Natrium (g) 49
Kalium (g) 152
Vitamin A (IU) 126
Thiamin (mg) 0,04
Riboflavin (mg) 0,16
Niacin (mg) 0,08
Vitamin B6 (mg) 0,04
Lemak susu secara umum merupakan senyawa kimia yang masuk dalam kelompok ester yang tersusun atas asam-asam lemak dan gliserol. 90% dari komponen lemak susu adalah asam-asam lemak yang terbagi atas asam-asam lemak tidak jenuh dan asam lemak jenuh. Asam lemak jenuh yang dominan dalam lemak susu secara berurutan adalah asam miristat, palmitat dan stearat dengan kisaran 7-11% 25-29% dan 7-13% dari total asam lemak (Adnan, 1984). Ketiga asam lemak tersebut berbentuk padat pada suhu kamar. Asam lemak tak jenuh yang terkandung adalah asam oleat pada suhu kamar berbentuk cair (Apandi, commit to user commit to user
10 1993). Jumlah asam lemak tidak jenuh di dalam susu sekitar 37% dari total asam lemak. Komposisi asam lemak pada susu sapi dapat dilihat pada Tabel II.7.
Tabel II.7 Komposisi Asam Lemak pada Susu Sapi
Asam Lemak Jumlah (%)
Asam laurat (C11H23COOH) 5,8
Asam plamitat (C16H31COOH) 22,6
Asam stearat (C17H31COOH) 7,7
Asam oleat (C17H33COOH) 36,4
Asam linoleat (C17H31COOH) 8,3
II.5 NaOH
Sodium hidroksida (NaOH) seringkali disebut dengan soda kaustik atau soda api yang merupakan senyawa alkali yang bersifat basa dan mampu menetralisir asam. NaOH berbentuk kristal putih dengan sifat cepat menyerap kelembapan.
NaOH merupakan bahan penting dalam pembuatan sabun mandi karena menjadi bahan utama dalam proses saponifikasi. Setelah menjadi sabun maka NaOH akan terpecah menjadi unsur penyusunnya yang netral. Konsentrasi NaOH berpengaruh terhadap kualitas sabun yang dibuat karena dapat mempengaruhi pH sabun. Sifat fisika-kimia NaOH dapat dilihat pada Tabel II.8.
Tabel II.8 Sifat Fisika-Kimia NaOH Karakteristik Nilai
Massa molar 39,997 g/mol
Titik lebur 318
Titik didih 1390
pH 14
commit to user commit to user
11 II.6 Pewarna dan Pewangi Sabun
Pewarna pada sabun mandi merupakan aditif yang dapat meningkatkan estetika sabun mandi atau dapat mempercantik sabun mandi yang dibuat. Ada berbagai macam pewarna yang dapat digunakan untuk mewarnai sabun mandi antara lain:
Pewarna makanan
Jenis pewarna ini hanya cocok untuk mewarnai sabun mandi cair, hot process atau melt and pour. Namun, jenis pewarna ini tidak tahan terhadap kondisi yang basa (pH tinggi atau alkaline). Ketika membuat sabun mandi dengan teknik cold process, adonan sabun mandi masih terlalu alkaline sehingga jika ditambahkan pewarna makanan maka pewarnanya akan berubah menjadi pudar dan tidak sesuai dengan warna aslinya.
Pigment
Pigment merupakan pewarna yang diperoleh dari hasil penambangan dari dalam bumi. Pewarna ini menghasilkan warna yang tetap stabil untuk pH tinggi dan tidak berubah, pudar maupun luntur. Cenderung menghasilkan warna yang gelap dan tidak tembus pandang. Ada berbagai macam jenis pigment yang tersedia antara lain Iron oxide, Titanium dioxide, Ultramarine, Zinc oxide, Lake pigment, dan sebagainya.
Mica
Pewarna mica dihasilkan dari sejenis batu mineral (mica) yang kemudian digiling atau dihaluskan dan kemudian dicampurkan dengan pewarna.
Dalam penggunaannya untuk sabun mandi, pewarna mica ini menghasilkan warna yang transparan. Sangat baik untuk mewarnai sabun melt and pour atau sabun transparan.
Pewarna alami
Pewarna alami tidak begitu menghasilkan sabun dengan warna yang kuat maupun cerah. Pewarna alami kebanyakan kurang begitu tahan terhadap kondisi basa (pH tinggi) sabun mandi. Namun pewarna alami juga memiliki kelebihan dibanding dengan pewarna sintetis yaitu ketika menambahkan pewarna alami ke dalam sabun, tidak hanya mendapatkan commit to user commit to user
12 warna saja pada sabunnya tapi juga mendapatkan tambahan manfaat dari bahan alami tersebut. Bahan alami untuk mewarnai sabun mandi seperti bubuk kopi, bubuk coklat, serbuk bahan alami seperti kunyit dan sebagainya.
