• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Perkembangan Kognitif Lev Vygotsky

N/A
N/A
Perempuan Biasa

Academic year: 2025

Membagikan "Teori Perkembangan Kognitif Lev Vygotsky"

Copied!
10
0
0

Teks penuh

(1)

Lev Vygotsky adalah seorang psikolog asal Rusia yang lahir pada 17 November 1896.

Ia dikenal karena kontribusinya dalam teori perkembangan kognitif, terutama melalui konsep Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), yang menekankan pentingnya interaksi sosial dalam pembelajaran. Vygotsky berasumsi bahwa lingkungan sosial dan budaya sangat mempengaruhi perkembangan kognitif individu. Konsep utama dalam teorinya mencakup peran bahasa sebagai alat berpikir dan pentingnya kolaborasi dalam proses belajar.

Nama Tokoh

Lev vygotsky adalah seorang psikolog asal Rusia yang lahir pada 17 november 1896 di Orsha, Belarus. Ia dikenal sebagai salah satu tokoh terpenting dalam psikologi pendidikan dan perkembangan anak.

Sejarah Perkembangan

Vygotsky mengembangkan teorinya pada awal abad ke-20, di tengah konteks sosial dan politik yang kompleks di Rusia. Meskipun ia meninggal pada usia 37 tahun akibat tuberkulosis pada tahun 1934, pemikirannya tetap berpengaruh dan menjadi dasar bagi banyak teori pendidikan modern. Karya-karyanya, termasuk “Mind in Society” dan “Thought and Language,” menjadi referensi penting dalam memahami hubungan antara perkembangan kognitif dan konteks sosial.

Asumsi Utama

1. Perkembangan kognitif melalui interaksi sosial

Vygotsky berpendapat bahwa perkembangan kognitif individu tidak dapat dipisahkan dari interaksi sosial. Ia menekankan bahwa anak-anak belajar melalui kolaborasi dengan orang lain, baik itu orang dewasa maupun teman sebaya.

2. Zona perkembangan proksiman (ZPD)

Konsep ini merujuk pada jarak antara kemampuan aktual seorang individu dan kemampuan potensial yang dapat dicapai dengan bantuan orang lain. ZPD menunjukkan pentingnya dukungan sosial dalam proses belajar.

3. Bahasa sebagai alat berpikir

Vygotsky percaya bahwa bahasa memainkan peran penting dalam perkembangan kognitif. Ia membedakan antara “percakapan sendiri” (private speech) dan

“pembicaraan batin” (inner speech), di mana anak-anak menggunakan bahasa untuk merencanakan dan mengatur perilaku mereka.

(2)

Konsep Utama 1. Scaffolding

Merupakan teknik yang digunakan untuk memberikan dukungan kepada siswa selama proses belajar. Seiring dengan meningkatnya kemampuan siswa, dukungan ini secara bertahap dikurangi, memungkingkan siswa untuk mengambil alih tanggung jawab belajar.

2. Sosiokonstruktivisme

Pendekatan ini menekankan bahwa pengetahuan dibangun melalui interaksi sosial dan pengalaman. Vygotsky berargumen bahwa individu aktif dalam mengkonstruksi pengetahuan mereka, dipengaruhi oleh konteks sosial dan budaya.

3. Peran guru sebagai fasilitator

Dalam pandangan Vygotsky, guru berfungsi sebagai mediator yang membantu siswa dalam mencapai potensi mereka melalui bimbingan dan dukungan yang sesuai dengan ZPD mereka.

Landasan Teori

Teori Lingkungan Belajar Menurut Lev Vygotsky

Lev Vygotsky adalah seorang psikolog asal Rusia yang dikenal sebagai tokoh penting dalam perkembangan teori belajar dan kognitif. Ia lahir pada 17 November 1896 di Orsha, Belarus, dan meskipun meninggal pada usia muda pada tahun 1934, pemikirannya tetap berpengaruh luas dalam dunia pendidikan hingga saat ini. Vygotsky menyampaikan bahwa lingkungan sosial dan budaya memiliki peran penting dalam perkembangan kognitif individu, terutama melalui interaksi dengan orang lain di sekitarnya (Vygotsky, 1978).