Pewangi untuk sabun mandi yang biasanya digunakan adalah synthetic fragrance dan essential oil. Pewangi biasanya ditambahkan pada saat trace.
II.7 Adas
Biji adas dikenal sebagai salah satu all round flavouring agent karena memilki aroma yang khas dan menarik, sehingga banyak digunakan dalam bidang farmasi maupun industri. Menurut penelitian Kardinan dan Dhalimi (2010), adas juga dapat digunakan sebagai lotion anti nyamuk demam berdarah (Aedes aegypti). Minyak adas merupakan minyak yang dihasilkan dari tanaman adas melalui proses penyulingan atau destilasi (Prakosa et al., 2013). Selain menggunakan proses destilasi, minyak adas juga dapat diperoleh dengan menggunakan ekstraksi dengan pelarut menguap (Mondello et al., 1997).
Menurut penelitian Suhendra dan Arnata (2009), biji adas memiliki potensi sebagai antioksidan. Selain itu biji adas juga dapat digunakan sebagai antibakteri (Kusdarwati et al., 2010).
II. 8 Secang
Kayu secang merupakan salah satu bahan non sintetik yang dapat digunakan sebagai pewarna alami dan menghasilkan pigmen berwarna merah apabila direbus. Pigmen yang terdapat pada kayu secang bernama brazilin tersebut diharapkan melindungi tubuh dari keracunan akibat radikal kimia. Selain menghasilkan pigmen berwarna merah ternyata kayu secang juga mempunyai manfaat lainnya. Uji efektivitas ekstrak etanol kayu secang terhadap bakteri Staphylococcus aureus dan Shigella dysentriae penyebab penyakit diare dan disentri.
commit to user commit to user
13 Di Indonesia, kayu secang dimanfaatkan sebagai pewarna merah minuman. Biji tumbuhan ini berfungsi sebagai bahan sedatif, kayu dan batangnya dapat mengobati TBC, diare, dan disentri, sedangkan daun-daunnya dapat dimanfaatkan untuk mempercepat pematangan buah pepaya dan mangga. Kayu secang juga berkhasiat mengaktifkan aliran darah, melarutkan gumpalan darah, mengurangi bengkak (swelling), meredakan nyeri (analgesik), menghentikan perdarahan, dan antiseptik.
Kayu secang (Caesalpinia sappan L) mengandung pigmen, tanin, brazilin, asam tanat, resin, resorsin, brazilin, sappanin, dan asam galat (Lemmens dan Soetjipto, 1992). Dari komponen tersebut yang paling menarik adalah zat warnanya. Kayu secang menghasilkan pigmen berwarna merah bernama brazilin.
Pigmen ini memiliki warna merah tajam dan cerah pada pH netral (pH = 6-7) dan bergeser ke arah merah keunguan dengan semakin meningkatnya pH. Pada pH rendah (pH = 2-5) brazilin memiliki warna kuning (Adawiyah dan Indriati, 2003).
II.9 Bunga Telang
Bunga telang merupakan tumbuhan merambat yang biasa ditemukan di pekarangan rumah, tepi hutan, atau pinggiran sawah. Tingginya dapat mencapai 6 m, rantingnya halus, dan berjenis daun majemuk. Cara pembudidayaan bunga ini adalah dengan menggunakan bijinya. Pigmen pada bunga secara garis besar dibedakan menjadi tiga yaitu flavanoids, carotenoids, dan betalains (Tanaka Yoshikazu. 2005).
Antosianin adalah metabolit sekunder dari famili flavonoid, dalam jumlah besar ditemukan dalam buah-buahan dan sayur-sayuran (Talavera, et al., 2004).
Antosianin adalah suatu kelas dari senyawa flavonoid, yang secara luas terbagi dalam polifenol tumbuhan. Flavonol, flavan-3-ol, flavon, flavanon, dan flavanonol adalah kelas tambahan flavonoid yang berbeda dalam oksidasi dari antosianin.
Sifat fisika dan kimia dari antosianin dilihat dari kelarutan antosianin larut dalam pelarut polar seperti metanol, aseton, atau kloroform, terlebih sering dengan air dan diasamkan dengan asam klorida atau asam format (Socaciu, 2007). commit to user commit to user
14 Antosianin stabil pada pH 3,5 dan suhu 50°C mempunyai berat molekul 207,08 gram/mol dan rumus molekul C15H11O (Fennema, 1996), dan terdegradasi pada suhu diatas 70oC (Dharmendra Khumar Misra, 2008). Antosianin dilihat dari penampakan berwarna merah, merah senduduk, ungu panjang gelombang maksimum 515-700 nm.