Dalam pandangan Vygotsky, lingkungan belajar yang mendukung interaksi sosial akan mempercepat perkembangan berpikir peserta didik. Pembelajaran dianggap sebagai proses sosial yang melibatkan komunikasi, kolaborasi, dan bimbingan dari orang dewasa atau teman sebaya yang lebih berpengalaman. Teori ini dikenal sebagai pendekatan sosiokonstruktivisme, yaitu pandangan bahwa pengetahuan dibangun secara aktif oleh individu melalui pengalaman dan hubungan sosial (Palincsar, 1998).

(3)

1. Perkembangan kognitif melalui interaksi sosial

Vygotsky menekankan bahwa proses berpikir seorang terbentuk melalui pengalaman sosial.

Anak-anak tidak belajar secara mandiri, melainkan melalui bantuan dari orang lain, seperti guru, orang tua, atau teman sebaya. Interaksi ini memungkinkan anak untuk memahami konsep baru dan mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi (Daniels, 2001).

2. Zona perkembangan proksimal (ZPD)

ZPD adalah jarak antara kemampuan anak yang bisa dilakukan sendiri dan kemampuan yang bisa dicapai dengan bantuan. Lingkungan belajar yang baik akan membantu anak mencapai kemampuan yang lebih tinggi dengan memberikan bimbingan sesuai kebutuhan (Vygotsky, 1978). Konsep ini menjadi dasar penting dalam pengembangan strategi pembelajaran yang berbasis kolaborasi.

3. Bahasa sebagai alat berpikir

Menurut Vygotsky, bahasa bukan hanya alat komunikasi, tetapi juga alat utama dalam berpikir. Anak-anak menggunakan bahasa untuk mengatur pikiran, merencanakan tindakan, dan memecahkan masalah. Dengan demikian, lingkungan belajar yang mendorong anak untuk berbicara, berdiskusi, dan mengekspresikan ide sangat penting untuk mendukung perkembangan kognitif mereka (Wertsch, 1985).

Konsep pendukung lingkungan belajar menurut Vygotsky 1. Scaffolding

Scaffolding adalah dukungan sementara yang diberikan oleh guru atau orang lain kepada siswa selama proses belajar. Dukungan ini membantu siswa memahami materi dan akan dikurangi secara bertahap seiring dengan meningkatnya kemandirian belajar siswa (Wood, Bruner, & Ross, 1976).

2. Sosiokonstruktivisme

Dalam pendekatan sosiokonstruktivis, belajar dipandang sebagai proses sosial yang terjadi melalui interaksi. Lingkungan belajar harus dirancang agar memungkinkan terjadinya kerja sama, diskusi, dan pembelajaran yang bermakna sesuai dengan konteks budaya siswa (Palincsar, 1998).

3. Peran guru sebagai Fasilitator

Guru memiliki peran penting sebagai fasilitator, yaitu memberikan dukungan, arahan, dan tantangan yang sesuai dengan kemampuan siswa. Dengan memahami zona perkembangan proksimal siswa, guru dapat menyesuaikan strategi pembelajaran agar efektif dan bermakna (Chaiklin, 2003).

(4)

Implikasi dalam Pembelajaran

Berdasarkan teori Vygotsky, lingkungan belajar yang efektif adalah lingkungan yang mampu menciptakan ruang interaksi sosial yang aktif, kolaboratif, dan mendukung perkembangan siswa. Guru perlu memahami perbedaan kemampuan siswa dan memberikan dukungan sesuai kebutuhan mereka. Selain itu, penggunaan bahasa sebagai alat berpikir harus didorong melalui kegiatan berdiskusi, bertanya, dan bekerja sama.

Referensi

Chaiklin, S. (2003). The zone of proximal development in Vygotsky’s analysis of learning and instruction. In Kozulin, A. et al. (Eds.), Vygotsky's Educational Theory in Cultural Context (pp. 39–64). Cambridge University Press.

Daniels, H. (2001). Vygotsky and Pedagogy: A Critical Introduction. Routledge.

Palincsar, A. S. (1998). Social constructivist perspectives on teaching and learning.

Annual Review of Psychology, 49(1), 345–375.

https://doi.org/10.1146/annurev.psych.49.1.345

Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Harvard University Press.