Tanaman telang (Clitoria ternatea L.) merupakan tanaman polong termasuk dalam famili Fabaceae, mengandung senyawa bioaktif yang berguna untuk pengobatan. Dari sejumlah senyawa flavonoid yang terdapat pada bunga telang, antosianin adalah yang paling utama yang bertanggung jawab untuk kebanyakan warna merah, biru, dan ungu pada buah, sayur dan tanaman hias.
Menurut Encyclopedia of Herbal Medicinal bahwa tanaman telang dapat bermanfaat sebagai laxative (pencahar), diuretik, perangsang, muntah, pembersih darah, mempercepat pematangan bisul, obat cacing dan radang mata. Bunga telang telah diteliti memiliki kandungan kimia fenolik, flavonoid, antosianin, flavonol glikosida, kaempferol glikosida, quersetin glikosida, mirisetin glikosida (Kazuma, dkk., 2013), terpenoid, flavonoid, tannin dan steroid (Rai, 2010).
II.12 Kulit Jeruk Manis
Jeruk termasuk buah dalam keluarga Citrus dan berasal dari kata Rutaceae. Buah jeruk memiliki banyak khasiat, salah satunya dalam daging buahnya mengandung vitamin C cukup tinggi yang dapat menambah daya tahan tubuh. Manfaat buah jeruk juga banyak terdapat pada kulit buah jeruk yang memiliki kandungan minyak atsiri dan pektin.
Jeruk manis (Citrus sinensis), yang mempunyai ciri tanaman perdu dengan ketinggian 3- 10 meter, ranting berduri; duri pendek berbentuk paku. Tangkai daun panjang 0,5 – 3,5 cm. helaian daun bulat telur, elliptis atau memanjang, dengan ujung tumpul atau meruncing tumpul. Mahkota bunga putih atau putih kekuningan. Buah bentuk bola, atau bentuk bola tertekan berwarna kuning, oranye atau hijau dengan kuning. Daging buah kuning muda, oranye kuning atau kemerah-merahan dengan gelembung yang bersatu dengan yang lain (Steenis,1992). commit to user commit to user
15 Kulit jeruk mengandung minyak atsiri yang terdiri dari berbagai komponen seperti terpen, sesquiterpen, aldehida, ester dan sterol 3. Rincian komponen minyak kulit jeruk adalah limonene (94%), mirsen (2%), linalool (0,5%), oktanal (0,5%), dekanal (0,4%), sitronelal (0,1%), neral (0,1%), geranial (0,1%), valensen (0,05%), -sinnsial (0,02%), dan sinensial (0,01%) (Tarwiyah, 2001). Sebagian besar minyak atsiri termasuk dalam golongan senyawa organik terpena dan terpenoid yang bersifat larut dalam minyak/lipofil. Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Ullah et al (2012) menjelaskan komponen mayor yang terkandung dalam minyak atsiri kulit jeruk manis (Citrus sinensis Osbeck) adalah limonen (77,49%), mirsen (6,2%), α- farnesen (3.64%), γ-terpinen (3.34%), α-pinen (1.49%), dan sabinen (1.29%) (Tao et al, 2009).
II.11 Daun Pandan
Beberapa tumbuhan yang dapat menghasilkan pewarna alami diantaranya yaitu pandan suji, daun jati, kulit manggis, bunga rosella, kunyit, kayu secang, bunga telang, daun alpukat. Pewarna alami dari daun suji adalah klorofil yaitu warna hijau.
Tanaman pandan merupakan tumbuhan yang berasal dari famili Pandanaceae yang mengandung senyawa kimia berupa senyawa pahit yaitu alkaloida, saponin, sterol, terpenoid, flavonoida, tanin, polifenol, minyak atsiri dan zat warna yang merupakan macam-macam senyawa metabolik sekunder (Rohmawati 1995 dalam Susanna, 2003) Senyawa metabolik sekunder adalah suatu senyawa kimia pertahanan yang dihasilkan oleh tumbuhan di dalam jaringan tumbuhan, senyawa ini bersifat toksik dan berfungsi sebagai alat perlindungan diri dari gangguan pesaingnya (hama).