Wertsch, J. V. (1985). Vygotsky and the Social Formation of Mind. Harvard University Press.

Wood, D., Bruner, J. S., & Ross, G. (1976). The role of tutoring in problem solving.

Journal of Child Psychology and Psychiatry, 17(2), 89–100.

(5)

BAB II

KAJIAN TEORI

2.1 Teori Lingkungan Belajar Lev Vygotsky

Teori perkembangan kognitif yang dikemukakan oleh Lev Vygotsky menekankan bahwa interaksi sosial dan lingkungan sekitar memainkan peran penting dalam proses belajar seseorang. Menurut Vygotsky (1978), perkembangan kemampuan berpikir tidak hanya terjadi secara individu, melainkan melalui bantuan dari orang lain dalam konteks sosial dan budaya tertentu. Dalam dunia pendidikan tinggi, khususnya dalam konteks penyelesaian tugas akhir seperti skripsi, teori ini menjadi sangat relevan untuk menjelaskan bagaimana faktor-faktor eksternal turut memengaruhi proses akademik mahasiswa.

Salah satu konsep utama dalam teori Vygotsky adalah Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), yaitu jarak antara kemampuan yang dimiliki mahasiswa saat ini dengan potensi kemampuan yang dapat mereka capai dengan bantuan dari lingkungan sosial, seperti dosen pembimbing, teman, atau keluarga (Chaiklin, 2003). Ketika mahasiswa memperoleh dukungan yang tepat dalam ZPD mereka, seperti bimbingan akademik dari dosen, motivasi dari keluarga, atau kerja kelompok dengan teman sebaya, mereka cenderung lebih mampu mengatasi tantangan akademik dan menyelesaikan skripsi secara lebih efektif.

Konsep scaffolding juga menjelaskan bagaimana bantuan eksternal seperti arahan dosen pembimbing dan diskusi dengan teman sebaya menjadi bentuk dukungan yang bertahap dan terstruktur dalam membantu mahasiswa menyelesaikan tugas akhir. Seiring meningkatnya kemampuan mahasiswa, dukungan ini akan dikurangi sehingga mahasiswa dapat menyelesaikan tugasnya secara mandiri (Wood, Bruner, & Ross, 1976).

2.2 Faktor Eksternal dalam Penyelesaian Skripsi Mahasiswa

Menurut Slameto (2010), faktor eksternal adalah segala sesuatu yang berasal dari luar individu dan dapat memengaruhi proses belajar. Dalam konteks mahasiswa yang sedang menyelesaikan skripsi, faktor eksternal ini meliputi dukungan dosen pembimbing, lingkungan keluarga, akses terhadap fasilitas akademik, suasana kampus, serta hubungan sosial dengan teman sebaya.

Faktor-faktor ini dapat mempermudah atau justru menghambat proses penyusunan skripsi, tergantung pada sejauh mana lingkungan tersebut mendukung kegiatan akademik mahasiswa.

2.2.1 Dukungan Sosial Akademik

(6)

Dukungan dari dosen pembimbing menjadi salah satu elemen penting dalam proses penyelesaian skripsi. Berdasarkan teori Zona Perkembangan Proksimal (ZPD), mahasiswa membutuhkan bantuan dari individu yang lebih kompeten (dalam hal ini dosen) untuk mencapai potensi tertingginya. Dosen yang memberikan bimbingan terstruktur, arahan yang jelas, dan evaluasi yang membangun berperan sebagai scaffolding dalam proses pembelajaran mahasiswa.

2.2.2 Lingkungan Keluarga dan Sosial

Keluarga yang memberikan motivasi, waktu, dan fasilitas belajar akan menciptakan suasana psikologis yang kondusif bagi mahasiswa. Hal ini sejalan dengan pandangan Vygotsky bahwa lingkungan sosial dan budaya membentuk proses berpikir dan belajar seseorang (Daniels, 2001). Mahasiswa yang berada dalam lingkungan yang mendukung secara emosional dan sosial cenderung memiliki semangat dan ketekunan lebih tinggi.

2.2.3 Akses terhadap Fasilitas dan Sumber Belajar

Akses terhadap fasilitas pendukung seperti perpustakaan, jurnal ilmiah, laboratorium, serta teknologi informasi juga merupakan bagian dari faktor eksternal yang signifikan. Lingkungan belajar yang kaya sumber daya memberikan peluang bagi mahasiswa untuk mengembangkan pemikiran dan melakukan penelitian secara lebih baik (Wertsch, 1985).

2.2.4 Relasi Sosial dengan Teman Sebaya

Hubungan sosial dengan teman sebaya dapat membantu mahasiswa dalam berbagi informasi, berdiskusi, serta saling memotivasi dalam menyusun skripsi. Dalam perspektif sosiokonstruktivisme, pembelajaran dipandang sebagai hasil konstruksi sosial, di mana pengetahuan dibangun melalui interaksi antar individu (Palincsar, 1998).

2.3 Faktor Internal dalam Penyelesaian Skripsi Mahasiswa

Selain faktor eksternal, faktor internal juga memainkan peran penting dalam keberhasilan penyelesaian skripsi. Faktor-faktor internal ini meliputi motivasi, kemampuan akademik, manajemen waktu, dan regulasi diri.

2.3.1 Motivasi

Motivasi merupakan dorongan dari dalam diri individu untuk melakukan sesuatu. Mahasiswa yang memiliki motivasi tinggi cenderung lebih gigih dalam menyelesaikan tugas-tugas

(7)

2.3.2 Kemampuan Akademik

Kemampuan akademik mencakup pemahaman teoritis, keterampilan menulis ilmiah, serta kemampuan analisis. Mahasiswa yang memiliki dasar akademik yang kuat lebih mudah dalam menyusun kerangka penelitian dan mengolah data.

2.3.3 Manajemen Waktu dan Disiplin

Kemampuan untuk mengatur waktu dan disiplin diri sangat menentukan kelancaran dalam menyelesaikan skripsi. Mahasiswa yang memiliki kebiasaan merencanakan jadwal secara sistematis cenderung lebih terorganisir dan produktif.

2.4 Kerangka Pemikiran

Kerangka pemikiran dalam penelitian ini dibangun atas dasar bahwa penyelesaian skripsi mahasiswa dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor eksternal seperti dukungan sosial, fasilitas akademik, dan lingkungan belajar yang mendukung memberikan kontribusi melalui mekanisme interaksi sosial sebagaimana dijelaskan dalam teori Vygotsky. Sementara itu, faktor internal seperti motivasi dan kemampuan akademik berperan dalam kesiapan individu untuk merespon dukungan eksternal tersebut. Kombinasi antara kedua faktor inilah yang kemudian menentukan tingkat keberhasilan mahasiswa dalam menyelesaikan skripsi.

2.5 Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara faktor eksternal terhadap penyelesaian skripsi mahasiswa.

2. Terdapat pengaruh positif dan signifikan antara faktor internal terhadap penyelesaian skripsi mahasiswa.

3. Faktor eksternal dan faktor internal secara simultan berpengaruh terhadap penyelesaian skripsi mahasiswa.

Referensi

Chaiklin, S. (2003). The zone of proximal development in Vygotsky’s analysis of learning and instruction. In A. Kozulin et al. (Eds.), Vygotsky’s Educational Theory in Cultural Context. Cambridge University Press.

Daniels, H. (2001). Vygotsky and Pedagogy: A Critical Introduction. Routledge.

(8)

Palincsar, A. S. (1998). Social constructivist perspectives on teaching and learning.

Annual Review of Psychology, 49(1), 345–375.

Slameto. (2010). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Rineka Cipta.

Santrock, J. W. (2007). Educational Psychology. McGraw-Hill.

Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological Processes. Harvard University Press.

Wertsch, J. V. (1985). Vygotsky and the Social Formation of Mind. Harvard University Press.

Wood, D., Bruner, J. S., & Ross, G. (1976). The role of tutoring in problem solving.

Journal of Child Psychology and Psychiatry, 17(2), 89–100.

a. Indikator Faktor Eksternal dalam Menyelesaikan Skripsi

Indikator faktor eskternal dalam menyelesaikan skripsi beserta sub-indikatornya menurut Vygotsky, 1978 meliputi:

1. Dukungan dosen pembimbing

Dukungan dosen pembimbing adalah bentuk keterlibatan aktif dari dosen dalam membimbing, memotivasi, dan memberikan arahan kepada mahasiswa selama proses penyusunan skripsi.