Pandan memiliki aroma yang khas pada daunnya. Komponen aroma dasar dari daun pandan berasal dari senyawa kimia 2-acetyl-1-pyrroline (ACPY) yang juga terdapat di tumbuhan jasmin, hanya saja konsentrasi ACPY pada daun pandan wangi lebih tinggi daripada tumbuhan jasmin. Selain itu, ditemukan juga senyawa pandamarilactonine-A dari pyrrolidine alkaloid sebagai komponen aroma dasar daun pandan. commit to user commit to user
16 II.12 Mutu Sabun Padat
Sabun padat yang berkualitas harus memenuhi beberapa persyaratan sehingga layak untuk digunakan dan dipasarkan. Persyaratan sabun padat menurut SNI 06-3532-1994 meliputi pH, kadar air, dan alkali bebas (% NaOH) (SNI, 1994). Kriteria persyaratan sabun padat menurut SNI disajikan dalam Tabel II.9.
Tabel II.9 Mutu Sabun Standar Nasional Indonesia
No Uraian SNI
1 pH 8-10
2 Kadar Air (%) Maks. 15
3 Alkali Bebas (%NaOH) Maks. 0,1 1) Uji Derajat Keasaman (pH)
Derajat keasaman atau pH merupakan parameter kimiawi yang penting pada produk kosmetik semisal sabun, karena nilai pH mempengaruhi daya absorpsi di kulit. Umumnya pH sabun padat berkisar 8-10 (SNI, 1994). Sabun yang memiliki nilai pH yang sangat tinggi atau sangat rendah dapat mengurangi daya absorpsi di kulit sehingga menyebabkan iritasi pada kulit dan terjadi luka, gatal, atau mengelupas (Widya, 2017). Selain itu nilai pH yang terlalu rendah atau tinggi dapat menyebabkan kulit kering.
2) Uji Kadar Air
Kadar air dan zat menguap pada sabun akan berpengaruh terhadap karakteristik sabun, baik pada saat digunakan maupun saat disimpan.
Menurut Spitz (1996), banyaknya air yang terkandung dalam sabun akan mempengaruhi kelarutan sabun dalam air, sehingga sabun semakin cepat mengalami penyusutan bobot dan dimensi.
3) Uji Alkali Bebas
Sabun merupakan hasil dari reaksi saponifikasi antara asam lemak dengan basa. Sabun yang baik dihasilkan dari reaksi saponifikasi yang commit to user commit to user
17 sempurna sehingga diharapan tidak terdapat sisa basa setelah reaksi.
Kelebihan alkali pada proses pembuatan sabun dapat disebabkan karena adanya jumlah alkali berlebih yang digunakan dalam proses saponifikasi.
Sabun dengan kandungan alkali bebas tinggi memiliki nilai pH yang tinggi juga. NaOH memiliki sifat higroskopi sehingga dapat menyerap kelembaban kulit dengan cepat dan kulit menjadi kering.
4) Uji Tambahan
Selain uji yang dipersyaratkan oleh Standar Nasional Indonesia (SNI), perlu dilakukan uji tambahan yang meliputi uji stabilitas busa dan penerimaan produk oleh calon konsumen. Uji peneriman produk oleh calon konsumen meliputi uji aroma, uji daya busa, dan tekstur dalam penggunaan sabun.
a. Uji Stabilitas Busa
Pengujian stabilitas busa dilakukan untuk mengetahui banyaknya busa yang dihasilkan pada pemakaian sabun padat. Busa adalah struktur yang relatif stabil yang terdiri dari kantong-kantong udara yang terbungkus lapisan tipis, yang merupakan dispersi gas dalam cairan yang distabilkan oleh suatu zat pembusa yang bersifat aktif permukaan (sabun).
Kecepatan pembentukan dan stabilitas busa yang dihasilkan merupakan dua hal penting untuk produk pembersih tubuh. Busa yang banyak dan stabil lebih disukai daripada busa yang sedikit dan tidak stabil (Martin, dkk., 1993).
b. Uji Penerimaan Produk oleh Calon Konsumen
Uji penerimaan produk oleh calon konsumen dilakukan untuk mengetahui tingkat kesukaan konsumen dengan membandingkan produk yang dihasilkan terhadap produk komersial di pasaran.
Kriteria yang digunakan adalah aroma, daya busa dan tekstur dalam penggunaan pada kulit. Skala penilaian yang digunakan adalah (1) commit to user commit to user
18 tidak suka, (2) kurang suka, (3) sedikit suka, (4) suka, dan (5) sangat suka.
II.13 Evaluasi Ekonomi Sederhana
Potensi ekonomi pembuatan sabun susu padat berbahan baku susu sapi segar dapat dianalisa melalui evaluasi ekonomi sederhana meliputi perhitungan biaya produksi spesifik, Return On Investment (ROI), Pay Out Time (POT), dan Break Even Point (BEP).
commit to user commit to user