Sub-indikator:

 Frekuensi bimbingan yang konsisten

Seberapa sering mahasiswa mendapatkan jadwal bimbingan skripsi secara teratur dan berkelanjutan.

 Ketersediaan waktu pembimbing

Kesiapan dan keterbukaan dosen dalam memberikan waktu untuk konsultasi dan membimbing mahasiswa.

(9)

 Kualitas arahan dan umpan balik yang diberikan

Tingkat kejelasan dan kebermanfaatan masukan dari dosen ppembimbing terhadap isi dan metode skripsi.

 Komunikasi yang terbuka dan membangun

Interaksi dua arah antara mahasiswa dan dosen yang menciptakan rasa nyaman, terbuka dan saling mendukung dalam proses bimbingan.

2. Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga mencakup segala bentuk bantuan baik secara emosional, material, maupun moral yang diberikan oleh orang tua atau anggota keluarga lain kepada mahasiswa selama proses penyusunan skripsi. Keluarga menyediakan fondasi emosional dan kondisi lingkungan belajar yang stabil (Santrock, 2007).

Sub-indikator:

 Motivasi dan dorongan moral dari keluarga

Dukungan emosional, seperti nasihat dan semangat dari orang tua atau anggota keluarga yang meningkatkan motivasi belajar.

 Ketersediaan waktu dan tempat belajar di rumah

Ketersediaan lingkungan belajar yang tenang dan kondusif di rumah, serta kebebasan waktu untuk fokus belajar.

 Bantuan finansial atau fasilitas pendukung belajar

Pemberian biaya kuliah, alat belajar (laptop, internet), dan kebutuhan penelitian dari keluarga.

 Lingkungan sosial dan pergaulan dalam keluarga

Suasana keluarga yang harmonis dan minim gangguan atau konflik yang mempengaruhi konsentrasi belajar.

(10)

3. Dukungan dari teman sebaya

Dukungan teman sebaya adalah bentuk bantuan sosial dan akademik yang diperoleh mahasiswa dari lingkungan pertemanan, baik melalui diskusi, kerja sama, maupun motivasi dari sesama mahasiswa.

Sub-indikator:

 Diskusi akademik

Interaksi ilmiah antara mahasiswa dengan teman sebaya berupa bertukar pendapat, berdiskusi tentang isi skripsi, metodologi, atau permasalahan yang dihadapi, yang membantu memperjelas pemahaman mahasiswa.

 Jaringan sosial yang mendukung

Kehadiran kelompok pertemanan yang aktif dalam akademik, saling mengingatkan dan mendukung satu sama lain.

 Tekanan sosial atau distraksi dari pergaulan

Faktor negatif dari teman sebaya seperti ajakan yang mengganggu fokus belajar atau menunda pengerjaan skripsi.

Referensi

Dokumen terkait

Adaptasi (sturuktur fungsional) adalah sebuah istilah yang digunakan piaget untuk menunjukan pentingnya pola individu dengan lingkungannya dengan proses perkembangan kognitif piaget

Teori Piaget jelas sangat relevan dalam proses perkembangan kognitif anak, karena dengan menggunakan teori ini, manusia dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu

Teori Piaget jelas sangat relevan dalam proses perkembangan kognitif anak, karena dengan menggunakan teori ini, manusia dapat mengetahui adanya tahap-tahap perkembangan tertentu

Jadi, berdasarkan teori ini, kurikulum PERMATA menekankan bahawa perkembangan kognitif kanak-kanak pada peringkat ini bukan pada penguasaan mereka terhadap

Tahap operasional formal adalah periode terakhir perkembangan kognitif dalam

Vygotsky menekankan pada pentingnya hubungan antara individu dan lingkungan sosial dalam pembentukan pengetahuan yang menurut beliau, bahwa interaksi sosial yaitu interaksi individu

Dokumen ini membahas tentang Teori dan Terapi Konsuae dalam Konseling Kognitif

Dokumen ini membahas tentang perkembangan individu yang meliputi proses biologis, kognitif, dan